• Tidak ada hasil yang ditemukan

Laporan Praktikum Analisis Pangan Kada

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Laporan Praktikum Analisis Pangan Kada"

Copied!
24
0
0

Teks penuh

(1)

LAPORAN PRAKTIKUM ANALISIS PANGAN

ACARA VI

KADAR AIR DAN KADAR ABU

Penanggung Jawab: Rombongan 1 Kelompok 2 Hilma Qurrota Aini (A1M012031)

KEMENTRIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN

FAKULTAS PERTANIAN PURWOKERTO

(2)

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Air dalam bahan pangan paling sedikit terdapat dalam tiga bentuk yang berbeda yaitu air sebagai pelarut atau pendispersi komponen bahan pangan, air yang terserap atau terkondensasi pada permukaan internal atau eksternal komponen padat pangan dan air yang terikat secara kimia dalam bentuk hidrat. Adanya keterikatan air dengan komponen bahan pangan inilah yang menyebabkan kesulitan pada analisis air pada suatu bahan pangan.

Air pada bahan pangan tidak hanya dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan manusia, air juga mempunyai peranan yang sangat besar bagi bahan pangan itu sendiri. Keberadaan air dalam bahan pangan sering dihubungkan dengan mutu bahan pangan, sebagai pengukur bagian kering atau padatan, penentu indeks kestabilan selama penyimpanan, serta penentu mutu organoleptik terutama rasa dan keempukan.

Analisis kadar air dalam bahan pangan sangat penting dilakukan baik pada bahan pangan kering maupun pada bahan pangan segar. Pada bahan pangan kering, kadar air sering dihubungkan dengan indeks kestabilan khususnya saat penyimpanan. Bahan pangan kering menjadi awet karena kadar airnya dikurangi sampai batas tertentu. Pada pangan segar, kadar air bahan pangan erat hubunganya dengan mutu organoleptiknya.

Selain mengandung bahan organik dan air, bahan pangan mengandung senyawa anorganik yang disebut mineral atau abu. Walaupun jumlahnya sangat sedikit,namun keberadaan mineral pada bahan pangan sangat dibutuhkan oleh tubuh manusia. Didalam tubuh mineral berfungsi sebagai zat pembangun dan pengatur. Mineral tertentu sangat dibutuhkan sebagai penyusun tulang, gigi, dan jaringan lunak, otot, darah, dan sel syaraf, dan sebagian lainya dibutuhkan dalam metabolisme tubuh.

(3)

natrium,klor,kalsium,fosfor,magnesium,dan belerang. Sedangkan mineral mikro atau trace element adalah mineral yang dibutuhkan dalam jumlah kecil seperti besi, iodium, mangan, tembaga, zink, kobalt dan flour. Kebutuhan mineral tubuh dapat dipenuhi dengan mengkonsumsi bahan pangan seperti susu,daging sapi, telur ikan, serealia, sayuran, dan lain-lain.

Karena beragamnya sumber mineral yang ada, analisis abu dan mineral sangat penting dilakukan untuk mengetahui kualitas gizi suatu bahan pangan. Selain dapat mengetahui kualitas gizim analisis abu dan mineral sangat sering dilakukan sebagai indikator mutu pangan lain. Dari analisis abu dan mineral dapat diketahui tingkat kemurniam produk tepung atau gula; adanya pemalsuan pada produk selai, buah sari buah ,dan cuka; tingkat keberhasilan suatu bahan; dan terjadinya kontaminasi mineral yang bersifat toksik.

