• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengenalan Tanaman Penting Dataran Tingg

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Pengenalan Tanaman Penting Dataran Tingg "

Copied!
23
0
0

Teks penuh

(1)

Pengenalan Tanaman Penting Dataran Tinggi

LAPORAN PRAKTIKUM

Oleh :

Golongan D/Kelompok 1

1. Andina Dwi Pramesti (141510501002) 2. Novi Nurlailah (141510501033) 3. Linda Rahman (141510501038) 4. Aprilia Iga Mufidah (141510501044) 5. Muhammad Syauqi (141510501263)

PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI LABORATORIUM FISIOLOGI TUMBUHAN

FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS JEMBER

(2)

BAB 1. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Indonesia merupakan negara kepulauan yang memiliki banyak kenampakan alam. Kenampakan alam di Indonesia bermacam-macam pada setiap wilayahnya. Hal ini disebabkan karena bentuk kenampakan alam di Indonesia yang tersebar di setiap pulaunya memiliki bentuk yang tidak rata. Bentuk kenampakan alam di dunia terdiri atas kenampakan daratan dan perairan. Bentuk kenampakan alam daratan dibagi menjadi dua bagian yaitu dataran rendah dan dataran tinggi.

Dataran rendah dan dataran tinggi mempunyai perbedaan yang signifikan dalam hal letaknya. Dataran tinggi biasanya disebut orang sebagai daratan yang terletak di daerah pegunungan atau lereng gunung sehingga mempunyai hawa yang sejuk dan nyaman untuk ditinggali oleh para penduduknya. Dengan pengertian yang demikian, maka dataran tinggi dapat dijadikan sebagai tempat wisata karena hawanya yang sejuk dan dapat dijadikan sebagai perkebunan. Karena letak dataran tinggi biasanya jauh dari keramaian kota dan terletak di pegunungan, maka tidak heran jika dataran tinggi ini mempunyai pemandangan alam yang masih indah dan asri. Letaknya yang jauh dari keramaian kota pun membuat dataran tinggi ini memiliki adat istiadat yang masih dilakukan karena belum banyak pengaruh modern yang masuk akibat globalisasi. Ragam flora dan faunanya pun masih sangat bermacam-macam karena penduduknya yang tidak suka berburu dan bertujuan untuk melestarikan flora dan fauna yang ada.

Daerah dataran tinggi biasanya mempunyai karakteristik yang berbeda dengan dataran rendah maupun kenampakan alam perairan. Di dataran tinggi, udara yang berhembus biasanya kering dan juga jarang terjadi hujan. Pergantian suhu yang terjadi pun terbilang cukup ekstrim karena perubahan suhu pada siang hari dan malam hari sangat berbeda dan menurun drastis, bahkan pada pagi hari pun suhu dapat mencapai 00 C dan menimbulkan embun yang berbentuk es.

(3)

dan suhu. Udara yang kering dan suhu yang cukup ekstrim bahkan bisa mencapai 00 C inilah yang membuat kelembapan udara pada daerah dataran tinggi ini menjadi rendah. Karena letaknya yang berada di pegunungan, maka menyebabkan daerah ini jarang terjadi hujan. Kuantitas hujan dapat semakin rendah apabila letak suatu tempat semakin tinggi karena penguapan yang berkurang akibat suhu yang rendah yang terjadi di daerah dataran tinggi.

Suhu udara yang rendah dan kelembapan udara yang juga rendah dapat menjaga tanah di daerah dataran tinggi menjadi subur dan tidak tandus meskipun jarang terjadi hujan. Seperti yang telah diketahui bahwa hasil produksi pertanian di dataran tinggi jauh lebih baik daripada di daerah-daerah lainnya. Lahan-lahan yang masih belum digunakan pun dapat dijadikan sebagai perkebunan seperti kebun teh yang sangat cocok untuk tumbuh di daerah dataran tinggi yang mempunyai suhu rendah.

