• Tidak ada hasil yang ditemukan

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Peningkatan Hasil Belajar IPA dengan Model Pembelajaran Picture and Picture Dipadukan Model Pembelajaran Make A Match pada Siswa Kelas 5 SDN Blotongan 03 Semester I Tahun Pelajaran 2016/2017

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Peningkatan Hasil Belajar IPA dengan Model Pembelajaran Picture and Picture Dipadukan Model Pembelajaran Make A Match pada Siswa Kelas 5 SDN Blotongan 03 Semester I Tahun Pelajaran 2016/2017"

Copied!
21
0
0

Teks penuh

(1)

2.1 Kajian Teori

2.1.1 Ilmu Pengetahuan Alam (IPA)

2.1.1.1 Pengertian Ilmu Pengetahuan Alam (IPA)

Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) didefinisikan sebagai kumpulan pengetahuan yang tersusun secara terbimbing. Hal ini sejalan dengan kurikulum KTSP (Depdiknas, 2006) bahwa IPA berhubungan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta, konsep, atau prinsip saja tetapi juga merupakan suatu proses penemuan. Selain itu IPA juga merupakan ilmu yang bersifat empirik dan membahas tentang fakta serta gejala alam tersebut menjadikan pembelajaran IPA tidak hanya verbal tetapi juga faktual. Hal ini menunjukkan bahwa, hakikat IPA sebagai proses diperlukan untuk menciptakan pembelajaran IPA yang empirik dan faktual. Hakikat IPA sebagai proses diwujudkan dengan melaksanakan pembelajaran yang melatih ketrampilan proses bagaimana cara produk ditemukan. Menurut Trianto (2014:137) “pada hakikatnya IPA dibangun atas dasar produk ilmiah. Selain itu, IPA dipandang pula sebagai proses, sebagai produk, dan sebagai prosedur”. Sebagai proses diartikan semua kegiatan ilmiah untuk menyempurnakan pengetahuan tentang alam maupun untuk menemukan pengetahuan baru. Sebagai produk diartikan sebagai hasil proses, berupa pengetahuan yang diajarkan dalam sekolah atau di luar sekolah ataupun bahan bacaan untuk penyebaran atau dissiminasi pengetahuan. Sebagai prosedur dimaksudkan adalah metodologi atau cara yang dipakai umtuk mengetahui sesuatu (riset pada umumnya) yang lazim disebut metode ilmiah (scientific method).

(2)

bersangkutan dengan alam, sedangkan science artinya ilmu pengetahuan. Jadi ilmu pengetahuan alam (IPA) atau science artinya ilmu tentang alam.

Secara khusus fungsi dan tujuan IPA berdasarkan kurikulum berbasis kompetensi dalam Depdiknas yang dikutip oleh Trianto (2010) adalah sebagai berikut: 1) Menanamkan keyakinan terhadap Tuhan Yang Maha Esa, 2) Mengembangkan keterampilan, sikap dan nilai ilmiah, 3) mempersiapkan siswa menjadi warga negara yang melek sains dan teknologi, 4) Menguasai konsep sains untuk bekal hidup di masyarakat dan melanjutkan pendidikan ke jenjang lebih tinggi.

IPA adalah ilmu pengetahuan alam yang mempelajari gejala-gejala yang ada di alam melalui serangkaian proses ilmiah yang dibangun atas dasar sikap ilmiah dan produk ilmiah yang tersusun atas tiga komponen yaitu konsep, prinsip, teori yang berlaku secara universal.

2.1.1.2 Tujuan Pembelajaran IPA di SD

Tujuan mata pelajaran IPA di SD/MI dalam standar isi untuk satuan pendidikan dasar menurut BSNP (2006) agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut:

1. Memperoleh keyakinan terhadap kebesaran Tuhan Yang Maha Esa berdasarkan keberadaan, keindahan dan keteraturan alam ciptaan-Nya

2. Mengembangkan pengetahuan dan pemahaman konsep-konsep IPA yang bermanfaat dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari 3. Mengembangkan rasa ingin tahu, sikap positip dan kesadaran

tentang adanya hubungan yang saling mempengaruhi antara IPA, lingkungan, teknologi dan masyarakat

4. Mengembangkan keterampilan proses untuk menyelidiki alam sekitar, memecahkan masalah dan membuat keputusan

5. Meningkatkan kesadaran untuk berperanserta dalam memelihara, menjaga dan melestarikan lingkungan alam

6. Meningkatkan kesadaran untuk menghargai alam dan segala keteraturannya sebagai salah satu ciptaan Tuhan

(3)

2.1.1.3 Ruang Lingkup Pembelajaran IPA di SD

Ruang lingkup bahan kajian IPA untuk SD/MI dalam standar isi untuk satuan pendidikan dasar menurut BSNP kurikulum 2006 (KTSP) adalah sebagai berikut:

1. Makhluk hidup dan proses kehidupan, yaitu manusia, hewan, tumbuhan dan interaksinya dengan lingkungan, serta kesehatan. 2. Benda/materi, sifat-sifat dan kegunaannya meliputi: cair, padat dan

gas.

