• Tidak ada hasil yang ditemukan

Laporan Pendahuluan Evaluasi Struktur Ru

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Laporan Pendahuluan Evaluasi Struktur Ru"

Copied!
89
0
0

Teks penuh

(1)
(2)

dokumen tugas mata kuliah Praktek Perencanaan Wilayah yang berjudul “Laporan Pendahuluan Evaluasi Struktur Ruang Wilayah Kabupaten Lamongan ” dengan lancar. Selama proses penulisan penulis banyak mendapatkan bantuan dari pihak-pihak lain sehingga laporan ini dapat terselesaikan dengan optimal. Pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian laporan ini yaitu:

1. Bapak Ir. Sardjito, MT. , sebagai dosen mata kuliah Praktek Perencanaan Pesisir yang telah membimbing kami dalam menyelesaikan laporan ini serta memberikan ilmu yang sangat bermanfaat,

2. Instansi pemerintah dan masyarakat Kabupaten Lamongan yang telah membantu memberikan segala informasi terkait data pengerjaan penyelesaian laporan ini, 3. Orang tua yang selalu memberikan motivasi,

4. Teman-teman angkatan PWK 2013 yang telah banyak membantu kelancaran penyusunan laporan ini,

5. Serta semua pihak yang telah membantu dalam kelancaran penyelesaian laporan ini yang tidak bisa disebutkan satu per satu

Sekian, semoga laporan ini dapat bermanfaat secara luas bagi perkembangan wilayah perencanaan serta rekomendasi ke depannya. Penulis menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kritik dan saran yang bersifat membangun sangat penulis harapkan.

Surabaya, 16 November 2016

(3)

BAB I PENDAHULUAN... 4

1.1 Latar Belakang... 4

1.2 Tujuan dan Sasaran ... 4

1.2.1 Tujuan ... 4

1.2.2 Sasaran ... 4

1.3 Ruang Lingkup ... 4

1.3.1 Ruang Lingkup Wilayah... 5

BAB II KAJIAN TEORI DAN KEBIJAKAN... 6

2.1 Tinjauan Kebijakan ... 6

2.1.1 Definisi Struktur Ruang... 6

2.1.2 Fungsi Dan Syarat Struktur Ruang ... 7

2.1.3 Perbedaan Pola Ruag dan Struktur Ruang ... 8

2.1.4 Urgensi Struktur Ruang ... 10

2.2 Central Places Theory (Teori Tempat Pusat) ... 10

2.2.1 Teori Christaller... 11

2.2.2 Teori Losch ... 13

BAB III GAMBARAN UMUM... 14

3.1 Gambaran Umum Aspek Fisik Dasar Dan Lingkungan Hidup ... 14

3.1.1 Gambaran Umum Fisik Dasar ... 14

3.1.2 Gambaran Umum Lingkungan Hidup ... 16

3.2 Gambaran Umum Aspek Tata Ruang... 17

3.2.1 Pengembangan Sistem Perdesaan ... 17

3.2.2 Pengembangan Sistem Perkotaan ... 18

3.2.3 Penetapan Kawasan Perdesaan dan Perkotaan ... 20

3.2.4 Wilayah Pengembangan ... 29

3.2.5 Kawasan Permukiman ... 35

3.2.6 Penggunaan Lahan ... 36

3.3 Gambaran Umum Aspek Kependudukan ... 37

3.4 Gambaran Umum Aspek Transportasi dan Aksesibilitas ... 38

3.4.1 Transportasi darat ... 38

3.4.2 Trasnportasi laut ... 40

(4)

