• Tidak ada hasil yang ditemukan

hubungan kecerdasaan emosional dan motiv

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "hubungan kecerdasaan emosional dan motiv"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSIONAL DAN MOTIVASI KERJA DENGAN KEPUASAN KERJA GURU

Yelly Rozalinda Dr. H. M. Entang, MA

Dr. H. Djoehana Setyamidjaja, M.Ed

Program Pascasarjana Universitas Pakuan

ABSTRAK

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara kecerdasan emosional dan motivasi kerja secara sendiri dan bersama-sama dengan kepuasan kerja guru. Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri di Kecamatan Pulomerak Kota Cilegon dengan jumlah populasi 103 dan sampel 82 yang diambil secara acak. Analisis data yang dilakukan secara diskripsi dan inferensi berupa uji korelasi. Hasil penelitian menunjukan: terdapat hubungan positif yang sangat signifikan antara kecerdasan emosional dan motivasi kerja secara sendiri dan bersama-sama dengan kepuasan kerja guru dengan koefisien korelasi ry12 = 0,976,

dan persamaan regresi Ŷ = 115,816 + 0,499 X1 + -0,467 X2

Kata kunci : kecerdasan emosional, motivasi kerja, kepuasan kerja guru

A.Pendahuluan

Bangsa Indonesia merupakan bangsa yang besar. Pembangunan yang berlangsung sampai saat ini tidak hanya membangun secara fisik semata, tetapi juga non fisik berupa peningkatan kualitas sumber daya manusia. Dalam persaingan global saat ini, dunia kerja sangat membutuhkan orang yang bisa berfikir untuk maju, cerdas, inovatif dan mampu berkarya dengan semangat tinggi dalam menghadapi kemajuan zaman. Tidak hanya itu, dalam kondisi saat ini peran dari sumber daya manusia sendiri yang mempunyai peran penting dalam suatu lembaga, juga diprioritaskan pada aspek manajerial yang matang dalam pengelolaan organisasi. Berbagai organisasi, lembaga dan instansi berusaha meningkatkan kinerja dari seluruh elemen yang ada dalam organisasi masing– masing dengan tujuan mencapai kelangsungan hidup organisasi. Persaingan di berbagai bidang membuat proses pengelolaan,dan pemeliharaan manajemen organisasi semakin mendapatkan perhatian yang serius dari seluruh elemen yang ada dalam organisasi untuk menciptakan sebuah sistem manajerial yang tangguh dan mampu mengikuti perkembangan saat ini.

(2)

Sumber daya yang dimaksud meliputi sumber daya manusia (kepala sekolah, guru, tenaga administratif dan siswa) dan sumber daya bukan manusia (kurikulum atau sumber belajar, fasilitas dalam bentuk sarana dan pra sarana). Penataan terhadap sumber-sumber daya tersebut perlu dilakukan agar tujuan pendidikan dapat dicapai secara efektif dan efisien.

Kepuasan kerja guru diharapkan memiliki peningkatan dan hubungan dengan program pemerintah, akan tetapi pada kenyataannya kepuasan guru tidak semuanya meningkat kearah positif. Hal ini terlihat dengan masih adanya pola – pola pengajaran, dan pendalaman pelajaran maupun penguasaan kelas yang kurang baik. Keadaan ini masih menjadi pertanyaan, apakah berlaku umum untuk semua sekolah menghadapi kondisi seperti itu atau hanya sebagian sekolah tertentu.

Berdasarkan observasi awal yang di lakukan pada bulan Januari 2014 ditemukan beberapa data yang mengidentifikasi rendahnya kepuasan kerja guru antara lain: sekitar 42,82% guru-guru merasa tidak puas terhadap kebijakan Kepala Sekolah , banyaknya guru yang terhambat dalam kenaikan pangkat dari golongan IVa ke golongan IVb yaitu sekitar 25,12%, daya dukung pemerintah daerah terhadap usaha peningkatan karir guru dan kegiatan perkembangan pendidikan masih rendah, sehingga guru-guru kurang termotivasi untuk perbaikan kariernya, rendahnya penghargaan yang diberikan terhadap guru-guru yang berprestasi baik dari pihak sekolah maupun Dinas Pendidikan yaitu sekitar 32,06%.

