SAPARI P AR TOD I H AR JO
PEN GARU H AN TIO KSID AN BU TYLATED
H YD RO X Y TO LU EN E DAN alpha-T O CO PH ERO L
TERH AD AP KETEN GIKAN (RA N CID IT Y )
M IN YAK GOREN G
F A K U L T A S F A R M A S I U N I V E R S I T A S A I R I A N C C A
S U R A B A Y A
P E I I G A R U H A r i T I O K S I D - '- . l : 3UTYLaTED I I Y D R O M Y T O L U E N E P A IT a l p h a - T O C O P H E H O L T E R H A D A F K E T E 1 T G I X A N
( R A K C I D I T Y ) H I I - I Y A K G O R S Z I G
S K R I P S I
D I B U A T U iT T U K K I E E K U H I T U G A S A K H I R M E N C A P A I G E L A R S A S J A I I A F A R K A S I
P A D A F A K U L T A S F A R K A S I U N I V E R S I T A S A I R L A I T G G A
1 9 S 8
7 7 = / y s / d s
f a r
o l e h
S A P A R I P : \ R T O D I I I A R J O
KATA psi;gai:t a r
Kami panjatkan puji syukur ke hadirat Allah s.v;.t
atas segala karunia dan kehendak Nya sehingga tugas akhir
ini dapat diselesaikan.
Pada kesempatan ini, karni sampaikan rasa penghargaan
dan teriaa kasih sebanyak - banyaknya kepada bapak :
DR. i-luhanad Zainuddin sebagai pernbimbing kami yang
dengan penuh kesabaran serta kesungguhan hati telah berke-
nan membiinbing, meaberi nasehat, pengarahan serta dorongan
moral selama kami melakukan penelitian hingga selesainya
tugas akhir ini.
DE. Purv/anto yang telah mengijinkan kami untuk meng-
gunakan sarana dan fasilitas laboratoriuir* Kimia Farnasi
Hedisinal.
Drs. Amiruddin.P yang dengan sabar dan rela hati me-
ngijinkan kami untuk rjenggunakan instruments.
Tak lupa pula kami ucapkan terina kasih yang tak ter-
hingga kc^ada semua fihak yang tidak dapat kani sebutkan
satu persatu, yang telah i-ienberikan jalinan kerja sama
serta dorongan moral selama karai melakukan penelitian.
Semoga semua bantuan dari berbagai fihak di atas men-
dapat balasan dari Allah s.w.t. dan semoga skripsi yang
sederhana ini dapat bermanfaat dan menberikan dorongan un
tuk penelitian - penelitian lebih lanjut.
Halaman
KATA PENGANTAR ... i
DAFTAR ISI ... . .ii
BAB I PEUDAKULUAN 1*1. Permasalahan penelitian ... 1
1
.2
. Tujuan penelitian ...2
1
.3
. Kipotesis penelitian...3
BAB II TINJAUAK PUSTAKA II. 1. Minyak dan l e m a k ...
4
XI.2. Minyak goreng ...
5
II.3• Ekstraksi dan pemurnian minyak:...
6
11.4- Pemurnian m i n y a k ... ...
7
11.5- Oksidasi dan ketengikan...
8
II.
6
* Butil hidroksi toluena ( BET ) ... 1211.7. Alfa tokoferol ( vitamin E ) ... 13
11.
8
. Tinjauan tentang spektrofotometri... 13BAB III MET0D2 PENELITIAN 111.1. Alat - alat ... ...19
111.2. Bahan - b a h a n ... ...19
III.3- Metode percobaan... *...
20
III.4. Analisa data ... e..30
BAB IV HASIL PENELITIAN IV.1. Analisa kualitatif sampel minyak kela - pa ... 34
IV.2. Penentuan panjang gelombang maksimum ...34
IV.3. Pembuatan kurva baku ... ....36
IV.4* Penentuan aktivitas butil hidroksi to- luena ( BET ) dan alfa tokoferol ( vita min E ) terhadap derajat ketengikan sam-pel minyak kelapa ... 37
IV. 5. Analisa data ... 42
BAB V PKKBAKASAK ... 47
BAB VI K2SIHPULAH ... 30
BaB VII SABAH - SAP All ... 51
h i ; : g k a s a I ' I ... .. ...52
DAFTAa PUSTAKA ... 54
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Permasalahan -penelitian
Usaha pemenuhan kebutuhan bahan makanan umumnya,
khususnya pemenuhan kebutuhan akan minyak goreng
se-karang ini terus ditingkatkan* Sebelum dikonsumsi
ma-syarakat, minyak goreng hasil produksi umumnya tidak
langsung digunakan tetapi melalui masa penyimpanan
dalam jangka waktu yang cukup dalama* Pada penyimpanan
-tersebut, minyak goreng akan dapat mengalami
kerusak-an ykerusak-ang, disebabkkerusak-an oleh oksidasi 0~> dari udara, se
-hingga dapat menyebabkan ketengikan* Dalam hal ini
minyak akan mengalami kerusakan, oleh karena minyak
akam mempunyai rasa dan bau yang tidak enak serta ti
dak. menarik. (
1
)Dengan demikian peristiwa ketengikan akan meng
-ganggu usaha pemenuhan kebutuhan akan minyak goreng .
Untuk mencegah kerusakan hasil produksi dari pe
ngaruh oksidasi udara tersebut perlu dilakukan usaha
pengatasannya. Usaha tersebut dapat dilakukan dengan
beberapa cara* Salah satu di antaranya adalah dengan
penambahan antioksidan.
Antioksidan yang digunakan untuk pengawetan mi
ti-dak. toksik dan tidak menyebabkan iritasi, efektif pa da konsentrasi rendah, tidak menyebabkan bau , rasa
dan v/arna yang. tidak baik untuk. minyak dan tentu saja
larut dalam minyak. (
1
,2,3
)Antioksidan yang kemungkinan dapat digunakan da
lam usaha tersebut adalah butil hidroksi toluena(BHT)
dan alfa tokoferol (vitamin E). Kedua antioksidan ini
termasuk golongan antioksidan "true antioxidants"(
4
). Dasar pemikiran dari kemungkinan di atas adalahbahv/a butil hidroksi toluena (BHT) memenuhi beberapa
persyaratan antara lain : tidak berbahaya bagi kese-
hatan, tidak menimbulkan v/arna yang tidak diinginkan,
efektif pada kadar rendah, larut dalam lemak atau mi
nyak dan mudah didapat. ( 3 )
Alfa tokoferol (vitamin E) kemungkinan dapat ju-
ga digunakan karena alfa tokoferol merupakan vitamin
yang sangat aktif menghambat oksidasi, sehingga dapat
digunakan sebagai antioksidan. (
5
)Berdasarkan uraian di atas maka dapat dirumuskan
permasalahan : seberapa besar pengaruh butil hidroksi
toluena(BHT) dan alfa tokoferol (vitamin E) dapat
menghambat proses ketengikan minyak kelapa.
1.2. Tu.juan -penelitian
Untuk menjav/ab permasalahan tersebut maka perlu
dilakukan penelitian dengan tujuan : menentukan dera
butil hidroksi toluena(BHT) dan alfa tokoferol serta yang tidak ditambah antioksidan selama penyimpanan.
Yang dimaksud dengan derajat ketengikan adalah
. jumlah peroksida yang terbentuk dihitung sebagai mi-
kro gram E^C^ dalam tiap gram sampel.
Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat di-
pilih usaha pencegahan ketengikan yang lebih efek
tif dari kedua antioksidan tersebut.
Penelitian ini akan terdiri tahap sebagai
beri-i pertama : pembuatan dan penentuan sifat fisi-
ka - kimia minyak kelapa, kedua : penentuan derajat
ketengikan minyak kelapa selama penyimpanan oleh bu
til hidroksi toluena(BHT) dan alfa tokoferol ( vita
min E ) dengan metoda spektrofotometri.
