• Tidak ada hasil yang ditemukan

LAMPIRAN A GAMBARAN UMUM WILAYAH

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "LAMPIRAN A GAMBARAN UMUM WILAYAH"

Copied!
61
0
0

Teks penuh

(1)

LAMPIRAN A

GAMBARAN UMUM WILAYAH

A. Kota Medan

1. Geografis Kota Medan

Berdasarkan Surat Keputusan Gubernur KDH Tingkat I Sumatera Utara Nomor 140.22/2772.K/1996 tanggal 30 September 1996 tentang pendefitipan 7 Kelurahan di Kotamadya Daerah Tingkat II Medan dan berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 35 tahun 1992 tentang Pembentukan Beberapa Kecamatan di Kotamadya Daerah Tingkat II Medan, secara administrasi Kota Medan dibagi atas 21 Kecamatan yang mencakup 151 Kelurahan. Berdasarkan perkembangan administrative ini Kota Medan kemudian tumbuh secara geografis, demografis dan sosial ekonomis.

Gambar 1. Peta Kota Medan (Pembagian Wilayah Berdasarkan Kecamatan)

(2)

ke utara dan berada pada ketinggian 2,5 - 37,5 meter di atas permukaan laut. Secara administratif, batas wilayah Kota Medan adalah sebagai berikut:

Sebelah Utara : Selat Malaka

Sebelah Selatan : Kecamatan Deli Tua dan Pancur Batu, Kabupaten Deli Serdang Sebelah Barat : Kecamatan Sunggal, Kabupaten

Deli Serdang

Sebelah Timur : Kecamatan Percut, Kabupaten Deli Serdang

Topografi Kota Medan cenderung miring ke Utara dan berada pada ketinggian 2,5 – 37,5 meter diatas permukaan laut. Dari luas wilayah Kota Medan dapat dipersentasekan sebagai berikut:

a) Pemukiman 36,3 %; b) Perkebunan 3,1 %; c) Lahan Jasa 1,9 %; d) Sawah 6,1 %; e) Perusahaan 4,2 %; f) Kebun Campuran 45,4 %; g) Industri 1,5 %; h) Hutan Rawa 1,8 %. 2. DemografisKota Medan

Dari data statistik, pada tahun 2012 diperkirakan jumlah penduduk kota Medan mencapai lebih dari 2.5 juta jiwa. Sebaran penduduk di tiap kecamatan cukup merata dengan sebaran rata-rata 5%. Kecamatan Medan Deli memiliki jumlah penduduk tertinggi sebesar 171.598 jiwa sedangkan kecamatan dengan jumlah penduduk terkecil berada di kecamatan Medan Baru.

Tabel 1. Jumlah Penduduk Kota Medan Tahun 2012

No Kecamatan LAKI-LAKI PEREMPUAN TOTAL

1 MEDAN KOTA 58.494 57.758 116.252 2 MEDAN SUNGGAL 69.838 67.787 137.625 3 MEDAN HELVETIA 84.722 84.176 168.898 4 MEDAN DENAI 96.881 9.165 106.046 5 MEDAN BARAT 49.091 49.155 98.246 6 MEDAN DELI 87.700 83.898 171.598 7 MEDAN TUNTUNGAN 48.098 48.725 96.823 8 MEDAN BELAWAN 62.365 58.860 121.225 9 MEDAN AMPLAS 75.294 73.130 148.424

(3)

No Kecamatan LAKI-LAKI PEREMPUAN TOTAL 11 MEDAN JOHOR 73.875 72.389 146.264 12 MEDAN MARELAN 70.906 67.320 138.226 13 MEDAN LABUHAN 64.068 61.988 126.056 14 MEDAN TEMBUNG 85.923 83.743 169.666 15 MEDAN MAIMUN 30.644 30.414 61.058 16 MEDAN POLONIA 32.415 31.641 64.056 17 MEDAN BARU 26.771 27.389 54.160 18 MEDAN PERJUANGAN 67.134 66.729 133.863 19 MEDAN PETISAH 42.868 44.169 87.037 20 MEDAN TIMUR 65.067 65.479 130.546 21 MEDAN SELAYANG 56.111 54.915 111.026 TOTAL 2.520.127

Sumber: BPS Kota Medan

3. Ketenagakerjaan Kota Medan

Proses pertumbuhan ekonomi merupakan penyebab terjadinya transformasi struktural, yaitu proses pergeseran pertumbuhan sektor produksi dari yang semula mengandalkan sektor primer menuju sektor sekunder. Pergeseran pertumbuhan sektor produksi ini secara langsung juga akan berpengaruh pada perubahan komposisi tenaga kerja dari yang semula bermata pencaharian utama pada sektor perdagangan, hotel dan restoran , bergeser ke sektor industri dan jasa.

Pada tahun 2010, sektor perdagangan mampu menyerap tenaga kerja sekitar 37,87% jiwa dari jumlah tenaga kerja di Kota Medan. Kemudian diikuti oleh sektor keuangan yang mampu menyerap sekitar 24,62% jiwa dari jumlah tenaga kerja. Kemudian juga diikuti oleh sektor industri yang mampu menyerap sekitar 13,16% jiwa dari jumlah tenaga kerja.

Pada tahun 2006, sektor perdagangan, menyerap tenaga kerja sebesar 35,74% jiwa tumbuh menjadi sebesar 37,87% jiwa pada tahun 2010. Hal ini menunjukkan tiap tahunnya sektor perdagangan mengalami peningkatan yang paling banyak dibanding sektor lain.Untuk itu perlu diketahui sektor-sektor perekonomian yang menunjukkan prestasi positif sesuai dengan sektor-sektor yang sama di tingkat nasional, dan mengintrospeksi kembali perencanaan dan strategi pembangunan yang utamanya berkaitan dengan penyerapan tenaga kerja setiap sektor

(4)

ekonominya pada perdagangan. Hal ini ditunjukkan oleh salah satu realita ketenagakerjaan di Indonesia, yaitu mulai berkurangnya minat angkatan kerja muda untuk bekerja di sektor pertanian. Sektor pertanian dianggap kurang mampu memberikan pendapatan yang memadai untuk hidup layak.

Tabel 2. Jumlah Penduduk Kota Medan 15 Tahun ke Atas Yang Bekerja menurut Lapangan Usaha Utama Tahun 2006-2010

4. Ekonomi KotaMedan

Dalam Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi (MP3E) Kota Medan ada dua koridor ekonomi percepatan dan perluasan pembangunan kota Medan yakni Koridor Ekonomi Pusat Kota yang diperluas dengan rencana center business district (CBD) Polonia dan kawasan Utara sebagai pusat pelayanan dan jasa.

Koridor ekonomi pusat kota berfungsi sebagai bagian pusat kegiatan perdagangan/bisnis, pusat kegiatan jasa, dan kegiatan pemerintahan provinsi dan kota dan pusat pelayanan ekonomi meliputi tujuh kecamatan di Pusat Kota Medan antara lain, Medan Polonia, Medan Maimoon, Medan Baru (Kelurahan Darat dan Petisah Hulu), Medan Petisah (Kelurahan Petisah Tengah dan Sekip).

Struktur ekonomi Kota Medan didominasi oleh sektor tersier sebesar 72,53 persen dan sektor skunder sebesar 25,46 persen. Pertumbuhan ekonomi Kota Medan pada tahun 2011 mencapai 7,9 % dan di tahun 2012 ditargetkan pertumbuhan ekonomi mencapai 8.02% (RPJMD Kota Medan 2011-2015).

(5)

Perekonomian di Kota Medan pada tahun 2010 sangat bervariatif. Sektor-sektor yang dominan seperti sektor perdagangan sebesar 26,92%, industri sebesar 14,97%, keuangan sebesar 14,27% dan jasa sebesar10,72% cukup besar pengaruhnya apalagi sektor industri yang tiap tahunnya mengalami kenaikan yang cukup tinggi. Maka dari itu sektor perdagangan yang paling banyak memberikan konstribusinya untuk perekonomian di wilayah Kota Medan dibandingkan sektor lainnya.

*) Target Rencana RPJMD Kota Medan 2011-2015

Gambar 2. Pertumbuhan Ekonomi Kota Medan Tabel 3. Nilai Produk Domestik Regional Bruto Menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Berlaku di Kota Medan

Tahun 2006-2010 (Rp millyar) 5.00% 5.50% 6.00% 6.50% 7.00% 7.50% 8.00% 8.50% 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012*

(6)

Tabel 4. PDRB Perkapita Kota Medan Tahun 2010 Kecamatan PDRB Harga Berlaku (Rp,juta) PDRB Harga Konstan (Rp,juta) Jumlah Penduduk PDRB Perkapita (Rp,juta) Medan Tuntungan 896 374 80.942 11,07 Medan Johor 1.250 519 123.851 10,09 Medan Amplas 2.271 984 113.143 20,07 Medan Denai 1.083 487 141.395 7,66 Medan Area 1.704 736 96.544 17,65 Medan Kota 4.232 1.840 72.580 58,31 Medan Maimun 4.490 1.922 39.581 113,45 Medan Polonia 7.854 3.972 52.794 148,78 Medan Baru 3.510 1.527 39.516 88,81 Medan Selayang 1.082 447 98.317 11,00 Medan Sunggal 2.517 1.114 112.744 22,32 Medan Helvetia 3.624 1.613 144.257 25,12 Medan Petisah 4.322 1.858 61.749 69,99 Medan Barat 17.493 7.013 70.771 247,17 Medan Timur 5.922 2.535 108.633 54,51 Medan Perjuangan 917 397 93.328 9,82 Medan Tembung 1.595 696 133.579 11,94 Medan Deli 11.132 4.899 166.793 66,74 Medan Labuhan 711 300 111.173 6,40 Medan Marelan 661 266 140.414 4,71 Medan Belawan 6.049 2.323 95.506 63,34 KOTA MEDAN 83.315 35.822 2.097.610 39,72

Sumber : Badan Pusat Statistik Kota Medan

Gambar 3. PDRB Perkapita Kota Medan dan Kecamatan Tahun 2010 (Juta/tahun) 0 50 100 150 200 250 300 M ed an Tu nt un ga n M ed an Jo ho r M ed an A m pla s M ed an De na i M ed an A re a M ed an K ot a M ed an M aim un M ed an P olo nia M ed an B ar u M ed an Se la ya ng M ed an Su ng ga l M ed an H elv et ia M ed an P et isa h M ed an B ar at M ed an Tim ur M ed an P er ju an ga n M ed an Te m bu ng M ed an De li M ed an La bu ha n M ed an M ar ela n M ed an B ela w an PD RB P er ka pi ta (R p, Jut a)

(7)

Gambar 4. PDRB Kota Medan Tahun 2006-2010 (Rp Juta)

PDRB Perkapita yang paling besar terdapat di Kecamatan Medan Barat yaitu sebesar 247,17 juta rupiah selama satu tahun. Ini berarti nilai tambah bruto yang mampu dihasilkan per penduduk rata-rata sekitar 247,17 juta rupiah untuk setiap orang. Tempat kedua diduduki oleh Medan Polonia yang memiliki rata-rata perkapita nilai tambah bruto sebesar 148,78 juta rupiah, dan rata-rata PDRB perkapita paling kecil berada di Medan Marelan yaitu sebesar 4,71 juta rupiah.

