• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

1

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

Gagasan Islamisasi sebagai fenomena modernitas, menarik untuk dicermati dan menjadi great projek bagi kalangan masyarakat Muslim. Gagasan ini muncul untuk merespon perkembangan pengetahuan modern yang didominasi peradaban barat non-Islam. Dominasi peradaban sekuler menjadi factor dominan dari kemunduran umat islam. Pemikiran tentang islamisasi ilmu pengetahuan bertitik dari pemikiran tentang hubungan antar islam dan ilmu modern (sains) berbagai pendapat muncul menafsirkan hubungan tersebut baik pendapat yang pro maupun kontra.

Islamisasi Ilmu dewasa ini banyak dibahas di dunia Islam juga berlatar belakang dan dalam konteks krisis yang modern yang kini tidak saja melanda masyarakat Barat sebagai tempat lahir dan berkembangnya Ilmu pengetahuan modern, melainkan juga telah melanda masyarakat di dunia Islam. Islamisasi Ilmu sesungguhnya adalah usaha untuk mencari dan menyediakan sebuah model alternatif bagi Ilmu pengetahuan modern ini merupakan sebuah persepsi dan tanggapan baru dari intelektual muslim kontemporer, yang berbeda dengan persepsi dan tanggapan intelektual muslim pada masa sebelumnya.

B. RUMUSAN MASALAH

1. Apa itu Islamisasi Ilmu Pengetahuan?

2. Siapa tokoh-tokoh yang berperan dalam Islamisasi Ilmu Pengetahuan? 3. Bagaimana pentingnaya Islamisasi Pengetahuan?

(2)

2

BAB II PEMBAHASAN A. Pengertian Islamisasi Ilmu

Islamisasi ilmu pengetahuan berarti melakukan suatu aktifitas keilmuan seperti mengungkap, mengumpulkan, menghubungkan dan menyebarluaskan menurut sudut pandang Islam terhadap islam, terhadap alam, kehidupan dan manusia.Aktifitas keilmuan itu adalah penambahan atau pemungsian akal manusia, atau lebih tepatnya, pemungsian kemampuan akal manusia, terhadap gejala, baik yang bersifat kebendaan, kehidupan, kerohanian, atau kemanusiaan, dalam lingkup alam, dunia dan kehidupan.1

Islamisasi bukan terbatas hanya pada apa yang disebut dengan ilmu dalam mengahadapi alam. Tapi harus menjangkau apa yang dikenal dengan lingkup “ilmu-ilmu kemanusiaan” bahkan dalam hal ini Islamisasi sangat dibutuhkan. Sebab Islamisasi berkepentingan untuk menata kondisi manusia di dunia, mengatur kehidupannya, agar ia mampu menunaikan tugasnya di dunia dengan baik.

Islamisasi ilmu pengetahuan disini tidak hanya berarti seruan untuk mewujudkan keserasian antara ilmu pengetahuan manusia dengan tuntunan agama, pada tigkat praktek. Tapi yang dimaksud disini adalah mengantisipasi semua aktifitas keilmuan manusia pada dua tingkat, teori dan praktik sekaligus, agar kegiatan keilmuan tersebut terwujud pada lingkup landasan iman dan terbentuk sesuai dengan tuntunan dan persepsinya yang universal dengan meneladani ilmu-ilmu lain.2

Semetara sebagian intelektual muslim kontemporer memberikan respon epistimologis terhadap tantangan modernitas dengan melakukan usaha humanisasi ilmu-ilmu keislaman, sebagian yang lain memberikan respon dengan melakukan sebuah gerakan yang dikenal dengan Islamisasi Ilmu Pengetahuan. Gerakan Islamisasi Ilmu Pengetahuan ini dilatarbelakangi oleh kenyataan bahwa peradaban modern dewasa ini sedang berada dalam kondisi kritis. Beberapa masalah yang menandai krisisnya peradaban modern itu dapat disebut sebagi contoh, anatara lain : Tersisihkannya dimensi ilahiyah dalam kehidupan manusia sebagai akibat sekularisasi, adanya degradasi nilai-nilai humanitas, aliensi manusia, dan krisis lingkungan, sebagai akibat pengurasan dan pengrusakan sumber daya alam. 3

