• Tidak ada hasil yang ditemukan

R O T E K S I D A N K O N T R O L P E N G H A N T A R D : P D M / S G I

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "R O T E K S I D A N K O N T R O L P E N G H A N T A R D : P D M / S G I"

Copied!
71
0
0

Teks penuh

(1)

P T P L N ( P E R S E R O )

J l T r u n o j o y o B l o k M I / 1 3 5

J A K A R T A

P R O T E K S I D A N K O N T R O L

P E N G H A N T A R

D o k u m e n n o m o r : P D M / S G I / 1 5 : 2 0 1 4

(2)

DOKUMEN

PT PLN (PERSERO)

Lampiran Surat Keputusan Direksi PT PLN (Persero) No. 0520-3.K/DIR/2014

BUKU PEDOMAN PEMELIHARAAN

PROTEKSI DAN KONTROL

PENGHANTAR

PT PLN (PERSERO)

JALAN TRUNOJOYO BLOK M-I/135 KEBAYORAN BARU JAKARTA SELATAN 12160

(3)

Susunan Tim Review KEPDIR 113 & 114 Tahun 2010

Surat Keputusan Direksi PT PLN (Persero) No.0309.K/DIR/2013

Pengarah : 1. Kepala Divisi Transmisi Jawa Bali

2. Kepala Divisi Transmisi Sumatera 3. Kepala Divisi Transmisi Indonesia Timur 4. Yulian Tamsir

Ketua : Tatang Rusdjaja

Sekretaris : Christi Yani

Anggota : Indra Tjahja

Delyuzar Hesti Hartanti Sumaryadi James Munthe Jhon H Tonapa

Kelompok Kerja Proteksi dan Kontrol Penghantar, Trafo, serta Busbar

1.

Amiruddin(PLN P3BS) : Koordinator merangkap anggota

2.

Rahmat (PLN P3BS) : Anggota

3.

Karyana (PLN P3BJB) : Anggota

4.

Eka Annise A (PLN P3BJB) : Anggota

5.

Yudha Verdiansyah (PLN Sulselrabar) : Anggota

6.

Ervin Syahputra (PLN Kalselteng) : Anggota

7.

Warsono (PLN Kalbar) : Anggota

8.

Muhammad Toha (Udiklat Semarang) : Anggota

Koordinator Verifikasi dan Finalisasi Review KEPDIR 113 & 114 Tahun

2010 (Nota Dinas KDIVTRS JBS Nomor 0018/432/KDIVTRS JBS/2014)

Tanggal 27 Mei 2014

1.

Jemjem Kurnaen

2.

Sugiartho

3.

Yulian Tamsir

(4)

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI... I DAFTAR GAMBAR ... III DAFTAR TABEL ... IV DAFTAR LAMPIRAN ... V PRAKATA ... VI

PROTEKSI DAN KONTROL PENGHANTAR ... 1

1. PENDAHULUAN... 1

1.1 Gambaran Umum ... 1

1.2 Pola Proteksi Penghantar ... 2

1.2.1 Pola Proteksi Penghantar 150 KV dan 70 KV ... 2

1.2.2 Pola Proteksi Penghantar 500 KV dan 275 KV ... 4

1.3 Line Differential Relay... 4

1.4 Distance Relay ... 5

1.4.1 Proteksi Utama (Zona 1)... 6

1.4.2 Proteksi Cadangan Jauh (Zona 2 dan Zona 3) ... 6

1.4.3 Teleproteksi... 6

1.4.4 Power Swing Block... 8

1.4.5 Switch On To Fault / Trip On Reclose (TOR)... 8

1.4.6 Directional Earth Fault (DEF)... 8

1.4.7 DEF Utama... 8

1.4.8 DEF Back Up... 9

1.5 OCR/GFR... 9

1.5.1 Relai Cek Sinkron... 9

1.6 Autorecloser Relay (AR) ... 9

1.7 Skema Khusus ... 10

1.7.1 Under/Over Voltage Relay... 10

1.7.2 Over Load Shedding (OLS) ... 10

1.7.3 Annunciator danAlarm ... 10

1.8 Selector Switch... 11

1.9 Discrepancy Control Switch ... 11

1.9.1 Meter ... 11

1.9.2 Trip Circuit Supervision (TCS) ... 11

1.10 Failure Mode Effect Analisys (FMEA) ... 11

2. PEDOMAN PEMELIHARAAN ... 11

2.1 In Service Inspection/Inspeksi Dalam Keadaan Operasi... 11

2.1.1 Inspeksi Harian... 12

2.1.2 Inspeksi Bulanan ... 12

2.2 In service Measurement/Pengukuran Dalam Keadaan Operasi... 13

2.3 Shutdown Testing/Measurement/Pengujian pada Saat Sistem tidak Bertegangan ... 14

2.3.1 Pengujian Distance Relay... 15

2.3.2 Pengujian Line Current Differential Relay ... 16

2.3.3 Pengujian Pilot Wire Differential Cable Relay ... 16

2.3.4 Pengujian Relai OCR/GFR ... 16

2.3.5 Pengujian Relai Directional OCR dan Directional GFR ... 16

2.3.6 Pengujian Relai tegangan lebih/kurang (OVR/UVR) ... 17

2.3.7 Pengujian Relai beban lebih (OLS)... 17

2.3.8 Uji Fungsi Trip PMT Single Phase ... 17

(5)

2.3.10 Uji Fungsi Reclose untuk SPAR... 17

2.3.11 Uji Fungsi Reclose untuk TPAR... 17

2.3.12 Uji Fungsi Reclose untuk Evolving Fault ... 17

2.3.13 Uji Intertrip Relai ... 17

2.3.14 Pengujian Fungsi Sistem Proteksi hingga Alarm dan Annunciator ... 18

2.4 Shutdown Function Check/ Pengujian Fungsi pada saat Sistem Tidak Bertegangan ... 18

2.4.1 Uji Trip dan Fungsi AutoReclose dengan PMT ... 18

2.4.2 Uji Intertrip Relai ... 18

2.5 Pengujian/Pemeriksaan Setelah Gangguan... 19

3. EVALUASI HASILPEMELIHARAAN ... 22

3.1 Pemeliharaan In Service Inspection... 22

3.2 Pemeliharaan In Service Measurement ... 24

3.3 Pemeliharaan Shutdown Testing/Measurement... 25

3.4 Pemeliharaan Shutdown Function Check ... 25

3.4.1 Pengujian Lama Waktu Pemutusan Gangguan ... 25

3.5 Pengujian/Pemeriksaan Setelah Gangguan... 26

4. REKOMENDASI HASIL PEMELIHARAAN... 27

4.1 In Service Inspection/Inspeksi dalam Keadaaan Operasi... 27

4.2 In Service Measurement ... 30

4.3 Shutdown Testing/Measurement... 31

4.4 Shutdown Function Check ... 36

DAFTAR ISTILAH ... 61

(6)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1-1 Typical Komponen Sistem Proteksi SUTET ... 1

Gambar 1-2 Typical Komponen Sistem Proteksi SUTT... 1

Gambar 1-3 Komponen Utama Relai Proteksi ... 2

Gambar 1-4 Prinsip Kerja Skema Perbandingan Arus ... 5

Gambar 1-5 Prinsip Kerja Skema Arus Seimbang ... 5

Gambar 1-6 Prinsip Kerja Skema Tegangan Seimbang... 5

Gambar 1-7 Rangkain Logika Skema PUTT ... 7

Gambar 1-8 Rangkaian Logika Skema POTT ... 7

Gambar 1-9 Rangkaian Logika Skema Blocking ... 8

(7)

DAFTAR TABEL

Tabel 1-1 Pola Proteksi Penghantar 150 KV dan 70 KV (TT) SPLN T5.002-1:2010 ... 2

Tabel 1-2 Pola Proteksi Penghantar 500 KV dan 275 KV (TET)SPLN T5.002-2:2010... 4

Tabel 2-1 Periode Pemeliharaan Relai Proteksi ... 14

Tabel 2-2 Acuan Pemeliharaan Pasca Gangguan sistem dan non sistem... 21

Tabel 3-1 Acuan Standar Pemeliharaan In Service Inspection ... 22

Tabel 3-2 Acuan Standar Pemeliharaan In Service Measurement ... 24

Tabel 3-3 Pengujian/PemeriksaanSetelah Gangguan ... 26

Tabel 4-1 In Service Inspection ... 27

Tabel 4-2 In Service Measurement ... 30

Tabel 4-3 Shutdown Testing/Measurement... 31

(8)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 TABEL PERIODE PEMELIHARAAN PROTEKSI DAN KONTROL

PENGHANTAR... 38

Lampiran 2 FMEA PROTEKSI DAN KONTROL PENGHANTAR ... 45

Lampiran 3 Jenis Pengujian Fungsi SPAR... 50

Lampiran 4 Jenis Pengujian Fungsi TPAR... 51

Lampiran 5 Jenis Pengujian Fungsi Evolving Fault ... 52

Lampiran 6 Jenis Pengujian Distance Relay Skema PUTT ... 53

Lampiran 7 Jenis Pengujian Distance Relay Skema POTT... 54

Lampiran 8 Jenis Pengujian Distance Relay Skema Blocking... 55

Lampiran 9 Uji Fungsi Trip PMT Single Phase... 56

Lampiran 10 Uji Fungsi Trip PMT Three Phase ... 57

Lampiran 11 Formulir Rekap Pengujian Sistem Proteksi ... 58

Lampiran 12 Formulir Check List Inspeksi Harian ... 59

(9)

PRAKATA

PLN sebagai perusahaan yang asset sensitive, dimana pengelolaan aset memberi kontribusi yang besar dalam keberhasilan usahanya, perlu melaksanakan pengelolaan aset dengan baik dan sesuai dengan standar pengelolaan aset. Parameter Biaya, Unjuk kerja, dan Risiko harus dikelola dengan proporsional sehingga aset bisa memberikan manfaat yang maksimum selama masa manfaatnya.