Pencapaian kinerja pembangunan dari sisi pendapatan menunjukkan hasil yang meningkat dari rencana anggaran yang ditetapkan dalam R.APBD 2010 sebesar Rp. 2.101.631.164.629,- Realisasi yang dicapai pada APBD Tahun 2010 sebesar Rp. 2.298.610.540.072. dengan komposisi sebagai berikut :

- PAD Rp. 541.597.302.961,-

- Dana Perimbangan Rp. 1.287.768.837.167,-

- Lain-lain Pend. Daerah Yang Sah

Rp. 469.244.399.944,-

B. Kota Palembang

1. Geografis Kota Palembang

Kota Palembang terletak pada posisi antara 2°52’ sampai 3°5’ Lintang Selatan dan 104°37’ sampai 104° 52’ Bujur Timur dengan ketinggian rata-rata 8 meter dari permukaan laut.

(8)

400,61 km2 atau 40,061 Ha. Secara administrasi Kota Palembang

berbatasan dengan :

a) Sebelah Utara : Kabupaten Banyuasin. b) Sebelah Timur : Kabupaten Banyuasin.

c) Sebelah Selatan : Kabupaten Ogan Ilir dan Kabupaten Banyuasin.

d) Sebelah Barat : Kabupaten Banyuasin, Kabupaten Muara Enim dan Kabupaten Ogan Ilir. Suhu udara sebagian besar wilayah Kota Palembang berdasarkan data dari stasiun Meteorologi tahun 2010 rata-rata 26,6°C sampai dengan 28,5°C. Suhu udara maksimum terjadi pada bulan Mei yang berkisar 35,7 °C, sedangkan suhu udara minimum terjadi di bulan Desember yang berkisar 21°C.

2. Demografis Kota Palembang

Kota Palembang sebagai Kota Metropolitan dengan jumlah penduduk berdasarkan data agregat kependudukan perkecamatan Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kota Palembang di Januari 2012 sebanyak 1.708.413 jiwa dengan laju pertumbuhan penduduk sebesar 1,76 %.

Jumlah pendudukkota Palembang adalah 1.708.413 jiwa yang terdiri dari 868.197 laki-laki dan 840.216 perempuan. Terhadap jumlah penduduk tersebut masih tampak bahwa penyebaran penduduk Kota Palembang masih bertumpu di Kecamatan Ilir Timur II, Kecamatan Seberang Ulu I dan Kecamatan Sukarami. Tingginya penduduk di tiga kecamatan ini karena di kecamatan tersebut merupakan sentra industri dan sentra pendidikan serta dipengaruhi perbatasan dengan kabupaten lain atau daerah pinggiran kota.

Tabel 5. Jumlah Penduduk Kota Palembang Menurut Kecamatan dan Jenis Kelamin (Januari Tahun 2012)

No Kecamatan Laki-Laki Perempuan Total

1 Ilir Barat II 37.813 36.609 74.422 2 Seberang Ulu I 95.800 92.710 188.510 3 Seberang Ulu II 52.281 50.249 102.530 4 Ilir Barat I 74.661 72.906 147.567 5 Ilir Timur I 43.977 44.364 88.341 6 Ilir Timur II 96.734 94.069 190.803 7 Sukarami 79.427 76.566 155.993 8 Sako 48.587 46.517 95.104 9 Kemuning 47.356 46.111 93.467 10 Kalidoni 62.968 59.704 122.672 11 Bukit Kecil 24.884 24.939 49.823 12 Gandus 34.782 32.996 67.778

(9)

No Kecamatan Laki-Laki Perempuan Total

14 Plaju 48.811 47.139 95.950 15 Alang-Alang Lebar 49.064 47.511 96.575 16 Sematang Borang 20.221 19.281 39.502 Total 868.197 840.216 1.708.413

Sumber : Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota Palembang

3. Ketenagakerjaan KotaPalembang

Angkatan kerja Kota Palembang di tahun 2011 yang terdata sebanyak 9.183 orang,

dimana angkatan kerja yang didata telah bekerja sebanyak 2.183 orang, sedangkan angkatan kerja yang sedang mencari kerja/pengangguran sebanyak 7.000 orang.

Tabel 6. Jumlah Angkatan Kerja Berdasarkan Jenis Kelamin Tahun 2011

Kegiatan Utama Tahun 2011

Laki_laki Perempuan Total

Bekerja 1.488 695 2.183

Mencari Pekerjaan/ Pengangguran 4.201 2.799 7.000

TOTAL 5.689 3.494 9.183

Sumber : Dinas Tenaga Kerja Kota Palembang

4. Transportasi Kota Palembang

Jaringan jalan di Kota Palembang merupakan jaringan radial yang didukung oleh beberapa jalan lingkar kota. Jalan radial utama akses jalan Sudirman dimulai dari Jembatan Ampera, yang melintasi Sungai Musi dan di sebelah barat daya sampai ke Alang-Alang Lebar dan terus menuju Provinsi Jambi.

(10)

Gambar 6. Peta Infrastruktur Kota Palembang Tahun 2012

5. Ekonomi Kota Palembang

Kondisi perekonomian Kota Palembang di tahun 2011 bisa dikatakan mulai stabil seiring dengan mulai membaiknya perekonomian secara global di sepanjang tahun 2011.

Struktur Ekonomi menggambarkan kontribusi atau peranan masing-masing sektor dalam pembentukan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) yang dalam konteks yang lebih jauh akan memperlihatkan bagaimana suatu daerah terhadap kemampuan produksi dari masIng-masing sector perekonomian. Berdasarkan pendekatan produksi, seluruh sektor lapangan usaha yang ada di suatu wilayah biasanya di kelompokan dalam 9 sektor. Kesembilan sektor tersebut dapat diklasifikasikan kembali dalam tiga sektor utama, yaitu sektor primer, sekunder, tersier. Sektor primer mencakup kegiatan pertanian, pertambangan, dan penggalian. Sektor sekunder meliputi kegiatan industri pengolahan, listrik, gas dan air bersih serta bangunan. sektor tersier mencakup kegiatan perdagangan, hotel dan restoran, pengangkutan dan komunikasi, keuangan, persewaan dan jasa perusahaan serta jasa-jasa lainnya.

(11)

Tabel 7. Produk Domestik Regional Bruto Kota Palembang Tahun 2011 (dalam juta rupiah)

Sektor ADH Berlaku ADH Konstan

1 Pertanian 247,942 126,951

2 Pertambangan dan Penggalian - -

3 Industri Pengolahan 29,333,517 6,479,068

4 Listrik, Gas dan Air Bersih 696,604 250,795

5 Bangunan 3,742,365 1,444,263

6 Perdagangan, Hotel dan Restoran 9,943,682 3,592,542

7 Pengangkutan dan Komunikasi 5,801,812 2,751,036

8

Keuangan, Persewaan dan Jasa

perusahaan 3,140,730 1,250,981

9 Jasa-jasa lainnya 7,899,759 2,157,818

PDRB (Dengan MIGAS) 60,806,411 18,053,454

PDRB (Tanpa MIGAS) 43,384,452 16,145,302 Sumber : Badan Pusat Statistik (BPS) Kota Palemnbang (angka sangat-sangat sementara per

Maret 2012)

Tabel8. Persentase Struktur Ekonomi Kota Palembang Menurut Sektor Primer, Skunder dan Tresier Tahun 2011

Sektor %

Primer 0.45% Sekunder 56% Tersier 43%

Terjadinya krisis global di tahun 2008 cukup berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi Kota Palembang. Pada beberapa sektor ekonomi laju pertumbuhan melambat dari tahun sebelumnya, yang pada akhirnya mengakibatkan total pertumbuhan ekonomi kota palembang lebih kecil.

Tabel 9. Laju pertumbuhan Ekonomi Kota Palembang Tahun 2011

Sektor 2009 2010 2011*

1 Pertanian 3.12 2.3 2.77

2 Pertambangan dan Penggalian 0 0 0

3 Industri Pengolahan 4.02 4.44 4.5

4 Listrik, Gas dan Air Bersih 3.53 6.22 6.76

(12)

PDRB (Dengan Migas) 5.6 6.6 7.59

PDRB (Tanpa Migas) 6.42 7.37 8.4

Sumber : Badan Pusat Statistik (BPS) Kota Palemnbang (*angka sangat-sangat sementara per Maret 2012)

Laju pertumbuhan tertinggi PDRB Kota Palembang Tahun 2011 adalah sektor bangunan dengan pertumbuhan sebesar 12.92%, diikuti sektor pengankutan dan komunikasi sebesar 11.54%. Sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan sebesar maisng-masing 7.54 dan 7.90%, sedangkan sektor-sektor lainnya pertumbuhanya masih di bawah 7 %.

Tabel10. Pendapatan Regional Perkapita Kota Palembang Tahun 2005-2011

Tahun Harga Berlaku Harga Konstan

Dengan Migas Tanpa Migas Dengan Migas Tanpa Migas

2005 15,058,170 10,578,624 8,012,949 6,827,257 2006 17,714,309 12,185,578 8,379,643 7,237,473 2007 20,230,261 14,109,410 8,813,166 7,710,612 2008r 24,462,150 16,543,143 9,276,634 8,173,198 2009* 25,918,790 18,288,409 9,647,392 8,565,981 2010** 29,520,621 20,794,780 10,168,303 9,093,569 2011*** 33,904,476 24,190,330 10,830,642 9,758,614 Sumber : Badan Pusat Statistik (BPS) Kota Palemnbang ( r. Angka revisi, *angka sementara, ** angka

sangat sementara, ***angka sangatsangat sementara, per Maret 2012)

Dengan migas, pendapatan perkapita penduduk Kota Palembang berdasarkan harga berlaku pada tahun 2011 sebesear Rp33.904.476,00 atau bertambah sebesar Rp4.383.855,00 dari tahun 2010. Sedangkan berdasarkan harga berlaku tanpa migas pendapatan perkapita penduduk Kota Palembang pada tahun 2011 sebesar Rp20.794.780,00 atau meningkat sebesar Rp3.395.550,00 dari tahun sebelumnya.

