• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I HARAPAN DAN KENYATAAN PEDAGANG KAK (1)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "BAB I HARAPAN DAN KENYATAAN PEDAGANG KAK (1)"

Copied!
101
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I :HARAPAN DAN KENYATAAN

PEDAGANG KAKI LIMA

A. Latar belakang dari munculnya PKL

Dikarenakan sampai saat ini jumlah lapangan pekerjaan lebih sedikit dibanding jumlah pencari kerja ya tentunya dengan Desakan desakan kebutuhan yang tidak bisa di bendung dan tidak mungkin untuk dihindari .segala hal yang ber urusan dengan “PERUT” pekerjaan apa pun pasti di tempuh dan setelah saya sendiri ber tukar fikiran dengan pedagang kaki lima di daerah Tasikmalaya,Jakarta,Bandung, pada prinsip nya mereka semua berjualan di trotoar jalan ,di kolong kolong jalan layang ,dijalan macet lampu merah dll.

Adalah untuk memenuhi kebutuhan pokok hidup nya didunia ini .dan bukan hanya ke butuhan dia sendiri tetapi kebutuhan hidup seluruh keluarga mereka semua harus menafkahi anak dan istri mereka .dan sebagai bekal untuk ber ibadah karena mereka berkata tidak mungkin orang bisa berfikir bisa beribadah dengan tenang apabila dia tidak bisa mencari sesuap nasi .tidak menunaikan kewajiban mereka selaku kepala keluarga sebagai orangtua yang wajib menafkahi seluruh keluarga , mungkin yang terpikir hanya lah bagai mana caranya supaya kita bisa makan hari ini.dan bisa mencukupi berbagai macam kebutuhan.

Pedagang kecil biasa nya di trotoar , tapi selain di trotoar misalnya di emperan pasar ,alun alun , dan pusat pusat keramaian lain nya .ituada stand dari perusahaan

(2)

Cerita Dibalik Pedagang Kaki Lima

Siapa di antara kita yang tidak pernah makan makanan yang dijajakan di

pinggir jalan? Entah itu hanya sekedar minuman dan jajanan ringan ataupun makanan

berat untuk mengisi tenaga sebagai bekal melanjutkan aktivitas kita. Saya rasa dari

jaman saya kecil hingga sekarang, mayoritas orang Indonesia pasti mengenal yang

namanya Pedagang Kaki Lima. Bila disesuaikan dengan pertanyaan sebelumnya,

yang tidak tahu Pedagang Kaki Lima mungkin belum pernah merasakan nikmatnya

bersantap di pinggir jalan dengan harga yang sesuai ukuran kantong juga dalam

suasana kekeluargaan yang santai.

B. KISAH SUKSES,PEDAGANG KAKI LIMA JADI JURAGAN TAS

Adi, Pedagang Kaki Lima yang Jadi Juragan Tas

Sudah banyak cerita pedagang kaki lima yang kemudian menjadi pengusaha

sukses. Salah satunya adalah Muhammad Adi, pemilik CV Intascus Sport, produsen

tas yang cukup besar.

Bisa dibilang, Adi merintis usahanya ini benar-benar dari bawah. Pria tamatan

sebuah SMA di Surabaya ini sudah kenyang makan asam garam sebagai pekerja

(3)

Mulanya, selulus SMA pada 1991, Adi mencoba mengadu nasib merantau ke

Sulawesi dengan menjadi buruh di sebuah toko agen barang pecah belah. Adi

terpaksa merantau karena harus membantu membiayai sekolah adik-adiknya.

Namun, ia tidak lama bekerja di toko itu. Adi pun kemudian meloncat ke

Kalimantan untuk bekerja sebagai buruh kasar di PT Newmont. Namun, lagi-lagi,

Adi tak betah dan memutuskan pulang ke Surabaya.

Ternyata pulang ke rumah malah membuatnya gelisah, apalagi kalau melihat

adik-adiknya yang membutuhkan bantuannya. Karena itu, pada 1992, Adi nekat ke

Jakarta. Di ibu kota negara ini, Adi tinggal di kawasan Senayan berkat kebaikan

sesama perantau asal Jawa Timur dan Jawa Tengah. "Mereka bekerja sebagai pelayan

dan buruh," ujar pria kelahiran Surabaya, 12 April 1972 ini.

Untuk menyambung hidup, Adi bekerja serabutan. Pagi hingga siang hari ia

menjadi penjual tas keliling dari kantor ke kantor. Malam harinya Adi menjadi juru

parkir di Senayan.

Meski penghasilannya kecil, dengan sekuat tenaga Adi berusaha menyisihkan

penghasilannya untuk modal berbisnis. "Modal pertama saya hanya Rp 50.000,"

(4)

Dengan uang segitu, Adi kulakan tas di Pasar Pagi untuk dijual kembali.

Beruntung, dagangannya selalu habis terjual. "Hasil jualan saya putar lagi," kata

bapak tiga anak ini.

Sayang, jiwa muda Adi yang masih bergelora membuatnya tergoda untuk

berfoya-foya. Namun, setelah menikah pada 1995, Adi mulai berpikir serius menjadi

pengusaha tas sendiri. Ketika itu, modalnya pun pas-pasan. "Saya terpaksa menjual

perhiasan istri untuk modal awal," kata Adi. Lagi-lagi dengan uang Rp 50.000 Adi

memulai usahanya.

Lantaran tak punya mesin jahit, Adi terpaksa meminjam milik temannya.

Sedikit keahlian menjahit ia manfaatkan sebaik-baiknya.Setelah enam bulan berjalan,

usahanya mulai menampakkan hasil. Adi pun memberanikan diri menggaji seorang

karyawan untuk meningkatkan produksi. Dengan satu karyawan itu, Adi mampu

menghasilkan 150 tas per tahun seharga Rp 20.000 per tas. Dari harga segitu, Adi

mengambil laba Rp 12.000 per tas. Maklum, modal membuat satu tas hanya Rp

8.000.

Sejak saat itu, setiap enam bulan sekali Adi menambah seorang karyawan.

Untuk pemasaran, Adi memanfaatkan jaringan yang telah ia rintis saat masih

(5)

Pada 1997, Adi mulai menjalin kerja sama dengan panitia penyelenggara rapat

atau pelatihan di hotel-hotel. "Pada 1997 saya sudah memiliki tenaga pemasaran 18

orang," tutur Adi.

Omzetnya pun telah melonjak hingga Rp 3 juta per hari, jumlah rupiah yang

sangat besar kala itu. Sementara itu, total produksi mencapai 600 unit per hari.

Laiknya roda kehidupan, posisi Adi tak selalu di atas. "Saya pernah kekurangan

modal untuk menyelesaikan pesanan sampai harus menjual kendaraan operasional,"

tutur Adi.

Masa yang paling suram bagi Adi adalah saat pecah kerusuhan pada Mei

2000. Saat itu, para karyawannya ketakutan dan memilih pulang kampung. Sialnya,

barang dagangan juga ikut mereka bawa hingga tak ada yang tersisa. "Saya rugi

ratusan juta," kenang dia.

Toh, semangat Adi tidak pernah surut. Berbekal pinjaman bank, Adi mencoba

bangkit. Beruntung, pada 1999 bisnis tas kantor kembali naik daun. Adi pun kembali

menggenjot produksi dan mampu mencetak omzet Rp 50 juta per bulan.

Sekarang, dalam sebulan paling sedikit Adi memproduksi lebih dari 1.000 tas.

"Omzetnya sekitar Rp 100 juta, dengan margin laba 20 persen sampai 40 persen,"

ungkap Adi. Kini, ia punya klien tetap dari instansi pemerintah, seperti Departemen

(6)

memproduksi jenis tas lain, seperti tas perempuan. "Ini hasil belajar otodidak," ujar

dia.

Bagi rezeki Sudah menjadi kodrat, setiap orang membutuhkan orang lain.

Begitu juga dalam bisnis. Karena itu, untuk memenuhi banyaknya pesanan tas,

Muhammad Adi tak segan-segan membagi order ke konveksi lain. Adi mengatakan,

kadang-kadang jumlah pesanan tas memang tak bisa ia tangani sendiri. Alhasil,

daripada order lepas, ia membagi lagi (subkontrak) pesanan kepada konveksi lain.

"Hitung-hitung berbagi rezeki dengan orang lainlah," ujar Adi.

Untuk pola kerja sama ini, Adi memilih menggunakan sistem bagi hasil yang

ia nilai lebih adil. Artinya, keuntungan yang ia peroleh dari penjualan tas akan ia bagi

ke pengusaha lain sesuai dengan porsi yang mereka kerjakan.

Soal pesanan, Adi tak terlalu khawatir. Pasalnya, ia sudah memiliki pelanggan

tetap, yaitu Kepolisian Republik Indonesia dan Departemen Perhubungan. Misalnya,

Polri biasanya memesan tas kantor dua kali dalam setahun. Satu kali pesanan

sebanyak 8.000 unit dengan tenggat waktu pengerjaan selama empat bulan. "Pesanan

rutin ini baru empat tahun belakangan ini," imbuh Adi.

Di luar pesanan Polri, Adi biasanya menerima pesanan tas belanja dari biro

perjalanan. "Jumlahnya memang tidak sebanyak pesanan Polri. Rata-rata 500 unit,"

(7)

C. DAMPAK YANG DITIMBULKAN PKL

1 .Dampak Negatif :

Yang di timbulakan ialah pedagang memenuhi trotoar pinggiran jalan ada

juga emperan emperan toko yang bila mana kita mau belanja ke toko tsb menjadi

susah parkir, susah berjalan karena sempit dan selalu ber desak desakan ,rawan

pencopetan dll. Dan selain itu tak jarang muncul bentrok antara petugas dengan para

pedagang. .Adalah hal biasa . dan kemacetan pun adalah hal biasa walau pun

kita rasakan Sebenar nya Dikala melewati jalan macet :yang di timbulkan oleh

pedagang yang terlalu depan dalam memasang tempat jualanya atau dalam

menjajakan dagangannya , kita agak merasa kesal juga soal nya waktu kita didalam

menempuh perjalanan jadi melar apa lagi bila dibelakang pasar yang tentunya

pedagang kaki lima nya bahkan lebih banyak di banding pedagang yang ber ada di

kios di dalam pasar .