PLN melaksanakan pengelolaan aset secara menyeluruh, mencakup keseluruhan fase dalam daur hidup aset (asset life cycle) yang meliputi fase Perencanaan, Pembangunan, Pengoperasian, Pemeliharaan, dan Peremajaan atau penghapusan. Keseluruhan fase tersebut memerlukan pengelolaan yang baik karena semuanya berkontribusi pada keberhasilan dalam pencapaian tujuan perusahaan.

Dalam pengelolaan aset diperlukan kebijakan, strategi, regulasi, pedoman, aturan, faktor pendukung serta pelaksana yang kompeten dan berintegritas. PLN telah menetapkan beberapa ketentuan terkait dengan pengelolaan aset yang salah satunya adalah buku Pedoman pemeliharaan peralatan penyaluran tenaga listrik.

Pedoman pemeliharaan yang dimuat dalam buku ini merupakan bagian dari kumpulan Pedoman pemeliharaan peralatan penyaluran yang secara keseluruhan terdiri atas 25 buku. Pedoman ini merupakan penyempurnaan dari pedoman terdahulu yang telah ditetapkan dengan keputusan direksi nomor 113.K/DIR/2010 dan 114.K/DIR/2010. Perubahan atau penyempurnaan pedoman senantiasa diperlukan mengingat perubahan pengetahuan dan teknologi, perubahan lingkungan serta perubahan kebutuhan perusahaan maupun stakeholder. Di masa yang akan datang, pedoman ini juga harus disempurnakan kembali sesuai dengan tuntutan pada masanya.

Penerapan pedoman pemeliharaan ini merupakan hal yang wajib bagi seluruh pihak yang terlibat dalam kegiatan pemeliharaan peralatan penyaluran di PLN, baik perencana, pelaksana maupun evaluator. Pedoman pemeliharaan ini juga wajib dipatuhi oleh para pihak diluar PLN yang bekerjasama dengan PLN untuk melaksanakan kegiatan pemeliharaan di PLN.

Demikian, semoga kehadiran buku ini memberikan manfaat bagi perusahaan dan stakeholder serta masyarakat Indonesia.

Jakarta, Oktober 2014 DIREKTUR UTAMA

(10)

PROTEKSI DAN KONTROL PENGHANTAR

1.

PENDAHULUAN

1.1

Gambaran Umum

Sistem proteksi bay penghantar adalah suatu sistem yang yang berfungsi untuk mengamankan/mengisolir penghantar (saluran udara/saluran kabel) tegangan tinggi atau tegangan ekstra tinggi dari gangguan temporer dan gangguan permanenyang terjadi pada penghantar tersebut.Secara umum, bagian dari sistem proteksi penghantar dapat digambarkan pada Gambar 1-1 dan Gambar 1-2sebagai berikut.

Gambar 1-1 Typical Komponen Sistem Proteksi SUTET

Komponen sistem proteksi terdiri dari transformator arus (CT), transformator tegangan (PT/CVT), relai proteksi, pemutus tenaga (PMT), catudaya rangkaian pengawatannya (wiring)dan teleproteksi.

Gambar 1-2 Typical Komponen Sistem Proteksi SUTT

Daerah kerja proteksi bay penghantar adalah daerah di antara 2 (dua) atau lebih CT pada gardu-gardu induk berhadapan yang disebut sebagai unit proteksi penghantar. Relai proteksi mempunyai bagian-bagian utama sebagai terlihat padaGambar 1-3 berikut.

CT CT PT SALURAN TRANSMISI TP TP Sinyal Kirim Sinyal Terima Sinyal Terima Sinyal Kirim RELAI PROTEKSI PT RELAI PROTEKSI

CATU DAYA CATU DAYA

TP TP

Sinyal Kirim

Sinyal Terima

Sinyal Terima

Sinyal Kirim

CATU DAYA CATU DAYA

RELAI PROTEKSI RELAI PROTEKSI CT PT PT CT SALURAN TRANSMISI

(11)

Gambar 1-3 Komponen Utama Relai Proteksi

1.2

Pola Proteksi Penghantar

Proteksi penghantar yang umum digunakan adalah skema proteksi menggunakan relai jarak (distance relay) dan relai diferensial saluran (line current differential). Pola proteksi untuk bay penghantar dapat diklasifikasikan sebagai berikut.

1.2.1 Pola Proteksi Penghantar 150 KV dan 70 KV

Tabel 1-1 Pola Proteksi Penghantar 150 KV dan 70 KV (TT) SPLN T5.002-1:2010

Saluran yang

Diproteksi Proteksi Utama

Proteksi Cadangan Saluran Telekomunikasi SUTT 150 KV Saluran Pendek (SIR >4)

Teleproteksi CD Cad 1:Z+DEF

(DEF Optional) Cad 2: OCR + GFR FO SUTT 150 KV Saluran Sedang (0.5 ≤ SIR ≤ 4) dan Panjang (SIR<0.5) Teleproteksi Z+DEF (DEF Optional) OCR + GFR PLC / FO SKTT 150 KV Saluran Pendek

Pilot wire CD OCR + GFR FO

(12)

Saluran yang

Diproteksi Proteksi Utama

Proteksi Cadangan Saluran Telekomunikasi Panjang SUTT 70 KV Pentanahan netral dengan tahanan tinggi Alternatif 1:

Phasa phasa: relay jarak (Reactance Relay) Phasa tanah: 64V + 50SG (Selective Ground Relay) atau Phasa tanah: 67G + 50G (Directional Selective Ground Relay) Alternatif 2: Phasa – phasa Teleproteksi Z Phasa – Netral Teleproteksi DEF Alternatif 1: OCR + GFR Alternatif 2: OCR + GFR PLC / FO SUTT 70 KV Pentanahan netral dengan tahanan rendah Teleproteksi Z+DEF (DEF Optional) OCR + GFR PLC / FO SKTT 70KV Pentanahan netral dengan tahanan

tinggi dan tahanan rendah Phasa phasa: Teleproteksi CD Phasa tanah: Teleproteksi CD Relay Jarak OCR +GFR Pilot wire / FO

(13)

1.2.2 Pola Proteksi Penghantar 500 KV dan 275 KV

Tabel 1-2 Pola Proteksi Penghantar 500 KV dan 275 KV (TET)SPLN T5.002-2:2010

Saluran yang

Diproteksi Skema Proteksi A Skema Proteksi B

Saluran Pendek Utama: Teleproteksi CD dengan FO

Cadangan: Teleproteksi

Z+DEF dengan PLC

Utama: Teleproteksi CD dengan FO

Cadangan:Teleproteksi Z+DEF

dengan PLC

Saluran Sedang & Panjang

Alternatif I

Utama: Teleproteksi Z+DEF dengan PLC

Cadangan: Z

Alternatif II

Utama: Teleproteksi Z+DEF dengan FO

Cadangan: Z

Alternatif I

Utama : Teleproteksi CD dengan

FO

Cadangan: Teleproteksi Z+DEF

Alternatif II

Utama: Teleproteksi Z+DEF dengan PLC

Cadangan: Z

1.3

Line Differential Relay

Line Differential Relay atau relai diferensial saluran adalah salah satu jenis proteksi

utama pada penghantar yang bekerja berdasarkan pengukuran perbedaan

parameterarus. Prinsip kerja relai ini adalah sebagai berikut: perbandingan arus(Gambar 1-4), perbandingan arus skema arus seimbang (Gambar 1-5) dan skema tegangan seimbang (Gambar 1-6).

(14)

Gambar 1-4 Prinsip Kerja Skema Perbandingan Arus

Gambar 1-5 Prinsip Kerja Skema Arus Seimbang

Khusus untuk skema arus seimbang dan tegangan seimbang digunakan pada proteksi saluran dengan pilot wire.

Gambar 1-6 Prinsip Kerja Skema Tegangan Seimbang

1.4

Distance Relay

Distance relay adalah salah satu jenis proteksi penghantar yang bekerja berdasarkan perbandingan nilai impedansi.Distance relayakan bekerja bila impedansi yang di ukur dari besaran arus CT dan tegangan PT/CVT lebih kecil dari impedansi setelan. Selain sebagai proteksi utama penghantar, relai ini juga berfungsi sebagai proteksi cadangan jauh terhadap proteksi utama penghantar di depannya.

SALURAN TRANSMISI CT OP Rstab R OP Rstab R PILOT WIRE ∆I1 ∆I2 SALURAN TRANSMISI OP Rstab R OP Rstab R PILOT WIRE ∆I1 ∆I2

(15)

1.4.1 Proteksi Utama (Zona 1)

Proteksi utama pada distance relayadalah proteksi yang bekerja tanpa waktu tunda dengan jangkauan terbatas pada seksi (section) penghantar itu sendiri.

Dengan mempertimbangkan faktor kesalahan (percentage error) CT,PT/CVT, relai proteksi, faktor keamanan (safety margin) dan parameter jaringan, maka zona 1 disetelmenjangkau 80% - 85% dari impedansi saluran.

1.4.2 Proteksi Cadangan Jauh (Zona 2 dan Zona 3)

Proteksi cadangan jauh pada distance relayadalah proteksi yang dicadangkan untuk bekerja apabila proteksi utama seksi didepannya gagal bekerja.