3.5.1 Aspek Utilitas ... 40

3.5.2 Aspek Fasilitas Umum ... 42

3.6 Gambaran Umum Aspe Ekonomi ... 49

3.6.1 Pertanian/ Agriculture ... 49

3.6.2 Industri/ Manufacture ... 60

BAB IV METODE PENDEKATAN ... 63

4.1 Sistem Pusat Pemukiman ... 63

4.1.1 Analisis Skalogram Guttman ... 63

4.2 Metode Pendekatan Aspek Fisik Dasar Dan Lingkungan Hidup ... 65

4.2.1 Metode Pendekatan Aspek Fisik Dasar ... 65

4.2.2 Metode Inventarisasi Aspek Lingkungan Hidup ... 66

4.3 Metode Pendekatan Aspek Tata Ruang ... 67

4.3.1 Analisis Hirarki ... 67

4.3.2 Kerangka Pikir Pengerjaan ... 68

4.4 Metode Pendekatan Aspek Kependudukan... 69

4.4.1 Analisis Kepndudukan ... 69

4.4.2 Kerangka Pikir Pengerjaan ... 70

4.5 Metode Pendekatan Aspek Transportasi dan Aksesibilitas ... 70

4.5.1 Analisis Aksesbilitas ... 70

4.5.2 Analisis Hirarki Jalan ... 71

4.5.3 Keranga Pikir Pengerjaan ... 74

4.6 Metode Pendekatan Aspek Fasilitas dan Utilitas ... 74

4.6.1 Analisis Utilitas dan Fasilitas ... 74

4.6.2 Analisis Skalogram ... 74

4.6.3 Kerangka Pikir Pengerjaan ... 77

4.7 Metode Pendekatan Aspek Ekonomi ... 78

4.7.1 Identifikasi Kondisi Pelayanan Aspek Ekonomi ... 78

4.7.2 Analisis Skalogram Guttman ... 78

4.7.3 Analisis Hirarki Perkotaan ... 79

4.7.4 Kerangka Pikir Pengerjaan ... 79

BAB V DESIGN SURVEY ... 81

(5)

5.3 Design Survey Aspek Tata Ruang ... 82

5.4 Design Survey Aspek Kependudukan ... 83

5.5 Design Survey Aspek Transportasi ... 84

5.6 Design Survey Aspek Fasilitas dan Utilitas ... 84

(6)

BAB I PENDAHULUAN

1.1

Latar Belakang

Setiap wilayah memiliki berbagai upaya perencanaan terhadap wilayah tersebut dalam memenuhi kebutuhan masyarakatnya. Contohnya seperti wilayah tersebut memberikan pelayanan kepada masyarakatnya dengan menyediakan berbagai fasilitas sebagai penunjang dari kegiatan yang dilakukan oleh masyarakatnya. Sarana adalah fasilitas penunjang yang berfungsi untuk penyelenggaraan dan pengembangan kehidupan sosial, ekonomi dan budaya (UU No.1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan Pemukiman).

Sarana dalam suatu wilayah dapat meliputi sarana pendidikan, sarana peribadatan, sarana kesehatan, dan lain sebagainya yang memiliki fungsi-fungsi tertentu dalam memfasilitasi berbagai kegiatan yang dilakukan oleh masyrakat. Fungsi dari masing-masing sarana atau fasilitas tersebut tentunya memiliki hierarki atau orde atau tingkatan dalam suatu wilayah. Penentuan hierarki dari suatu pelayanan dalam wilayah dapat ditentukan dengan berbagai metode yakni seperti skalogram Guttman dan analisis sentralitas Marshall.

Dengan mengetahui hierarki atau orde dari suatu pelayanan, selanjutnya akan lebih mudah dalam pendistribusian dari tiap-tiap sarana tersebut di dalam suatu wilayah, tentu dengan persebaran yang merata.

1.2

Tujuan dan Sasaran

1.2.1

Tujuan

Tujuan dalam pembuatan laporan ini adalah untuk mengetahui orde kota berdasarkan hierarki atau tingkatan suatu kota serta pendistribusian atau penyebaran dari pelayanan dan fasilitas dalam wilayah tersebut dengan memahami kondisi eksisting Kabupaten Lamongan.

1.2.2

Sasaran

- Teridentifikasinya orde kota berdasarkan hierarki kota.

- Teridentifikasinya persebaran dan jumlah fasilitas Kabupaten Lamongan. - Teranalisisnya persebaran dan jumlah fasilitas Kabupaten Lamongan.

- Teranalisisnya hubungan antara keterkaitan ekonomi dan interaksi spasialnya. - Teranalisisnya aksesibilitas antar pusat dengan daerah lain.

1.3

Ruang Lingkup

(7)

ekonomi wilayah.