Demikian juga soal alasan kebersihan. Umumnya, daerah badan jalan dan

trotoar yang digunakan sebagai arena berjualan biasanya dekat dengan pasar

tradisional. Dan daerah tersebut biasanya tidak terjaga kebersihannya. Padahal pasar

tradisional bukan berarti dibiarkan kotor. Malahan, bila perlu pasar tradisional, harus

lebih bersih dibandingkan dengan pusat keramaian lainnya. Bahkan PARA

(8)

2 Dampak positif :

Pembeli tidak terlalu berputar putar di dalam pasar kalo dia hanya

memerlukan satu atau dua macam barang saja tentunya dia dengan mudah dapat

membeli nya di PKL dengan harga yang relative lebih murah walau pun untuk

kwalitas tidak jaminan . bisa saja kwalitas nya sama dengan barang di toko bisa saja

kwalitas nya kurang bagus . hal itu tergantung dari harga yang di tawar kan dan

biasanya barang yang di jual di kaki lima harga nya relative murah

Hal itulah yang menurut pembeli di anggap menarik sehingga dengan harga

obral alias harga murah pembeli merasa butuh oleh pedagang kaki lima .

Dikarenakan para pembeli sebelum masuk keu pasar terlebih dahulu dia akan

melewati para pedagang kaki lima ini dengan demikian barang yan g di jajakan oleh

para pedagang kaki lima ini akan lebih cepat laku dari pada barang yang di simpan di

toko.

Karena terlihat secara jelas oleh orang orang yang lewat . .Dan tidak sedikit

Orang Orang yang sekarang meraih kesuksesan di bidang usaha diantaranya dengan

memulai sebagai pedagang kaki lima inilah.

(9)

Kita coba membahas hal ini agar kita dapat memberikan sedikit masukan kepada

para : pelaksana ketertiban kota supaya didalam menertibkan kota tidak hanya

menggunakan cara yaitu dengan penggusuran penyitaan Dan pengrusakan barang

dagangan dari pedagang kaki lima tsb. Tanpa Adanya solusi

Tetapi kita lihat mereka adalah cerminan kehidupan masyarakat kita yang

membutuhkan penghidupan sebagai mana yang dimiliki oleh orang lain pada umum

nya engah terjangan ekonomi global. Maka, di tengah kepungan pasar-pasar modern

yang datang berbondong-bondong, pemerintah justru harus melindungi rakyat kecil.

Kiranya, pemerintah kota menyediakan ruang yang kondusif bagi kebangkitan

ekonomi rakyat, termasuk dengan menyediakan pasar yang representatif.

Untuk itulah, pemerintah kota mesti mencari solusi yang bijak. Sebab, pada pasar

tradisionillah merupakan cerminan kekuatan perekonomian rakyat. Keberadaan pada

pedagang kaki lima, mesti dilindungi dengan memberi tempat yang baik dan

mendukung. Pasar yang tersedia sudah tidak cukup lagi menampung aktifitas

pedagang kaki lima. Oleh karena itu, perlu sekali ada pembukaan pasar tradisional

baru.untuk menempatkan para pedagang kakim lima ini.

Langkah penertiban PKL bukan berarti berjalan mulus. Respon para pedagang

kaki lima pun beranekaragam. Ada yang menerimanya sebagai kenyataan pahit yang

(10)

BAB II : TEORI EKONOMI

I. TEORI EKONOMI KEUARGA

Keluarga merupakan lembaga sosial pertama dan dasar dari semua

lembaga-lembaga sosial lainnya yang berkembangan dalam masyarakat luas. Di masyarakat

manapun di dunia, keluarga merupakan kebutuhan manusia yang universal dan

menjadi pusat terpenting dari kegiatan dalam kehidupan individu. Keluarga dapat

digolongkan ke dalam kelompok penting, selain karena para anggotanya saling

mengadakan kontak langsung juga karena adanya keintiman dari para anggotanya.

Pranata keluarga merupakan sistem norma dan tata cara yang diterima untuk

menyesuaikan beberapa tugas penting. Keluarga berperan membina anggota

anggotanya untuk beradaptasi dengan lingkungan fisik maupun lingkungan budaya di

mana ia berada. Bila semua anggota sudah mampu untuk beradaptasi dengan

lingkungan di mana ia tinggal, maka kehidupan masyarakat akan tercipta menjadi

(11)

I.1 DEFENISI KELUARGA

Definisi keluarga dikemukakan oleh beberapa ahli :

a. Reisner (1980)

Keluarga adalah sebuah kelompok yang terdiri dari dua orang atau lebih yang

masing-masing mempunyai hubungan kekerabatan yang terdiri dari bapak, ibu, adik,

kakak, kakek dan nenek.

b. Logan’s (1979)

Keluarga adalah sebuah sistem sosial dan sebuah kumpulan beberapa komponen yang

saling berinteraksi satu sama lain.

c. Gillis (1983)

Keluarga adalah sebagaimana sebuah kesatuan yang kompleks dengan atribut yang

dimiliki tetapi terdiri dari beberapa komponen yang masing-masing mempunyaiarti

(12)

d. Duvall

Keluarga merupakan sekumpulan orang yang dihubungkan oleh ikatan perkawinan,

adopsi, kelahiran yang bertujuan untuk meningkatkan dan mempertahankan budaya

yang umum, meningkatkan perkembangan fisik, mental, emosional dan sosial dari

tiap anggota.

e. Bailon dan Maglaya

Keluarga adalah kumpulan dua orang atau lebih individu yang bergabung karena

hubungan darah, perkawinan, atau adopsi, hidup dalam satu rumah tangga, saling

berinteraksi satu sama lainnya dalam perannya dan menciptakan dan

mempertahankan suatu budaya.

f. Johnson’s (1992)

Keluarga adalah kumpulan dua orang atau lebih yang mempunyai hubungan darah

yang sama atau tidak, yang terlibat dalam kehidupan yang terus menerus, yang

tinggal dalam satu atap, yang mempunyai ikatan emosional dan mempunyai

(13)

I.2 ISTILAH DALAM KELUARGA a. Keluarga Sejahtera

Keluarga yang dibentuk berdasarkan atas perkawinan yang sah, mampu

memenuhi kebutuhan hidup spiritual dan material yang layak, bertakwa kepada

TYME, memiliki hubungan serasi, selaras, dan seimbang antar anggota dan antar

keluarga dengan masyarakat dan lingkungan.

Menurut Kantor Menteri Negara Kependudukan/BKKBN (1996), tahapan

keluarga sejahtera terdiri dari:

 Prasejahtera

Keluarga yang belum dapat memenuhi kebutuhan dasarnya secara minimal atau

belum seluruhnya terpenuhi seperti:spiritual, pangan, sandang, papan, kesehatan dan

KB.

 Sejahtera I

Keluarga yang telah dapat memenuhi kebutuhan dasarnya secara minimal, tetapi

belum dapat memenuhi kebutuhan sosial psikologisnya seperti kebutuhan akan

pendidikan, KB, interaksi dalam keluarga, interaksi lingkungan tempat tinggal, dan

(14)

 Sejahtera II

Keluarga yang telah dapat memenuhi kebutuhan dasarnya dan kebutuhan sosial

psikologisnya tetapi belum dapat memenuhi kebutuhan pengembangan, seperti

kebutuhan untuk menabung dan memperoleh informasi.

 Sejahtera III

Keluarga yang telah dapat memenuhi kebutuhan dasar, sosial psikologis dan

pengembangan, tetapi belum dapat memberikan sumbangan yang teratur bagi

masyarakat atau kepedulian sosialnya belum terpenuhi seperti sumbangan materi, dan

berperan aktif dalam kegiatan masyarakat.

 Sejahtera III plus

Keluarga yang telah dapat memenuhi kebutuhan dasar, sosial psikologis dan

pengembangan, dan telah dapat memberikan sumbangan yang teratur dan berperan

aktif dalam kegiatan kemasyarakatan atau memiliki kepedulian sosial yang tinggi.

b. Keluarga Berencana

Upaya peningkatan kepedulian dan peran serta masyarakat melalui pendewasaan

usia perkawinan, pengaturan kelahiran, pembinaan ketahanan keluarga, peningkatan

(15)

c. Kualitas keluarga

Kondisi keluarga yang mencakup aspek pendidikan, kesehatan, ekonomi, sosial

budaya, kemandirian keluarga, dan mental spiritual serta nilai-nilai agama yang

merupakan dasar untuk mencapai keluarga sejahtera.

d. Kemandirian keluarga

Sikap mental dalam hal berupaya meningkatkan kepedulian masyarakat dalam

pembangunan, mendewasakan usia perkawinanan, membina dan meningkatkan

ketahanan keluarga, mengatur kelahiran dan mengembangkan kualitas dan

keejahteraan keluarga, berdasarkan kesadaran dan tanggungjawab.

e. Ketahanan Keluarga

Kondisi dinamik sebuah keluarga yang memiliki keuletan dan ketangguhan serta

mengandung kemampuan fisik-material dan psikis-mental spiritual guna hidup

mandiri dan mengembangkan diri dan keluarganya untuk hidup harmonis dalam

meningkatkan kesejahteraan lahir dan kebahagiaan batin.

f. NKKBS (Norma Keluarga Kecil Bahagia dan Sejahtera)

Suatu nilai yang sesuai dengan nilai-nilai agama dan sosial budaya yang

(16)

kehidupan sejahtera dengan jumlah anak ideal untuk mewujudkan kesejahteraan lahir

dan kebahagiaan batin.

1.3 BEBERAPA PENDEKATAN TEORI SOSIOLOGI DALAM KELUARGA

1. Teori Struktural Fungsional. Ritzer (2009: 21)

Konsep utama dalam teori ini adalah fungsi, disfungsi, fungsi laten, fungsi

manisfest, dan keseimbangan (equilibrium). Menurut teori ini masyarakat adalah

suatu sistem sosial yang terdiri atas bagian-bagian yang saling berkaitan dan menyatu

dalam keseimbangan. Perubahan yang terjadi pada satu bagian akan mempengaruhi

akan membawa perubahan pula terhadap bagian yang lain. Asumsi dasarnya bahwa

setiap struktur dalam sistem sosial, fungsional terhadap yang lain. Sebaliknya, jika

tidak fungsional maka struktur tidak akan nada atau akan hilang dengan sendirinya.