Zona 2 umumnya diseteldengan jangkauan minimummencapai impedansi saluran sampai dengangardu induk didepannya (tetapi tidak melebihi impedansi terkecil trafo di GI depannya) dengan waktu tunda antara 300-800 milidetik. (tergantung jangkauan impedansi dan koordinasi dengan waktu dengan Zone 2 di depannya )

Zona 3 diseteldengan jangkauan mencapai impedansi saluran sampai dengan 2 (dua) gardu indukterjauh didepannya (terbesar secara impedansi, tetapi tidak melebihi impedansi terkecil trafo di GI depannya) dengan waktu tunda maksimum 1600 milidetik. Proteksi cadangan jauh tidak disetelsampai memasuki daerah impedansi transformator didepannya.

1.4.3 Teleproteksi

Agar dapat bekerja selektif dan seketika pada daerah unit proteksi, distance relay dilengkapi dengan teleproteksi.

Teleproteksi merupakan rangkaian peralatan yang berfungsi untuk mengirim dan menerima sinyal dari gardu induk yang satu ke gardu induk lain didepannya atau yang berhadapan, untuk dapat memberikan perintah trip seketika. Pola teleproteksi yang umumnya digunakan adalah sebagai berikut.

- Permissive Underreach Transfer Trip Scheme(PUTT)

Pada pola ini peralatan TP akan mengirim sinyal (carrier send) ke peralatan TP pada gardu induk didepannya apabila distance relaymendeteksi gangguan pada zona 1.

Pada gardu induk yang menerima sinyal (carrier receive), apabila distance relay mendeteksi gangguan pada zona 2 dan menerima sinyal TP, maka relai akan memberikan perintah trip waktu zona 1.Rangkaian logika pola ini sebagaimana terlihat pada

(16)

Gambar 1-7 Rangkain Logika Skema PUTT

Permissive Overreach Transfer Trip(POTT)

Pada pola ini peralatan TP akan mengirim sinyal (carrier send) ke peralatan TP pada gardu induk didepannya apabila mendeteksi gangguan zona 2. Pada gardu induk yang menerima sinyal (carrier receive), apabila distance relay mendeteksi gangguan pada zona 2, maka memberikan perintah trip pada waktu zona 1.Rangkaian logika skema ini sebagaimana digambarkan pada Gambar 1-8.

Gambar 1-8 Rangkaian Logika Skema POTT

Blocking Scheme

Pada pola ini peralatan TP akan mengirim sinyal ke peralatan TP pada gardu induk didepannya apabila distance relay mendeteksi gangguan pada daerah belakang (reverse zone). Pada gardu induk yang menerima sinyal, apabila distance relaymendeteksi gangguan pada daerah depan (forward zone) Zona 2 maka relai akan memberikan perintah blok (blocking).Apabila relai tidak memerima sinyal namun mendeteksi gangguan pada daerah depan (zona 2), maka relai akan memberikan perintah trip seketika, sebagaimana terlihat pada Gambar 1-9.

Sinyal Terima Sinyal Kirim Sinyal Kirim Sinyal Terima SALURAN TRANSMISI TRIP AND OR CS Z1 CR Z2 TZ2 OR AND CS Z1 TZ2 Z2 CR TP TP TRIP Sinyal Kirim Sinyal Terima Sinyal Terima Sinyal Kirim SALURAN TRANSMISI TRIP AND OR CS Z1 CR Z2 TZ2 OR AND CS Z1 TZ2 Z2 CR TP TP TRIP

(17)

Gambar 1-9 Rangkaian Logika Skema Blocking

1.4.4 Power Swing Block

Power Swing Blok atau disingkat PSB adalah salah satu fiturdistance relay yang berfungsi untuk mencegah relai bekerja memberikan perintah trip pada saat terjadi fenomena ayunan daya (power swing) dan impedansi sistem masuk ke zona impedansi relai.

1.4.5 Switch On To Fault / Trip On Reclose (TOR)

Switch On To Faultatau SOTF adalah fitur dari distance relay yang berfungsi untuk men-trip-kan PMT seketika guna mengantisipasi ketidaksiapan distance relay apabila terjadi gangguan pada saat pemberian tegangan (energizing) atau pada saat menutup (close) PMT secara manual maupun menggunakan relai penutup balik otomatis (A/R).

1.4.6 Directional Earth Fault (DEF)

DEF adalah relai arus lebih berarah dengan deteksi arus 3Io dan referensi tegangan -3Vo

yang bekerja mengamankan penghantar dari gangguan fasa ke tanah yang

bersifattahanan tinggi(high resistance) yang tidak terdeteksi oleh distance relay. Relai ini digunakan sebagai pelengkapdistance relay.

1.4.7 DEF Utama

DEF utama adalah DEF yang dilengkapi dengan teleproteksi. DEF ini akan bekerja seketika apabila menerima sinyal TP dari gardu induk didepannya. Untuk membedakan waktu kerja DEF utama dengan proteksi utama distance relay (zona 1) maka waktu kerja DEF utama ditunda antara 20milidetik – 100milidetik.

(18)

1.4.8 DEF Back Up

DEF back up adalah DEF yang bekerja dengan waktu tunda lebih lama dari waktu tunda zona 3 distance relay (2 detik). DEF backup tidak memerlukan sinyal kiriman dari gardu induk didepannya.

1.5

OCR/GFR

OCR/GFR adalah relai arus lebih yang digunakan sebagai proteksi cadangan lokal pada proteksi penghantar. OCR digunakan untuk mengamankan penghantar dari gangguan fasafasa dan GFR digunakan untuk mengamankan penghantar dari gangguan fasa -tanah.

1.5.1 Relai Cek Sinkron

Relai cek sinkron atau synchrocheck relay adalah relai bantu bay penghantar yang terpasang pada sistem dengan lebih dari satu sumber, yang memerlukan fungsi cek sinkron untuk memastikan kondisi antara kedua sisi dari penghantar tersebut dalam keadaan sinkron sebelum PMT tutup. Untuk kebutuhan operasional, relai cek sinkron dilengkapi dengan fungsi cek tegangan. Pola operasional Relay Check Sinkron terdiri dari 4 kondisi tegangan antara lain:

Bus Line Auto Manual By Pass

Live Live √ √ X

Live Dead √ √ √

Dead Live √ √ √

Dead Dead X X √

Bypass sinkron hanya dapat dilakukan untuk penutupan PMT yang dilakukan oleh operator atau dispatcher dimana salah satu sisi bus atau line tidak bertegangan atau kedua sisi bus dan line tidak bertegangan, sedangkan ketika kedua sisi bertegangan maka tidak direkomendasi penggunaan bypass sinkron.

1.6

Autorecloser Relay (AR)

Autorecloser Relay(AR) atau relai penutup balik otomatis dipasang pada bay

penghantarsaluran udara baik pada sistem tegangan tinggi (SUTT) maupun tegangan ekstra tinggi (TET). Hal ini didasarkan pada pertimbangan bahwa saluran udara merupakan salah satu bagian sistem penyaluran yang paling sering mengalami gangguan, sebagian besar dari penyebab gangguan tersebut bersifat temporer yang akan segera hilang setelah PMT trip. Agar kesinambungan pasokan tenaga listrik tetap terjaga serta batas stabilitas tetap terpelihara maka pengoperasian autorecloser sangat dibutuhkan.Sebagai pertimbangan dalam menentukan waktu tunda penutupan durasi (dead time) minimal lebih lama dari waktu pemadaman busur api dan kemampuan duty cycle PMT sedangkan maksimalnya tergantung dari kemampuan stabilitas sistem.

(19)

Sebagai referensi waktu pemadaman busur api minimum dapat diperkirakan dengan rumus sebagai berikut:

Tmin = 10.5 + V/34.5 cycles (Ref. Power System Protection, P.M Anderson)

Tegangan Sistem (kV) Waktu (detik)

66 0.25

150 0.30

275 0.37

500 0.5

1.7

Skema Khusus

Selain fungsi dan fitur tersebut diatas, pada kondisi tertentu, untuk keperluan pengoperasian sistem maka relai baypenghantar juga dapat dilengkapi dengan Voltage Relay dan Over Load Shedding (OLS).

1.7.1 Under/Over Voltage Relay

UVR (relai tegangan kurang) adalah relai yang bekerja mendeteksi tegangan kurang pada bay penghantar.OVR (relai tegangan lebih) adalah relai yang bekerja mendeteksi tegangan lebih pada bay penghantar. Relai tegangan bekerja dengan waktu tunda.

1.7.2 Over Load Shedding (OLS)

OLS adalah relai arus lebih yangdifungsikan sebagai load shedding dengan cara melepas beban apabila terjadi kenaikan arus beban secara tiba-tiba yang disebabkan oleh pengalihan beban akibat trip-nya suatu penghantar/IBT.

1.7.3 Annunciator danAlarm

Annunciator adalah peralatan bantu yang berfungsi memberikan tanda peringatan kepada operator gardu induk mengenai fungsi proteksi mana yang bekerja. Annunciator mengambil input dari masing-masing relai proteksi. Alarm dapat di-reset setelah operator mencatat dan menekan tombol “silence”, “acknowledge” dan “reset”. Alarmdilengkapi dengan Annunciator. AudibleAlarm berupa peringatan suara (sirene, bell, horn, buzzer) yang bekerja bersamaan dengan terjadinya gangguan.

(20)

1.8

Selector Switch

Selector switch adalah sakelar pilih untuk fungsi-fungsi tertentu seperti: sakelar ON/OFF,

sakelar Local/Remote/Supervisory, sakelar A/R (OFF,SPAR,TPAR,SPAR+TPAR),

sakelar sinkron Man/Auto/Bypass.

1.9

Discrepancy Control Switch

Peralatan yang berfungsi untuk merubah status PMT dan PMS. Pengoperasian switch ini dilakukan dengan menekan dan memutar. Switch ini dilengkapi dengan lampu indikatorketidaksesuaian status peralatan terkait.

