4.1. Geografis, Administratif, dan Kondisi Fisik
Kabupaten Batang Hari terletak di bagian Tengah Propinsi Jambi dengan luas Wilayah 5.804,83 km2. Kabupaten Batang Hari secara geografis terletak pada posisi 1º15’ sampai dengan 2º2’ Lintang Selatan dan diantara 102º30’ Bujur Timur sampai dengan 104º30’ Bujur Timur. Dalam lingkup propinsi letak Kabupaten Batang Hari berada di wilayah bagian Tengah Propinsi dan merupakan daerah perbukitan.
Berdasarkan letak geografisnya Kabupaten Batang Hari berbatasan dengan :
Sebelah Utara : Kabupaten Tanjung Jabung Barat. Sebelah Selatan : Kabupaten Musi Banyuasin Provinsi Sumsel
Sebelah Timur : Kabupaten Muaro Jambi. Sebelah Barat : Kabupaten Tebo.
Rencana Program Investasi Infrastruktur
Jangka Memengah (RPI2-JM) Kawasan
Strategis Nasional Kluster A
Kabupaten Batang Hari 2014
Wilayah Kabupaten Batang Hari dilalui oleh dua sungai besar yaitu Sungai Batang Tembesi dan Sungai Batanghari. Beberapa sungai lainnya yang relatif besar antara lain adalah Sungai Dangun Bangko, Sungai Kayu Aro, Sungai Rengas, Sungai Lingkar, Sungai Kejasung Besar, dan Sungai Jebak. Disamping sungai besar tadi terdapat pula beberapa sungai Kecil yang merupakan anak-anak sungai yaitu Sungai Aur, Sungai Bacang dan lain-lain
Sungai Batang hari yang menjadi sungai utama di wilayah ini dapat dijadikan sebagai sumber kebutuhan air bersih dan sumber untuk pertanian sawah, dengan demikian Sungai Batanghari mempunyai arti yang sangat penting bagi masyarakat. Sungai Batanghari disamping dapat menghasilkan berupa perikanan dan pertambangan pasir – batu juga digunakan sebagai prasarana transportasi, prasarana irigasi, dan sumber air baku. Kondisi hidrologi, wilayah Kabupaten Batang Hari dipengaruhi oleh DAS Batanghari dan DAS Batang Tembesi.
Tabel 4.1. Daerah Aliran Sungai (DAS) di Wilayah Kabupaten Batang Hari
NAMA DAS Panjang (Km)
DAS Batang Hari 176.750
DAS Tembesi 68.250
Sumber : PPSP Kabupaten Batang Hari 2013
Tabel 4.2. Nama, Luas Wilayah per-Kecamatan dan Jumlah
Muara Tembesi 13 419,77 7,23 -
-Maro Sebo Ilir 7 129,06 2,22 -
-Muara Bulian 20 417,97 7,20 -
-Bajubang 9 1.203,51 20,73 -
-Pemayung 18 1.022,51 17,61 -
-Sumber : Batang Hari Dalam Angka Tahun 2012
4.2. Demografi
Sumber :Bappeda Kab. Batang Hari tahun 2013
Sumber :Bappeda Kab. Batang Hari tahun 2013
Tabel 4.3. Jumlah penduduk dan kepadatannya
Sumber : Badan Pusat Statistik Kabupaten Batang Hari
Nama Kecamatan
Jumlah Penduduk Jumlah KK Tingkat
Pertumbuhan (%) Kepadatan pddk
Tahun Tahun Tahun Tahun
2007 2008 2009 2010 2011 2007 2008 2009 2010 2011 2007 200 8
Maro Sebo Ulu 26,768 26,91
0 27,502
29,30 5
26,89
6 6,577 6,612 6,691 7,130 6,544 2.65 2.38 2,4 1
2,7
7 2,87 30 30 30 32 34
Batin XXIV 21,775 21,97
9 22,359
25,42 3
26,04
2 5,350 5,400 5,440 6,186 6,336 0.98 0.98 1,2 9
2,2
6 2,43 24 24 25 28 29
Muara Tembesi 23,444 23,93
2 24,308
27,23 3
28,04
3 5,760 5,880 5,914 6,626 6,823 1.93 1.94 1,9 5