Penganut teori ini cenderung melihat hanya kepada sumbangan satu sistem atau

peristiwa terhadap sistem yang lain dan karena itu mengabaikan kemungkinan bahwa

suatu peristiwa dapat beroperasi menentang fungsi-fungsi lainnya dalam suatu sistem

sosial. Secara ekstrim penganut teori ini beranggapan bahwa semua peristiwa dan

semua struktur adalah fungsional bagi suatu masyarakat.

Keluarga sebagai lingkungan pertama seorang anak mendapatkan didikan dan

bimbingan. Juga dikatakan lingkungan yang utama, karena sebagian besar dari

(17)

diterima oleh anak adalah dalam keluarga. Sehingga keluarga yang merupakan

institusi sosial yang bersifat universal dan multifungsional mempunyai fungsi

pengawasan, sosial, ekonomi, pendidikan, keagamaan, perlindungan, dan rekreasi

terhadap anggota-anggotanya.

Sebagaimana para penganut teori struktural fungsional melihat masyarakat

dengan menganalogikan masyarakat ibarat organisme biologis. Makhluk hidup yang

bisa sehat atau sakit. Ia sehat jika bagian-bagian dari dirinya (kelompok/individu

fungsional) memiliki kebersamaan satu sama lain. Jika ada bagiannya yang tidak lagi

menyatu secara kolektif, maka kesehatan dari masyarakat tersebut terancam, atau

sakit. Demikian halnya juga dalam keluarga yang terdiri dari anggota-anggota

keluarga yang saling berhubungan satu sama lain dan fungsional terhadap anggota

keluarga lainnya. Bahwa pada umumnya, keluarga terdiri dari ayah, ibu dan anak

dimana masing-masing anggota keluarga tersebut saling mempengaruhi, saling

membutuhkan, semua mengembangkan hubungan intensif antar anggota keluarga.

Misalnya fungsi ekonomi keluarga, dalam keluarga terdapat pembagian kerja

yang disesuaikan dengan status, peranan, jenis kelamin, dan umur anggota-anggota

keluarga. Ayah sebagai kepala rumah tangga fungsional terhadap istri dan

anak-anaknya. Bagi keluarga pada umumnya ayah mempunyai peranan dan tanggung

jawab utama dalam pemenuhan kebutuhan material para anggota keluarganya,

(18)

Disamping fungsional, Robert K.Merton dalam Ritzer (2009: 22) juga mengajukan

konsep disfungsi dalam struktur sosial atau pranata sosial. Bahwa dalam suatu

pranata sosial selain menimbulkan akibat yang bersifat positif juga ada

akibat-akibat bersifat negatif. Masih terhubung dengan contoh di atas, bahwa seorang ayah

bisa disfungsi terhadap anggota-anggota keluarga lain (istri dan anak-anaknya).

Dimana ayah tidak menjalankan peranan dan tanggung jawabnya sebagai pencari

nafkah utama dalam keluarganya. Jika hal tersebut terjadi dalam suatu keluarga maka

akan mengganggu sistem yang ada dalam keluarga, membuat fungsi ekonomi

keluarga mengalami pergeseran.

2. Teori Konflik.

Tidak dapat dipungkiri dalam suatu lembaga keluarga tidak selamanya akan

berada dalam keadaan yang statis atau dalam kondisi yang seimbang (equilibrium),

namun juga mengalami kegoncangan di dalamnya. Menurut teori konflik masyarakat

senantiasa berada dalam proses perubahan yang ditandai oleh pertentangan yang

terus-menerus di antara unsur-unsurnya (Ritzer, 2009:26). Pertentangan (konflik) bisa

terjadi antara anggota-anggota dalam keluarga itu sendiri, ataukah antara keluarga

yang satu dengan keluarga yang lain.

Menurut teori konflik Dahrendrof mengatakan bahwa konflik menurutnya

memimpin ke arah perubahan dan pembangunan. Dalam situasi konflik golongan

(19)

struktur sosial. Kalau konflik itu terjadi secara hebat maka perubahan yang timbul

akan bersifat radikal. Begitu pula kalau konflik itu disertai oleh penggunaan

kekerasan maka perubahan struktural akan efektif (Ritzer, 2009:28).

Para penganut teori konflik mengakui bahwa konflik dapat memberikan

sumbangan terhadap integrasi dan sebaliknya integrasi dapat menimbulkan konflik.

Berghe dalam Ritzer (2009:29) mengemukakan empat fungsi dari konflik sebagai

berikut:

 Sebagai alat untuk memelihara solidaritas,

 Membantu menciptakan ikatan aliansi dengan kelompok lain,

 Mengaktifkan peranan individu yang semula terisolasi. (Protes terhadap

perang Vietnam mendorong pemuda AS untuk aktif berkampanye untuk Mc.

Carthy dan Mc. Govern yang anti perang tersebut),

 Fungsi komunikasi. Sebelum konflik kelompok tertentu mungkin tidak

mengakui posisi lawan. Tapi dengan adanya konflik, posisi dan batas antara

kelompok menjadi lebih jelas. Individu dan kelompok tahu secara pasti di

mana mereka berdiri dan karena itu dapat mengambil keputusan lebih baik

untuk bertindak dengan lebih tepat.

Misalnya dalam sebuah keluarga terjadi konflik atau pertentangan antara anggota

(20)

memiliki musuh yang sama. Maka mereka terintegrasi dalam melawan musuhnya

tersebut dengan mengabaikan konflik internal antara mereka. Dalam keluarga yang

broken home, di mana sering terjadi percekcokan di antara orang tua dan saling

bermusuhan disertai tindakan-tindakan yang agresif, maka dengan sendirinya

keluarga yang bersangkutan akan mengalami kegagalan dalam menjalankan

fungsi-fungsi keluarga yang sebenarnya.

3. Teori Interaksionis Simbolik.

Menurut Herbert Blumer (1962) seorang tokoh modern dari Teori

Interaksionisme Simbolik dalam Ritzer (2009:52) mengungkapkan bahwa istilah

interaksionisme simbolik menunjuk kepada sifat khas dari interaksi antar manusia.

Kekhasannya adalah manusia saling menerjemahkan dan saling mendefinisikan

tindakannya. Tanggapan seseorang tidak dibuat secara langsung terhadap tindakan

orang lain, melainkan didasarkan pada “makna” yang diberikan terhadap tindakan

orang lain itu. Interaksi antara individu diantarai oleh penggunaan simbol-simbol,

interpretasi atau dengan saling berusaha untuk saling memahami maksud dari

tindakan masing-masing. Jadi dalam interaksionisme simbolik bahwa dalam proses

interaksi individu dimulai dari suatu proses stimulus secara otomatis dan langsung

menimbulkan respon oleh si aktor. Tetapi antara stimulus dan respon atau tanggapan

diantarai oleh proses interpretasi. Proses interpretasi adalah proses berpikir yang

(21)

Secara sederhana dapat digambarkan suatu proses interaksi yang terjadi dalam

lembaga keluarga yang dimulai dengan adanya proses stimulus kemudian respon atau

tanggapan. Dalam masyarakat dikenal simbol komunikasi. Ritzer (2009:55)

mengemukakan simbol komunikasi merupakan proses dua arah di mana kedua pihak

saling memberikan makna atau arti terhadap simbol-simbol itu. Dengan mempelajari

simbol-simbol tersebut berarti manusia belajar melakukan tindakan secara bertahap.

Dalam lembaga keluarga juga dikenal simbol komunikasi, sehingga antara anggota

keluarga saling memahami dan mengerti tindakan anggota keluarga lainnya.

Contoh seorang kakek memerintahkan cucunya untuk mengambilkan obatnya di

dalam kamar kakek. Cucu tersebut mendengarkan perintah kakek dan melaksanakan

perintah kakeknya dengan mengambilkan obat itu. Ini artinya si kakek memberikan

stimulus kemudian secara tidak langsung si cucu menerima stimulus itu dan

selanjutnya memberikan tanggapan atau respon atas stimulus dari si kakek. Contoh

lain, ketika seorang kakak memukul adiknya, kemudian sang adik menangkis pukulan

tersebut maka terjadi proses interaksi antara kedua kakak adik tersebut. Ataukah

seorang datang ke rumah kemudian memberikan salam, orang dalam rumah

menjawab salam tersebut dan mempersilahkannya masuk. Ada simbol bahasa yang

digunakan yang menandakan ada orang yang bertamu ke rumah tersebut.

Dari pendekatan ketiga teori sosiologi yang dipaparkan di atas yakni teori

(22)

lembaga keluarga, masing-masing sangat jelas mendiskripsikan proses sosial yang

terjadi dalam keluarga. Bahwa dalam sebuah keluarga ada fungsi dan disfungsi yang

terjadi antara anggota keluarga. Dalam keluarga pun sering terjadi pertentangan

(konflik) internal maupun eksternal anggota keluarga. Dan sebagai lembaga

sosialisasi pertama (lembaga keluarga) dimana di dalamnya terdapat proses interaksi

antara anggota keluarga sehingga ada kesepahaman dan tercipta keharmonisan dalam

keluarga itu.

Menurut saya ketiga pendekatan tersebut masih terdapat dalam lembaga keluarga

saat sekarang. Hal ini terlihat terjelas dalam kehidupan sehari-hari individu sebagai

anggota dalam lembaga keluarga. Meskipun pada dasarnya keluarga yang

mempunyai fungsi antara lain: biologis, afeksi, pendidikan, ekonomi, sosialisasi,

keagamaan, dan perlindungan sudah mengalami perubahan (pergeseran). Berbicara

yang mana ketiga pendekatan yang telah disebut sebelumnya lebih menarik? Penulis

menitikberatkan pada pendekatan konflik dalam keluarga, karena dalam realitas

sekarang begitu banyak suami istri yang bercerai akibat terjadinya perubahan sosial

ekonomi dalam masyarakat.

