• Tidak ada hasil yang ditemukan

Fenomena yang terjadi di tempat pengisia

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Fenomena yang terjadi di tempat pengisia"

Copied!
3
0
0

Teks penuh

(1)

Fenomena Masyarakat di

Stasiun Pengisian Bahan Bakar

Umum (SPBU)

JUARDI RANGKUTI

(141109086)

Pendahuluan

Stasiun Pengisian Bahan Bakar adalah tempat di mana kendaraan bermotor bisa memperoleh bahan bakar. Di Indonesia, Stasiun Pengisian Bahan Bakar dikenal dengan nama SPBU (singkatan dari Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum). Namun, masyarakat juga memiliki sebutan lagi bagi SPBU. Misalnya di kebanyakan daerah, SPBU disebut Pom Bensin yang adalah singkatan dari Pompa Bensin. Di beberapa daerah di Maluku, SPBU disebut Stasiun bensin.

Banyak Stasiun Pengisian Bahan Bakar yang juga menyediakan layanan tambahan. Misalnya, musholla, pompa angin, toilet dan lain sebaginya. Stasiun Pengisian Bahan Bakar modern, bisanya dilengkapi pula dengan minimarket dan ATM. Tak heran apabila Stasiun Bahan Bakar juga menjadi meeting point atau tempat istirahat. Bahkan, ada beberapa Stasiun Pengisian Bahan Bakar, terutama di jalan tol atau jalan antar kota,juga terdapat restoran fast food dalam berbagai merek.

Mungkin untuk menghadapi kemungkinan datangnya pesaing, Pertamina akhir-akhir ini telah meremajakan stasiun-stasiunnya, misalnya dengan perubahan pada penampilan dan penambahan fasilitas. Selain itu, mereka kini lebih banyak membuka stasiun-stasiun milik mereka sendiri (bukan dengan sistem waralaba). Stasiun-stasiun tersebut umumnya lebih besar daripada stasiun-stasiun waralaba.

Fenomena Masyarakat di Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum

(SPBU) berdasarkan pengamatan

(2)

Dalam pandangan penulis, keberadaan SPBU seharusnya di terapkan Nilai-nilai moral yang berbasis syari’at karena konteksnya Islam (Aceh). Di SPBU tergambar dominasi kekuasaan para penguasa. Ada hak-hak istimewa yang hanya dimiliki segelintir pihak dan tidak berlaku bagi masyarakat umum. Meski tidak tertulis, secara faktual siapapun sering menyaksikan bagaimana dengan santai dan tanpa rasa malu sejumlah oknum dari instansi tertentu dapat langsung mengisi BBM di SPBU tanpa harus antri. Tak peduli dan kehilangan empati terhadap masyarakat termasuk pelangsir yang harus antri panjang di bawah tikaman terik matahari. Orang-orang yang demikianlah yang harus di beri siraman rohani. Kemudian petugas SPBU tidak menunjukkan cara berpakaian Islami,hal ini dapat dilihat pada petugas perempuan yang bekerja di tempat tersebut. Seharusnya di Aceh yang memuat hukum Syari’at Islam sudah semestinya tertera dalam Standart Operasional Perusahaan (SOP) mengikuti norma Syari’at Islam yang berlaku.

Di Banda Aceh khususnya, sejauh yang penulis amati hak-hak konsumen di SPBU sebagaimana yang di terapkan oleh Pertamina tidak di jalankan oleh petugasnya seperti menyapa,tersenyum,dan menunjukkan Nominal angka pengisian. Sebagaimana di atas penulis menyebutkan hanya sebagai selogan semata. Lain pula dengan tempat pengisian Bahan Bakar di tempat ini (Pertamini), dengan selogan bernuansa Islami; “Insya Allah Pasti PAS” yang penulis jumpai di Lampaseh. Berkapasitas ±80 Liter muatan,setiap penyulingan hanya mampu menampung 5Liter untuk di salurkan langsung ke tangki pelanggan. Kemudian yang jadi masalahnya disini,jika pelanggan ada yang mengisi bahan bakar Rp.5000 lalu pemilik Pertamini hanya menakar dengan prakiraan saja. Menurut penulis ini tidak sesuai dengan selogan yang terpampang di Pertamini tersebut.

Berdalih ke sebuah Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU) Pertamina yang di amati penulis,terjadi lagi fenomena yang menjengkelkan. Seorang pelanggan yang sudah biasa menyapa petugas, malah keasyikan bicara tanpa menghiraukan antrian panjang di bawah teriknya matahari. Sebenarnya kejadian yang spontan memicu emosi pelanggan lain ini,tidak harusnya dilakukan di tempat pengisian bahan bakar yang jumlah antriannya panjang seperti itu. Terkecuali seperti gambar berikut ini,saat pengambilan gambar tidak ada pelanggan lain yang mengantri.