I #3. Hipotesis •penelitian
Dari tinjauan kepustakaan yang telah dilakukan
dapat dirumusk&n hipotesis penelitian sebagai beri-
kut :
Ada penurunan derajat ketengikan minyak kelapa
yang ditambah antioksidan butil hidroksi toluena(BHT)
dan alfa tokoferol (vitamin E) dibandingkan dengan
deraj,at ketengikan minyak kelapa yang tidak ditambah
BAB II
TINJAUAH PtJSTAKA
II.1* Minyak; dan lemak:
Minyak dan lemak. merupakan zat makanan penting
untuk menjaga kesehatan tubuh manusia. Selain itu
mi-myak dan lemak juga merupakan sumber energi yang le
bih efektif dibandingkan karbohidrat dan
protein.Sa-tu gram minyak atau lemak dapat menghasilkan
9
kkal, sedangkan karbohidrat dan protein hanya If kkal/gram.Minyak dan lemak iuga berfungsi sebagai sumber
dan-pelarut bagi vitamin A, D, E dan K. Minyak atau le
mak terdapat pada hampir sem.ua bahan pangan dengan
kandungan yang berbeda-beda. C 5,6 )
Minyak dan lemak termasuk dalam kelompok senya
wa yang disebut lipida, yang pada umumnya mempunyai
sifat sama yaitu tidak larut dalam air. Pada umumnya
untuk pengertian sehari-hari lemak merupakan bahan
padat pada suhu kamar, sedangkan minyak dalam bentuk
cair pada suhu kamar, tetapi keduanya terdiri
dari-molekul-molekul trigliserida. (
5
)Minyak merupakan bahan cair,di antaranya di
se-babkan rendahnya kandungan asam lemak jenuh dan
ti-ngginya kandungan asam lemak yang tidak jenuh yang
atom-atom karbonnya, sehingga mempunyai titik lebur
yang rendah.
Lemak merupakan bahan padat pada suhu kamar
di-an tar di-any a disebabkan kandungan yang tinggi akan asaw
lemak jenuh yang secara kimia tidak mengandung ikat
an rangkap, sehingga mempunyai titik lebur yang le
bih tinggi. Contoh asam lemak ^enuh yang banyak ter
dapat di alam adalah asam palmitat dan asam stearat.
C 5,6 )
II.2. Minyak goreng
Minyak goreng berfungsi sebagai penghantar
pa-nas, penambah rasa gurih, dan penambah nilai kalori
bahan makanan. Mutu minyak ditentukan oleh titik
a-sapnya, yaitu suhu pemanasan minyak sampai terbentuk
akrolein yang tidak diinginkan dan dapat menimbulkan
rasa gatal pada tenggorokan atau " lekak
( 5
) Makin tinggi titik asapnya,makin baik mutu minyak: goreng itu. Titik asap suatu minyak goreng
ter-gantung dari kadar gliserol bebas. Lemak yang telah
digunakan untuk menggoreng, titik asapnya akan turun
karena telah ter^adi hidrolisis molekul lemak. Untuk
menekan terjadinya hidrolisis, pemanasan minyak atau
lemak sebaiknya dilakukan pada suhu yang tidak ter
lalu tinggi dan pada umumnya suhu penggorengan
11
*3
. Ekstraksi dan pemurnian minyakProduksi minyak atau lemak dapat diperoleh dari
ekstraksi jaringan hewan atau tanaman J.dengan. ^tiga
cara yaitu : rendering, pengepresan dan dengan
pela-rut* ( 5,9,10 )
3.1. Rendering
Rendering merupakan suatu cara yang
..ssring-digunakan untuk mengekstraksi minyak hewan dengan
cara pemanasan. Pemanasan dapat dilakukan dengan
-air panas.. Dimana lemak akan mengapung dipermukaan
sehingga dapat dipisahkan. Secara komersial rende
ring dilakukan dengan menggunakan ketel vakum.Pro
tein akan rusak oleh panas dan air ■ akan nenguap
sehingga lemak dapat dipisahkan. (
5
,9,10
) 3.2. PengepresanBah an yang mengandung lemak atau minyak di
-potong-potong atau dihancurkan, kemudian dipres de
ngan tekanan tinggi menggunakan tekanan hidrolik.
Kelemahan cara ini tidak dapat seluruhnya minyak
diekstraksi, kadang-kadang bungkil dipres lagi de
ngan filter press. (
5,9
) 3.3» Dengan pelarutca-ra menggunakan pelarut dan digunakan untuk bahan
yang kandungan minyaknya rendah. Lemak dalam bahan
dilarutkan dengan pelarut, tetapi caraini kurang
efektif karena pelarut mahal dan lemak yang diper
oleh harus dipisahkan dari pelarutnya dengan cara
di uapkan. Selain itu ampasnya harus dipisahkan da
ri pelarut yang tertahan, sebelum dapat digunakan
sebagai bahan makanan ternak. (
5,9
)XX.
4
. Pemurnian minyak ( 5,7,8,9 )Untuk memperoleh minyak yang bermutu baik, mi
nyak dan lemak kasar harus dimurnikan dari
bahan-ba-han atau kotoran yang terdapat didalamnya. Cara-cara
pemurnian dilakukan dalam beberapa tahap.
4.1# Pemgendapan dan pemisahan gumi ( degummipg )
Bertuauan menghilangkan partikel-partikel
ha-lus yang tersuspensi, atau berbemtuk koloidal.
Pe-misahan ini dilakukan dengan pemanasan uap dan
ad-sorben, kadang-kadang dilakukan sentrifus.
4
.2
. Hetralisasi dengan alkaliBertujuan memisahkan senyawa-senyawa terlarut
seperti fosfatida, asam, lemak bebas dan hidrokar
-bon. Lemak dengan kandungan asam lemak yang tinggi
dipisahkan dengan menggunakan uap panas dalam
lemak dan asam lemak bebas rendah cukup ditambah- kan NaOH atau gararn Ha^CO^, sehingga asam lemak
ikut fase air dan terpisah dari lemaknya.
II.4-3- Pemucatan
BertujuaQ menghil&ngkan zat-zat vvarna dalam
minyak dengan penambahan adsorben, seperti arang
aktif, tanah liat atau reaksi-reaksi kimia. Sete-
lah penyerapan v/arna, lemak aisaring dalam keada-
an vakum.
4
.4
. Penghilangan bau (deodorisasi )Dilakukan dalam botol vakum, dengan cara di
panaskan dengan mengalirkan uap panas yang akan
membawa senyav/a-senyawa yang mudah menguap. Sele-
sai proses deodorisasi segera di dinginkan untuk
mencegah kontak dengan
II.5. Oksidasi dan ketengikan (
5
11,12,13 ) 5.1. Reaksi oksidasi.Kerusakan minyak atau lemak yang utama ada
lah proses timbulnya bau dan rasa tengik yang di
sebut proses ketengikan* Hal ini disebabkan oleh
otooksidasi radikal asam lemak tidak jenuh dalam
minyak. Otooksidasi dimulai dengan pembentukan ra-
fatetor-faktor sinar, panas, logam-logam berat seperti Cu, Fe, Co atau impuritas dari prooksidan.
Reaksi yang terjadi adalah sebagai berikut :
R 1CHp CH=CHCHpCOOH -- ener£i---(panas + sinar)
--- 7 R *CECH=CHCHp COOH
00
SHidroperoksida.
+
R'CHCE=CECH
2
C00HRadikal bebas.(
5
,12
) Molekul-molekul lemak yang mengandung radikal asamlemak tidak jenuh mengalani oksidasi dan aenjadi tengik.
Kemudian radikal ini dengan 0-, membentuk. peroksida aktif
yang dapat membentuk hidroperoksida yang bersifat sangat
tidak stabil dan mudah pecah menjadi senyawa dengan rantai
karbon yang lebih pendek. ( 5 )
Senyawa-senyawa dengan rantai C lebih pendek ini
adalah asam-asam lemak, aldehida-aldehiaa, dan keton yang
bersifat mudah menguap dan menimbulkan bau tengik pada mi
II,5«2* Pencegahan ketengikan
Proses ketengikan. (rancidity) sangat
dipenga-ruhi adanya pro oksidan dan antioksidan. Pro
oksi-dan akan mempercepat terjadinya oksidasi, sedang
antioksidan akan menghambatnya. (
3
)Proses ketengikan (rancidity) pada minyak go
reng atau minyak kelapa, dimana minyak akan menga
lami kerusakan dengan cepat, memberi rasa tidak
e-nak serta tidak menrik yang disebabkan oleh oksi
dasi dari udara.
