• Tidak ada hasil yang ditemukan

Membangun Daya Tarik Obyek WIsata Melalu

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Membangun Daya Tarik Obyek WIsata Melalu"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

MEMBANGUN DAYA TARIK OBYEK WISATA MELALUI MEDIA ONLINE

Riawan Eko Sriyanto

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Komputer Indonesia Email: riawan24@gmail.com

Abstract. Indonesia with abundant natural wealth and its human resources into a pluralistic country. Indonesia has tremendous potential in the efforts of prospering its people. Through the tourism sector which at any time is always increasing well that can be the main cause in supporting the country's foreign exchange. Tourism plays an important role in the development of various sectors such as economy, politics, culture and others. Thanks to this complexity also makes the future of the State of Indonesia as a country that has tourism potential will grow into the future. Among them as a leading tourist attraction of Indonesia such as Bali, Jogyakarta. Lombok as Indonesia's flagship tourist destination has already attracted the attention and interest of foreign tourists. Nevertheless not always have to rely on the leading attractions in order to help each other community. Can easily complement each other. One of the ways to attract or attract tourists by imitating the concept of promotion and development of existing excellence. The global community that currently has digital (online) can receive information well, indeed the potential of tourism in Indonesia is not only on the exciting tour will gan to the area.

Keywords: Tourism, Tourism Potential, Digital Tourism, Branding Tourism, Digital Branding.

Abstract. Indonesia dengan kekayaan alam yang berlimpah dan sumber daya manusianya menjadi sebuah negara yang majemuk. Indonesia memiliki potensi yang sangat besar dalam upaya mensejahterakan masyarakatnya. Melalui sektor pariwisata yang mana pada setiap saat selalu meningkat dengan baik yang dapat menjadi penyebab utama dalam menunjang devisa negara. Pariwisata sangat berperan dalam perkembangan berbagai sektor seperti ekonomi, politik, budaya dan yang lainnya. Berkat kompleksitas inilah pulalah yang membuat masa depan Negara Indonesia sebagai Negara yang memiliki potensi pariwisata akan tumbuh berkembang ke masa depan. Diantaranya sebagai objek wisata unggulan Indonesia seperti Bali, Jogyakarta. Lombok sebagai tujuan wisata unggulan indonesia sudah lebih dulu menarik perhatian dan minat wisatawan mancanegara. Meski demikian tidak selalu harus bertumpu pada obyek wisata unggulan agar dapat saling membantu masyarakat. Dapat dengan mudah dapat saling melengkapi. Salah satu cara untuk memikat atau menarik wisatawan dengan cara meniru konsep promosi dan pengembangan wisata unggulan yang telah ada. Yang masyarakat global yang saat ini telah berbasih digital (online) bisa menerima informasi dengan baik, memang potensi wisata di indonesia tidak hanya berada pada wisata unggulan saja akan gan ke daerah.

Kata Kunci: Pariwisata, Potensi Pariwisata, Pariwisata Digital, Branding Tourism, Digital Branding.

1. PENDAHULUAN

Pada era globalisasi saat ini, peranan pariwisata harus didukung dengan sumber daya manusia yang berkualitas dan professional. Hal ini disebabkan persaingan dunia pariwisata yang semakin ketat. Keadaan inilah yang mendorong para pelaku wisata untuk menyediakan sarana dan prasarana yang vital dalam dunia

(2)

Indonesia sangat kaya diberbagai sektor, kemajemukannya menimbulkan potensi-potensi yang sebenarnya dapat meningkatkan perekonomian Negara dengan mengoptimalkan sumber daya alam dan sumber daya manusianya, melalui sinergitas yang dilakukan, beberapa sektor seperti pertambangan, perkebunan, peternakan, perdagangan hingga pariwisata merupukan komoditas utama untuk mendongkrak perekonomian Indonesia dalam upaya mensejahterakan masyarakatnya di masa yang akan datang.