B. Tujuan

Praktikum analisa kadar air dan kadar abu ini bertujuan untuk:

1. Mengetahui dan memahami cara analisis kadar air Metode Oven

(4)

II. TINJAUAN PUSTAKA

Air berwujud cair pada suhu 0-100oC dengan tekanan 1 atm. Perubahan

suhu pada air menyebabkan air mengalamu perubahan fisik. Apabila air dipanaskan, jumlah rata-rata air dalam satu kelompok molekul air menurun dan ikatan hidrogen putus kemudian terbentuk lagi secara cepat. Bila suhu pemanasan air makin tinggi maka molekul air akan bergerak dengan sangat cepat dan pada saat tekanan uap air melebihi tekanan atmosfer, beberapa molekul dapat terlepas dari permukaan dan membentuk gas. Perubahan fisik air dari cair menjadi gas inilah yang dijadikan prinsip pengeluaran air dari suatu bahan pangan terutama dalam penentuan kadar air pangan dengan metode pengeringan. (Andarwulan,2011)

Menurut Sudarmadji,2010, air dalam suatu bahan makanan terdapat dalam berbagai bentuk, yaitu:

1. Air bebas, terdapat dalam ruang-ruang antar sel dan inter-granular dan pori-pori yang terdapat dalam bahan.

2. Air yang terikat secara lemah karena terserap (teradsorpsi) pada permukaan kolloid makromolekular seperti protein, pektin pati, selulosa. Selain itu air juga terdispersi diantara kolloid tersebut dan merupakan pelarut zat-zat yang ada didalam sel. Air yang ada dalam bentuk ini masih tetap mempunyai sifat air bebas dan dapat dikristalkan pada pembekuan.

3. Air yang dalam keadaan terikat kuat, yaitu membentuk hidrat. Ikatanya bersifat ionik sehingga relatif sukar dihilangkan atau diuapkan.

Kadar air merupakan banyaknya air yang terkandung dalam bahan yang dinyatakan dalam persen. Kadar air juga merupakan satu karakteristik yang sangat penting pada bahan pangan, karena air dapat mempengaruhi penampakan, tekstur, dan citarasa pada bahan pangan. Kadar air dalam bahan pangan ikut menentukan kesegaran dan daya awet bahan pangan tersebut (Sandjaja 2009).

(5)

sampai didapat berat yang konstan.Selisih berat sebelum dan sesudah pengeringan adalah banyaknya air yang diuapkan.(Winarno,2004)

Penentuan kadar air dengan metode oven dilakukan dengan cara mengeluarkan air dari bahan dengan bantuan panas yang disebut dengan proses pengeringan. Analisis kadar air dengan metode oven didasarkan atas berat yang hilang, oleh karena itu sampel seharusnya mempunyai kestabilan panas yang tinggi dan tidak mengandung komponen yang mudah menguap. Beberapa faktor yang dapat memengaruhi analisis air metode oven diantaranya adalah yang berhubungan dengan penimbangan sampel, kondisi oven, pengeringan sampel, dan perlakuan setelah pengeringan. Faktor-faktor yang berkaitan dengan kondisi oven seperti suhu, gradien suhu, kecepatan aliran dan kelembaban udara adalah faktor-faktor yang sangat penting diperhatikan dalam metode pengeringan dengan oven. (Andarwulan,2011)

Prinsip metode penetapan kadar air dengan oven atau thermogravitimetri yaitu mengupakan air yang ada dalam bahan dengan jalan pemanasan. Penimbangan bahan dengan berat konstan yang berarti semua air sudah diuapkan dam cara ini relatif mudah dan murah. Percepatan penguapan air serta menghindari terjadinya reaksi yang lain karena pemanasan maka dapat dilakukan pemanasan dengan suhu rendah atau vakum. Namun, terdapat kelemahan cara analisa kadar air dengan cara pengeringan, yaitu bahan lain selain air juga ikut menguap dan ikut hilang misalnya alkohol, asam asetat,minyak atsiri. Kelemahan lain yaitu dapat terjadi reaksi selama pemanasan yang menghasilkan air atau zat mudah menguap lainya, dan juga bahan yang mengandung zat pengikat air akan sulit melepaskan airnya walaupun sudah dipanaskan. (Sudarmadji,2010)

(6)

Abu merupakan residu anorganik dari proses pembakaran atau oksidasi komponen organik bahan pangan. Kadar abu dari suatu bahan pangan menunjukkan kandungan mineral yang terdapat dalam bahan tersebut, kemurnian, serta kebersihan suatu bahan yang dihasilkan. Analisis kadar abu dengan metode pengabuan kering dilakukan dengan cara mendestruksi komponen organik sampel dengan suhu tinggi di dalam suatu tanur pengabuan (furnace), tanpa terjadi nyala api, sampai terbentuk abu berwarna putih keabuan dan berat konstan tercapai. Oksigen yang terdapat di dalam udara bertindak sebagai oksidator. Residu yang didapatkan merupakan total abu dari suatu sampel .(Andarwulan, 2011).

