• Tidak ada hasil yang ditemukan

PTK Bojong Kelas VIIA tahun 2015 .docx

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "PTK Bojong Kelas VIIA tahun 2015 .docx"

Copied!
104
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Mengajarkan matematika merupakan suatu kegiatan pembelajaran sedemikian sehingga siswa belajar untuk mendapatkan kemampuan dan ketrampilan tentang matematika. Kemampuan dan ketrampilan tersebut ditandai dengan adanya interaksi yang positif antara guru dengan siswa, siswa dengan siswa, yang sesuai dengan tujuan pengajaran yang telah ditetapkan (Hudaya, 2005:122). Namun dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran khususnya yang berhubungan dengan matematika, ternyata masih banyak mengalami hambatan-hambatan baik yang dialami siswa maupun guru. Salah satu hambatan-hambatan yang terjadi adalah kesulitan dalam memahami konsep-konsep matematika, hal ini disebabkan kurang tepat pendekatan yang dipergunakan serta kurang optimal dalam pengunaan alat peraga yang ada.

Seperti yang terjadi di SMP Negeri 1 Bojong Kecamatan Bojong Kabupaten Pandeglang, ternyata siswa sangat bervariasi dalam motivasi belajarnya. Mereka rata-rata dalam belajar tanpa dibekali keinginan untuk memahami konsep-konsep yang diajarkan oleh guru.. Sehingga yang terjadi mereka kebingungan dan selanjutnya dalam menyelesiakan soal-soal tidak sesuai dengan prosedur.

(2)

Sebagai guru dalam pembelajaran di kelas terkadang kurang mengaitkan antara konsep dengan keadaan kehidupan sebenarnya dengan pendekatan pemecahan masalah. Sehingga ketika siswa diberikan soal yang aplikatif kesulitan dalam menyelesaikannya dengan prosedur yang benar sesuai konsep.

Pemecahan masalah merupakan bagian dari kurikulum matematika yang sangat penting, karena dalam proses pembelajaran maupun dalam penyelesaian, siswa dimungkinkan memperoleh pengalaman menggunakan pengetahuan, serta keterampilan yang sudah dimiliki untuk diterapkan pemecahan masalah yang bersifat tidak rutin.

(3)

dahulu memahami soal, membuat rencana penyelesaian, dan setelah jawaban diperoleh mereka tidak memeriksa kembali apakah jawaban sudah sesuai dengan apa yang dinyatakan atau belum, akibatnya jawaban yang mereka peroleh kurang tepat dengan kenyataan yang terdapat pada soal. Selain itu aktifitas selama proses pembelajaran cenderung pasif, siswa lebih senang mencatat dan mendengarkan penjelasan yang diberikan oleh guru, kurang berani untuk menyampaikan pendapat atau menanyakan materi yang belum mereka pahami sehingga guru tidak dapat mengetahui secara pasti apakah materi yng disampaikan sudah dipahami atau belum oleh siswa.

(4)

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka dapat diidentifikasi masalah sebagai berikut :

1. Rendahnya hasil belajar siswa pada pokok bahasan penjumlahan bilangan bulat.

2. Rendahnya aktifitas belajar siswa yang ditemui dalam pembelajaran matematika.

3. Terdapat kesulitan siswa dalam memahami soal-soal dengan pendekatan pemecahan masalah.

4. Keterbatasan media dan alat yang tersedia di sekolah yang mendukung proses pembelajaran.

5. Rendahnya motivasi belajar siswa.

6. Pengajarannya yang kurang baik dan dapat disebabkan oleh kesalahan pengajaran dalam menyajikan metode ataupun tidak adanya alat peraga, dan pendekatan yang sesuai.

C. Pembatasan Masalah

(5)

penjumlahan bilangan bulat yang dapat dilakukan dengan penerapan pendekatan pemecahan masalah. Keaktifan siswa dalam penelitian ini meliputi keaktifan siswa memahami konsep, memahami soal, membuat rencana penyelesian soal, Mengerjakan setiap soal dalam LKS dan keaktifan siswa dalam kelompok. Faktor-faktor lain yang mempengaruhi hasil belajar seperti internal, faktor sosial, ekonomi, lingkungan dan faktor eksternal lainnya tidak dibahas atau diabaikan.

D. Rumusan Masalah

1. Bagaimanakah peningkatan hasil belajar siswa pada operasi penjumlahan bilangan bulat di kelas VIIA di SMP Negeri 1 Bojong Kabupaten Pandeglang melalui penerapan pendekatan pemecahan masalah?

2. Bagaimana aktifitas siswa pada pembelajaran operasi penjumlahan bilangan bulat di kelas VIIA SMP Negeri 1 Bojong Kabupaten Pandeglang melalui penerapan pendekatan pemecahan masalah?

E. Tujuan Penelitian

1. Ingin meningkatkan hasil belajar siswa pada pembelajaran operasi penjumlahan bilangan bulat di kelas VIIA SMP Negeri 1 Bojong Kabupaten Pandeglang melalui penerapan pendekatan pemecahan masalah.

(6)

F. Manfaat Penelitian 1. Bagi Peneliti

a. Menambah pengetahuan tentang operasi penjumlahan bilangan bulat melalui penerapan pendekatan pemecahan masalah.

b. Ingin mengembangkan pengetahuan yang dimiliki.

c. Dapat menerapkan pemecahan masalah pada pembelajaran matematika di kelas lain.

2. Bagi Siswa

a. Dapat meningkatkan aktifitas belajar siswa pada operasi penjumlahan bilangan bulat

b. Dapat meningkatkan hasil belajat siswa pada operasi penjumlahan bilangan bulat

c. Dapat merangsang siswa untuk lebih aktif dan kreatif

G. Definisi Operasional

Supaya diperoleh persepsi yang sama, maka perlu diberikan penjelasan tentang istilah yang digunakan, berikut ini dijelaskan istilah-istilah yang digunakan dalam penelitian ini:

1. Hasil belajar siswa

(7)

menerima pengalaman belajarnya. Dalam belajar metemetika terjadi proses berfikir dan terjadi kegiatan mental dan dalam kegiatan dalam menyusun hubungan-hubungan antara bagian-bagian informasi yang di peroleh sebagai pengertian. Karena itu orang menjadi memahami dan menguasai hubungan-hubungan tersebut.

2. Bilangan bulat

Di dalam bilangan bulat terdapat bilangan terdiri, bilangan bulat negatif dan cacah A={ …, -6, -5, -4,-3, -2, -1, 0, 1, 2, 3, 4, 5, 6 …}

Operasi hitung pada penjumlahan bilangan bulat: a. Sifat Asosiatif

( a + b ) + c = a + ( b + c ) b. Sifat Komutatif

A + b = b + a

c. Unsur identitas terhadap penjumlahan

Bilangan Nol (0) disebut unsur identitas atau netral terhadap penjumlahan A + 0 = 0 + a

d. Unsur invers terhadap penjumlahan Invers jumlah ( lawan ) dari a adalah –a Invers jumlah ( lawan ) dari –a adalah a e. Bersifat tertutup

(8)

A dan b € bilanagn bulat maka a + b = c ; c € bilangan bulat 3. Pendekatan pemecahan masalah

(9)

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Kajian Teori

1. Penerapan Pendekatan Pemecahan Masalah a. Masalah

Masalah merupakan sesuatu keadaan yang tidak dapat terpisahkan dalam kehidupan manusia. Setiap saat kita senantiasa diperhadapkan dengan masalah-masalah nyata dalam proses pemenuhan kebutuhan dan tuntutan kehidupan. Namun demikian, suatu kondisi merupakan masalah bagi seseorang pada suatu saat tertentu dan bukan lagi menjadi masalah pada saat yang lain. Demikian juga, suatu masalah merupakan masalah bagi seseorang tetapi bukan menjadi masalah bagi orang lain. Ketika seseorang mampu memenuhi tuntutan atau kebutuhan pada suatu waktu, maka tuntutan atau kebutuhan itu bukan menjadi masalahnya, begitu sebaliknya. Ketika seseorang mampu memenuhi tuntutan atau persyaratan tertentu, maka bukanlah masalah baginya, tetapi sebaliknya orang lain menjadikannya masalah ketika tidak mampu atau kesulitan untuk memenuhinya. Berarti masalah bagi seseorang pada suatu waktu adalah suatu kondisi yang harus dipenuhi, diselesaikan, atau diatasi tetapi proses pemenuhan atau penyelesaiannya membutuhkan tindakan yang tidak mudah.

(10)

Upaya mendapatkan pemecahan atau jawaban atas pertanyaan-pertanyaan soal matematika, berbeda antara siswa yang satu dengan lainnya. Sebagian siswa memandang sulit untuk dipecahkan, sementara siswa lain merasa mudah. Seorang siswa yang belum pernah berhasil memecahkan soal matematika akan merasa kesulitan dalam proses pemecahannya, tetapi pada kesempatan lain tidak lagi menjadikannya masalah karena sedikit atau banyak memiliki pengalaman dalam tugas yang sama atau identik. Ketika diperhadapkan dengan suatu soal yang sama sekali baru, maka proses pemecahan atau menjawabnya membutuhkan waktu yang tidak sedikit untuk mengumpulkan segala pengalaman dan pengetahuan yang dimilikinya, kemudian mengorganisirnya dalam suatu proses pemecahan, hingga diperoleh jawabannya atau bahkan gagal tidak mendapatkannya. Inilah masalah matematika.