Berdasakan harga konstan dengan migas, pendapatan perkapita penduduk Kota Palembang ditahun 2011 naik sebesar Rp662.339,00 atau naik dari Rp10.168.303,00 di tahun 2010 menjadi Rp10.830.642,00 pada tahun 2011. Apabila unsur migas di keluarkan, maka pendapatan perkapita penduduk Kota Palembang naik sebesar Rp665.045,00 atau naik dari Rp9.093.569,00 di tahun 2010 menjadi Rp9.758.614 pada tahun 2011.

C. DKI Jakarta

1. Geografis DKI Jakarta

(13)

Selatan dan 106°48’ Bujur Timur. Berdasarkan Keputusan Gubernur Nomor 1227 Tahun 1989, luas wilayah Provinsi DKI Jakarta adalah 7.659,02 km2, terdiri dari daratan seluas 661,52 km2, termasuk 110 pulau di Kepulauan Seribu, dan lautan seluas

6.997,50 km2.

Kota Jakarta umumnya beriklim panas dengan suhu udara berkisar 32.7°C – 34.°C pada siang hari, dan 23.8°C -25.4°C pada malam hari. Rata-rata curah hujan sepanjang tahun 237.96 mm, selama periode 2002-2006 curah hujan terendah sebesar 122.0 mm terjadi pada tahun 2002 dan tertinggi sebesar 267.4 mm terjadi pada tahun 2005, dengan tingkat kelembaban udara mencapai 73.0 – 78.0 persen dan kecepatan angin rata-rata mencapai 2.2 m/detik - 2,5 m/detik.

Geologis DKI Jakarta seluruh datarannya terdiri dari endapan pleistocene yang terdapat pada ±50 m di bawah permukaan tanah. Bagian selatan terdiri atas lapisan alluvial, sedang dataran rendah pantai merentang ke bagian pedalaman sekitar 10 km. Di bawahnya terdapat lapisan endapan yang lebih tua yang tidak tampak pada permukaan tanah karena tertimbun seluruhnya oleh endapan alluvium. Di wilayah bagian utara baru terdapat pada kedalaman 10-25 m, makin ke selatan permukaan keras semakin dangkal 8-15 m. Pada bagian tertentu juga terdapat lapisan permukaan tanah yang keras dengan kedalaman 40 m.

2. Demografis DKI Jakarta

Berdasarkan data BPS DKI Jakarta, hingga bulan November 2011, jumlah penduduk DKI Jakarta yang tercatat di Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil DKI Jakarta sebesar 10,187,595 jiwa. Jumlah penduduk terbesar berada di wilayah Jakarta Timur yang kemudian disusul wilayah Jakarta Barat.

(14)

Gambar 7. Penduduk Menurut Jenis Kelamin dan Kabupaten/Kota Adm, 2010 ( Hasil Sensus Penduduk 2010) Tabel 11. Registrasi Penduduk Menurut Jenis Kelamin, Rasio Jenis

Kelamin dan Kabupaten/Kota Administrasi, 2011

3. Ketenagakerjaan DKI Jakarta

Tahun 2011, jumlah angkatan kerja tercatat 5,14 juta orang, mengalami penurunan sebesar 128,8 ribu orang dibanding tahun 2010. Peningkatan jumlah angkatan kerja terjadi pada angkatan kerja perempuan sebanyak 114,8 ribu dan untuk tenaga kerja

(15)

2010-2011, angka tingkat pengangguran terbuka (TPT) mengalami penurunan dari 11,05 persen menjadi 10,38 persen, atau terjadi penurunan sebesar 0,67 persen.

Tabel 12. Penduduk Berusia 15 Tahun Keatas Menurut Kabupaten/ Kota Adm dan Jenis Kegiatan, 2011

(16)

Tabel 14. Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) dan Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) DKI Jakarta

4. Transportasi DKI Jakarta a. Jaringan Jalan Rel

Sistem jalan kereta, DKI Jakarta merupakan satu kesatuan dengan sistem jaringan rel Jabodetabek. Jaringan jalan rel KJabodetabek memiliki panjang rel mencapai 170 km yang mencakup 10 jalur pelayanan yaitu; jalur timur, tengah, Bekasi, Tanjung Priok, Serpong dan Tangerang. Lima jalur pelayanan membentuk sistem radial dan sisanya membentuk pola lingkaran. Jalur-jalur ini memiliki rel ganda kecuali jalur Tangerang dan Serpong. Pada jalur tengah sepanjang 19 km dari Manggarai ke DKI Jakarta Kota, jalur rel ini telah dilayangkan.

b. Jaringan Angkutan Umum Bus

Jaringan sistem angkutan umum bus dapat menggambarkan kondisi pelayanan sistem angkutan umum. Jaringan sistem angkutan umum merepresentasikan jaringan trayek, jumlah trayek pada jaringan jalan, frekuensi bus yang beroperasi pada jaringan jalan dan kapasitas sistem bus pada ruas jalan. Cakupan pelayanan bus besar bersifat lintas wilayah, sedangkan cakupan pelayanan bus sedang cenderung bersifat lokal. Sebagai alternatif angkutan umum massal untuk wilayah DKI telah dioperasikan 11 koridor Trans Jakarta dengan karakteristik operasional bersifat lajur eksklusif sebidang.

(17)

Tabel 15. Jumlah Penumpang Kereta Api Menurut Bulan dan Tujuan, 2011

Tabel 16. Jumlah Angkutan Umum yang Beroperasi Menurut Perusahaan, 2011

(18)
(19)

c. Kendaraan Pribadi di DKI Jakarta

Pertumbuhan kendaraan bermotor rata-rata dalam 5 tahun terakhir mencapai kisaran angka 9.5% pertahun dengan pertumbuhan panjang jalan rata-rata 0,01%.

d. Angkutan Laut

Selama 5 (lima) tahun terakhir, pertumbuhan arus kapal dan barang di Pelabuhan Tanjung Priok memiliki kecenderungan meningkat diatas 5% per tahun, dimana arus barang pada tahun 2011 mencapai 49.7 juta ton. Sedangkan jumlah penumpang yang naik dan turun di pelabuhan Tanjung Priok dalam tahun 2010 secara keseluruhan berjumlah 227,1 ribu orang.

Tabel 18. Jumlah Kendaraan Bermotor Yang Terdaftar (Tidak Termasuk TNI, Polri dan CD) Menurut Bulan dan Jenis

(20)

Tabel 19. Jumlah Penumpang Kapal yang Datang dan Berangkat Melalui Pelabuhan Laut Tanjung Priok, 2000 - 2011

5. Ekonomi DKI Jakarta

Di tahun 2011, laju inflasi tertinggi terjadi pada kelompok sandang dimana inflasi yang terjadi sebesar 7.33% dan yang terkecil berada pada kelompok perumahan dan energy sebesar 2.11%.

(21)

Tabel 20. Indeks Harga Konsumen Menurut Bulan dan Kelompok Pengeluaran, 2012

Pengeluaran perkapita warga DKI Jakarta terbesar pada kelompok makanan (36,51%) dengan nilai rata-rata 446,912 rupiah/bulan . Untuk kategori non bahan makanan, kelompok perumahan dan energi menempati posisi tertinggi sebesar 43,04% atau rata-rata 334,416 rupiah/bulan.

PDRB per kapita DKI Jakarta di tahun 2011 sebesar 101 juta rupiah. meningkat 12% dibandingkan tahun 2010. Distribusi terbesar berada di wilayah Jakarta Pusat. Namun jika dilihat pertumbuhannya dari tahun 2010 hingga 2011, wilayah Kepulauan Seribu memiliki tingkat pertumbuhan tertinggi. Lapangan usaha keuangan, real estate dan jasa perusahaan menempati nilai proporsi terbesar penyumbang PDRB DKI Jakarta (diluar MIGAS).

(22)

Gambar 9. Persentase Rata-rata Pengeluaran Per Kapita per Bulan, 2011

Gambar 10. PDRB Per Kapita Atas Harga Berlaku dan Atas Dasar Harga Konstan Tahun 2000, 2007 – 2011

(23)

Tabel 21. Produk Domestik Regional Bruto Atas Dasar Harga Berlaku Menurut Lapangan Usaha, 2008 – 2012 Semester I

D. Kota Bandung

1. Geografis Kota Bandung

Kota Bandung terletak di wilayah Jawa Barat dan merupakan Ibukota Propinsi Jawa Barat. Kota Bandung terletak di antara 107° 36’ Bujur Timur dan 6° 55’ Lintang Selatan.

Lokasi Kota Bandung cukup strategis, dilihat dari segi komunikasi, dan perekonomian, hal tersebut dikarenakan Kota Bandung terletak pada pertemuan poros jalan yaitu:

a) Barat - Timur yang memudahkan hubungan dengan Ibukota Negara

(24)

Secara topografi Kota Bandung terletak pada ketinggian 791 Meter di atas permukaan laut (dpl). Titik tertinggi di daerah utara dengan ketinggian 1.050 Meter dan terendah di sebelah selatan 675 Meter di atas permukaan laut. Di wilayah Kota Bandung bagian selatan sampai lajur lintasan kereta api, permukaan tanah relatif datar sedangkan di wilayah kota bagian utara berbukit-bukit. Keadaan geologis dan tanah yang ada di Kota Bandung dan sekitarnya lapisan alluvial hasil letusan Gunung Tangkuban Perahu. Jenis material di bagian utara umumnya merupakan jenis andosol, di bagian selatan serta di bagian timur terdiri atas sebaran jenis alluvial kelabu dengan bahan endapan liat. Di bagian tengah dan barat tersebar jenis tanah andosol.