Berikut adalah kadar abu dari beberapa jenis bahan, menurut Sudarmadji,2010.

Macam bahan % Abu

Milk 0,5 – 1

Milk kering tidak berlemak 1,5

Buah-buahan segar 0,2 – 0,8

Buah-buahan yang dikeringkan 3,5

Biji kacang-kacangan 1,5 – 2,5

(7)

umumnya terbatas untuk bahan makanan yang mengandung unsur yang akan ditentukan dalam jumlah banyak. Kerugian utama metode gravimetri adalah banyaknya waktu yang diperlukan. (Rohman,2013)

Menurut Sudarmadji,2010. Penentuan abu total dapat digunakan untuk berbagai tujuan yaitu antara lain:

1. Untuk menentukan baik tidaknya suatu proses pengolahan. Misalnya pada penggilingan gandum diharapkan dapat dipisahkan antara bagian endosperm dengan kulit dan lembaganya. Apabila masih banyak katul atau lembaga terikut dalam endosperm maka tepung gandum yang dihasilkan akan mempunyai kadar abu yang relatif tinggi.

2. Untuk mengertahu jenis bahan yang digunakan. Misalnya penentuan kadar abu dapat digunakan untuk memperkirakan kandungan buah yang digunakan untuk membuat jelly atau marmalade.

3. Penentuan abu total sangat beguna sebagai parameter nilai gizi bahan makanan. Adanya kandungan abu yang tidak larut dalam asam yang cukup tinggi menunjukkan adanya pasir atau kotoran yang lain.

Secara umum pengabuan dapat dilakukan dengan 2 cara yaitu cara kering dan cara basah. Perbedaan pengabuan cara kering dan cara basah adalah :

a. Cara kering biasa digunakan untuk penentuan total abu dalam suatu bahan makanan dan hasil pertanian, sedangkan cara basah untuk trace elements. b. Cara kering untuk penentuan abu yang larut dan tidak larut dalam air serta

abu yang tidak larut dalam asam memerlukan waktu yang relatif lama,sedangkan cara basah memerlukan waktu yang cepat.

c. Cara kering memerlukan suhu yang relatif tinggi, sedangkan cara basah suhu relatif rendah.

d. Cara kering dapat digunakan untuk sampel yang relatif banyak, sedang cara basah sebaiknya sampel sedikit dan memerlukan reagensia yang kadang kala agak berbahaya. (Sudarmadji,2010)

(8)

karbohidrat ; 0,7 gram serat ; 0,5 gram abu ; 34 mg kalsium ; 11 mg besi ; 3 mg kalium ; 74 mg vit C ; 0,03 mg tiamina; 0,5 mg niasina; 0,04 mg riboflavin. Nilai energi 200kJ/100 gram. (Prayoga,2011)

Wortel (Daucus carota),sebagai bahan pangan, Wortel mengandung nilai gizi yang tinggi. Berdasarkan 100 gram wortel, mengandung protein sebanyak 1,2 gram, lemak 0,30 gram, karbohidrat 9,3 gram, kalsium 39 mg, fosfor 37 mg, serat 0,90 gram, abu 0,80 gram dan air 88,20 gram. (Cahyono, 2002)

Nanas (Ananas comosus (L.) Merr). Tumbuhan ini termasuk dalam familia nanas-nanasan (Famili Bromeliaceae) , kandungan gizi buah nanas segar per 100 gram adalah protein 0,4 gram, lemak 0,20 gram, karbohidrat 16 gram, fosfor 11 mg, zat besi 0,30 mg, serta air 85,30 gram. (Santoso, 1998)