Studi pengenalan tanaman penting pada daerah dataran tinggi akan memperkaya wawasan tentang karakteristik dan ciri-ciri yang ada di daerah dataran rendah sehingga dengan mengetahui hal tersebut maka akan diketahui pula potensi-potensi apa saja yang bisa dimanfaatkan. Salah satu contoh pemanfaatannya yaitu lahan yang digunakan sebagai lahan perkebunan berbagai komoditas tanaman seperti tanaman teh dan tanaman kentang.

1.2 Tujuan

(4)

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA

Wilayah Indonesia memiliki sangat banyak sekali bukit-bukit dan pegunungan yang tersebar di semua wilayah kepulauan Indonesia. Bukit atau pegunungan ini dapat dilihat dari jarak jauh karena memiliki letak yang lebih tinggi daripada daerah-daerah lainnya. Suatu wilayah atau bagian dari permukaan bumi yang memiliki ketinggian lebih dari 200 meter di atas permukaan laut dan lebih tinggi dari daerah-daerah yang ada disekitarnya disebut dengan daerah dataran tinggi (Kasenda dkk., 2014).

Dataran tinggi biasanya mempunyai ciri-ciri dan karakteristik tersendiri dan juga berbeda dengan daerah-daerah lainnya. Ciri-ciri dan karakteristik inilah yang dapat dilihat dengan jelas dan dapat membedakan antara dataran tinggi, dataran rendah, dan juga wilayah pantai atau pesisir. Salah satu ciri yang dimiliki oleh daerah dataran tinggi yaitu biasanya mengalami cekaman suhu yang relatif rendah. Suhu yang relatif rendah di daerah dataran tinggi ditunjukkan dengan adanya perbedaan yang sangat mencolok antara suhu yang terjadi di siang hari dan suhu yang terjadi di malam hari. Bahkan suhu yang terjadi pagi hari di daerah dataran tinggi ini dapat mencapai 00 C sehingga menyebabkan embun yang ada di pagi hari menjadi berbentuk es dan membeku (Zen, 2012).

Dalam menanam tanaman, haruslah diperhatikan lokasi tanamnya. Lokasi tanam yang dilakukan akan mempengaruhi suhu udara, kelembaban udara, angin, dan sinar matahari. Unsur-unsur tersebut nantinya akan sangat berpengaruh pada proses pertumbuhan tanaman. Lokasi tanam yang semakin tinggi akan menyebabkan pengaruh pada suhu udara. Suhu udara akan semakin rendah apabila lokasi tanam semakin tinggi (Kusumayadi dkk., 2013).

(5)

menyebabkan hormon giberelin bekerja dengan cepat. Hormon giberelin ini dapat mematahkan dormansi atau menghambat proses pertumbuhan tanaman itu sendiri sehingga tanaman yang tumbuh di daerah dengan cekaman suhu rendah akan menjadi kerdil dan tumbuh tidak normal (Jasmi dkk.,2013).

Faktor ketinggian tempat selain berpengaruh pada suhu juga berpengaruh pada terhadap intensitas matahari. Intensitas matahari yang tinggi akan didapatkan apabila letak suatu wilayah semakin tinggi pula. Intensitas matahari ini akan berpengaruh besar terhadap proses pertumbuhan dan perkembangan tanaman terutama tanaman yang dibudidayakan di daerah dataran tinggi (PS, 2004 ).

Dilihat dari cekaman suhu yang ada pada daerah dataran tinggi, sepertinya jarang tanaman yang bisa ditanam dan dibudidayakan di daerah atau wilayah seperti itu. Tanaman pun tidak akan bisa beradaptasi dengan wilayah yang suhunya dapat mencapai 00 C, bahkan tanaman tidak akan bisa bertahan hidup. Namun jika dilihat dari persebarannya, ternyata banyak sekali tanaman yang ditanam dan dibudidayakan di daerah dataran tinggi. Salah satu contoh tanaman dataran tinggi yaitu teh. Tanaman teh merupakan tanaman yang berasal dari daerah dataran tinggi dan sangat cocok tumbuh di lingkungan yang mempunyai suhu seperti di daerah dataran tinggi ini (Phung et al., 2010).