Secara administratif Kota Bandung memiliki batas-batas wilayah sebagai berikut:

a) Batas Utara : Kecamatan Lembang Kabupaten Bandung Barat

b) Batas Selatan : Kecamatan Dayeuh Kolot, Bojongsoang Kabupaten Bandung c) Batas Barat : Kecamatan Cimahi Utara, Cimahi

Selatan dan Kota Cimahi

d) Batas Timur : Kecamatan Cileunyi Kabupaten Bandung

Luas wilayah administrasi Kota Bandung sekitar 167,29 km2 yang terdiri dari 30 Kecamatan dengan 151 kelurahan yang terbagi dalam 1.558 RW dan 9.678 RT. Kecamatan Rancasari memiliki luas wilayah terbesar yaitu 13,17 km2 (8,29% dari total wilayah Kota Bandung). Kecamatan Margacinta merupakan daerah yang memiliki luas terbesar kedua yaitu sekitar 10,87 km2. Sedangkan Kecamatan Astana Anyar memiliki luas wilayah terkecil yaitu 2,89 km2 (1,73% dari total wilayah Kota Bandung).

(25)

Tabel 22. Luas Wilayah Kecamatan di Wilayah Administrasi Kota Bandung

NO. KECAMATAN LUAS KM2

PERSENTASE TERHADAP LUAS KOTA BANDUNG (%) 1 Bandung Kulon 6.46 3.86 2 Babakan Ciparay 7.45 4.45 3 Bojongloa Kaler 3.03 1.81 4 Bojongloa Kidul 6.26 3.74 5 Astanaanyar 2.89 1.73 6 Regol 4.30 2.57 7 Lengkong 5.90 3.53 8 Bandung Kidul 6.06 3.62 9 Margacinta 10.87 6.50 10 Rancasari 13.17 7.87 11 Cibiru 10.81 6.46 12 Ujungberung 10.34 6.18 13 Arcamanik 8.80 5.26 14 Cicadas 8.66 5.18 15 Kiaracondong 6.12 3.66 16 Batununggal 5.03 3.01 17 Sumur Bandung 3.40 2.03 18 Andir 3.71 2.22 19 Cicendo 6.86 4.10 20 Bandung Wetan 3.39 2.03 21 Cibeunying Kidul 5.25 3.14 22 Cibeunying Kaler 4.50 2.69 23 Coblong 7.35 4.39 24 Sukajadi 4.30 2.57 25 Sukasari 6.27 3.75 26 Cidadap 6.11 3.65 Total Th, 2007 167.29 100.00

Catatan : Data luas wilayah masih diuraikan berdasarkan batas wilayah yang lama, yaitu terdiri dari 26 kecamatan

2. Demografis Kota Bandung

Berdasarkan data hasil sesus penduduk tahun 1980 hingga tahun 2010, penduduk kota Bandung meningkat sebesar 64% atau dapat dikatakan rata-rata peningkatan pertahunnya sebesar 1.7%. Dari data sementara tahun 2011, jumlah pemduduk kota Bandung mencapai 2.4 juta jiwa. Kecamatan dengan jumlah penduduk terbesar dari data tersebut berada di kecamatan

(26)

Tabel 23. Data Sementara Jumlah Penduduk Kota Bandung Tahun 2011

Kecamatan Laki-Laki Perempuan Total

Bandung Kulon 70,858 69,564 140,422 Babakan Ciparay 74,528 70,459 144,987 Bojongloa Kaler 61,093 57,628 118,721 Bojongloa Kidul 42,646 40,864 83,510 Astanaanyar 33,904 33,599 67,503 Regol 40,099 40,043 80,142 Lengkong 34,850 35,346 70,196 Bandung Kidul 29,176 28,958 58,134 BUAH BATU 46,937 46,384 93,321 RANCASARI 36,821 36,513 73,334 GEDE BAGE 17,363 17,376 34,739 CIBIRU 34,808 33,469 68,277 PANYILEUKAN 19,306 18,868 38,174 UJUNG BERUNG 37,275 36,068 73,343 CINAMBO 12,246 11,741 23,987 ARCAMANIK 33,203 32,458 65,661 ANTAPANI 36,676 36,253 72,929 MANDALAJATI 31,351 30,254 61,605 KIARACONDONG 64,968 64,228 129,196 BATUNUNGGAL 59,115 57,940 117,055 SUMUR BANDUNG 17,356 17,270 34,626 ANDIR 48,501 46,936 95,437 CICENDO 49,070 48,487 97,557 BANDUNG WETAN 14,959 15,230 30,189 CIBEUNYING KIDUL 53,635 52,216 105,851 CIBEUNYING KALER 35,754 33,936 69,690 COBLONG 67,897 61,240 129,137 SUKAJADI 53,337 52,812 106,149 SUKASARI 40,105 40,122 80,227 CIDADAP 29,117 27,930 57,047 TOTAL 1,226,954 1,194,192 2,421,148

Sumber: BPS Kota Bandung, Last Updated 23 Februari 2012

3. Ketenagakerjaan Kota Bandung

Survai Angkatan Kerja Nasional (Sakernas) 2011 mencatat sebanyak 1.129.744 orang penduduk Kota Bandung termasuk angkatan kerja. Dari jumlah tersebut, 1.012.946 orang atau sekitar 89,66 % berstatus bekerja. Jumlah ini meningkat dari tahun sebelumnya yang hanya 87,83 %.

Tingkat partisipasi angkatan kerja (TPAK) mencapai 61,40 % terhadap usia kerja. Selama tiga tahun terakhir, Tingkat Pengangguran Terbuka menunjukkan tren menurun. Pada tahun 2009 TPT mencapai angka 13,29 % kemudian menurun di tahun 2010 menjadi 12,17 %, dan pada tahun 2011 mencapai angka

(27)

Menurunnya tingkat pengganguran mengindikasikan semakin terbukanya kesempatan kerja di Kota Bandung. Berdasarkan lapangan usaha, maka penduduk yang bekerja di sektor perdagangan menempati urutan pertama yaitu sebesar 36 %, industri sebesar 25 % dan di sektor jasa – jasa sebesar 23 %. Kontribusi ketiga sektor tersebut memang dominan terhadap PDRB Kota Bandung . Menurut data DISNAKER Kota Bandung, pada tahun 2010 terdapat 24,159 orang pencari kerja yang terdaftar di DISNAKER kota Bandung. 49.8% dari yang terdaftar tersebut merupakan tenaga kerja dengan tingkat pendidikan terakhir S1. Berikut jumlah pencari kerja yang terdaftar di DISNAKER Kota Bandung.

Tabel 24. Indikator Ketenagakerjaan Kota Bandung Tahun 2010 – 2011 Uraian 2010 2011 TPAK (%) 60,73 61,40 Tingkat Pengangguran (%) 12,17 10,34 Bekerja (%) 87,83 89,66

Sumber: BPS Kota Bandung2012

Gambar 11. Penduduk Kota Bandung Yang Bekerja Menurut Lapangan Usaha, Tahun 2011 4. Transportasi Kota Bandung

a. Panjang Jalan

Panjang jalan di Kota Bandung pada tahun 2011 sepanjang 1.236,48 kilometer. 3% diantaranya merupakan jalan

(28)

Tabel 25. Statistik Transportasi Kota Bandung Tahun 2010 - 2011

Dilihat dari permukaannya, 51,86 % jalan sudah dihotmix, 41,13 % penetrasi dan 7,01 % adalah jalan beton. Akses jalan yang mudah dengan kondisi yang baik merupakan dambaan setiap warga kota, namun sayangnya sepanjang 27,3 % jalan di Kota Bandung masih mengalami kerusakan. Pengguna jalan raya di Kota Bandung sebagian besar adalah kendaraan bermotor yang peningkatannya cukup signifikan dari tahun ke tahun, namun sayangnya kurang diimbangi dengan peningkatan panjang dan kualitas jalan itu sendiri. Lalu lintas di Kota Bandung didominasi oleh sepeda motor sebanyak 71 % dan mobil penumpang sebanyak 23%.

b. Angkutan Darat

Hingga tahun 2010, jumlah kendaraan di kota Bandung yang tercatat di Dispenda Propinsi Jawa Barat sebanyak 1.196.813 kendaraan. Komposisi sepeda motor merupakan kendaraan dengan proporsi terbesar (74.3%) diikuti mobil pribadi (mobil penumpang non umum) sebesar 24.2%.

(29)

Tabel 26. Jumlah Sarana Angkutan Umum Dan Pribadi Menurut Jenisnya Di Kota Bandung Tahun 2010

No. Jenis Kendaraan Jumlah

1 Sepeda Motor 847.338

2 Mobil Penumpang Non Umum 275.952

3 Mobil Barang 60.650

4 Mobil Bus

a) Umum 2.560

b) Bukan Umum 2.314

5 Kendaraan Khusus/Alat Berat 10

6 Mobil Penumpang Umum 7.989

7 Kendraan Roda 3 0

Jumlah 1.196.813

Sumber: Dispenda Provinsi Jabar Tahun 2010

Gambar 12. Persentase Komposisi Kendaraan di Kota Bandung Tahun 2010

Terdapat 38 lintasan trayek angkutan kota di Kota Bandung, jarak terpanjang lintasan trayek angkutan kota adalah Margahayu Raya-Ledeng dengan jarak 23 Km sedangkan yang terpendek adalah Cibogo – Elang dengan jarak 6 Km.

Sepeda Motor; 74.3%

Mobil Bus Umum; 0.0% Mobil Penumpang Non

Umum; 24.2% Mobil Barang; 0.5%

Mobil Penumpang Umum; 0.7% Mobil Bus Bukan

Umum; 0.2% Kendaraan Khusus/Alat Berat;

(30)

Tabel 27. Jumlah Armada Angkutan Kota di Kota Bandung

NO. LINTASAN TRAYEK JARAK

(km)

JUMLAH ARMADA

1 Abdul Muis – Cicaheum via Binong 16.0 369

2 Abdul Muis – Cicaheum via Aceh 11.0 100

3 Abdul Muis – Dago 11.0 273

4 Abdul Muis – Ledeng 13.0 245

5 Abdul Muis – Elang 10.0 101

6 Cicaheum – Ledeng 15.0 214

7 Cicaheum – Ciroyom 15.0 206

8 Cicaheum – Ciwastra – Derwati 17.0 200

9 Cicaheum – Cibaduyut 18,4 150

10 St. Hall – Dago 11.0 52

11 St. Hall – Sd. Serang 9.0 150

12 St. Hall – Ciumbuleuit via Eyckman 9.0 60

13 St. Hall – Ciumbuleuit via Cihampelas 8.0 40

14 St. Hall – Gedebage 21.0 200

15 St. Hall – Sarijadi 7.7 75

16 St. Hall – Gunung Batu 8.0 55

17 Margahayu Raya – Ledeng 23.0 125

18 Dago – Riung Bandung 21.0 201

19 Pasar Induk Caringin – Dago 22.0 140

20 Panghegar Permai – Dipatiukur – Dago 18,9 155

21 Ciroyom – Sarijadi 12.0 97

22 Ciroyom – Bumi Asri 9.0 115

23 Ciroyom – Cikudapateuh 15.0 125

24 Sederhana – Cipagalo 13,9 276

25 Sederhana – Cijerah 8.0 67

26 Sederhana – Cimindi 9.0 55

27 Ciwastra – Ujung Berung 17,9 32

28 Cisitu – Tegallega 10,7 82

29 Cijerah – Ciwastra – Derwati 20.0 200

30 Elang – Gedebage – Ujung Berung 22.0 115

31 Abdul Muis – Mengger 6.0 25

32 Cicadas – Elang 19.0 300

33 Antapani – Ciroyom 15.0 160

34 Cicadas – Cibiru – Panyileukan 15.0 200

35 Bumi Panyileukan – Sekemirung 20.0 125

36 Sadangserang – Caringin 21.0 200

37 Cibaduyut – Karang Setra 18,2 201

38 Cibogo – Elang 6.0 35

c. Angkutan Kereta Api

Moda angkutan darat selain menggunakan kendaraan juga dengan menggunakan kereta api, penumpang yang menggunakan angkutan kereta api wilayah Kota Bandung pada tahun 2011 adalah 9.835.259 orang. Moda transportasi kereta api merupakan salah satu yang terkena dampak yang kurang menguntungkan dari pembangunan jalur tol

(31)

seperti menurunkan tarif penumpang, kinerjanya mengalami peningkatan.