Kentang,Solanum tuberosum L. merupakan sebuah tanaman dari suku Solanaceae yang mempunyai umbi batang yang bisa dikonsumsi dan disebut dengan kentang. Setiap 100 gram kentang mengandung kalori 347 kal, protein 0,3 gram, lemak 0,1 gram, karbohidrat 85,6 gram, kalsium 20 mg, fosfor 30 mg, zat besi 0,5 mg, dan vitamin B 0,04 mg. (Samadi,2007)

Jambu biji (Psidium guajava) memiliki banyak kandungan yang sangat bermanfaat bagi tubuh. Diantaranya dalam 100 gram buah mengandung 49 kalori, 86 gram air, 0,9 gram protein, 0,3 gram lemak,12,2 gram karbohidrat,14 mg kalsium,28 mg fosfor, 1,1 gram zat besi, 0,02 mg vit B1, 87 mg vit C, dan 25 SI vit A. (Soedjito, 2008)

Labu siam, memiliki kandungan air 92,3 gram, kalori 26 gram, protein 0,6 gram, lemak 0,1 gram, karbohidrat 6,7 gram, kalsium 14 mg, fosfor 25 mg, zat besi 0,5 mg. (Suprapti,2005)

III.METODE PRAKTIKUM

(9)

i. Alat :

1. Cawan porselen 2. Desikator 3. Timbangan 4. Oven 5. Penjepit 6. Tanur

ii. Bahan: 1. Pepaya 2. Wortel 3. Nanas 4. Jambu biji 5. Kentang 6. Labu siam

B. Prosedur Kerja

i. Penentuan Kadar Air Cara Pemanasan (AOAC 1970, Rangana,1979) Sampel dihaluskan kemudian ditimbang seberat 2 gram dalam cawan porselen

yang telah diketahui beratnya.

Kemudian sampel dikeringkan pada oven dengan suhu 100º-105º C selama 4-5 jam tergantung bahan.

(10)

Perhitungan :

Kadar air = B-C X 100% B-A

Keterangan : A = Berat cawan (gram)

B = Berat cawan + sampel sebelum dikeringkan (gram) C = Berat cawan + sampel setelah dikeringkan (gram)

ii. Penentuan Kadar Abu

Kemudian dipanaskan lagi dalam oven selama 2 jam, dinginkan dalam desikator selama 30 menit dan ditimbang. Perlakuan ini diulangi sampai tercapai berat konstan (selisih penimbangan berturut-turut kurang dari 0,02 g)

Cawan proselein kosong dikeringkan di dalam oven sampai kering, kemudian didinginkan dalam desikator.

Sebanyak 2 gram sampel ditimbang dan dimasukkan ke dalam cawan, kemudian dibakar di atas pembakar sampai tidak berasap.

Sampel yang berada di dalam cawan porselein kemudian diabukan di dalam tanur bersuhu 500ºC selama 4-6 jam sampai abu berwarna putih dan bertanya konstan.

(11)

Kadar abu = Berat abu X 100% Berat awal sampel

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

(12)

a. Kadar Air

1 Pepaya 41,8507 43,8537 42,0407 42,0326 42,0350 2 Wortel 42,5083 44,599 42,7286 42,7246 42,7228 3 Nanas 38,8990 40,987 39,2020 39,1977 39,1966 4 Jambu 40,8987 42,9348 41,1429 41,1406

5 Kentang 41,2718 43,3114 41,6027 41,5989 41,5974

6 Labu

Siam

42,8625 44,9525 42,9738 42,9698 42,9692

Keterangan :

Massa 1 = massa setelah pengeringan pertama Massa 2 = massa setelah pengeringan kedua Massa 3 = massa setelah pengeringan ketiga

Perhitungan.

a. Perhitungan selisih hasil pengeringan pertama dengan berat awal 1) 43,8537 gr – 42,0407 gr = 1,813 gr

2) 44,599 gr – 42,7286 gr = 1,8704 gr 3) 40,987 gr – 39,2020 gr = 1,7667 gr 4) 42,9348 gr – 41,1429 gr = 1,7919 gr 5) 43,3114 gr – 41,6027 gr = 1,7087 gr

b. Perhitungan selisih hasil pengeringan kedua dengan berat “a” 1) 42,0407 gr – 42,0362 gr = 0,0045 gr

(13)

1) 42,0362 gr – 42,0350 gr = 0,0012 gr

(14)

(g)

Ket : Massa bahan 1,massa bahan 2, dan massa bahan 3 adalah massa bahan setelah keluar dari tanur. Masing-masing ditimbang 3 kali.