Daerah dataran tinggi biasanya memiliki struktur tanah yang remah-remah dan mempunyai kedalaman yang efektif sekitar 40 cm. Tanah yang mempunyai ciri seperti itu adalah tanah jenis andosol yang terbentuk dan berkembang banyak di daerah dataran tinggi. Tanaman yang berada di daerah dataran tinggi sangat cocok dengan jenis tanah andosol ini. Tanah andosol ini mempunyai banyak sekali unsur hara yang diperlukan tanaman untuk proses pertumbuhannya. Tanah jenis ini sangat kaya akan unsur hara karena tanah ini terbentuk akibat proses sedimentasi yang terjadi di daerah dataran tinggi (Uga et al., 2011).

(6)

dan kaya akan unsur hara. Sehingga tanaman dataran tinggi dapat tetap beradaptasi dengan daerah dataran tinggi seperti di Indonesia karena tanahnya yang subur walaupun suhu yang ada kurang mendukung (Fronteras et al., 2009).

Jenis tanaman yang dikembangkan di daerah dataran tinggi biasanya berupa tanaman hortikultura yang mempunyai nilai ekonomis yang tinggi. Tanaman hortikultura sering disebut dengan tanaman yang pada awal mulanya di kembangkan didaerah kebun atau lahan pekarangan. Tanaman hortikultura ternyata banyak pula macamnya. Biasanya tanaman hortikultura yang di budidayakan di daerah dataran tinggi yaitu tanaman yang berjenis olerikultura atau sering disebut dengan tanaman sayur (Biswas dan Mallik, 2010).

(7)

BAB 3. METODE PRAKTIKUM

3.1 Waktu dan Tempat

Praktikum Pengenalan Tanaman Penting Dataran Tinggi dilaksanakan di Laboratorium Fisiologi Tumbuhan Fakultas Pertanian Universitas Jember pada hari Minggu, 26 Oktober 2014 pada pukul 14.30 WIB – selesai.

3.2 Bahan dan Alat 3.2.1 Bahan

1. Tanaman yang diamati 2. Tabel pengamatan

3.2.2 Alat 1. Alat tulis 2. Penggaris 3. Meja dada

3.3 Cara Kerja

1. Menyiapkan alat dan bahan.

2. Menetapkan objek tanaman yang diamati.

3. Menggambar bentuk tanaman yang diamati dan memberi keterangan bagian-bagiannya.

(8)

BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN

3. Cara pembibitan/persemaian : Bibit didatangkan langsung dari kota Bogor dan dikembangkan dengan sistem stek

4. Cara pengolahan tanah : Pengolahan tanah untuk tanaman krisan dilakukan dengan cara minimum tillage

5. Cara penanaman : Menggunakan cara penanaman konvensional

6. Sistem penanaman : Sistem penanaman monokultur 7. Cara pemeliharaan

a. Pemupukan : Pemupukan dilakukan dengan menggunakan pupuk NPK ((ZA), pupuk urea, dan pupuk organik b. Pengairan : Pengairan pada tanaman krisan

dilakukan dengan pengairan langsung dari sungai yang ada di sekitar

c. Pengendalian penyakit :

(9)

pestisida kimiawi (preugor). Selain itu juga terdapat hama yang

menyerang daun. Pengendalian hama pada daun biasanya menggunakan pestisida detin spontan dan decis, sedangkan untuk hama wereng menggunakan

pestisida konvidor

e. Pengendalian gulma : Gulma yang menjadi pesaing pada tanaman krisan biasanya

a. Akar : Akar tanaman krisan dapat menembus tanah hingga pada kedalaman 30-40 cm serta akar tersebut dapat menyebar ke semua arah

b. Batang : Batang pada tanaman krisan dapat tumbuh dengan tegak dan

mempunyai struktur yang lunak serta memiliki warna hijau, berukuran 50-70 cm

c. Daun : Daun pada tanaman krisan terlihat memiliki gerigi dan bercelah pada bagian tepinya serta berukuran 3-5 cm