Sebagai gerakan pemikiran, Islamisasi Ilmu Pengetahuan ini merupakan sebuah persepsi dan tanggapan baru dari Intelektual Muslim kontemporer, yang berbeda dengan persepsi dan tanggapan Intelektual Muslim pada masa sebelumnya. Persepsi dan tanggapan Intelektual Muslim pada masa sebelumnya, yakni abad ke sembilan belas dan paruh pertama abad ke dua puluh, terdapat ilmu pengetahuan modern secara garis besar dapat dibagi kedalam dua kelompok utama. Kelompok pertama menanggapinya secara negatif, yakni dengan menyatakan perlawanan dan penolakan terhadap ilmu pengetahuan modern. Sedangkan kelompok kedua menganggapinya secara positif , yakni dengan berusaha keras untuk mempelajari dan menguasainya.4

1

Imaduddin, dan Kholil. Pengantar Islamisasi Ilmu Pengetahuan dan Sejarah, Jakarta:Media Da’wah,hlm.4

2 Imaduddin, dan Kholil, Pengantar Islamisasi Ilmu Pengetahuan dan Sejarah, Jakarta:Media Da’wah,hlm.6-7 3 Sholihan, Epistimologi pengembangan ilmu-ilmu keislaman, Semarang: Walisongo press, 2011, Cet 1, hal. 55 4

(3)

3 Dengan Islamisasi ilmu, ada satu asumsi bahwa terdapat perbedaan antara ilmu pengetahuan modern dengan ilmu pengetahuan yang islami.perbedaan ini terutama berkenaan dengan landasan filosofisnya. ilmu pengetahuan yang positivistic tidak membutuhkan “Tuhan sebagai sebuah hipotesis”. ia bertujuan untuk menjelaskan fenomena alam tanpa bantuan sebab-sebab spiritual dan metafisik, melainkan lebih dalam bentuk sebab-sebab natural atau material semata. Sebagai individu, mungkin banyak ilmuan modern yang percaya pada tuhan atau realitas tertinggi, namun sebagai komunitas ilmiah mereka harus mengikuti norma ilmiah untuk menghapuskan Tuhan atau hal-hal metafisik lain dari alam semesta. Mereka mempelajari relitas alam fisik yang indipenden sepenuhnya dan realitas metafisik. Pada lain pihak, Islam memandang bahwa realitas fisik hanyalah sebuah dimensi dari realitas secara keseluruhan. Bahkan realitas fisik adalah realitas realitas tingkat rendah, tidak memiliki eksistensi yang berdiri sendiri, dan ia memperoleh eksistensinya dari tuhan sebagai realitas tertinggi.5

B. Tokoh yang berperan dalam Islamisasi Ilmu dan Pemikirannya

1. Sayyed Hossein Nasr

Ide Islamisasi sains pertama kali yang dicetuskan oleh Nasr dalam bukunya The Encounter of Man and Nature tahun 1968. Sains Islam menurut Nasr tidak akan dapat diperoleh kecuali dari intelek yang bersifat ilahiyah dan bukan akal manusia. kedudukan intelek adalah dari hati, bukan di kepala, karena akal tidak lebih dari pantulan ruhaniyah.

Untuk mewujudkan sains islami, Nasr menggunakan perbandingan dengan apa yang telah diraih Islam pada zaman keemasannya (zaman pertengahan). Menurutnya, pada saat itu dengan teologi yang mendominasi sains, sains telah memperoleh kecerahan dan dapat menyelamatkan umat dari sifat destruktif sains.6

2. Maurice Bucaille

Bucaille merupakan seorang dokter ahli bedah bangsa Prancis yang beralih menjadi spiritualis, ia menjadi orang tekenal di dunia Islam dengan diterbitkannya buku La Bible La Coran at La Science ( The Bible, The Qur‟an and science/ Bible Qur‟an dan Sains Modern).