3. Energi dan perubahannya, meliputi gaya, bunyi, panas, magnet, listrik, cahaya dan pesawat sederhana.

4. Bumi dan alam semesta meliputi: tanah, bumi, tata surya, dan benda-benda langit lainnya.

2.1.1.4 Pembelajaran IPA di SD

Pembelajaran IPA adalah interaksi antara komponen-komponen pembelajaran dalam bentuk proses pembelajaran untuk mencapai tujuan yang berbentuk kompetensi yang telah ditetapkan (Wisudawati dan Sulistyowati 2014:26). Pembelajaran IPA di SD juga harus mampu mendorong siswa untuk dapat memiliki ketrampilan untuk memecahkan masalah. Hal ini sejalan dengan pendapat Trianto (2013:143) “menyatakan salah satu tujuan pembelajaran IPA dapat memberikan keterampilan dan kemampuan untuk menangani peralatan, memecahkan masalah dan melakukan observasi”. Oleh karena itu, dalam proses pembelajaran IPA dibutuhkan strategi/Model pembelajaran yang mampu mengarahkan siswa untuk memiliki ketrampilan dalam memecahkan masalah dan dapat berpikir secara kritis. Sesuai dengan pendapat Trianto (2013:143) yang menyatakan bahwa “suatu Model pembelajaran IPA perlu dikembangkan untuk melibatkan siswa secara aktif dalam kegiatan pembelajaran untuk menemukan atau menerapkan ide-idenya sendiri”. Model pembelajaran yang dapat meningkatkan siswa untuk berpikir kritis dan memberikan pengalaman langsung merupakan Model pembelajaran yang disampaikan dengan cara menghubungkan pelajaran dengan kehidupan nyata.

(4)

mengutamakan peran siswa dalam kegiatan belajar mengajar. Sehingga pembelajaran yang terjadi adalah pembelajaran yang berpusat pada siswa dan guru sebagai fasilitator dalam pembelajaran tersebut. Guru berkewajiban untuk meningkatkan pengalaman belajar siswa untuk mencapai tujuan pembelajaran IPA. Tujuan ini tidak terlepas dari hakikat IPA sebagai produk, proses dan sikap ilmiah.

2.1.2 Model Pembelajaran Picture and Picture dan Model Pembelajaran Make A Match

2.1.2.1 Model Pembelajaran

(5)

tujuan pembelajaran tidak terlaksana dengan baik dan bahkan siswa tidak mampu memahami materi yang disampaikan oleh guru.

Berdasarkan beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran merupakan serangkaian tahapan-tahapan pembelajaran yang disusun secara sistematis untuk memudahkan siswa dalam mencapai tujuan pembelajaran. Model pembelajaran digunakan guru sebagai pedoman dalam melaksanakan pembelajaran di kelas. Model pembelajaran disesuaikan dengan kondisi peserta didik dan materi yang akan di ajarkan agar tujuan pembelajaran dapat dicapai secara maksimal.

2.1.2.2 Pembelajaran Kooperatif

Pembelajaran kooperatif merupakan strategi belajar dengan sejumlah siswa sebagai anggota kelompok kecil yang tingkat kemampuannya berbeda (Isjoni, 2011). Pembelajaran kooperatif tidak hanya sekedar belajar dalam kelompok, tetapi peserta didik harus dapat belajar bekerja sama dengan anggota lainnya. Dalam pembelajaran kooperatif peserta didik memiliki dua tanggung jawab, yaitu mereka belajar untuk dirinya sendiri dan membantu sesama anggota kelompok untuk belajar. Siswa belajar bersama dalam kelompok kecil dan mereka tidak dapat melakukannya seorang diri.

Pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran yang menekankan siswa belajar dan bekerja dalam kelompok-kelompok kecil secara kolaboratif yang anggotanya tediri dari dua samapi lima orang, dengan struktur kelompoknya yang bersifat heterogen (Komalasari, 2013). Pembelajaran kooperatif menekankan peserta didik untuk belajar aktif dam memiliki tanggung jawab karena siswa akan bekerjasama dalam kelompok. Pembagian kelompok dalam pembelajaran kooperatif dilakukan secara heterogen. Keberhasilan dalam pembelajaran kooperatif tegantung kerjasama yang dilakukan peserta didik.

(6)

pembelajaran teman sebaya dimana siswa bekerja sama dalam kelompok-kelompok kecil yang memiliki tanggung jawab bagi individu dan kelompok-kelompok terhadap tugas-tugas.dalam pembelajara kooperatif siswa dapat lebih memahami dan menemukan konsep-konsep yang sulit melalui diskusi dibandingkan dengan pembelajaran individual.

