IDENTIFIKASI MASALAH DALAM PTK A. IDENTIFIKASI MASALAH
Berdasarkan wawancara yang telah saya lakukan dengan Guru Kelas IV SD Negeri 01 Banyuurip, dapat diketahui bahwa permasalahn yang sering muncul dalam pembelajaran adalah sebagai berikut :
1. Dalam mata pelajaran IPA, 8 dari 20 siswa kelas IV (40%) siswa kurang aktif dan memiliki antusias yang tergolong rendah dalam mengikuti pembelajaran yang disebabkan keterbatasan media.
2. Dalam mata pelajaran Bahasa Indonesia, 14 dari 20 siswa kelas IV (70%) kurang dapat mengoptimalkan kemampuan dalam hal mengungkapkan pikiran, perasaan, dan informasi secara lisan dan tertulis dalam bentuk percakapan, petunjuk cerita, dan surat. 3. Dalam mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan, sebagian besar siswa kurang dapat
mengimplementasikan atau menunjukkan sikap terhadap globalisasi di lingkungannya. 4. Dalam mata pelajaran Matematika, 6 dari 20 siswa kelas IV (30 %) kurang dapat
memahami konsep pecahan sehingga nilai ulangannya masih berada di bawah KKM. 5. Siswa kurang antusias dalam mengikuti pembelajaran yang didominasi dengan hafalan.
Bahasa Indonesia Matematika IPA
Persentase Ketidaktuntasan Hasil Belajar Siswa Kelas IV SD Negeri Banyuurip 01
Persentase Ketidaktuntasan Siswa Kelas IV SD Karangayu 03 Semarang
B. ANALISIS MASALAH
Dari serangkaian masalah yang teridentifikasi di atas, masalah yang akan dikaji melalui PTK adalah:
Alasan pemilihan masalah tersebut adalah mengingat bahwa kemampuan mengungkapkan pikiran, perasaan dan informasi merupakan salah satu prasyarat untuk dapat menyampaikan gagasan siswa dalam setiap mata pelajaran dimana setiap siswa harus dapat menyampaikan ide-ide atau gagasan yang berkaitan dengan materi yang sedang dipelajari.
C. AKAR PENYEBAB MASALAH
Berdasarkan hasil wawancara yang telah dilakukan, akar penyebab masalah yang dikaji adalah sebagai berikut:
Dari Guru
Kurangnya adanya motivasi yang diberikan guru kepada siswa untuk bertanya dan menjawab pertanyaan dalam kegiatan belajar mengajar.
Guru hanya menggunakan metode ceramah saat memberikan materi dan cenderung mendominasi kegiatan pembelajaran.
Guru belum menggunakan inovasi dalam pembelajaran
Guru kurang memperhatikan keaktifan siswa pada saat proses belajar.
Dari Siswa
Rendahnya minat dan motivasi belajar siswa dalam mata pelajaran Bahasa Indonesia.
Siswa kurang aktif dalam mengikuti proses pembelajaran.
Kemampuan siswa dalam menyerap materi ajar yang diajarkan sangat rendah.
Dari Alat Peraga dan Sumber Belajar
Guru hanya menggunakan buku panduan sebagai sumber belajar.
Guru tidak menggunakan alat peraga selama proses pembelajaran. DariKBM
Pembelajaran tidak diskenario secara menarik sehingga cepat membuat bosan, serta keadaan kelas yang kurang kondusif karena siswa ribut sendiri.
D. RUMUSAN MASALAH UMUM
E. RUMUSAN MASALAH KHUSUS
1. Apakah melalui pendekatan pembelajaran kooperatif tipe Number Heads Together dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa kelas IV SD Negeri 01 Banyuurip dalam mata pelajaran Bahasa Indonesia?
2. Apakah melalui pendekatan pembelajaran kooperatif tipe Number Heads Together dapat meningkatkan keterampilan guru dalam mengelola pembelajaran dalam mata pelajaran Bahasa Indonesia?
3. Apakah melalui pendekatan pembelajaran kooperatif tipe Number Heads Together dapat meningkatkan hasil belajar dan keterampilan siswa kelas IV SD Negeri 01 Banyuurip dalam mata pelajaran Bahasa Indonesia?
4. ALTERNATIF PEMECAHAN MASALAH
Berdasarkan akar penyebab masalah yang paling mendominasi adalah dari guru. Dari berbagai masalah yang sumbernya guru salah satunya yaitu guru kurang berinovasi dalam mengembangkan pembelajarannya, sehingga siswa kurang aktif. Maka, solusi pembelajaran yang menurut saya sesuai untuk mengatasi masalah tersebut adalah dengan menggunakan pendekatan pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together dengan menggunakan media gambar cerita bersambung.
5. FORMULASI HIPOTESIS TINDAKAN
Dengan menerapkan pendekatan pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together (NHT) maka kualitas pembelajaran Bahasa Indonesia pada siswa Kelas V SD Negeri 01Banyuurip Kecamatan Ngampel Kabupaten Kendal dapat meningkat.