Bucaille mengawali pembahasan dari bukunya tersebut dengan menelaah keotentikan teks suci al-Qur‟an. Kemudian dia mengkonfrontasikannya dengan Bibel, dan dia mengambil suatu kesimpulan akhir bahwa al-Qur‟an dalam hal keotentikannya teks lebih mutawatir. dibandingkan dengan Bibel. Sedangkan dalam kaitannya dengan perkembangan sains di dunia kontemporer, metode yang digunakannya cukup sederhana. dengan merujuk beberapa ayat al-Qur‟an dan juga Bibel, dia mengaitkannya dengan sains modern, dengan fakta ilmiah yang telah ditemukan. Dalam komparasi ini, kemudian dia juga mengambil suatu kesimpulan bahwa al-Qur‟an memiliki kesesuaian dengan fakta ilmiah sains modern, sementara Bibel banyak kelemahan7

3. Ismail raji‟ Al-Faruqi

5

Sholihan, Epistimologi Pengembangan Ilmu-Ilmu Keislaman, Semarang: Walisongo press,2011,Cet 1, hal.59-60

6 Muhammad, dan Zaenuddin, Filsafat Ilmu: Perpsektif Pemikiran Islam, Malang: Bayu Mendia, 2003, hal.40 7

(4)

4 Karya dari al-Faruqi tentang ide Islamisasi sains adalah „Islamization of knowledge: General Principles and Work plan”. Ide al-Faruqi ini sebagimana juga banyak menjadi landasan awal ide Islamisasi sains nasr dan Bucaille, yaitu berawal dari keprihatinannya yang mencermati bahwa dalam jajaran peradaban dunia dewasa ini umat islam hampir di semua segi baik politik,ekonomi, budaya, maupun pendidikan berada ada posisi bangsa yang lebih rendah. Al-Faruqi menyebut hal ini sebagai malaise yang dihadapi umat.

Ilmu pengetahuan menurut tradisi islam tidak menerangkan dan memahami realitas sebagai entitas yang terpisah dan indipenden dari realitas absolute (Allah), tetapi melihatnya sebagai bagian integral dari eksistensi Allah. Oleh karena itu,Islamisasi ilmu pengetahuan menurut al-Faruqi harus diarahkan pada suatu kondisi analisis dan sintesis tentang hubungan realitas yang sedang dipelajari dengan hukum(pola) hukum tuhan. Rencana kerja Islamisasi sains al-Faruqi memili tujuan untuk :

a. Menguasai disiplin modern b. Menguasai warisan Islam

c. Menetapkan relevansi khusus pada setiap bidang ilmu pengetahuan modern d. Mencari jalan untuk Sintesis khusus kreatif antara warisan (Islam) dan ilmu

pengetahuan modern

e. Meluncurkan pemikiran Islam pada jaan yang mengarah pada kepatuhan pada hukum Tuhan8

4. Syed Muhammad Naquib Al-Attas

Al-Attas menagatakan Islamisasi adalah jalan utama pembebasan manusia dari trades magis, mitologis, animates nasional cutural dan sesudah itu dari pengendalian sekuler terhadap nalar dan bahasanya yang selama ini diderita umat islam. Dengan demikian sifat Islmisasi suatu proses pembebasan. Langkah yang paling efektif dalam program Islamisasi sains dan disiplin pengetahuan adalah melalui Islamisasi bahasa. Islamisasi bahasa menurut al-Attas sesungguhnya telah ditunjukkan oeh al-Qwur‟an sendiri dalam surat al-Alaq (96):1-5