Terutama melalui sektor pariwisata, melihat luasnya geografis Indonesia dan kekayaan budaya serta alamnya, menjadi potensi penting yang jika dimanfaatkan dan dikembangkan dengan baik akna mnejadi tulang punggung dari pendapatan devisa Negara. Sudah dimulai sejak tahun 1978 lalu, pemerintah Indonesia berusaha untuk terus mengembangkan dan meningkatkan bidang pariwisata seperti yang telah tertuang dalam TAP MPR No. IV/MPR/1978 yang mengatakan bahwa pariwisata perlu ditingkatkan dan diperluas untuk meningkatkan penerimaan devisa, memperluas lapangan kerja dan memperkenalkan kebudayan. Pembinaan serta pengembangan pariwisata dilakukan dengan tetap memperhatikan terpeliharanya kebudayaan dan kepribadian nasional. Untuk itu perlu diambil langkah-langkah dan pengaturan-pengaturan yang lebih terarah berdasarkan kebijaksanaan yang terpadu, antara lain bidang promosi, penyediaan fasilitas serta mutu dan kelancaran pelayanan.

Pariwisata dapat menjadi jawaban atas masalah-masalah ekonomi dengan meningkatnya pemasukan devisa Negara maupun pendapatan daerah suatu wilayah di Indonesia, pariwisata yang dikenal baik dengan skala international kemudian akan menarik wisatawan dari berbagai Negara akan mengunjungi Indonesia. Sehingga usaha pariwisata menjadi potensi usaha yang sangat baik dalam menunjang perekonomian dalam dan luar negeri. Sektor wisata yang baik kemudian akan menarik minat dunia Internasional yang memiliki erat kaitannya dengan investasi atau penanaman modal asing

sehingga wisatawan mancanegara ini akan melakukan kegiatan bisnis di Indonesia, wisatawan mancanegara yang berdatangan pun akan mendongkrak perbaikan kondisi unit pariwisata itu sendiri, kebutuhan dan selera para wisatawan mancanegara akan memberikan suntikan pengetahuan dan perbaikan menuju standar internasional.

Pariwisata ini pulalah jika ditingkatkan dengan baik melalui innovasi-inovasi yang terus berkembang, dihari depan merupakan potensi bisnis lebih kekal dan memiliki peranan yang besar terhadap pembangunan nasional, berbeda dengan sektor bisnis yang lain seperti agrobisnis, pertambangan, pasar saham, perdaganan, dan lain sebagainya, bisnis pariwisata lebih stabil dalam dinamikannya. Melalui pengengembangan pariwisata suatu daerah akan terdongkrak perkembangan wilayahnya, baik itu infrasutruktur pembangunan fasilitas publik, ekonomi, perkembangan SDM hingga kesejahteraan masyarakatnya. Hal ini tidak lepas dari perkembangan wisata merupakan sinergitas dari berbagai alinea struktural masyarakat, seperti pemerintah, swasta maupun masyarakat terkait.

Sinergitas tersebut merupakan upaya nyata yang harus dilakukan dalam pengembangan pariwisata dengan skala international, setiap pihak tentunya tidak dapat berdiri sendiri begitu saja. Membutuhkan sinergi yang baik diantaranya, dari pemerintah pusat hingga pemerintah daerah, perusahaan-perusahan swasta hingga masyarakat yang tergabung dalma komunitas-komunitas pariwisata seperti Pokdarwis (Kelompok Sadar Wisata) maupun paguyuban lainnya.

(3)

Sedangkan Charles Kaiser Jr. dan Larry E. Helber menjelaskan dalam bukunya bahwa tingkatan perencanaan pariwisata itu dapat dimulai dari suatu pengembangan pariwisata daerah yang mencakup pembangunan fisik dan objek atraksi wisata. Setelah itu kemudian dapat dilakukan, kemudian akan dapat terlihat bagaimana perkembangnan dari jumlah berkunjung wisatawan itu sendiri, apabila ternyata mencapai target yang telah ditentukan kemudian dapat menentukan skala prioritas. Untuk selanjutnya pengembangannya diperlukan untuk pendekatan dengan organisasi pariwisata yang ada, baik itu dengan pemerintah maupun swasta dan pihak-pihak yang terkait dengan harapan dapat mendukung kelanjutan pariwisata dari daerah itu sendiri.

Pemerintah telah mengeluarkan beberapa paket wisata demi tumbuh kembangnya kegiatan pariwisata. Kegiatan itu meliputi promosi, kawasan wisata, produk wisata, dan sumber daya manusia. Semua itu berkat kerja keras pemerintah maupun dukungan masyarakat, walaupun di Indonesia sudah banyak obyek wisata yang belum dikenal dan diketahui oleh wisatawan, obyek itu masih mempunyai potensi bagus dimasa yang akan mendatang.