(11)

tersebut, Suherman dkk. (2001:86) memberikan pengantar bahwa suatu masalah biasanya memuat suatu situasi yang mendorong seseorang untuk menyelesaikannya akan tetapi tidak tahu secara langsung apa yang harus dikerjakan untuk menyelesaikannya.

Pendapat dari ketiga sumber tersebut memberikan pemahaman kepada kita bahwa masalah matematika adalah soal-soal matematika yang didalamnya terdapat pertanyaan-pertanyaan tantangan untuk dipecahkan atau dijawab dan pemecahannya tidak bisa dilakukan dengan secara langsung menggunakan aturan, prosedur rutin yang biasa digunakan. Sesuai pengertian itu, Hudojo (2005:124) menguraikan syarat suatu soal matematika dipandang sebagai masalah bagi siswa apabila: (1) pertanyaan yang dihadapkan kepada siswa hatuslah dapat dimengerti oleh siswa tersebut, namun pertanyaan itu harus merupakan tantangan baginya untuk menjawabnya, (2) pertanyaan tersebut tidak dapat dijawab dengan prosedur rutin yang telah diketahui siswa.

(12)

b. Pemecahan Masalah

Untuk memperoleh kemampuan dalam pemecahan masalah, seseorang harus memiliki banyak pengalaman dalam memecahkan berbagai masalah. Berbagai hasil penelitian menunjukkan bahwa anak yang diberi banyak latihan pemecahan masalah memiliki nilai lebih tinggi dalam tes pemecahan masalah dibandingkan anak yang latihannya lebih sedikit. Dan adanya rasa tertarik untuk menghadapi tantangan dan tumbuhnya kemauan untuk menyelesaikan tantangan tersebut, merupakan modal utama dalam pemecahan masalah.

Pemecahan masalah matematika adalah upaya yang ditempuh untuk mendapatkan jawaban atas masalah matematika, yang dilakukan dengan melibatkan keterpaduan konsep matematis hingga diperoleh jawaban atau pemecahan masalah tersebut.

c. Cara Mengajarkan Pendekatan Pemecahan masalah

(13)

pencapaian pengalaman belajar siswa memecahkan masalah hingga diperoleh kemampuan memecahkan masalah. Untuk itu perlu dipikirkan alternative upaya pembelajarannya bagi siswa.

Branca (1980, Roebyanto dan Yanti,menegaskan tiga interpretasi umum pemecahan masalah, yaitu (1) pemecahan masalah sebagai sebagai tujuan (goal) yang menekankan aspek mengapa matematika diajarkan, dan sasarannya bagaimana memecahkan suatu masalah matematika, (2) pemecahan masalah sebagai proses yang diartikan sebagai kegiatan aktif, yang penekanannya terletak pada metode, strategi atau prosedur yang digunakan siswa dalam menyelesaikan masalah hingga menemukan jawabannya, (3) pemecahan masalah sebagai ketrampilan dasar (basic skill), yang menyangkut dua hal, yaitu (a) ketrampilan umum siswa untuk kepentingan evaluasi, (b) ketrampilan minimum yang diperlukan untuk dapat mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari.

(14)

ini Hudojo (2005:131) mengajukan metode penemuan dengan bimbingan guru. Namun jika ditinjau dari guru sebagai pengajar pemecahan masalah, maka beberapa cara yang dapat ditempuh antara lain ekspository, tanya jawab, diskusi kelompok, atau metode lainnya.

Secara proses aktual, metode pemecahan masalah ditempuh dengan menerapkan strategi dan pendekatan pemecahan masalah. Pendekatan pemecahan masalah berarti guru menyajikan pemecahan masalah sebagai proses yang dilakukan dengan tahapan-tahapan tertentu, yang menurut pada ahli dengan tahapan pokok sebagaimana tahapan pemecahan masalah dari Polya, yaitu memahami masalah, merencanakan pemecahan, melaksanakan pemecahan, dan melihat kembali hasil pemecahan. Pendekatan diperlukan agar siswa mampu melakukan adaptasi dengan materi pelajaran. Masalah-masalah matematika dan proses pemecahannya itulah dipandang sebagai materi pelajaran. Tentunya pendekatan yang dimaksud bersifat metodologis atau penyajian materi. Implementasi pendekatan tersebut adalah dengan mengarahkan siswa untuk memanfaatkan strategi pemecahan masalah dalam memecahkan masalah (soal) matematika.

Reys at.al. (1989, Ladinillah, 2008) memaparkan rangkuman hasil penelitiannya tentang pembelajaran pemecahan masalah, yaitu:

(15)

2) Tidak ada strategi yang optimal untuk memecahkan seluruh masalah (soal). Beberapa strategi sering digunakan dari pada lainnya dalam setiap tahapan pemecahan masalah.

3) Guru harus mengajarkan berbagai strategi kepada siswa untuk dapat menyelesaikan berbagai bentuk masalah. Siswa harus dilatih menggunakan suatu strategi untuk berbagai soal, atau menggunakan beberapa strategi untuk suatu soal.

4) Siswa perlu dihadapkan pada masalah dengan cara pemecahan yang belum dikuasainya (tidak biasa), dan mereka harus didorong untuk mencoba berbagai alternative pendekatan pemecahan.

5) Prestasi atau kemampuan siswa dalam memecahkan masalah berhubungan dengan tahap perkembangan siswa. Oleh karena itu, tingkat kesukaran masalah yang diberikan harus sesuai dengan siswa.

(16)

siswa untuk suatu masalah yang akan diberikan. Masalah-masalah yang cocok yang disajikan kepada siswa. Mengajarkan pemecahan masalah merupakan inti pembelajaran pemecahan masalah.

Beberapa gagasan penting tentang pembelajaran pemecahan masalah, dikemukakan Hudojo (2005:130) antara lain:

1) Untuk menyelesaikan masalah siswa perlu mendapatkan pendekatan pedagogis, yakni dengan menyiapkan masalah yang bervariasi dan bermakna bagi siswa dan membuat siswa tertarik memecahkannya. 2) Perlunya pemberian penghargaan berupa nilai atau penghargaan

khusus, atau pujian kepada siswa akan membuat siswa tertarik memecahkan masalah.

3) Masalah-masalah diberikan atau dipilih sendiri oleh siswa, untuk kemudian dikerjakan secara individual dan dibicarakan dalam kelompok untuk kemudian disajikan di kelas.

4) Menggunakan metode penemuan terbimbing, dengan penuntun secukupnya sebagai bantuan untuk menyelesaikan masalah.

(17)

Berdasarkan pada ide-ide pembelajaran pemecahan masalah di atas, dapat disarikan bahwa pemecahan masalah sebagai materi pelajaran, tujuan pelajaran, proses belajar, dan ketrampilan dasar, diajarkan bagi peserta didik dengan berprinsip pada beberapa konsep, yaitu:

a) Pengajaran diawali dengan analisis tujuan yang relevan dengan tujuan pemecahan masalah.

b) Pengajaran dengan menyiapkan dan memanfaatkan pemahaman, ketrampilan, dan pengetahuan prasyarat sesuai konteks masalah yang dipecahkan.

c) Inti pembelajaran pemecahan masalah adalah melakukan aktivitas pemecahan masalah yang tidak biasa dan bermakna bagi siswa, menggunakan pendekatan pemecahan masalah dari Polya.

d) Menggunakan pendekatan pedagogic dan personal untuk mendorong dan menarik siswa senang melaksanakan tugas pemecahan masalah.

e) Memberikan dan melatih penggunaan berbagai strategi untuk memecahkan masalah yang bervariasi.

(18)

g) Melakukan penilaian kemampuan pemecahan masalah yang sesuai dengan tujuan pembelajaran.

d. Setrategi Pendekatan Pemecahan Masalah

Memenuhi tahapan pendekatan pemecahan masalah, utamanya tahap kedua merencanakan pemecahan masalah, maka perlu memilih ide kreatif yang sesuai dengan karakteristik masalah sebagai strategi pemecahan masalah. Bebicara pemecahan masalah tidak lepas dari tokoh Polya(1993), menurutnya dalam pemecahan masalah terdapat empat langkah yang dilakukan yaitu: (1) memahami masalah, (2) merencanakan pemecahannya ,(3) menyeledaikan masalh sesuai rencana langkah kedua, dan (4) memeriksa kembali hasil yang diperoleh (looking back).

Untuk memperoleh gambaran yang lebih jelas tentang strategi pemecahan masalah yang mungkin diperkenalkan pada anak sekolah dasar dapat dilakukan strategi sebagai berikut:

1) Strategi Act It Out

(19)

dalam menemukan hubungan antara komponen-komponen yang tercakup dalam suatu masalah.

2) Membuat Gambar atau Diagram

Strategi ini dapat membantu siswa untuk mengungkapkan informasi yang terkandung dalam masalah sehingga hubungan antara komponen dalam masalah tersebut dapat terlihat dengan terlihat dengan jelas. Pada saat guru mencoba mengajarkan strategi ini, penekan perlu dilakukan bahwa gambar atau diagram yang dibuat tidak perlu sempurna, terlalu bagus atau terlalu detail. Hal yang perlu digambar atau dibuat diagramnya bagian-bagian terpenting yang diperkirakan mampu memperjelas permasalahan yang dihadapi.

3) Menemukan Pola

(20)

menghadapi permasalahan tertenru, salah satu pertanyaan yang mungkin muncul pada benak seseorang antara lain adalah: “Adakah pola atau keteraturan tertentu yang mengaitkan tiap data yang diberikan ?”. Tanpa melalui latiahn, sangat sulit bagi seseorang untukmenyadari bahwa dalam permasalahn yang dihadapi terdapat pola yang bisa diungkap.

