• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengadaan Tanah Dari Tanah Milik Warga

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Pengadaan Tanah Dari Tanah Milik Warga"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

PELAKSANAAN PEMBANGUNAN UNTUK KEPENTINGAN UMUM”

Oleh : Galih

---

Indonesia dikarunia tanah yang luas dan subur serta kaya dengan kandungan sumber daya lainnya. Tanah merupakan sumber daya penting dan strategis karena menyangkut hajat hidup seluruh rakyat Indonesia yang sangat mendasar dan memiliki karakteristik multi dimensi, multi-sektoral, multi disiplin dan memiliki kompleksitas yang tinggi. Sebagaimana diketahui masalah tanah memang merupakan masalah yang sarat dengan berbagai kepentingan, baik ekonomi, sosial, politik, bahkan untuk Indonesia, tanah juga mempunyai nilai religius maupun social asset yang tidak dapat diukur secara ekonomis. Sifat konstan

tanah dan terus bertambahnya manusia yang membutuhkan tanah makin menambah tinggi nilai tanah. Di samping itu, sebagai capital asset, tanah berkembang fungsinya sebagai bahan perniagaan yang bernilai ekonomis tinggi dan memiliki aspek spekulasi.

Kebutuhan tanah

(2)

ekonomi dengan fokus di bidang industri dan perdagangan, tanpa memperhatikan masalah agraria sebagai basis pembangunan telah berdampak pada alih fungsi tanah sekaligus magernalisasi masyarakat pedesaan.

Alih fungsi tanah juga terjadi di daerah perkotaan. Seiring dengan meningkatnya aktivitas pembangunan di kota-kota besar, banyak lahan dan pemukiman penduduk di sekitar pusat pemerintahan dan pusat perdagangan beralih fungsi menjadi pabrik, pertokoan, atau fasilitas umum lainnya.

Meningkatnya kebutuhan akan tanah yang diperuntukkan bagi kegiatan pembangunan baik yang dilakukan oleh pemerintah maupun oleh swasta membawa konsekuensi pada pemerintah untuk menyediakan lahan bagi kegiatan tersebut, sementara lahan yang tersedia bersifat terbatas. Sesuai dengan pasal 33 ayat (3) UUD 1945 bahwa negara menguasai bumi, air dan kekayaan yang terkandung di dalamnya, termasuk ruang angkasa dan sebesar-besarnya untuk kemakmuran rakyat, untuk itu pemerintah berupaya mengalihfungsikan tanah rakyat yang diperuntukkan bagi kegiatan pembangunan untuk fasilitas umum.

Namun dalam prakteknya pengalihfungsian tanah untuk kepentingan umum, sering kali menjadi salah satu penyebab sengketa tanah, baik berupa konflik yang disebabkan oleh pengalihan hak milik warga atau hak ulayat masyarakat adat untuk kegiatan pembangunan.

Penggunaan Tanah Untuk Kegiatan Pembangunan

(3)

Implementasi strategi pembangunan nasional sangat berpengaruh pada pelaksanaan Hak Menguasai Negara yang dilakukan oleh pemerintah, yaitu dengan menerapkan kebijakan pertanahan yang arah dan tujuannya untuk mendukung pelaksanaan pembangunan tersebut. Tidak dapat dipungkiri pelaksanaan pembangunan mutlak memerlukan lahan sebagai salah satu prasarana, tetapi hal ini bukan berarti harus mengesampingkan hak-hak rakyat. Perencanaan pembangunan yang matang dan terarah dengan memperhatikan partisipasi masyarakat diharapkan akan mampu mengakomodasi kepen-tingan masyarakat melalui win-win solution.

Melalui Peraturan Presiden Nomor 36/2005 dan Peraturan Presiden Nomor 65/2006 tentang Pengadaan Tanah bagi pelaksanaan Pembangunan untuk Kepentinan Umum, sebenarnya pemerintah telah berupaya untuk memfasilitasi pengadaan tanah guna pembangunan sarana prasarana publik dengan tidak meninggalkan hak kepemilikan tanah warga. Pengaturan mengenai ganti rugi yang termuat dalam regulasi ini merupakan langkah bijak pemerintah menghargai hak pemilik tanah yang dipergunakan untuk pembangunan fasilitas umum, seperti jalan, jembatan maupun waduk.

Konsep Hak Menguasai Negara dan Kepentingan Umum

(4)

menjadi acuan dari keberadaan berbagai peraturan perundangan bidang pertanahan juga mengakui prinsip-prinsip yang menggariskan bahwa negara menjamin hak-hak masyarakat atas tanahnya dan memberikan pengakuan atas hak-hak atas tanah yang ada di masyarakat.