1.9.1 Meter

Peralatan yang berfungsi untuk memberikan informasi besaran arus (A), tegangan (kV), daya aktif (MW) dan daya reaktif (MVAR).

1.9.2 Trip Circuit Supervision (TCS)

Peralatan yang berfungsi untuk memonitor kesiapan rangkaian trip. TCS akan memberikan informasi jika telah terjadi gangguan pada rangkaian Trip dari relai ke tripping coil PMT. Jika TCS bekerja maka PMT tidak dapat di masukkan karena rangkaian close PMT terpotong oleh TCS.

1.10

Failure Mode Effect Analisys (FMEA)

FMEA untuk peralatan proteksi dan kontrol penghantar sebagaimana terlampir.

2.

PEDOMAN PEMELIHARAAN

Pedoman pemeliharaan ini adalah suatu acuanuntukmelakukan pemeliharaan proteksi dan kontrolbay penghantar. Pemeliharaan tersebut dapat dilakukan dalam keadaan bertegangan maupun tidak bertegangan (bebas tegangan).

Pemeliharaan proteksi bay penghantar meliputi: relai proteksi, rangkaian pengawatan input arus dan tegangan,Trip Circuit Supervision (TCS), binary input/output dan relai bantu.

2.1

In Service Inspection/Inspeksi Dalam Keadaan Operasi

Untuk peralatan sistem proteksi bay penghantar, inspeksi dalam keadaan operasi dapat diklasifikasikan berdasarkan frekuensi pekerjaan yang dilakukan, yakni: harian, mingguandan bulanan.

(21)

2.1.1 Inspeksi Harian

Inspeksi harian adalah inspeksi yang dilakukan pada setiap hari kerja oleh petugas piketgardu induk/gardu induk tegangan ekstra tinggi dan hasil inspeksi tersebut dilaporkan pada hari yang sama.

Yang termasuk dalam inspeksi harian adalah sebagai berikut.

 Kondisi peralatan proteksi utama-1

 Kondisi peralatan proteksi utama-2

 Kondisi relai Line Current Differential, Distance,

 Kondisi proteksi diferensial kabel

 Kondisi peralatan proteksi cadangan

 Kondisi relai OCR / GFR

 Kondisi relai breaker failure

 Kondisi peralatan proteksi skema khusus berikut

Under/Overvoltage relay

Overload shedding

Kondisi trip circuit supervision

2.1.2 Inspeksi Bulanan

Inspeksi bulanan adalah inspeksi yang dilakukan pada hari kerja dan dilakukan sekali dalam satu bulan oleh petugas piketgardu induk/gardu induk tegangan ekstra tinggi dan hasil inspeksi tersebut dilaporkan pada hari yang sama.

Yang termasuk dalam inspeksi bulanan adalah sebagai berikut.

 Kondisi umum panel proteksi

 Suhu, kelembapan ruangan dan panel  Suara (Normal/Tidak Normal)

 Bau (Normal/Bangkai/Hangus)

 Kondisi panel (Normal/Kotor/Lembab)

 Lampu penerangan panel (Normal/Redup/Tidak berfungsi/Tidak ada)  Heater (Normal/Rusak/ Tidak ada)

(22)

Door sealant (Normal/Tidak Elastis/Putus/Tidak ada)

 Lubang kabel kontrol (Normal/Tidak rapat/Glen kabel tidak ada)

Grounding panel (Normal/Korosi/Rantas/Kendor/Tidak ada)

 Kondisi panas diukur dengan menggunakan thermal image - Kabel kontrol (normal/cacat)

- Terminal wiring (kencang/kendor) - Body rele (normal/panas)

- ACT (ACT jenuh untuk meter)

Pemeriksaan Sirkit Voltage Selection

 Kondisi Amperemeter (R,S,T)

 Kondisi KV Meter (R,S,T)

 Kondisi MW Meter

 Kondisi Mvar Meter

 Kondisi KWH Meter

 KWH Meter IN

 KWH Meter OUT

 Kondisi Annunciator

Kondisi Synchrocheck Relay

 Kabel kontrol (Normal/Terkelupas)

2.2

In service Measurement/Pengukuran Dalam Keadaan Operasi

In service Measurement/Pengukuran Dalam Keadaan Operasi dilakukan sebelum dan sesudah shutdown testing

 Pemeriksaan besaran arus fasa R, S dan T dengan tang ampere

 Pemeriksaan besaran tegangan fasa R, S dan T pada relai dan meter

 Pengukuran besaran sumber DC di panel proteksi penghantar

 Pengukuran ripple catu daya di panel proteksi penghantar

Kondisi-kondisi tersebut dicatat dalam blangko yang sudah disediakan untuk mengetahui lebih dini kondisi peralatan terkait apakah dalam kondisi normal atau ada kelainan

(23)

2.3

Shutdown Testing/Measurement/Pengujian pada Saat Sistem tidak

Bertegangan

Pemeliharaan pada saat shutdown testing adalah berupa pengujian individu yaitu, pengujian yang dilakukan untuk mengetahui kinerja dan karakteristik relai itu sendiri apakah masih laik dioperasikan atau tidak dengan mensimulasikan gangguan menggunakan alat injeksi sekunder tanpa melakukan uji fungsi trip PMT. Pengujian individu dilakukan pada proteksi utama maupun proteksi cadangan. Selain pada saat pemeliharaan rutin, pengujian individu juga harus dilakukan jika terdapat perubahan nilai setelan relai proteksi.

Berikut ini adalah tabel periode pemeliharaan relai proteksi.

Tabel 2-1 Periode Pemeliharaan Relai Proteksi

No Relai Proteksi Jenis Relai

Periode HAR (tahun)

Keterangan

1. Distance Relay Elektromekanik 2

Statik 2 Digital / Numerik 6 2. Line Current Differential Relay Digital / Numerik 6 Media Komunikasi FO

3. Pilot Wire Line

Differential Relay Elektromekanik 2 Statik 2 4. OCR/GFR Elektromekanik 2 Statik 2 Digital / Numerik 6

5. Relai Frekuensi Elektromekanik 2

Statik 2

Digital / Numerik

6

6. Relai Tegangan Elektromekanik 2

Statik 2

Digital / Numerik

(24)

7. Relai Arah Elektromekanik 2 Relai arus lebih berarah, relai daya

Statik 2

Digital / Numerik

6

Apabila relai yang diuji adalah jenis relai multifungsi, maka pengujian relai dilakukan dengan cara menguji masing-masing fungsi terkait. Untuk fungsi yang tidak diuji, maka fungsi tersebut di-non-aktifkan untuk sementara. Setelah selesai menguji, fungsi tersebut diaktifkan kembali. Pada saat melakukan pengujian fungsi, maka hanya fungsi tersebut yang aktif.

2.3.1 Pengujian Distance Relay

Sebelum melakukan pengujian relay distance hal yang perlu dilakukan adalah melepas inisiate ke CBF dari terminal relay distance (jika ada).

Pelaksanaan pengujian individu distance relay adalah sebagai berikut:

 Menguji impedansi kerja relai (pada sudut kerjanya) untuk mengetahui berapa besar persentase kesalahan (error) nilai setelan impedansi terhadap impedansi hasil uji padaZ1 sampai Z3 dan Reversed Zone untuk pola blocking.

Menguji waktu kerja relai untuk mengetahui selisih setting waktu kerja terhadap hasil uji waktunya pada Z1 sampai Z3dan Reversed Zone (koordinasi waktu blocking).

 Menguji fungsi SOTF.

 Menguji fungsi relai cek sinkron

Menguji kinerja Power Swing Blok (PSB) Relai

Menguji kinerja dan fungsi VT Fail, Fuse Failure, MCB VT Failrelai

 Menguji kinerja Weak End In Feed (jika ada)

 Menguji kinerja Fault Locator

 Menguji kinerja Oscillography dan rekaman gangguan

 Menguji kinerja LED dan tombol reset

 Pengujian arus kerja minimum DEF (jika ada)

(25)

2.3.2 Pengujian Line Current Differential Relay

Pelaksanaan pengujian relai Line Current Differential yang dilakukan adalah sebagai berikut.

 Menguji arus kerjaminimum(Ip)

 Menguji waktu kerja relai.

 Pengujian stability dilakukan diantara 2 sisi relai yang berhadapan dengan menggunakan GPS untuk syncronisasi waktu. Kondisi yang disimulasikan diantaranya kondisi normal berbeban, kondisi gangguan internal, kondisi gangguan eksternal.

2.3.3 Pengujian Pilot Wire Differential Cable Relay

Pelaksanaan pengujian Relai Pilot Differential Cable yang dilakukan adalah sebagai berikut.

 Menguji arus kerjaminimum(Ip)

Menguji arus kerjaminimumdengan keadaan unstabilizing intertrip.

 Menguji waktu kerja relai

 Menguji besar tegangan kerja relai

2.3.4 Pengujian Relai OCR/GFR

Pelaksanaan pengujian Over Current Relay/Ground Fault Relay (OCR/GFR) yang dilakukan adalah sebagai berikut.

Menguji nilai arus pick up dan arus drop off/reset pada nilai setelan untuk fasa R, S, T (OCR) dan N (GFR) .

 Menguji waktu kerja relai OCR/GFR dan membandingkan hasil uji terhadap setelan waktu.

2.3.5 Pengujian Relai Directional OCR dan Directional GFR

Pelaksanaan pengujianDirectionalRelayOCR dan Directional GFR yang dilakukan adalah sebagai berikut.

 Semua tahapan pada relai OCR dan GFR di atas dilaksanakan.