2,8
7 2,97 56 57 58 65 67
Muara Bulian 51,397 52,79
6 53,325
Bajubang 32,210 32,34
2 32,925
35,24 9
56,74
0 7,914 7,946 8,011 8,576 13,805 3.19 2.83 2,8 3
3,1
4 3,38 27 27 27 29 136
Maro Sebo Ilir 12,675 13,24
5 13,507
12,94 6
36,43
9 3,114 3,254 3,286 3,150 8,866 2.58 2.81 -0,1 3
2,0
1 2,22 98 103 105 100 30
Pemayung 27,866 28,36
2 28,914
29,65 0
29,84
3 6,847 6,969 7,035 7,214 7,261
-9 60,191 2.15 2.10 2,1 2
2,3
4.3. Keuangan dan Perekonomian Daerah
Keuangan kabupaten/kota dalam penyusunan Buku Putih Sanitasi bersumber dana yang tersedia untuk memenuhi kebutuhan investasi program Bidang PenyehatanLingkungan Kabupaten Batang Hari meliputi:
1. Struktur anggaran pendapatan dan belanja daerah (APBD), mencakup (i) Struktur Penerimaan; (ii) Struktur Belanja; 2. Trend perkembangan penerimaan dari: (i) Dana Perimbangan;
(ii) Pendapatan Asli Daerah (PAD); (iii) Penerimaan Daerah Yang Sah;
3. Trend besaran penerimaan dana pembantuan dari pemerintah atasan (Pusat atau Propinsi);
4. Profil dan perkembangan APBD
- Perkembangan Pendapatan Asli Daerah (PAD) dan Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) dalam APBD Kabupaten/Kota - Perkembangan bantuan Pemerintah Pusat (GOI)
- Perkembangan kontribusi dan masyarakat - Perkembangan dana pinjaman
- Perkembangan dan public saving
Realisasi Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) Kabupaten Batang Hari terbagi atas anggaran pendapatan dan anggaran belanja. Untuk masing-masing anggaran dapat dilihat pada tabel dibawa ini .
Tabel 4.4. Rekapitulasi Realisasi APBD Kabupaten Batang Hari Tahun 2008– 2012
No Realisasi Anggaran
Tahun (kali sejuta) Rata2 pertumbu
han
2008 2009 2010 2011 2012
A Pendapatan (a.1 + a.2 + a.3) 429.327 482.833 547.502 649.928 803.79
1
582,676
a.1 Pendapatan Asli Daerah
(PAD) 20.666 18.328 22.251 35.729 37.229
26,841
No Realisasi Anggaran
Tahun (kali sejuta) Rata2 pertumbu
han
2008 2009 2010 2011 2012
a.1.2 Retribusi daerah 6.029 6.423 10.234 14.235 14.653 10,315
a.1.3 Hasil pengolahan kekayaan
daerah yang dipisahkan 1.033 3.096 3.325 5.445 3.653
3,310
a.1.4 Lain-lain pendapatan
daerah yang sah 10.655 5.463 4.386 8.347 10.069
7,784
a.2 Dana Perimbangan
(Transfer) 391.438 437.144 477.443 530.944
739.57
2
515,308
a.2.1 Dana bagi hasil 90.860 119.355 154.001 154.720 279.66
7
115,516
a.2.2 Dana alokasi umum 260.698 277.639 283.646 344.797 427.89
3
318,935
a.2.3 Dana alokasi khusus 39.879 40.149 39.795 31.426 32.010 30,890
a.3 Lain-lain Pendapatan yang
Sah 17.223 27.360 47.807 83.254 26.989
35,602
a.3.1 Hibah 6.917 6,917
a.3.2 Dana darurat
a.3.3 Dana bagi hasil pajak dari
provinsi kepada kab./kota 17.223 15.006 19.667 25.547 25.211
20,531
a.3.4 Dana penyesuaian dan dana
otonomi khusus 6.771 21.222 57.707
28,567
a.3.5
Bantuan keuangan dari
provinsi/pemerintah daerah
lainnya
5.582 1.778
3,680
B Belanja (b1 + b.2) 530.763 514.608 514.796 619.870 769.06
4
589,820