Untuk mencegah terjadinya ketengikan . minyak
juga mutu atau kualitas dari minyak: goreng ataupun
minyak kelapa itu maka ditambahkan zat antioksidan.
3.3» Pengertian dan -pemakaian antioksidan ( 2, 5 )
Antioksidan dapat di definisikan sebagai zat
yang dapat mencegah atau *. rajenghalaisgi. terjadinya
oksidasi dari minyak atau lemak maupun bahan-bahan
yang mengalami kerusakan akibat dari proses oksi
dasi. Antioksidan dapat diklasifikasikan menjadi
tiga golongan yaitu :
1
." True antioxidants ,r ( anti oksigen ) 2.” Reducing agents ". ( zat pereduksi )3." Antioxidants synergists "
II«5«3*1* M True antioxidants "
bahan yang memungkinkan mencegah atau menghambat reaksi oksidasi asam lemak dengan radikal bebas
sehingga dapat menghalangi reaksi berantai, Con-
toh antioksidan golongan "true antioxidants" ini
seperti askorbil palmitat, butil hidroksi toluena
(BHT), butil hidroksi anisola (BHA), alfa tokofe
rol (vitamin E), timol,etil galat,. dodesil galat
dan propil galat. (
4,16
)II.5-3.2.
11
Reducing agents " ( zat pereduksi )Zat pereduksi adalah bahan yang mempuayai
potensial redoks yang lebih rendah dari pada ba
han yang dilindungi, karena lebih cepat mengala
mi oksidasi dari pada bahannya sendiri dengan
demikian juga efektif sebagai antioksidan, Con-
toh antioksidan. golongan "reducing agents" ini
adalah asam askorbat, natrium metabisulfit dan
natrium .sulfit. ( 4,16 )
5.3-3. Antioxidants synergists
Antioxidants synergists adalah suatu bahan
atau zat yang yang mempunyai efek antioksidan ke-
cil bila digunakan sendiri tetapi akan terlihat
menaikkan aktivitas dari "true antioxidants" bi-
la digunakan bersamaan. Contoh antioksidan golo
si-trat, disodium edetat, asam fosfat, lecitin,dan
asam tartrat. ( 4, 16 ).
XI.
6
, Butil hidroksi toluena (BHT)Butil hidroksi toluena (BHT) merupakan antiok -
sidan golongan "true antioxidants". Butil hidroksi
toluena (BHT) berhentuk hablur padat, berv/arna putih,
berbau khas. Praktis tidak larut dalam air dan pro-
pilen glikol P, tetapi mudah larut dalam etanol 95 %»
kloroform P, eter dan dalam minyak.
Antioksidan ini mempunyai titik leleh 70° C
Butil hidroksi toluena mempunyai nama kimia : 4 -me-
til-2,6 - di - t - butil fenol. Rumus molekul dari
butil hidroksi toluena (BHT) adalah
sedang-kan rumus bangunnya adalah :
OH
C( CHT),
.✓ j
Konsentrasi butil hidroksi toluena (BHT) yang umuir.
digunakan sebagai antioksidan adalah
0,01
% sampai0,02
%m ( 14,15,16,17,18,19 ).XX.7. Alfa tokoferol ( vitamin E )
Alfa tokoferol ( vitamin E ) juga merupakan an
tioksidan golongan "true antioxidants", antioksidan
ini berbentuk cairan seperti minyak, berwarna kuning
dan jernih. Praktis tidak larut dalam air
tetapi..la-rut dalam minyak, aseton, alkohol,kloroform dan eter*
Antioksidan ini mempunyai nama kimia 2,5,7
,8
-tetrametil -2
- (4
'»8
1,12
' trimetildesil ) •-6
- khromanol. Rumus dari alfa tokoferol (vitamin E) adalah ^ 9 ^ 3 0 ^ Z9 se(^ariS^::al:1
rumus bangunnya adalah :Konsentrasi alfa tokoferol ( vitamin E ) yang umum
digunakan sebagai antioksidan adalah
0,01
% sampai0 , 0 2
%.
( 1 4 , 1 5 , 1 7 )II.
8
. Tin.iauan tentang spek-trofotometri ( 23,24,25 )Spektrofotometri adalah metoda analisa yang ber
dasarkan pada penggunaan sifat-sifat senyawa yang da
pat menyerap cahaya pada panjang gelombang tertentu.
Cahaya merupakan radiasi elektromagnetik yang
digam-barkan sebagai berikut :
4
= sinar ultra lembayung dekat3
= sinar tampak ( visible )6
= sinar infra merah7
= gelombang pendek ( mikro )8
=s resortansi magnetik nuklir ( NMR )9
t= gelombang radio10
= gelombang listrik bolak-balik Teori spektrofotometriBila seberkas cahaya monokromatis atau polikro
matis dikenakan pada media yang homogen, maka
sebagi-an cahaya tersebut aksebagi-an dipsebagi-antulksebagi-an, sebagisebagi-an lagi di
serap/ diabsorbsi dan sisanya ditransmisikan /
dite-ruskan.
( 1 )
dimana :IQ = intensitas cahaya yang datang
I = intensitas cahaya yang diserap
1
^ = intensitas cahaya yang diteruskan Ir = intensitas cahaya yang dipantulkanBila digunakan larutan blangko dan kuvet yang sama, maka
maka sinar yang dipantulkan diabaikan. Dan persamaan
di-atas menjadi :
Hukum Lambert
Hukum Lambert menyatakan bahwa intensitas cahaya
mo-nokromatis yang diteruskan akan menurun secara
eksponen-sial apabila tebal medium yang menyerap naik secara
arit-matik* Persamaan diferensialnya sebagai berikut :
dl
--- k. I ... (
3
) dtdimana :
I = intensitas cahaya pada panjang gelombang
terten-t = terten-tebal medium
k = faktor kesetimbangan
Dengan mengitegralkan persamaan di atas dan bila t = 0
didapatkan I = Iq , maka dapat ditulis sebagai berikut :
Dengan mengubah logaritma natural menjadi logaritma Briggs
didapatkan : tu
— = k. t atau It = I . e k.t ( k )
- 0,4343 k. t
dimana K adalah koefisien ekstingsi dengan harga sebesar
0,4343
k. Umumnya K dinyatakan sebagai kebalikan dari t ( tebai medium ) yang diperlukan untuk mengurangiinten-sitas cahaya (
1
^. ) menjadi sepersepuluh kali intensitas cahaya mula-mula ( I ), sehingga persamaan di atasmen-jadi :
Perbandingan It / IQ merupakan fraksi dari cahaya yang
diteruskan oleh suatu medium dengan tebal t cm fraksi
i-ni disebut transmisi atau M transmitance " ( T )•Sehing
ga persamaan di atas menjadi :
** It
T = — atau % T = — X 100 %
I
0
IoAbsorbansi / serapan disebut juga kerapatan optik .(' D )
atau ekstingsi ( E ), merupakan anti logaritma dari
Bougner Beer mempelajari hubungan intensitas cahaya
yang diteruskan atau diserap dengan kadar suatu larutan
zat. Menurut hukum Beer, intensitas cahaya monokromatis
dar senyawa yang menyerap naik secara aritmatik. Hal ini
dapat dituliskan sebagai berikut :
dl
---- -
1
c. I dcanalog dengan hukum Lambert :
I - I e“ k - 0 - I 10' ° A 3 4 3 k. c
€ - koefisie'n ekstingsi molekuler
c = kadar senyawa yang menyerap cahaya
t = tebal medium
Persamaan di atas ( 11 ) merupakan dasar dari
spek-trofotometri dan dikenal sebagai hukum Lambert Beer,
Har-ga tergantung pada cara menyatakan kadar. Bila c
dinya-takan dalam gram molekul tiap liter dan t dalam cm, maka
disebut dengan koefisien ekstingsi atau indeks absorbsi
molar atau absorbtivitas molar. Apabila berat molekul da
harga koefisien ekstingsi molekuler ( t ), dalam hal ini biasanya dinyatakan dengan koefisien ekstingsi spesifik
l ■/
( E = E f ^ ), yang menyatakan harga log I / I* dari
S J. C la O
larutan setebal
1
cm dengan kadar1
% pada panjang gelom- bang tertentu.Syarat berlakunya hukum Lambert - Beer adalah :
1. Cahaya yang datang adalah cahaya monokromatis.
2. Zat yang, terlarut tidak. mengalami disosiasi, aso-
siasi dan solvasi dalam larutan.