1.3.1

Ruang Lingkup Wilayah

Secara Administrasi wilayah kabupaten Lamongan memiliki batas-batas, sebagai

berikut:

Sebelah Utara

: Laut Jawa

Sebelah Timur

: Kabupaten Gresik

Sebelah Selatan

: Kabupaten Jombang dan Mojokerto

Sebelah Barat

: Kabupaten Bojonegoro dan Tuban

Wilayah perencanaan terdiri atas 27 kecamatan dengan jumlah desa/kelurahan

sebanyak 474 desa/kelurahan (462 desa dan 12 kelurahan). Jumlah dusun

sebanyak 1.486 dusun dan Rukun Tetangga (RT) sebanyak 6.843 RT. Dengan

Luas wilayah keseluruhan adalah 181.280 Ha. Adapun kecamatan

kecamatan

yang ada di dalam wilayah Kabupaten Lamongan meliputi Kecamatan Sukorame,

Bluluk, Ngimbang, Sambeng, Mantup, Kembangbahu, Sugio, Kedungpring,

Modo, Babat, Pucuk, Sukodadi, Lamongan, Tikung, Sarirejo, Deket, Glagah,

Karangbinangun, Turi, Kalitengah, Karanggeneng, Sekaran, Maduran, Laren,

(8)

BAB II KAJIAN TEORI DAN KEBIJAKAN

2.1

Tinjauan Kebijakan

2.1.1

Definisi Struktur Ruang

Menurut UU no 26 tahun 2007 Tentang Penataan Ruang, Ruang adalah wadah yang meliputi ruang darat, ruang laut dan ruang udara, termasuk ruang di dalam bumi sebagai satu kesatuan wilayah, tempat manusia dan makhluk lain hidup, melakukan kegiatan serta melihara kelangsungan hidupnya. Kemudian Menurut UU No 15 Tahun 2010 Tentang Pedomam Penataan Ruang, Struktur ruang adalah susunan pusat-pusat permukiman, sistem jaringan serta sistem prasarana maupun sarana. Semua hal itu berfungsi sebagai pendukung kegiatan sosial-ekonomi yang secara hirarki berhubungan fungsional. Tata ruang merupakan wujud struktural dan pola pemanfaatan ruang baik yang direncanakan ataupun tidak. Wujud struktural pemanfaatan ruang adalah susunan unsur-unsur pembentuk rona lingkungan alam, lingkungan sosial, dan lingkungan buatan yang secara hirarkis dan struktural berhubungan satu dengan yang lainnya membentuk tata ruang. Struktur ruang wilayah kota merupakan gambaran sistem pusat pelayanan kegiatan internal kota dan jaringan infrastruktur kota sampai akhir masa perencanaan, yang dikembangkan untuk mengintegrasikan wilayah kota dan melayani fungsi kegiatan yang ada/direncanakan dalam wilayah kota pada skala kota, yang merupakan satu kesatuan dari sistem regional, provinsi, nasional bahkan internasional. Rencana sturktur ruang kota mencakup: rencana pengembangan pusat pelayanan kegiatan kota, dan rencana sistem prasarana kota.

(9)

ruang kota. Wujud struktural pemanfaatan ruang kota di antaranya meliputi hierarki pusat pelayanan kegiatan perkotaan, seperti pusat kota, pusat bagian wilayah kota, dan pusat lingkungan; yang ditunjang dengan sistem prasarana jalan seperti jalan arteri, kolektor, dan lokal.

Selain pusat-pusat pelayanan kegiatan perkotaan dan kawasan fungsional perkotaan, unsur pembentuk struktur tata ruang kota adalah sistem prasarana dan sarana. Prasarana perkotaan adalah kelengkapan dasar fisik yang memungkinkan kawasan permukiman perkotaan dapat berfungsi sebagaimana mestinya. Jenis prasarana : Transportasi, Air bersih, Air limbah, Drainase, Persampahan, Listrik, dan Telekomunikasi. Sarana perkotaan adalah kelengkapan kawasan permukiman perkotaan, yaitu : Pendidikan, Kesehatan, Peribadatan, Pemerintahan dan Pelayanan umum, Perdagangan dan Industri, dan sarana olahraga serta ruang terbuka hijau.