Strategi-strategi yang telah dibangun, seperti kemitraan, pengingkatan infrastruktur, pengembangan SDM atau pembinaan masyarakat daerah, promosi wisata dapat terus dilakukan sekaligus memperkuat strategi promosi melalui Media online yang saat ini sedang menjadi trend berkembang dimasyarkat global. Penekanan promosi digital dapat menjadi strategi utama yang harus ditingkatkan dalam pengembangan potensi wisata daerah saat ini.

Menurut Freddy Rangkuti, dalam analisis potensi dan daya tarik wisata menggunakan analisis SWOT maka dapat diketahui factor-faktor yang perlu dikembangkan untuk pengembangan sektor pariwisata. Beberapa komponen-komponen yang menjadi dasar dan daya tarik wisata alam meliputi 4 komponen, sebagai berikut:

a. Kekuatan (Strength) yaitu kekuatan yang terletak pada potensi alam

yang besar dan seni budaya yang tinggi, sumber daya manusia yang profesional, akomodasi perhotelan yang baik penduduk yang ramah tamah.

b. Kelemahan (Weaknesses) yaitu segala faktor yang tidak menguntungkan atau merugikan bagi sektor pariwisata. Dalam hal ini berupa kelemahan–kelemahan kurangnya promosi jeleknya pelayanan, keselamatan wisatawan yang tidak terjamin, kurangnya profesionalnya pelaksana pariwisata di lapangan, terbatasnya kendaraan umum ke obyek – obyek wisata. c. Kesempatan (Opportunity) yaitu

semua kesempatan yang ada sebagai akibat kebijakan pemerintah, peraturan yang berlaku, atau kondisi perekonomian nasional atau global yang dianggap dapat memberi peluang bagi pariwisata indonesia untuk tumbuh dan berkembang di masa yang akan datang.

d. Ancaman (Threath) yaitu hal – hal yang dapat mendatangkan kerugian bagi pariwisata, seperti peraturan pemerintah, rusaknya lingkungan, penularan penyakit AIDS, meningkatnya pelacuran dan lain sebagainya.

Sifat analisis SWOT sangat situasional, artinya hasil analisis tahun sekarang belum tentu sama dengan hasil analisis dengan tahun yang akan dating, kecuali kalau semua factor yang mempengaruhi juga berubah. (Freddy Rangkuti, 2006: 14).

2. METODE

(4)

Pendekatan deskriptif juga menggambarkan dan menganalisis data yang dilakukan dengan cara mengumpulkan data berdasarkan kenyataan.

Memilih Responden

Pemilihan responden pada tulisan ini didasari pada beberapa aspek, yaitu orang-orang yang dianggap berdasarkan penilaian mewakili pembahasan. Orang-orang yang dipilih sebagai responden dianggap paling tahu tentang apa yang kita harapkan, atau mungkin dia sebagai penguasa sehingga memudahkan penulis untuk mendapatkan situasi social yang diteliti.

Nantinya data yang berhasil diperoleh akan dikumpulkan oleh penulis dan akan diperiksa kembali bersama denga responden. Pemilihan responden didasari pertimbangan bahwa mereka dianggap penulis paling mengetahui mengenai permasalahan tema pembahasan ini, hal ini dikarenakan responden mengalami dan terkait secara langsung dengan permasalahan.

Teknik Pengumpulan Data

Dalam penyusunan Laporan Karya Ilmiah ini penulis menggunakan metode pengumpulan data yaitu:

a. Observasi

Observasi adalah cara pengumpulan data dengan menggunakan jalan, mengamati, atau mengukur kejadian yang sedang berlangsung. Dengan cara ini data yang diperoleh adalah data factual dan actual, dalam artian data yang dikumpulkam diperoleh pada saat peristiwa berlangsung. (Endar Sugiarto dan Kusmayadi, 2000: 84).

b. Wawancara

Wawancara adalah proses interaksi dan komunikasi antara pengumpulan data dengan responden, sehingga wawancara dapat diartikan sebagai cara mengumpulkan data dengan bertanya langsung kepada responden dan jawaban-jawaban dicatat atau direkam dengan alat perekam. (Endar Sugiarto dan Kusmayadi, 2000:85).

c. Studi Pustaka

Studi pustaka adalah metode pengumpulan data dari buku-buku, booklet, leatfleat, makalah untuk menunjang data yang tidak tersedia. Tahap ini digunakan guna memperoleh data-data yang akurat sebagai pendukung data yang diperoleh dari pengamatan dan wawancara.