(10)

dan mempunyai diameter 8-10 cm e. Buah : Buah bunga krisan berisi banyak

biji

f. Biji : Biji krisan berwarna coklat sampai hitam dan berukuran kecil

9. Pemanenan

a. Ciri-ciri panen : Tanaman krisan yang sudah siap untuk dipanen biasanya yaitu tanaman krisan yang sudah berumur 3 bulan dan sudah terlihat mekar sempurna

b. Umur panen : 3 bulan

c. Cara panen : Pemanenan tanaman krisan dilakukan dengan cara mencabut Batang bunga krisan biasanya juga dipotong sesuai dengan permintaan pelanggan

d. Penanganan pasca panen :  Pengeringan :

- Pembersihan : Setelah panen biasanya tanaman krisan ini dibersihkan akar-akarnya yang rusak dan daun-daunnya yang kering dan sudah tidak terpakai lagi  Sortasi/grading : Sesuai pesanan

(11)

ada pada saat tanaman krisan tersebut dipanen. Limbah tanaman tersebut berupa batang, akar, dan daun. Namun limbah yang ada tidak dibuang sembarangan melainkan diolah menjadi pupuk organik atupun pupuk kompos yang sangat berguna untuk tanaman krisan tersebut. Pengolahan limbah berupa pupuk tersebut diaplikasikan pada tanaman krisan pada saat fase sebelum tanam

 Kehilangan panen : -10

. Pemasaran

a. Domestik/ekspor : Pemasaran tanaman krisan dilakukan secara domestik se-karesidenan besuki

b. Tataniaga pemasaran : Pemasaran tanaman krisan

dilakukan dengan menyalurkannya ke toko bunga milik tukang kebun tersebut, kemudian dari toko bunga disalurkan langsung kepada

konsumen c. Harga (Rp/kg atau

Rp/ton)

: Harga bunga standar dan bunga spray selisih Rp 1000,-. Harga bunga standar yaitu Rp 15.000/10 potong, sedangkan harga bunga spray yaitu Rp 14.000/10 potong

(12)

Tanaman krisan mempunyai nama latin Chrysantemum morifolium. Tanaman ini termasuk ke dalam tumbuhan berbunga sehingga termasuk ke dalam divisi Magnoliophyta. Tanaman krisan ini juga termasuk ke dalam tumbuhan yang memiliki biji berkeping dua. Tanaman krisan merupakan tanaman yang termasuk dalam famili Asteraceae dan termasuk dalam ordo Asterales.

Tanaman krisan merupakan tanaman ornament dan biasanya dibudidayakan untuk dijadikan sebagai hiasan. Dilihat berdasarkan umurnya, tanaman krisan ini merupakan tanaman semusim. Tanaman semusim merupakan tanaman yang pada umumnya hidup pada satu musim saja. Tanaman semusim biasanya berumur sekitar 3 bulan dan dapat dipanen pada saat umurnya sudah mencapai 3 bulan. Setelah tanaman tersebut dipanen, tanaman tersebut akan layu dan mati. Tipe perkecambahan yang dialami oleh tanaman krisan ini merupakan tipe perkecambahan hypogeal yaitu perkecambahan yang terjadi dibawah permukaan tanah. Sedangkan dilihat berdasarkan proses fotosintesisnya, tanaman krisan merupakan tanaman yang menggunakan proses fotosintesis tipe C4. Struktur batang dari tanaman krisan ini yaitu berkayu.