Istilah “stuktur ruang” menurut (UU No 26 Tahun 2007) biasanya digunakan untuk menganalisis penyelenggaraan proses penataan perencanaan tata ruang, pemanfaatan ruang dan pengendalian ruang. Penyelenggaraan penataan ruang adalah kegiatan yang meliputi pengaturan, pembinaan, pelaksanaan, dan pengawasan penataan ruang. Sehingga struktur ruang adalah susunan pusat-pusat permukiman dan sistem jaringan prasarana dan sarana yang berfungsi sebagai pendukung kegiatan sosial ekonomi masyarakat yang secara hierarkis memiliki hubungan fungsional.

Menurut Doxiadis (1968), permukiman atau perkotaan merupakan totalitas lingkungan yang terbentuk oleh 5 unsur :

a. Alam (nature)

Keadaan permukiman perkotaan berbeda dengan permukiman perdesaan. Lansekap yang ada biasanya lebih luas, dan biasanya berlokasi di dataran, dekat dengan danau, sungai atau laut, dan dekat dengan rute transportasi. Hal ini cukup penting untuk perumahan lebih dari 20.000 penduduk, dan menjadi prasyarat utama untuk

2.1.2

Fungsi Dan Syarat Struktur Ruang

Rencana struktur ruang wilayah kota berfungsi :

 sebagai arahan pembentuk sistem pusat-pusat pelayanan wilayah kota yang memberikan layanan bagi wilayah kota;

(10)

 sebagai dasar penyusunan indikasi program utama jangka menengah lima tahunan untuk 20 (dua puluh) tahun.

Rencana struktur ruang wilayah kota dirumuskan dengan kriteria:

 memperhatikan rencana struktur ruang wilayah kabupaten/kota yang berbatasan;  jelas, realistis, dan dapat diimplementasikan dalam jangka waktu perencanaan

pada wilayah kota bersangkutan;

 penentuan pusat-pusat pelayanan di dalam struktur ruang kota harus berhirarki dan tersebar secara proporsional di dalam ruang kota serta saling terkait menjadi satu kesatuan sistem;

 sistem jaringan prasarana kota dibentuk oleh sistem jaringan transportasi sebagai sistem jaringan prasarana utama dan dilengkapi dengan sistem jaringan prasarana lainnya.

2.1.3

Perbedaan Pola Ruag dan Struktur Ruang

Menurut UU N0 15 Tahun 2010 Struktur Ruang Kota adalah kerangka sistem pusat-pusat pelayanan kegiatan kota yang berhierarki dan satu sama lain dihubungkan oleh sistem jaringan prasarana wilayah kota.

Rencana struktur ruang wilayah kota berfungsi :

 sebagai arahan pembentuk sistem pusat-pusat pelayanan wilayah kota yang memberikan layanan bagi wilayah kota;

 sebagai arahan perletakan jaringan prasarana wilayah kota sesuai dengan fungsi jaringannya yang menunjang keterkaitan antar pusat-pusat pelayanan kota; dan  sebagai dasar penyusunan indikasi program utama jangka menengah lima

tahunan untuk 20 (dua puluh) tahun.

Pusat pelayanan di wilayah kota merupakan pusat pelayanan sosial, budaya, ekonomi, dan/atau administrasi masyarakat yang melayani wilayah kota dan regional, yang meliputi:

 pusat pelayanan kota, melayani seluruh wilayah kota dan/atau regional

 subpusat pelayanan kota, melayani sub-wilayah kota  pusat lingkungan, melayani skala lingkungan wilayah kota

Rencana struktur ruang wilayah kota dirumuskan berdasarkan:  kebijakan dan strategi penataan ruang wilayah kota;

 kebutuhan pengembangan dan pelayanan wilayah kota dalam rangka mendukung kegiatan sosial ekonomi;

(11)

Rencana pola ruang wilayah kota merupakan rencana distribusi peruntukan ruang dalam wilayah kota yang meliputi rencana peruntukan ruang untuk fungsi lindung dan rencana peruntukan ruang untuk fungsi budi daya.