3• Larutan yang dianalisa cukup encer (untuk menge-
BAB III
METODE PEKELXTlAi:
111.1. Alat - alat
- Spektrofotometer Spectronic, - 20 - Bausch & Lomb
- Pipet ukur 1,0 ml; 5>0 ml; 10,0 ml
- Pipet volume 0,5 ml; 1,0 ml; 2,0 ml
- Labu ukur 25,0 ml; 500,0 ml
- Buret 10,0 ml; 25>0 ml; 50,0 ml
- Mikroburet 5>0 ml.
111.2. Bahan - bahan
Kecuali disebutkan lain, semua bahan kimia yang
di-gunakan. adalah dengan derajat pro analisa
- Asam asetat glasial
- Asam trikloro asetat
- Alfa tokoferol
- Butil hidroksitoluena
- Bensol
- Etanol
-
^ ° 2
- Kalium hidroksida
- Natrium hidroksida
- Phloroglusin
III.3. Metode percobaan
3*1. Pembuatan minyafc. kelapa dengan cara basah
Ditimbang lebih kurang
6
kg parutan kelapa, kemudian ditambah air dengan perbandingan1
:1
( b : v ), parutan kelapa diremas - remas dan
ke-mudian diperae untuk mendapatkan santan. Santan
dipanaskan diatas api bebas sehingga air menguap
dan terjadilah gumpalan protein. Gumpalan protein
dan minyak dipisahkan dengan jalan penyaringan.
3.2. Penyediaan larutan pereaksi
- Larutan aeam trikloro asetat 30 %•
30
gram asam trikloro asetat dilarutkan dalam100
ail asam asetat glasial.
. - Larutan phloroglusin 1 %.
1
gram, phloroglusin dilarutkan dalam100
ml asam-asetat glasial.3-3. Analisa kualitatif minyak kelapa
3.3.1. Berat .tenis ( 16, 20 )
Penentuan berat Jenis dilakukan dengan
a-lat Wesphal balance menurut metoda yang
terda-pat dalam Remington's Pharmaceutical Sciences .
3.3*2. Kadar air (
2
0 )metoda yang terdapat dalam. Standar Industri In
donesia dan dilakukan dengan cara sebagai
beri-kut ;
Sebuah botol timbang di isi dengan lebih
kurang
10
- 15 gram pasir, berikut sebuah batang pengadulc pendek, Botol timbangbe-serta isinya di fceringkan pada suhu 105° C
selama
1
jam, lalu di dinginkan dan ditim-bang, hingga bobotnya konstan. Kedalam botol timbang tersebut di masukkan lebih
ku-rang
5
gram minyak kelapa dan diaduk hing ga homogen. Akhirnya di keringkan pada suhu 105° C selama 30 menit. Kemudian di di
nginkan dan ditimbang hingga bobotnya
kon-sta.
kehilangan bobot
Kadar air = — -.. .... ... x 100 %. grram minyak
3,5.3, Bilangan penyabunan (
20
,21,22
)Penentuan bilangan penyabunan dilakukan
se-suai dengan metoda yang terdapat dalam Standar'
Industri Indonesia dan dilakukan dengan cara se
bagai berikut :
Lebih kurang 2 gram minyak kelapa di tim
ke-mudian erlenmeyer di hubungkan dengan
pen-dingin balik di atas penangas air selama
30 menit. Selan^utnya di dinginkan dan di
titer dengan HC1 0,5 N dengan. fenolftalein
sebagai indikator ( misalnya diperlukan x
ml ). Blanko di ker^akan seperti tersebut
di atas ( misalnya diperlukan y ml ).
(y-x)ml.WK0H .
56,1
Bilangan Penyabunan =■ ---gram minyak
3,3.4. Asam lemak bebas ( Sebagai asam laurat ) ( 20,21)
Penentuan asam lemak bebas dilakukan sesuai
dengan metoda yang terdapat dalam Standar
Indus-tri Indonesia dan Prosedur Analisa Untuk Bahan
Makanan Ban Pertanian, dilakukan dengan cara se
bagai berikut :
Lebih kurang 10 gram minyak kelapa di
tim-bang dan di masukkan ke dalam E .rlenmeyer 300 ml
ditambah campuran alkohol-bensol ( 1 : 1 ) . La
rutan ini dititer dengan natrium hidroksida
0,1
N dan fenolftalein sebagai indikator ( di titer
sampai warna merah iambu tidak hilang selama
30
detik ). Asam lemak bebas dinyatakan. .
sebagai-% FFA atau sebagai angka asam.
ml NaOE. HM.asam lemak
3.3.5. Bilangan jod (
21
)Pe
nentuan bilangan jod dilakukan
sesuai
dengan metoda yang, terdapat dalam Prosedur Ana-
lisa Untuk. Bahan Makanan dan Pertanian, dilaku
kan dengan cara sebagai berikut :
Lebih kurang 0,5 £ minyak. kelapa ditimbang
masukkan ke dalam erlenmeyer tertutup
500
ml. Ditambahkan 10 ml kloroform dan 25 nil larutanWijs dan disimpan selama 30 menit dalam tempat
yang gelap. Kemudian ditambahkan larutan
10
ml kalium jodida30
% dan50
ml air dan erlenmeyer segera ditutup kembali. Selanjutnya dititer dengan natrium tiosulfat 0,1 N dengan indicator
amilum ( misalnya diperlukan a ml natrium
tio-sulfat 0,1 N ). Blanko dikerjakan seperti
di-atas ( misalnya diperlukan b ml natrium
tiosul-fat
0,1
K ).Bilangan jod = ( H
?* 1
* s 0,1269 x100
%III.3.
3
4, Pembuatan larutan baku
Dibuat larutan masing - masing dengan
konsentrasi 0,5 %» 1 %>
2
%, 3 %> k %, 5 %»6
% ,7
% dan8
%, dengan volume masing - masing100
ml* Pembuatannya dilakukan dengan cara sebagaiberi-kut :
Dipipet larutan 33*3 % ^2^2 ^ kemudian dilarutkan ke dalam air sampai diperoleh vo
lume 100 ml* Larutan yang diperoleh dengan
kadar
8^02
0,5 %• Dengan cara yang sama di,5. Penentuan pan.iang gelombang maksimum hasil reaksi
H^O^ dengan pereaksi warna.
Dipipet tepat 0,5 nil ^ masukkan dalam
labu ukur 25,0 ml. Kemudian ditambah 10 ml larut
an
30
% asam trikloro asetat dan1
ml larutan phloroglusin. Larutan dikocok dan di panaskanpa-da suhu 45° C di atas.penangas air. Kemudian
di-dinginkan, setelah dingin ditambahkan etanol sam
pai diperoleh volume tepat 25j0 ml. Kemudian
di-amati absorbsinya pada pan^ang gelombang antara
la-rutan
30
% asam trikloro asetat dan1
ml larutan.1
% phloroglusin, kemudian ditambah etanol sampai diperoleh volume tepat 25,0 ml. Dari pengukuranabsorbs! pada rentang panjang gelombang di atas
akan diperoleh panjang gelombang maksimum, yaitu
panjang gelombang di mana memberikan absorbsi
ter-besar.