Proses perubahan ekonomi pada masyarakat industri telah mengubah sifat

keluarga, dari institusi pedesaan yang agraris menuju ke institusi perkotaan yang

(23)

mengalami perubahan. Fungsi produksi hilang, keluarga menjadi kesatuan konsumsi

semata-mata. Keluarga di kota tidak lagi melakukan fungsi produksi langsung.

Fenomena sosial tersebut dapat kita lihat pada masyarakat perkotaan yang

memiliki kesibukan yang cukup padat. Seorang ibu yang memiliki jam kerja yang

begitu padat sehingga tidak sempat untuk mendidik anaknya terpaksa menitipkan

anaknya kepada pembantu, pengasuh anak atau pada lembaga pendidikan non formal.

Fenomena tersebut menjelaskan bahwa ada peralihan fungsi yang di mana keluarga

yang menjadi tempat sosialisasi yang utama berpindah pada lembaga pendidikan non

formal atau orang lain yang mempunyai kapabilitas dalam hal tersebut. Dengan kata

lain ibu tersebut meninggalkan fungsi sebagai ibu rumah tangga yakni pengasuh

anak-anaknya.

Fenomena tersebut di atas dapat mengganggu proses pertumbuhan anak

terutama dalam hal sosialisasi. Lembaga keluarga sebagai media sosialisasi pertama

anak menjadi tidak berfungsi atau akan hilang. Selain itu, fenomena ini bisa juga

mendatangkan konflik dalam rumah tangga tersebut. Ketika anak mengalami

kegagalan maka orang tua (suami dan istri) akan saling menuduh. Terjadi

pertengkaran antara suami dan sitri. Mungkin juga berakhir pada perceraian suami

dan istri tersebut, karena sudah tidak ada lagi kecocokan antara mereka. Akibatnya

anak mengalami tekanan psikologis (depresi). Anak melakukan pelarian di luar

(24)

Keluarga tersebut tidaklah lagi berjalan statis dengan fungsi-fungsi yang ideal,

runtuhlah keluarga yang harmonis pada mulanya.

1.4 STRUKTUR DAN FUNGSI KELUARGA

Struktur dan fungsi merupakan hal yang berhubungan erat dan terus menerus

berinteraksi satu sama lain. Struktur didasarkan pada organisasi, yaitu perilaku

anggota keluarga dan pola hubungan dalam keluarga. Hubungan yang ada

dapatbersifat kompleks, misalnya seorang wanita bisa sebagai istri, sebagai ibu,

sebagai menantu, dll yang semua itu mempunyai kebutuhan, peran dan harapan yang

berbeda.

Pola hubungan itu akan membentuk kekuatan dan struktur peran dalam keluarga.

Struktur keluarga dapat diperluas dan dipersempit tergantung dari kemampuan dari

keluarga tersebut untuk merespon stressor yang ada dalam keluarga. Struktur

keluarga yang sangat kaku atau sangat fleksibel dapat mengganggu atau merusak

fungsi keluarga.

a) Struktur Keluarga

Menurut Friedman (1988) struktur keluarga terdiri atas:

(25)

Komunikasi dalam keluarga ada yang berfungsi dan ada yang tidak, hal ini

bisa disebabkan oleh beberapa faktor yang ada dalam komponen komunikasi

seperti :sender, chanel-media, massage, environtment dan reciever. Komunikasi

dalam keluarga yang berfungsi adalah:

1). Karakteristik pengirim yang berfungsi: Yakin ketika menyampaikan

pendapat, Jelas dan berkualitas,meminta feedback, menerima feedback

2). Pengirim yang tidak berfungsi: Lebih menonjolkan asumsi (perkiraan

tanpa menggunakan dasar/data yangobyektif), ekspresi yang tidak jelas (contoh:

marah yang tidak diikuti ekspresi wajahnya),jugmental exspressions, yaitu ucapan

yang memutuskan/menyatakan sesuatu yang tidak didasari pertimbangan yang

matang. Contoh ucapan salah benar, baik/buruk,normal/tidak normal, misal: ”kamu

ini bandel...”, ”kamu harus...”, tidak mampu mengemukakan kebutuhan, komunikasi

yang tidak sesuai

3). Karakteristik penerima yang berfungsi: mendengar, feedback (klarifikasi,

menghubungkan dengan pengalaman), memvalidasi

4). Penerima yang tidak berfungsi : tidak bisa mendengar dengan jelas/gagal

mendengar, offensive (menyerang bersifat negatif), kurang mengeksplorasi

(26)

5). Pola komunikasi di dalam keluarga yang berfungsi : menggunakan

emosional : marah, tersinggung, sedih, gembira, komunikasi terbuka dan jujur,

hirarki kekuatan dan peraturan keluarga

b) Fungsi Keluarga

Menurut Friedman (1992) menggambarkan fungsi sebagai apa yang dilakukan

keluarga. Fungsi keluarga berfokus pada proses yang digunakan oleh keluarga untuk

mencapai tujuan keluarga tersebut. Proses ini termasuk komunikasi diantara anggota

keluarga, penetapan tujuan, resolusi konflik, pemberian makanan, dan penggunaan

sumber dari internal maupun eksternal. Tujuan reproduksi, seksual, ekonomi dan

pendidikan dalam keluarga memerlukan dukungan secara psikologi antar anggota

keluarga, apabila dukungan tersebut tidak didapatkan maka akan menimbulkan

konsekuensi emosional seperti marah, depresi dan perilaku yang menyimpang.

Tujuan yang ada dalam keluarga akan lebih mudah dicapai apabila terjadi komunikasi

yang jelas dan secara langsung. Komunikasi tersebut akan mempermudah

menyelesaikan konflik dan pemecahan masalah.

Menurut Soelaeman (1994), fungsi keluarga adalah sangat penting sehingga tidak

dapat dipisah-pisahkan satu dengan yang lainnya. Jenis-jenis fungsi keluarga adalah:

a. Fungsi edukatif Fungsi ini berkaitan dengan pendidkan anak serta pembinaan

anggota keluarga. Keluarga merupakan sumber pembelajaran lingkungan pendidikan

(27)

pembelajaran tentang bagaimana cara makan menggunakan sendok dengan baik . b.

Fungsi sosialisasi Tugas keluarga dapat membantu menyiapkan diri anaknya agar

dapat menempatkan dirinya sebagai pribadi yang berkontribusi dalam masyarakat.

1.5 NILAI-NILAI KELUARGA

Nilai merupakan suatu sistem, sikap dan kepercayaan yang secara sadar atau

tidak, mempersatukan anggota keluarga dalam satu budaya. Nilai keluarga juga

merupakan suatu pedoman perilaku dan pedoman bagi perkembangan norma dan

peraturan. Norma adalah pola perilaku yang baik, menurut masyarakat berdasarkan

sistem nilai dalam keluarga. Budaya adalah kumpulan dari pola perilaku yang dapat

dipelajari, dibagi dan ditularkan dengan tujuan untuk menyelesaikan masalah.

1.6 PERANAN KELUARGA

Peran adalah serangkaian perilaku yang diharapkan sesuai dengan posisi sosial

yang diberikan. Yang dimaksud dengan posisi atau status adalah posisi individu

dalam masyarakat, misalnya status sebagai istri/suami atau anak.

Peranan ayah : pencari nafkah, pelindung dan pemberi rasa aman, kepala

keluarga, sebaagai anggota dari kelompok sosialnya serta sebagai anggota masyarakat

(28)

Peranan ibu : mengurus rumah tangga, pengasuh dan pendidik anak-naknya,

pelindung dan sebagai salah satu anggota kelompok dari peranan sosialnya serta

sebagai anggota masyarakat dari lingkungannya, serta bisa berperan sebagai pencari

nafkah tambahan dalam keluarga.

Peranan anak : melaksanakan peranan psiko sosial sesuai dengan tingkat

perkembangannya, baik fisik, mental, sosial dan spiritual

1.7 SISTEM DAN PENGOLAHAN KELUARGA a. Sistem keluarga

Keluarga dipandang sebagai sistem sosial terbuka yang ada dan berinteraksi

dengan sistem yang lebih besar (suprasistem) dari masyarakat (misal: politik, agama,

sekolah dan pemberian pelayanan kesehatan). Sistem keluarga terdiri dari bagian

yang saling berhubungan (anggota keluarga) yang membentuk berbagai macam pola

interaksi (subsistem). Seperti pada seluruh sistem, sistem keluarga mempunyai dua

tujuan baik impisit maupun eksplisit, yang berbeda berdasarkan tahapan dalam siklus

hidup keluarga, nilai keluarga dan kepedulian individual anggota keluarga.

Karakteristik dari sistem keluarga (sistem terbuka):

(29)

b. Batasan : dalam suatu keluarga pasti adanya batasan (filter) yang digunakan untuk menyeleksi informasi yang masuk dan keluar. Batasan masing-masing keluarga akan

berbeda tergantung dari beberapa faktor seperti : sosial, budaya, ekonomi,dll.

c. Keberadaan : keluarga merupakan bagian dari sistem yang lebih luas yaitu masyarakat.

d. Terbuka (batas yang permeable) dimana di dalam keluarga terjadi pertukaran antar sistem.

e. Mempunyai : masing-masing keluarga mempunyai organisasi/struktur yang akan berpengaruh di dalam fungsi yang ada dari anggotanya.

b. Pengelolaan Keluarga  Perencanaan

Masa depan keluarga tergantung pada bagaimana kita merencanakan. Dalam

penerapan ilmu menejemen, nabi telah mengajarkan melalui haditsnya: “barang siapa

yang hari ini lebih baik dari hari kemarin, maka ia tergolong orang yang beruntung.