4) Membuat Tabel

Mengorganisasi data sebuah tabel dapat membantu kita dalam mengungkapakan suatu pola tertentu serta dalam mengidentifikasi informasi yang tidak lengkap.

5) Memperhatiakan Semua Kemungkinan Secara Sistematik

Strategi ini biasanya digunakan bersamaan dengan strategi mencari pola dan menggambar tabel. Dalam menggunakan strategi ini, kita mungkin tidak perlu memperhatikan keseluruhan kemungkinan yang bisa terjadi. Yang kita perhatiakn adalah semua kemungkinan yang diperoleh dengan cara yang sistematik. Yang dimaksud sistematik disini misalnya dengan mengorganisisikan data bedasarkan kategori tertentu. Namun demikian, untuk msalah-maslah tertentu, mungkin kita harus memperhatiakan semua kemungkinan yang bisa terjadi.

(21)

Strategi menebak yang dimaksudkan disini adalah menebak yang didasarkan pada alsan tertentu serta kehati-hatian. Selain itu, untuk dapat melakukan tebakan dengan baik seseorang perlu memiliki pengalaman cukup yang berkaitan dengan permasalahan yang dihadapi.

7) Strategi Keja Mundur

Suatu masalah kadang-kadang disajiakan dalam suatu cara sehingga yang diketahui itu sebenarnya merupakan hasil dari proses tertentu, sedangakan komponen yang ditanyakan merupakan komponen yang seharusnya muncul lebih awal. Penyelesaian masalah seperti ini biasanya dapat dilakukan dengan menggukan stategi mundur. Contoh masalahnya adalah sebagai berikut.

Jika jumlah dua bilangan bulat adalah 12, sedangakan hasil kalianya 45, tentukan kedua bilangan tersebut.

8) Menentukan yang Diketahui, yang Dinyatakan dan Informasi yang terkenal Diperlukan.

(22)

9) Menggunakan Kalimat Terbuka.

Strategi ini juga termasuk sering diberikan dalam buku-buku matematika sekolah dasar. Walaupun strategi ini termasuk sering digunakan, akan tetapi pada langkah awal seringkali mendapatkan kesulitan untuk menentukan kalimat terbuka yang sesuai.Untuk sampai pada kalimat yang dicari, seringkali harus melalui penggunaan strategi lain, dengan maksud agar hubungan antar unsur yang terkandung di dalam masalah dapat dilihat secara jelas. Setelah itu baru di buat kalimat terbukanya. Berikut adalah contoh masalah yang dapt diselesaikan dengan menggunakan strategi kalimat terbuka.

Dua pertiga dari suatu bilangan adalah 24 dan setengah dari bilangan tersebut adalah 18. Berapakah bilangan tersebut? 10) Menyelesaikan Masalah yang Mirip atau Masalah yang Lebih

Mudah.

(23)

11) Mengubah Sudut Pandang

Strategi ini seringkali digukan setelah kita gagal untuk menyelesaiakan masalah dengan menggunakan strategi lainnya. Waktu itu mencoba menyelesaikan masalah, sebenarnya kita mulai dengan sudut pandang tertentu atau mencoba menggunakn asumsi-asumsi tertentu.Setelah kita mencoba menggunakan suatu strategi dan ternyata gagal, kecendrungannya adalah kembali memperhatikan soal dengan menggunakan sudut pandang yang sama. Jika setelah menggunakan strategi lain ternyata masih tetap gagal, cobalah untuk mengubah sudut pandang dengan memperbaiki asumsi atau memeriksa logika berfikir yang digunakan sebelumnya.

e. Penerapan Pendekatan Pemecahan Masalah Pada Pembelajaran Matematika

Sunarto (2012:15, Pembelajaran dengan pendekatan problem solving adalah cara mengajar dengan cara memotivasi murid untuk maju berpikir, menganalisa suatu persoalan, sehingga menemukan pemecahannya atau dasar inisiatif sendiri.

Problem solving dalam pembelajaran matematika bertujuan: a) Mendidik murid-murid berpikir secara kritis dan sistematis untuk

(24)

b) Belajar menganalisa suatu persoalan dengan memberi solusi yang sistematik.

c) Belajar menganalisa persoalan matematika dari berbagai segi, sehingga meningkatkan prestasi belajar matematika.

Seperti pendekatan belajar yang lain problem solving mempunyai kelebihan dan kekurangan.

a) Kelebihan pendekatan problem solving:

1) Dapat membuat peserta didik menjadi lebih menghayati kehidupan sehari-hari.

2) Dapat melatih dan membiasakan para peserta didik untuk menghadapi dan memecahkan masalah secara terampil. b) Dapat mengembangkan kemampuan berpikir secara kritis..1

Kekurangan pendekatan problem solving:

1) Menentukan suatu masalah yang tingkat kualitasnya siswa dengan tingkat berpikir siswa, tingkat sekolah dengan kelasnya, serta pengetahuan dan pengalaman yang telah dimiliki siswa sangat memerlukan kemampuan dan keterampilan guru.

2) Memerlukan waktu yang cukup banyak dan sering mengambil waktu pelajaran lain.

(25)

3) Mengubah kebiasaan siswa belajar berpikir memecahkan permasalahan, kadang-kadang memerlukan berbagai sumber belajar merupakan kesulitan tersendiri bagi siswa.

Dalam usaha mendorong berpikir kreatif dalam matematika digunakan konsep masalah dalam suatu situasi tugas, guru meminta siswa menghubungkan informasi-informasi yang diketahui dan informasi tugas yang harus dikerjakan, terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi kemampuan memecahkan masalah menurut Tatag Yuli Eko Siswono (2008:35-46):yaitu:

a) Pengalaman awal. Pengalaman terhadap tugas-tugas menyelesaikan soal cerita atau aplikasi dan pengalaman awal seperti ketakutan terhadap matematika dapat menghambat kemampuan siswa memecahkan masalah.

b) Latar belakang Matematika. Kemampuan siswa terhadap konsep-konsep matematika yang berbeda-beda memicu perbedaan kemampuan siswa memecahkan masalah.

c) Strukur masalah. Struktur masalah yang diberikan kepada siswa, pemecahan masalah seperti kompleksitas (tingkat kesulitan soal) dapat mengganggu kemampuan siswa memecahkan masalah.

(26)

1) memahami masalah ditunjukkan dari jawaban-jawaban terhadap pertanyan-pertanyaan berikut:

a. Apa yang dicari (ditanyakan) ? b. Apakah data yang diketahui ?

c. Dapatkah kamu menyatakan dengan kalimatmu sendiri. ? 2) merencanakan penyelesaian ditunjukkan dari

jawaban-jawaban siswa terhadap pertanyaan-pertanyaan berikut:

a. Apakah kamu sudah pernah melihat masalah ini sebelumnya ? b. Apakah kamu pernah melihat masalah yang sama tetapi dalam

bentuk yang berbeda ?

c. Apakah kamu mengetahui teorema dan strategi penyelesaiannya.

3) melaksanakan rencanakan penyelesaian ditunjukkan dari jawaban-jawaban siswa terhadap pertanyaan-pertanyaan berikut:

a. Apakah sudah melaksanakan rencana yang sudah dipilih ? b. Apakah langkah yang kamu gunakan sudah benar ? c. Dapatkah kamu menjelaskan bahwa langkah itu benar?

4) Memeriksa kembali ditunjukkan dari jawaban-jawaban siswa terhadap pertanyaan-pertanyaan berikut:

(27)

c. Dapatkah hasil atau cara yang dilakukan untuk menyelesaikan masalah lain?

2. Hasil Belajar dan Aktifitas Belajar Siswa a. Pengertian Hasil belajar

Hasil belajar siswa, belajar dan mengajar merupakan konsep yang tidak bisa dipisahkan. Belajar merujuk pada apa yang harus dilakukan seseorang sebagai subyek dalam belajar. Sedangkan mengajar merujuk pada apa yang seharusnya dilakukan seseorang guru sebagai pengajar.

Dua konsep belajar dan mengajar yang dilakukan oleh siswa dan guru terpadu dalam satu kegiatan. Diantara keduannya itu terjadi interaksi dengan guru. Kemampuan yang dimiliki siswa dari proses belajar mengajar saja bisa mendapatkan hasil belajar, tetapi hasil belajar juga bisa didapatkan melalui kreativitas seseorang itu tanpa adanya intervensi orang lain sebagai pengajar.

(28)

Senada dengan pengertian tersebut, Nana Sudjana dalam Kusnandar (2008:276) juga berpendapat bahwa hasil belajar adalah suatu akibat dari proses belajar dengan menggunakan alat pengukuran, yaitu berupa tes yang tersusun secara terencana, baik tes tertulis, tes lisan, maupun tes perbuatan.

Pada kesempatan yang sama S. Nasution dalam Kusnandar (2008:276-277) memperlengkap pengertian dari hasil belajar adalah suatu perubahan pada individu yang belajar, tidak hanya mengenai pengetahuan, tetapi juga membentuk kecakapan dan penghayatan dalam diri pribadi individu yang belajar.