3.6. Pembuatan kurva baku
Dari 9 macam konsentrasi yaitu H^O^
-0,5 %, 1 %,
2
%, 3 %, k %, 5 %,6
» , 7 % dan8
%fmasing - masing dipipet
0,2
ml masukkan pada la-bu ukur 25,0 ml. Kemudian ditambah 10 ml larutan30
% asam trikloro asetat dan1
ml larutan 1 %-phloroglusin. Larutan dikocok dan dipanaskan pada
suhu 45° C di atas penangas air. Kemudian di
di-nginkan, setelah di ngi n ditambahkan etanol sampai
volume tepat 25,0 ml. Kemudian diamati
absorbsi-nya pada panjang gelombang maksimum yang
diper-olehi pada percobaan 3-5. di atas. Sebagai blanko
adalah
10
ml larutan30
% asam trikloroasetat dan1
ml larutan1
% phloroglusin, kemudian ditambah etanol sampai diperoleh volume tepat 25,0 ml. Dengan cara sama dilakukan pula untuk larutan
dengan kadar di atas. Dari data konsentrasi
korelasi ( r ) untuk mengetahui apakah ada korela
si linier antara konsentrasi dengan absorbs!. Jika
ada korelasi linier, kemudian. ditentukan persamaan
regresi kurva bakunya. Untuk perhitungan harga r
dan persamaan garis digunakan rumus sebagai beri
-kut: '
2 r
(**2 _
\ N ' N
r
4xy _ L± z.± . ( £ y ) N
b =
H
a = y -b£.
3.7* Penentuan aktivitas butil hidroksi toluena( BHT )
dan alfa tokoferol ( vitamiii E ) terhadap derajat
ketengikan.
3.7.1* Pembuatan; samuel minyak yang mengandung butil
-hidroksi toluena
0,01
% dan0.02
%Ditimbang dengan teliti 100 mg butil hi
droksi toluena ( BHT ), kemudian dilarutkan da
lam minyak. sampai larut, masukkan ke dalam
la-bu ukur
500,0
ml secara kuantitatif, kemudian ditambahkan minyak sampai diperoleh volume tepat
500,0
ml, larutan dikocok sampai homogen. Konsentrasi BHT yang diperoleh adalah 0,02 % .Minyak: kelapa yang sudah mengandung
BET-0,02
% ini dimasukkan masing - masing sebanyak25
ml ke dalam6
botol putih bermulut lebar de ngan volume 50 ml. Kemudian botol ditutup rapatdengan "aluminum- foil" dan disimpan pada
suhu-kamar selama enam minggu.
Dengan cara yang sama dibuat sampel minyak
kelapa yang mengandung butil hidroksi toluena
( BHT ) 0,01 %, yang selanjutnya juga dimasuk
kan masing - masing sebanyak
25
ml ke dalam6
-botol putih bermulut lebar dengan volume 50 ml.Kemudian botol ditutup rapat dengan "
aluminum-foil" dan disimpan pada suhu kamar selama enam
3.7.2. Pembuatan sanrpel minyak yang mengandung alfa
-tokoferol
0.01
% dan0.02
%Ditimbang dengan teliti 100 mg alfa toko
-ferol ( vitamin E ), kemudian dilarutkan dalam
minyak sampai larut, masukkan ke dalam labu
u-kur
500,0
ml secara kuantitatif, kemudian ditam bahkan minyak sampai diperoleh Volume- * tepat500,0 ml, larutan dikocok sampai homogen* Kon —
sentrasi vitamin E yang diperoleh adalah 0,02 %.
Minyak kelapa yang sudah mengandung
alfa-tokoferol
0,02
% ini dimasukkan masing - masing sebanyak25
ml ke dalam6
botol putih bermulut-lebar dengan volume 50 ml. Kemudian botol ditutup rapat dengan "aluminum foil" dan . disimpan
pada suhu kamar selama enam minggu.
Dengan cara yang sama dibuat sampel* minyak
kelapa yang mengandung alfa tokoferol
0,01
% , yang selanjutnya Juga dimasukkan masing - masingsebanyak
25
ml ke dalam6
botol putih bermulut-lebar dengan volume 50 ml. Kemudian botol ditutup rapat dengan "aluminum foil" dan disijapan
pada suhu kamar selama enam minggu.
3.7«3«
Pe
mbuatan sampel minyak yang tidak mengandung
antioksidan ( sebagai kontrol )
mengandung antioksidan masing - masing sebanyak
25
ml ke dalam6
botol putih bermulut lebar de ngan volume 50 ml. Kemudian botol ditutup rapatdengan
11
aluminum foil11
dan disimpan pada suhu kamar selama enam minggu.Pada setiap selang waktu enam minggu
ter-hadap
5
botol sampel minyak dilakukan penentuan derajat ketengikan dengan prosedur sepertiter-sebut pada butir
5
#7
.k* di bawah ini.3.? .k * Penentuan derajat ketengikan sampel minyak ke
lapa.
Ditimbang seksama lebih kurang, 1,50 g sam
pel minyak kelapa, dimasukkan ke dalam labu
ukur 25>0 ml dan ditambahkan
10
ml larutan30
%asam trikloro asetat serta
1
ml larutan1
%phloroglusin. Larutan dikocok dan dipanaskan
pada suhu 45° C di atas penangas air. Kemudian
didinginkan, setelah dingin .ditambah etanol
sampai diperoleh volume tepat 25>0 ml. Kemudian
diamati absorbsinya pada panjang gelombang
mak-simum yang diperoleh dari percobaan 3*5- Seba
gai blanko adalah larutan dengan perlakuan yang
sama terdiri
10
ml larutan30
% asam trikloro asetat,1
ml larutan1
% phloroglusin dan2
ml 0,01 % BHT dalam etanol atau 2 ml 0,01 % vitasampai diperoleh volume tepat
25*0
ml.
Dengan prosedur tersebut di atas dilakukan
penentuan derajat ketengikan terhadap
semua
sampel minyak kelapa baik yang ditambah dengan
antioksidan maupun yang tanpa diberi antioksi-
dani.
Berdasarkan harga absorbsi yang
didapat
dihitung dera^at ketengikannya yaitu jumlah mi-
krogram
dalam tiap gram sampel dengan
sub-stitusi persamaan kurva baku.
* Analisa data
.1. U.ii korelasi antara waktu penyirrpanan terhadap
dera.iat ketengikan.
Untuk mengetahui apakah ada korelasi linier
antara waktu penyimpanan ( X ) dengan derajat ke
tengikan (
X) digunakan rumus sebagai berikut :
( £ x i ---x ) (.£ I ) j
2
N
r 2 =
---K
N
£XY - (^ X ) (£ Y
yb S--
---£ x 2 _ ( ---£ 2 L ) f
a = I - bX
Y = bX + a ( 25 ).
Jika r hasil perhitungan lebih besar dari r
dalam tabel pada oC=
0,05
maka berarti ada kore lasi yang bermakna antara waktu penyimpanan ( X )dengan derajat ketengikan ( Y ).
Uji korelasi dilakukan terhadap sampel
tanpa antioksidan ( kontrol ) dan sampel minyak ke
-lapa dengan penambahan HET 0,01 % dan 0,02 %.
III.4.2. U.ii F dengan rancangan
11
The Randomized Complete-Block Design11
( 26 ).Uji F tersebut digunakan untuk mengetahui
apakah ada perbedaan derajat ketengikan antara
sampel minyak kelapa yang diberi antioksidan BHT
0,01 % dan BHT 0,02 % dengan sampel minyak tanpa
jenambahan antioksidan ( kontrol ), dan perbedaan
jxtar waktu penyimpanan.
Keterangan :
k:
2
Kelompok : A ^ ~ ^
3=1
Kekeliruan: D = T - ( A + B )
P = A / k - 1
R = B / n - 1
E = D / (k - l)(n - I)
Koreksi : C = ( T £ X, . )£ / kr.n 5=1 5=1 ^
III.if.3. Tabel anava dengan rancanga.m V The Randomized Com
plete Block. Design ”
Sumber variasi JK DK ' RJK /hit
Antar perlakuan A ( k - 1 ) A/k-1 ( A/k-1 )
(Antar antioksidan) E
Antar waktu B ( n - 1 ) B/n-1 ( A/k-1 ) E
tCekelxruan D (a-l)(fc-l) E
Keterangan :
JK = jumlah kuadrat
RJK .= Rata-rata jumlah kuadrat
. E = Rata-rata jumlah kuadrat antar kekeliruan.