Pengujian pada sudut kerja relai (Maximum Torque Angle) dilakukan dengan merubah sudut fasa arus dengan sudut fasa tegangan tetap.

 Untuk DOCR dan DGFR yang terpisah komponen arahnya maka relai tersebut diuji secara bersamaan.

(26)

2.3.6 Pengujian Relai tegangan lebih/kurang (OVR/UVR)

Pelaksanaan pengujian Relai OVR/UVR yang dilakukan adalah sebagai berikut.

Menguji nilai tegangan pick up dan tegangan drop off/reset pada nilai setting.

 Menguji waktu kerja relai

2.3.7 Pengujian Relai beban lebih (OLS)

Pelaksanaan pengujian Relai OLS yang dilakukan adalah sebagai berikut.

Menguji nilai arus pick up dan arus drop off/reset pada nilai setelan

 Menguji waktu kerja relai

 Pengujian DTT (jika ada)

2.3.8 Uji Fungsi Trip PMT Single Phase

Pengujian fungsi trip PMT single phase adalah untuk memastikan bahwa fasa PMT yang trip sesuai dengan fasa yang terganggu. Pengujian ini tidak dilakukan jika pengujian fungsi reclose SPAR telah dilaksanakan.

2.3.9 Uji Fungsi Trip PMT Three Phase

Pengujian fungsi trip PMT three phase untuk memastikan bahwa PMT trip dengan inisiasi gangguan untuk masing-masing fasa. Pengujian ini tidak dilakukan jika pengujian fungsi reclose TPAR telah dilaksanakan.

2.3.10 Uji Fungsi Reclose untuk SPAR

Untuk memastikan PMT dapat trip dan reclose sesuai dengan fasa yang terganggu.

2.3.11 Uji Fungsi Reclose untuk TPAR

Untuk memastikan PMT dapat trip dan reclose sesuai dengan gangguan fasa, fasa-fasa-tanah yang terganggu.

2.3.12 Uji Fungsi Reclose untuk Evolving Fault

Untuk memastikan PMT dapat trip dan reclosesesuai dengan gangguan fasa-tanah dan kemudian berkembang menjadi fasa-tanah yang lain pada penghantar yang sama.

2.3.13 Uji Intertrip Relai

(27)

2.3.14 Pengujian Fungsi Sistem Proteksi hingga Alarm dan Annunciator

Setiap relai proteksi yang bekerja mentripkan PMT harus dilengkapi dengan alarm dan anunsiator. Alarm dibunyikan untuk menginformasikan kepada operator bahwa PMT trip, sedangkan annunciator berfungsi untuk menginformasikan relai yang bekerja.

2.4

Shutdown Function Check/ Pengujian Fungsi pada saat Sistem Tidak

Bertegangan

Uji Fungsi Trip dan Reclose PMT

Uji Fungsi Intertrip Relai

2.4.1 Uji Trip dan Fungsi AutoReclose dengan PMT

Uji trip dan fungsi autoreclose dilakukan untuk memastikan rangkaian tripping dari relai sampai dengan PMT terhubung dengan benar. Uji trip dilakukan untuk Proteksi Utama maupun Proteksi Cadangan. Uji fungsi autoreclose hanya dilakukan untuk proteksi yang menerapkan sistem autoreclose.

Uji trip dan fungsi autoreclose PMT adalah pengujian dengan menggunakan alat injeksi sekunder sampai memberikan sinyal trip/reclose ke PMT untuk buka/tutup (open/close). Pengujian ini dapat berupa perintah trip PMT (buka) maupun perintah reclose.

Selain pada saat pemeliharaan berkala, pengujian ini juga harus dilakukan bila terjadi kegiatan berikut:

 Penggantian relai

 Penggantian PMT

 Perubahan rangkaian logika relai, setting relai

Perubahan rangkaian tripping (kontak trip relay sampai dengan tripping coil PMT).

Perubahan rangkaian closing (kontak close relay sampai dengan closing coil PMT).

Untuk pengujianTPAR, dilakukan pengujian fungsi syncro / voltage check Pengujian trip dan reclose PMT harus memperhatikan kondisi kesiapan PMT.

Uji fungsi TPAR/SPAR pada proteksi utama bay penghantar. Uji fungsi SPAR juga dilakukan pada DEF yang dilengkapi dengan phase segregated.

2.4.2 Uji Intertrip Relai

Uji intertrip relai adalah pengujian yang dilakukan antara 2 (dua) relai bay penghantar pada gardu-gardu induk yang saling berhadapan. Pengujian ini membutuhkan peralatan teleproteksi dan media komunikasi. Pengujian intertrip relai dilakukan berdasarkan skema teleproteksi yang digunakan (PUTT, POTT atau Blocking) dan harus dilakukan bila terjadi kegiatan berikut.

(28)

 Penggantian relai,

 Penggantian peralatan teleproteksi,

 Perubahan skema proteksi, atau

 Perubahan rangkaian logika relai yang berhubungan dengan sinyal kirim/terima dari GI yang berhadapan.

Pengujian jenis ini memerlukan sinkronisasi waktu antara 2 (dua) alat uji pada masing-masing gardu induk yang berhadapan. Sinkronisasi dapat menggunakan bantuan sinyal GPS untuk memastikan alat uji dapat mensimulasikan gangguan pada saat yang bersamaan dengan GI dihadapannya.

Apabila peralatan sinkronisasi tidak tersedia, maka pengujian dapat dilakukan dengan cara simulasi pengiriman sinyal dari GI yang berhadapan.Pengujian intertriphanya pada pola/skema yang dipilih.

2.5

Pengujian/Pemeriksaan Setelah Gangguan

Gangguan dibedakan menjadi 2 kategori yaitu:

Gangguan sistem

Gangguan sistem adalah gangguan yang terjadi di sistem tenaga listrik (sisi primer) seperti pada generator, transformator, SUTT, SKTT dan lain sebagainya. Gangguan sistem dapat dikelompokkan sebagai gangguan temporer dan gangguan permanen. Gangguan Temporer adalah:

Gangguan yang hilang dengan sendirinya bila PMT terbuka, misalnya sambaran petir yang menyebabkan flash over pada isolator SUTT. Pada keadaan ini PMT dapat segera dimasukan kembali, secara manual atau otomatis dengan Auto Recloser.

Gangguan Permanen adalah:

Gangguan yang tidak hilang dengan sendirinya, sedangkan untuk pemulihan diperlukan perbaikan, misalnya kawat SUTT putus.

Gangguan sistem dapat bersifat controllable (dalam pengendalian O&M) dan uncontrollable (diluar pengendalian O&M).

Gangguan non sistem

PMT terbuka tidak selalu disebabkan oleh terjadinya gangguan pada sistem, dapat saja PMT terbuka oleh karena relai yang bekerja sendiri atau kabel 19ontrol yang terluka atau oleh sebab interferensi dan lain sebagainya.

Gangguan seperti ini disebut gangguan bukan pada sistem, selanjutnya disebut gangguan non–sistem (sisi sekunder).

(29)

• kerusakan komponen relai, • kabel kontrol terhubung singkat,

• interferensi / induksi pada kabel kontrol.

Gambar 2-1 Jenis Gangguan yang Ditindaklanjuti Pemeriksaan

System faultactive incorrectly clear adalah gangguan aktif yang ditandai dengan, - sistem proteksi tidak selektif dalam mengisolir gangguan

- Clearing time sistem proteksi tidak sesuai dengan SPLN

- Sistem proteksi tidak bekerja pada saat dibutuhkan

System faultpassive incorrectly clear adalah bekerjanya sistem proteksi yang tidak sesuai dengan yang diharapkan yang ditandai dengan,

- Ketidakstabilan sistem (Power swing)

- Kenaikan dan penurunan tegangan

- Kenaikan dan penurunan frekuensi

- Pembebanan yang berlebih

Pengujian/pemeriksaansetelah gangguan yang dimaksud disini adalah

pengujian/pemeriksaan yang dilakukan setelah terjadihal-hal sebagai berikut. Gangguan

Gangguan Sistem Gangguan Non Sistem

Contoh : - Mala kerja rele - Tekanan gas SF6 PMT rendah - DC Ground - Tele proteksi malakerja Aktif Contoh : - Petir - Crane - Isolator pecah - Konduktor putus - Layang – layang - Pohon, dsb Terisolir dengan benar Tidak terisolir dengan benar Terisolir dengan benar Tidak terisolir dengan benar Unjuk Kerja sistem proteksi Jenis gangguan Kegagalan sistem proteksi Harus ditindaklanjuti Pasif Contoh : - Beban lebih - Ayunan daya - Frekuensi lebih / kurang - Tegangan lebih / kurang, dsb.

(30)

 Gangguan yang disebabkan karena kerusakan peralatan yang berhubungan dengan sistem proteksi penghantar.

Gangguan yang disebabkan malakerja sistem proteksi baik yang bersifat system fault maupun non system fault

Pemeliharaan setelah terjadi gangguan tergantung dari tindaklanjut yang dilakukan dengan mengacu pada tabel berikut.