Fakta-fakta di atas merupakan indikasi yang dapat menjadi masalah kepuasan kerja guru PNS di lingkungan SMP Negeri di Kecamatan Pulomerak Kota Cilegon. Jika hal ini dibiarkan terus menerus maka dapat menimbulkan ketidak puasan kerja dan mempengaruhi kinerja guru yang akan mengakibatkan semakin menurunnya kualitas pendidikan.

Berdasarkan penalaran-penalaran di atas, di pandang perlu di adakan penelitian tentang kepuasan kerja guru beserta faktor yang berhubungan dengannya, sehingga dapat menemukan kendala-kendala, kelemahan-kelemahan maupun ancaman-ancaman terhadap kepuasan kerja guru.

Berdasarkan latar belakang masalah, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: 1) Apakah terdapat hubungan antara kecerdasan emosiaonal dengan kepuasan kerja guru?, 2) apakah terdapat hubungan antara motivasi kerja dengan kepuasan kerja guru?, 3) apakah terdapat hubungan antara kecerdasan emosional dan motivasi kerja secara bersama-sama dengan kepuasan kerja guru?

B. Kajian Teoritik 1. Kepuasan Kerja

(3)

dengan tingkat kepuasan kerja tinggi menunjukan sikap yang positif terhadap kerja itu; seseorang yang tidak puas dengan pekerjaannya menunjukan sikap yang negatif terhadap pekerjaan itu. karena pada umumnya apabila orang berbicara mengenai sikap karyawan, lebih sering mereka memaksudkan kepuasan kerja. Robbins berpendapat bahwa kepuasan kerja merupakan sikap terhadap satu pekerjaan yang berbeda diantara sejumlah hadiah yang diterima seorang pekerja dan sejumlah keyakinan terhadap yang seharusnya

Menurut Philip & Kevin, kepuasan kerja adalah perasaan senang atau kecewa seseorang yang muncul setelah membandingkan kinerja (hasil) produk yang dipikirkan terhadap kinerja (atau hasil) yang diharapkan. Jika kinerja berada dibawah harapan, pelanggan tidak puas. Jika kinerja memenuhi harapan maka pelanggan puas. Jika kinerja melebihi harapan pelanggan amat puas atau senang

Menurut Panji Anoraga kepuasan kerja adalah suatu sikap yang positif yang menyangkut penyesuaian diri yang sehat dari para karyawan terhadap kondisi dan situasi kerja. Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi kepuasan kerja adalah ; (1) upah, (2) kondisi social, (3) kondisi fisik, dan (4) kondisi psikologis

Menurut Danang Sunyoto Kepuasan kerja adalah perasaan seseorang terhadap pekerjaan yang dilakukannya, yang dapat dipengaruhi oleh berbagai macam faktor, baik itu faktor internal maupun faktor eksternal. Hal ini nampak pada sikap positif karyawan terhadap pekerjaan dan segala sesuatu yang dihadapi dilingkungan kerjanya

Menurut Luthans , kepuasan kerja adalah merupakan reaksi emosi terhadap situasi kerja yang sering di tentukan oleh bagaimana hasil-hasil bisa memenuhi atau melebihi harapan dan mewakili beberapa sikap.. Faktor-faktor yang mempengaruhi kepuasan kerja adalah: a) kerja itu sendiri, b) upah, c) peluang promosi, d) pengawasan, dan e) mitra kerja

Mathis and Jackson dalam Sopiah mendefinisikan kepuasan kerja adalah pernyataan emosional positif yang merupakan hasil evaluasi dari pengalaman kerja. Faktor-faktor yang mempengaruhi kepuasan kerja adalah ; a) pekerjaan itu sendiri, b) gaji, c) pengakuan, d) supervisi, e) kerjasama yang baik dengan rekan kerja, dan f) kesempatan untuk berkembang

Keith Davis, Wexley, dan yuki dalam Mangkunegara mengemukakan kepuasan kerja adalah suatu perasaan yang menyokong atau tidak menyokong diri pegawai yang tidak berhubungan dengan pekerjaannya, maupun dengan kondisi dirinya. Perasaan yang berhubungan dengan pekerjaan melibatkan aspek – aspek seperti upah atau gaji yang diterima, kesempatan pengembangan karir, hubungan dengan pegawai lainnya, penempatan kerja, jenis pekerjaan, struktur organisasi, dan mutu pengawasan.sedangkan perasaan yang hubungan dengan dirinya antara lain umur, kondisi kesehatan, kemampuan, pendidikan.