Barang siapa yang hari ini sama saja dengan hari kemarin, maka ia tergolong orang

yang merugi. Dan barang siapa yang hari ini lebih buruk dari hari kemarin, maka ia

tergolong orang terlaknat”.Mengutip dari artikel dari tabloid MQ (rubrik keluarga

(30)

beberapa langkah untuk merancang masa depan. Yaitu: pertama mengenal gambaran

masa depan. Kedua, mengenal dan memahami keadaan diri sendiri. Ketiga,

menjabarkan beberapa alternatif tindakan. Keempat, mengkaji tiap alternatif yang

telah dijabarkan. Kelima, mengadakan persiapan. Sepertinya langkah-langkah ini

perlu kita teladani. Karena kita tidak ingin keluarga kita terjerumus pada kondisi yang

tidak diinginkan, dikarenakan arus lingkungan yang negatif.

Dengan perencanaan yang matang, masa depan keluarga yang lebih baik akan

terwujud. Namun ada hal lain yang tak kalah pentingnya, yaitu bagaimana

mewujudkan perencanaan itu dalam tindakan nyata.

 Operasional

Untuk merealisasikan perencanaan yang ada, perlu adanya tindakan yang nyata.

Pekerjaan yang sulit adalah memulai sesuatu. Namun jika kita mau memulai,

kesulitan dalam melaksanakan apa yang kita rencanakan akan menemui jalan. Tidak

ada yang lebih jelek dari pekerjaan yang tidak diselesaikan kecuali pekerjaan yang

tidak pernah dimulai.

 Organisasi

Anggota keluarga yang paling ideal adalah adanya bapak, ibu, dan anak. Jika

(31)

anggota keluarga. Anggota keluarga adalah unsur organisasi yang masing-masing

mempunyai peran dan fungsi sendiri-sendiri. Sudah saatnya anak bukan lagi obyek

dalam keluarga dan orang tua sebagai subyekdan bertindak otoriter. Karena keluarga

kita dibangun untuk kehidupan yang panjang. Anak-anak kita hidup di masa yang

berbeda dengan kehidupan kita (Al-Hadits). Munculkan peran setiap anggota

keluarga yang sinergis (saling bekerja sama dan tergantung) agar kebaikan dan

kemajuan keluarga menjadi cita-cita bersama dan hasilnya dirasakan bersama.

 Koordinasi

Komunikasi merupakan modal pokok dalam mengelola keluarga. Komunikasi

yang baik antar anggota keluarga akan menimbulkan koordinasi yang positif. Kalau

kita sudah bisa menjadikan anggota keluarga sebagai bentuk organisasi yang saling

bersinergi (bekerja sama) setiap saat perlu adanya koordinasi (saling mengingatkan

dan menasehati) dalam operasionalnya. Suatu saat ibu dapat menjadi pimpro

(pimpinan) dalam acara liburan di puncak. Disaat lain kakak juga berhak menjadi

pimpro pada acara tahun baru. Atau dalam kegiatan beres-beser rumah bapak lah

pimpronya. Dengan begitu saling koordinasi menjadi suatu kebiasaan yang

menyenangkan.

(32)

Orang tua mempunyai kewajiban untuk mendidik dan membimbing

anakanak,mempunyai hak untuk memberikan pengawasan. Meskipun pengawasan

dapat diberikan pada siapa pun dalam anggota keluarga. Adik wajib mengingatkan

jika kakak belum melakukan pekerjaannya membuang sampah. Atau kakak wajib

mengingatkan bapak jika saking asyiknya beres-beser mobil lupa belum sholat

dzuhur. Dan sebagainya.

 Penganggaran

Dalam setiap kegiatan dalam keluarga diperlukan biaya. Mulai dari keperluan

pendidikan, makan, kesehatan hingga kegiatan wisata. Perencanaan keuangan

menjadi perlu untuk dipelajari agar kepentingan dalam keluarga dapat tercukupi.

Skala prioritas perlu diajarkan pada anak-anak. Pemenuhan skala prioritas dapat

menjadi pendidikan pertama pada anak-anak dalam mengelola uang.

II. TEORI USAHA KECIL MENENGAH

II.1 LATAR BELAKANG USAHA KECIL MENENGAH

Usaha skala kecil dan menengah (UKM) di negara berkembang hampir selalu

merupakan kegiatan ekonomi yang terbesar dalam jumlah dan kemampuannya dalam

menyerap tenaga kerja. Begitu pula dengan kondisi yang ada di Indonesia, meskipun

(33)

menjadi tumpuan bagi stabilitas ekonomi nasional. Sehingga perannya diharapkan

dapat menciptakan kesejahteraan kepada masyarakat Indonesia.

Pada pasca krisis tahun 1997 di Indonesia, UKM dapat membuktikan bahwa

sektor ini dapat menjadi tumpuan bagi perekonomian nasional. Hal ini dikarenakan

UKM mampu bertahan dibandingkan dengan usaha besar lainnya yang cenderung

mengalami keterpurukan. Hal tersebut dibuktikan dengan semakin bertambahnya

jumlah UKM setiap tahunnya.

Diketahui bahwa UKM mengalami peningkatan dalam jumlah unit usaha. Adapun

alasan-alasan UKM dapat bertahan dan cenderung meningkat jumlahnya pada masa

krisis yaitu karena: pertama; sebagian besar UKM memproduksi barang konsumsi

dan jasa-jasa dengan elastisitas permintaan terhadap pendapatan yang rendah.

Kedua; sebagian besar UKM mempergunakan modal sendiri dan tidak mendapat modal dari bank. Implikasinya pada masa krisis keterpurukan sektor perbankan dan

naiknya suku bunga tidak berpengaruh terhadap UKM. Ketiga; dengan adanya krisis

ekonomi yang berkepanjangan menyebabkan sektor formal banyak memberhentikan

pekerjanya. Sehingga para penganggur tersebut memasuki sektor informal dengan

melakukan kegiatan usaha yang berskala kecil, akibatnya jumlah UKM meningkat

(Partomo dan Soejodono, 2004).

(34)

bahwa sebagian besar usaha di Indonesia berbentuk usaha kecil dan menengah.

Berdasarkan kondisi tersebut dengan bertambahnya jumlah unit UKM dari tahun ke

tahun akan membuka kesempatan kerja yang lebih luas sehingga jumlah tenagakerja

dalam unit UKM akan terserap cukup banyak.

Selain potensi yang dimiliki UKM selain itu terdapat keunggulan-keunggulan

UKM dibandingkan dengan usaha besar yaitu: (1) inovasi dalam teknologi yang telah

dengan mudah terjadi dalam pengembangan produk; (2) berbasis pada sumber daya

lokal sehingga dapat memanfaatkan potensi secara maksimal dan memperkuat

kemandirian; (3)kemampuan menciptakan kesempatan kerja cukup banyak atau

penyerapannya terhadap tenaga kerja; (4) fleksibilitas dan kemampuan menyesuaikan

diri terhadap kondisi pasar yang berubah dengan cepat dibanding dengan perusahaan

skala besar yang pada umumnya birokratis; (5) terdapatnya dinamisme manajerial

dan peranan kewirausahaan; (6) dimiliki dan dilaksanakan oleh masyarakat lokal

sehingga mampu mengembangkan sumber daya manusia; (7) tersebar dalam jumlah

yang banyak sehingga merupakan alat pemerataan pembangunan yang efektif (Azrin,

2004).

Walaupun mempunyai potensi yang sedemikian banyak, kenyataan menunjukan

bahwa UKM masih belum dapat mewujudkan kemampuan dan peranannya secara

maksimal dalam fungsi sosial dan ekonomi. Hal ini disebabkan oleh kenyataan bahwa

(35)

eksternal maupun internal, dalam bidang produksi dan pengolahan, pemasaran,

permodalan, sumberdaya manusia dan teknologi serta iklim usaha yang belum

mendukung bagi perkembangannya.

Berdasarkan kondisi yang kurang menguntungkan tersebut diperlukan suatu

upaya untuk mengembangkan UKM. Perhatian untuk mengembangkan usaha kecil

dan menengah setidaknya dilandasi oleh beberapa alasan. Salah satunya yaitu, UKM

banyak menyerap tenaga kerja. Kecenderungan menyerap banyak tenaga kerja

umumnya membuat banyak UKM juga intensif dalam menggunakan sumberdaya

alam lokal. Apalagi karena lokasinya banyak di daerah, pertumbuhan UKM akan

menimbulkan dampak positif terhadap peningkatan jumlah tenaga kerja, pengurangan

jumlah kemiskinan, pemerataan dalam distribusi pendapatan, dan pembangunan

ekonomi (Kuncoro, 1996). Dari sisi kebijakan,UKM jelas perlu mendapat perhatian

karena tidak hanya memberikan penghasilan bagi sebagian besar angkatan kerja

Indonesia, namun juga merupakan ujung tombak dalam upaya pengentasan

kemiskinan.

Untuk mewujudkan perekonomian nasional yang kokoh usaha kecil perlu

diberdayakan agar dapat menjadi usaha kecil yang mandiri serta dapat berkembang

menjadi usaha menengah. Disamping itu juga usaha menengah perlu ditingkatkan

jumlahnya menjadi usaha yang tangguh, mandiri dan unggul. Sehingga peranannya

(36)

Perhatian pada UKM sebelumnya telah dilakukan oleh pemerintah melalui

kebijakan untuk pemberdayaan UKM melalui kredit bersubsidi dan bantuan teknis.

Kredit untuk pengembangan UKM bahkan telah dilakukan sejak tahun 1974. Kredit

program pertama UKM, Kredit Investasi Kecil (KIK), dan Kredit Modal Kerja

Permanen (KMKP). Setelah deregulasi perbankan pada tahun 1988, kredit UKM

dengan bunga bersubsidi secara berangsur dihentikan, diganti dengan kredit bank

komersial.

II.2 DEFENISI DAN RUANG LINGKUP UKM

Pengertian mengenai Usaha Kecil Menengah (UKM) tidak selalu sama,

tergantung konsep yang digunakan. Dalam konsep tersebut mencakup sedikitnya dua

aspek yaitu aspek penyerapan tenaga kerja dan aspek pengelompokan perusahaan

ditinjau dari jumlah tenaga kerja yang diserap dalam kelompok perusahaan tersebut.

Usaha kecil dioperasikan dan dimiliki secara independent, tidak dominan dalam

daerahnya dan tidak menggunakan praktek-praktek inovatif. Tapi usaha yang bersifat

kewirusahaan adalah usaha yang pada awalnya bertujuan untuk tumbuh dan

menguntungkan serta dapat dikarakteristikkan dengan praktekpraktek inovasi

strategis.