Gambar 13. Persentase Penumpang Kereta Api Tahun 2011

5. Perekonomian a. Harga-Harga

Perubahan harga komoditaskomoditas penting yang tergolong dalam sembilan bahan pokok cukup memberikan pengaruh terhadap kemampuan daya beli. Harga beras menunjukkan peningkatan setiap tahunnya, demikian juga dengan harga minyak goreng. Perubahan harga secara umum dalam suatu periode tertentu dikenal dengan istilah inflasi. Tren inflasi di Kota Bandung dari tahun 2005 sampai 2011 cukup berfluktuasi.

Pada tahun 2005 inflasi mencapai dua digit, yaitu 19,56 %, sebagai dampak dari pencabutan subsidi BBM. Program peningkatkan daya beli masyarakat seperti BLT cukup mampu menurunkan inflasi di Kota Bandung pada tahun 2006–2007 berada pada kisaran 5 persen. Namun krisis global pada tahun 2008 memberikan dampak pada

meningkatnya inflasi mencapai dua digit yaitu 10,23 %. Selama tiga tahun terakhir inflasi Kota Bandung cukup terkendali, pada tahun 2011 menunjukkan angka 2,75 % menunjukkan kondisi perekonomian yang cukup stabil.

(32)

Gambar 14. Inflasi Kota Bandung Tahun 2010 - 2011

Perkembangan laju pertumbuhan ekonomi (LPE) di Kota Bandung selama 6 (enam) tahun terakhir (tahun 2006–2011) menunjukkan peningkatan yang positif. Jika pada tahun 2006 LPE Kota Bandung di tahun 2006 mencapai 7,83%, pada tahun 2011 mengalami kenaikan menjadi 8,58%. Tingkat LPE Kota Bandung ini lebih tinggi jika dibandingkan dengan kinerja LPE secara nasional. Hal ini menunjukkan bahwa pertumbuhan ekonomi Kota Bandung relatif lebih baik jika dibandingkan dengan kondisi ekonomi secara nasional. Selama periode 2006-2011, rerata LPE Kota Bandung mencapai 8,27%, sedangkan rerata LPE nasional secara periode 2006-2011 hanya berada di kisaran 5,83%. Selain pertumbuhan ekonomi, perkembangan pembangunan ekonomi dan kesejahteraan rakyat Kota Bandung juga perlu dilihat dalam konteks yang lebih luas lagi (multidimensional). Hal ini dikarenakan tingkat pertumbuhan tidak berdiri sendiri dalam meningkatkan kesejahteraan rakyat secara luas, melainkan saling bertautan (berkorelasi) dengan aspek dan indikator (makro) lainnya. Hal ini berguna untuk dapat melihat kerangka pertumbuhan dan pembangunan ekonomi, serta kesejahteraan masyarakat secara lebih komprehensif dan holistik.

(33)

Gambar 15. Laju Pertumbuhan Ekonomi (LPE) Kota Bandung Tahun 2006–2011 dan Perbandingannya dengan Tingkat Nasional

(%)

b. Perdagangan

Sebagai Kota perdagangan dan Jasa, perkembangan pasar modern di Kota Bandung tumbuh pesat. Pada tahun 2010 jumlah minimarket menduduki posisi teratas sebanyak 345 buah, dan meningkat menjadi 532 buah pada tahun 2011. Kota Bandung sebagai salah satu Kota pusat industri kreatif membuka peluang usaha perdagangan barang-barang hasil industri tersebut. Hal ini ditunjukkan dengan makin banyaknya jumlah factory outlet dan distro. Pada tahun 2011 tercatat sebanyak 233 FO dan distro yang tersebar di Kota Bandung, Ekspor non migas Kota Bandung tahun 2011 Mengalami peningkatan dibanding tahun sebelumnya yaitu dari 119.026 Ton dengan nilai 625.326 ribu US$ pada tahun 2010 menjadi 120.163 Ton dengan nilai 653.590 US$ di tahun 2011.

(34)

Gambar 16. Perkembangan Ekspor Non Migas Kota Bandung Tahun 2009 - 2011

c. PDRB

Produk Domestik Regional Bruto Kota Bandung pada tahun 2011 mengalami peningkatan dibanding tahun 2010 yaitu dari 82,002 trilyun rupiah menjadi 95,612 trilyun rupiah atau naik sekitar 16,6 persen. Demikian pula dengan PDRB atas dasar harga konstan mengalami peningkatan dari 31,697 trilyun rupiah menjadi 34,463 trilyun rupiah atau mengalami peningkatan sebesar 8,73 persen. Laju Pertumbuhan Ekonomi Kota Bandung tumbuh sebesar 8,73 persen pada tahun 2011 lebih baik jika dibanding tahun sebelumnya. Berdasarkan kelompok sektor, maka sektor tersier memberikan kontribusi terbesar terhadap PDRB Kota Bandung yaitu sebesar 67,91 persen. Hal ini sejalan dengan visi menjadikan Kota Bandung sebagai kota jasa, dimana saat ini Kota Bandung menjadi salah satu kota tujuan wisata dan belanja di Jawa Barat sehingga sektor perdagangan, hotel dan restoran serta jasa-jasa memberikan kontribusi yang besar terhadap PDRB.

PDRB perkapita atas dasar harga konstan pada tahun 2011 sebesar 14,136 juta rupiah, meningkat dari tahun sebelumnya yang hanya mencapai 13,408 juta rupiah Dengan kata lain pendapatan per kapita penduduk Kota Bandung pada tahun 2011 meningkat sekitar 6,81 persen dari tahun sebelumnya.

(35)

Tabel 28. PDRB Kota Bandung Tahun 2010 - 2011

Gambar 17. Struktur Perekonomian Menurut Kelompok Sektor, Tahun 2011

E. Kota Semarang 1. Geografis

Kota Semarang sebagai ibu kota propinsi Jawa Tengah terletak di antara 6°50' sampai 7°10' Lintang Selatan dan 109°35 sampai 110°50' Bujur Timur. Dibatasi dari sebelah Barat dengan Kabupaten Kendal, sebelah Timur dengan kabupaten Demak, sebelah Selatan dengan kabupaten Semarang dan sebelah Utara dibatasi oleh Laut Jawa dengan panjang garis pantai meliputi 13,6 Km.

(36)

Mijen, dengan luas wilayah 57,55 Km2 dan Kecamatan Gunungpati, dengan luas wilayah 54,11 Km2. Kedua Kecamatan

tersebut terletak di bagian selatan yang merupakan wilayah perbukitan yang sebagian besar wilayahnya masih memiliki potensi pertanian dan perkebunan. Sedangkan kecamatan yang mempunyai luas terkecil adalah Kecamatan Semarang Selatan, dengan luas wilayah 5,93 Km2 diikuti oleh Kecamatan Semarang

Tengah, dengan luas wilayah 6,14 Km2 .

Gambar 18. Luas Wilayah Administrasi di Kota Semarang (kecamatan, km2)

Secara topografi, Kota Semarang memiliki ketinggian beragam, yaitu antara 0,75 – 348 m di atas permukaan laut, dengan topografi terdiri atas daerah pantai/pesisir, dataran dan perbukitan, sehingga memiliki wilayah yang disebut sebagai kota bawah dan kota atas.

Dengan demikian topografi Kota Semarang menunjukkan adanya berbagai kemiringan dan tonjolan. Daerah pantai, 65,22% wilayahnya adalah dataran dengan kemiringan 25% dan 37,78 % merupakan daerah perbukitan dengan kemiringan 15-40%. Kondisi Geologi, Kota Semarang berdasarkan Peta Geologi Lembar Magelang - Semarang (RE. Thaden, dkk; 1996), susunan stratigrafinya adalah sebagai berikut Aluvium (Qa), Batuan Gunungapi Gajahmungkur (Qhg), Batuan Gunungapi Kaligesik (Qpk), Formasi Jongkong (Qpj), Formasi Damar (QTd), Formasi Kaligetas (Qpkg), Formasi Kalibeng (Tmkl), Formasi Kerek (Tmk). Pada dataran rendah berupa endapan aluvial sungai, endapan fasies dataran delta dan endapan fasies pasang-surut.

(37)

pasir lanauan dan lempung lunak, dengan sisipan lensa-lensa kerikil dan pasir vulkanik. Sedangkan daerah perbukitan sebagian besar memiliki struktur geologi berupa batuan beku.

2. Demografis

Berdasarkan hasil registrasi penduduk tahun 2011, jumlah penduduk Kota Semarang tercatat sebesar 1.544.358 jiwa dengan pertumbuhan penduduk selama tahun 2011 sebesar 1,11 %. Kondisi tersebut memberi arti bahwa pembangunan kependudukan, khususnya usaha untuk menurunkan jumlah kelahiran, memberikan hasil yang nyata.

Dalam kurun waktu 5 tahun (2007-2011), kepadatan penduduk cenderung naik seiring dengan kenaikan jumlah penduduk. Di sisi lain, penyebaran penduduk di masing - masing kecamatan belum merata. Di wilayah Kota Semarang, tercatat kecamatan Semarang Tengah sebagai wilayah terpadat, sedangkan kecamatan Mijen merupakan wilayah yang kepadatannya paling rendah.