Hal ini menunjukan bahwa sudah menjadi tugas negara untuk menyelenggarakan kesejahteraan umum bagi warganya termasuk dalam melindungi hak-hak warga negara atas tanah. Regulasi masalah pertanahan, diperkuat dan dilegitimasi oleh Ketetapan MPR Nomor IX Tahun 2001 yang di dalamnya mengamanatkan kepada pemerintah untuk melakukan berbagai hal baik menyangkut upaya penataan, penguasaan, pemilikan, penggunaan, peruntukkan, dan penyediaan tanah, semuanya diletakan dalam kerangka membangun kesejahteraan rakyat secara berkelanjutan.

Oleh karena itu, hak-hak privat yang terkristalisasi dalam berbagai hak sebagaimana tertuang dalam Pasal 16 UUPA harus tunduk oleh kewenangan pemerintah untuk mengatur penggunaan, peruntukkan dan penyediaan tanah sesuai dengan peraturan yang didasarkan pada hak menguasai dari negara atas tanah dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya. Termasuk dalam hal ini hak milik atas tanah warga dapat diambil alih atau dicabut haknya guna pemenuhan kebutuhan atas tanah yang diperuntukkan bagi pelaksanaan kegiatan pembangunan untuk kepentingan umum. Perlu kita sadari, bahwa fasilitas umum seperti jalan, jembatan, waduk, ataupun tanggul banjir merupakan fasilitas umum yang senantiasa dibutuhkan oleh masyarakat, walaupun tidak secara langsung. Untuk itu, kepentingan pribadi dan atau kepentingan sekelompok masyarakat tentunya lebih bijaksana jika mengalah pada kepentingan publik yang lebih besar.

(5)

private property shall be taken for public use without just and fair compensation”, atau proses pengambilalihan tanah dilakukan dengan kompensasi yang jujur dan adil (Landpolicy org:2005), merupakan sebuah rujukan yang harus diterapkan dalam pengelolaan tanah untuk pembangunan kepentingan umum.

Upaya menjembatani kepentingan rakyat atas tanahnya dan pemenuhan kebutuhan tanah untuk kegiatan pembangun-an telah dilakukan pemerintah dengan mengeluarkan Peraturan Presiden Nomor 36 Tahun 2005 tentang Pengadaan Tanah bagi Pelaksanaan Pembangunan untuk Kepentingan Umum sebagai pengganti Keppres No.55 Tahun 1991. Pada awalnya Peraturan Presiden Nomor 36 Tahun 2005 menuai kontroversi yang bersumber pada definisi kepentingan umum yang terlalu luas dan jaminan kompensasi bagi masyarakat yang tanahnya diambil alih untuk kegiatan pembangunan demi kepentingan umum. Namun dengan dikeluarkannya Perpres No. 65 Tahun 2006 tentang Perubahan Perpres No. 36 Tahun 2005, definisi kepentingan umum relatif lebih tegas dan berkepastian hukum, yaitu dengan berkurangnya jenis kepentingan umum dari 21 (duapuluh satu) menjadi 7 (tujuh) jenis serta penegasan pem-batasan pengadaan tanah untuk kepentingan umum terbatas pada kepentingan umum yang dilaksanakan oleh Pemerintah atau Pemda yang selanjutnya dimiliki atau akan dimiliki oleh Pemerintah atau Pemda. Hal penting lainnya yang patut digarisbawahi, dalam Perpres tersebut tidak lagi dimungkinkan pengadaan tanah bagi pelaksanaan pembangunan untuk kepentingan umum melalui mekanisme pencabutan hak atas tanah. Artinya pemerintah memberikan perlindungan kepada masyarakat untuk tidak mengambilalih hak tanahnya secara paksa melainkan melalui mekanisme pelepasan atau penyerahan hak atas tanah yang dilakukan melalui musyawarah dan kesepakatan para pihak yang berkepentingan.

(6)

menghambat dan menimbulkan gap baru antara pemerintah dan masyarakat adalah adanya praktek pengambilalihan tanah yang dimanfaatkan oleh kelompok tertentu untuk keuntungan sendiri dengan berkedok kepentingan umum, sehingga telah menciptakan keraguan pada masyarakat setiap kali ada kegiatan pengambilalihan tanah untuk kepentingan umum. Selain hal tersebut upaya sosialisasi pemerintah juga kurang optimal, sehingga ketidaktahuan masyarakat seringkali menimbulkan kesalahpahaman.