Berdasarkan beberapa pendapat di atas, pembelajaran kooperatif adalah suatu model pembelajaran dimana siswa dibagi dalam kelompok-kelompok kecil antara 2 sampai 5 orang untuk mencapai tujuan pembelajaran dengan bekerja sama secara kolaboratif dengan struktur kelompok yang bersifat heterogan. Dimana dihahapkan para siswa saling membantu dan berargumentasi untuk menyelesaikan suatu masalah agar dapat menyelesaikan tugas dengan maksimal dan tujuan belajar dapat dicapai secara bersama.

2.1.2.3 Kelebihan dan Kelemahan Pembelajaran Kooperatif

Jerolimek dan Parker dalam Isjoni (2007) berpendapat bahwa pembelajaran kooperatif memiliki beberapa kelebihan yaitu (1) saling ketergantungan yang positif; (2) adanya pengakuan dalam merespon perbedaan individu; (3) siswa dilibatkan dalam perencanaan dan pengelolaan kelas; (3) suasana kelas rileks dan menyenangkan; (4) terjalinnya hubungan yang hangat dan bersahabat antara siswa dengan guru; (5) memiliki banyak kesempatan untuk mengekpresikan pengalaman emosi yang menyenangkan.

Model pembelajaran kooperatif, tidak hanya unggul dalam membantu siswa memahami konsep yang sulit, tetapi juga sangat berguna untuk menumbuhkan kemampuan berpikir kritis, bekerja sama, dan membantu teman. Dalam pembelajaran kooperatif, siswa terlibat aktif pada proses pembelajaran sehingga memberikan dampak positif terhadap kualitas interaksi dan komunikasi yang berkualitas, dapat memotivasi siswa untuk meningkatkan prestasi belajarnya.

(7)

menetapkan model pembelajaran seperti ini. Menurut Isjoni (2007) kelemahan pembelajaran kooperatif bersumber pada beberapa faktor. Faktor-faktor tersebut antara lain: (1) Guru harus mempersiapkan pembelajaran secara matang, di samping itu memerlukan lebih banyak tenaga, pemikiran dan waktu. (2) Agar proses pembelajaran di kelas berjalan dengan lancar maka dibutuhkan dukungan fasilitas, alat dan biaya yang cukup memadai. (3) Selama kegiatan diskusi kelompok berlangsung, ada kecenderungan topik permasalahan yang sedang dibahas meluas sehingga banyak yang tidak sesuai dengan waktu yang telah ditentukan. (4) Saat diskusi kelas terkadang didominasi seseorang, hal ini mengakibatkan siswa yang lain menjadi pasif.

Cara mengatasi kelemahan dalam pembelajaran kooperatif, sebaiknya sebelum pembelajaran berlangsung guru mempersiapkan pembelajaran secara matang seperti alat peraga atau yang lainnya, agar pada saat proses belajar mengajar berlangsung tidak ada hambatan. Pada waktu pembelajaran kooperatif berlangsung guru sebaiknya membatasi masalah yang dibahas, agar waktu yang telah ditentukan tidak melebihi batas. Selain itu guru harus berusaha menanamkan dan membina sikap berdemokrasi diantara para siswa. Maksudnya suasana kelas harus diwujudkan sedemikian rupa sehingga dapat menumbuhkan kepribadian siswa yang demokratis dan diharapkan suasana yang terbuka dengan kebiasaan-kebiasaan kerjasama, terutama dalam memecahkan kesulitan-kesulitan.

Seorang siswa haruslah dapat menerima pendapat siswa lainnya, seperti siswa satu mengemukakan pendapatnya lalu siswa yang lainnya mendengarkan dimana letak kesalahan, kekurangan atau kelebihan, kalau ada kekurangannya maka perlu ditambah. Penambahan ini harus disetujui oleh semua anggota dan harus saling menghormati pendapat orang lain.

(8)

temannya. Pengetahuan itu tidak lagi diperoleh dari gurunya. Seorang teman haruslah memberikan kesempatan kepada teman yang lain untuk mengemukakan pendapatnya dengan cara menghargai pendapat orang lain, saling mengoreksi kesalahan, dan saling membetulkan lainnya.

Terdapat enam langkah utama atau tahapan di dalam pelajaran yang menggunakan pembelajaran kooperatif (Rusman, 2011). Secara rinci keenam fase pembelajaran kooperatif dirangkum dalam tabel 2.1 berikut ini.

Tabel 2.1

Guru menyampaikan tujuan pelajaran yang akan dicapai pada kegiatan pelajaran dan menekankan pentingnya topik yang akan dipelajari dan memotivasi siswa belajar.

Fase-2

Menyampaikan Informasi

Guru menyajikan informasi atau materi kepada siswa dengan demontrasi atau melalui bahan bacaan.