Perhitungan Kadar Abu

(15)

e. Kentang

Kadar abu = 42,3347 - 42,2066 X100 % = 6,68 % 2,0650

f. Labu siam

Kadar abu = 41,4731 - 41,3437 X 100 % = 6,28 % 2,0597

B. PEMBAHASAN

Analisis kadar air dengan metode oven perlakuan berbeda-beda untuk berbagai jenis sampel. Pada praktikum kali ini sampel adalah jenis buah dan sayur. Bahan di haluskan terlebih dahulu agar tidak menimbulkan komposisi yang berlebihan. Setelah bahan dihaluskan, bahan dimasukkan ke cawan yang telah diketahui beratnya. Cawan yang digunakan adalah cawan porselein. Cawan porselen digunakan karena beratnya yang relatif konstan setelah pemanasan berulang-ulang dan harganya yang murah.

Cawan yang sudah dimasuki sampel kemudian dikeringkan di dalam oven selama 4 jam dengan suhu 100ºC sampai diperoleh berat konstan yaitu selisihnya berat dari hasil pemanasan dengan berat awal adalah minimal 0,02 g. Jika selisih berat sampel tidak sampai 0,02 g maka pemanasan diulangi lagi. Dalam praktikum ini dilakukan 3 kali pengulangan pemanasan hingga dicapai berat konstan. Setelah keluar dari oven, selalu cawan berisi sampel dimasukkan ke dalam desikator (penangas air) karena di dalam desikator terdapat zat penyerap air. Alasan setelah dilakukan pengovenan sampel dimasukkan ke desikator adalah karena bahan yang telah mengalami pengeringan bersifat lebih higroskopis daripada bahan asalnya.

(16)

tepat dengan berbagai sumber yang menyatakan bahwa kandungan kadar air buah dan sayur segar mencapai 90%.

Pada pepaya, hasil analisis menunjukan kadar air pepaya 90,79 % sementara pada sumber pustaka sebayak 86,6%. Pada wortel hasil analisis kadar air menunjukkan 89,74% sementara pada sumber pustaka menunjukan kadar air sebanyak 88,20%. Pada nanas hasil analisis menunjukkan kadar air nanas sebanyak 85,62 % sementara pada sumber pustaka menunjukkan kadar air sebanyak 85,30%. Pada jambu biji hasil analisis menunjukkan kadar air jambu biji 88,12% sementara sumber pustaka menyebutkan 86%. Dalam praktikum ini total memerlukan waktu 8 jam pengovenan, dengan rincian 4 jam pengovenan pertama, 2 jam berikutnya pengovenan kedua, 2 jam berikutnya lagi pengovenan ketiga. Setelah 4 jam pengovenan pertama lalu dilakukan penimbangan,karena belum mencapai berat konstan dilakukan pengovenan lagi. Pada saat pengeringan berlangsung, jambu biji jambu biji hanya memerlukan 2 kali pengeringan untuk mendapatkan berat yang konstan, lebih cepat dibanding sampel lainya yang membutuhkan 3 kali pengeringan. Hal ini dimungkinkan terjadi karena perlakuan sebelum dikeringkan sampel dihaluskan terlebih dahulu. Dan jambu biji memiliki tekstur yang lunak dan banyak airnya,sehingga ketika dihaluskan dengan mortar hasilnya lebih halus dibanding sampel lainya. Seperti yang kita ketahui bahwa semakin luas permukaan bahan yang dikeringkan, maka akan semakin cepat bahan menjadi kering.