Rencana pola ruang wilayah kota berfungsi:

 sebagai alokasi ruang untuk berbagai kegiatan sosial ekonomi masyarakat dan kegiatan pelestarian lingkungan dalam wilayah kota;

 mengatur keseimbangan dan keserasian peruntukan ruang;

 sebagai dasar penyusunan indikasi program utama jangka menengah lima tahunan untuk 20 (dua puluh) tahun; dan

 sebagai dasar pemberian izin pemanfaatan ruang pada wilayah kota. Rencana pola ruang wilayah kota dirumuskan berdasarkan:

 kebijakan dan strategi penataan ruang wilayah kota;

 daya dukung dan daya tampung lingkungan hidup wilayah kota;

 kebutuhan ruang untuk pengembangan kegiatan sosial ekonomi dan lingkungan; dan

 ketentuan peraturan perundang-undangan terkait. Rencana pola ruang wilayah kota dirumuskan dengan kriteria:

 merujuk rencana pola ruang yang ditetapkan dalam RTRWN beserta rencana rincinya;

 merujuk rencana pola ruang yang ditetapkan dalam RTRW provinsi beserta rencana rincinya;

 memperhatikan rencana pola ruang wilayah kabupaten/kota yang berbatasan;  memperhatikan mitigasi bencana pada wilayah kota;

 memperhatikan kepentingan pertahanan dan keamanan dalam wilayah kota;  menyediakan ruang terbuka hijau minimal 30 % dari luas wilayah kota;  menyediakan ruang untuk kegiatan sektor informal;

 menyediakan ruang terbuka non hijau untuk menampung kegiatan sosial, budaya, dan ekonomi masyarakat kota; dan

 jelas, realistis, dan dapat diimplementasikan dalam jangka waktu perencanaan pada wilayah kota bersangkutan;

 mengacu pada klasifikasi pola ruang wilayah kota yang terdiri atas kawasan lindung dan kawasan budi daya.

(12)

membahas mengenai letaknya. Jika yang terjadi adalah struktur ruang tidak dibatasi dan boleh untuk menaikkan target tidak demikian dengan pola ruang. Sehingga struktur ruang dan pola ruang mempunyai keterkaitan dalam penyusunan rencana tata ruang.

2.1.4

Urgensi Struktur Ruang

Struktur merupakan salah satu elemen penting pembentuk tata ruang kota dan wilayah. Struktur ruang menjadi satu hal yang penting mengingat pengertiannya sebagai susunan antara pusat-pusat pelayanan, permukiman, dengan jaringan dan sistem sarana dan prasarana yang berhierarki dan berhubungan fungsional untuk mendukung kegiatan sosial-ekonomi. Artinya dengan keberadaan struktur ruang, memudahkan seseorang untuk memahami arah pembangunan suatu kota ataupun wilayah.

Urgensi dari keberadaan struktur ruang kota adalah memberikan arahan yang jelas mengenai peran serta perilaku bagian kota dalam rangka memberikan pelayanan bagi penduduk kota secara keseluruhan. Struktur ruang kota juga akan menjelaskan bagaimana hubungan satu kota dengan kota yang lain atau bahkan satu bagian kota dengan bagian kota yang lain. Menjelaskan sistem dalam skala kota dan wilayah yang jelas serta memberikan gambaran akan keterhubungan setiap bagian kota atau bahkan sulit tidaknya penduduk kota untuk menjangkau pelayanan kota tersebut.

Urgensi perencanaan struktur ruang adalah memberikan penilaian dan rencana terhadap struktur ruang eksisting yang dianggap kurang baik. Artian kurang baik atau tidak baik dalam urusan keberadaan struktur ruang adalah melihat kembali keterjangkauan pusat-pusat layanan dengan masyarakatnya dan juga bagaimana keterhubungan antara kota-hinterlandnya dan/atau bagian kota terhadap bagian kota lainnya serta sistem pembentuk dalam skala wilayah. Perencanaan struktur ruang menjadi sangat penting setelah evaluasi dan struktur ruang eksisting yang dinilai buruk. Urgensi perencanaan struktur ruang juga menjadi sangat penting melihat struktur ruang diposisikan sebagai acuan atau memberi fungsi untuk menetapkan prioritas pembangunan, indikasi program jangka 20 tahunan, serta menjadi arahan pembentuk sistem kota dan wilayah, dan arahan bagi peletakan jaringan prasarana wilayah sesuai dengan fungsi jaringannya.