Teknik Analisis Data

Setelah data dikumpulkan penulis kemudian menganalisanya. Pada tahap ini data dikumpulkan dan dimanfaat untuk menjawab persoalan yang diajukan dalam perumusan masalah. Teknik data yang digunakan dalam tulisan ini adalah tulisan yang berusaha mendeskrifsikan atau menggambarkan atau melukiskan fenomena yang diteliti dengan sistematis. Factual dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat serta hubungan antar fenomenan yang diselidiki. (Endar Sugiarto dan Kusmayadi, 2000:29).

Dalam hal ini teknik analisis yang digunakan deskriptif kualitatif, karena data-data yang didapat dalam penelitian ini merupakan data yang bersifat deskriptif yaitu data menggambarkan atau melukiskan keadaan obyek penelitian pada masa sekarang dan berdasarkan fakta-fakta yang tampak atau sebagaimana adanya, yang mana data-data dari hasil penelitian dalam bentuk kata-kata.

Adapun langkah-langkah yang akan diambil dalam analisis data dalam penulisan ini adalah sebagai berikut:

1. Tabulasi Data, dalam tahap ini penulis akan mencari seluruh data yang terkait dengan permasalahan yang diangkat dalam penelitian secara umum.

2. Reduksi Data, pada tahap penulis mereduksi kembali data yang telah diperoleh diperoleh dimana data yang sudah dperoleh akan dikoreksi kembali untuk mengurangi data yang kurang penting yang telah di dapat dalam penelitian penulisan ini.

(5)

deskripsikan serta dikaji secara deskriptif kualitatif.

4. Penarikan Simpulan, dalam tahap ini, penulis selalu melakukan uji kebenaran setiap makna yang muncul dari data. 5. Evaluasi, melakukan verifikasi hasil

analisis data dari berbagai sumber, tinjauan pustaka dan responden yang didasarkan pada kesimpulan. Tahap ini berguna untuk menghindari keselahan interprestasi dari hasil seluruh data yang dapat mengaburkan persoalan sebenarnya dari focus tema pembahasan.

3. HASIL DAN PEMBAHASAN

Pariwisata tidak dapat lepas dari subsistem lainya, seperti ekonomi, politik, social budaya dan yang lainnya. Dalam hubungan yang saling keterkaitan ini jika terjadi perubahan tentunya akan memberikan perubahan pada subsitem lainnya.

Potensi wisaya daerah berkembang melalui garis masyarakat, melalui kompetensi dan upaya maksimal masyarakat, yang biasanya dikelola oleh kelompok swadaya masyarakat, LSM atau paguyuban daerah, profit serta strategi pembangunan dan pengembangannya pun dikelola secara bersama, hal ini menjadi salah satu ciri khas masyarakat daerah pedesaan, setiap permasalahan yang terjadi diputuskan dengan cara musyarawah atau kekeluargaan. Hal ini memang terbilang cukup lambat mengingat industry pariwisata masuk dalam ranah bisnis, jika dibandingkan dengan industri wisata yang dikelola oleh swasta, tentunya sangat jauh berbeda perkembangannya. Pihak swasta dikenal dpat lebih baik dalam mengembangkan potensi wisata dari pada masyarakat yang memiliki berbagai keterbatasan, atau lembaga pemerintahan yang memiliki alur kerja kaku dan kurang kreatif.

Dalam Pariwisata, terdapat beberapa pemegang peranan dalam menjalankan system yang ada, pemegang pernana tersebut ialah para penggiat dan pelaku usaha pariwisata yang ada dalam berbagai sector, pada umumnya pemegang peranan ini ialah terdiri dari masyarakat,

pemerintah dan swatsa.. Yang merupakan bagian masyarakat ialah masyarakat umum dalam suatu lingkungan wisata, yang merupakan sebagai pemiliki dari berbagai sumber daya yang merupakan modal pariwisata, seperti kebudayaan dan wahana destinasi. Kemudian juga para tokoh masyarakat, intelektual, LSM, serta media massa. Selanjutnya adalah pemerintah ayng terdiri dari pemerintah pusat, provinsi, kabupaten, kecamatan, kelurahan hingga kepengurusan pemerintahan terendah. Sedangkan pelaku pariwisata dari swasta yakni asosiasi usaha pariwisata serta para pengusaha.