Fase-3

Mengorganisasi Siswa ke dalam Kelompok-Kelompok Belajar.

Guru menjelaskan kepada siswa bagaimana caranya membentuk kelompok belajar dan membimbing setiap kelompok agar melakukan transisi secara efektif dan efisien.

Guru mengevaluasi hasil belajar tentang materi yang telah dipelajari atau masing-masing kelompok mempresentasikan hasil kerjanya.

Fase-6 Memberikan penghargaan

Guru mencari cara-cara untuk menghargai baik upaya maupun hasil belajar individu dan kelompok.

Sumber: Rusman, 2011

2.1.2.4 Model Pembelajaran Picture and Picture

(9)

Kelebihan model pembelajaran Picture and Picture menurut Hamdani (2010) sebagai berikut:

1. Guru lebih mengetahui kemampuan tiap-tiap siswa 2. Melatih siswa untuk berpikir logis dan sistematis

Kelemahan model pembelajaran Picture and Picture menurut Hamdani (2010) sebagai berikut:

1. Memakan banyak waktu 2. Banyak siswa yang pasif.

Miftahul Huda (2013:239) menyebutkan kelebihan model pembelajaran Picture and Picture antara lain:

1. Siswa dilatih berpikir logis dan sistematis

2. Siswa dibantu belajar berpikir berdasarkan sudut pandang suatu subjek bahasan dengan memberikan kebebasan siswa dalam praktik berpikir

3. Motivasi siswa untuk belajar semakin dikembangkan 4. Siswa dilibatkan dalam perencanaan dan pengelolaan kelas.

Miftahul Huda (2013:239) menyebutkan kelemahan model pembelajaran Picture and Picture antara lain:

1. Memakan banyak waktu 2. Membuat sebagian siswa pasif

3. Munculnya kekhawatiran akan terjadi kekacauan di kelas

4. Adanya beberapa siswa tertentu yang terkadang tidak senang jika disuruh bekerjasama dengan yang lain

5. Kebutuhan akan fasilitas, alat, dan biaya yang cukup memadai.

Langkah-langkah model pembelajaran Picture and Picture menurut Hamdani (2010) antara lain:

1. Guru menyampaikan kompetensi yang akan dicapai 2. Guru menyajikan materi sebagai pengantar

3. Guru menunjukkan gambar-gambar yang berkaitan dengan materi 4. Guru merujuk atau memanggil siswa secara bergantian untuk

memasangkan atau mengurutkan gambar-gambar menjadi urutan yang logis

(10)

6. Dari alasan atau urutan gambar tersebut, guru menanyakan konsep atau materi yang sesuai dengan kompetensi yang ingin dicapai 7. Guru bersama siswa menyimpulkan materi yang telah diajarkan.

2.1.2.5 Model Pembelajaran Make A Match

Model pembelajaran Maka A Match adalah pembelajaran yang menggunakan kartu yang berpasangan dengan jawaban. Pembelajaran ini dilaksanakan siswa dengan menjodohkan antara kartu soal dengan kartu jawaban yang tepat sebelum batas waktunya. Model pembelajaran Make A Match merupakan model pembelajaran kelompok yang memiliki dua orang anggota. Masing-masing anggota tidak diketahui sebelumnya tetapi dicari berdasarkan kesamaan pasangan, misalnya pasangan soal dan jawaban. guru membuat kotak undian, kotak pertama berisi soal dan kotak kedua berisi jawaban, mereka mencari pasangan yang cocok antara soal dan jawaban. Model ini dapat digunakan untuk membangkitkan aktifitas peserta didik belajar dan cocok digunakan dalam bentuk permainan.

Tujuan yang ingin dicapai dalam model pembelajaran Make A Match menurut Fachrudin (2009) yaitu sebagai berikut:

1. Untuk melatih peserta didik agar cepat dan lebih kuat pemahamannya terhadap suatu materi pokok.

2. Peserta didik dilatih berpikir cepat dan menghafal cepat sambil menganalisis dan berinteraksi sosial.

Kelebihan dari model pembelajaran Make A Match yaitu:

1. Dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa, baik secara kognitif atau fisik 2. Pembelajaran Make A Match ini menyengkan, karena terdapat unsur

permainan

3. Peningkatkan pemahaman siswa terhadap materi yang dipelajari 4. Meningkatkan motivasi belajar siswa

5. Efektif sebagai sarana untuk melatih keberanian siswa untuk tampil presentasi

(11)

Kelemahan dari model pembelajaran Make A Match yaitu: 1. Diperlukan bimbingan dari guru untuk melakukan kegiatan.

2. Waktu yang tersedia perlu dibatasi jangan sampai siswa terlalu banyak bermain-main dalam proses pembelajaran.

3. Guru perlu persiapan bahan bahan dan alat yang memadai.

Langkah-langkah Model pembelajaran Make a Match menurut Loma Curran (2010).

