• Tidak ada hasil yang ditemukan

PROSES SOSIALISASI tugas Sosiologi Pendi

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "PROSES SOSIALISASI tugas Sosiologi Pendi"

Copied!
5
0
0

Teks penuh

(1)

PROSES SOSIALISASI

(SEKOLAH, KELUARGA DAN MASYARAKAT)

A. Sosialisasi

Sosialisasi adalah proses belajar, dimana seorang individumempelajari tingkah laku, kebiasaan, pola-pola kebudayaan, serta keterampilan sosial seperti berbahasa, bergaul, berpakaian, cara makan dan sebagainya (Nasution,2009:126).

 Horton dan Hunt memberi batasan sosialisasi sebagai suatu proses dimana seseorang menghayati (mendarahdagingkan) norma-norma kelompok dimana dia hidup sehingga timbullah ‘diri’ yang unik. (Damsar, 2012:66).

 David B Brinkenhoft dan Lynn K. White memberikan penekanan yang berbeda dengan apa yang dikatakan oleh Horton dan Hunt. Menurutnya sosialisasi adalah suatu proses belajar peran, status, dan nilai yang diperlukan untuk keikutsertaan (partisipasi) dalam institusi sosal.

 James W. Vander Zanden mendefinisikan sosialisasi sebagai suatu proses interaksi sosial dimana orang memperoleh pengetahuan, sikap, nilai dan perilaku esensisal untuk keikutsertaan (partisipasi) efektif dalam masyarakat. (Damsar, idem).

Proses sosialisasi sendiri terjadi melalui ‘conditioning’ oleh lingkungan yang menyebabkan individu mempelajari pola kebudayaan yang fundamental seperti berbahasa, cara berjalan, duduk, makan, apa yang dimakan, berkelakuan sopan, mengembangkan sikap yang dianut dalam masyarakat seperti sikap terhadap agama, seks orang yang lebih tua, pekerjaan dan sebagainya.

(2)

B. Agen-agen Sosialisasi

1. Keluarga

Sosialisasi dilakukan berdasarkan pola keluarga yang dimiliki. Sosialisasi anak dalam keluarga mempunyai kerangka yang jelas.

a. Keluarga Posisional. Anak yang mengalami sosialisasi akan sangat memperhatikan posisi mereka dalam hubungan dengan orang lain. Mereka akan sangat sadar dengan posisi mereka dalam kaitannya dengan usia, gender, status sosial ekonomi dan kepemilikan kekuasaan. Proses sosialisasi awal ini di mulai dengan proses belajar menyesuaikan diri dan mengikuti setiap apa yang diajarkan oleh orang – orang dilingkungan keluarganya. Di dalam keluarga, orang tua mencurahkan perhatian untuk mendidika anak agar anak memperoleh dasar – dasar pola pergaulan hidup yang benar dan baik yang akan berpengaruh pada kepribadian yang baik pula pada si anak.

b. Keluarga Pribadi. Anak dalam keluarga ini dipandang dalam rangka karakteristik unik yang dimilikinya secara pribadi. Sejak kecil anak sudah peka dan secara aktif dirangsang perkembangan bahasanya agar dapat dikontrol sesuai cara mereka sendiri. Anak yang disosialisasikan pada keluarga pribadi akan dididik, diuji, dan dikembangkan sesuai dengan format keluarga. Dengan kata lain, bakat, potensi dan kompetensi yang dimilikinya dikembangkan tidak jauh dari apa yang dimiliki oleh keluarganya.

2. Sekolah

(3)

Nilai lain yang disosialisasikan di sekolah adalah perlakuan yang sama terhadap peserta didik. Perbedaan latar belakang tidak menyebabkan perbedaan terhadap peserta didik. Jadi sekolah mensosialisasikan nilai-nilai yang hidup dalam masyarakat. Sehingga sekolah dipandangs ebagai transisi dari kehidupan keluarga ke dalam kehidupan masyarakat.

3. Masyarakat

Masyarakat mempunyai ruang lingkup yang lebih besar dari sekolah dalam hal sosialisasi seseorang. Masyarakat bisa terdiri dari teman sebaya (peer group), media massa, lingkungan tempat tinggal, agama, tempat kerja (sosialisasi berlangsung terus menerus bahkan hingga seorang anak dewasa dan bekerja) dan lain sebagainya.

Teman pergaulan (sering juga disebut teman bermain) pertama kali didapatkan manusia ketika ia mampu berpergian ke luar rumah. Pada awalnya, teman bermain dimaksudkan sebagai kelompok yang bersifat rekreatif, namun dapat pula memberikan pengaruh dalam proses sosialisasi setelah keluarga. Puncak pengaruh teman bermain adalah pada masa remaja. Kelompok bermain lebih banyak berperan dalam membentuk kepribadian seorang individu.

Berbeda dengan proses sosialisasi dalam keluarga yang melibatkan hubungan tidak sederajat (berbeda usia, pengalaman, dan peranan), sosialisasi dalam kelompok bermain dilakukan dengan cara mempelajari pola interaksi dengan orang-orang yang sederajat dengan dirinya. Oleh sebab itu, dalam kelompok bermain, anak dapat mempelajari peraturan yang mengatur peranan orang-orang yang kedudukannya sederajat dan juga mempelajari nilai-nilai keadilan.