Banyak ilmuan Muslim yang telah menulis tentang dampak buruk konsep keilmuan sekuler Barat terhadap kemanusiaan. Tetapi, sebuah langkah berdasar pada konsep yang sistematis dan mendasar telah dipelopori oleh Prof. Syed Muhammad Naquib al-Attas, yang sejak lama mengingatkan bahwa problem utama umat islam adala “problem ilmu pengetahuan” (The Probblem of Knowledge).9

Dalam berbagai karyanya, yang dimulai di awal 1070-an, Prof. Naquib al-Attas menjelaskan dasar-dasar perbedaan ontologis, epistimologis, etika, dan budaya antara Islam dan Barat sekuler yang dominan. Al-Attas pun telah meluncurkan wacana serius tentang dewestrnisasi dan dekolonisasi melalui proyek intelektual islamisasi pengetahuan kontemporer, yang berpusat di universitas. Menurut al-Attas, islamisasi adalah: “usaha untuk membebaskan manusia pertama-tamanya dari tradisi magis, mitos, animistic, kultur nasional, lalu membebaskan dari jeratan secular yang membelenggu akal dan bahasanya. Orang islam adalah orang yang akal dan

8 Bakar dan Osman, Tauhid dan Sains, Bandung: Pustaka Hidayah, 1994, hal 28-29 9

(5)

5 bahasanya tidak lagi dikontrol oleh magis, mitos, animism dan tradisi nasionalisme dan kulturalnya. Inilah perbedaan anatar Islam dann sekularisme.” Selain itu, Islamisasi ilmu pengetahuan merupakan suatu upaya untuk mengeliminir unsure-unsur serta konsep-konsep pokok yang membentuk kebudayaan dan peradaban Barat, khususnya ilmu-ilmu kemanusiaan.

5. Ziauddin Sardar

Sardar mengidentifikasikan cara perumusan epistmologi Islam, yaitu:

1) Merumuskan paradigma ilmu pengetahuan, yaitu dengan manitik beratkan pada konsep, prinsip dan nilai Islam penting yang berhubbungan dengan pengkajian khusus.

2) Merusmuskan paradigma tingakah laku, dengan jalan menentukan batasan etika dimana para ilmuwan muslim bisa bekerjja secara bebas.

Sardar menegaskan para prinsipnya sains dan teknologi senantiasa berkaitan dengan 10 nilai dasar Islam, yaitu: tauhid, khalifah, ibadah, ilmu, halal, haram, „adl, dhalim, dan dhliy‟(pemborosan).10

C. Pentingnya Islamisasi Ilmu Pengetahuan

Banyak hal yang penting kenapa Islamisasi Ilmu Pengetahuan itu harus ada, Karena dengan adaya Islamisasi ilmu banyak sekali manfaat yang akan diperoleh, khususnya dalam meninggikan harkat dan derajat agama Islam. Hal – hal tersebut diantaranya :

1. Kepentingan Aqidah

Agama Islam semenjak awal sesuai dengan namanya memiliki orientasi yang jelas : Islam semata – mata karena Allah, Tuhan semesta alam, karena iradah, kalimah, perintah dan larangannya, karena sunnah dan aturanNya di alam dunia dan kehidupan. Dialah yang meletakkan manusia dan kelompok orang yang beriman berdasarkan apa yang kita sebutkan dalam kondisi yang sesuai dengan sunnah dan aturanNya.

Kegiatan keilmuan, baik bersifat kemanusiaan, ilmiah , atau praktis, tak satupun yang menghalanginya umtuk dilaksanakan dalam cakupan iman. Bila dalam bidang ini ada salah satu disiplin ilmu yang bertentangan dengan prinsip keimanan, maka hal itu terjadi karena adanya kelainan pada kebenaran ilmu tersebut atau pada konsepnya atau pada cara mengelolanya.