1. Guru menjelaskan materi yang ingin dicapai.

2. Guru menyiapkan beberapa konsep atau topik yang cocok untuk sesi review, sebaliknya satu bagian kartu soal dan bagian lain kartu jawaban.

3. Setiap siswa mendapat sebuah kartu yang bertuliskan soal atau jawaban.

4. Tiap siswa memikirkan jawaban atau soal dari kartu yang dipegang.

5. Setiap siswa mencari pasangan kartu yang mempunyai kartu yang cocok dengan kartunya (soal-jawaban).

6. Setiap siswa yang dapat mencocokan kartunya sebelum batas waktu diberi poin.

7. Setelah satu babak kartu dikocok lagi agar tiap siswa mendapat kartu yang berbeda dari sebelumnya.

8. Siswa juga bisa bergabung dengan 2 atau 3 siswa lainnya yang memegang kartu yang cocok.

9. Bersama siswa membuat kesimpulan terhadap materi pelajaran.

Kesimpulan dari kelebihan dan kekurangan model pembelajaran Make A Match adalah bahwa kelebihannya dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa,

(12)

2.1.2.6 Penerapan Model Picture and Picture dipadukan Model Make A Match dalam Mata Pelajaran IPA

Model pembelajaran Picture and Picture dipadukan model pembelajaran Make A Match adalah mencampurkan langkah-langkah kegiatan pembelajaran sehingga menjadi langkah-langkah: (1) penyampaian kompetensi (Picture and Picture); (2) penyampaian materi (Picture and Picture dipadukan Make A Match);

(3) penyiapan media pembelajaran (Picture and Picture dipadukan Make A Match); (4) pencarian pasangan kartu dan pengurutan gambar (Picture and

Picture dipadukan Make A Match); (5) pencarian informasi untuk memcocokkan kartu dan mengurutkan gambar (Picture and Picture dipadukan Make A Match); (6) menyimpulkan materi (Picture and Picture dipadukan Make A Match). Berikut ini adalah tabel penerapan model pembelajaran Picture and Picture dipadukan model pembelajaran Make A Match dalam mata pelajaran IPA.

Tabel 2.2

Penerapan Model Picture and Picture dipadukan Model Make A Match dalam Mata Pelajaran IPA

NO Langkah Kegiatan

1. Kegiatan Awal 1. Menyiapkan siswa secara psikis dan fisik untuk mengikuti proses pembelajaran

2. Menyiapkan alat dan bahan. 3. Apersepsi kegiatan siswa.

4. Mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang mengkaitkan pengetahuan sebelumnya dengan materi yang akan dipelajari

5. Menyampaikan materi dan tujuan yang akan dipelajari

2. Kegiatan Inti 1. Guru menjelaskan materi yang akan dipelajari

(13)

3. Guru menyampaikan langkah-langkah yang harus dilakukan siswa dalam pembelajaran

4. Guru membagikan gambar, kartu soal dan kartu jawaban

5. Siswa yang mendapatkan kartu soal maju kepepan kelas untuk membacakan soal yang ada didalam kartu soal.

6. Siswa yang mendapaatkan kartu jawaban atau gambar yang sesuai dengan kartu soal maju kedepan kelas.

7. Siswa yang mendapaatkan kartu jawaban atau gambar yang sesuai dengan kartu soal maju kedepan kelas menempelkan nya di kertas karton yang ada di papan tulis.

8. Siswa yang membawa kartu jawaban sesuai dengan kartu soal maju kedepan kelas untuk membacakannya dan menempelkannya di kertas karton yang ada di papan tulis.

9. Siswa yang mendapakan gambar yang sesuai dengan kartu soal harus mengurutkan gambar agar menjadi sistematis, kemudian menempelkannya di kertas karton yang ada di papan tulis

10. Guru membacakan soal kembali dan jawaban yang benar dan siswa menjelaskan secara singkat

(14)

menempelkan di kertas karton yang ada di papan tulis

12. Siswa yang memegang kartu jawaban atau gambar yang benar dari soal yang ada di kartu soal menempelkan kartu jawaban di papan tulis

13. Guru dan siswa bertanya jawab tentang hal-hal yang belum dipahami oleh siswa

14. Guru meluruskan kesalah pahaman siswa

15. Guru memberikan umpan balik dan penguatan terhadap siswa

3. Kegiatan Penutup 1. Menyusun rangkuman pembelajaran dengan melibatkan siswa

2. Melakukan refleksi pembelajaran dengan melibatkan siswa.

3. Melakukan evaluasi.

2.1.3 Hasil Belajar

2.1.3.1 Pengertian Hasil Belajar

(15)

dapat dilihat dari nilai siswa setelah mengerjakan soal evaluasi. Perubahan sikap siswa dapat menjadi lebih baik dari sebelumnya misalnya dari yang tidak disiplin menjadi disiplin. Perubahan keterampilan siswa juga dapat lebih baik dari sebelumnya misalnya dari yang tidak bisa membuat/melakukan sesuatu menjadi bisa membuat/melakukan sesuatu.