BAB IV
HASIL PEHELITIAH
IV.1. Analisa kualitatif sampel minyak kelapa
Hasil dari analisa sampel minyak kelapa yang
digunakan dalam penelitian adalah sebagai berikut :
berat jenis =
0,922
, sd =0,001
( n =5
) > kadar air =2,328
%, sd =0,197 ( n =3
)> bilangan penya-bunan =241,005
, sd = 0,810 ( n =4
), asam lemak bebas ( % FFA ) = 0,755 , sd = 0,006 ( n = 3 ) danbilangan jod =
6,375
> sd = 0,665 ( n =3
)•Perhitungan hasil penentuan berat jenis, kadar
air, bilangan penyabunan, asam lemak bebas ( % FFA ) dan bilangan jod dapat dilihat dalam lampiran I.
IV.2. Penentuan pan.tang gelombang maksimum
Hasil pengukuran absorbsi hasil reaksi antara
H^O^ dengan larutan asam trikloro asetat dan larutan
phloroglusin pada rentang panjang gelombang
350
TABEL I.
Absorbsi hasil reaksi antara
^en£an larutan asam
Berdasarkan harga absorbsi pada tabel I,maka di
peroleh panj,ang gelombang saaksimum =
395
nm. Maka da-ri itu untuk pengukuran selanjutnya dilakukan padapanjang gelombang = 395 am.
IV.3 .Pembuatan kurva baku 0^
Hasil pengukuran absorbsi pada pembuatan kurva
baku dengan larutan asam trikloro asetat dan la
rutan phloroglusin dapat dilihat pada tabel II. .
TABEL II.
Hasil pengukuran absorbsi pada pembuatan kurva baku dengan larutan . asam trikloro .asetat dan larutan phloroglusin pada paniang gelombang 395 nm.
Konsentrasi (ppm) Absorbsi
40
0,07880 0,102
160 0,108
240
0,177320
0,194ifOO 0,288
480 0,392
560 0,468
Hasil perhitungan harga koefisien korelasi t r )
didapat r = 0,974* r hasil perhitungan lebih besar
dari r tabel ( r = 0,666 pada —
0,05
dengan db=7 X Hal ini berarti ada korelasi linier antara absorbs!dengan konsentrasi. Hasil perhitungan persamaan re--4
gresi kurva baku diperoleh Y = 8,8035*10 X - 0,013.
Perhitungan harga r dan persamaan regresi dapat
dilihat pada lampiran IX.
IV.4. Penentuan aktivitas butil hidroksi toluena (BHT) dan
alfa tokoferol terhadap deraiat ketengikan sampel
minyak kelapa.
Hasil penentuan dera^at ketengikan sampel mi
nyak tanpa penambahan antioksidan ( kontrol ) dengan
penambahan BHT 0,01 % dan BHT 0,02 % serta alfa to
koferol 0,01 % dan 0,02 % secara keseluruhan dapat
dilihat pada lampiran III.
Pada penentuan derajat ketengikan sampel mi
nyak dengan penambahan aXfa tokoferol 0,01- % dan
alfa tokoferol 0,02 % , ternyata pada larutan blanko
maupun sampel terjadi warna merah yang' mengganggu
penentuan derajat ketengikan. Hal ini berdasarkan
data hasil penentuan spektra absorbsinya yang
Gambar 1 : Kurva absorbsi hasil reaksi antara
sampel minyak dengan penambahan
BET 0,01 %, alfa tokoferol 0,01 %
dan kontrol dengan larutan asam
trikloro asetat dan phloroglusin.
■Dari kurva absorbsi tersebut dapat disimpulkan
hahwa pada penentuan derajat ketengikan sampel
mi-0
0
nyak: dengan penambahan alfa tokoferol 0,01 % terjadi
pergeseran pan^ang gelombang maksimum yang cukup
fee-sar dibandingjkan dengan kontrol dan dengan penambahan
BET.
Sehingga derajat ketengikan praktis tidaic dapat
diukur. Maka dari itu data yang diperoleh dari hasil
penelitian aktivitas alfa tokoferol sebagai pencegah
ketengikan tidak dapat dilaporkan. Penjelasan lebih
lanjut tentang hal ini dapat dilihat dalam bab. pem
-bahasan.
Pada penentuan derajat ketengikan sampel minyak
tanpa penambahan antioksidan ( kontrol ) dan dengan
penambahan BHT 0,01 % dan 0,02 % tetap menunjukkan
panjang gelombang maksimum antara 395 - k05 nm sesuai dengan hasil penentuan panjang gelombang maksimum pa
da IV.2.
Maka dari itu analisa data hanya dilakukan ter
hadap sampel minyak dengan penambahan BET 0,01 % dan
0,02 % serta sampel minyak tanpa penambahan antioksi
dan ( kontrol ).
Basil pennetuan derajat ketengikan sampel minyak
dengan penambahan butil hidroksi toluena ( BET ) dan
kontrol pada penyimpanan selama enam minggu dapat di
Hasil penentuan derajat ketengikan 6a:r.pel minyak tanpa d.'«n dengan penambahan butil hidroksi tolucn (BHT) p--.da penyim- panan minggu ke 0, 1, 2, 3, 4, 5 dan ko
b-BHT 0,02 % 1,5121 0,065 1464,£67
Kontrol 1,4974 0,06 5 1479, <>4 7
Kontrol 1,5026 0,074 1644 i?-?P.
3 BHT 0,01 yt 1,4999 0,065 14V6,7-:.3
BHT 0,02 1,51^0 0,070 1551,
Kontrol 1,5011 0,075 1664,783
4 BHT 0,01 v5 1,5011 0,068 1531,133
BHT 0,02 % 1,5009 0,070 1570,402
Kontrol 1,5027 0,076 16R3.700
5 BHT 0,01 % 1,5006 0,068 1533,072
BHT 0,02 % 1,5055 0,078 1616,506
Kontrol 1,5027 0,0 S3 1014,394
6 BHT 0,01 ;-j 1,499$ 0,070 1571*554
Sebagai contoh perhitungan derajat ketengikan
adalah sebagai berikut : ( lihat tabel III ).
Misalnya sampel minyak tanpa penambahan antiok
sidan ( kontrol ) pada minggu ke 0.
Misalnya lagi,sampel minyak dengan; penambahan
antioksidan BHT 0,02- % pada minggu ke 6
IV.5- Analisa data
5.1- U.ii korelasi ( r ) antara waktu penyimpanan ( X )
terhadap derajat ketengikan ( Y )
Hasil uji r pada sampel minyak kelapa tanpa
penambahan antioksidan ( kontrol ) diperoleh harga
r = 0,970. Harga r hitung lebih besar pada r tabel
( pada o i= 0,05 , db = 5 ) yaitu 0,754* Hal ini berarti bahwa selama penyimpanan terjadi kenaikkan
derajat ketengikan.
Hasil uji r pada sampel minyak yang ditambah
kan antioksidan BHT 0,01 % dan 0,02 % masing - ma
sing 0,916 dan 0,862. Ternyata semua r hitung
ter-sebut lebih besar dari r tabel yaitu r = 0,754>ini
berarti ada kenaikan derajat ketengikan yang
ber-makna selama penyimpanan.
Kurva hubungan antara waktu penyimpanan ( X )
dengan derajat ketengikan ( I ) pada sampel minyak
tanpa penambahan antioksidan ( kontrol ) dan. de
ngan penambahan BHT dapat dilihat pada gambar2.
Perhitungan persamaan regresi untuk menggam-barkan kurva tersebut dapat dilihat pada
D
Gambar 2 : Kurva hubungan antara waktu
penyim-panan dengan' derajat ketengikan pada
sampel minyak tanpa penambahan anti
oksidan (kontrol) dan dengan penam
IV.5.2. U.ii F
Hasil uji F dengan rancangan n The Randomized
Complete Block Design M adalah tercantum pada ta
bel IV.