2.2

Central Places Theory (Teori Tempat Pusat)

(13)

fungsional antara satu pusat dengan wilayah sekelilingnya. Keterkaitan tersebut berupa fenomena global cities dan keterkaitan desa-kota. Keterkaitan ini lumrah terjadi, karena tidak semua wilayah mampu memproduksi semua kebutuhannya senidiri, sehingga harus menggantungkan salah satunya kepada tempat lain. Selain keterkaitan fungsional, dalam pembentukan tempat pusat juga didukung oleh adanya dukungan penduduk untuk keberadaan suatu fungsi tertentu. Dalam suatu wilayah terdapat sebuah tempat dengan kompleksitas kegiatan yang lengkap. Kegiatan yang berlangsung biasanya berupa perdaganganyang dinamakan sebagai tempat pusat, dimana tersedia barang dan jasa yang dibutuhkan bagi penduduk tempat tersebut dan daerah di sekitarnya.

Dengan adanya tempat pusat tersebut, maka terbentuklah hierarki keruangan wilayah sehingga suatu kawasan memiliki hubungan dengan kawasan lain, terutama dalam pemenuhan kebutuhan. Berkurangnya penduduk, dapat berakibat pada kemunduran atau berkurangnya fungsi kota. Perubahan dalam pendapatan karena perubahan harga dan penawaran barang-barang pusat juga dapat mempengaruhi pertumbuhan pusat-pusat sentral. Selain itu, alat transportasi juga memberi kedudukan yang menguntungkan pada tempat-tempat sentral karena dapat mendistribusi kan barang ke luar dari tempat sentral. Asas pengangkutan akan berpengaruh apabila jumlah permintaan terhadap barang sentral jumlahnya banyak dan prasarana transportasi (jalan) besar. Artinya, lingkungan alam memegang peranan akan pembentukan jaringan hubungan lalu lintas. Asas pemerintahan akan berpengaruh jika aspek-aspek non-ekonomi lebih kuat dibandingkan dengan aspek yang lainnya. Jaringan setiap kota sedang dibentuk dengan dukungan alam yang menguntungkan.

Dari fenomena inilah muncul teori pusat atau Central Place Theory yang untuk pertama kali dikemukakan oleh Walter Christaller pada tahun 1933 dalam bukunya yang diterjemahkan dalam bahasa Inggris berjudul Central Places In Southern Germany (diterjemahkan oleh C.W. Baski pada tahun 1966). Elemen dalam teoritempat pusat: Terdapat suatu tempat pusat yang dibentuk oleh fungsi yang besifat memusat (central function/profession), fungsi (barang/jasa) yang ada beberapa titik tertentu saja.Adanya jumlah penduduk tertentu yang mendukung keberadaan fungsi tertentu tersebut à batas ambang (threshold) Frekuensi penggunaan jasa sangat berpengaruh terhadap penduduk ambang.Jarak di mana penduduk masih mau untuk melakukan perjalanan untuk mendapatkan pelayanan atau fungsi tertentu

(range of goods).

2.2.1

Teori Christaller

Walter Christaller pada tahun 1933 dalam bukunya yang diterjemahkan

(14)

C.W. Baski pada tahun 1966) mengemukakan tentang teori tempat pusat. Adapun bunyi teori Christaller yaitu “Jika persebaran penduduk dan daya belinya sama baiknya dengan bentang alam, sumber dayanya, dan fasilitas tranportasinya, semuanya sama/seragam,

lalu pusat-pusat pemukiman mennyediakan layanan yang sama, menunjukkan fungsi

yang serupa, dan melayani area yang sama besar, maka hal tersebut akan membentuk kesamaan jarak antara satu pusat pemukiman dengan pusat pemukiman lainnya”

Beberapa asumsi yang mendasari teori Christaller antar lain:

a. Suatu wilayah merupakan dataran yang rata, mempunyai karakteristik ekonomis dan karakteristik penduduk yang sama serta penduduknya tersebar secara merata. b. Dalam suatu kegiatan ekonomi, konsumen menanggung biaya

transportasi.Jangkauan (range) suatu barang ditentukan oleh jarak yang dinyatakan dalam biaya dan waktu.