b.1 Belanja Tidak Langsung 259.093 79.368 74.319 68.790 58.258 107,966
b.1.1 Belanja pegawai 192.896 192,896
b.1.2 Bunga
b.1.3 Subsidi 920 2.718 1.090 1.200 900 1,366
b.1.4 Hibah 23.156 26.538 22.202 12.060 11.503 19,092
b.1.5 Bantuan sosial 20.925 27.115 27.493 32.274 21.977 25,957
b.1.6 Belanja bagi hasil
b.1.7 Bantuan keuangan 20.847 22.446 22.442 22.468 22.147 22,070
No Realisasi Anggaran
Tahun (kali sejuta) Rata2 pertumbu
han
2008 2009 2010 2011 2012
b.2 Belanja Langsung 271.669 435.237 440.473 551.076 710.80
3
481,852
b.2.1 Belanja pegawai 26.288 268.130 311.185 353.290 396.02
8
159,129
b.2.2 Belanja barang dan jasa 87.674 74.694 65.832 91.633 99.128 83,792
b.2.3 Belanja modal 157.706 92.413 63.456 106.153 215.64
7
127,075
C Pembiayaan 50.675 78.234
Surplus/Defisit Anggaran (101.43
6) (31.775) 32.706 30.058 34.727
Sumber : Bappeda Kabupaten Batang Hari Tahun 2012
Dari tabel 4.4 terlihat bahwa pendapatan pada tiap tahunnya cendrung adanya peningkatan hal ini disebabkan karena adanya kemampuan pengelolaan keuangan daerah. Proyeksi kemampuan keuangan Kabupaten/Kota yang disesuaikan dengan kondisi keuangannya: Dihitung untuk kurun waktu 5 tahun
Gunakan asumsi dasar sebagai berikut:
- Melihat kecenderungan trend historis pertumbuhan rata-rata per tahun
- Estimasi pertumbuhan akibat adanya action plan
- Adanya kebijaksanaan khusus pemerintahan kabupaten/kota - Proyeksi ketersediaan dana untuk pelaksanaan RPIJM
- Perhitungan kemampuan meminjam Pemerintahan Kabupaten/Kota (ambang batas DCR adalah 1,5)
Tabel 4.5. Tabel Peta Perekonomian Kabupaten Batang Hari Tahun 2007 - 2011
No D e s k r i p s i Tahun
2007 2008 2009 2010 2011
1
PDRB harga
konstan (struktur perekonomian)
4,069,053 4,242,482 4,398,887 3,385,008 3,060,642
3 Pertumbuhan
Ekonomi (%) 5.60 6.24 5.14 6.05 7.90
Sumber : PPSP Kabupaten Batang Hari 2013
4.4. Tata Ruang Wilayah
tantangannya dalam bentuk suatu rencana struktur yang mempunyai hirarki keruangan. Rencana struktur yang dikembangkan tersebut akan mengoptimalkan masing-masing wilayah sehingga tercipta pemenuhan kebutuhan antara wilayah satu terhadap wilayah yang lainnya. Apabila sistem pemenuhan kebutuhan terjadi dalam jangka panjang berarti sistem perekonomian wilayah dapat berjalan sesuai dengan harapan dan perkembangan ekonomi dapat terwujud.
Berdasarkan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 16/PRT/M/2009 tentang Pedoman Penyusunan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten, pengertian dari Rencana Struktur Tata Ruang adalah rencana yang menggambarkan susunan unsur - unsur pembentuk rona lingkungan alam, lingkungan sosial dan lingkungan buatan yang digambarkan secara hirarkis dan berhubungan satu sama lain. Rencana struktur tata ruang mewujudkan hirarki pusat pelayanan wilayah meliputi sistem pusat perkotaan dan perdesaan, pusat-pusat permukiman, hirarki sarana dan prasarana, serta sistem jaringan jalan.