Hasil belajar merupakan kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah siswa menerima pengalaman belajarnya (Sudjana, 2011). Dalam hal ini, seorang guru harus benar-benar memberikan pengalaman belajar yang bermanfaat dan mempunyai konsep yang jelas sehingga akan berpengaruh positif terhadap diri siswa sebagai bekal dalam kehidupannya.

Dari pengertian di atas disimpulkan bahwa hasil belajar adalah kemampuan yang dimiliki peserta didik setelah mengikuti kegiatan pembelajaran yang menjadi pengalaman peserta didik sebagai perubahan perilaku dari bidang pengetahuan, bidang sikap maupun bidang keterampilan yang dimiliki peseta didik akan berubah dari yang tidak tahu menjadi tahu, dari yang tidak mengerti menjadi mengerti, dari yang tidak bisa menjadi bisa.

2.1.3.2 Pentingnya Hasil Belajar

Salah satu manfaat hasil evaluasi adalah untuk memberikan umpan balik (feed-back) kepada semua pihak yang terkait dalam pembelajaran, baik secara

(16)

memberikan saran dan perbaikan, sehingga peserta didik termotivasi untuk memperbaiki dan meningkatkan kualitas proses belajar serta hasil pekerjaannya.

Rammer (1967) dalam Arifin (2009) juga mengemukakan manfaat hasil evaluasi “we discuss here the use of test result to help students understand them selves better, explain pupil growth and development to parents and assist the

teacher in planning in struction.” Pendapat Rammer ini menunjukkan, paling tidak ada tiga manfaat penting dari hasil evaluasi, yaitu untuk membantu pemahaman peserta didik menjadi lebih baik, untuk menjelaskan pertumbuhan dan perkembangan peserta didik kepada orang tua, dan membantu guru dalam membuat perencanaan pembelajaran

2.1.3.3 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar

Faktor-faktor yang memberikan kontribusi terhadap proses dan hasil belajar adalah kondisi internal dan eksternal peserta didik. Kondisi internal mencakup kondisi fisik, kondisi psikis dan kondisi sosial. Sedangkan, faktor eksternal mencakup materi belajar, suasana belajar, tempat belajar dan sebagainya (Rifa’i dan Anni, 2009:97). Kondisi internal dan kondisi eksternal sangat berpengaruh terhadap hasil belajar. Hasil belajar digunakan untuk tolok ukur keberhasilan siswa dalam belajar. Misalnya kondisi internal yang mempengaruhi keberhasilan belajar yaitu apabila dalam pembelajaran siswa tidak dalam kondisi kesehatan yang baik maka akan mempengaruhi hasil belajar siswa sehingga pemerolehan hasil belajar tidak maksimal. Selain itu, apabila ada siswa yang mengalami kendala mata minus juga akan mempengaruhi hasil belajar siswa karena siswa tidak jelas dalam melihat tulisan yang jauh. Kondisi eksternal juga berpengaruh terhadap hasil belajar siswa misalnya materi pelajaran yang sulit apabila tidak diimbangi dengan penggunaan Model pembelajaran siswa akan kesulitan dalam menerima pelajaran sehingga hasil belajarnya tidak dapat dicapai secara maksimal.

(17)

yaitu: faktor jasmaniah, faktor psikologis, dan faktor kelelahan. 2) Faktor-faktor ekstern adalah faktor yang berasal dari luar siswa. Faktor ini meliputi faktor keluarga, faktor sekolah, dan faktor masyarakat.

2.1.3.4 Pengukuran Hasil Belajar

Menurut Majid (2014:27) penilaian dan pengukuran hasil belajar dilakukan dengan menggunakan tes hasil belajar, terutama hasil belajar kognitif berkenaan dengan penguasaan bahan pengajaran sesuai dengan tujuan pendidikan dan pengajaran. Ukuran hasil belajar siswa dapat diperoleh dari aktivitas belajar. Pengukuran hasil belajar digunakan untuk mengetahui kemampuan siswa dalam mengikuti pembelajaran. Hasil belajar yang diperoleh siswa setelah mengikuti pembelajaran harus mencapai hasil belajar yang lebih tinggi dari sebelumnya. Hasil belajar siswa digunakan guru untuk mengukur kemampuan siswa setelah mengikuti proses pembelajaran dan mengukur pencapaian tujuan pendidik. Pengukuran dalam hasil belajar harus mencakup tiga aspek yaitu aspek kognitif, afektif dan psikomotorik. Instrumen yang sering digunakan untuk mengukur kemampuan siswa yaitu dengan teknik tes dan non-tes. Teknik tes yaitu meliputi tes tertulis, tes lisan dan tes perbuatan. Sedangkan, non tes yaitu meliputi portofolio, jurnal, angket, wawancara dan observasi.