(17)

Pepaya Wortel Nanas Jambu Biji Kentang Labu siam namun rentan perbedaanya tidak terlalu jauh. Bisa dikatakan perbedaan ini tidak signifikan. Adanya perbedaan hasil analisis dengan sumber pustaka bisa jadi karena beberapa hal. Menurut pustaka,ketelitian analisis kadar air dengan metode pengeringan dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya suhu pengeringan, suhu dan kelembaban ruang pengeringan, kecepatan pergerakan udara di dalam ruang pengeringan, kondisi vakum, kedalaman dan ukuran partikel sampel, konstruksi oven serta posisi sampel dalam oven.

Analisa kadar abu dengan metode pengabuan kering dilakukan dengan mendestruksi komponen organik sampel dengan suhu tinggi dalam tanur pengabuan, tanpa terjadi nyala api, sampai terbentuk abu berwarna putih keabuan dan berat konstan tercapai. Sampel yang digunakan pada metode pengabuan kering ditempatkan dalam suatu cawan pengabuan yang dipilih berdasarkan sifat bahan yang akan dianalisis. Dalam praktikum ini, cawan yang digunakan untuk sampel adalah cawan porselen.

(18)

dimasukkan ke dalam tanur dengan suhu mencapai 500ºC hingga diperoleh berat konstan. Besarnya berat abu dihitung dengan cara mengurangi selisih berat akhir dikurang berat awal cawan kemudian dibagi dengan berat awal bahan kemudian dikali seratus persen.

Setelah 4 jam proses tanur, kemudian menunggu suhu tanur sampai 100ºC karena suhu sebelumnya sangat panas yaitu sekitar 500º agar sampel bisa diambil untuk kemudian dimasukkan ke desikator. Tujuan dimasukkan ke desikator adalah untuk menjaga berat konstan karena desikator akan menyerap air sehingga berat sampel tetap stabil. Kemudian dilakukan penimbangan sebanyak 3 kali.

Dari lieteratur, diketahui bahwa saat pengabuan ada komponen volatil yang hilang yaitu unsur-unsur Na, S, Cl, dan P. Kadar abu yang didapatkan adalah kadar abu atau mineral total yang terdapat dalam suatu bahan,tetapi kita tidak mengetahui zat atau senyawa apa saja yang terkandung dalam bahan tersebut. Dari keenam bahan yang digunakan, diketahui bahwa nanas memiliki kadar abu tertinggi yaitu sekitar 6,43 %, kemudian diposisi kedua ada pepaya dengan 6,40 %, diposisi ketiga ada kentang dengan 6,68% , di posisi keempat ada jambu biji dengan 6,34%, diposisi kelima ada kentang dengan kadar abu 6,28 %, dan diurutan terakhir ada wortel dengan 6,07%.

(19)

Walaupun kadar abu hasil analisis buah dan sayur tersebut dibawah 10%, tetapi kurang cocok dengan literatur. Pada literatur karangan Sudarmadji,2010, kandungan kadar abu maksimal pada buah – buahan segar adalah sekitar 0,2 – 0,8 %. Sementara pada buah yang kita gunakan yaitu nanas,jambu biji,dan pepaya kadar abunya ada di atas 6%. Begitu pula pada analisis abu pada sayuran, pada wortel,labu siam dan kentang kadar abunya diatas 6% juga, hanya wortel yang sekitar 5% tapi itupun diatas standard kadar abu sayuran yang hanya 1%. Buah dan sayur yang digunakan dalam praktikum ini adalah buah dan sayur dalam kondisi segar, sehingga seharusnya nilai kadar abunya sesuai dengan literatur.