Berdasarkan hasil penelitian anak dari pemukiman miskin menjadi anak yang sering bertabrakan dengan hukum dan anak yang berada di lingkungan yang berada lebih terjaga biasanya menjadi lebih aman keberadaannya. Atau bagaimana keluarga-keluarga yang tinggal di lingkungan sampah tidak menganggap bahaya mengancam ketika anak mereka bermain di tumpukan sampah.

(4)

tayangan televisi sehingga jika ada tayangan yang tidak sesuai dengan nilai dan norma yang dianut keluarga dan masyarakat, orangtua bisa menjelaskan tentang bagaimana seharusnya ataupun sebaliknya.

Lingkungan tempat tinggal seseorang bisa ikut menjadi andil bagaimana suatu nilai dan norma tersosialisasi. Bagi orangtua yang ingin anaknya mempunyai sosialisasi nilai-nilai yang baik biasanya akan mempertimbangkan plus minus tempat tinggal atau pemukiman dimana mereka memutuskan untuk tinggal. Pilihan lingkungan tempat tinggal oleh seseorang memiliki banyak variable, diantaranya kenyamanan dan keamanan bagi sosialisasi anak mereka, walaupun ada variable lain yang menjadi pertimbangan juga antaranya status sosial ekonomi, budaya dan agama.

Sosialisasi sebagai bagian dari pendidikan berlangsung dalam tiga komponen penting yang menjadi faktor penentu terbentuknya kepribadian seseorang. Oleh Ki Hadjar Dewantara faktor-faktor tersebut dirangkum dalam satu istilah bernama Tri Pusat Pendidikan, yaitu meliputi rumah atau keluarga, sekolah atau lembaga pendidikan formal, masyarakat atau pendidikan non formal.

a. Di rumah atau di dalam keluarga anak berinteraksi dengan orang tua (atau pengganti orang tua) dan segenap anggota keluarga lainnya. Ia memperoleh pendidikan informal, berupa pembentukan pembiasaan-pembiasaan (habit formation) seperti, cara makan, tidur, bangun pagi, gosok gigi, mandi, cara berpakaian, tata krama, sopan santun, religi dan lain sebagainya. Pendidikan informal dalam keluarga akan banyak membantu dalam meletakkan dasar pembentukan kepribadian anak. Misalnya sikap religius, disiplin, lembut atau kasar, rapi atau rajin, penghemat atau pemboros, dan sebagainya dapat tumbuh, bersemi dan berkembang senada dan seirama dengan kebiasaannya di rumah. b. Di sekolah anak berinteraksi dengan guru-guru (pengajar) beserta bahan-bahan

(5)

c. Di masyarakat anak berinteraksi dengan seluruh anggota masyarakat yang beraneka ragam (heterogen), seperti orang-orang, benda-benda, dan peristiwa-peristiwa. Ia memperoleh pendidikan nonformal atau pendidikan luar sekolah berupa berbagai pengalaman hidup. Agar masyarakat dapat melanjutkan eksistensinya, maka kepada generasi muda harus diteruskan atau diwariskan nilai-nilai, sikap, pengetahuan, keterampilan dan bentuk-bentuk pola perilaku lainnya. Setiap masyarakat meneruskan kebudayaannya (beserta perubahannya) kepada generasi penerusnya melalui pendidikan dan interaksi sosial. Dengan demikian pendidikan dapat diartikan sebagai sosialisasi, dan belajar adalah sosialisasi yang berkesinambungan.

Bahan Bacaan

1. Damsar, Prof. Pengantar Sosiologi Pendidikan. 2012. Kencana. Jakarta 2. Prof. S. Nasution. Sosiologi Pendidikan. 2009. Bumi Aksara. Jakarta

3. Prof. Zainuddin Maliki. Sosiologi Pendidikan. 2008. Gajah MadaUniversity Press. Yogyakarta

Referensi

Dokumen terkait

2. Wakil daripada pusat servis akan melaksanakan kerja-kerja pembaikan. Perkakasan yang rosak dihantar ke pusat servis sekiranya tempoh jaminan telah tamat dan sebutharga

Peraturan – peraturan yang digunakan sebagai pedoman dan dasar perencanaan struktur dan rencana anggaran biaya bangunan gedung dakwah and charity center 2

oleh Sri Wahyuni (2013: 7), Penelitian ini telah berhasil mengembangkan buku panduan praktikum teknik laboratorium II. Buku panduan ini merupakan buku penunjang dalam

Pendekatan Behavioristik merupakan pendekatan yang mengajarkan kembali untuk mengubah perilaku buruk yaitu sering terlambat masuk sekolah dengan mengganti tingkah

Dan semoga setelah apa yang kita dapat atau kita ketahui dari pembelajaran ini dapat membantu kita dan menjadikan kita seorang yang dapat berfikir dan bertindak dengan benar

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, taufiq, serta hidayah-Nya sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “

Kebijakan subsidi ekspor yang dilakukan oleh UE sangat men- distorsi pasar karena ekspor gula dijual dengan harga rendah yang menyebabkan industri gula

Sebelumnya, Berdasarkan hasil studi pendahuluan di SDIT BAIK Krapyak Kulon Yogyakarta, ditemukan fakta bahwa aktivitas kegiatan pembelajaran di kelas III kurang didukung