(4)

2. Kecerdasan Emosional

Sparrow dan knight dalam Stephen Neale , et al, mendefinisikan bahwa Kecerdasan Emosional adalah hal yang biasa dilakukan secara praktis dalam: a) menggunakan informasi emosi diri dan orang lain, b) mengintegrasikan emosi dengan pikiran, c) menggunakan emosi untuk menginformasikan keputusan yang membantu kita memperoleh apa yang diinginkan dari situasi yang mendadak dan dalam kehidupan secara umum

Rob Yeung mendefinisikan bahwa Kecerdasan Emosional adalah sifat kepribadian dalam mengidentifikasi, memahami, dan mengelola suasana hati

(Mood) dan perasaan baik yang ada pada diri sendiri maupun orang lain. Terdapat tiga domain ( wilayah ) dalam Kecerdasan Emosional ,yaitu: a) kesadaran diri (Self Awareness), b) pengarahan diri (Self Direction), c) kemampuan interpersonal

(Interpersonal Savy

Patricia Patton dalam Yatim Riyanto mendefinisikan Kecerdasan Emosional adalah cara pengelolaan emosi secara efektif untuk mencapai tujuan, membangun hubungan yang produktif dengan orang lain dan meraih keberhasilan (di tempat kerja). Faktor-faktor yang mempengaruhi Kecerdasan Emosional mencakup semua sikap atau kemampuan pribadi (Personal Competence), yaitu: a) mengenali emosi diri/kesadaran diri (Self Awerness) yaitu mengenali emosi sewaktu emosi itu terjadi, b) mengelola emosi/pengaturan diri (Self Regulation) yaitu menangani emosi agar dapat terungkap dengan tepat, c) motivasi diri (Self Motivation) yaitu menggunakan hasrat diri yang paling dalam untuk menggerakkan dan menuntun menuju tujuan, d) mengenal emosi orang lain/empati (Social Awerness) yaitu merasakan apa yang dirasakan orang lain serta menumbuhkan hubungan saling percaya, e) membina menerapkan daya dan kepekaan emosi sebagai sumber energi, informasi, koneksi, dan pengaruh yang manusiawi. Faktor-faktor yang mempengaruhi Kecerdasan Emosional adalah a) pemilikan perasaan, b) belajar mengakui, c) menghargai perasaan pada diri dan orang lain serta menanggapinya dengan tepat , d) energi emosi

Menurut Peter Salovey dan Jack Mayer dalam Steven J.Stein dan Howard E.Book, kecerdasan emosional adalah sifat kepribadian dalam mengenali perasaan, meraih dan membangkitkan perasaan untuk membantu pikiran, memahami perasaan dan maknanya serta mengendalikan perasaan secara mendalam sehingga membantu perkembangan emosi dan intelektual . Faktor-faktor yang mempengaruhi kecerdasan emosional adalah: a) aspek pribadi, b) aspek sosial, c) pertahanan dari seluruh kecerdasan, d) akal sehat, e) kepekaan/ afektif

(5)

perasaan diri sendiri, perasaan orang lain, dan kemampuan mengelola emosi dengan baik pada diri sendiri dan dalam hubungannya dengan orang lain.

3. Motivasi kerja

Menurut Judge Robbins, Motivasi adalah kekuatan yang mendorong seorang guru yang menimbulkan dan mengarahkan perilaku

Menurut Danang Sunyoto, Motivasi kerja adalah sebagai keadaan yang mendorong keinginan individu untuk melakukan kegiatan – kegiatan tertentu untuk mencapai keinginannya

Panji Anoraga mendefinisikan motivasi kerja adalah sesuatu yang menimbulkan semangat atau dorongan kerja. Faktor-faktor yang mempengaruhi motivasi kerja adalah : a) Hygiene Factors yang terdiri dari: 1) status, 2) hubungan antar manusia, 3) supervisi, 4) peraturan-peraturan perusahaan dan administrasi, 5) jaminan dalam pekerjaan, 6) kondisi kerja, 7) gaji, 8) kehidupan pribadi. b) motivator (Motivational Factors) yang terdiri dari: 1) pekerjaannya sendiri, 2) prestasi (Achievement), 3) kemungkinan untuk berkembang, 4) tanggung jawab, 5) kemajuan dalam jabatan, 6) pengakuan