Beberapa pengertian hasil belajar di atas juga didukung oleh pendapat para ahli dari luar. Menurut Romizowki pada tahun 1982 dalam Anita, dkk., (2009:2.19) menyebutkan

Di dalam skema kemampuan yang dapat menunjukan hasil belajar yaitu: 1) keterampilan kognitif berkaittan dengan kemampuan membuat keputusan memecahkan masalah dan berfikir logis; 2) keterampilan psikomotor yang berkaitan dengan kemampuan tindakan fisik dan kegiatan perseptual; 3) keterampilan reaktif berkaitan dengan sikap, kebijaksanaan, perasaan, dan self control; 4) keterampilan interaktif berkaitan dengan kemampuan sosial dan kepemimpinan.

(29)

(2008:233-235) mengemukakan bahwa ada lima jenis atau tipe, hasil belajar yakni:

1) Belajar kemahiran intelektual (kognitif)

Ada tiga tipe yang termasuk kedalam belajar kemahiran intelektual yaitu, belajar membedakan atau diskriminasi, belajar konsep, dan belajar kaidah.

(30)

2) Belajar Informasi Verbal

Belajar Informasi Verbal adalah belajar menyerap atau mendapatkan, menyimpan, dan mengkomunikasikan sebagai informasi dari berbagai sumber misalnya, belajar membaca, mengarang, bercerita, dan lain-lain.

3) Belajar mengatur kegiatan intelektual

Belajar mengatur kegiatan intelektual adalah belajar untuk memecahkan masalah dengan memanfaatkan konsep dan kaidah yang telah dimilikinya.Tipe belajar ini menekankan pada aplikasi kognitif dalam pemecahan masalah.

4) Belajar Sikap

(31)

5) Belajar Keterampilan Motorik

Belajar kemampuan motorik berhubungan dengan kesanggupan atau kemampuan seseorang dalam menggunakan gerakan anggota badan, sehingga memiliki rangkaian urutan gerakan yang teratur, luwes, tepat, cepat, dan lanacar. Akhir atau hasil dari belajar keterampilan motorik adalah kemampuan untuk melakukan gerakan-gerakan tertentu secara otomatis sesuai dengan prosedur tertentu.

Dari beberapa paparan di atas dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah suatu hasil dari serangkaian proses pembelajaran yang didapat oleh setiap orang. Hasil belajar yang diperoleh setiap orang berbeda-beda dikarenakan terdapat beberapa faktor yang berbeda yang mempengaruhinya selama proses berlangsung.

b. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Hasil Belajar

Di dalam proses belajar mengajar dan hasil belajar, menurut M. Ngalim Purwanto (2007:106-107) berpendapat bahwa:

Turut berpengaruh sejumlah faktor lingkungan yang merupakan masukan lingkungan (environmental), dan sejumlah faktor yang sengaja dirancang dan dimanupulasikan (instrumental input) guna penunjang tercapainya keluaran yang dikendaki (output). Berbagai faktor tersebut berinteraksi satu sama lain dalam menghasilkan keluaran tertentu.

(32)

Faktor-faktor yang memepengaruhi hasil belajar banyak jenisnya tetapi dapat digolongkan menjadi dua golongan yaitu, faktor intern (faktor yang ada dalam diri individu yang sedang belajar) dan faktor ekstern (faktor yang ada di luar individu).

Senada dengan hal itu Sri Anitah, dkk., (2009:2.7) mengungkapakan bahwa faktor-faktor hasil belajar dibagi menjadi 2 bagian besar, yaitu faktor dalam diri siswa (internal) dan faktor dari luar diri siswa (eksternal).

1) Faktor dalam diri siswa (internal)

(33)

berdasarkan kemampuan penerimaanya, misalnya proses pemahamannya harus dengan cara perantara visual, verbal, dan atau harus dibantu dengan alat/media.

2) Faktor dariluar diri siswa (Eksternal )

Faktor dari luar diri siswa yang mempengaruhi hasil belajar diantaranya adalah lingkungan fisik dan nonfisik (termasuk suasana kelas dalam belajar, seperti riang gembira, menyenangkan), lingkungan sosial budaya, lingkungan keluarga, program sekolah (termasuk dukungan komite sekolah), guru, pelaksanaan pembelajaran, dan teman sekolah. Guru merupakan faktor paling berpengaruh terhadap proses maupun hasil belajar, sebab guru merupakan manajer atau sutradara dalam kelas. Dalam hal ini, guru harus memiliki kompetensi dasar yang di syaratkan dalam profesi guru.

(34)

c. Penilaian Hasil Belajar

Suatu proses belajar mengajar akan memberikan suatu keluaran yang berupa hasil belajar. Hasil belajar itu ada dikarenakan, terdapat beberapa hal yang mejadi dasar-dasar dalam penilaian hasil belajar.

Penilaian hasil belajar menurut Glaser dalam buku S. Nasution (2009:193 ) adalah:

Ada dua macam penilaian hasil belajar yakni penilaian yang normreferenced (penilaian yang didasarkan atas penilaian murid dibandingkan dengan hasil seluruh kelas) dan penilaian yang criterion-referenced (penilaian hasil belajar anak berdasarkan standar atau kriteria tertentu, yakni yang ditentukan oleh tujuan pelajaran).

Berbeda dengan pengertian di atas, menurut pendapat Bloom dalam Sardiman A. M (2011:23), Lukmanul Hakim (2009:206), Kurikulum 2004 (2004:84-85), dan Adi Suryatno (2009:6.22-6.23), mereka lebih menegaskan bahwa secara garis besar pelaksanaan penilaian hasil pembelajaran berbasis kompetensi sebagai berikut:

1) Aspek Kognitif

(35)

lebih dari satu cara menjawab dan menuntut siswa menjawab dengan disertai syarat-syarat khusus.

2) Aspek Psikomotorik

Penilaian aspek psikomotorik dilakukan dengan kombinasi alat tes dan pengamatan. Alat penilaian psikomotorik dapat berupa tes tertulis, tes simulasi, dan tes contoh kerja (work sample).

3) Aspek Afektif

Penilaian aspek afektif dilakukan dengan alat penilaian non tes yaitu penilaian sikap dan penilaian diri, baik berbentuk kuesioner, pengamatan, maupun laporan diri.

Untuk mengetahui sejauh mana hasil belajar itu baik atau tidaknya, maka penilaian hasil belajar merupakan suatu yang sangat penting, agar tujuan dan fungsi dalam suatu penilaian hasil belajar dapat tercapai.

d. Tujuan dan Fungsi Penilaian Hasil Belajar.

(36)

Berbeda dengan pendapat para ahli di atas, Oemar Hamalik (2008:160) dan Zainal Arifin (2011:15) menjelaskan tujuan-tujuan dari penilaian hasil belajar secara garis besarnya tujuan pembelajaran tidak hanya untuk memeberikan gambaran tentang pencapaian suatu pembelajaran saja untuk melanjutkan suatu tindakan, tetapi juga mampu memberikan informasi mengenai bakat dan minat yang dimiliki seseorang.

Untuk menyelaraskan beberapa pendapat mengenai tujuan dan fungsi dari penilaian hasil belajar, maka Kementrian Pendidikan Nasional (2011:5) sebagai lembaga resmi dalam suatu pemerintahan, menetapkan tujuan dan fungsi penilaian hasil belajar adalah sebgai berikut:

1) Tujuan Penilaian Hasil Belajar

(37)

belajar siswa dengan cara mengenal, memahami diri, dan merangsang untuk melakukan usaha perbaikan.

2) Fungsi Penilaian Hasil Belajar

Fungsi penilaian hasil belajar sebagai berikut yaitu bahan pertimbangan dalam menentukan kenaikan kelas, umpan balik dalam perbaikan proses belajar, meningkatkan motivasi belajar siswa, evaluasi diri terhadap kinerja siswa.

Dari beberapa kajian teoretik di atas dapat disintesiskan bahwa hasil belajar adalah gambaran kemampuan atau perilaku siswa yang diperoleh dari hasil pengalaman belajarnya, yang pada prosesnya dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu faktor internal dan eksternal. Untuk mengetahui sejauh mana hasil belajar itu baik atau tidaknya maka diperlukan suatu penilaian hasil belajar agar tecapainya suatu tujuan pembelajaran.

e. Aktifitas Belajar Siswa

(38)

hubungan sosial, jasmani, budi pekerti, sikap. Jadi jika seseorang telah belajar akan terlihat perubahan pada salah satu atau beberapa aspek tingkah laku. Jadi peneliti berkesimpulan aktivitas belajar adalah segala kegiatan yang dilakukan dalam proses interaksi (guru dan siswa) dalam rangka mencapai tujuan belajar.

Keaktifan siswa dalam belajar merupakan ciri dari tercapainya keberhasilan belajar. Dengan demikian yang menjadi tugas pendidik adalah bagaimana menciptakan kondisi yang memungkinkan siswa menjadi aktif dalam belajarnya. Keaktifan siswa dituntut tidak hanya terjadi pada proses belajar saat di kelas saja, akan tetapi juga harus tercipta di dalam lingkungan belajar di luar kelas. Ini karena waktu siswa di luar kelas lebih banyak ketimbang waktunya saat berada di dalam kelas. Dalam kaitannya dengan macam-macam aktifitas belajar, Sardiman (2005:99-100) membaginya menjadi:

(39)

Sedangkan Abu Ahmadi (2004:132-137) membagi aktivitas belajar menjadi:

1) Mendengarkan 2) Memandang

3) Meraba, membau, mencicipi 4) Menulis dan mencatat 5) Membaca

6) Membuat ringkasan dan menggarisbawahi 7) Mengamati tabel, diagram dan bagan 8) Menyusun paper atau kertas kerja 9) Mengingat

10) Berfikir

11) Latihan atau praktik

Sedangkan Nana Sudjana (2004:54) meninjau aktivitas dari dua segi, yaitu segi bentuk kegiatan belajar dan sesuatu yang dipelajarinya. Dari suduh kegiatan belajar dapat digolongkan menjadi belajar secara klasikal, kelompok dan mandiri. Sedangkan dari segi materi pelajarannya dapat digolongkan menjadi belajar informasi, belajar konsep, belajar prinsip dan belajar ketrampilan.