Bisa pula kita lihat proses saling berpengaruh mempengaruhi antara aqidah dan ilmu pengetahuan di dalam pandangan Islam, sebagai suatu hal yang menguatkan betapa pentingnya ilmu pengetahuan tersebut terbentuk dalam kerangka Islam. Islam, sebagaimana telah dikatakan, menuntut bahkan memerintahkan agar diadakan kegiatan keilmuan. Sementara kegiatan yang dipacu oleh motivasi iman ini pada gilirannya akan memperkuat pandangan Islam, menyinarinya dengan nilai – nilai keilmuan, serta menopangnya dengan berbagai saran penguat, pembuktian, penyebarluasan dan penyentuhan dengan alam. Artinya “Islamisasi Ilmu Pengetahuan” adalah suatu kepentingan aqidah yang mempunyai dua orientasi pokok. Pertama, membantu umat Islam seluruh dunia untuk lebih faham dan mengerti

10

(6)

6 tentang tatanan agama yang mereka anut. Dengan demikian akan bertambah keyakinan mereka akan kebenaran Islam dalam membimbing kehidupan manusia dengan konsep ilmu pengetahuan. Kedua, untuk memungkinkan umat Islam sedunia melakukan penelitian dengan kekuatan material dan mengembangkan kehidupan modern agar mereka bisa hidup layak di dunia ini, dan bisa menghadapi tekanan dan tantangan dari pihak lain.11

2. Kepentingan Kemanusiaan

Ini konsekuensi logis dari uraian sebelumnya. Bila aqidah bertujuan untuk membina insan yang beriman, berfikir, seimbang dan bahagia, maka aktivitas keilmuan yang dikontrol oleh pandangan iman tampil sebagai pembantu bagi terwujudnya tujuan diatas. Kita bisa menggambarkan nilai yang hakiki dari aktivitas keilmuan yang tidak berlandaskan agama terhadap manusia.

Berbeda dengan ilmu pengetahuan yang tidak agamis, atau atheis, maka ilmu pengetahuan yang Islami selalu berusaha untuk memberikan manfaat kepada seluruh umat manusia. Ia tidak didukung oleh kepentingan “menjaga rahasia” atau menyembunyikan suatu penemuan dengan alasan yang “pragmatis” dari orang lain. Pengalaman sejarah menunjukkan, ilmu pengetahuan yang dilandasi iman suka memberi, dan bersifat manusiawi. Dengan artian bahwa ia selalu berusaha untuk mengabdi pada semua manusia tanpa memandang perbedaan warna, ras, letak geografis, bahkan sekte dan agama.12

3. Kepentingan Peradaban

Meniru ilmu Barat atau mengimpornya tidak mampu membangun suatu peradaban atau merehabilitasinya dari kerusakan dan kehancuran. Hasil maksimal dari tindakan ini adalah membuat dunia ketiga beredar dalam orbit peradaban orang lain. Bisa saja maju selangkah dalam bidang modernisasi fisik. Tapi pada tingkat peradaban dia tak punya peta yang tetap dan istimewa di atas permukaan boa bumi ini.

Islamisasi ilmu pengetahuan, lewat analisa yang ringkas ini, kelihatan penting sekali. Sebab dengan Islamisasi, umat Islam, baik hari ini, maupun esok, bisa melewati satu dari dua hal. Boleh jadi umat islam membaur dengan yang lain, tapi ia tetap memiliki identitas khusus, atau menghindar sama sekali tanpa menggunakan kemajuan mereka.

Disini, ketika umat Islam berkesempatan untuk melakukan aktivitasnya dalam lingkaran keimanan, mereka akan tahu bagaimana mengambil api suci dari orang lain. Api tersebut bukan digunakan untuk membakar dunia, atau menghancurkan dirinya sendiri. Tapi digunakan untuk membina unsur – unsur ilmu pengetahuan yang diatur menurut tuntunan iman. Bahkan dilanjutkan untuk mengembalikan peranannya yang

11

Imaduddin, Khalil. Pengantar Islamisasi Ilmu Pengetahuan dan Sejarah. Jakarta:Media Da’wah.1994.hlm 8-10