Menurut Djaali, motivasi kerja adalah kondisi fisiologis dan psikologis yang terdapat dalam pribadi seseorang yang mendorongnya untuk melakukan aktivitas tertentu guna mencapai suatu tujuan.Faktor-faktor yang mempengaruhi motivasi kerja adalah: a) tugas dalam pekerjaan, b) umpan balik dari pimpinan dan teman sejawat, c) kemampuan diri, d) bersaing mengungguli prestasi kerja orang lain, e) mampu menangguhkan pemuasan keinginan

Stephen Neale at al. mengemukakan bahwa kecerdasan emosional adalah penggunaan pikiran untuk mengelola perasaan ( dan penggunaan perasaan untuk mengelola pikiran ) dalam rangka mengarahkan prilaku. Lebih lanjut Stephen Neale at al. menjelaskan bahwa bentuk-bentuk kebiasaan praktis dalam kecerdasan emosional, terdiri dari: a) menggunakan informasi emosional dari diri sendiri dan orang lain, b) mengintegrasikannya dengan pikiran sendiri, dan c) menggunakannya untuk menginformasikan pengambilan keputusan dalam membantu mendapatkan apa yang di inginkan dari situasi langsung dan dari kehidupan umum

(6)

X1

X2 Y

Ԑ dalam bergaul

Teori Frederick Herzberg dalam Sondang P. Siagian, memberikan kontribusi penting dalam pemahaman motivasi para karyawan/pekerja yang dapat memberikan kepuasan dalam bekerja yang dikenal dengan model dua faktor ( Two Factors) dari motivasi yaitu faktor motivasional (Motivation Factors) dan faktor kesehatan lingkungan kerja (Hygiene Factors). Menurut teori ini faktor motivasional adalah hal-hal pendorong berprestasi yang sifatnya intrinsik ( isi pekerjaan ) yaitu: a) pekerjaan seseorang, b) keberhasilan yang diraih, c) kesempatan bertumbuh, d) kemajuan dalam karir, dan e) pengakuan orang lain. Sedangkan faktor kesehatan lingkungan kerja adalah fator-fakto ang sifatnya ekstrinsik, yaitu: a) status dalam organisasi, b) hubungan dengan atasan, c) hubungan dengan rekan kerja, d) supervisi, e) teknis, f) kondisi kerja, g) sistem administrasi dalam organisasi, dan h) sistem imbalan

Berdasarkan pembahasan tentang teori motivasi kerja yang dikemukakan di atas, dapat di sintesiskan bahwa motivasi kerja guru adalah dorongan dari dalam diri dan rangsangan dari luar diri seseorang guru untuk melakukan pekerjaan dalam mencapai tujuan organisasi.

C. Hipotesis Penelitian

Berdasarkan kajian teoritis dan kerangka berpikir diatas, hipotesis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :1) Terdapat hubungan positif antara kecerdasan emosional dengan kepuasaan kerja guru. 2) Terdapat hubungan positif antara motivasi kerja dengan kepuasan kerja guru.3) Terdapat hubungan positif antara kecerdasan emosional dan motivasi kerja secara bersama-sama dengan kepuasan kerja guru.

D. Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode survei dengan pendekatan korelasional. Penelitian ini bersifat non eksperimen dan data dijaring dengan menggunakan kuesioner yang berbentuk skala. Data dikumpulkan melalui angket Setelah itu menguji linearitas dan homogenitas, dilakukan uji korelasi untuk mengetahui ada tidaknya hubungan antar variabel dilakukan analisis jalur untuk menghitung besarnya hubungan dari variabel bebas dengan variabel terikat.

(7)

Gambar 1. Korelasi model hubungan variabel penelitian Keterangan :

X1 : Kecerdasan emosional

X2 : Motivasi kerja

Y : Kepuasan kerja guru Ԑ : Variabel lain

Sampel dalam penelitian ini adalah guru SMP Negeri di Kecamatan Pulomerak Kota Cilegon yang berjumlah 82 orang dari 103 orang guru yang dipilih secara random sampling. Teknik pengumpulan data menggunakan kuisioner berstruktur, dengan tiga intrumen yaitu : kecerdasan emosional, motivasi kerja dan kepuasan kerja guru. Instrumen di kalibrasi dengan memakai uji validitas dan reliabilitas. Validitas butir diuji dengan menggunakan korelasi Pearson’s Product Moment sedangkan koefisien reliabilitas dihitung dengan rumus Alpha Cronbach. Hasil ujicoba mendapatkan koefisien reliabiltas kecerdasan emosional sebesar 0,972, motivasi kerja sebesar 0,967, dan kepuasan kerja guru sebesar 0,961.