(20)

V. PENUTUP A. Kesimpulan

1. Pada praktikum analisis kadar air penentuan kadar air dengan metode oven dilakukan dengan cara mengeluarkan air dari bahan dengan bantuan panas yang disebut dengan proses pengeringan. Pengeringan dilakukan minimal 4 jam atau sesuai jenis bahan. Namun pada praktikum kadar air ini pengeringan dilakukan total 8 jam ,untuk mendapatkan berat konstan. Pada praktikum ini kadar air yang terbesar adalah kadar air dari labu siam dengan nilai kadar air 94,89%, kemudian disusul oleh pepaya dengan 90,79%, wortel 89,74%, jambu biji 88,12 %, nanas 85,62% dan yang terakhir kentang 84,04 %.

2. Analisa kadar abu dengan metode pengabuan kering dilakukan dengan mendestruksi komponen organik sampel dengan suhu tinggi dalam tanur pengabuan, tanpa terjadi nyala api, sampai terbentuk abu berwarna putih keabuan dan berat konstan tercapai. Setelah 4 jam proses tanur, kemudian menunggu suhu tanur sampai 100ºC karena suhu sebelumnya sangat panas yaitu sekitar 500º agar sampel bisa diambil untuk kemudian dimasukkan ke desikator. Dari keenam bahan yang digunakan, diketahui bahwa nanas memiliki kadar abu tertinggi yaitu sekitar 6,43 %, kemudian diposisi kedua ada pepaya dengan 6,40 %, diposisi ketiga ada kentang dengan 6,68% , di posisi keempat ada jambu biji dengan 6,34%, diposisi kelima ada kentang dengan kadar abu 6,28 %, dan diurutan terakhir ada wortel dengan 6,07%.

B. Saran

(21)

DAFTAR PUSTAKA

Andarwulan,Nuri ,dkk. 2011. Analisis Pangan. Dian Rakyat. Jakarta. Cahyono,Ir.Bambang. 2002. Wortel. Kanisius. Yogyakarta.

Prayoga,Anton. 2011. Jurus Sukses Budidaya Pepaya Tanaman Kalifornia. Abata Press. Klaten

Samadi,Ir.Budi. 2007. Kentang. Kanisius. Yogyakarta.

Santoso,Hieronimus. 1998. Manisan Nanas. Kanisius. Yogyakarta. Soedjito, 2008. Budi Daya Jambu Merah. Kanisius. Yogyakarta.

Sudarmadji,Slamet dkk. 2010. Analisa Bahan Makanan dan Pertanian. Liberty Yogyakarta. Yogyakarta

(22)
(23)

Kadar air

Cawan berisi sampel dalam desikator

Penimbangan Sampel (kadar abu)

Sampel analisis kadar abu diletakkan dalam tanur

(24)

Sampel hasil pengabuan dalam desikator

Referensi

Dokumen terkait

Percakapan yang dilakukan pendidik dengan anak-anak juga bisa diselingi dengan anjuran agama tentang perilaku hidup sehat, dari kegiatan bercakap maka disamping

Dalam usaha untuk mengembangkan kawasan industri, pemerintah daerah Kabupaten Karawang telah mengeluarkan kebijakan melalui rencana Tata Ruang Wilayah yang ditetapkan

pada kompetensi jaringan dasar kelas X di SMK Negeri 6 Ma lang , mengetahui adanya perbedaan yang signifikan berupa hasil belajar posttest pada ke las eksperimen yang

Pohon inang di hutan bekas tebangan terbanyak terdapat pada kelas diameter antara 20-51 cm dan sudah tidak dijumpai pohon inang dengan diameter lebih dari 132 cm, karena

Teks eksplanasi tersusun atas suatu struktur yang memudahkan kita dalam memahami isi teks. Adapun struktur teks eksplanasi adalah

Persamaan &perbedaan dengan peneliti skripsi David H Silvera dan Benedikte Austad (2003) Judul artikel Factors Predicting the Effectiveness of celebrity endorsement

Syed Muhammad Naquib al-Attas, yang sejak lama mengingatkan bahwa problem utama umat islam adala “problem ilmu pengetahuan” (The Probblem of Knowledge). Naquib al-Attas

Model pembelajaran karakter di RA Al Hikam di lingkungan ponpes Al Hikam bertujuan membentuk karakter santri pada murid RA Al Hikam sejak dini, dengan ciri khas