Pengertian usaha kecil dan menengah di Indonesia masih sangat beragam.

Sebelum dikeluarkannya UU No.9/1995, setidaknya ada lima instansi yang

(37)

Biro Pusat Statistik (BPS), Departemen Perindustrian, Bank Indonesia,Departemen

Perdagangan serta Kamar Dagang dan Industri (Kadin). Pada kelima instansi itu,

kecuali BPS, usaha kecil pada umumnya dirumuskan dengan menggunakan

pendekatan finansial.

Biro Pusat Statistik (BPS) Indonesia manggambarkan bahwa perusahaan dengan

jumlah tenaga kerja 1 - 4 orang digolongkan sebagai industri kerajinan dan rumah

tangga, perusahaan dengan tenaga kerja 5 - 19 orang sebagai industri kecil,

perusahaan dengan tenaga kerja 20 - 99 orang sebagai industri sedang atau menengah,

dan perusahaan dengan tenaga kerja lebih dari 100 orang sebagai industri besar.

Mengacu Undang-Undang No 9 Tahun 1995, kriteria usaha kecil dilihat dari segi

keuangan dan modal yang dimilikinya adalah: (1) memiliki kekayaan bersih paling

banyak 200 Juta Rupiah (tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha), atau (2)

memiliki hasil penjualan paling banyak 1 Milyar Rupiah per tahun. Sedangkan untuk

kriteria usaha menengah : (1) untuk sektor industri, memiliki total aset paling banyak

5 Milyar Rupiah per tahun, dan (2) untuk sektor nonindustri, memiliki kekayaan

bersih paling banyak 600 Juta Rupiah tidak termasuk tanah dan bangunan tempat

usaha; memiliki hasil penjualan tahunan paling banyak 3 Milyar Rupiah per tahun.

INPRES No. 10 Tahun 1999 mendefinisikan usaha menengah adalah unit kegiatan

yang memiliki kekayan bersih lebih besar dari 200 Juta Rupiah sampai maksimal 10

(38)

Perindustrian No. 286/M/SK/10/1989 dan Bank Indonesia, mendefinisikan usaha

kecil berdasarkan nilai asetnya. Menurut kedua instansi ini, yang dimaksud dengan

usaha kecil adalah usaha yang asetnya (tidak termasuk tanah dan

bangunannya),bernilai kurang dari 600 Juta Rupiah. Departemen Perdagangan

membatasi usaha kecil berdasarkan modal kerjanya.

Menurut Departemen Perdagangan, usaha kecil adalah usaha (dagang) yang

modal kerjanya bernilai kurang dari 25 Juta Rupiah. Sedangkan Kamar Dagang dan

Industri (Kadin) terlebih dahulu membedakan usaha kecil menjadi dua kelompok.

Kelompok pertama adalah yang bergerak dalam bidang perdagangan, pertanian dan

industri. Kelompok kedua adalah bergerak dalam bidang konstruksi.

Menurut Kadin yang dimaksud dengan usaha kecil untuk kelompok pertama

adalah yang memiliki modal kerja kurang dari 600 Juta Rupiah. Adapun untuk

kelompok kedua yang dimaksud dengan usaha kecil adalah yang memiliki modal

kerja kurang dari 250 Juta Rupiah dan memiliki nilai usaha kurang dari 1 Milyar

Rupiah.

Selain itu, pengelompokan atau kategorisasi usaha-usaha di suatu negara

mempunyai tujuan strategis, antara lain dikaitkan dengan standar kuantitatif tertentu,

serta seberapa jauh dapat dimasukkan kedalam jenis-jenis usaha atau bisnis. Tujuan

pengelompokan usaha dapat disebutkan beragam dan pada intinya mencakup empat

(39)

1. untuk keperluan analisis yang dikaitkan dengan ilmu pengetahuan

(teoritis).

2. untuk keperluan penentuan kebijakan-kebijakan pemerintah.

3. untuk meyakinkan pemilik modal atau pengusaha tentang posisi

perusahaannya.

4. untuk pertimbangan badan tertentu berkaitan dengan antisipasi

kinerja perusahaan (Partomo dan Soejodono,2004)

II.3 KARAKTERISTIK UKM

Suatu komite untuk pengembangan ekonomi mengajukan konsep tentang, usaha

kecil dan menengah dengan lebih menekankan pada kualitas atau mutu daripada

kriteria kuantitatif untuk membedakan perusahaan usaha kecil, menengah dan besar.

Ada empat aspek yang dipergunakan dalam konsep UKM tersebut, yaitu pertama,

kepemilikan; kedua, operasinya terbatas pada lingkungan atau kumpulan pemodal;

ketiga, wilayah operasinya terbatas pada lingkungan sekitar, meskipun pemasaran dapat melampaui wilayah lokalnya; keempat, ukuran dari perusahaan lainnya dalam

bidang usaha yang sama. Ukuran yang dimaksud bisa jumlah pekerja atau karyawan

atau satuan lainnya yang signifikan (Partomo dan Soejodono, 2004)

Dari suatu penelitian Balton (1971) dalam Partomo dan Soejodono (2004),

menyatakan bahwa pimpinan atau pengurus perusahaan skala kecil, menengah pada

(40)

kecil menengah tersebut terdapat jenis kegiatan yang disebut kerajinan yang bisa

dibedakan yaitu kerajinan yang bermutu tinggi dan yang bermutu rendah.

Kerajinan yang bermutu tinggi mempunyai nilai seni yang tinggi dan pembelinya

dari kalangan tertentu, sedangkan yang bermutu rendah untuk dijual lokal dengan

harga yang relatif murah. Disamping itu, terdapat pula karakteristik UKM ditinjau

dari aspek permodalan dan sumber daya manusia UKM.

II.4ASPEK PERMODALAN UKM

Salah satu hambatan bagi pengembangan kesempatan kerja disektor UKM adalah

terbatasnya modal yang dimiliki produsen sektor ini. Modal adalah sumber-sumber

ekonomi yang diciptakan manusia dalam bentuk nilai uang atau barang. Modal dalam

bentuk uang dapat digunakan oleh sektor produksi untuk membeli sektor produksi

untuk membeli modal baru dalam bentuk barang baru lagi (Cahyono, 1983). Salah

satu bentuk permodalan bagi suatu usaha yaitu dalam bentuk kredit.

Kredit adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu

yang berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam-meminjam antara Bank

dengan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam untuk melunasi utangnya

setelah jangka waktu tertentu dengan pemberian bunga (BI, 2005). Mengacu pada

pengertian kredit menurut Ronohadiwirjo (1969), Mubyarto (1989) dan Baker (1968)

(41)

memacu perkembangan usaha, terutama dalam pembentukan modal (capital

formation). Kredit juga sangat penting untuk meningkatkan likuiditas usaha walaupun

dapat menimbulkan resiko apabila usaha itu gagal memberikan penerimaan lebih

tinggi dari biaya yang dikeluarkan.

Berdasarkan tujuan penggunaannya, Bank Indonesia (1999) membedakan kredit

menjadi :

a. kredit konsumtif merupakan jenis kredit yang diberikan misalnya untuk

membeli kendaraan, peralatan, dan lain-lain yang sifatnya untuk tujuan konsumtif.

Kredit ini digunakan untuk konsumsi secara pribadi dan dalam kredit ini tidak ada

pertambahan barang dan jasa yang dihasilkan, karena memang untuk digunakan atau

dipakai oleh seseorang atau badan usaha.

b. kredit modal kerja yaitu kredit yang digunakan untuk menambah modal

kerjauntuk membiayai seperti pembelian bahan baku, biaya-biaya produksi, biaya

pemasaran dan lain-lain dalam jangka waktu pendek biasanya satu tahun. Kredit ini

digunakan untuk keperluan meningkatkan produksi dalam operasionalnya.

c. kredit investasi merupakan kredit jangka menengah atau jangka panjang untuk

pembelian barang-barang modal beserta jasa yang diperlukan untuk rehabilitasi,

(42)

2.5 KONDISI UKM DI INDONESIA SAAT INI

Sektor ekonomi UKM yang memiliki proporsi unit usaha terbesar berdasarkan statistik UKM tahun 2004-2005 adalah sektor (1) Pertanian, Peternakan, Kehutanan dan Perikanan; (2) Perdagangan, Hotel dan Restoran; (3) Industri Pengolahan; (4) Pengangkutan dan Komunikasi; serta (5) Jasa. Sedangkan sektor ekonomi yang memiliki proporsi unit usaha terkecil secara berturut-turut adalah sektor (1) Pertambangan dan Penggalian; (2) Bangunan; (3) Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan; serta (4) Listrik, Gas dan Air Bersih. Secara kuantitas, UKM memang unggul, hal ini didasarkan pada fakta bahwa sebagian besar usaha di Indonesia (lebih dari 99 %) berbentuk usaha skala kecil dan menengah (UKM). Namun secara jumlah omset dan aset, apabila keseluruhan omset dan aset UKM di Indonesia digabungkan, belum tentu jumlahnya dapat menyaingi satu perusahaan berskala nasional.

Data-data tersebut menunjukkan bahwa UKM berada di sebagian besar sektor usaha yang ada di Indonesia. Apabila mau dicermati lebih jauh, pengembangan sektor swasta, khususnya UKM, perlu untuk dilakukan mengingat sektor ini memiliki potensi untuk menjaga kestabilan perekonomian, peningkatan tenaga kerja, meningkatkan PDB, mengembangkan dunia usaha, dan penambahan APBN dan APBD melalui perpajakan.

Ciri-ciri usaha kecil:

a) Jenis barang/komoditi yang diusahakan umumnya sudah tetap tidak gampang

berubah;

b) Lokasi/tempat usaha umumnya sudah menetap tidak berpindah-pindah;

c) Pada umumnya sudah melakukan administrasi keuangan walau masih

sederhana, keuangan perusahaan sudah mulai dipisahkan dengan keuangan

keluarga, sudah membuat neraca usaha;

(43)

e) Sumberdaya manusia (pengusaha) memiliki pengalaman dalam berwira usaha;

f) Sebagian sudah akses ke perbankan dalam hal keperluan modal;

g) Sebagian besar belum dapat membuat manajemen usaha dengan baik

seperti business planning.