Tabel 29. Jumlah Penduduk menurut Kecamatan dan Jenis Kelamin di Kota Semarang Tahun 2011

(38)

Tabel 30. Jumlah Penduduk dan Kepadatan Penduduk di Kota Semarang Tahun 2011

No Kecamatan (km2) Luas km2) Jumlah Penduduk Kepadatan per km2 1 Mijen 57.55 54,875 954 2 Gunungpati 54.11 73,459 1,358 3 Banyumanik 25.69 127,287 4,955 4 Gajah Mungkur 9.07 63,182 6,966 5 Semarang Selatan 5.93 83,133 14,024 6 Candisari 6.54 79,950 12,225 7 Tembalang 44.2 138,362 3,130 8 Pedurungan 20.72 174,133 8,404 9 Genuk 27.39 88,967 3,248 10 Gayamsari 6.18 73,052 11,826 11 Semarang Timur 7.7 79,615 10,340 12 Semarang Utara 10.97 127,417 11,615 13 Semarang Tengah 6.14 72,525 11,812 14 Semarang Barat 21.74 160,112 7,365 15 Tugu 31.78 29,807 938 16 Ngaliyan 37.99 118,482 3,119

Sumber: Kota Semarang Dalam Angka 2011

3. Ketenaga Kerjaan

Sejalan dengan laju perkembangan dan pertumbuhanpenduduk, untuk sektor tenaga kerja ini diprioritaskan pada penciptaan, perluasan dan pemerataan kesempatan kerja serta perlindungan tenaga kerja.

Berdasarkan lapangan usaha pada tahun 2011, mata pencaharian penduduk kota Semarang didominasi oleh buruh industry sebesar 25,67 %, diikuti oleh PNS & TNI/Polri sebesar 13,79 % . Sementara penduduk yang bekerja sebagai pedagang dan buruh bangunan mempunyai persentase yang hampir sama sekitar 12% an.

Sementara itu penduduk yang berprofesi sebagai petani maupun buruh tani hanya sekitar 2-3 % dan nelayan sekitar 0,39%. Sehingga dapat dilihat bahwa struktur perekonomian Kota Semarang didominasi oleh sektor sekunder dan tersier.

(39)

Tabel 31. Jumlah Angkatan Kerja di Kota Semarang, 2011

Tabel 32. Jumlah Penduduk Kota Semarang dengan Mata Pencaharian Sebagai Bertani dan Nelayan

(40)

Tabel 33. Jumlah Penduduk Kota Semarang dengan Mata Pencaharian Sebagai Pengusaha dan Buruh

Tabel 34. Jumlah Penduduk Kota Semarang dengan Mata Pencaharian Sebagai Pedangan, Sopir/Angkutan, PNS, TNI dan

(41)

4. Transportasi Kota Semarang a. Jalan

Panjang jalan di seluruh wilayah kota Semarang mencapai 2.786,28 Km, dimana bila dilihat dari jenis permukaannya 433,28 km sudah diaspal, sedangkan dari kondisinya 45,05 % (1,255 km) dalam keadaan baik dan 32,48 % (626 km) dalam keadaan sedang; dan sisanya dalam keadaan rusak. Sementara itu, jalan tol di Kota Semarang dengan total panjang total panjang 24,776 kilometer, yang meliputi ruas Srondol-Banyumanik (seksi B), Jatingaleh-Krapyak (seksi A) dan Jangli-Kaligawe (seksi C), memiliki Kondisi sangat spesifik. Pada seksi A dan B, serta sebagian seksi C terdapat tanjakan dan turunan yang mengakibatkan kendaraan dengan bobot berat mengalami risiko dan tingkat fatalitas pengguna jalan tol sangat tinggi.

Tabel 35. Panjang Jalan di Kota Semarang Menurut Jenis Permukaan dan Kondisi Jalan Tahun 2011

(42)

Selain sarana jalan yang sudah tersedia, Pemerintah Kota Semarang juga tengah mempersiapkan pembangunan dan pengembangan jalan maupun jembatan lainnya. Seperti, Inner Ring Road Sriwijaya-Veteran, Jalan Abdurrahman Saleh, Jalan tembus Undip-Jangli, Jalan tembus Mangunharjo-Politeknik Undip, Pembangunan jalan: Jalan Pucanggading – Demak – Rowosari, dan Pembangunan jembatan gantung Panjangan.

b. Angkutan Darat

Untuk memenuhi transportasi darat di Kota Semarang tersedia 2 jenis kendaraan angkutan darat utama, yaitu kendaraan bermotor dan kereta api. Angkutan dalam kota dilayani oleh bus kota, angkot, dan becak.

Pada tahun 2009 mulai beroperasi TransSemarang, yang juga dikenal dengan BRT (Bus Rapid Transit), sebuah moda angkutan massal mirip dengan TransJakarta tetapi tidak menggunakan jalur khusus seperti busway di Jakarta. Saat ini TransSemarang telah membuka 2 Koridor, dari 6 koridor yang direncanakan, yaitu Koridor 1 jurusan Mangkang - Penggaron dan koridor 2 jurusan Terboyo - Sisemut,Ungaran.

Untuk angkutan antar kota yang dipusatkan di Terminal Terboyo, terbagi menjadi Angkutan Antar Kota Dalam Propinsi (AKDP) dan Antar Kota Antar Propinsi (AKAP). Untuk bus AKDP pada tahun 2011 yang masuk ke Terminal Bus Terboyo Semarang sebanyak 187.518 atau rata-rata setiap bulannya sebanyak 15.626 bus. Sedangkan untuk bus AKAP sebanyak 33.535 bus yang masuk terminal Terboyo selama tahun 2011 atau rata-rata 2.794 bus perbulan.

Tabel 36. Jumlah Arus Penumpang Angkutan Umum di Kota Semarang

Tahun Jumlah penumpang

2005 11,742,718

2006 9,597,857

2007 9,290,325

2008 5,637,648

2009 5,702,073

Sumber: Data Olahan Dishubkominfo Kota Semarang Tahun 2010

Arus penumpang angkutan umum menurun lebih dari 50% dalam waktu 4 tahun saja. Penurunan jumlah penumpang tersebut dikarenakan minat masyarakat yang menurun untuk menggunakan angkutan umum dalam setiap aktivitasnya.

(43)

moda angkutan umum ke angkutan pribadi. Keadaan tersebut berbanding terbalik dengan jumlah angkutan yang lebih banyak dibandingkan dengan jumlah penumpang. Jumlah armada angkutan umum kota Semarang hanya 1.06% dari total kendaraan yang ada dikota Semarang sdangkan kendaraan pribadi (taksi, mobil pribadi, motor, ojek) menempati posisi paling tinggi dengan komposisi sebesar 98.55%.

Tabel 37. Banyaknya Sarana Angkutan Dirinci Menurut Jenis Kendaraan di Kota Semarang

TAHUN BUS TRUK TAKSI OPLET/

ANGKOT MOBIL PRIBADI SEPEDA MOTOR 2011 445 1,474 2,024 1,355 33,523 151,286 2010 443 913 1,265 859 44,660 119,019 2009 443 913 1,265 859 44,660 119,019 2008 467 1,019 1,040 813 34,625 123,527 2007 445 988 1,065 739 34,335 115,051 Rata-rata 449 1061 1332 925 38361 125580 Komposisi 0.27% 0.63% 0.79% 0.55% 22.87% 74.88%

Sumber: Kota Semarang dalam angka 2011, BPS Semarang (Data di Olah)

5. Ekonomi Kota Semarang

Kondisi perekonomian Jawa Tengah yang membaik dapat ditunjukkan dengan pertumbuhan ekonomi yang positif, tahun 2010 ekonomi Jawa Tengah diukur dari PDRB tumbuh sebesar 5,84 persen dan pada tahun 2011 mengalami peningkatan yang lebih cepat yaitu sebesar 6,01 %.

Sejalan dengan perkembangan ekonomi Jawa Tengah yang membaik, kinerja ekonomi Kota Semarang tahun 2011 mengalami peningkatan sebesar 6,41 %.

Laju pertumbuhan seluruh sektor pada tahun 2011 menunjukkan pertumbuhan positif. Sektor jasa-jasa mengalami pertumbuhan yang paling besar dibandingkan sektor ekonomi lainnya yaitu sebesar 13,84 %, lebih rendah dibanding tahun sebelumnya yang hanya sebesar 18,98 %. Peningkatan output pada sektor jasa-jasa lebih dikarenakan sumbangan dari sub-sektor pemerintahan umum yang tumbuh mencapai angka 14,61 %. Sedangkan sumbangan sub-sektor jasa perorangan dan rumah tangga hanya

(44)

Tabel 38. Pertumbuhan Sektor Ekonomi di Kota Semarang menurut Lapangan Usaha Tahun 2007-2011

Sumber : Semarang dalam angka 2011, BPS Semarang

Sementara itu, berdasarkan pendapatan per kapita penduduk Kota Semarang atas dasar harga berlaku dari tahun ke tahun menunjukkan peningkatan. Bila pada tahun 2000 adalah sebesar 9.180.071,90 rupiah, pada tahun 2011 telah mencapai 31.101.843,10 rupiah, berarti telah terjadi peningkatan sebesar 3 kali lipat selama 10 tahun. Dan jika dilihat berdasarkan harga konstan 2000, pertumbuhan pendapatan per kapita dalam periode 2000 - 2011 juga mengalami peningkatan sebesar 1,49 persen. Dari kedua informasi tersebut dapat dikatakan bahwa pada tahun 2011 peningkatan pendapatan yang terjadi mampu mengangkat pendapatan per kapita hampir 1,5 kali lipat dibanding pada kondisi tahun 2000.