(40)

tempat serta materi yang dipelajarinya. Berikut ini akan diuraikan belajar yang menyangkut tempat sekaligus bentuk dan sesuatu yang dipelajarinya.

1. Aktivitas mengikuti pelajaran

Kewajiban yang pertama dari para siswa yang adalah mengikuti pelajaran. Belajar yang diikuti secara tertib dan penuh perhatian serta dicatat dengan baik akan memberikan pengetahuan yang banyak kepada setiap siswa (The Liang Gie,1995:8). Dengan demikian, kehadiran siswa merupakan prasyarat di dalam meningkatkan prestasi belajar, karena dengan mengikuti pelajaran siswa akan lebih banyak mendapatkan pengetahuan.

2. Aktivitas mendengarkan pelajaran

Aktivitas mendengarkan tergolong dalam kelompok “listening activities”, seperti halnya dalam suatu diskusi dan ketika guru mempergunakan metode ceramah. Mendengarkan merupakan salah satu jenis kegiatan yang banyak dipergunakan dalam proses belajar mengajar (The Liang Gie,1995:8) .

(41)

baik maka perlu adanya persiapan fisik (kebugaran tubuh), emosi (kemauan yang kuat) dan intelektual (kesiapan bahan pelajaran).

3. Aktivitas mencatat pelajaran

Kegiatan belajar mengajar tidak dapat dipisahkan dengan kegiatan mencatat. Karena mencatat merupakan kegiatan yang sangat penting dalam belajar. Untuk membuat catatan yang baik, catatan tersebut harus memenuhi kriteria-kriteria tertentu sebagaimana yang dikemukakan Slameto (2005:85) bahwa “dalam membuat catatan sebaiknya tidak semua yang dikatakan guru itu ditulis, tetapi diambil inti sarinya saja. Tulisan harus jelas dan teratur agar mudah dibaca atau dipelajari. Perlu ditulis juga tanggal dan hari mencatatnya, pelajaran apa, gurunya siapa, bab atau pokok yang dibicarakan dan buku pegangan wajib atau pelengkap.”

Sedangkan The Liang Gie (1988:108) mengatakan bahwa: tehnik membuat catatan yang baik ialah menuliskan kalimat topik yang utuh dengan tulisan tangan yang sejelas mungkin. Definisi suatu pengertian harus dicatat selengkapnya. Demikian pula istilah tehnis, rumus teoritis dan gambar bagan yang ditulis dosen pada papan tulis harus disalin seutuhnya. Contoh-contoh dapat dipersingkat dan dicatat seperlunya saja.

(42)

proses belajar mengajar. Karena dengan mencatat kita memperoleh keuntungan:

1) Mampu mempertahankan daya mental kita tetap jaga dan siap siaga waktu mengikuti kuliah

2) Mampu tetap berfikir pada waktu mengikuti kuliah dan mudah mempelajari sesudahnya.

3) Memiliki rekaman tertulis guna membantu kita untuk melihat kembali dan mempelajari, menambah serta memperdalam bahan kuliah yang sudah diberikan.

4) Dibantu untuk mengatasi keterbatasan daya ingat kita.

5) Memiliki bahan lengkap tercatat teratur yang kita perlukan untuk belajar dalam persiapan ujian.

4. Aktivitas bertanya dan menjawab pertanyaan Antara bertanya dan menjawab pertanyaan merupakan dua istilah yang memiliki pengertian berbeda, akan tetapi berkaitan langsung. Karena tidak akan ada jawaban kalau tidak ada pertanyaan dan pertanyaan tidak akan ada artinya kalau tidak dijawab.

Aktivitas bertanya dan menjawab akan sangat nampak dalam proses belajar mengajar. Secara terperinci fungsi tersebut ,User Usman (1998:74) adalah:

(43)

b. Membangkitkan minat dan rasa ingin tahu terhadap suatu masalah yang sedang dihadapi atau dibicarakan

c. Mengembangkan pola dan cara belajar aktif dari siswa sebab berfikir itu sendiri sesungguhnya adalah bertanya

d. Menuntun proses berfikir siswa sebab pertanyaan yang baik akan membantu siswa agar dapat menentukan jawaban yang baik

e. Memusatkan perhatian siswa terhadap masalah yang sedang dibahas.

Dengan demikian kegaitan bertanya dan menjawab pertanyaan merupakan media untuk menjadikan siswa aktif dalam aktivitas belajar mengajar, serta dapat membantu siswa untuk mengembangkan kemampuan yang dimilikinya.

5. Aktivitas berfikir

Menurut Saefuh Bahri Jaramah (2002: 34) Berfikir merupakan suatu kegiatan mental yang tidak hanya melibatkan kerja otak, tetapi juga melibatkan seluruh pribadi manusia, kehendak dan perasaannya. Karena memikirkan sesuatu itu berarti mengarahkan diri pada objek tertentu, menyadari kehadirannya seraya secara aktif menghadirkan dalam pikiran kemudian mempunyai gagasan atau wawasan tentang objek tersebut.

(44)

dipecahkan seorang diri, tanpa bantuan orang lain. Pemecahan masalah itulah yang memerlukan pemikiran. Berfikir itu sendiri adalah kemampuan jiwa untuk meletakkan hubungan antara bagian-bagian pengetahuan. Ketika berfikir dilakukan maka disana terjadi suatu proses.

Oleh karena itu dalam kegaitan belajar mengajar, berfikir merupakan aktivitas yang penting, karena dengan berfikir siswa akan bisa menggunakan nalarnya guna menyelesaikan suatu masalah yang dihadapinya. Selain itu berfikir juga akan menunjukkan tingkat perkembangan siswa dalam proses belajar terkait perubahan mentalnya.

B. Kajian Hasil Penelitian yang Relevan

Hasil Penelitian-penilitian yang terdahulu yang relevan dengan penelitian yang penulis lakukan sebagai berikut:

1. Penelitian yang dilakukan oleh Handoko tahun 2007, yang menyatakan bahwa proses pembelajaran matematika melalui Pendekatan Realistik dan Pemecahan Masalah sebagai upaya pemahaman konsep bangun-bangun ruang pada dasarnya dapat meningkatkan prestasi siswa dalam belajar matematika. 2. Penelitian yang dilakukan oleh Kristiyaningsih tahun 2004, dengan judul “

(45)

matematika di SMU Berdasarkan Diagnosis Kesulitan Belajar Siswa pada Geometri Pokok Bahasan Dimensi Tiga.”. Diperoleh hasil bahwa terdapat perbedaan hasil belajar siswa pada pokok bahasan dimensi tiga, antara siswa yang diberi pengajaran pendekatan pemecahan masalah dan siswa yang diberi pengajaran konvensional. Dengan demikian siswa yang diberi pengajaran pendekatan pemecahan masalah mempunyai prestasi belajar yang baik daipada dengan pengajaran konvensional.

3. Endang Rahayu (2008), mengemukakan bahwa prestasi belajar matematika siswa yang diberikan pendekatan pembelajaran kontruktivisme lebih baik daripada siswa yang diberikan pendekatan konvensional, dan siswa dengan gaya belajar visual lebih baik prestasi belajar matematikanya dibandingkan dengan gaya belajar auditif dan gaya belajar kinestetik.

4. Gök dan Silay (2008) menyatakan bahwa rataan dari nilai prestasi dan sikap pada kelas eksperimen dengan menggunakan pemecahan masalah lebih tinggi dibandingkan dengan kelas kontrol yang menggunakan metode tradisional. 5. Widjaja and Heck (2003) menyatakan hasil kelas eksperimen dengan RME

menunjukkan bahwa siswa mengalami kemajuan prestasi.

(46)

Dari penelitian terdahulu dimana hasil belajar siswa lebih baik maka, penulis mencoba penggunaan penerapan pendekatan pemecahan masalah, mampu meningkatkan hasil belajar siswa kelas VIIA SMP Negeri 1 Bojong Kabupaten Pandeglang pada materi penjumlahan bilangan bulat. Dan Melalui observasi, peneliti mengamati keaktifan siswa dalam belajar untuk meningkatkan hasil belajarnya.

C. Kerangka Berpikir/Paradigma Berpikir

Berdasarkan kajian teori yang telah diuraikan, dapat disusun suatu kerangka berfikir guna memperoleh jawaban sementara. Penelitian tindakan kelas (PTK) adalah penelitian yang bersifat reflektif khususnya bagi guru sebagai pengajar dengan melakukan tindakan-tindakan tertentu agar dapat memperbaiki dan/atau meningkatkan praktik-praktik pembelajaran di kelas secara profesional. Penelitian ini diperlakukan tahap awal untuk mengetahui masalah yang terjadi di kelas seperti rendahnya kemandirian dan keberanian siswa memecahkan masalah. Sedangkan observasi sebagai upaya menemukan fakta-fakta yang digunakan untuk melengkapi kajian teori yang ada dan menyusun rencana tindakan yang tepat dalam upaya peningkatan kemandirian dan keberanian siswa memecahkan masalah.