Peran Pemda

Pemerintah tengah berupaya mensukseskan Program Gerakan Pembaharuan Agraria Nasional yang merupakan gerakan antar berbagai program yang akan merestrukturisasi pemanfaatan penguasaan dan pemilikan sumber-sumber agraria, terutama tanah yang mampu menjamin keadilan dan peningkatan kesejahteraan rakyat. Hal tersebut disadari, bahwa pembaruan agraria menjadi prasyarat untuk mencapai keadilan sosial dan pembangunan berkelanjutan. Oleh karena itu, sangat diperlukan pemikiran ulang transformasi agraria melalui pendekatan pembaruan agraria sebagai sarana strategis pembangunan berkelanjutan yang berimplikasi pada pertumbuhan ekonomi dan kesejahteraan masyarakat, yang mudah-mudahan dapat dicapai dalam dialog pada seminar ini.

(7)

Kiprah Pemerintah Provinsi dalam mengimplementasikan kebijakan pembebasan tanah warga untuk pembangunan kepentingan umum berdasarkan pada Peraturan Presiden Nomor 65 tahun 2006. Panitia pengadaan tanah bagi pembangunan untuk kepentingan umum yang dibentuk pemerintah provinsi, menangani masalah pengalihfungsian tanah warga yang terletak pada program pembangunan lintas kabupaten/ kota, seperti pada pengalihfungsian lahan warga untuk pembangunan jalan tol Semarang-Solo. Walaupun pembebasan tanah yang diperuntukkan bagi pembangunan jalan tol Semarang-Solo baru sekitara 10% (suara merdeka, 05 Agustus 2008) karena alotnya perundingan dalam mencapai kesepakatan harga, namun upaya pemerintah untuk memberikan ganti rugi tanah warga tetap mengutamakan mufakat dan sesuai dengan ketentuan yang berlaku, tidak ada unsur paksaan. Setelah melalui musyawarah, penghitungan ganti rugi tanah bagi warga juga tidak hanya berdasarkan taksiran nilai jual obyek pajak, nilai bangunan, tetapi juga nilai ganti rugi tanaman yang ada dalam tanah yang akan dipergunakan.

Memang antara warga yang satu dengan yang lain memiliki pendapat yang berbeda mengenai besarnya ganti rugi tanah. Mencapai kesepakatan memang bukan hal yang mudah. Namun demikian, upaya musyawarah telah dijalankan secara optimal. Nilai ganti rugi pun tidak ditentukan secara sepihak, tetapi melalui mekanisme mufakat dan melibatkan para pelaku bidang pertanahanan tentu berkredibilitas. Guna menetapkan biaya ganti rugi atas tanah yang akan digunakan, panitia provinsi juga mengadakan penelitian dan inventarisasi atas tanah, bangunan, tanaman dan benda-benda lain yang terdapat didalamnya, sehingga dengan ketelitian penelitian ini diharapkan memberikan rekomendasi harga ganti rugi tanah yang sesuai dengan realitas.

(8)

ketiadaan mufakat dapat diselesaikan melalui jalur hukum secara transparan. Dari berbagai fasilitasi tersebut, sekiranya masyarakat dan pemerintah telah sepakat bahwa perbedaan pendapat yang timbul bukan menjadi alasan adaya tindak kekerasan dan anarki dalam menangani masalah ganti rugi tanah. Mekanisme yang jelas justru memberikan kita gambaran yang lebih tenang dan terang mengenai pengelolaan tanah untuk kepentingan umum.

Harapan pembaharuan

Permasalahan pertanahan merupakan hal yang harus segera ditangani karena pemanfaatan tanah merupakan masalah lintas sektoral yang perpengaruh terhadap perkembangan pembangunan. Untuk itu, dalam kesempatan seminar kali ini, saya harapkan dapat terbentuk sumbang saran yang kons-truktif, sehingga benturan yang terjadi akibat persepsi yang tidak sama dari pengalihfungsian lahan guna keperluan pembangunan fasilitas umum dapat diminimalisir.

Mengingat pentingnya masalah pertanahan tersebut, langkah-langkah untuk memperbaiki administrasi pertanahan harus diambil. Di negara yang masyarakatnya banyak menyimpan kekayaan dalam bentuk tanah dan property, padatnya pegawai, kecenderungan KKN, dan ketidakpercayaan masyarakat atas penegakan hukum perlu segera diatasi, sehingga kredibilitas dan kompetensi negara akan terlihat. Beberapa langkah penunjang pengelolaan tanah yang tertib administrasi antara lain:

(9)

dan meningkatkan insentif pendukung investasi pada sumber daya tanah yang tersedia.