Tanaman krisan berasal dari daerah Cina. Tanaman krisan ini sangat cocok dibudidayakan pada daerah dataran tinggi yaitu dengan ketinggian tempat antara 700-1200 m diatas permukaan air laut. Tanaman krisan merupakan tanaman yang tidak tahan dengan terpaan air hujan. Oleh sebab itu, budidaya tanaman krisan seharusnya dilakukan di dalam bangunan rumah plastik atau greenhouse. Untuk budidaya tanaman krisan, tanah yang digunakan haruslah cocok untuk proses pertumbuhannya. Tanah yang ideal untuk budidaya tanaman krisan yaitu tanah yang mempunyai tekstur liat berpasir dan subur serta mempunyai derajat keasaman tanah yang baik yaitu sekitar 5,5-6,7.

(13)

kecoklatan dan menjadi keras atau berkayu. Daun tanaman krisan memiliki gerigi pada bagian tepinya dan berukuran sekitar 3-5 cm.

Gambar 1. Daun dan batang tanaman krisan

Bunga tanaman krisan dapat tegak pada ujung tanaman dan tersusun pada tangkainya. Bunga pada tanaman krisan tergolong dalam 2 jenis yaitu spray dan standar. Bunga krisan spray yaitu tanaman krisan yang terdapat 10 sampai 20 bunga per tangkainya dan berukuran kecil. Sedangkan bunga krisan standar yaitu tanaman krisan yang memiliki 1 bungan per batangnya dan berukuran besar. Proses penyerbukan bunga krisan dapat menghasilkan buah yang didalamnya terdapat banyak biji dimana biji tersebut nantinya digunakan sebagai bahan untuk perbanyakan tanaman secara generatif. Biji yang terdapat dalam buah krisan berwarna cokelat dan berukuran kecil.

(14)

Bibit yang digunakan untuk budidaya tanaman krisan haruslah bibit yang baik. Bibit yang baik biasanya diambil dari induk yang sehat dan mempunyai daya tumbuh tanaman yang kuat. Pembibitan tanaman krisan langsung di datangkan dari daerah Bogor. Disana, proses pembibitan dilakukan dengan menggunakan sistem stek. Pada sistem stek, bibit yang digunakan merupakan bibit yang berasal dari tanaman yang sehat dan cukup umurnya. Tunas pucuk yang ada pada tanaman tersebut kemudian dipotong dan disemaikan atau disimpan dalam ruangan dingin agar tetap segar selama 3-4 minggu.

Proses penanaman bibit biasanya dilakukan pada sore hari atau pagi hari. Jarak tanam antara bibit yang satu dengan yang lainnya yaitu 10x10 cm. Sebelum penanaman bibit pada tanah, tanah tersebut sudah dilakukan pemupukan dengan menggunakan pupuk organik. Pupuk organik yang dipakai pada saat fase sebelum tanam ini berasal dari sersah tanaman krisan pada saat setelah panen. Pupuk yang digunakan pada saat fase sebelum tanam disebut dengan pupuk dasar. Penanaman bibit tanaman krisan tersebut dilakukan dengan tunggal yaitu dengan menanami 1 bibit pada setiap lubangnya. Pada proses penanaman bibit ini, diusahakan agar batang tanaman tidak patah.

Gambar 2. Pembibitan tanaman krisan di dalam rumah plastik

(15)

saat 1 minggu sebelum penanaman bibit supaya unsur-unsur yang ada di dalam pupuk tersebut dapat diserap oleh tanah dan tanaman. Penggunaan pupuk organik juga sangat baik untuk lingkungan karena dapat memperbaiki struktur tanah dan memperbaiki unsur-unsur mikro yang ada di dalam tanah yang terangkat pada saat proses pemanenan dan menjadi berkurang jumlahnya pada tanah, contohnya seperti Fe.