Kita dapat melihat beberapa perbandingan industry wisata yang dikelola masyarakat daerah dengan industri wisata alam maupun buatan yang dikelola oleh swasta di lokasi yang sama, yakni Kabupaten Bandung Barat, pada tahun 2016 wisata yang dikelola pemerintah kabupaten ialah Situ Ciburuy, Goa Pawon dan Curug Malela yang hanya menghasilkan 1,8 jt pengunjung selama setahun, jelas ini sangat berbeda dengan Farmhouse dan Floating Market yang dikelola oleh swasta dnegan rata-rata pertahun setiap wahana wisata ini menghasilkan lebih dari 2 jt pengunjung pertahun. Sedangkan berpindah ke lokasi yang berbeda, objek wisata yang telah diakui UNESCO sebagai warisan Geopark dunia Gunung Api Purba Nglanggeran yang merupakan objek wisata yang dikelola oleh kelompok masyarakat daerah justru mengalami penuruan yang sangat tajam, pada tahun 2014 memiliki 355 ribu pengunjung, kemudian pada tahun 2015 memiliki 235 ribu pengunjung dan pada tahun 2016 penurunan sangat tajam dengan 173 ribu pengunjung.

(6)

Peranan para pelaku industri wisata memang eprlu berkolaborasi secara bersama sama dalam mengahapi industri modern di bidang pariwisata, tentunya perbaikan infrastruktur dengan selera dan kebutuhan wisatawan mancanegara menjadi salah satu acuan utama agar tujuan wisata dapat menjadi bertaraf global.

Beberapa provinsi dengan kategori tujuan wisatawan mancanegara favorit Pada tahun 2016 jumlah wisatawan mancanegara yang mengunjungi Bali berjumlah 4,92 juta orang, baik itu menggunakan transportasi udara maupun transportasi laut, sedangkan beralih ke Raja Ampat pada tahun 2016 wisatawan mancanegara yang mengunjungi objek wisata yang berlokasi di Papua Barat ini berjumlah 30 ribu pengunjung, sedangkan Jogjakarta pada thaun 2016 memiliki kenaikan yang sangat tajam mengingat wisatawan mancanegara yang mengunjungi Jogjakarta lebih dari 2 jt pengunjung sehingga menjadikan Jogjakarta sebagai provinsi sengan wisatawan mancanegara tertinggi kedua setelah Bali.

Kekuatan media digital memang sangat luar biasa saat ini, menurut sebuah statistic, terdapat 46,4 persen dari populasi dunia saat ini merupakan pengguna internet (Internetworldstats, 2015) pertumbuhan ini tentunya akan terus meningkat setiap tahunnya, terutama media sosial dan teknologi mobile yang menjadi salah satu kebutuhan pokok manusia modern sekarang ini. Hal tersebut didukung oleh fakta bahwa lebih dari 1,86 miliar orang menggunakan Facebook, lebih dari 319 juta pengguna aktif Twitter, 600 juta pengguna aktif Instagram, 107 juta pengguna Snapchat dan 1,3 Miliar pengguna Youtubue, (Techno.Okezone.com, 2016) hal ini menunjukan bahwa animo besar masyarkat melalui media sosial merupakan nyata.

Menanggapi hal tersebut, gerakan branding-wisata melalui media internet merupakan cara yang ampuh dan efektif saat ini, selain cost-promotion yang lebih rendah dibandingkan dengan cara konvensional lainnya,

branding-wisata dapat dinyatakan lebih tepat sasaran terhadap target pasar yang dituju.