Pada penelitian kali ini, peneliti mengukur hasil belajar pada siswa kelas 5 SDN 03 Blotongan semester I tahun 2016/2017 dengan menggunakan teknik tes dan non tes. Hasil belajar dalam penelitian ini adalah besarnya skor siswa yang diperoleh dari skor tes, pengamatan/observasi, dan tugas kelompok.

2.1.3.5 Hubungan antara Model Pembelajaran Picture and Picture dipadukan Model Pembelajaran Make A Macth dan Hasil Belajar Ilmu Pengetahuan Alam

(18)

pembelajaran. Dengan adanya penyusunan gambar guru dapat mengetahui kemampuan siswa dalam memahami konsep materi dan melatih berpikir logis dan sistematis, dapat melihat kemampuan siswa dalam menyusun gambar secara berurutan, menunjukkan gambar, memberi keterangan dan menjelaskan gambar, Sehingga siswa dapat menemukan konsep materi sendiri dengan membaca gambar. Adanya gambar-gambar yang berkaitan dengan materi belajar siswa lebih aktif dan dapat tercapai tujuan akhir dari proses pembelajaran yaitu hasil belajar akan meningkat.

Model pembelajaran Make A Match atau mencari pasangan merupakan salah satu alternatif yang dapat diterapkan kepada siswa. Penerapan moel ini dimulai dari teknik yaitu siswa disuruh mencari pasangan kartu yang merupakan jawaban/soal sebelum batas waktunya, siswa yang dapat mencocokkan kartunya diberi poin.

Teknik model pembelajaran Make A Match atau mencari pasangan dikembangkan oleh Lorna Curran (1994). Salah satu keunggulan tehnik ini adalah siswa mencari pasangan sambil belajar mengenai suatu konsep atau topik dalam suasana yang menyenangkan.

Model pembelajaran Make A Match dalam pembelajarn IPA ini siswa diberi lembar pertanyaan dan jawaban tentang struktur bahan dan siswa mencari pasangan yang cocok antara soal dengan jawaban. Siswa dituntut untuk aktif dan dapat menguasai materi. Model ini diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar siswa karena Model ini menyenangkan dan dapat mengasah pengetahuan yang dimiliki siswa.

Banyaknya model pembelajaran mengharuskan pendidik memiliki model pembelajaran yang beragam. Dalam proses belajar mengajar, pendidik tidak menggunakan hanya satu model, tetapi harus bervariasi, yaitu disesuaikan dengan tipe belajar peserta didik dan kondisi serta situasi yang ada pada sat itu. Dengan demikian dapat tujuan pembelajaran yang telah dirumuskan oleh pendidik dapat terwujud/tercapai.

(19)

pembelajaran Picture And Picture dipadukan model pembelajaran Make A Match adalah mencampurkan langkah-langkah kegiatan pembelajaran agar menjadi langkah yang sistematis. Dengan memadukan dua model pembelajaran ini diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar siswa.

2.2 Kajian Hasil Penelitian yang Relevan

Adapun hasil penelitian yang relevan dengan penelitian ini adalah:

Penelitian yang dilakukan oleh Moewarni, Ninik Sri Tahun 2012 dengan hasil penelitian yang diperoleh adalah terjadi peningkatan ketuntasan hasil belajar. Hal ini ini tampak adanya peningkatan hasil belajar IPA pada hasil penelitian menunjukkan bahwa sebelum perbaikan pembelajaran siswa yang tuntas KKM > 69 hanya 13 siswa dari 28 siswa (46%). Pada Perbaikan pembelajaran siklus I siswa yang tuntas KKM > 69 meningkat menjadi 20 siswa (71%). Dan pada perbaikan pembelajaran siklus II siswa yang tuntas KKM > 69 meningkat lagi menjadi 24 siswa ( 86%). Dan tinggal 4 siswa (14%) yang belum tuntas. Penggunaan pembelajaran kooperatif model picture and picture terbukti dapat meningkatkan hasil belajar IPA.

Penelitian yang dilakukan oleh Moharyani, W. Triatmi Tahun 2013 Peningkatan dapat terlihat dari nilai rata-rata hasil belajar yang diperoleh siswa dalam kondisi awal yaitu sebesar 62 pada, siklus I meningkat sebesar 5,27 menjadi 67,27 dan siklus II lebih meningkat lagi yaitu sebesar 10,06 menjadi 77,33. Berdasarkan dari hasil penelitian ini disarankan bahwa model pembelajaran kooperatif tipe Picture and Picture perlu disosialisasikan kepada guru dan diterapkan dalam pembelajaran IPA terutama untuk meningkatkan hasil belajar IPA.