Tabel 39. Rata-rata Pertumbuhan Ekonomi Kota Semarang Tahun 2005-2011

(45)

Tabel 40. Rata-rata PDRB per kapita penduduk Kota Semarang Tahun 2006-2011

Sumber: PDRB Semarang 2011

Tabel 41. Produk Domestik Regional Bruto Menurut Lapangan

Usaha Atas Dasar Harga Berlaku Kota Semarang Tahun 2007 - 2011 (Jutaan Rupiah)

no Lapangan Usaha 2007 2008 2009 2010 2011 1 Pertanian 365,095 398,756 447,702 507,479 556,459 2 Pertambangan dan Penggalian 57,063 61,964 66,480 71,628 76,896 3 Industri Pengolahan 7,883,533 8,679,006 9,483,637 10,485,837 11,807,056 4

Listrik, gas dan air

bersih 532,280 574,399 609,532 662,149 714,799 5 Bangunan 5,414,829 6,398,054 7,453,706 8,603,095 9,535,471 6 Perdagangan, Hotel dan Restoran 8,635,562 9,972,004 10,884,995 12,116,789 13,574,944 7 Pengangkutan dan Komunikasi 3,073,387 3,374,753 3,814,968 4,260,136 4,627,329 8 Keuangan, persewaan dan jasa Perusahaan 889,126 993,471 1,075,543 1,184,272 1,299,332 9 Jasa-jasa 3,664,861 4,088,812 4,628,454 5,506,806 6,269,126

(46)

F. Kota Surabaya 1. Geografis

Kota Surabaya yang terletak di tepi pantai utara Jawa Timur, terbentang antara 7o 12′ sampai 07o 21′ Lintang Selatan dan 112o

36′ sampai 112o 54′ Bujur Timur, mempunyai luas wilayah

daratan 33,306.30 Ha, dan terbagi menjadi 31 kecamatan dan 160 desa/kelurahan.

Sebagian besar wilayah Surabaya merupakan dataran rendah denganketinggian 3 – 6 meter di atas permukaan air laut, kecuali di sebelahSelatan dengan ketinggian 25 – 50 meter di atas permukaan air laut.Batas wilayah Kota Surabaya adalah sebelah Utara dan Timur dibatasioleh Selat Madura, sebelah Selatan dibatasi oleh Kabupaten Sidoarjo dansebelah Barat dibatasi oleh Kabupaten Gresik

Secara topografi Kota Surabaya merupakan dataran rendah yaitu 80,72 %

(25.919,04 Ha) dengan ketinggian antara -0,5 – 5m SHVP atau 3 – 8 m LWS, sedang sisanya merupakan daerah perbukitan yang terletak di Wilayah Surabaya Barat (12,77%) dan Surabaya Selatan (6,52%). Adapun kemiringan lereng tanah berkisar 0 - 2% daerah dataran rendah dan 2 -15 % daerah perbukutan landai. Jenis bebatuan yang ada di Kota Surabaya terdiri dari 4 jenis, yang pada dasarnya merupakan tanah liat atau unit-unit pasir. Sedang jenis tanah, sebagian besar berupa tanah alluvial, selebihnya tanah dengan kadar kapur yang tinggi (daerah perbukitan).

2. Demografis

Surabaya merupakan kota multi etnis yang kaya budaya. Beragam etnis ada di Surabaya, seperti etnis Melayu, Cina, India, Arab, dan Eropa. Etnis Nusantara pun dapai dijumpai, seperti Madura, Sunda, Batak, Kalimantan, Bali, Sulawesi yang membaur dengan penduduk asli Surabaya membentuk pluralisme budaya yang selanjutnya menjadi ciri khas kota Surabaya. Sebagian besar masyarakat Surabaya adalah orang Surabaya asli dan orang Madura.

Berdasarkan data agregat Dinas Pendaftaran Penduduk dan Pencatatan Sipil Kota Surabaya tahun 2011, jumlah penduduk Surabaya mencapai 3,024,319 jiwa dengan laju pertambahan penduduk lebih kurang 0,63 %.

(47)

Tabel 42. Luas Wilayah dan Kepadatan Penduduk Menurut Kecamatan Hasil Sensus Penduduk 1990, 2000 dan 2010

Sumber : Surabaya dalam angka 2011, BPS Surabaya

Surabaya pusat merupakan wilayah terpadat dengan rata-rata jumlah penduduk di atas 26 ribu jiwa per km2. Kawasan kedua,

yang merupakan kawasan terpadat kedua setelah Surabaya Pusat adalah Surabaya Selatan. Kawasan ini memiliki jumlah penduduk terbanyak di Surabaya yang mencapai 730 ribu jiwa. Sementara itu kawasan yang paling sedikit jumlah penduduknya adalah Surabaya Barat sekitar 375 ribu jiwa, dimana kawasan ini merupakan merupakan kawasan dengan area terluas dengan luas mencapai 118 Km2.

3. Ketenagakerjaan

(48)

terjadi pertumbuhan rata-rata sebesar 1,42 persen per tahun. Penduduk yang tergolong sebagai angkatan kerja (pekerja dan pencari kerja) mengalami penambahan setiap tahunnya rata-rata 0,69 persen, sedangkan peningkatan penduduk yang terserap dalam lapangan pekerjaan (pekerja) rata-rata sebesar 89,77 persen per tahun dengan tingkat pengangguran terbuka pada Tahun 2009 sebesar 8,63 persen.

Berdasarkan data BPS, tingkat pengangguran terbuka di Surabaya masih relatif tinggi dibandingkan Propinsi Jawa Timur, Pada tahun 2006 Tingkat Pengangguran terbuka sebesar 9,68%, tahun 2007 naik menjadi 11,59%, tahun 2008 naik kembali menjadi 11,84%, sedangkan pada tahun 2009 kembali turun menjadi 8,63%. Tingginya Tingkat Pengangguran Terbuka pada tahun 2007 dan 2008 tersebut tidak lepas dari kondisi makro ekonomi dimana pada tahun 2007 terjadi krisis global yang menyebabkan turunnya tingkat penyerapan tenaga kerja di Surabaya. Hal lain yang menyebabkan angka pengangguran Kota Surabaya tinggi adalah semakin menyempitnya pasar kerja formal yang ada, dimana tidak lebih 30 persen lapangan kerja yang di sediakan di sektor formal. Fenomena ini terjadi salah satunya dipicu oleh melemahnya kinerja sektor riil dan daya saing produk-produk domestik baik di tingkat internasional maupun di pasar domestik khususnya melemahnya sektor industri dan produksi manufaktur.

4. Transportasi

Sistem jaringan jalan di kota Surabaya membentuk pola grade dengan pusat-pusat pertumbuhan primer dan sekunder saat ini tersebar di koridor Utara dan Selatan serta Timur dan Barat Kota. Panjang ruas jalan di kota Surabaya pada tahun 2010 sepanjang 1.911,34 km yang terdiri atas ruas jalan nasional, jalan provinsi dan jalan kota. Terkait kondisi jalan saat ini, dari total 11,021 ruas jalan di Surabaya terdapat 9,632 ruas jalan masih layak, 1,374 ruas jalan yang harus diperbaiki, dan 15 ruas masih dalam perbaikan.

(49)

Tabel 43. Jumlah Kendaraan Bermotor Tahun 2007-2011 di Wilayah Kota Surabaya

Kondisi umum lalu lintas di kota Surabaya hampir sama dengan kota-kota besar lainnya di Indonesia. Pertumbuhan kendaraan bermotor terutama sepeda motor sangat tinggi sehingga menimbulkan dampak kemacetan yang sering terjadi di sebagian ruas jalan di kota Surabaya. Dari data dinas Perhubungan Kota Surabaya tahun 2008 laju pertumbuhan pengguna sepeda motor adalah 10-13 persen per tahun.

Untuk sarana angkutan umum yang melayani penduduk Kota Surabaya terdiri dari bus kota, angkutan kota (angkot), angguna (angkutan serba guna), bahkan becak. Angkutan kota dan angguna merupakan transportasi publik yang paling banyak dijumpai karena paling ekonomis dan rute yang dilalui cukup banyak (57 rute) serta bisa mencapai ke jalan-jalan yang kecil. Bus kota (patas dan ekonomi) yang melayani transportasi publik kota surabaya memiliki 19 rute pada jalan-jalan utama dan di dukung oleh terminal-terminal yang representatif, antara lain

(50)

Selain terminal dan sub terminal, fasilitas transportasi kota yang klasifikasinya lebih kecil yaitu pangkalan angkutan kota (lyn) yang pada umumnya dikelola oleh ”Paguyuban” angkutan kota. Lokasi pangkalan angkot ini biasanya merupakan simpul akhir trayek angkot dari terminal. Untuk pelayanan penumpang di sepanjang rute, tersedia fasilitas tempat pemberhentian berupa Halte atau Shelter, dan berupa Rambu (tanpa ada bangunan). Jumlah Halte atau Shelter sekitar 53 buah, sedangkan rambu sejumlah 29 buah.

5. Ekonomi

Perekonomian kota Surabaya pada tahun 2011 masih berbasis pada kelompok sektor tersier terutama sektor perdagangan, hotel dan restoran; sektor industri pengolahan; serta sektor pengangkutan dan komunikasi. Jumlah ketiga sektor tersebut pada tahun 2011 memberikan kontribusi pada Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Atas Dasar Harga Konstan (ADHK) Kota Surabaya secara berturut-turut sebesar 42.63% untuk sektor perdagangan, hotel dan restoran dengan nilai PDRB ADHK sebesar Rp 40,25 triliun; sektor industri pengolahan dengan nilai PDRB ADHK sebesar Rp 20,19 triliun dengan kontribusi sebesar 21,37%; serta sektor pengangkutan dan komunikasi yang berkontribusi 11,75% dengan nilai PDRB ADHK sebesar Rp 11,09 triliun.

Tabel 44. Kontribusi Sektor Ekonomi Terhadap PDRB Kota Surabaya

Data yang disajikan pada Tabel 44 semakin menguatkan posisi Surabayasebagai kota perdagangan dan jasa. Hal ini dikarenakan jumlah kontribusi sektoral daritiga sektor unggulan, yaitu sektor perdagangan, hotel dan restoran; sektor industrypengolahan; serta sektor pengangkutan dan komunikasi adalah 75,75% dari

(51)

Gambar 19. Pertumbuhan Ekonomi Kota Surabaya 2007-2011*

Berdasarkan data BPS, tingkat pertumbuhan ekonomi Surabaya berada diatas 6% sejak tahun 2007, bahkan meningkat menjadi di atas 7% sejak tahun 2010. Pada tahun 2007 pertumbuhan ekonomi kota Surabaya sebesar 6,31% kemudian menurun di tahun 2008 dan 2009 masing-masing sebesar 6,23% dan 5,53%. Penurunan ini dikarenakan bergejolaknya perekonomian dunia akibat krisis keuangan (global financial crises) yang melanda beberapa negara di kawasan Amerika seperti masalah Subprime Mortgage dan masalah membengkaknya hutang di beberapa negara Eropa. Akan tetapi pada tahun 2010 pertumbuhannya meningkat menjadi 7,09% dan di tahun 2011 pertumbuhannya mencapai 7,52%. Pertumbuhan yang pesat ini salah satunya disebabkan karena meningkatnya permintaan pasar ekspor dari Kota Surabaya seiring membaiknya perekonomian dunia pada tahun 2010.