Dalam menunjang wisatawan mancanegara, jaringan media sosial memiliki pengaruh paling efektif terhadap aktivitas saat ini. Beberapa alasannya ialah: (a) European Travel Monitor menunjukkan bahwa enam dari sepuluh orang Eropa yang berlibur Perjalanan selama 2012 menggunakan internet; (b) TripAdvisor, yang menerima lebih dari 60 juta pengunjung pada setiap bulannya (2011, 2012) dan lebih dari 125 juta ulasan dan pendapat mengenai lebih dari 3,1 juta fasilitas akomodasi, restoran dan tempat wisata (TripAdvisor, 2013) kemudian (c) eMarketer (2013) menemukan bahwa sekitar 163,5 juta orang di AS - lebih dari dua pertiga pengguna internet - adalah pengguna media social.

Fakta lainnya dari pengguna internet dunia ialah dari keseluruhan masyarakat global menggunakan lebih dari 20 aplikasi media sosial atau aplikasi chat sebagai sarana pendukung social networks, virtual communities, chat rooms, dan pod-cast selain bloging, sharing videos & photos. Hal ini tentunya mendukung para wisatawan mancanegara yang mengunjungi suatu objek wisata juga dapat menjadi agen e-word of mouth bagi industri wisata itu sendiri, melalui kemudahan berbagi berbagai konten melalui internet dan media sosial sebagai bentuk digitalisasi ini kemudian menjadi strategi promosi yang menguntungkan bagi usaha pariwisata dengan budget yang serendah mungkin.

Gambar 1 Data Penduduk dan Penggunaan Internet beserta Media Sosialnya Gambar 1.

Data Penduduk

(7)

Meskipun tingginya data data yang disebut diatas, pencapaian upaya perkembangan pariwisata daerah menuju standarisasai global tentu akan sulit dicapai, jika dalam pengembangannya tidak dapat mengaitkan sinergi tiga pemegang peran seperti masyarkat, swasta dan pemerintah. Ketiga pemegang peranan pariwisata ini sangat penting sekali untuk bersinergi dengan memberikan dukungan masing-masing bidang dan saling menunjang dan saling menutupi kekurangan masing-masing guna kesuksesan peningkatan pencapaian yang diharapkan. Sebuah objek wisata seperti Puncak Becici di Bantul, Pulau Padar di Kepulauan Komodo atau beberap wisata buatan di Bandung (Farmhouse, Floating Market dsb.) yang merupakan hasil dari upaya Branding-wisata melalui digital tentu tidak dapat berkembang dengan baik jika tanpa peranan ketiga pemegang peranan tersebut untuk bersinergi. Sehingga pengelolaan dan infrastruktur dapat berjalan dengan baik.

4. KESIMPULAN

Indonesia merupakan Negara yang memiliki keragaman sumber daya manusia dan sumber daya alam, keragaman ini tersebar di seluruh penjuru nusantara (sebutan wilayah Negara Indonesia). Berbagai macam kekayaan ini menjadi suatu hal hal ayng kompleks dan justru menjadi keunggulan bagi Negara Indonesia itu sendiri, mengingat keragaman ini jika dikelola dan dikendalikan dengan baik justru merupakan potensi sumber pendapatan Negara hingga kemudian hari. Potensi tersebut yakni bisnis dibidang pariwisata. Potensi alam seperti tambang memang dapat diandalkan, akan tetapi pada masanya kemudian tambang akan terkuras dan habis, industri agrobisnis pasti akan mengalami pasang surut sehingga disuatu waktu tertentu dapat mengalami penurunan yang akan berdampak buruk bagi pendapatan Negara, akan tetapi berbeda dengan potensi bisnis dibidang pariwisata.

Meskipun akan ada kalanya mengalami penurunan, tetapi bisnis bidang pariwisata akan

cenderung stabil dan positif, selain itu pariwisata merupakan sector yang saling terkait dengan berbagai sektor lainnya, seperti sektor ekonomi, politik, pembangunan, budaya, sosial dan lain sebagainya, sehingga pernanan dari sektor pariwisata ini sangat penting dalam menunjang kesejahteraan dan pembangunan suatu Negara, entah itu pariwisata buatan dengan gaya kontemporer, pariwisata alam, maupun pariwisata dari kebudayaan. Hal ini tidak terlepas dari peranan sektor pariwisata yang maju melibatkan tiga komponen penting yang memegang peranan tersebut. Diantaranya ialah masyarakat, swasta dan pemerintah. Masing-masing memiliki peranan yang sangat penting, Pemerintah mengendalikan regulasi, peningkatan infrasutruktur daerah dan hal terkait dengan tugas pokoknya, swasta yang memiliki inovasi dan keluasan strategi bisnis dapat meningkatkan bisnis pariwisata daerah melalui caranya dan masyarakat sebagai pelaksana operasional.