(47)

Tindakan Kelas VIIA SMP Negeri 1 Bojong pada semester II tahun 2015/2016 Pendekatan Pemecahan Masalah (Problem Solving). Dalam penelitian ini, peneliti akan mengamati reaksi siswa dalam setiap tindakan pengajaran yang dilakukan di depan kelas dengan Pendekatan Pemecahan Masalah. Dengan adanya Pendekatan Pemecahan Masalah ini diharapkan mampu meningkatkan Keaktifan dan hasil belajar siswa. Adapun skema dari kerangka berfikir sebagai berikut:

(48)

D. Hipotesis Tindakan

(49)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Seting Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 1 Bojong Kabupaten Pandeglang yang berlokasi di Jalan Raya Saketi-Malingping Km. 07 Desa Bojong Kecamatan Bojong Kabupaten Pandeglang. Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan Agustus-September 2015.

B. Subjek Tindakan

Objek dari penelitian ini adalah proses pembelajaran matematika pada materi penjumlahan bilangan kelas VIII-A di SMP Negeri 1 Bojong Kabupaten Pandglang dan subjek penelitiannya adalah semua siswa yang ada di kelas tersebut.

(50)

C. Sumber Data Alat dan Teknik Pengumpulan Data

Sumber data dalam penelitian ini terdiri data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dari hasil pengamatan (observasi) langsung terhadap responden, dan hasil tes siswa, sedangkan data skunder diperoleh dari buku atau refrensi yang relevan dengan penelitian ini.

Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini diperoleh dengan cara: 1. Observasi

Data yang dikumpulkan melalui teknik observasi ini berdasarkan pada pedoman observasi yang telah disusun. Pedoman observasi yang akan digunakan yaitu pedoman aktifitas kegiatan pembelajaran.

Pedoman observasi kegiatan pembelajaran disusun berdasarkan pedoman pelaksanaan pembelajaran yang telah dibuat.

Pedoman observasi kegiatan pembelajaran digunakan sebagai pedoman untuk melakukan observasi yang bertujuan untuk mengetahui segala aktivitas yang terjadi di dalam kelas selama proses belajar mengajar berlangsung. Pedoman observasi kegiatan pembelajaran digunakan sebagai pedoman untuk melakukan observasi yang bertujuan untuk mengetahui keterlaksanaan pembelajaran matematika dengan metode diskusi dan penemuan terbimbing. Pengamat mencatat segala kegiatan yang terjadi selama proses belajar mengajar pada lembar observasi yang telah disiapkan.

2. Tes

(51)

Tes digunakan untuk mengetahui perkembangan kreativitas siswa setelah dilakukan pembelajaran serta untuk mengetahui respons siswa terhadap pembelajaran. Respons siswa dapat dilihat dari hasil jawaban tes siswa. Soal yang diberikan dalam tes ini adalah soal uraian. Tes dilakukan pada setiap akhir siklus.

3. Dokumentasi

Dokumentasi digunakan untuk memperkuat data yang diperoleh dalam observasi. Untuk memberikan gambaran secara konkret mengenai kegiatan pembelajaran digunakan dokumentasi foto.

D. Validasi Data

Dalam Penelitian Tindakan Kelas ini setelah data terkumpul dengan tentang proses pembelajaran yang peneliti dilakukan, peneliti mengamati dan mencatat hal-hal yang terjadi di kelas selama proses pembelajaran berlangsung baik menyangkut siswa maupun peneliti, kemudian memberi tes kepada siswa tentang materi yang telah diberikan, serta catatan-catatan lain yang terjadi di lapangan.

(52)

E. Analisis Data

Proses analisis data terdiri dari atas analisis pada saat penelitian di lapangan yaitu pada saat pelaksanaan kegiatan dan analisis terhadap data yang telah terkumpul. Data yang terkumpul berupa hasil tes siswa, hasil obsevasi, dan catatan-catatan lain yang terjadi di lapangan. Tahap analisis data dimulai dengan membaca keseluruhan data yang ada dari berbagai sumber, kemudian menyusun, mengolah, dan menyajikannya sesuai dengan kaidah-kaidah ilmiah, sehingga menjadi data yang bermakna.

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah observasi dan tes. Adapun kedua instrumen tersebut akan dibahas secara rinci sebagai berikut:

1. Observasi

Adapun pedoman observasi aktifitas siswa dalam pembelajaran melalui penerapan pendekatan pemecahan masalah adalah sebagai berikut:

Tabel 3.1

Pedoman observasi Aktifitas Siswa

Dalam Pembelajaran Operasi Penjumlahan Bilangan Bulat melalui Pendekatan Pemecahan Masalah

No Aspek Observasi Nilai Ket

1 2 3 4

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)

(53)

2. Aktifitas siswa dalam membuat rencana penyelesaian soal

3. Aktifitas siswa dalam

melaksanakan penyelesaian soal 4. Aktifitas siswa dalam memeriksa

kembali jawaban soal

5. Aktifitas siswa dalam kelompok

5 aspek yang diteliti ini, masing-masing aspek memiliki 4 deskriptor. Di bawah ini dipaparkan deskriptor dari masing-masing aspek tersebut, yaitu:

Tabel 3.2

b. Menuliskan apa yang diketahui dari soal

c. Mengaitkan soal dengan konsep matematika

a. Menggunakan apa yang diketahui untuk mnyelesaikan soal

b. Menggunakan strategi pemecahan masalah

c. Melaksanakan perhitungan matematiaka

(54)

4. Aktifitas siswa dalam memeriksa kembali jawaban soal

a. Kesesuaian cara menjawab soal b. Ketepatan solusi dengan yang

ditanyakan

c. Mengecek hasil apakah sudah sesuai dengan yang ditanyakan

c. Saling menghargai pendapat teman dalam kelompok

d. Kerjasama/ kekompakan kelompok Penilaian:

Nilai 1 jika hanya 1 deskriptor yang nampak Nilai 2 jika hanya 2 deskriptor yang nampak Nilai 3 jika hanya 3 deskriptor yang nampak Nilai 4 jika hanya 4 deskriptor yang nampak

Nilai observasi aktifitas siswa = Jumlah deskriptor tiap aspek yang didapat Jumlah aspek yang diobservasi (3)

Nilai rerata aktifitas siswa = Jumlah nilai observasi aktifitas siswa Jumlah siswa

Prosentase nilai rerata aktifitas siswa = Nilai rerata aktifitas siswa x 100% Nilai ideal (4)

2. Tes

(55)

KISI-KISI SOAL

Standar Kompetensi : Bilangan Menjumlahkan dan mengurangkan bilangan bulat Kompetensi dasar : Menjumlahkan bilangan bulat

Materi pokok : Penjumlahan bilangan bulat

Dari kisi-kisi soal tersebut, maka bisa dibuat lembar soal berdasarkan kisi-kisi soal yang telah dibuat. Tes yang diberikan sebanyak 5 buah, terdiri dari 2 buah soal dengan tingkat kesukaran mudah, 2 buah soal dengan tingkat kesukaran sedang dan 1 buah soal dengan tingkat kesukaran sukar. Adapun bobot nilai dari masing-masing soal yaitu:

1. Soal dengan tingkat kesukaran mudah = 2 2. Soal dengan tingkat kesukaran sedang = 3 3. Soal dengan tingkat kesukaran sukar = 5

(56)

Skor nilai = S ko r yang didapat x 100 Skor maksimal (15)

Menentukan rerata hasil belajar siswa dengan menggunakan rumus, Nilai rerata = Jumlah nilai siswa

Jumlah siswa

F. Indikator Keberhasilan

Belajar tuntas adalah suatu sistem yang mengharapkan sebagian besar siswa dapat menyelesaikan tujuan pembelajaran dari satuan atau unit-unit pelajaran secara tuntas. Mengenai ketuntasan, siswa yang memperoleh nilai ulangan harian kurang dari 75 perlu diberikan remidi dengan menitik beratkan pada materi yang belum dikuasai (Ahmad, 1995:20). Ngadiono (2005:1) menjelaskan bahwa maksud utama belajar tuntas adalah memungkinkan pencapaian minimal 60% untuk ketrampilan dan 75% untuk konsep.

Adapun KKM dalam penelitian ini yang telah ditentukan dan dianalisis pada awal tahun adalah 75.

Cara pengambilan kesimpulan pada penelitian tindakan ini yaitu dengan merangkum hasil tes, dan hasil observasi siklus I, siklus II, dan siklus III. Selanjutnya menyusun, mengolah, dan menyajikannya sesuai dengan kaidah-kaidah ilmiah sehingga menjadi data yang bermakna.

Berdasarkan data yang sudah bermakna dan mudah untuk dibaca selanjutnya dapat disimpulkan pelaksanaan penelitian tindakan berhasil atau tidak berhasil dengan mengacu kepada indikator keberhasilan yang telah ditentukan.

(57)

ketuntasan belajar klasikal mengacu kepada mastery learning yaitu ≥80%. Selanjutnya siswa dikategorikan tuntas belajar apabila telah memperoleh nilai ≥ 75 dan apabila siswa memperoleh nilai <75 maka siswa tersebut belum tuntas belajar, selanjutnya pembelajaran dikatakan tuntas secara klasikal apabila ketuntasan hasil belajar mencapai ≥ 80%.

Selain itu penelitian tindakan kelas ini berhasil apabila: Sebagian besar (80% dari siswa) memperoleh nilai ≥ 75.