6. RENCANA PERBAIKAN PEMBELAJARAN
1. Membuat perencanaan pembelajaran yang menerapkan pendekatan pembelajaran kooperatif Numbered Heads Together (NHT)
2. Merancang dan mengembangkan skenario pembelajaran sesuai perencanaan. 3. Membuat RPP sesuai skenario pembelajaran yang ada.
4. Menyiapkan sumber belajar dan media pembelajaran.
7. TEMPAT
SD Negeri 01 Banyuurip Kecamatan Ngampel Kabupaten Kendal
8. JUDUL PENELITIAN
PERBANDINGAN NILAI ULANGAN HARIAN KELAS IV
No Nama Siswa
Nilai
Bahasa Ind. Mat. IPA
Nilai KKM Nilai KKM Nilai KKM
1. Irfan Fauzi 60 70 77 65 70 65
2. Muhammad Yusup 62 70 60 65 55 65
3. Romi Setiyo 65 70 58 65 50 65
4. Yudistyo Yuswandi 63 70 55 65 72 65
5. Agung Susanto 69 70 79 65 64 65
6. Aziz Darmawan 68 70 75 65 75 65
7. Dyah Ayu Fatimah 81 70 70 65 62 65 8. Fenna Priskiati 69 70 79 65 78 65 9. Gumilang Ahmad Rifa’i 80 70 82 65 78 65 10. Indah Fibriyani 67 70 78 65 61 65 11. Muhammad Hasanuddin 60 70 59 65 75 65 12. Muhammad Saifudin 67 70 76 65 58 65 13. Muhammad Safi’i 69 70 80 65 76 65
14. Sifa Aulia 78 70 79 65 80 65
15. Sinta Nur Fitriana 53 70 73 65 76 65
16. Sri Agustini 85 70 59 65 63 65
17. Taufik Huda 60 70 70 65 68 65
18. Wildan Taufik 72 70 63 65 60 65
19. Yuniar Pangesti 83 70 77 65 70 65 20. Ika Nurhidayah 68 70 71 65 73 65
Bahasa Indonesia Matematika IPA 0%
10% 20% 30% 40% 50% 60% 70% 80%
Persentase Ketidaktuntasan Hasil Belajar Siswa Kelas IV SD Negeri Banyuurip 01
Persentase Ketidaktuntasan Siswa Kelas IV SD Karangayu 03 Semarang
1. Dalam mata pelajaran Bahasa Indonesia, 14 dari 20 siswa kelas IV (70%) kurang dapat mengoptimalkan kemampuan dalam hal mengungkapkan pikiran, perasaan, dan informasi secara lisan dan tertulis dalam bentuk percakapan, petunjuk cerita, dan surat dan nilai ulangan hariannya tidak mencapai KKM (70).
2. Dalam mata pelajaran Matematika, 6 dari 20 siswa kelas IV (30 %) kurang dapat memahami konsep pecahan sehingga nilai ulangannya masih berada di bawah KKM (65).
DAFTAR NILAI ULANGAN HARIAN BAHASA INDONESIA KELAS IV SD N 01 BANYUURIP KEC. NGAMPEL KAB. KENDAL (KKM : 70)
No Nama Siswa
1. Irfan Fauzi 55 60 65 60 Tidak Tuntas 2. Muhammad Yusup 58 68 60 62 Tidak Tuntas 3. Romi Setiyo 65 63 67 65 Tidak Tuntas 4. Yudistyo Yuswandi 57 68 64 63 Tidak Tuntas 5. Agung Susanto 69 70 68 69 Tidak Tuntas 6. Aziz Darmawan 70 65 69 68 Tidak Tuntas 7. Dyah Ayu Fatimah 79 80 84 81 Tuntas 8. Fenna Priskiati 66 71 70 69 Tidak Tuntas 9. Gumilang Ahmad Rifa’i 78 81 81 80 Tuntas 10. Indah Fibriyani 55 72 74 67 Tidak Tuntas 11. Muhammad Hasanuddin 56 64 60 60 Tidak Tuntas 12. Muhammad Saifudin 66 65 70 67 Tidak Tuntas 13. Muhammad Safi’i 64 71 72 69 Tidak Tuntas
14. Sifa Aulia 77 79 78 78 Tuntas
15. Sinta Nur Fitriana 54 51 53 53 Tidak Tuntas
16. Sri Agustini 78 89 90 85 Tuntas
17. Taufik Huda 54 64 62 60 Tidak Tuntas 18. Wildan Taufik 68 66 82 72 Tuntas 19. Yuniar Pangesti 78 85 86 83 Tuntas 20. Ika Nurhidayah 62 72 70 68 Tidak Tuntas
Jumlah 1705 1404 1425
Rata-rata kelas 85,25 70,2 71,25
No. Nilai Frekuensi Persentase Kategori
1. 50-55 1 5% Tidak tuntas
2. 56-60 3 15% Tidak tuntas
3. 61-65 3 15% Tidak tuntas
4. 66-70 7 35% Tidak tuntas
5. 71-75 1 5% Tuntas
6. 76-80 2 10% Tuntas
7. 81-85 3 15% Tuntas
Jumlah 20 100%
50-55 56-60 61-65 66-70 71-75 76-80 81-85 0
Grafik data nilai ulangan Bahasa Indonesia kelas IV SD Banyuurip
tuntas
Dari penyajian data di atas, menunjukkan bahwa 14 dari 20 siswa (70%) mengalami ketidak tuntasan belajar. Sedangkan 6 siswa (30%) mengalami ketuntasan belajar dalam mata pelajaran Bahasa Indonesia. Adapun nilai terendahnya yaitu 53 dan nilai tertinggi adalah 85 dengan siswa yang memperoleh nilai terbanyak yaitu 7 siswa adalah pada rentangan nilai 66-70. Jika dihubungkan dengan nilai KKM yaitu 65, maka dapat disimpulkan bahwa sebagian besar siswa kelas IV SD N Banyuurip tidak tuntas pada mata pelajaran Bahasa Indonesia dalam mengungkapkan pikiran, perasaan dan informasi secara lisan dan tertulis.