c. Konsumen memilih tempat pusat yang paling dekat untuk mendapatkan barang dan jasa.

d. Kota-kota berfungsi sebagai tempat pusat bagi wilayah disekitarnya. Model Chistaller tentang terjadinya model area perdagangan heksagonal sebagai berikut:

1. Mula-mula terbentuk areal perdagangan satu komoditas berupa lingkaran-lingkaran.

2. Setiap lingkaran memiliki pusat dan menggambarkan threshold dari komoditas tersebut.

3. Kemudian digambarkan lingkaran-lingkaran berupa range dari komoditas tersebut yang lingkarannya boleh tumpang tindih.

4. Range yang tumpang tindih dibagi antara kedua pusat yang berdekatan sehingga terbentuk areal yang heksagonal yang menutupi seluruh daratan yang tidak lagi tumpang tindih.

5. Tiap barang berdasarkan tingkat ordenya memiliki heksagonal sendiri-sendiri. Pusat-pusat membentuk segitiga pelayanan yang jika digabungkan akan membentuk pola heksagonal yang merupakan wilayah pelayanan yang dianggap optimum. Terdapat beberapa prinsip mengenai pola heksagonal Christaller : 1. Prinsip pasar (marketing principle) k=3

- Memenuhi kebutuhan pelayanan seluas mungkin.

- Disebut juga sebagai prinsip k=3 (K3), karena suatu kegiatan di tempat pusat akan melayani 3 tempat pusat untuk fungsi di bawahnya, 1 tempat pusat sendiri di tambah 2 tempat pusat hierarki di bawahnya.

- Adapun rumus formulanya yaitu k = 1 + ½ (0) + 1/3 (6) = 3 2. Prinsip lalu lintas (traffic principle) k=4

(15)

- Disebut sebagai k=4 karena 1 empat pusat melayani empat tempat pusat lain, yaitu 1 pada tempat pusatnya itu sendiri dan 3 dari tempat pusat lain.

- Bersifat linier, karena tempat pusat berada pada titik tengah dari setiap sisi heksagon.

- Adapun rumus formulanya yaitu k = 1 + ½ (6) + 1/3 (0) = 4 3. Prinsip administrasi (administrative principle) k=7

- Prinsip utamanya adanya kemudahan dalam rentang kendali pengawasan pemerintahan.

- Keenam pusat hierarki di bawahnya berada pada batas wilayah pelayanan hierarki di atasnya.

2.2.2

Teori Losch

Meskipun teori tempat pusat Losch's melihat lingkungan yang ideal untuk

konsumen, baik dan ide-ide Christaller adalah penting untuk mempelajari lokasi ritel di daerah perkotaan. Seringkali, dusun kecil di daerah pedesaan melakukan tindakan sebagai tempat pusat pemukiman berbagai kecil karena mereka adalah di mana orang melakukan perjalanan untuk membeli barang-barang sehari-hari mereka. Namun, ketika mereka harus membeli barang-barang bernilai tinggi seperti mobil dan komputer, mereka harus melakukan perjalanan ke kota besar atau kota - yang berfungsi tidak hanya pemukiman kecil mereka tetapi orang di sekitar mereka juga.

(16)

BAB III GAMBARAN UMUM

3.1

Gambaran Umum Aspek Fisik Dasar Dan Lingkungan Hidup

3.1.1

Gambaran Umum Fisik Dasar

Secara umum

Lamongan merupakan salah satu kabupaten yang terletak di pantai utara Jawa Timur. Sebagian kawasan pesisir berupa perbukitan. Formasi ini merupakan kelanjutan dari rangkaian Pegunungan Kapur Utara. Di bagian tengah terdapat dataran rendah dan bergelombang, dan sebagian tanah adalah rawa. Di bagian selatan terdapat pegunungan, yang merupakan ujung timur dari Pegunungan Kendeng. Sungai Bengawan Solo mengalir di bagian utara.

Secara geografis Kabupaten Lamongan terletak pada 651'54" - 723'06" Lintang Selatan dan 11233'45" - 11233'45" Bujur Timur. Kabupaten Lamongan memiliki luas wilayah kurang lebih 1.812,8 km2 atau +3.78% dari luas wilayah Propinsi Jawa Timur. Dengan panjang garis pantai sepanjang 47 km, maka wilayah perairan laut Kabupaten Lamongan adalah seluas 902,4 km2, apabila dihitung 12 mil dari permukaan laut.