Contoh usaha kecil

 Usaha tani sebagai pemilik tanah perorangan yang memiliki tenaga kerja;

 Pedagang dipasar grosir (agen) dan pedagang pengumpul lainnya;

 Pengrajin industri makanan dan minuman, industri meubelair, kayu dan rotan, industri alat-alat rumah tangga, industri pakaian jadi dan industri kerajinan

tangan;

 Peternakan ayam, itik dan perikanan;

 Koperasi berskala kecil. Ciri-ciri usaha menengah

a) Pada umumnya telah memiliki manajemen dan organisasi yang lebih baik,

lebih teratur bahkan lebih modern, dengan pembagian tugas yang jelas antara

lain, bagian keuangan, bagian pemasaran dan bagian produksi;

b) Telah melakukan manajemen keuangan dengan menerapkan sistem akuntansi

dengan teratur, sehingga memudahkan untuk auditing dan penilaian atau

(44)

c) Telah melakukan aturan atau pengelolaan dan organisasi perburuhan, telah

ada Jamsostek, pemeliharaan kesehatan dll;

d) Sudah memiliki segala persyaratan legalitas antara lain izin tetangga, izin

usaha, izin tempat, NPWP, upaya pengelolaan lingkungan dll;

e) Sudah akses kepada sumber-sumber pendanaan perbankan;

f) Pada umumnya telah memiliki sumber daya manusia yang terlatih dan

terdidik.

Contoh usaha menengah

Jenis atau macam usaha menengah hampir menggarap komoditi dari hampir seluruh

sektor mungkin hampir secara merata, yaitu:

 Usaha pertanian, perternakan, perkebunan, kehutanan skala menengah;

 Usaha perdagangan (grosir) termasuk expor dan impor;

 Usaha jasa EMKL (Ekspedisi Muatan Kapal Laut), garment dan jasa transportasi taxi dan bus antar proponsi;

 Usaha industri makanan dan minuman, elektronik dan logam;

 Usaha pertambangan batu gunung untuk kontruksi dan marmer buatan.

Kriteria usaha kecil menurut UU No. 9 tahun 1995 adalah sebagai berikut:

1. Memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp. 200.000.000,- (Dua Ratus Juta

(45)

2. Memiliki hasil penjualan tahunan paling banyak Rp. 1.000.000.000,- (Satu Milyar

Rupiah)

3. Milik Warga Negara Indonesia

4. Berdiri sendiri, bukan merupakan anak perusahaan atau cabang perusahaan yang

tidak dimiliki, dikuasai, atau berafiliasi baik langsung maupun tidak langsung dengan

Usaha Menengah atau Usaha Besar

5. Berbentuk usaha orang perseorangan , badan usaha yang tidak berbadan hukum,

atau badan usaha yang berbadan hukum, termasuk koperasi.

Di Indonesia, jumlah UKM hingga 2005 mencapai 42,4 juta unit lebih.

2.6 MASALAH YANG DIHADAPI UKM

Permasalahan yang dihadapi oleh usaha kecil menenga(UKM) antara lain

yaitu:

a. Faktor internal

1. Kurangnya permodalan dan terbatasnya akses pembiayaan permodalan merupakan

faktor utama yang diperlukan untuk mengembangkan suatu unit usaha.

2. Keterbatasan kualitas SDM usaha kecil baik dari segi pendidikan formal maupun

pengetahuan dan keterampilannya sangat berpengaruh terhadap manajemen

pengelolaan usahanya, sehingga usaha tersebut sulit untuk berkembang dengan

optimal.

b. Faktor eksternal

(46)

dalam hal kontribusinya terhadap peciptaan produk domestik bruto(pdb),penyerapan

tenaga kerja ,ekspor dan perkembangan pelaku usahanya serta keberadaan investasi

usaha kecil dan menengah melalui pembentukan modal tetap bruto(investasi).

Keseluruhan indikator ekonomi makro tersebut selalu dijadikan acuan dalam

penyusunan kebijakan pemberdayaan UKM serta menjadi indikator keberhasilan

pelaksanaan kebijakn yang telah dilakukan pada tahun sebelumnya.

2. Terbatasnya sarana dan prasarana usaha kurangnya informasi yang berhubungan

dengan kemjuan ilmu pengetahuan dan teknologi, menyebabkan sarana dan prasarana

yang mereka miliki juga tidak cepat berkembang dan kurang mendukung kemajuan

usahanya sebagaimana yang diharapkan.

3. Pungutan liar praktek atau pungutan tidak resmi menjadi salah satu kendala bagi

UKM karena menambah pengeluaran yang tidak sedikit.

III. TEORI PERTUMBUHAN EKONOMI

III.1 TEORI PERTUMBUHAN EKONOMI MENURUT PARA AHLI

Secara umum Teori pertumbuhan ekonomi menurut para ahli dapat dibagi

menjadi 2, yaitu: Teori pertumbuhan ekonomi historis dan teori pertumbuhan

ekonomi klasik dan neoklasik

(47)

Aliran historis berkembang di Jerman dan kemunculannya merupakan reaksi

terhadap pandangan kaum klasik yang menyatakan bahwa pertumbuhan ekonomi

dapat dipercepat dengan revolusi industri, sedangkan aliran historis menyatakan

bahwa pertumbuhan ekonomi dilakukan secara bertahap. Pelopor aliran historis

antara lain, Frederich List, Karl Bucher, Bruno Hildebrand, Wegner Sombart, dan

W.W. Rostow

Teori pertumbuhan ekonomi Frederich list (1789 - 1846)

Tahap-tahap pertumbuhan ekonomi menurut frederich list adalah tingkat-tingkat

yang dikenal dengan sebutan Stuffen theorien (teori tangga).Adapun tahapan-tahapan

pertumbuhan ekonomi menurut frederich list adalah sebagai berikut :

 Masa berburu dan mengembara. Pada masa ini manusia belum memenuhi kebutuhan hidupnya sangat mengantungkan diri pada pemberian alam dan

untuk memenuhi kebutuhan hidup sendiri

 Masa berternak dan bertanam. Pada masa ini manusia sudah mulai berpikir untuk hidup menetap. Sehingga mereka bermata pencaharian bertanam

 Masa Bertani dan kerajinan. Pada masa ini manusia sudah hidup menetap sambil memelihara tanaman yang mereka tanam kerajinan hanya mengajar

(48)

 Masa kerajinan, Industri, dan perdagangan. Pada masa ini kerajinan bukan sebagai usaha sampingan melainkan sebagai kebutuhan untuk di jual ke pasar,

sehingga industri berkembang dari industri kerajinan menjadi industri besar.

Teori pertumbuhan ekonomi Karl Bucher (1847 - 1930)

Tahap Perekonomian menurut Karu Bucher dapat dibagi menjadi 4 yaitu:

 Rumah tangga tertutup

Masyarakat berproduksi hanya untuk memenuhi kebutuhan kelompok sendiri.

Pada masa ini keluarga mereka masih sangat sederhana. Oleh karena itu, kehidupan

masih bersifat tertutup dan belum ada pertukaran antar desa atau antar kelompok.

 Rumah tangga kota

Pertumbuhan jumlah penduduk mengakibatkan kelompok atau desa tidak dapat

lagi memenuhi kebutuhannya sendiri. Sehingga, timbul pertukaran antar desa yang

disebut dengan perdagangan. Pada masa ini, sebagian kelompok masyarakat

membangun tempat khusus sebagai pusat perdagangan dan industri yang disebut kota.

Selanjutnya, timbul hubungan dagang antara desa dengan kota.

 Rumah tangga bangsa/kemasyarakatan

Sesuai perkembangan zaman, pertukaran yang terjadi di satu kota sudah tidak

(49)

menghasilkan satu jenis barang dan barang tersebut harus didatangkan dari kota lain,

sehingga terjadilah kegiatan perdagangan antar kota. Perdagangan ini meluas ke

seluruh kota sehingga terbentuk satu kesatuan masyarakat yang melakukan

pertukaran perdagangan antar kota dalam satu negara atau dalam satu bangsa.

 Rumah tangga dunia

Pada masa ini, pertukaran atau perdagangan sudah melewati batas-batas negara

karena antar negara ternyata saling membutuhkan. Perdagangan antar negara juga

didukung dengan kemajuan IPTEK yang memudahkan manusia berhubungan dengan

negara lain.

Teori pertumbuhan ekonomi Bruno Hildebrand

Bruno Hildebrand melihat pertumbuhan ekonomi masyarakat dari perkembangan

alat tukar-menukarnya, yaitu:

 masa tukar-menukar secara barter

 masa tukar-menukar dengan uang

 masa tukar-menukar dengan kredit

Teori pertumbuhan ekonomi Werner sombart (1863 - 1947)

(50)

Pada masa ini belum dikenal adanya kaum kapitalis atau paham kapitalis.

Masyarakat bekerja untuk memenuhi kebutuhan sendiri dalam suasana kekeluargaan.

Di masa ini umumnya masyarakat hidup dari sektor pertanian dan kehidupan masih

bersifat statis.

 Zaman kapitalis madya (buruh kapitalisme)

Pada masa ini kehidupan sudah mulai dinamis. Manusia sudah mengenal uang

dan mulai menumpuk keuntungan dan kekayaan. Suasana kekeluargaan mulai

memudar, gaya hidup individualis perlahan-lahan merasuki masyarakat.

 Zaman kapitalai Raya (Hachkapitalismus)

Pada masa ini kehidupan hanya diarahkan untuk mencari keuntungan

sebanyak-banyaknya. Maka, muncul para kaum kapitalis (kaum yang bermodal besar). Kaum

ini menguasai alat-alat produksi untuk melakukan produksi secara besar-besaran.

Sebagai akibat munculnya kaum kapitalis, muncul pula kaum buruh (pekerja).