2. Menciptakan iklim pertanahan yang memenuhi kebutuhan perekonomian masyarakat.

Pemisahan pemberian hak atas tanah dan penggunaan lahan tentu menyebabkan bertambah panjangnya birokrasi yang dapat menjadi sumber korupsi dan salah kelola. Memperbaiki sistem registrasi pertanahan dan efisiensi, serta mengurangi biaya yang tidak perlu dapat menekan ekonomi biaya tinggi. Standar pelayanan minimal memang diperlukan sebagai jembatan untuk meningkatkan investasi pertanahan.

3. Perencanaan penggunaan lahan secara tranparan dan partisipatif. Masyarakat diberi kesempatan yang luas untuk men-jadi pengelola lahan sesuai dengan peraturan yang berlaku. Dalam hal ini, sosialisasi pemerintah terhadap aturan pertanahan hendaknya diperluas hingga ke seluruh lingkup masyarakat, sehingga masyarakat tahu bagaimana mengelola tanah mereka. Meskipun negara pada prinsipnya memiliki seluruh tanah yang ada, tetapi dengan dibukanya kran aspirasi dan partisipasi masyarakat untuk mengelola tanah sesuai dengan haknya, dapat mengarahkan pembangunan dan tertibnya pengelolaan tata ruang.

Masalah pertanahan bukan masalah kecil. Permasalahan yang timbul dapat menjadi masalah sistemik yang mempengaruhi berbagai aspek lain, sehingga aksesbilitas dan apresiasi publik dapat menurun. Hal-hal tersebut membuat agenda pemecahan masalah pertanahan menjadi lebih penting. Dengan demikian saya berharap seminar kali ini dapat memunculkan bukan hanya suatu tekad dan niat, tetapi juga rekomendasi mengenai pengelolaan pertanahan yang baik, yang berguna bagi kemaslahatan dan kesejahteraan bersama. (G/*)

(10)

DAFTAR PUSTAKA

Elprida Harahap, Nora. Kebijakan Tanah Indonesia. http://bpmsandi.com

Instruksi Presiden RI Nomor 9 Tahun 1973; Keputusan Presiden RI Nomor 55 Tahun 1993;

Peraturan Menteri Dalam Negeri RI Nomor 15 Tahun 1975;

Peraturan Presiden RI Nomor 36 Tahun 2005 tentang pengadaan Tanah Bagi Pelaksanaan Pembangunan untuk Kepentingan Umum;

Peraturan Presiden RI Nomor 65 Tahun 2006 tentang perubahan Perpres Nomor 36 Tahun 2005;

Rongiayati, Sulasi. Pembaruan Agraria Sebagai Upaya Mengatasi Segketa Pertanahan;

www.worldbank.or.id ”Kebijakan, Pengelolaan dan Administrasi

Pertanahan”;

Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945;

Referensi

Dokumen terkait

Dalam Wijana (1996) dinyatakan bahwa dalam komunikasi diperlukan berbagai cara untuk mewujudkan suatu pembicaraan dapat berjalan dengan baik. Permintaan sopan merupakan

Selanjutnya, entitas asosiasi dicatat dengan menggunakan metode ekuitas, dimana bagian Kelompok Usaha atas laba dan rugi setelah akuisisi dan penghasilan komprehensif lain

Metode K-Means diharapkan mampu mengelompokkan pendataan obat bulanan yang dapat dijadikan sebagai acuan perencanaan persediaan obat pada tahun berikutnya, selain

Kontak pada kulit yang berulang-ulang akan mengakibatkan iritasi dan membuat kulit lebih peka,kemungkinan dapat menyebabkan sensitisasi silang dengan epoksi lain. Preparasi

Hasil ini tidak sesuai dengan teori yang menyatakan apabila pengguna sistem informasi merasakan bahwa kualitas layanan yang diberikan oleh penyedia paket program aplikasi

Tugas wakil kepala bagian adalah membantu kepala bagian operasi dalam melaksanakan tugas dan tanggungjawab operasional lapangan baik pengaturan armada, jadwal, kelaikan

Bila 100 mL contoh larutan jenuh masing masing garam Pb berikut ini, manakah yang mengandung konsentrasi ion Pb 2+ (aq) paling tinggiA. Berikut ini, manakah pernyataan yang

At the request of the 1st Defendant, the Plaintiff had given an interest-free friendly loan of a total sum of RM727,000.00 to the 1st Defendant repayable by the 1st Defendant