E. Hasil Penelitian

Uji Normalitas Variabel Kepuasan Kerja Guru

Hasil perhitungan normalitas variabel Kepuasan Kerja Guru diperoleh nilai Dn =

0,012, sedangkan D = 0,097, dengan n = 82 dan taraf signifikansi a = 0,05.

Persyaratan normal adalah jika D ≥ Dn dengan demikian variabel Kepuasan Kerja

(8)

Uji Normalitas Variabel Motivasi Kerja

Hasil perhitungan normalitas variabel Kepuasan Kerja Guru diperoleh nilai D = 0,011, sedangkan Dn = 0,097, dengan n = 82 dan taraf signifikansi a = 0,05.

Persyaratan normal adalah jika D≥ Dn dengan demikian variabel Kepuasan Kerja

Guru berasal dari populasi yang berdistribusi normal. Uji Normalitas Variabel Kepuasan Kerja Guru

Hasil perhitungan normalitas variabel Kepuasan Kerja Guru diperoleh nilai D = 0,010, sedangkan Dn = 0,097, dengan n = 82 dan taraf signifikansi a = 0,05.

Persyaratan normal adalah jika D≥ Dn dengan demikian variabel Kepuasan Kerja

Guru berasal dari populasi yang berdistribusi normal. Hasil Pengujian Normalitas

No Dn D Kesimpulan

1

2 0.0120.011 0.0970.097 Berdistribusi normalBerdistribusi normal Syarat normal : D < Dn

Uji Homogenitas Varians Data Kepuasan Kerja Guru atas Kecerdasan Emosional

Homogenitas varians data Kepuasan Kerja Guru atas Kecerdasan Emosional dengan menggunakan uji Barlett. Kriteria pengujiannya adalah terima H0 jika χ2hitung lebih

kecil atau sama dengan χ2

tabel pada taraf signifikansi a = 0,05.

Hasil perhitungan untuk pengujian homogenitas varians Y atas X1 diperoleh χ2 hitung sebesar 27.632 sedangkan χ2 tabel 36.415 Jadi χ2 hitung 27.637 < χ2 tabel 36.415 ( a =

0.05 ) Sehingga H0 diterima dan H1 ditolak. Hal tersebut bermakna bahwa kelompok

data Kepuasan Kerja Guru (Y) atas Kecerdasan Emosional (X1) berasal dari populasi

yang homogen.

Uji Homogenitas Varians Data Kepuasan Kerja Guru atas Motivasi Kerja Homogenitas varians data Kepuasan Kerja Guru atas Motivasi Kerja dengan menggunakan uji Barlett. Kriteria pengujianya adalah terima H0 jika χ2hitung lebih kecil

atau sama dengan χ2

tabel pada taraf signifikansi a = 0,05.

Hasil perhitungan untuk pengujian homogenitas varians Y atas X2 diperoleh χ2 hitung sebesar 21.614 sedangkan χ2 tabel 44.985 Jadi χ2 hitung 21.614 < χ2 tabel 44.985 ( a =

0.05 ) Sehingga H0 diterima dan H1 ditolak. Hal tersebut bermakna bahwa kelompok

data Kepuasan Kerja Guru (Y) atas Motivasi Kerja (X2) berasal dari populasi yang

(9)

Tabel 11 Hasil pengujian Homogenitas. No Pengelompokan Dk χ2

hitung χ2 tabel Kesimpulan

1

Berdasarkan hasil dan pembahasan penelitian yang telah dikemukakan di atas dan sesuai dengan hipotesis yang diajukan sebelumnya, maka dapat ditarik kesimpulan dari penelitian ini sebagai berikut:

1. Terdapat hubungan positif yang sangat signifikan antara Kecerdasan Emosional dengan Kepuasan Kerja Guru, dengan koefisien korelasi ry.1 = 0,938 ( a = 0,01 ).