Gambar:

(3)

Ada lagi berbagai macam fenomena yang terjadi,contohnya membludaknya para pelangsir minyak jerigen. Sekelompok pelangsir minyak ini menjadi sorotan mata bagi pelanggan lainnya. Biasanya per-jerigen,petugas SPBU memungut biaya Rp2000 kepada orang tersebut. Fenomena ini seolah sudah menjadi tradisi, tak jarang di jumpai di POM bensin milik masyarakat (Eceran) harga jual kembali BBM tersebut naik Rp700 s/d Rp1000 dari harga Asli di Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU) tersebut untuk mencari keuntungan. Belum lagi ketika terjadinya kelangkaan BBM, sekelompok pelangsir minyak ini meraup banyak keuntungan. Sekelompok orang ini bahkan sengaja menimbun BBM untuk di simpan,dan apabila terjadi kelangkaan Bahan Bakar suatu waktu penimbunan itu akan kembali di manfaatkan. Ironisnya, banyak dari pelaku penimbunan BBM tersebut adalah umat Islam. Padahal, jika ditinjau dari hukum Islam maka aksi menimbun BBM tersebut tergolong jenis perdagangan yang diharamkan. Beberapa dalil yang menjadi dasar diharamkannya menimbun barang antara lain:

1. Hadits Riwayat Abu Daud, Tirmidzi, dan Muslim dari Muammar, bahwa Rasulullah SAW

bersabda “Barangsiapa yang menimbun barang, maka ia telah berbuat kesalahan”.

2. Hadits Riwayat Ibnu Majah dan Hakim dari Ibnu Umar, Rasululullah SAW bersabda

“Orang-orang yang mendatangkan barang (untuk langsung dijual dengan harga terjangkau) diberi rezeki dan penimbun barang akan dilaknat”.

3. Dalam kitab Jami’, Razin juga menyebutkan bahwa Rasulullah SAW bersabda “Sejelek-jelek

hamba adalah penimbun barang. Jika ia mendengar harga murah ia tidak senang dan jika barang menjadi mahal ia sangat gembira”.

Dalam kitab Fiqh Sunnah, Sayyid Sabiq menuliskan kriteria menimbun barang yang diharamkan adalah:

1. Menimbun barang lebih dari kebutuhan nafkah diri dan keluarga untuk 1 tahun.

2. Menimbun barang untuk menanti kenaikan harga sehingga pada saat menjual mendapat harga

yang lebih tinggi.

3. Menimbun barang pada saat masyarakat sangat membutuhkan barang tersebut.

Dari ketiga kriteria tersebut, maka fenomena menimbun BBM saat ini termasuk dalam kategori 1 dan 2 sehingga termasuk jenis perdagangan yang haram. Dengan demikian, maka penghasilan yang diperoleh dari menjual BBM timbunan adalah penghasilan yang haram.

Memang belum ada data kuantitatif berapa banyak orang yang terlibat dalam perdagangan haram ini. Tapi secara kasat mata kita bisa melihat bahwa jumlahnya tidaklah kecil. Ketika di gerbang masuk SPBU terpajang pemberitahuan “Premium/Solar Habis”, dalam jarak beberapa meter saja -bahkan kadang tepat di gerbang SPBU- akan ditemukan penjual eceran BBM dengan harga yang umumnya lebih mahal. Itu baru yang kelas teri, belum termasuk pialang-pialang bergengsi bahkan berdasi.

Pertanyaannya kemudian adalah, apakah perilaku menimbun barang ini disebabkan ketidaktahuan ummat akan syariat, atau malah karena tidak peduli dengan syariat tersebut? Hipotesis kedua tentunya lebih berbahaya dan menunjukkan keroposnya keimanan ummat. Dalam sebuah hadits yang diriwayatkan Bukhari dari Abu Hurairah, Rasulullah SAW pernah bersabda “Bakal datang kepada manusia suatu masa dimana orang tiada peduli akan apa yang diambilnya, apakah dari yang halal ataukah dari yang haram”. Merujuk pada hadits tersebut, memang akan ada masanya ketika orang tidak lagi peduli halal-haram. Namun, sebagai orang beriman kita harus berusaha agar masa itu tidaklah terjadi di tengah kehidupan kita. Apalagi, fenomena tersebut menganggu hajat hidup orang banyak.

Referensi

Dokumen terkait

Karena proses pendaftaran sinaptika kemarin itu, setelah melakukan pendaftaran dan konfirmasi pembayaran tidak ada notifikasi diwebsite untuk memastikan dia sudah bayar

Varian somaklonal yang muncul pada tanaman hasil kultur in vitro lebih beragam, yaitu percabangan melebar, percabangan berlebihan, daun pentafoliat, steril partial,

Skripsi ini berjudul “ pengaruh diferensiasi produk, harga dan lokasi terhadap keputusan pembelian sepeda motor Honda pada PT.. Tunas

Dari hasil pengamatan, faktor penyebab utama kematian anak prasapih adalah kurangnya sifat keibuan, yang disusul dengan sebab lain yaitu lahir lemah, kanibalisme

Sejalan dengan Chancellor (1991) dan Grambinger (1996) yang menyatakan bahwa kelompok kecil membuat sistem pendukung guna mengadaptasi situasi-situasi asing sama baiknya

Pada penelitian ini, uji t ini digunakan untuk menguji apakah terdapat pengaruh antara Pajak Restoran dengan kinerja keuangan provinsi DKI Jakarta, apakah terdapat pengaruh

Berdasarkan jenis kelamin diperoleh data bahwa dari 31 orang responden ditemukan 22 orang responden perempuan (71,0%) dan 9 orang responden laki-laki (29,0%) (Tabel 1).Dari 31

Data primer yang diamati yaitu nisbah jumlah dominan (NJD), teknik pengendalian gulma, kalibrasi alat semprot, prestasi kerja, penggunaan alat pelindung diri (APD),