G. Prosedur Penelitian

Ada beberapa model PTK yang sampai saat ini masih sering digunakan dalam dunia pendidikan, diantaranya: model Kutr Lewis, Kemmis dan Mc Taggart, model John Elliontt, dan model Dave Ebbut. Dalam penelitian ini menerapkan penelitian tindakan kelas model Kemmis dan Mc Taggart yang terdiri dari komponen: perencanaan, tindakan, observasi, dan refleksi Sukardi (2003:214). Alasan pemilihan PTK sebagai metode penelitian ini, karena:

1. Permasalahan yang diteliti diangkat dari permasalahan yeng terjadi di kelas 2. Bertujuan memperbaiki hasil belajar siswa

3. Dapat meningkatkan profesionalisme guru

4. Guru dapat mengetahui kondisi kelas dan mengetahui permasalahan yang terjadi di dalamnya.

(58)

Penelitian tindakan kelas Model Kemmis dan Mc Tanggart menggambarkan adanya empat langkah yakni sebagai berikut:

1. Perencanaan (Planing)

Perencanaan berarti menyusun rencana tindakan dan penelitian tindakan kelas, setelah ditemukan masalah yang paling penting untuk dipecahkan, disusunlah rencana tindakan yang memuat gagasan untuk mengatasi masalah tersebut, yang mencakup tujuan, sasaran dan target, prosedur pelaksanaan, materi yang akan diberikan, metode dan alat evaluasi dalam bentuk Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP).

2. Tindakan (Action)

Pada tahap ini peneliti sebagai model melaksanakan kegiatan pembelajaran Operasi Penjumlahan Bilangan melalui Pendekatan Pemecahan Masalah seperti:

a. Menjelaskan langkah-langkah menyelesaikan soal pemecahan masalah pada operasi penjumlahan bilangan bulat

b. Menjelaskan macam-macam strategi pemecahan masalah yang dapat digunakan untuk menyelesaikan soal pemecahan masalah pada operasi penjumlahan bilangan bulat

(59)

3. Obsevasi

Obsrvasi yaitu pengamatan terhadap proses pembelajaran, pengaruh dan kendala dari tindakan yang dilaksanakan atau dikenalkan pada siswa. Observasi berfungsi untuk mendokumentasikan pengaruh dari tindakan yang terkait. Obsevasi harus dilaksanakan dengan cermat karena selalu akan dibatasi realitas yang sebelumnya tidak dapat dilihat. Observasi bersifat responsif, terbuka pandangan dan pikirannya. Hasil observasi menjadi dasar refleksi bagi penyusunan program tindakan selanjutnya.

4. Refleksi

Refleksi yaitu suatu usaha perenungan, pengkajian yang mendalam, dalam rangka menemukan makna dari kegiatan pembelajaran yang dilaksanakan untuk mendapat dasar untuk perbaikan tindakan selanjutnya. Refleksi berusaha memahami proses, masalah, dan kendala yang nyata dalam tindakan.

(60)

Tindakan

Peneliti sebagai model melaksanakan kegiatan pembelajaran sesuai yang telah direncanakan

Siklus I

Perencanaan

Membuat rencana Pelaksanaan pembelajaran (RPP) Operasi penjumlahan bilangan bulat

Observasi

Peneliti kerjasama dengan guru mitra sebagai observer untuk mengamati kegiatan pembelajaran yang dilakukan oleh peneliti sebagai model Refleksi

Peneliti dan Guru menganalisis kemajuan hasil tindakan yang telah dilaksanakan dalam pembelajaran bilangan bulat kalau hasul tindakan belum maksimal maka dilanjutkan kesiklus berikutnya dan seterusnya

Pra Siklus

Observasi

mengamati KBM yang dilakukan oleh guru atau situasi asli

Refleksi

Menganalisis hasil temuan, merumuskan perencenaan tindakan untuk siklus I Alur PTK dalam Pembelajaran Operasi Penjumlahan Bilangan Bulat

(61)

Sebagaimana yang telah dijelaskan sebelumnya, penelitian ini menggunakan penelitian tindakan kelas (PTK). Penelitian tindakan kelas ini dilakukan di kelas VIIA SMP Negeri 1 Bojong Kabupaten Pandeglangdengan jumlah siswa 32 orang. Penelitian tindakan kelas yang digunakan yaitu penelitian tindakan kelas model Kemmis dan Mc Tanggart yang terdiri dari komponen: perencanaan, tindakan, observasi, dan refleksi.

Pelaksanaan tindakan yang akan dilakukan yaitu:

a. Pra Siklus

Kegiatan pra siklus merupakan kegiatan yang dilakukan untuk mengetahui kegiatan belajar mengajar yang sesungguhnya. Kegiatan belajar ini lebih dikenal juga dengan sebutan kegiatan melihat kondisi atau keadaan sebenarnya. Kegiatan pra siklus dilakukan dengan tahap-tahap sebagai betikut:

b. Observasi

Kegiatan ini dimaksudkan untuk meneliti kegiatan pembelajaran didalam kelas berdasarkan kondisi nyata yang meliputi pengamatan terhadap aktifitas siswa selama proses pembelajaran dan hasil belajar matematika siswa.

c. Refleksi

Pada tahap ini peneliti berdiskusi dengan guru dan kepala sekolah membahas rencana untuk menindaklanjuti hal-hal yang diperoleh pada saat observasi dan dijadikan dasar dalam penyusunan siklus I.

Siklus I

(62)

a. Perencanaan

Pada kegiatan perencanaan ini, peneliti bersama dengan guru mengadakan rancangan kegiatan yang akan dilakukan, seperti:

1) Merancang rencana pelaksanaan pembelajaran menyelesaikan operasi penjumlahan bilangan bulat dengan menggunakan pendekatan pemecahan masalah

2) Merancang skenario pembelajaran 3) Membuat instrumen penelitian b. Tindakan

Pada tahap ini peneliti sebagai model melakukan kegiatan pembelajaran pada Operasi penjumlahan Bilangan Bulat melalui Penerapan Pendekatan Pemecahan Masalah

1) Menjelaskan langkah-langkah menyelesaikan soal pemecahan masalah pada operasi penjumlahan bilangan bulat

2) Menjelaskan macam-macam strategi pemecahan masalah yang dapat digunakan untuk menyelesaikan soal pemecahan masalah pada operasi penjumlahan bilangan bulat

3) Membimbing siswa dalam pembelajaran operasi penjumlahan bilangan bulat

(63)

c. Observasi

Peneliti kerjasama dengan guru mitra sebagai observer untuk mengamati kegiatan pembelajaran yang dilakukan oleh peneliti sebagai model.

d. Refleksi

(64)

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Kondisi Awal

Kegiatan pra siklus merupakan kegiatan pembelajaran yang bersifat penjajakan yang dilakukan oleh peneliti. Melalui kegiatan penjajakan ini, terlihat situasi dan kegiatan proses pembelajaran yang sebenarnya dilaksanakan di dalam kelas sebelum adanya intervensi dari peneliti. Kelemahan atau kekurangan yang terjadi pada kegiatan pembelajaran ini, akan dicari solusi pemecahannya pada perencanaan siklus pertama.

Adapun hasil belajar matematika pada pra siklus dapat dilihat pada tabel di bawah ini:

Tabel 4.1

Hasil Belajar Siswa Pada Pra Siklus Materi Operasi Penjumlahan Bilangan Bulat

NO NAMA SISWA L/P DAFTAR NILAISISWA KETERANGAN

1 Ahmad Adni P 40

2 Anggi Anggraeni

Dewi L 50

3 Anggun Putri Relita L 63

(65)

13 Ipi Pitriani 50

14 Lecilia Aryani P 40

15 Luthvia Zahira Baiti P 85 TUNTAS

16 Mohamad Afendi L 30

17 Mohamad Rian P 65

18 Moudy Diyan A. P 75 TUNTAS

19 Muhamad Al-Fay Rauf L 75 TUNTAS

20 Muhammad Faisal

Abdillah L 10

21 Mus Mulyadi L 10

22 Nia Ameliawati P 25

23 Nurul Fauzi L 30

24 Prita Yolandari P 75 TUNTAS

25 Putri Angel P 75 TUNTAS

26 Rifqi Rafsanjani L 20

27 S a h r u l L 35

28 Selvi Nuraini P 30

29 Sumiati P 30

30 Ujang Ildan Maulana L 15

31 Widya Eka Putri P 65

32 Wulan Anjani 45 matematika siswa pada pra siklus yaitu 46, 70%. Dengan hanya 14,7% siswa yang tuntas memenuhi KKM dan 85,3% siswa yang tidak memenuhi KKM.

Berdasarkan hasil observasi pra siklus pada pembelajaran matematika dengan materi pembelajaran operasi penjumlahan bilangan bulat, didapat temuan- temuan yang harus diperbaiki. Temuan- temuan tersebut antara lain:

(66)

1) Aktifitas siswa selama proses pembelajaran cenderung pasif, siswa lebih senang mencatat dan mendengarkan penjelasan yang diberikan oleh guru, kurang berani untuk menyampaikan pendapat atau menanyakan materi yang belum mereka pahami sehingga guru tidak dapat mengetahui secara pasti apakah materi yang disampaikan sudah dipahami belum oleh siswanya.

2) Hasil belajar yang diperoleh siswa masih kurang, hal ini disebabkan karena siswa kurang memahami dan tidak terbiasa menyelesaikan soal-soal pwemecahan masalah tentang operasi penjumlahan bilangan bulat sehingga dalam menyelesaikan soal cenderung langsung mencari jawaban tanpa terlebih dahulu memeahai soal, membuat rencana penyelesaian, dan setelah jawaban diperoleh mereka tidak memeriksa kembali apakah jawaban sudah sesuai dengan yang ditanyakan atau belum, akibatnya jawaban yang mereka peroleh kurang tepat dengan pertanyaan yang terdapat dalam soal.