Pertumbuhan ekonomi kota Surabaya di tahun 2011 relatif lebih tinggi dibandingkan dengan pertumbuhan ekonomi provinsi Jawa Timur (7,22%) dan Nasional (6,46%). Hal ini menyebabkan jumlah PDRB ADHB kota Surabaya di tahun 2011 meningkat 14,67% dibanding tahun 2010 yang mencapai Rp 235,26 triliun. Demikian halnya dengan jumlah PDRB ADHK kota Surabaya 2011 yang juga meningkat menjadi Rp 94,44 triliun, lebih tinggi dari 2010 yang nilainya Rp 87,83 triliun. Dengan bertambahnya jumlah penduduk kota Surabaya tahun 2011 yang mencapai 3

(52)

Tabel 45. Perbandingan Indikator Ekonomi Kota Surabaya, Jawa Timur dan Nasional Tahun 2011*

Tingginya pertumbuhan ekonomi kota Surabaya dicapai karena hampir semua sektor ekonomi kota Surabaya mengalami pertumbuhan yang positif. Satu-satunya sektor yang tumbuh negatif di tahun 2011 ini adalah sektor pertanian yaitu -5,97%. Semakin berkembangnya perekonomian di Kota Surabaya terutama di sektor perdagangan dan konstruksi, menyebabkan luas lahan pertanian di Kota Surabaya semakin menurun karena digunakan untuk pembangunan gedung pertokoan, tempat tinggal dan perkantoran. Akibatnya pertumbuhan sektor pertanian di Kota Surabaya semakin menurun hingga mencapai angka yang minus.

Sektor yang mengalami pertumbuhan tertinggi pada tahun 2011 adalah sektor Pengangkutan dan Komunikasi yaitu 10,02%. Tingginya pertumbuhan pada sektor ini dikarenakan gabungan antara harga perangkat yang kian murah dan adanya peningkatan kebutuhan masyarakat. Akibatnya, bisnis telekomunikasi tumbuh pesat dalam beberapa tahun terakhir termasuk di Kota Surabaya. Kinerja perusahaan telekomunikasi terus tumbuh seiring pertumbuhan pelanggan dan layanan yang semakin beragam.

G. Makassar

1. Geografis Kota Makassar

Secara geografis Kota Makassar terletak antara 119º24'17'38” Bujur Timur dan 5º8'6'19” Lintang Selatan, merupakan daerah dataran rendah dengan ketinggian berkisar antara 1 - 22 m diatas permukaan laut.

Secara administratif Kota Makassar berbatasan sebelah utara dengan Kabupaten Maros, sebelah timur Kabupaten Maros, sebelah selatan Kabupaten Gowa dan sebelah barat adalah Selat Makassar.

Luas wilayah administrasi Kota Makassar adalah seluas adalah 175,77 km2 yang terdiri dari 14 (empat belas) Kecamatan dengan

(53)

Kecamatan Biringkanaya memiliki luas wilayah terbesar yaitu 48,22 km2 (27,43% dari total wilayah Kota Makassar).

Kecamatan Tamalanrea merupakan daerah yang memiliki luas terbesar kedua yaitu sekitar 31,84 km2. Sedangkan Kecamatan

Wajo memiliki luas wilayah terkecil yaitu 1,99 km2 (1,13% dari

total wilayah Kota Makassar).

Tabel 46. Luas Wilayah dan Persentase Terhadap Luas Wilayah Menurut Kecamatan di Kota Makassar

KODE KECAMATAN LUAS AREA

(KM2) PERSENTASE TERHADAP LUAS KOTA MAKASSAR 010 MARISO 1,82 1,04 020 MAMAJANG 2,25 1,28 030 TAMALATE 20,21 11,50 031 RAPPOCINI 9,23 5,25 040 MAKASSAR 2,52 1,43 050 UJUNG PANDANG 2,63 1,50 060 WAJO 1,99 1,13 070 BONTOALA 2,10 1,19 080 UJUNG TANAH 5,94 3,38 090 TALLO 5,83 3,32 100 PANAKKUKANG 17,05 9,70 101 MANGGALA 24,14 13,73 110 BIRINGKANAYA 48,22 27,43 111 TAMALANREA 31,84 18,11 7371 MAKASSAR 175,77 100

Sumber : Makassar Dalam Angka Th. 2011

2. Demografis Kota Makassar

Penduduk Kota Makassar tahun 2010 tercatat sebanyak 1.339.374 jiwa yang terdiri dari 661.379 laki-laki dan 677.995 perempuan. Sementara itu jumlah penduduk Kota Makassar tahun 2009 tercatat sebanyak 1.272.349 jiwa. Komposisi penduduk menurut jenis kelamin dapat ditunjukkan dengan rasio jenis kelamin Rasio jenis kelamin penduduk Kota Makassar yaitu sekitar 97,55 persen, yang berarti setiap 100 penduduk wanita terdapat 98 penduduk laki-laki.

Penyebaran penduduk Kota Makassar dirinci menurut kecamatan, menunjukkan bahwa penduduk masih terkonsentrasi diwilayah kecamatan Tamalate, yaitu sebanyak 170.878 atau

(54)

terendah adalah kecamatan Ujung Pandang sebanyak 26.904 jiwa (2,01 persen).

Ditinjau dari kepadatan penduduk kecamatan Makassar adalah terpadat yaitu 32.421 jiwa per km persegi, disusul kecamatan Mariso (30.701 jiwa per km persegi), kecamatan Mamajang (26.221 jiwa per km persegi). Sedang kecamatan Tamalanrea merupakan kecamatan dengan kepadatan penduduk terendah yaitu sekitar 3.241 jiwa per km persegi, kemudian kecamatan Biringkanaya 3.479 jiwa per km persegi), Manggala (4.850 jiwa per km persegi), kecamatan Ujung Tanah (7.860 jiwa per km persegi), kecamatan Panakkukang 8.292 jiwa per km persegi. Wilayah-wilayah yang kepadatan penduduknya masih rendah tersebut masih memungkinkan untuk pengembangan daerah pemukiman terutama di 3 (tiga) kecamatan yaitu Biringkanaya, Tamalanrea, Manggala.

Tabel 47. Luas Wilayah, Jumlah Rumah Tangga, Penduduk Dan

Rata-Rata Anggota Rumah Tangga Menurut Kelurahan di Kota Makassar KECAMATAN KELURAHAN RUMAH TANGG A PENDUDU K RATARAT A ART/RT 1 MARISO 1 BONTORANNU 1.086 5.677 5,23 2 TAMARUNANG 1.337 4.989 3,73 3 MATTOANGIN 1.017 4.074 4,01 4 KAMPUNG BUYANG 858 3.78 4,40 5 MARISO 1.942 8.125 4,18 6 LETTE 2.012 8.603 4,28 7 MARIO 1.112 5.032 4,53 8 PANAMBUNGAN 2.893 10.355 3,58 9 KUNJUNGMAE 1.142 4.795 4,20 JUMLAH 13.401 55.431 4,14 2 MAMAJANG 1 TAMPARANG KEKE 1.265 5.22 4,13 2 SAMBUNG JAWA 2.842 10.109 3,56 3 KARANG ANYAR 1.21 4.291 3,55 4 BAJI MAPPAKASUNGGU 1.203 4.807 4,00 5 PA’BATANG 1.356 4.688 3,46 6 PARANG 1.978 6.504 3,29 7 BONTOLEBANG 1.21 4.034 3,33 8 MAMAJANG DALAM 874 3.837 4,39 9 LABUANG BAJI 285 1.862 6,54 1 0 BONTO BIRAENG 884 3.953 4,47 1 1 MANDALA 809 3.683 4,55 1 2 MARICAYA SELATAN 1.319 4.923 3,73 1 3 MAMAJANG LUAR 1.06 3.385 3,19 JUMLAH 16.294 61.294 3,76 3 TAMALATE 1 BAROMBONG 2.263 10.677 4,72 2 TANJUNG MERDEKA 1.287 5.477 4,26 3 MACCINI SOMBALA 3.439 16.322 4,75 4 BALANG BARU 2.977 14.994 5,04 5 JONGAYA 3.014 14.027 4,65

Gambar

Tabel 2. Jumlah Penduduk Kota Medan 15 Tahun ke Atas Yang  Bekerja menurut Lapangan Usaha Utama Tahun 2006-2010
Tabel 5. Jumlah Penduduk Kota Palembang Menurut Kecamatan  dan Jenis Kelamin (Januari Tahun 2012)
Gambar 6. Peta Infrastruktur Kota Palembang Tahun 2012
Gambar 7. Penduduk Menurut Jenis Kelamin dan  Kabupaten/Kota Adm, 2010 ( Hasil Sensus Penduduk 2010)  Tabel 11
+7

Referensi

Dokumen terkait

Pada tahap ini akan ditentukan hal-hal apa saja yang dibutuhkan, meliputi kebutuhan input, proses dan output sehingga sistem yang dikembangkan dapat mengatasi

adalah mahasiswa karni yang sedang menyelesaikart tugas skripsi <lengan j udu1 "Motivasi berprestasi dan lwmunilr.asi efektif a nll!xa orang tu.a dan.

Penulis pertama kali bertemu dengan UPK tanggal 26 April 2014 dirumahnya bertempat di Semarang. Saat pertama kali bertemu untuk observasi, UPK sedang bermain dengan

Selain itu munculnya gagasan metode edutainment dalam pembelajaran anak usia dini melalui pembiasan kalimah thayyibah di Kindergarten At-Tazkya Dersalam Kudus

Introduction: The Globalisation Debate in Global Transformations: Politics, Economics and Culture (Cambridge: Polity Press).. Globalization and the Liberal Democratic

Berisi tentang kesimpulan dari data–data yang telah dianalisa dan selanjutnya akan diberikan saran dari kesimpulan yang telah didapat terutama bagi pihak

Penelitian kelima oleh Takarini dan Ekawati (2003) untuk Menguji analisis rasio keuangan dalam memprediksi perubahan laba pada perusahaan manufaktur dipasar modal

Pada PES 2013, akan lebih mudah dalam melakukan dribbling untuk melewati pemain lawan, namun lebih susah dalam melakukan umpan 1-2 jika dibandingkan PES 20121. Trik dalam