Tabel 2-2 Acuan Pemeliharaan Pasca Gangguan sistem dan non sistem

No Penyebab

Gangguan Tindak Lanjut Pemeliharaan yang Dilakukan

1. Kerusakan

Peralatan

Penggantian CT Pemeriksaan rangkaian arus

Penggantian CVT/PT

Pemeriksaan rangkaian tegangan

Penggantian PMT Pemeriksaan rangkaian kontrol dan proteksi

Penggantian Relai Pengujian Individu Pengujian Intertrip Pengujian Fungsi

2. Malakerja

Sistem Proteksi

Resetting Relai Pengujian Individu

Pengujian Comtrade file gangguan Perubahan

Logic Relai

Pengujian Fungsi

Pengujian Intertrip (bila melibatkan teleproteksi)

Pengujian Comtrade file gangguan Pemeriksaan

sistem proteksi

Pengujian Individu Pengujian Intertrip (bila

menggunakan skema teleproteksi) Pengujian Fungsi

Inspeksi sesudah pemeliharaan shutdown testing

Setelah selesai melakukan pemeliharaan,sebelum proses penormalan regu pemeliharaan proteksi diwajibkan untuk melakukan inspeksi terhadap

1. ceklist rangkaian arus dan tegangan 2. ceklist catu daya dan rangkaian tripping

(31)

3. ceklist rele proteksi (setting, logic, binary input, led indicator,tanggal dan waktu, fungsi selector switch

4. ceklist rangkaian control dan status PMT / DS /

Inspeksi ini berupa check list dilaksanakan dengan tujuan untuk menghindari kesalahan setelah dilakukan pemeliharaan.

3.

EVALUASI HASILPEMELIHARAAN

Pemeliharaan peralatan proteksi bay penghantar yang telah dilaksanakan perlu dievaluasi dan dianalisa dengan mengacu pada standar yang berlaku sesuai dengan dengan metode pemeliharaannya.

3.1

Pemeliharaan In Service Inspection

Pemeliharaan in service inspection dilaksanakan berdasarkan tabel di bawah ini.

Tabel 3-1 Acuan Standar Pemeliharaan In Service Inspection

Item inspeksi Standar

I. Kondisi Lingkungan: Ruangan Proteksi dan kontrol

1 Suhu Ruangan 200- 240C

2 Kelembaban < 70 %

II. Kondisi Umum Panel Proteksi / Kontrol

1 Kondisi dalam Panel Bersih

2 Lampu Penerangan Terang

3 Heater Ada, baik

4 Pintu Panel Tidak korosi

5 Door Sealant Baik, elastic

6 Lubang Kabel Kontrol Tertutup rapat

7 Suara Tidak ada

8 Bau Tidak berbau

9 Grounding Panel Ada, terhubung baik

10 Terminasi Wiring Kencang, tidak karatan

(32)

III. Kondisi Relai Proteksi dan Kontrol

1 Relai Line Current Diferensial Normal, LED in

service nyala

2 Relai Distance & DEF Normal, LED in

service nyala

3 OCR/GFR Normal, LED in

service nyala

4 50G & 67G Normal, LED in

service nyala

5 50SG & 64V Normal, LED in

service nyala

6 OVR dan UVR Normal, LED in

service nyala

7 OLS Normal, LED in

service nyala

8 Trip Circuit Supervision 1 LED/bendera tidak

muncul

9 Trip Circuit Supervision 2 LED/bendera tidak

muncul

10 UFR / OFR Normal, LED in

service nyala

11 Autoreclose switch Normal, sesuai

scheme

IV. Kondisi Alat Ukur & Indikasi

1 Ampere Meter R, S, T Normal, terbaca

2 KV Meter R, S, T Normal, terbaca

3 MW Meter Normal, terbaca

4 Mvar Meter Normal, terbaca

5 kWh Meter Normal, terbaca

6 Discrepancy Switch Normal, menyala pada

kondisi tidak sesuai

7 Announciator Lampu Normal, menyala pada

(33)

3.2

Pemeliharaan In Service Measurement

Pemeliharaan in service measurementdilaksanakan berdasarkan tabel berikut.

Tabel 3-2 Acuan Standar Pemeliharaan In Service Measurement

No Item Relai Proteksi Acuan

1 Line current differential relai Arus restraint harus terukur pada kedua sisi CT ketika operasi berbeban.

Arus diferensial harus relatif nol ketika operasi berbeban normal minimum 10%. (dilakukan setiap fasa)

2 Distance relai Arus dan tegangan masing-masing fasa

harus terukur dan relatif sama besar ketika kondisi operasi berbeban.

3 DEF Arus 3I0 dan tegangan 3V0 harus terukur

relatif nol ketika kondisi operasi berbeban

4 50SG & 50G Arus 3I0 harus terukur relatif nol ketika

kondisi operasi berbeban.

5 OCR Arus masing-masing fasa harus terukur dan

relatif sama besar ketika kondisi operasi berbeban.

6 GFR Arus 3I0yang masuk ke kumparan Ground

Fault harus terukur relatif nol ketika kondisi operasi berbeban.

7 64V Tegangan 3V0 yang masuk ke relai harus

terukur relatif nol ketika kondisi operasi berbeban.

8 OVR/UVR Tegangan harus terukur ketika kondisi

operasi.

9 UFR/OFR Tegangan harus terukur ketika kondisi

operasi.

10 Meter Arus dan tegangan masing-masing fasa

harus terukur dan relatif sama besar ketika kondisi operasi berbeban.

11 OLS Arus masing-masing fasa harus terukur dan

relatif sama besar ketika kondisi operasi berbeban.

(34)

12 Catu daya DC di panel proteksi

Besaran tegangan DC yang diukur harus

sesuai dengan tegangan nominal

rele/tripping coil PMT.

Ripple tegangan DC yang diukur maksimal 2% dari tegangan nominal DC supplay.

3.3

Pemeliharaan Shutdown Testing/Measurement

Di bawah ini beberapa akurasi untuk beberapa jenis relai proteksi.

- Elektromekanik : impedansi ± 10 %, arus ± 10 %, waktu kerja ± 5 %

- Elektrostatik : impedansi ± 10 %, arus ± 5 %, waktu kerja ± 5 %

- Numerik/Digital : impedansi ± 10 %, arus ± 5 %, waktu kerja ± 5 % Untuk waktu kerja instantaneous:

Level tegangan 500kV dan 275kV = maks 20 ms Level tegangan 150kV = maks 30 ms

Level tegangan 70kV = maks 35 ms

3.4

Pemeliharaan Shutdown Function Check

Pemeliharaan yang dilaksanakan antara lain:

3.4.1 Pengujian Lama Waktu Pemutusan Gangguan

Pengujian fungsi trip PMT disesuaikan dengan skema yang diterapkan dan mengacu kepada grid code untuk masing-masing tingkat tegangan. Yang perlu diperhatikan adalah lamanya waktu kerja relai sampai dengan PMT trip. Durasi ini disebut dengan fault clearing time (lama waktu pemutusan). Maksimum waktu pemutusan ini berdasarkan grid code dibedakan berdasarkan tingkat tegangan berikut.

 Sistem 500 kV : 90 ms

 Sistem 275 kV : 100 ms

 Sistem 150 kV : 120 ms

 Sistem 70 kV : 150 ms

Pengujian lama waktu pemutusan dilakukan dengan cara mensimulasikan gangguan di zona kerja relai proteksi kemudian input status PMT digunakan sebagai input untuk menghentikan timer alat uji. Waktu trip relai yang terukur adalah lama waktu pemutusan.

(35)

3.5

Pengujian/Pemeriksaan Setelah Gangguan

Pengujian/pemeriksaandilaksanakan setelah terjadi gangguanberdasarkan tabel berikut.

Tabel 3-3 Pengujian/PemeriksaanSetelah Gangguan Penyebab

Gangguan

Pemeliharaan yang

Dilakukan Standar

Penggantian CT Pemeriksaan rangkaian arus

Penunjukan arus terlihat pada amperemeter di panel kontrol dan pada relai.

Penggantian PT/CVT

Pemeriksaan rangkaian tegangan

Tegangan voltmeter terukursebanding dengan penunjukan di panel kontrol dan terukur/terbaca normal pada relai. Penggantian

PMT

Pemeriksaan rangkaian kontrol dan proteksi

Fungsi open/trip dan close serta autoreclose berfungsi dengan baik. Penggantian

Relai

Pengujian Individu Hasil uji sesuai dengan standar yang

tertuang pada poin 3.3

Pengujian Intertrip Hasil uji berfungsi dengan baik.

Pengujian Fungsi PMT PMT trip sesuai fasa

Resetting relai Pengujian Individu Hasil uji sesuai dengan standar yang

tertuang pada poin 3.3 Perubahan

Logic

Pengujian Fungsi Fungsi intertrip dan fungsi autoreclose

bekerja sesuai dengan skema terpasang.

Pengujian Intertrip (bila melibatkan teleproteksi)

Fungsi intertrip bekerja sesuai skema

Pengujian Comtrade file gangguan

Pada saat pengujian comtrade file, relai merespon sesuai dengan yang diharapkan

Pemeriksaan sistem proteksi

Pengujian Individu Hasil uji sesuai dengan standar yang

tertuang pada poin 3.3

Pengujian Intertrip Fungsi intertrip bekerja sesuai skema

(36)

4.

REKOMENDASI HASIL PEMELIHARAAN

Setelah melaksanakan pemeliharaan peralatan proteksi bay penghantar, hasil-hasil pengujian dan pengukuran yang dilakukan berkenaan dengan bagian 2 tersebut diatas, dievaluasi dan dianalisis berdasarkan standar yang dibahas pada bagian 3.

Adapun analisis dan tindak lanjut yang akan diambil harus merupakan suatu keputusan yang tepat agar kinerja seluruh sistem proteksi bay penghantar bekerja dengan baik saat dibutuhkan, yaitu: andal dan selektif.

Apabila hasil pemeriksaan menunjukkan kondisi yang mirip dengan tabel di bawah, maka dapat diberikan rekomendasi sebagai berikut.