Proses pembibitan juga dilakukan pemupukan dengan menggunakan pupuk NPK. Pada saat bibit tanaman krisan sudah berumur 1 minggu, bibit tersebut diberi pupuk N dan P yang bertujuan untuk menunjang pertumbuhan vegetatif tanaman seperti pertumbuhan daun agar bertambah lebar dan pertumbuhan tinggi tanaman. Aplikasi pupuk kimia pada tanaman krisan tidak dilakukan dengan cara menebar pupuk tersebut. Aplikasi pupuk kimia pada tanaman krisan harus dilarutkan di dalam air. Setiap 3 kg pupuk kimia dilarutkan dalam tong besar yang berisi 200 liter air. Proses pengaplikasian yang seperti ini bertujuan agar pupuk yang digunakan tidak sia-sia. Pengakplikasian pupuk dengan menyemprotnya pada tanaman tersebut membuat pupuk tersebut dapat lebih mudah diserap oleh tanaman karena tanaman dapat menyerap unsur hara dalam bentuk ion saja sehingga pupuk yang digunakan lebih baik adalah pupuk yang sudah dilarutkan dengan air. Penggunaan pupuk kimia pada tanaman krisan ini hanya mengaplikasikan unsur-unsur makronya saja.

(16)

tersebut dipasang pada ketinggian 1,5 meter dari permukaan tanah. Penggunaan lampu untuk menambah penerangan dapat dihentikan setelah tanaman krisan tersebut memasuki fase generatifnya dengan tinggi tanaman antara 35-45 cm.

Gambar 3. Lampu penerangan pada kebun krisan

Sistem penanaman yang dilakukan pada budidaya tanaman krisan yaitu sistem penanaman monokultur, dimana yang ditanam pada satu tempat hanyalah komoditas tanaman krisan saja. Proses perawatan dan pemeliharaan tanaman krisan inipun sangat mudah dan tidak mengeluarkan biaya yang banyak. Proses pemeliharaan tanaman bertujuan untuk mendapatkan hasil yang diharapkan. Tanaman krisan yang sudah berumur 1 bulan perlu adanya pemupukan lagi. Pupuk yang digunakan bisa menggunakan pupuk NPK (ZA) maupun pupuk urea dengan cara dimasukkan pada larikan antar tanaman. Proses pengairan pun juga harus diperhatikan dengan baik. Pengairan pada tanaman krisan ini dapat dilakukan dengan memanfaatkan aliran sungai yang ada di sekitar kebun. Pengairan tanaman krisan dilakukan dengan cara menggunakan dap celup yang nantinya disalurkan ke kebun krisan melalui pipa yang sudah disambungkan dengan dap celup tersebut. Penyiraman tanaman krisan dilakukan 2 kali sehari.

(17)

daun terdapat bintil-bintil coklat dan pada daun bagian atas terjadi lekukan yang berwarna pucat. Penyakit karat ini dapat menghambat proses pertumbuhan bunga. Contoh lain penyakit pada tanaman krisan yaitu virus kerdil dan mozaik. Penyakit ini disebabkan oleh Chrysanhenumum Stunt Virus dan Chrysanthemum Mild Mosaic Virus. Gejala yang terjadi apabila tanaman krisan terkena penyakit ini yaitu tanaman krisan tumbuh kerdil dan tidak membentuk ruas samping serta bunga yang dihasilkan berwarna pucat. Penyakit ini dapat ditularkan melalui alat-alat pertanian yang tercemar oleh penyakit.

Selain terserang penyakit, biasanya tanaman juga terserang oleh hama dan gulma. Hama yang ada pada tanaman krisan bisa berupa serangga, ulat, dan belalang. Ulat biasanya menyerang akar pada tanaman krisan. Untuk mengendalikan ulat yang menyerang akar tanaman ini, biasanya digunakan pestisida kimiawi yaitu Preugor yang diberikan pada tanaman 1 minggu sekali. Selain ulat, hama wereng juga menyerang tanaman krisan. Pengendalian hama wereng dilakukan dengan menggunakan pestisida kimiawi Konvidor. Sedangkan untuk pengendalian hama yang menyerang daun tanaman krisan digunakan pestisida Detin Spontan dan Decis. Cara pengendalian hama yang seperti ini disebut dengan cara kimia karena menggunakan pestisida.