 Zaman kapitalis akhir (spetkapitalismus)

Akibat adanya kesenjangan kesejahteraan antara kaum kapitalis dan kaum buruh,

pada masa ini muncul kaum sosialis yang ingin mewujudkan kesejahteraan bersama.

Untuk itu, campur tangan pemerintah mutlak diperlukan untuk mengendalikan

(51)

Teori pertumbuhan ekonomi Walt Whitmen Rostow (1916 - 1979)

 Masyakart tradisional (Teh Traditional Society)

Pada masa ini kehidupan masih sangat tradisional, adat istiadat masih berperan

kuat. Produksi masih menggunakan alat yang sederhana dan hanya mampu

memproduksi dengan hasil yang terbatas.

 Persyaratan untuk lepas landas (Precondition for take off)

Pada masa ini masyarakat mulai menyadari pentingnya dilakukan pembaharuan

atau perubahan hidup. Mereka sudah tidak terpaku pada adat dan mulai menerima

pemikiran-pemikiran baru, menerima inovasi-inovasi baru dan menerima perubahan

cara-cara berproduksi. Akibat selanjutnya terjadilah perubahan struktur sosial, sistem

politik dan struktur kegiatan ekonomi. Kegiatan ekonomi mengalami perubahan dari

agraris menjadi industri dan perdagangan. Sehingga, proses pertumbuhan ekonomi

sudah mulai berlangsung dengan mantap dan negara dikatakan sudah siap menuju

tahap lepas landas.

 Lepas landas (cake off)

Pada masa ini pertumbuhan ekonomi terus berlangsung. Pada permulaan masa

lepas landas, bisa terjadi revolusi politik, timbulnya pasar baru yang sangat luas dan

(52)

modal yang pesat dan mencapai 10% dari Produk Nasional Neto, terjadi kemajuan

yang tinggi dalam sektor industri serta terwujudnya suatu kerangka dasar yang kuat

untuk melanjutkan pertumbuhan ekonomi ke tahap berikutnya.

 Perekonomian yang matang / dewasa (Matarty of economic)

Pada masa ini masyarakat sudah mampu menggunakan teknologi modern secara

selektif sehingga faktor-faktor produksi dapat dimanfaatkan secara efektif dan efisien.

Sektor dan industri pada masa ini merupakan sektor yang semakin penting,

sedangkan sektor pertanian semakin menurun perannya. Kemudian, muncul

tenaga-tenaga profesional di bidang industri. Perekonomian yang matang (dewasa) ditandai

juga dengan kemampuan negara dalam menyelesaikan sendiri kesulitan ekonomi

tanpa meminta bantuan dari negara lain.

 Masa ekonomi konsumsi tinggi (high mass consumption)

Masa konsumsi tinggi merupakan tahap pertumbuhan ekonomi yang paling

tinggi. Pada masa ini masyarakat telah mencapai kemakmuran. Masyarakat lebih

memikirkan cara berkonsumsi untuk mengalokasikan penghasilannya yang

melimpah, pendapatan per kapita riil yang sangat tinggi digunakan untuk konsumsi

semua barang termasuk barang-barang mewah. Pada masa ini negara dan masyarakat

tinggal berusaha untuk mempertahankan kemakmuran.

(53)

Teori pertumbuhan ekonomi klasik

Menurut pandangan ahli-ahli ekonomi klasik, ada 4 faktor yang mempengaruhi

pertumbuhan ekonomi, yaitu: jumlah penduduk, jumlah stok barang-barang modal,

luas tanah dan kekayaan alam, serta tingkat teknologi yang digunakan. Dalam teori

pertumbuhan mereka, dimisalkan luas tanah dan kekayaan alam adalah tetap

jumlahnya dan tingkat teknologi tidak mengalami perubahan.

Berdasarkan kepada teori pertumbuhan ekonomi klasik yang baru diterangkan,

dikemukakan suatu teori yang menjelaskan perkaitan di antara pendapatan per kapita

dan jumlah penduduk. Teori tersebut dinamakan teori penduduk optimum. Teori

pertumbuhan klasik dapat dilihat bahwa apabila terdapat kekurangan penduduk,

produksi marjinal adalah lebih tinggi daripada pendapatan per kapita. Akan tetapi

apabila penduduk semakin banyak, hukum hasil tambahan yang semakin berkurang

akan mempengaruhi fungsi produksi, yaitu produksi marjinal akan mulai mengalami

penurunan. Oleh karenanya pendapatan nasional dan pendapatan per kapita menjadi

semakin lambat pertumbuhannya.

Teori pertumbuhan ekonomi menurut Adam Smith

Adam Smith adalah ahli ekonomi yang menulis buku “The Wealth of Nation”

(kemakmuran suatu negara) yang sangat terkenal. Ia merupakan tokoh yang

(54)

yang bebas dari campur tangan pemerintah yang diperkuat dengan semboyan

“Laissez Faire, Laissez Passer”. Adam Smith percaya bahwa dengan menggunakan

sistem ekonomi liberal (bebas), pertumbuhan ekonomi dapat dicapai secara

maksimum.

Teori Pertumbuhan ekonomi Adam Smith ditandai oleh dua faktor yang saling

berkaitan :

 Pertumbuhan penduduk

 Pertumbuhan output total

Pertumbuhan output yang akan dicapai dipengaruhi oleh 3 komponen berikut ini.

 sumber-sumber alam

 tenaga kerja (pertumbuhan penduduk

 jumlah persediaan

Agar terjadi pertumbuhan output, sumber-sumber alam harus dikelola oleh tenaga

kerja dengan menggunakan barang modal. Sumber-sumber alam sangat penting untuk

menentukan pertumbuhan ekonomi, karena sumber-sumber alam merupakan batas

maksimum output jika sudah dimanfaatkan secara maksimum. Sumber-sumber alam

mencapai batas maksimum apabila telah dikerjakan oleh tenaga kerja yang handal

(55)

Teori pertumbuhan ekonomi David Ricardo dan T.R Malthus

Menurut David Ricardo faktor pertumbuhan penduduk yang semakin besar

hingga menjadi dua kali lipat pada suatu saat akan menyebabkan jumlah tenaga kerja

melimpah. Pendapat Ricardo ini sejalan dengan teori yang dikemukakan oleh Thomas

Robert Malthus, menyatakan bahwa makanan (hasil produksi) akan bertambah

menurut deret hitung (satu, dua, dan seterusnya). Sedangkan penduduk akan

bertambah menurut deret ukur (satu, dua, empat , delapan, enam belas, dan

seterusnya) sehingga pada saat perekonomian akan berada pada taraf subisten atau

kemandegan.

Teori pertumbuhan ekonomi Neoklasik

Teori pertumbuhan Neo-klasik melihat dari sudut pandang yang berbeda, yaitu

dari segi penawaran. Menurut teori ini, yang dikembangkan oleh Abramovits dan

Solow pertumbuhan ekonomi tergantung kepada perkembangan faktor-faktor

produksi. Dalam persamaan, pandangan ini dapat dinyatakan dengan persamaan:

AY = f (AK,AL,AT) Dimana :

AY adalah tingkat pertumbuhan ekonomi

(56)

AL adalah tingkat pertumbuhan penduduk

At adalah tingkat pertumbuhan teknologi

Analisis solow selanjutnya membentuk formula matematik untuk persamaan itu

dan seterusnya membuat pembuktian secara kajian empiris untuk menunjukkan

kesimpulan berikut: faktor terpenting yang mewujudkan pertumbuhan ekonomi

bukanlah pertambahan modal dan pertambahan tenaga kerja. Faktor yang paling

penting adalah kemajuan teknologi dan pertambahan kemahiran dan kepakaran

tenaga kerja.

Teori pertumbuhan ekonomi Robert Sollow

Rober Sollow lahir pada tahun 1950 di Brookyn, ia seorang peraih nobel di

bidang dibidang ilmu ekonomi pada tahun 1987. Robert Sollow menekankan

perhatiannya pada pertumbuhan out put yang akan terjadi atas hasil kerja dua faktor

input utama. Yaitu modal dan tenaga kerja.

Robert Solow adalah ahli ekonomi yang memenangkan hadiah nobel pada

tahun 1987. Solow berpendapat bahwa pertumbuhan ekonomi akan tercapai jika ada

pertumbuhan output. Pertumbuhan output terjadi jika dua faktor input, yakni modal

dan tenaga kerja dikombinasikan, sedangkan faktor teknologi dianggap konstan (tidak

berubah). Adapun yang tergolong sebagai modal adalah bahan baku, mesin,

Gambar

Tabel 1Output Sektoral Negara Astina Tahun 2007

Referensi

Dokumen terkait

1) Bagi penulis, mengembangkan pengetahuan penulis dalam menganalisis profitabilitas dan opini audit yang dapat mempengaruhi ketepatan waktu pelaporan keuangan. 2) Bagi

Pencapaian akademik bagi responden yang telah menamatkan pengajian menunjukkan bahawa kedua-dua jantina berjaya mencapai tahap cemerlang iaitu responden lelaki bagi tempoh

Hak atas Merek, yaitu hak eksklusif yang diberikan oleh Negara Republik Indonesia kepada pemilik Merek yang terdaftar dalam Daftar Umum Merek untuk jangka waktu

Motivasi dibutuhkan oleh semua karyawan termasuk karyawan di PT PLN (Persero) APJ Surakarta, dalam melakukan pekerjaan dan kewajibannya karyawan diharapkan mempunyai semangat

Dalam perancangan ini aspek ergonomi yang dipertimbangkan adalah kenyamanan pengguna saat menggunakan sepatu. Sepatu yang digunakan harus mengikuti bentuk kaki dan mendukung

Akan tetapi penulis kembali melihat dan merasakan masih ada masyarakat yang apatis.Maksudnya adalah tidak mau tahu terhadap sistem pemerintahan (politik), Sikap masyarakat yang

Berdasarkan pemantauan hari ke 7 pada bekas luka pasca operasi AV Fistula, dari hasil swab di dapati 1 responden (3,1%) terpapar kuman Proteus sp sementara bekas luka

Penggunaan metode pendidikan matematika realistik dalam pembelajaran matematika yaitu metode yang diberikan kepada siswa dengan cara memberikan materi yang