Tabel IV : Tabel Anava
Sumber variasi JK DK RJK Fhit. o
* o vn
Antar perlakuan
(Antar antioksidan)
47858,365 2 23929,183 7,81 3,89
Antar waktu
penyimpanan 149599,61 6 24933,268 8,14 3,00
Kekeliruan 36752,106 12 3062,676
Perhitungan uji F dapat dilihat dalam lampiran V.
Oleh karena F hitung antar antioksidan dengan
antar waktu penyimpanan lebih besar dari pada F
tabel, maka diteruskan dengan "LSD - test11 ("
Least-Significant Difference test ”) dengan rumus
seba-gai berikut :
^
(
4
:
+ in }
^ 3
Keterangan :
t = nilai dari tabel t pada derajat
ke-percayaan tertentu dan derajat
p
s = rata-rata jumlah kuadrat (RJK) dari
kekeliruan.
n^ ~ jumlah pengamatan hingga didapatkan harga x rata-rata ( x )
Bila perbedaan antar harga x lebih besar dari LSD,
maka ada perbedaan yang bermakna antar sampel percobaan,
Dari hasil perhitungan, LSD yang didapat adalah
66,035- Perhitungan uji LSD dapat dilihat dalam
lampir-an VI.
Perbedaan antar x adalah sebagai berikut ( tabel
-IV ).
Dari uji LSD dapat disimpulkan bahwa ada perbe
-daan. derajat ketengikan antar waktu penyimpanan dan
antar sampel dengan antioksidan BHT 0,01 % dan 0,02 %
BAB V
PEMBAEASAH
Pada penelitian ini proses pembuatan minyak kelapa
aaalah dengan cara basah yaitu dengan melalui proses pem
buatan santan kemudian direbus dan diuapkan. Cara ini
di-pilih oleh karena cara ini adalah cara yang paling umum
dilakukan oleh masyarakat pembuat minyak. Umumnya hasil
mereka akan mudah tengik sehingga perlu pencegahan.
Agar dihasilkan minyak yang optimum, perbandingan
jumlah parutan daging kelapa dan air 1:1 ( b:v ). ( 9 )
Air yang terlalu banyak menyebabkan meningkatnya waktu
pe-•misahan minyak, sedangkan air yang terlalu sedikit menye
babkan pengekstraksian minyak dari daging kelapa kurang
sempurna. ( 9 )
Makin tinggi kadar air dalam minyak kelapa, makin mu
dah tengik. ( 1 )
Bilangan jod menunjukkan adanya ikatan rangkap dari
asam tidak jenuh minyak. Tinggi rendahnya bilangan jod ini
tergantung dari kandungan asam lemak tidak jenuhnya. Makin
banyak asam lemak tidak jenuhnya, makin banyak
hidroperok-sida yang mungkin terbentuk, sehingga minyak mudah menjadi
tengik. C l )
Oleh karena itu untuk penelitian pengaruh antioksidan
terhadap ketengikan, sifat fisika-kimia awal minyak yaitu
Dengan keadaan awal yang berbeda, kemungkinan akan
memberikan pengaruh yang berbeda pula.
Seperti telah dlungkapkan di muka bahwa pada ,penen
tuan derajat ketengikan sampel minyak dengan penambahan
alfa tokoferol 0,01 % (vitamin E 0,01 %), ternyata pada
larutan blanko maupun sampel terjadi warna merah yang
mengganggu penentuan derajat ketengikan. Hal ini
berdasar-kan data hasil penentuan spektra absorbsinya yang tertera
pada gambar 1 di muka.
Dari kurva absorbsi pada gambar 1 di muka dapat di-#
simpulkan bahv/a pada penentuan derajat ketengikan sampel
minyak dengan penambahan alfa tokoferol 0,01 % terjadi
pergeseran panjang gelombang maksimum yang cukup besar
di-bandingkan dengan kontrol dan penambahan BHT.
Sehingga derajat ketengikan praktis tidak dapat di
u-kur. Maka dari itu data yang diperoleh dari hasil
peneli-tian aktivitas alfa tokoferol sebagai pencegah ketengikan
tidak dapat dilaporkan.
Dari hasil perhitungan uji F, yang kemudian diterus
kan dengan LSD test dapat disimpulkan ada perbedaan antar
waktu penyimpanan dan antar sampel dengan penambahan anti
oksidan BHT 0,01 % dan 0,02 % terhadap sampel minyak kela
pa tanpa antioksidan ( kontrol ). Tetapi antara BHT 0,C1 %
dan BHT 0,02 % tidak ada perbedaan.
Hal ini berarti selama penyimpanan akan terjadi pro
mempunyai-pengaruh penghambat proses ketengikan tersebut, Tetapi an
tara BHT 0,01 % dan BHT 0,02 % tidak ada perbedaan penga
ruh penghambatan,
Hal ini menunjukkan bahwa dengan BHT 0,01 % sudah
cu-kup efektif, sesuai dengan yang tertera dalam literatur
bahwa pemakaian BHT pada umumnya adalah cukup dengan 0,01%.
Pada kurva hubungan antara waktu penyimpanan dengan
derajat ketengikan, terlihat untuk kontrol pada rainggu
ke-nol sudah menunjukkan derajat ketengikan yang lebih besar
dibanding dengan sampel minyak yang mengandung BHT 0,01 %
dan BHT 0,02 %, sebab setelah pembuatan minyak kelapa,
sampel minyak kelapa tidak langsung dilakukan penentuan
derajat ketengikan. Sehingga dari selang waktu beberapa
hari setelah pembuatan minyak tersebut sudah mengalaai ke
BAB VI
KESII-IPULAN
Dari hasil analisa data dan pembahasan dalam
peneli-tian, dapat disinpulkan :
1. Ada penurunan derajat ketengikan yang bermakna pada
oC = 0,05 dari sampel minyak: kelapa ■ yang ditambahkan antioksidan BET 0,01 % dan BET 0,02
2.. Tidak. ada perbedaan yang bermakna pengaruh penambahan
BET 0,01 % dan BET 0,02 %.
BAB VII
SARAH - SARAH
Disarankan untuk diteliti antioksidan yang lain untuk
pencegahan ketengikan dari minyak kelapa dengan waktu yang
lebih lama lagi dan dicari metode lain untuk mengukur
RINGKASAN
Kebutuhan bahan makanan terutama kebutuhan akan mi
nyak goreng atau minyak kelapa semakin meningkat. Sebelum
dikonsumsi masyarakat, minyak kelapa hasil produksi
terse-but tidak langsung digunakan, tetapi melalui masa penyim
panan yang cukup lama. Pada penyimpanan tersebut , minyak
kelapa akan dapat mengalami kerusakan yang disebabkan oleh
oksidasi 0^ dari udara, sehingga dapat menyebabkan kete
ngikan, Sehingga akan mempunyai rasa den bau yang tidak
enak serta tidak menarik. ( 1 )
Dengan demikian peristiwa ketengikan akan mengganggu
usaha pemenuhan kebutuhan akan minyak kelapa, Untuk
mence-gah kerusakan minyak perlu dilakukan usaha pencemence-gahannya .
Maka dari itu telah dilakukan penelitian pengaruh an
tioksidan terhadap derajat ketengikan sampel minyak kelapa
tanpa penambahan antioksidan dan dengan penambahan anti
oksidan BHT 0,01 %, 0,02 %, alfa tokoferol 0,01 % dan
0 , 0 2
%9
Sebagai ukuran derajat ketengikan adalah mikrogram
H^O^/gram sampel, diukur dengan metode spektrofotometri
dengan pereaksi larutan asam trikloro asetat dan larutan
phloroglusin.
Dari hasil uji F dengan rancangan " The Randomized
Complete Block Design " diperoleh harga f hitung lebih be
sar dari F tabel, maka diteruskan dengan LSD test.
perbedaan antar rata-rata ( x ) untuk kontrol dengan BHT
0,01 % adalah : 1619,085 - 1503,336 = 115,749 , sedangkan hasil perbedaan antar rata-rata ( x ) untuk kontrol dengan
BHT 0,02 % adalah : 1619,085 - 1546,821 = 72,264. Dengan
demikian dapat disimpulkan ada perbedaan yang bermakna an
tara kontrol .dengan perlakuan, yaitu penambahan BHT 0,01 %
dan BHT 0,02 %. Sedangkan antara BHT 0,01 % dan BHT 0,02 %
tidak ada perbedaan bermakna.