Gambar 4. Hama yang menyerang daun krisan

(18)

dilakukan toping yaitu membuang bunga pertama pada tipe spray dan pada tipe standar dilakukan pembuangan tunas samping atau pinching.

Gambar 5. Gulma pada tanaman krisan

Selain menggunakan cara kimia pada saat tanaman terserang hama, ternyata juga terdapat cara lain yang dapat dilakukan sebelum tanaman tersebut terserang hama, gulma maupun penyakit. Pencegahan ini disebut dengan cara preventif. Cara preventif ini dapat dilakukan dengan menamam tanaman tepat pada waktunya, memperhatikan pengolahan tanah supaya sempurna, mengadakan rotasi tanam, serta mendesinfeksi bibit ke dalam larutan kimia.

Bagian tanaman krisan yang dipanen yaitu bunganya. Proses pemanenan dilakukan pada saat tanaman krisan sudah berumur 3 bulan setelah tanam. Ciri-ciri bunga yang sudah dapat dipanen yaitu bunga yang sudah mekar sempurna atau bisa juga dipanen pada saat 3-4 hari sebelum mekar sempurna. Cara panen dapat dilakukan dengan cara mencabut tanaman tersebut dan juga dapat dilakukan dengan memotong tangkainya. Pemotongan tangkai bunga krisan dilakukan dengan menggunakan gunting steril dengan menyisakan batang 20-30 cm dari permukaan tanah yang ditanami.

(19)
(20)

BAB 5. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

 Tanaman krisan merupakan tanaman berbunga dan mempunyai biji berkeping dua. Tanaman krisan ini cocok untuk dibudidayakan pada daerah dataran tinggi dengan ketinggian 700-1200 m dpl. Tanaman ini termasuk ke dalam tanaman semusim dan hari panjang serta tanaman krisan ini tidak tahan dengan terpaan air hujan sehingga untuk budidayanya harus dilakukan di dalam rumah plastik dan diberi penerangan untuk membantu proses pertumbuhan dan pembungaannya.

 Pengolahan tanah yang dilakukan untuk penanaman tanaman krisan haruslah dilakukan dengan sempurna supaya tidak menimbulkan gangguan hama, gulma, dan penyakit pada tanaman krisan sehingga tidak menghambat proses pertumbuhan tanaman krisan.

 Pemupukan tanaman krisan dapat menggunakan pupuk NPK, urea, serta pupuk organik atau pupuk kompos. Pupuk organik diaplikasikan pada saat fase sebelum tanam, pupuk NPK diaplikasikan pada saat bibit berumur 1 minggu, sedangkan pupuk urea diaplikasikan pada saat tanaman berumur 1 bulan.

 Pengendalian gulma pada tanaman krisan dilakukan secara mekanik yaitu dengan mencabutnya ataupun menggunakan sabit, sedangkan pengendalian hama dilakukan dengan menggunakan pestisida kimiawi yang disemprotkan 1 minggu sekali.

 Pemanenan dilakukan pada saat tanaman krisan berumur 3 bulan setelah tanam dan ditandai dengan ciri-ciri bunga mekar sempurna. Pemanenan dapat dilakukan dengan cara memotong batang tanaman krisan maupun dengan cara mencabut seluruh tanamannya.

5.2 Saran

(21)

DAFTAR PUSTAKA

Biswas, Shekhar R., A. U. Mallik. 2010. Disturbance Effects on Species Diversity and Functional Diversity in Riparian and Upland Plant Comunities.

Ecology, 91 (1):28-35.