Berdasarkan analisis regresi sederhana diperoleh persamaan regresi Ŷ = 93,699 + 0,226 X1 yang signifikan, berarti Kecerdasan Emosional dapat memprediksi

secara signifikan terhadap Kepuasan Kerja Guru. Koefisien determinasi r2 = 0,879

( 87,9 %), berarti kontribusi Kecerdasan Emosional sangat tinggi terhadap Kepuasan Kerja Guru.

2. Terdapat hubungan positif yang sangat signifikan antara Motivasi Kerja dengan Kepuasan Kerja Guru, dengan koefisien korelasi ry.2 = 0,976 (a = 0,01).

Berdasarkan analisis regresi sederhana diperoleh persamaan regresi Ŷ = 49,677 + 0,603 X2 yang signifikan, berarti Motivasi Kerja dapat memprediksi secara

signifikan terhadap Kepuasan Kerja Guru. Koefisien determinasi r2 = 0,953 ( 95,3

%), berarti kontribusi Motivasi Kerja sangat tinggi terhadap Kepuasan Kerja Guru.

3. Terdapat hubungan positif yang sangat signifikan antara Kecerdasan Emosional dan Motivasi Kerja secara bersama-sama dengan Kepuasan Kerja Guru, dengan koefisien korelasi ry.12 = 0, 976 ( a = 0,01 ). Berdasarkan analisis regresi sederhana

diperoleh persamaan regresi Ŷ = 115,816 + 0,499 X1 + ( -0,467)X2 yang

signifikan, hal ini menunjukkan bahwa Kecerdasan Emosional dan Motivasi Kerja secara bersama-sama memberikan kontribusi sebesar = 95,3 % kepada Kepuasan Kerja Guru yang berarti mendapat kontribusi sangat tinggi terhadap Kepuasan Kerja Guru

F. Penutup

(10)

Sehubungan dengan hal tersebut, perlu dikemukakan beberapa saran yang dapat peneliti sampaikan. Saran tersebut adalah sebagai berikut :

a. Kepala sekolah harus mampu memberikan kondisi lingkungan yang mendukung terhadap guru agar tercipta kenyamanan pribadi sekaligus untuk memfasilitasi kinerja yang baik.

b. Kepala sekolah senantiasa menempatkan pekerjaan sesuai dengan keahliannya, agar guru termotivasi dalam kinerjanya

c. Kepala sekolah menjembatani adanya harapan akan kesejahteraan untuk guru dalam melaksanakan pekerjaannya lebih baik, akibat dari pelaksanaa kerja sesuai dengan kebutuhan dan dirasakan adil

d. Guru hendaknya mampu meningkatkan kesadaran diri, meliputi kemampuan untuk merefleksikan kehidupan diri sendiri , menumbuhkan dan menggunakan pengetahuan untuk memperbaiki diri serta untuk mengatasi kelemahan.

e. Kemampuan dalam mengelola emosi , guru hendaknya mampu mengaplikasikan dalam mengekspresikan diri secara proporsional.

f. Dalam memotivasi diri dalam menghadapi kemunduran dan kegagalan , guru hendaknya mampu meningkatkan potensi serta mengasah keahlian dalam pekerjaan.

g. Guru diharapkan dapat meningkatkan kompetensi, kecakapan dan kemampuan diri dengan mengikuti pelatihan-pelatihan dan melanjutkan belajar ke jenjang yang lebih tinggi.

h. Guru di upayakan selalu berusaha menjadi yang paling baik diantara yang lainnya.

i. Guru diharapkan dapat mengambil resiko yang moderat dalam tugasnya dengan cara menentukan tujuan yang jelas dalam setiap kegiatan.

(11)

Anwar Prabu Mangkunegara. Managemen sumber daya manusia perusahaan.

Bandung : Remaja Rosdakarya, 2007.

Ari Ginanjar. Rahasia Sukses Membangun Kecerdasan Emosi dan Spiritual.

Jakarta:Arga 2001

Danang Sunyoto. Perilaku Organisasional. Yogjakarta : CAPS, 2013. Djaali. PsikologiPendidikan. Jakarta : PT. Bumi Aksara, 2009.

J. Ravianto, Produktivitas dan Manusia Indonesia. Jakarta: L SIUP, 1985.

Kottler, Philip dan Kevin Lane Keller. Managemen Pemasaran Edisi Ke 12. Terjemahan : Benyamin Molan. Jakarta : PT. Mancanan Jaya Cemerlang, 2007.