Rencana struktur tata ruang yang ditetapkan adalah struktur ruang yang mampu mencapai tujuan sebagai berikut:
• Mewujudkan Visi dan Misi Pembangunan Kabupaten Batang Hari;
• Menyelaraskan antara perkembangan penduduk dan kebutuhan kelengkapan sarana dan prasarana pada setiap wilayah;
• Mengoptimalkan keterbatasan ketersediaan sumberdaya yang ada, baik sumberdaya manusia, alam, sumberdaya binaan, dan sumberdaya pembiayaan;
Arahan pengembangan pusat kegiatan dilakukan melalui pengembangan pusat-pusat permukiman baik pusat permukiman perkotaan maupun perdesaan untuk melayani kegiatan ekonomi, pelayanan pemerintahan dan pelayanan jasa, bagi kawasan permukiman maupun daerah sekitarnya. Pusat-pusat kegiatan ditujukan untuk melayani perkembangan berbagai usaha atau kegiatan dan permukiman masyarakat dalam wilayahnya dan wilayah sekitarnya.Pengembangan pusat-pusat kegiatan dilakukan secara selaras, saling memperkuat dan serasi dalam ruang wilayah. Pengembangan pusat - pusat kegiatan diserasikan dengan sistem permukiman, jaringan prasarana dan sarana, serta peruntukan ruang lain yang berada di dalarn kawasan budidaya wilayah sekitarnya, yang ada maupun yang direncanakan, sehingga pengembangannya dapat meningkatkan mutu pemanfaatan ruang yang ada.
Sistem pusat-pusat kegiatan atau sistem permukiman tidak bisa dilepaskan dari tata ruang yang ada, karena permukiman merupakan salah satu unsur penting dalam membentuk struktur tata ruang. Sementara itu penataan ruang sendiri pada dasarnya mengarahkan sistem permukiman.
Tabel 4.6. Rencana Sistem Perkotaan dan Perdesaan Kabupaten Batang Hari 2011-2031
No Kecamatan Hierarki
Fungsi Fungsi Utama
1. Muara Bulian PKW
Pusat pemerintahan Kabupaten, Perdagangan dan jasa skala regional, Pelayanan transportasi, industri
pengolahan, Pusat kesehatan, Pusat pendidikan, Pusat peribadatan
2. Muara Tembesi PKL
pusat pemerintahan kecamatan, pusat kesehatan,
pusat pendidikan,
pusat perdagangan dan jasa regional, pusat peribadatan
pelayanan transportasi
3. Bathin XXIV PKL
Pusat pemerintahan kecamatan, Pusat kesehatan,
Pusat pendidikan, Pusat peribadatan Simpul transportasi
4. Maro Sebo Ulu PKL
Pusat pemerintahan kecamatan,
Pusat perdagangan dan jasa sub regional, Pusat kesehatan,
Pusat pendidikan, Pusat peribadatan, Simpul transportasi
5. Mersam PPK
Pusat pelayanan pemerintahan kecamatan,
perdagangan dan jasa, pusat kesehatan,
pusat rekreasi, olahraga dan wisata
6. Bajubang PPK
Pusat pelayanan pemerintahan kecamatan,
perdagangan dan jasa, pusat kesehatan,
pusat rekreasi, olahraga dan wisata
7. Maro Sebo Ilir PPK
Pusat pelayanan pemerintahan kecamatan,
perdagangan dan jasa, pusat kesehatan,
pusat rekreasi, olahraga dan wisata
8. Pemayung PPK
Pusat pelayanan pemerintahan kecamatan,
No Kecamatan Hierarki
Fungsi Fungsi Utama
9. Maro Sebo Ilir (Desa Tidar Kuraji) PPL
daerah pendukung kawasan perkebunan, pusat perdagangan dan jasa
sub-Pusat pelayanan pemerintah skala kecamatan
10. Kecamatan Mersam (Desa Tapak Sari) PPL
daerah pendukung kawasan perkebunan, pusat perdagangan dan jasa
sub-pusat pelayanan pemerintah skala kecamatan;
11.