Jadi kesimpulan yang diperoleh menunjukkan bahwa BHT
0,01 % dapat merxcegah ketengikan minyak kelapa dalam pe
DATTAR PUSTAKA
1. Tri Y/ahyuni V/iwiek and Imakhsani Soemanto ; 1984, Deter
mination of Oxidative Rancidity in Frieds Foods;
National Institute for Chemistry, Indonesian In
stitute of Sciences.
2. Davis Harold ; 1961, Bentley!s Text-Book of
Pharmaceu-tics. Seventh Edition, Bailliere, Tindall and
Cox, London, hal. 99S - 1002.
3. Shuler. P ; 1980, Autoxidation of Fats its Preventation
with Antioxidants. Roche Information . Service
Food Industries Departements, Switzerland, hal.
1 - 8 .
4. Incorporating the British Pharmaceutical Codex, 1979;
The Pharmaceutical Codex, Eleventh Edition, The
Pharmaceutical Press, London, hal. 35 - 57.
5. Winarno F.G ; 1984) Kimia Pangan dan Gizi. PT. Granedia
Jakarta, hal. 84, 88, 95, 99 - 100, 106 - 10S.
6. Rubianty Sultanry dkk ; Kinia Organik II, Lembaga
Ilmu-ilmu Alamiah Dasar Universitas Hasanuddin.
7. G Murdijati dkk ; 1979, Minyak Sumber Penanganan
Pengo-lahan dan Pemurniannya, Fakultas Teknologi
Per-tanian Universitas Gaajah Mada.
8. The Wealth of India ; 1950, A dictionary ox Indian raw
materials and industrial products, Raw materials,
vol. 2, New Delhi, hal. 274 - 250.
9. Suharaiman P ; 1985
1
Kelapa Kibrida, PT. Penebar Swada-ya, Jakarta, hal. 95 - 98.10. Weiss J Theodore, PhD ; 1970, Food Oils and their uses.
The Avi Publishing Company, Inc ; Washington,
hal. 47 - 49,
73-11. Jacobs B Morris, PhD ; 1962, The Chemical Analysis of
Foods and Food Products, Third Edition , D .Van
Nostrand Company, Inc, Prrceston , New Jersey
hal. 390 -
391-12. B Carter. S.J. Pharn, F.P.S ; Dispending; for Pharmaceu
tical Students, Tv/elfh Edition, Pitman Medical,
hal. 677 - 680.
13- Swain. T ; 1986, An International Journal of Plant Bio
chemistry ; Phytochemistry, 25
t *1
edition, Perga-mon Press, Great Britain, hal. 383.14- The Merck Index ; 1976, Ninth Edition, Merck and Co,Inc
Rahway N.J, U.S.A, hal 198, 1290.
15* Departemen Kesehatan Republik Indonesia ; 1972,
Farma-kope Indonesia, edisi ketiga, Direktorat
Jende-ral Pengawasan Obat dan Makanan Depatemen Kese
hatan R.I, Jakarta, hal. 766, 808,
815-16. Hoover J.E ; 1970, Remington's Pharmaceutical Sciences,
1 4 ^ edition, Mack Publishing Company, Easton
Pensylvania, hal. 98, 1316.
shing Company, Inc., Michigan, hal. 32 - 37.
IS. Linstromberg V/.W ; 1974, Organic Chemistry A Brief Co
urse , 3nd edition, D.C. Heath and Company, Le
xington, Massachusetts, hal. 297 - 298.
Vi 19 Pearson D ; 1971, The Chemical Analysis of Food, 6
-edition, Chemical Publishing Company, Inc,
New-York, hal. 4 7 - 5 3 .
20. Standar Industri Indonesia ; 1972, Mutu dan Cara U.ji
Minyak Kelapa* Departemen Perindustrian Repu
blic Indonesia, hal. 1 - 3 *
21. Slamet Sudardji, Bambang Haryono, Suhardi ; 1984,
edi-si ketiga, Prosedur Analisa Untuk Bahan Hakanan
dan Pertanian, Penerbit Liberty, Yogyakarta.
22. Hamilton. R.J ; Analysis of Oils and Fats, Elsevier
Applied Science, London and New York., hal. 37.
23. Williams D.H. and I. Fleming ; 1973, Spectroscopic
Me-thod in Organic Chemistry, 2 edition, Me Graw
Hill Book Company (UK) Limited, England, ’hal.
1 - 3 .
24
. Muhammad Mulja, Achmad Syahrani ; 1987, Aplikasi - Ana-lisis Spektrofotometri UV - VIS, MecphisoGra-ka, Surabaya.
25. Soemadi dkk ; 1986, Paket B UV - VIS Spectrofotometer
Jurusan Kimia Farmasi Fakultas Farmasi Univer
sitas Airlangga Surabaya, hal. 3 - 2 4 .
Sta-tistika Kimia. Penerbit IT3, hal. 29 - 32.
ry A
27- Daniel V/.1V ; Biostatistic : 2 edition, A Foundation
for Analysis in The Health Sciences, John '-.Viley
& Sons, New York, Chichester, Brisbane, Toronto,
LAMPIRAN I
H
asil -penentuan berat .ienis minyak kelax>a
n Berat jenis , Berat jenis rata - rata
1 0,9200
2 0,9230
3 0,9230 0,9224
k 0,9230
H
asil penentuan kadar air minyak. kelar>a.
n A B c Kadar air * Rata - rata ( % ) | kadar air( % )
1 37,4000 37,2847 4,9511 2,328
2 37,2126 37,1243 4,7563 1,856 2,121
3 37,6874 37,5802 4,9230 2,178 j
Keterangan :
A =
B =
C =
Berat wadah, pasir dan minyak kelapa
se-belum dipanaskan (g).
Berat wadah, pasir dan minyak kelapa
se-sudab dipanaskan (g).
Berat minyak kelapa sebelum dipanaskan ■
(g).
Perhitungan :
1. Kadar air = A - B x 100 %
37,4000 - 37,2847
4,9511
x 100 %
Dengan cara yang sama diperoleh kadar air untuk sam
H
asil •penentuan bilangan -penyabunan minyak kela-pa
2 1,9919 17,30 0,10 0,50 240,211 241,005
3 2,0046 0,10 240,676
k 2,0049 0,10 240,640
Keterangan :
A = Berat minyak. kelapa (g).
B = Volume asam klorida untuk blanko (ml),
C = Volume asam klorida untuk minyak kela
pa (ml).
Dengan cara yang sama diperoleh bilangan penyabunan
H
asil penentuan asam lemak bebas minyak kelapa
n A B c N natrium
hidroksida bebas.Asam lemak rata Rata-asam lemak bebas.
1 io,oiir 3,75 0,749
2 10,0319 3,80
1 200 0,10 0,757 0,755
3
10,0030
, 3,80 0,760Keterangan :
A =
B =
C =
Berat minyak kelapa (g).
Volume natrium hidroksida (ml)
Berat molekul asam lemak.
Perhitungan :
1. Asam lemak bebas = B x N x C x 100 A x 1000
3,75 x 0,10 x 200 x 100
10,0111 x 1000
= 0,749
Dengan cara yang sama diperoleh asam lemak bebas untuk
H
asil penentuan bilangan. .jod minyak. kelapa
n A B c N natrium
tiosulfat Bil.jod. Rata-ra-ta bil. jod.
1 0,5026 35,80 6,817
2 0,5086 38,50 36,00 0,10 6,236 6,375
3 0,5017 36,10 6,070
Keterangan :
A = Berat minyak kelapa (g).
B = Volume natrium tiosulfat untuk blanko(ml).
C = Volume natrium tiosulfat untuk minyak ke
lapa (ml).
Perhitungan :
( B - C ) x N x 0,1269 1* Bilangan jod = --
---A
( 38,50 - 35,80 ) x 0,10 x 0,1269
0,5026
= 6,817
Dengan cara yang sama diperoleh bilangan jod untuk