(20)

siklus keaktifan siswa pada kategori baik dan baik sekali ada 7 siswa atau 31,8 naik menjadi 14 siswa atau 6,37% pada siklus I dan terakhir pada siklus II menjadi 20 siswa atau 90,9%. Dari hasil ini ketuntasan belajar dan keaktifan belajar sudah mencapai indikator yaitu 80% ke atas. Dengan kata lain hasil belajar siswa dengan menggunakan Model Picture And Picture telah tuntas atau mencapai KKM yang diharapkan.

Penelitian yang dilakukan Agus Sujianto. 2006. Model Make A Match untuk Meningkatkan Prestasi Belajar Siswa Pada Bidang Studi Matematika di SDN Margomulyo 1 Ngawi. Semarang: Unes. Peneliti ini bertujuan untuk meningkatkan prestasi belajar siswa pada bidang studi matematika.

Dari beberapa penelitian di atas terdapat beberapa perbedaan dan persamaan yang dilakukan antara penelitian yang dilakukan sebelumnya dengan penelitian kali ini adalah bahwa penelitian sebelumnya hanya menggunakan model pembelajaran Picture and Picture saja untuk meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPA. Sedangkan, penelitian ini memadukan dengan model pembelajaran Make A Match. Penggunaan kedua Model pembelajaran ini disesuaikan dengan materi pelajaran yang diajarkan. Dengan menggunakan dua model diharapkan siswa akan lebih aktif, tertarik dan termotivasi dalam mengikuti pembelajaran. Oleh karena itu, pada penelitian ini model pembelajaran Picture and Picture dipadukan Model pembelajaran Make A Match untuk meningkatkan hasil belajar pada mata pelajaran IPA agar lebih maksimal.

2.3 Kerangka Pikir

(21)

Gambar 2.1 Kerangka Pikir

2.4 Hipotesis Tindakan

1. Dengan menggunakan model pembelajaran Picture and Picture dipadukan model pembelajaran Make A Match diduga dapat meningkatkan hasil belajar IPA siswa kelas 5 SDN Blotongan 03 semester I tahun pelajaran 2016/2017 dalam pelajaran IPA.

2. Langkah-langkah penerapan model pembelajaran Picture and Picture dipadukan model pembelajaran Make A Match sesuai sintaks diduga dapat meningkatkan hasil belajar IPA siswa kelas 5 SDN Blotongan 03 semester I tahun pelajaran 2016/2017 dalam pelajaran IPA.

Hasil belajar IPA siswa rendah/di bawah KKM

Kondisi Awal

Pembelajaran konvensional

Menggunakan model pembelajaran Picture and Picture

dipadukan dengan model pembelajaran Make a Match

Menggunakan model pembelajaran Picture and Picture dipadukan dengan model pembelajaran Make

A Match dalam pembelajaran IPA

Melalui Model Pembelajaran Picture and Picture dipadukan dengan model pembelajaran

Make a Match dapat lebih meningkatkan hasil belajar IPA siswa kelas 5 SDN Blotongan 03

Gambar

Tabel 2.1
gambar tersebut
Tabel 2.2
gambar yang sesuai dengan kartu soal maju
+3

Referensi

Dokumen terkait

Untuk menghubungkan dua buah file database yang sedang dibuka dengan suatu ekspresi kunci yang terdapat pada kedua file. • File yang aktif File Induk; • File yang dikaitkan

Aplikasi biomaterial di bidang medis juga didukung dengan semakin canggihnya peralatan yang digunakan, mulai dari peralatan untuk karakterisasi material, rekayasa

Analisis ini menunjukkan bahwa sebagian besar kemampuan sistem diskriminatif berasal dari frekuensi gaya berjalan (Irama) dan ada penurunan yang signifikan dalam kemampuan

Sedangkan Desa Siaga dilaksanakan melalui pembentukan Poskesdes, yaitu upaya kesehatan bersumberdaya masyarakat ( UKBM ) yang dibentuk di desa dalam rangka

3- TELEPHONE INTERVIEWS : Is the process of gathering data using the telephone and asking a small number of general questions.. 4- ELECTRONIC E-MAIL INTERVIEWS : Consist of

Namun dalam hal dimensi power distance yang tinggi ditunjukkan dengan sikap yang berbeda oleh pemimpin di PT Jasa Raharja Cabang Jawa Tengah, mereka tidak terlalu

for the first session of the sixth Meeting agenda, KARTIKA WIRJOATMODJO (the.. Residential ID Card shows KARTIKA) in his position returned the Meeting forum to. the Chairperson of

Di tempat lain dalam Al-Qur’an, Allah menambahkan bahwa isteri pun merupakan fitnah sebagaimana harta dan anak, dengan demikian, memerintahkan setiap orang untuk