12 Imaduddin, Khalil. Pengantar Islamisasi Ilmu Pengetahuan dan Sejarah. Jakarta:Media Da’wah.1994.hlm

(7)

7 terlupakan, yaitu untuk merehabilitasi alam dengan ilmu pengetahuan yang disinari iman dan bersandarkan pada petunjuk Allah SWT.1314

4. Kepentingan Ilmiah

Kegiatan ilmiah biasanya sering dilakukan karena keinginan seseorang untuk menciptakan suatu penemuan dan keunggulan. Bila lingkup analisa lebih diperluas kearah berbagai kelompok, maka aktivitas ilmiah biasanya dijadikan sarana untuk mewujudkan pertumbuhan ekonomi, pembangunan strategis, begitu juga angkatan senjata.

Islamisasi ilmu pengetahuan sesuai dengan bahasan ini, berarti mengisi aktivitas keilmuan pada tingkat kuantitas dan kualitas dengan bahan bakar baru yang membuatnya terus bekerja dan layak untuk mengungkap fakta – fakta baru, menyinari sunnah dan aturan – aturan Allah, dan menunjukkan kepada sumber – sumber kekuatan dan potensi – potensi yang masih tersimpan sebagaimana yang telah diisyaratkan oleh Kitabullah sejak lama, dan mengajak umat Islam untuk merobek tabir penutup dan mengeluarkannya ke tengah khalayak manusia demi kebaikan dan kesejahteraan.

D. Langkah – Langkah Islamisasi Pengetahuan

a. Penguasaan disiplin ilmu modern dengan cara membaginya ke dalam kategori – kategori, prinsip – prinsip, metodologi, problem dan tema yang dominan di Barat. b. Survei disiplin ilmu yang dibuat dalam bentuk esai untuk mengetahui garis besar asal –

usul sejarah dan perkembangan maupun metodologinya, perluasan visi bidang kajiannya, dan kontribusi utamanya yang memperluas daya jangkauannya.

c. Menguasai warisan khazanah Islam sebagai titik tolak Islamisasi Pengetahuan. d. Penyajian disiplin ilmu Islam yang relevan dan khas Islam.

e. Penilain kritis terhadap disiplin khazanah ilmu. f. Melakukan survei atas masalah pokok umat Islam.

g. Melakukan analisis-sintetik kreatif. Ini hanya dapat dilakukan bila telah dikuasai disiplin ilmu, warisan Islam dan sekaligus pula melakukan analisis kritis terhadap keduanya.

h. Menata ulang disiplin ilmu dibawah frame work Islam: menyediakan text book untuk universitas.

i. Melaksanakan berbagai konferensi, seminar, workshop, dan sebagainya sebagai faculty

training.15

13

Imaduddin, Khalil. Pengantar Islamisasi Ilmu Pengetahuan dan Sejarah. Jakarta:Media Da’wah.1994.hlm 12-13

14

Imaduddin, Khalil. Pengantar Islamisasi Ilmu Pengetahuan dan Sejarah. Jakarta:Media Da’wah.1994.hlm 13-15

15 Juhaya, S Praja. Filsafat dan Metodologi Ilmu dalam Islam dan Penerapannya di Indonesia.

(8)

8

BAB III KESIMPULAN

Islamisasi ilmu pengetahuan berarti melakukan suatu aktifitas keilmuan seperti mengungkap, mengumpulkan, menghubungkan dan menyebarluaskan menurut sudut pandang Islam terhadap islam, terhadap alam, kehidupan dan manusia. Tokoh-tokoh yang berpengaruh dalam gerakan Islamisasi Ilmu Pengetahuan antara lain Sayyed Hossein Nasr, Maurice Bucaille, Ismail Raji‟ Al Faruqi, Syed Muhammad Naquib Al-Attas,dan Ziauddin Sardar.Dengan adaya Islamisasi ilmu banyak sekali manfaat yang akan diperoleh, khususnya dalam meninggikan harkat dan derajat agama Islam. Hal – hal tersebut diantaranya, Kepentingan Aqidah, kepentingan kemanusiaan,kepentingan peradaban, dan kepentingan ilmiah.