PROSENTASE KETIDAKTUNTASAN
Persentase Ketidaktuntasan = 14
20 x100=70
Persentase Ketuntasan = 6
20 x100=30
Prosentase Ketidaktuntasan Belajar Bahasa Indonesia
tuntas tidak tuntas
DATA KUALITATIF
Berikut adalah skenario wawancara yang telah saya lakukan dengan guru kolaborator: Saya : “Bu, berdasarkan pengalaman yang telah Ibu dapatkan dalam mengajar di
kelas IV SD N 01 Banyuurip, adakah permasalahan yang sering muncul berkaitan dengan kegiatan pembelajaran”
Guru : “Oo, ya, tentu saja hal itu sering saya jumpai. Terutama untuk mata pelajaran yang sebagian besar berisi teori hafalan. Sebagian besar siswa sering merasa bosan untuk mengikuti pelajaran tersebut”
Saya : “Lalu berdasarkan pengalaman yang Ibu dapatkan, mata pelajaran apa sajakah yang sering muncul permasalahan dalam pelaksanaannya?”
Guru : “Sebenarnya banyak ya, mungkin dapat dikatakan hampir pada semua mata pelajaran sering ditemukan kendala dalam pelaksanaannya. Akan tetapi yang paling menonjol adalah pada mata pelajaran IPA, Matematika, dan Bahasa Indonesia. Pada mata pelajaran PKn juga kadang muncul masalah, hanya saja tidak seperti yang terjadi pada mata pelajaran IPA, Matematika, dan Bahasa Indonesia”.
Saya : “untuk mata pelajaran IPA, permasalahan apakah yang sering muncul, Bu?”
Guru : “untuk IPA, permasalahannya adalah pada media dan alat peraga. Keterbatasan media sangat mempengaruhi keefektifan kegiatan pembelajaran sehingga hasil yang dicapai jauh dari harapan. Sedangkan untuk matematika, alat peraga juga menjadi penyebab dari permasalahan yang muncul dalam pembelajaran”
Saya : “lalu, untuk mata pelajaran Bahasa Indonesia, permasalaha apa yang muncul, Bu?”
Guru : “untuk Bahasa Indonesia sebenarnya permasalahan yang timbul adalah masalah umum. Siswa kurang dapat mengungkapkan pikiran, perasaan, ataupun informasi, baik secara tertulis maupun secara lisan. Hal ini merupakan permasalahan mendasar karena kemampuan mengungkapkan pikiran atau gagasan juga diperlukan dalam mata pelajaran yang lain, tidak hanya untuk pelajaran Bahasa Indonesia saja”
Saya : “selain masalah dalam mata pelajaran, adakah masalah yang timbul dari siswa itu sendiri, Bu?”
kegiatan belajar mengajar menjadi terganggu dan tidak kondusif. Selain itu juga, siswa kurang antusias dalam mengerjakan tugas rumah. Kadang ada siswa yang belum mengerjakan tugas rumah dengan berbagai alasan”. Saya :” Apakah dalam mengajar Ibu telah menerapkan pembelajaran inovatif?” Guru :”Saya memang lebih mengutamakan metode ceramah di samping metode
diskusi yang saya lakukan. Setelah kegiatan diskusi, saya memberikan materi yang berkaitan dengan bahan kajian pada pertemuan tersebut”. Saya :”Jika saya mengangkat permasalahan dalam mata pelajaran Bahasa
Indonesia sebagai masalah yang paling urgen untuk dilakukan PTK, bagaimana menurut pendapat Ibu?”
Guru :”Ya, saya seuju dengan pendapatmu. Selain berdasarkan nilai ulangan yang tingkat ketercapaiannya masih sangat rendah, permasalahan yang terjadi dalam mata pelajaran Bahasa Indonesia merupakan masalaha mendasar yang harus segera ditangani karena hal itu juga berkaitan dengan mata pelajaran yang lain”.
Saya “Lalu untuk penanganannya sendiri saya mengambil langkah menggunakan pendekatan NHT karena dengan pendekatan NHT siswa akan terpacu untuk mengungkapkan gagasannya sehingga siswa menjadi terlatih dan terbiasa untuk menyampaikan gagasan yang kemudian dapat meningkatkan kualitas pembelajaran. Bagaimana menurut Ibu?”