4.1

In Service Inspection/Inspeksi dalam Keadaaan Operasi

Tabel 4-1 In Service Inspection

No Pemeriksaan Kondisi Rekomendasi

1. Kebersihan bagian

luar dan dalam kubikel/panel

kotor Bersihkan dengan metode

kering

2. Lampu Penerangan

Panel

Redup tidak sesuai K3, mati, tidak ada

Periksa Perbaiki Ganti Lampu

3. Suhu ruangan > 24°C Periksa kondisi lingkungan

ruangan

Periksa & perbaiki AC

4. Kelembaban ruangan > 70 % Periksa kondisi lingkungan

ruangan

Periksa & perbaiki AC Pasang Dehumidifier

5. Heater Rusak Perbaiki & ganti

6. Bau Berbau Cari dan tindaklanjuti

7. Suara Suara tidak normal Cari dan tindaklanjuti

8. Lubang Kabel Kontrol Tidak tertutup Tutup lubang

9. Pintu panel Korosi, tidak bisa ditutup

rapat, tidak bisa dikunci

Perbaiki

(37)

Tabel In Service Inspection (lanjutan)

No Pemeriksaan Kondisi Rekomendasi

11. Grounding panel Korosi

Rantas, Kendor, Putus, Hilang

Perbaiki Ganti

12. Terminasi Kabel Korosi

Kendor Panas dengan menggunakan termo visi Perbaiki Ganti

13. Kabel Kontrol Terkelupas Ganti

11. MCB panel proteksi dan kontrol

Trip

Hangus/rusak

Periksa & naikkan MCB Ganti

12. Lampu indikator suplai DC relai proteksi

Padam Periksa Supplai DC

Periksa card DC Supply Ganti modul relai Ganti relai 13. Tampilan/displai relai

proteksi

Tidak menunjuk Periksa

Ganti modul relai Tindaklanjuti

Koordinasi dengan regu pemeliharaan

14. Relai TCS Bekerja

Periksa rangkaian tripping Periksa kondisi TCS

15. Relai Autoreclose Tidak bekerja Periksa dan tindaklanjuti

16. Relai cek sinkron Tidak bekerja Periksa input tegangan

Periksa relai Tindaklanjuti 17. Saluran Komunikasi Telecommunication Fail Periksa input sinyal

(38)

No Pemeriksaan Kondisi Rekomendasi

Koordinasi dengan regu pemeliharaan

18. Sinkronisasi Waktu Tidak sinkrondengan

Master Clock Tidak menunjuk

Periksa pengawatan Periksa antena

Periksa GPS & perbaiki

19. Switch discrepancy

PMT

Lampu tidak nyala Macet

Periksa lampu & perbaiki Perbaiki

20. Switch discrepancy

PMS Bus

Lampu tidak nyala Macet

Periksa lampu & perbaiki Perbaiki

21. Switch discrepancy

PMS Line

Lampu tidak nyala Macet

Periksa lampu & perbaiki Perbaiki

22. Switch/ kunci sinkron Macet Perbaiki

23. Ampere Meter Tidak menunjuk

Penunjukan tidak sesuai

Display padam (digital)

Periksa rangkaian arus, catu daya DC

Periksa setelan tap meter, kalibrasi meter

Periksa catu daya DC Ganti

24. Volt Meter Tidak menunjuk

Penunjukan tidak sesuai

Displai padam (digital) Sakelar Pilih rusak

Periksa rangkaian tegangan, catu daya DC Periksa setelan tap meter, kalibrasi meter

Periksa catu daya DC Ganti 25. MW Meter dan MVAR Meter Tidak menunjuk Penunjukan tidak sesuai

Displai padam (digital)

Periksa rangkaian arus & tegangan, catu daya DC Periksa setelan tap meter, kalibrasi meter

(39)

No Pemeriksaan Kondisi Rekomendasi

Ganti 26. Annunciator dan

lampu indikator

Lampu padam

Alarm tidak bunyi

Periksa wiring/lampu Ganti lampu

Periksa wiring,kondisi aux relai&kondisi horn

4.2

In Service Measurement

Tabel 4-2 In Service Measurement No Item Relai

Proteksi

Kondisi Rekomendasi

1 Line current

differential relai

Arus restraint tidak terukur pada kedua sisi CT ketika operasi berbeban.

Arus diferensial relatif tidak nol ketika operasi berbeban normal minimum 10%.

(dilakukan setiap fasa)

Periksa rangkaian input arus relai proteksi

2 Distance relai Arus dan tegangan tidak

terukur ketika operasi

berbeban

Periksa rangkaian input arus dan tegangan

3 DEF Arus 3I0 dan tegangan 3V0

harus terukur relatiftidak nol

ketika kondisi operasi

berbeban.

Periksa rangkaian input arus dan tegangan

4 50SG & 50G Arus 3I0 harus terukur relatif

tidak nol ketika kondisi operasi berbeban.

Periksa rangkaian input arus

5 OCR Arus masing-masing fasa

harus terukur dan relatif tidak sama besar ketika kondisi operasi berbeban.

Periksa rangkaian input arus

6 GFR Arus 3I0 yang masuk ke

kumparan Ground Fault

terukur relatif tidak nol ketika kondisi operasi berbeban.

(40)

No Item Relai Proteksi

Kondisi Rekomendasi

7 64V Tegangan 3V0 yang masuk

ke relai terukur relatif tidak nol ketika kondisi operasi berbeban.

Periksa rangkaian input

tegangan

8 OVR/UVR Tegangan tidak terukur

ketika kondisi operasi.

Periksa rangkaian input

tegangan

9 UFR/OFR Tegangan tidak terukur

ketika kondisi operasi.

Periksa rangkaian input

tegangan

10 Meter Arus dan tegangan

masing-masing fasa tidak terukur dan relatif tidak sama besar

ketika kondisi operasi

berbeban.

Periksa rangkaian input arus & tegangan

11 OLS Arus masing-masing fasa

tidak terukur dan relatif tidak sama besar ketika kondisi operasi berbeban.

Periksa rangkaian input arus

12 Catu daya DC Besaran tegangan catu daya

DC di panel proteksi tidak terukur ataupun tidak sesuai dengan tegangan nominal rele/tripping coil PMT

Periksa rangkaian catu daya di panel proteksi

Periksa MCB yang men-supplay panel proteksi

Koordinasikan dengan regu pemeliharaan batere

4.3

Shutdown Testing/Measurement

Tabel 4-3 Shutdown Testing/Measurement

No Pemeriksaan Kondisi Rekomendasi

1. Distance Relay

Akurasi impedansi < akurasi Relai elektromekanik:

Kalibrasi (tuning) Ganti relai

Relai elektrostatik / numerik: Periksa card,

(41)

No Pemeriksaan Kondisi Rekomendasi

Ganti card/modul - Ganti relai

Akurasi waktu kerja < akurasi Relai elektromekanik:

Kalibrasi (tuning) Ganti relai

Relai elektrostatik / numerik: Periksa card,

Ganti card/modul Ganti relai

SOTF tidak kerja Periksa wiring kontrol, logic,

setting SOTF. Ganti relai 2. Distance Relay

Synchrocheck relai (bila diperlukan)

Tidak kerja Periksa pengawatan tegangan,

logic, setting Synchrocheck

Power Swing Block Tidak kerja Periksa setting PSB

Fungsi VT failure Tidak kerja Periksa pengawatan, logic dan

setting VT minimum. Ganti relai

3. DEF Relai

Akurasi arus < akurasi

Relai elektromekanik: Kalibrasi (tuning) Ganti relai

Relai elektrostatik / numerik: Periksa card,

Ganti card/modul - Ganti relai

(42)

No Pemeriksaan Kondisi Rekomendasi

Ganti relai

Relai elektrostatik / numerik: Periksa card,

Ganti card/modul Ganti relai

4. Relai Line Current Differential

` Akurasi arus kerja < akurasi Pemeriksaan/Ganti modul/Ganti

relai Akurasi waktu kerja

Stability test

< akurasi

Tidak stabil

Pemeriksaan/Ganti modul/Ganti relai

Pemeriksaan wiring rangkaian arus

5. Pilot Wire Differential Protection

Akurasi arus kerja dan arus reset

< akurasi Pemeriksaan/Ganti modul/Ganti relai

Akurasi waktu kerja < akurasi Pemeriksaan/Ganti modul/Ganti

relai 6. OCR/GFR

Arus pick up dan drop off < akurasi Relai elektromekanik:

Kalibrasi (tuning) Ganti relai

Relai elektrostatik / numerik: Periksa card,

Ganti card Ganti relai

Waktu kerja < akurasi Relai elektromekanik:

Kalibrasi (tuning) Ganti relai

(43)

No Pemeriksaan Kondisi Rekomendasi

Relai elektrostatik / numerik: Periksa card,

Ganti card Ganti relai 7. DOCR/DGFR

Arus pick up dan drop off < akurasi Relai elektromekanik:

Kalibrasi (tuning) Ganti relai

Relai elektrostatik / numerik: Periksa card,

Ganti card Ganti relai

Waktu kerja < akurasi Relai elektromekanik:

Kalibrasi (tuning) Ganti relai

Relai elektrostatik / numerik: Periksa card,

Ganti card Ganti relai

Sudut kerja < akurasi Pemeriksaan/Ganti modul/Ganti

relai 8. RelaiTegangan

Tegangan pick up dan drop off

< akurasi Pemeriksaan/Ganti modul/Ganti relai

Waktu kerja < akurasi Pemeriksaan/Ganti modul/Ganti

(44)

No Pemeriksaan Kondisi Rekomendasi

9. Relai Frekuensi

Frekuensi kerja < akurasi Pemeriksaan/Ganti modul/Ganti

relai

Waktu kerja <akurasi Pemeriksaan/Ganti modul/Ganti

relai 10. Relai OLS

Arus pick up < akurasi Relai elektromekanik:

Kalibrasi (tuning) Ganti relai

Relai elektrostatik / numerik: Periksa card,

Ganti card Ganti relai

Link telekomunikasi Link

telekomunikasi putus

Periksa peralatan TP, Perbaiki

Ganti

Waktu kerja < akurasi Relai elektromekanik:

Kalibrasi (tuning) Ganti relai

Relai elektrostatik / numerik: Periksa card,

Ganti card Ganti relai

(45)

4.4

Shutdown Function Check

Tabel 4-4 Shutdown Function Test

No Pemeriksaan Kondisi Rekomendasi

1. Fault clearing time >standar waktu

tegangan jaringan

Periksa dan tindak lanjuti hasil uji individu relai/aux/lock out/koordinasikan dengan petugas pemeliharaan PMT 2. Uji fungsi trip PMT PMT tidak trip

PMT trip tidak sesuai fasa

Periksa kontak output relai atau periksa level tegangan DC.