Selain itu dalam gerakan Islamisasi Ilmu Pengetahuan terdapat langkah –langkah yang diperlukan untuk mencapai proses Islamisasi Pengetahuan, diantaranya, Penguasaan disiplin ilmu modern dengan cara membaginya ke dalam kategori – kategori, prinsip – prinsip, metodologi, problem dan tema yang dominan di Barat. Survei disiplin ilmu yang dibuat dalam bentuk esai untuk mengetahui garis besar asal – usul sejarah dan perkembangan maupun metodologinya, perluasan visi bidang kajiannya, dan kontribusi utamanya yang memperluas daya jangkauannya. Menguasai warisan khazanah Islam sebagai titik tolak Islamisasi Pengetahuan. Penyajian disiplin ilmu Islam yang relevan dan khas Islam.

(9)

9

BAB IV PENUTUP

Demikian makalah sederhana ini kami susun. Terimakasih atas antusiasme dari pembaca yang berkenan menelaah dan mengimplementasikan isi makalah ini. Saran dan kritik konstruktif tetap kami harapkan sebagai bahn perbaikan. Sekian dan terimakasih.

(10)

10

DAFTAR PUSTAKA

Bakar, Osman, Tauhid dan Sains (Esai-esai tentang Sejarah dan Filsafat Sains Islam), Bandung: Pustaka Hidayah, 1994

Imaduddin, Khalil. 1994. Pengantar Islamisasi Ilmu Pengetahuan dan sejarah, Jakarta: Media da‟wah

Muhammad. Zaenuddin. 2003. Filsafat Ilmu: Perspektif Pemikiran Islam, Malang: Bayu Media

Sholihan. 2011. Epistimologi Pengembangan Ilmu-Ilmu Keislaman, Semarang: Walisongo press

S.Praja, Juhaya.2002. Filsafat dan Metodologi Ilmu dalam Islam dan Penerapannya di Indonesia. Jakarta:Teraju

Referensi

Dokumen terkait

Menurut ICD IX, kematian maternal (ibu) meliputi kematian wanita pada wak- tu hamil sampai 42 hari setelah bersalin (tidak bergantung pada umur kehamilan dan kehamilan

1. Apakah unsur-unsur yang harus dibuktikan terhadap pelaku tindak pidana Narkotika oleh Majelis Hakim Pengadilan Negeri KJas I A Palembang?. Bagaimanakah penerapan sanksi

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan perilaku merokok dengan penyakit hipertensi pada laki-laki usia 45-59 tahun di desa kuok kecamatan kuok tahun

Analisis Hubungan antara Lingkungan Kerja (X2) dengan Kinerja Pegawai (Y) di Kecamatan Gayamsari Kota Semarang. Untuk mengetahui ada tidaknya hubungan positif antara

Tijdschrift van Het kononklijk Nederlandsch, Aardrijkskundundig Genootschap, Deel LII, 1935 , hlm.. Pada akhir Maret pada harga ini transaksi pertama dengan

Kom selaku dosen pembimbing II, yang telah mendukung peneliti, memberikan motivasi kepada peneliti dan membantu memberikan arahan serta pendapat dalam proses

Untuk Jalan arah sebaliknya yaitu Jalan Ayani Kubu Raya – Jalan Ayani Kota Pontianak hasil derajat kejenuhannya sebesar 0,2248 smp/jam dan tingkat pelayanan jalannya

e) Kelurahan Koya Barat, Kelurahan Koya Timur, Kampung Koya Tengah, Kampung Holtekamp, dan Kampung Skouw Mabo terletak di Distrik Muara Tami. Kawasan peruntukan perumahan