Luthan, Organizational Behavior. Mc Graw-Hill Book. Co-Singapore,Singapura, 2005.

Mullins J. Lauire , Management And Organization Behavior: Seventh Edition.

London: Prentice Hall, 2005.

Neale Stephen, Lisa Spencer-Arnell and Liz Wilson, Emotional Intelligence Coaching Improving Performance For Leaders, Coaches And Individual. London and Philadelphia : Kogan Page Limited, 2009.

Panji Anoraga, PsikologiKerja. Jakarta : PT. Rineka Cipta, 2009.

Paul, Hersey and Kenneth H. Blanchard, Management of Organizational Behavior. Englewood Cliffs, New Jersey: Prenctice-Hall, Inc, 1996.

Purwanto. Statistika Untuk Penelitian. Jogjakarta : Pustaka Pelajar, 2011. Riduwan. Dasar – dasar Statistika. Bandung : Alfabeta, 2013.

Reldan S. Nadler, Leading With Emotional Intellegence. New York The Mc. Graw-Hill Companies, Inc. 2011.

Robbins P. Stephen, Organizational Behavior. Englewood Cliffs, New Jersey : Prentice Hall, 1996.

(12)

Routledge, Personality And Intellegence At Work, terjemahan oleh Adrian Furnham. British Library, Psychology Press, 2008.

Sondang P. Siagian. Managemen Sumber daya Manusia. Jakarta : PT. Bumi Aksara, 2008.

Sopiah, Perilaku Organisasi. Jogjakarta : Andi Offsel, 2008.

Stein J. Steven, dan Howard E.Book, Ledakan EQ : 15 Prinsip Dasar Kecerdasan Emosional Meraih Sukses. Bandung : PT. Mizan Pustaka, 2003.

Wexley N. Kenneth and Gary A. Yukl, Perilaku Organisasi dan Psikologi Personalia

terjemahan oleh Muh. Shobaruddin. Jakarta : PT. Rineka Cipta, 2005. Wood Jack, Joseph Wallace and Raschid M. Zeffane. Organizational Behaviour

Global Perspective. Brisbane John Wiley & Sons Australia, Ltd, 2001. Yatim Riyanto, Paradigma Baru Pembelajaran. Jakarta : Kencana Prenada Media

Group, 2009.

Yeung Rob, The New Rules Emotional Intelligence, terjemahan: Sri Isnani Husnayati. Jakarta : publishing one, 2009.

Zeidner, Moshe, Gerald Matthews, And Richard D. Roberts, What We Know About Emotional Intelligence. Massachusetts : Institute of Tehnology, 2009.

Gambar

Tabel 11 Hasil pengujian Homogenitas.

Referensi

Dokumen terkait

Koridor ekonomi pusat kota berfungsi sebagai bagian pusat kegiatan perdagangan/bisnis, pusat kegiatan jasa, dan kegiatan pemerintahan provinsi dan kota dan pusat

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui variabel ekspansi pembiayaan, kualitas pembiayaan, modal penyangga (capital buffer), rasio modal, size, jenis kontrak jual beli

Dari uraian-uraian tersebut, bisa dikatakan bahwa meskipun tidak terdapat kesepakatan di antara para ahli/peneliti, kata makian dapat dilihat dari tanda-tanda sebagai

Tujuan pemantauan kontaminasi udara agar dapat diambil tindakan untuk keselamatan radiasi, bilamana tingkat radioaktivitas α atau β dapat membahayakan personil dan/atau

Lokasi ke-2 diduga memunyai kandungan bahan organik yang lebih tinggi karena terletak dekat dengan daratan Pulau Pasaran yang mempunyai arus rendah sehingga bahan

Dari hal-hal tersebut diatas terlihat bahwa semua syarat terpusat pada satu maksud yaitu penilaian illat yang diakui oleh syar’i. Syarat untuk menemukan illat atau Mas}lah}ah

Berdasarkan hasil penelitian tindakan kelas untuk meningkatkan aktivitas belajar peserta didik kelas V Sekolah Dasar Negeri 17 Rabak dalam pembelajaran ilmu pengetahuan

A tanulmány a statisztikai kapcsolatok mérési ská- la által meghatározott típusai – variancia, korreláció, asszociáció, látencia – mérésének sokváltozós mérő-