Meskipun data-data menunjukan bahwa pendapatan Negara (devisa) dalam beberapa tahun kebelakang mengalami perkembangan yang positif, akan tetapi hal tersebut belum sepenuhnya menunjang kemerataan potensi wisata hingga daerah diseluruh Indonesia, hanya tujuan wisata unggulan saja yang memang telah memiliki lisensi objek wisata global atau bermutu internasional sehingga mampu menarik wisatawan mancanegara untuk mengujungi daerah tersebut.

(8)

pemegang pernanan ini juga akan turut tumbuh dalam meng-adaptasikan kebutuhan dan selera pengunjung.

5. REFERENSI

[1] Caraivan, L. (2017). DIGITAL TOURISM : A REVIEW OF TRENDS, 159–162.

[2] Endar Sugiarto dan Kusmayadi. 2000. Metodologi Penelitian Dalam Bidang Kepariwisataan. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.

[3] Fredy Rangkuti. 2006. Analisis SWOT Tehnik Membedah Kasus Bisnis. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.

[4] Getz, D. (1993). Planning for tourism business districts. Annals of Tourism Research, 20(3), 583-600.

http://doi.org/10/1016/0160-7383(93)9011-Q

[5] Luthfi, A. (2017, March 8). Jumlah Terkini Pengguna Facebook hingga Youtube. Okezone.com. Retrieved from https://techno.okezone.com/read/2017/03/ 08/207/1637638/jumlah-terkini-pengguna-facebook-hingga-youtube

[6] Parlov, N., Perkov, D., & Sičaja, Ž. (2016). New Trends in Tourism Destination Branding by Means of Digital Marketing. Acta Economica Et Turistica, 2(2). https://doi.org/10.1515/aet-2016-0012

[7] Prasetya, D., & Rani, M. (2014).PENGEMBANGAN POTENSI PARIWISATA Kabupaten Sumenep, Madura, Jawa Timur (Studi Kasus: Pantai Lombang). Jurnal Politik Muda, 3(3), 412–421.

[8] Pike, S. D. (2005). Tourism Destination Branding Complexity. Journal of Product & Brand Management, 41, 1035–1049.

https://doi.org/10.1016/S0261-5177(02)00005-5

[9] Živković, R., Gajić, J., & Brdar, I. (2014). The Impact of Social Media on Tourism. Proceedings of the 1st International Scientific Conference - Sinteza 2014,

758– 761.

Referensi

Dokumen terkait

Data rekam medis rumah sakit jiwa Banyumas di Ruang Nakula saja pada tahun 2016 schizofrenia terinci merupakan diagnosa pertama terbesar setelah schizofrenia paranoid

Manfaat secara teoritis dalam penelitian ini yaitu untuk pengembangan keilmuan dibidang ekonomi dan bisnis Islam, khususnya dalam pengetahuan strategi scale up

Naskah ini penulis susun dengan sepenuh kemampuan penulis untuk menyelesaikan studi Strata Satu di STMIK AKAKOM Yogyakarta, dengan harapan dapat menjadi motivasi

Hasil penelitian menunjukkan bahwa umur panen berpengaruh nyata pada komponen pertumbuhan (tinggi tanaman, jumlah cabang, jumlah daun) dan hasil tanaman nilam

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah ada hubungan antara faktor internal dan faktor eksternal dengan perilaku konsumen dalam pembelian kerupuk

“(1) Perwalian hanya terhadap anak yang belum berumur 21 tahun dan atau belum pernah melangsungkan perkawinan; (2) Perwalian meliputi perwalian terhadap diri dan harta kekayaan;

Orang itu berkata, "Demi Dia yang mengutus engkau dengan kebenaran, aku tidak dapat mengerjakan shalat dengan cara yang lebih baik selain cara ini. Ajarilah aku bagaimana

Aspek Kelembagaan Sistem Insentif Heterogen Dualisme Sistem Kelembagaan Penyerapan Anggaran sebagai KPI Sektor Publik Korupsi Struktural (Grand Corruption) Masalah Transparansi dan