Periksa pengawatan tripping dari relai ke PMT dan

lockout/master trip, Auxilary relay

Koordinasikan dgn petugas pemeliharaan PMT.

3. Uji fungsi reclose Reclose tidak bekerja dengan baik.

Periksa logicdan setting relai dan autorecloser.

Periksa kondisi status binary input relai dan autorecloser. Periksa kontak close dari relai dan autoreclose serta periksa level tegangan DC Periksa pengawatan. Periksa waktu kerja Fasadiscrepancy relai di PMT.

4. Uji fungsi intertrip Tidak bekerja normal Pemeriksaan point to point untuk sinyal sending/receive dari relai ke relai

Pemeriksaansetting dan logic relai Distance relay numerik. Koordinasikan dengan petugas pemeliharaan peralatan telekomunikasi. Ganti modul relai

(46)

5. Uji fungsi

annunciator dan alarm

Audible Alarm tidak bunyi

Lampu tidak nyala

Pemeriksaan kondisi Alat Periksa pengawatan Alat Pemeriksaan kondisi lampu Pemeriksaan pengawatan annunciator dan auxiliary relay

(47)

Lampiran 1 TABEL PERIODE PEMELIHARAAN PROTEKSI DAN KONTROL PENGHANTAR

KODE SUBSISTEM ITEM PEKERJAAN

H A R IA N M IN G G U A N B U L A N A N 3 B U L A N 1 T A H U N 2 T A H U N 6 T A H U N K O N D IS IO N A L KETERANGAN

15 Proteksi dan Kontrol Penghantar 15.1 Inspeksi

15.1.1 Inspeksi level -1 ( In service inspection) Peralatan Proteksi Utama

15.1.1.1 Distance Relay + DEF Pengecekan kesiapan Distance Relay + DEF

15.1.1.2 Current Differential Relay Pengecekan kesiapan Current Differential Relay

15.1.1.2 Pilot Differential Cable Relay Pengecekan kesiapan Pilot Differential Cable Relay

Peralatan Proteksi Cadangan

15.1.1.3 OCR/GFR Pengecekan kesiapan OCR/GFR

15.1.1. Relay breaker failure Pengecekan kesiapan Breaker Failure Relay

Relay skeme khusus

15.1.1.4 Under/Overvoltage Relay Pengecekan kesiapan Under/Overvoltage Relay

15.1.1.5 Overload Shedding Pengecekan kesiapan Overload Shedding

(48)

KODE SUBSISTEM ITEM PEKERJAAN H A R IA N M IN G G U A N B U L A N A N 3 B U L A N 1 T A H U N 2 T A H U N 6 T A H U N K O N D IS IO N A L KETERANGAN

Kondisi umum panel proteksi

15.1.1 Suhu, Kelembaban ruangan dan panel Pengukuran suhu dan kelembaban ruangan dan panel

dengan thermometer dan higrometer

15.1.1. Suara Normal/Tidak Normal

15.1.1 Bau Normal/Bangkai/Hangus

15.1.1. Kondisi panel Normal/Kotor/Lembab

15.1.1 Lampu penerangan panel Normal/Redup/Tidak berfungsi/Tidak ada

15.1.1. Heater Normal/Rusak/ Tidak ada

15.1.1 Pintu panel Normal/Korosi/Tidak bisa dikunci/Rusak

15.1.1. Door sealant Normal/Tidak Elastis/Putus/Tidak ada

15.1.1 Lubang kabel kontrol Normal/Tidak rapat/Glen kabel tidak ada

15.1.1. Grounding panel Normal/Korosi/Rantas/Kendor/Tidak ada

Kondisi panas diukur dengan menggunakan thermal image

(49)

KODE SUBSISTEM ITEM PEKERJAAN H A R IA N M IN G G U A N B U L A N A N 3 B U L A N 1 T A H U N 2 T A H U N 6 T A H U N K O N D IS IO N A L KETERANGAN

15.1.1. Terminal wiring Kencang/kendor

15.1.1 Body relay Normal/panas

15.1.1. ACT (ACT jenuh untuk meter) Normal/panas

15.1.1 Inspeksi level -1 ( In service inspection) Kondisi meter pada panel kontrol

15.1.1 Kondisi Amperemeter (R,S,T) Normal/Tidak Normal

15.1.1. Kondisi KV Meter (R,S,T) Normal/Tidak Normal

15.1.1 Kondisi MW Meter Normal/Tidak Normal

15.1.1. Kondisi Mvar Meter Normal/Tidak Normal

15.1.1 KWH Meter IN Normal/Tidak Normal

15.1.1. KWH Meter OUT Normal/Tidak Normal

15.1.1 Kondisi Synchrocheck Relay Normal/Tidak Normal

(50)

KODE SUBSISTEM ITEM PEKERJAAN H A R IA N M IN G G U A N B U L A N A N 3 B U L A N 1 T A H U N 2 T A H U N 6 T A H U N K O N D IS IO N A L KETERANGAN 15.1.2

Inspeksi level -2 ( In service measurement, dilakukan sebelum dan sesudah shutdown Pemeliharaan 2 tahun)

15.1.2. Arus Pemeriksaan besaran arus fasa R, S dan T dengan tangampere

15.1.2. Tegangan Pemeriksaan besaran tegangan fasa R, S dan T pada relay

dan meter

15.1.2. Sumber DC Pengukuran besaran sumber DC di panel proteksi

penghantar

15.1.2. Riple catu daya Pengukuran ripple catu daya di panel proteksi penghantar

15.1.3 Inspeksi level -3 ( Shutdown measurment ) Peralatan proteksi utama

15.1.3.1 Distance relay + DEF Pengujian individu

*)

15.1.3.1 Pengujian fungsi trip, SPAR, TPAR

15.1.3.1 Pengujian fungsi teleproteksi

*)

15.1.3.1 Pengujian fungsi recorder internal (DFR, Event)

*)

15.1.3.1 Fault locator

*)

(51)

KODE SUBSISTEM ITEM PEKERJAAN H A R IA N M IN G G U A N B U L A N A N 3 B U L A N 1 T A H U N 2 T A H U N 6 T A H U N K O N D IS IO N A L KETERANGAN

15.1.3.2 Pengujian fungsi trip, SPAR, TPAR

15.1.3.2 Pengujian fungsi recorder internal (DFR, Event)

*)

15.1.3.2 Pilot Differential Cable Relay Pengujian individu

*)

15.1.3.2 Pengujian fungsi trip, SPAR, TPAR

15.1.3.2 Pengujian fungsi recorder internal (DFR, Event)

*)

Keterangan *) : Inspeksi level -3 ( Shutdown measurment ) Pengujian individu relay jenis digital dan numeric dilakukan 6 tahun.

15.1.3 Inspeksi level -3 ( Shutdown measurment ) Peralatan proteksi cadangan

15.1.3.3 OCR/GFR Pengujian individu

*)

15.1.3.3 Pengujian fungsi trip

15.1.3.3 Pengujian fungsi recorder internal (DFR, Event)

*)

15.1.3 Relay Breaker Failure Pengujian individu

15.1.3 Pengujian fungsi trip

Gambar

Gambar 1-1 Typical Komponen Sistem Proteksi SUTET
Gambar 1-3 Komponen Utama Relai Proteksi
Tabel 1-2 Pola Proteksi Penghantar 500 KV dan 275 KV (TET)SPLN T5.002-2:2010
Gambar 1-4 Prinsip Kerja Skema Perbandingan Arus
+7

Referensi

Dokumen terkait

telah melimpahkan rahmat, taufik dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan karya ilmiah tertulis ini yang berjudul “ Efektivitas Abu Sekam dan Zeolit

a. Menentukan perbuatan-perbuatan yang tidak boleh dilakukan, yang dilarang, dengan disertai ancaman atau sanksi berupa pidana tertentu bagi barang siapa, yang melanggar

Sehubungan dengan itu, saya menyambut baik diselenggarakannya Kontes Robot Pengikut Garis Sederhana se-Kopertis Wilayah I Tahun 2015 bagi mahasiswa pemula dengan harapan

Langkah terakhir dalam penyusunan perencanaan audit kinerja adalah menyusun program kerja audit termasuk rencana pengujian rinci (PKA Pelaksanaan) dan alokasi sumber daya

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui nilai kinerja manufaktur halal pada UMKM Noerlen dengan menggunakan Metode SCOR (Supply Chain Operation Reference dan

Preventive maintenance (pemeliharaan pencegahan) adalah kegiatan pemeliharaan yang dilakukan pada selang waktu yang ditentukan sebelumnya, yang bertujuan untuk

Sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2006 tentang Laporan Keuangan dan Kinerja Instansi Pemerintah dan Instruksi Presiden (Inpres) Nomor 7 Tahun 1999 tentang

Pilih tujuan transfer ke REKENING BNI , kemudian masukkan nomor Virtual Account sebagai nomor tagihan pembayaran4. PILIH TUJUAN TRANSFER YANG