(67)

B. Deskripsi Siklus 1

Siklus I dilaksanakan dengan tahapan sebagai berikut: 1. Perencanaan

Pada kegiatan perencanaan, peneliti bersama guru sejawat membuat rencana pelaksanaan pembelajaran dengan menerapkan pemdekatan pemecahan masalah pada operasi penjumlahan bilangan bulat, dengan materi pembelajaran operasi penjumlah bilangan bulat positif dengan bilangan bulat negatif, membuat Lembar Kerja Siswa (LKS), lembar observasi dan soal tes hasil belajar. Adapun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran terlampir

2. Tindakan

(68)

tentang operasi penjumlahan bilangan bulat positif dengan bilangan bulat positif. Selanjutnya guru menjelaskan langkah-langkah pemecahan masalah yang terdiri dari empat langkah yaitu: memahami masalah, merencanakan pemecahannya, menyelesaikan masalah sesuai rencana langkah kedua dan memeriksa kembali hasil yang diperoleh dan menerapkannya pada operasi penjumlahan bilangan bulat positif dengan bilangan bulat positif yaitu dengan cara:

a. Guru menyajikan suatu permasalahan tentang operasi penjumlahan bilangan bulat positif dengan bilangan bulat positif kepada siswa misalnya permasalahan itu sebagai berikut:

Sebuah mobil bergerak maju 3 meter, kemudian mobil itu bergerak 2 meter lagi, pada jarak berapa mobil itu sekarang?

b. Mengarahkan siswa untuk membaca secara cermat permasalahan tentang operasi penjumlahan bilangan bulat positif dengan bilangan bulat positif tersebut.

c. Membimbing siswa untuk untuk memahami masalah dengan mengajukan pertanyaan- pertanyaan sebagai berikut:

1) Apakah yang diketahui dari soal? 2) Apakah yang ditanyakan soal?

(69)

Mengarahkan siswa untuk menagabaikan hal-hal yang tidak relevan dengan permasalahan dan jangan menambahkan hal-hal yang tidak ada sehingga masalahnya menjadi berbeda dengan masalah yang dihadapi.

1) Membantu siswa merencanakan penyelesaian dengan menentukan strategi pemecahan masalah yang sesuai dengan permasalahan yang diberikan , misalnya dengan menggunakan sifat-sifat bilangan. Salah satu sifat penjumlahan bilangan bulat yaitu sifat tertutup.

2) Meminta siswa melaksanakan penyelesaian sesuai dengan rencana yang dibuat (guru memberikan bantuan jika diperlukan).

3) Bila suatu penyelesaian sudah diperoleh, guru dan siswa memerika kembali jawaban dan mendiskusikan apakah jawaban siswa sudah benar dan adakah kemungkinan alternatif jawaban lain atau cara lain untuk memperoleh jawaban tersebut.

4) Membuat kesimpulan dari jawaban yang telah diperoleh Kesimpulan dari jawaban permasalahan diatas yaitu: Jadi jarak mobil dari star sekarang adalah 5 meter.

(70)

Siswa berdiskusi untuk mengerjakan LKS, sedangkan guru hanya mengawasi dan mengarahkan jalannya diskusi kelompok serta memberikan bimbingan jika ada kelompok yang mengalami kesulitan dalam menyelesaiakn operasi penjumlahan bilangan bulat positif dengan bilangan bulat positif. Setelah semua kelompok selesai mengerjakan LKS, kegiatan selanjutnya adalah diskusi kelas. Pada diskusi kelas, guru bertugas sebagai pemimpin jalannya diskusi. Setiap kelompok mempresentasikan hasil kerja masing-masing kelompok didepan kelas dan menuliskan dipapan tulis serta membahasnya secara bersama-sama dengan teman sekelas. Setelah itu siswa bersama dengan guru menyimpulkan materi pelajaran tentang penjumlahan bilangan bulat positif dengan bilangan bulat positif. Kemudian guru kembali mengkondisikan siswa untuk merapikan tempat duduk mereka seperti semula dan memberikan evaluasi untuk mangatahui sejauh mana hasil belajar yang diperoleh siswa. Terakhir guru menutup pelajaran dengan memberikan PR kepada siswa.

3. Observasi

(71)

Adapun hasil observasi aktifitas siswa dalam pembelajaran operasi penjumlahan bilangan bulat positif dengan bilangan bulat positif melalui peenrapan pendekatan pemecahan masalah adalah sebagai berikut:

(72)

25 Putri 1 2 1 3 2 9 1,8

Rerata 2,41 2,05 2,17 2,35 2,08 7,88 2,25

(73)

menjadikan suasana selama pembelajaran menjadi hidup, dan membentuk kerjasama yang solid antara anggota kelompok. Aspek yang diobservasi sudah mulai muncul dan hasil belajar matematika siswa yang diperoleh pada siklus I meningkat dibandingkan dengan pra siklus.

Walaupun demikian hasil belajar matematika yang diperoleh siswa belum mencapai harapan yang diinginkan yaitu nilai rerata siswa hasil belajar siswa 75,00. Dari tindakan siklus I diperoleh nilai hasil LKS kelompok dan nilai tes hasil belajar matematika siswa sebagai berikut:

Tabel 4.3

Hasil LKS

Kelompok Siklus I

NO Kelompok Nilai

1 I 100

2 11 60

3 III 50

4 IV 60

5 V 70

6 VI 80

7 VII A 60

8 VII AI 70

Jumlah 550

(74)

Dari hasil lembar kerja siswa kelompok diperoleh nilai rerata 6,8 nilai ini masih belum mencapai target yang telah ditentukan yaitu 7,00, maka dilanjutkan ke siklus berikutnya:

Tabel 4.04

DAFTAR NILAI HASIL BELAJAR SISWA SIKLUS 1 SMP NEGERI 1 BOJONG

TAHUN PELAJARAN 2015/2016

NO NAMA SISWA L/P NILAI SISWADAFTAR KETERANGAN

1 Ahmad Adni P 40

2 Anggi Anggraeni

Dewi L 30

3 Anggun Putri Relita L 20

4 Aris Budiman P 35

5 Asep Tatang L 30

6 Astri Selviani P 75 TUNTAS

7 Bagas Gustiana L 75 TUNTAS

8 Deriska Muladi P 20

9 Eka Agustina P 35

10 Elda Nurjanah P 20

11 Farhan L 75 TUNTAS

(75)

13 Ipi Pitriani 80

14 Lecilia Aryani P 50

15 Luthvia Zahira Baiti P 90 TUNTAS

16 Mohamad Afendi L 65

17 Mohamad Rian P 75 TUNTAS

18 Moudy Diyan A. P 75 TUNTAS

19 Muhamad Al-Fay

24 Prita Yolandari P 75 TUNTAS

25 Putri Angel P 75 TUNTAS

26 Rifqi Rafsanjani L 20

27 S a h r u l L 40

28 Selvi Nuraini P 50

29 Sumiati P 30

30 Ujang Ildan Maulana L 50

31 Widya Eka Putri P 80 TUNTAS

32 Wulan Anjani 75 TUNTAS

33 Yadi L 40

34 Yana Apriana L 75 TUNTAS

Jumah

Perempuan 17 1770 38,2%

Jumlah

Laki-laki 15 52 61,8%

Berdasarkan tabel 4.4 diatas, diketahui nilai rerata hasil belajar matematika siswa pada siklus I yaitu 52, dan secara klasikal ketuntasan siswa 38,2%

Gambar

Gambar 2.1 Alur Kerangka Berfikir PenelitianTindakan
Tabel 3.1Pedoman observasi Aktifitas Siswa
Tabel 3.2Deskriptor tiap aspek
Tabel 3.3
+5

Referensi

Dokumen terkait

Oleh karena itu segala tindakan penahanan yang dilakukan oleh Pejabat yang berwenang melakukan penahanan harus sesuai dengan KUHAP, hal ini untuk menghindari terjadinya

1) Data primer, adalah data yang dihasilkan untuk memenuhi kebutuhan penelitian yang sedang ditangani (Istijanto 2006). Data ini dikumpulkan secara langsung dari lapangan,

Di Kabupaten Seruyan Kuala Pembuang Program ini berjalan dengan baik sesuai kebijakan pemerintah, Aktifitas para ibu hamil dan ibu menyusui dalam melakukan pemeriksaan ke

Inversi ialah mutasi yang mengalami perubahan letak gen- gen, karena selama meiosis kromosom terpilin. Inversi terjadi karena kromosom patah dua kali secara

Seorang konsumen yang hendak melakukan pilihan maka ia harus memiliki pilihan alternatif. 39 Menurut Kotler proses pengambilan keputusan pembelian oleh konsumen

Pada konteks penelitian ini, penulis akan meneliti korelasi antara self confidence dengan adversity quotient mahasiswa pasca drop out, harapannya mahasiswa pasca

Berdasarkan pembahasan, dapat disimpulkan bahwa terdapat pe- ngaruh yang positif keterampilan me- takognisi terhadap keterampilan ber- komunikasi fisika siswa SMP

Dan Trianggulasi merupakan tekhnik pemeriksaan kebenaran data sebagai pembanding atas data yang diperoleh Hasil penelitian mengungkapkan bahwa: (1) dari aktivitas