Kecamatan Maro Sebo Ulu (Desa Tebing Tinggi)
PPL
daerah pendukung kawasan perkebunan, pusat perdagangan dan jasa
sub-pusat pelayanan pemerintah skala kecamatan;
12.
Kecamatan Bathin XXIV (Desa Jangga Baru)
PPL
daerah pendukung kawasan perkebunan pusat perdagangan dan jasa
sub-pusat pelayanan pemerintah skala kecamatan
13. Kecamatan Bajubang (Desa Bungku) PPL
daerah pendukung kawasan perkebunan pusat perdagangan dan jasa
sub-pusat pelayanan pemerintah skala kecamatan
Sumber : Hasil Analisa RTRW Kab. Batang Hari 2011
4.5. Sosial dan Budaya
Tabel 4.7. Fasilitas pendidikan yang tersedia di Kabupaten Batang Hari Tahun 2011
Nama Kecamatan
Jumlah Sarana Pendidikan
Umum Agama
SD SLT P
SMA SMK MI MT
s MA
Mersam 23 4 1 - 2 4 1
Maro Sebo Ulu 23 6 1 - 1 3 1
Batin XXIV 30 8 2 - - 3 4
Muara Tembesi 25 4 1 - - 4 3
Muara Bulian 38 8 4 5 6 8 6
Bajubang 31 7 1 - 1 3
-Maro Sebo Ilir 10 5 1 - - 1 1
Pemayung 27 6 1 1 - 4 2
JUMLAH 207 48 12 6 10 30 18
Sumber :Batang Hari Dalam Angka Tahun 2012
Tabel 4.8. Jumlah penduduk miskin per kecamatan
Nama Kecamatan Jumlah keluarga miskin (KK)
Mersam 2,077
Maro Sebo Ulu 4,494
Batin XXIV 1,629
Muara Tembesi 3,304
Muara Bulian 4,008
Bajubang 2,232
Maro Sebo Ilir 848
Pemayung 2,810
JUMLAH 21,402
4.6. Kelembagaan Pemerintah Daerah
Kepemerintahan dimaknai sebagai suatu kesepakatan menyangkut pengaturan daerah yang diciptakan bersama oleh pemerintah, masyarakat madani dan sektor swasta. Untuk mewujudkan tata pemerintahan yang baik perlu dibangun dialog antara pelaku-pelaku penting dalam daerah, agar semua pihak merasa memiliki tata pengaturan tersebut. Tanpa kesepakatan yang dilahirkan dari dialog ini, kesejahteraan tidak akan tercapai karena aspirasi politik maupun ekonomi tersumbat.
Kepemerintahan adalah penggunaan wewenang ekonomi, politik dan administrasi guna mengelola urusan-urusan daerah pada semua tingkat. Kepemerintahan mencakup seluruh mekanisme, proses dan lembaga-lembaga dimana warga dan kelompok-kelompok masyarakat mengutarakan kepentingan mereka, menggunakan hak hukum, memenuhi kewajiban dan menjembatani perbedaan-perbedaan diantara mereka.
Kepemerintahan dimaknai sebagai penyelengaraan pemerintahan menyangkut 3 dimensi. Pertama Dimensi Struktural meliputi tata hubungan antara Pemerintah Pusat dengan Pemerintah Daerah, Struktur hubungan antara eksekutif dengan legislatif ataupun sturktur hubungan antara pemerintahan dengan masyarakat. Kedua adalah Dimensi Fungsional yang menyangkut perubahan fungsi yang dijalankan oleh Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah maupun masyarakat. Ketiga, Perubahan Kultural menyangkut perubahan pada tata nilai dan budaya yang melandasi hubungan kerja intra organisasi, antar organisasi maupun ekstra organisasi, untuk mengendalikan perubahan kultural diperlukan kepemimpinan yang kuat, amanah dan memiliki visi.
merupakan objek sekaligus subyek dari sektor pemerintah maupun swasta. Karena di dalam masyarakat terjadi interaksi di bidang politik, ekonomi, maupun sosial budaya melalui partisipasi yang juga diamanatkan kepada masyarakat.