Jasmi., E. Sulistyaningsih., D. Indradewa. 2013. Pengaruh Vernalisasi Umbi Terhadap Pertumbuhan, Hasil, dan Pembungaan Bawang Merah (Allium cepa L. Aggregatum group) di Dataran Rendah. Ilmu Pertanian, 16 (1):42-57.

Kasenda, Ivanny., S. Marunduh., H. Wungouw. 2014. Perbandingan Denyut Nadi Antara Penduduk Yang Tinggal di Dataran Tinggi dan Dataran Rendah. E-Biomedik, 2 (2):1-6.

Kusumayadi, I. W. H., I. M. Sukewijaya., I. K. Sumiartha., N. S. Antara. 2013. Pengaruh Ketinggian Tempat, Mulsa dan Jumlah Bibit Terhadap Pertumbuhan dan Rendemen Minyak Sereh Dapur (Cymbopogon Citratus). Agroteknologi Tropika, 2 (1):49-55.

Pena-Fronteras, Jennifer T., M. C. Villalobos., A. M. Baltazar., F. E. Merca., A. M. Ismail., D. E. Johnson. 2009. Adaptation to Flooding in Upland and Lowland Ecotypes of Cyperus rotundus, a Troublesome Sedge Weed of Rice: Tuber Morphology and Carbohydrate Metabolism. Annals of Botany,

103:295-302.

Phung, O. J., W. L. Baker., L. J. Matthews., M. Lanosa., A. Thorne., C. I. Coleman. 2010. Effect of Green Tea Catechins with or Without Caffeine on Anthropometric Measures: a Systematic Review and Meta-analysis.

Clinical Nutrition, 91:73-81.

Sunarjono, Hendro. 2007. Menimba Ilmu Dari Pakar : Petunjuk Praktis Budi Daya Kentang. Jakarta Selatan:Agro Media.

Tim Penulis PS. 2004. Agribisnis Tanaman Sayur. Jakarta. Penebar Swadaya.

Uga, Yusaku., K. Okuno., M. Yano. 2011. Dro1, a Major QTL Involved in Deep Rooting of Rice Under Upland Field Conditions. Experimental Botany, 62 (8):2485-2494.

(22)

LAMPIRAN Tanaman Krisan

(23)

Gambar

Gambar 2. Pembibitan tanaman krisan di dalam rumah plastik
Gambar 4. Hama yang menyerang daun krisan

Referensi

Dokumen terkait

Hasilpenelitian menunjukkan bahwa soal biologi kelas X dan kelas XI sebagai berikut: (1) Kualitas soal Ulangan Akhir Semester (UAS) Biologi tahun pelajaran

Transesterifikasi minyak kedelai pada penelitian ini menghasilkan ester-ester metil palmitat, metil stearat, metil oleat, dan metil linoleat sehingga asam-asam lemak yang

Dalam kebijakan ini diatur bahwa kegiatan sektor kehutanan yang harus disertai dengan AMDAL meliputi usaha pemanfaatan hasil hutan kayu (skala semua besaran) dan usaha hutan

mengajar di sekolah ini baik PNS (Pegawai Negeri Sipil) maupun guru honorer seharusnya mampu mencetak lebih banyak lagi siswa/i berprestasi, namun kendala yang terjadi

Fungsi utama arrester adalah melindungi trafo, karena dilihat dari segi penyaluran daya dan ekonomisnya trafo merupakan alat yang paling penting dan paling

Dikatakan metode karena ushul fiqih dimaknai al-ilm , dan dikatakan kaidah-kaidah karena ushul fiqih adalah kumpulan kaidah-kaidah ( al-Qowaid ) yang dengan kaidah

Based on from the researches above and supported by this research, the researcher concludes that there is a slightly significant difference of the comparison

Tujuan yang akan dicapai dalam penelitian ini adalah untuk menguji signifikasi perbedaan hasil belajar siswa yang diberi perlakuan dengan menggunakan pembelajaran