Daratan Kabupaten Lamongan dibelah oleh Sungai Bengawan Solo, dan secara garis besar daratannya dibedakan menjadi 3 karakteristik yaitu:

1. Bagian Tengah Selatan merupakan daratan rendah yang relatif agak subur yang membentang dari Kecamatan Kedungpring, Babat, Sukodadi, Pucuk, Lamongan, Deket, Tikung, Sugio, Maduran, Sarirejo dan Kembangbahu.

2. Bagian Selatan dan Utara merupakan pegunungan kapur berbatu-batu dengankesuburan sedang. Kawasan ini terdiri dari Kecamatan Mantup, Sambeng,Ngimbang, Bluluk, Sukorame, Modo, Brondong, Paciran, dan Solokuro. 3. Bagian Tengah Utara merupakan daerah Bonorowo yang merupakan daerah

rawan banjir.Kawasan ini meliputi kecamatan Sekaran, Laren, Karanggeneng, Kalitengah, Turi, Karangbinagun, Glagah.

Batas wilayah administratif Kabupaten Lamongan adalah: Sebelah Utara perbatasan dengan laut jawa, sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Gresik,Sebelah Selatan berbatasan dengan Kabupaten Jombang dan Kabupaten Mojokerto, sebelah barat berbatasan dengan Kabupten Bojonegoro dan Kabupaten Tuban.

A.

Topografi

Kondisi topografi Kabupaten Lamongan dapat ditinjau dari ketinggian wilayah di atas permukaan laut dan kelerengan lahan. Kabupaten Lamongan terdiri dari daratan rendah dan bonorowo dengan tingkat ketinggian 0-25 meter seluas 50,17%, sedangkan ketinggian 25-100 meter seluas 45,68%, selebihnya 4,15% berketinggian di atas 100 meter di atas permukaan air laut.

(17)

kecamatan Lamongan, Deket, Turi,Sekaran, Tikung, Pucuk, Sukodadi, Babat, Kalitengah, Karanggeneng,Glagah, Karangbinagun,Mantup, Sugio, Kedongpring, Sebagian Bluluk, Modo, dan Sambeng, sedangkan hanya sebagian kecil dari wilayahnya adalah sangat curam, atau kurang dari 1% (0,16%) yang mempunyai tingkat kemirimgan lahan 40% lebih.

B.

Klimatologi

Aspek klimatologi ditinjau dari kondisi suhu dan curah hujan. Keadaan iklim di Kabupaten Lamongan merupakan iklim tropis yang dapat dibedakan atas 2 (dua) musim, yaitu musim penghujan dan musim kemarau. Curah hujan tertinggi terjadi pada bulan Desember sampai dengan bulan Maret, sedangkan pada bulan-bulan lain curah hujan relatif rendah. Rata-rata curah hujan pada Tahun 2010 dari hasil pemantauan 25 stasiun pengamatan hujan tercatat sebanyak 2.631 mm dan hari hujan tercatat 72 hari.

C.

Geologi

Secara fisiografis wilayah Kabupaten Lamongan bagian utara dan selatan termasuk dalam Zona Rembang yang disusun oleh endapan paparan yang kaya akan unsur karbonatan, sedangkan wilayah bagian tengah termasuk zone Randublatung yang kenampakan permukaannya merupakan dataran rendah, namun sebetulnya merupakan suatu depresi (cekungan) yang tertutup oleh endapan hasil pelapukan dan erosi dari batuan yang lebih tua pada Zone Kendeng dan Rembang. Sejarah geologi Kabupaten Lamongan diperkirakan dimulai kurang lebih 37 juta Tahun yang lalu (Kala Oligosen). Saat itu wilayah Kabupaten Lamongan masih berupa lautan (bagian dari Cekungan Jawa Timur). Selanjutnya terjadi proses sedimentasi secara berurutan ke atas berupa penghamparan batuan sedimentasi laut yang kaya unsur karbonatan. Proses ini berlangsung hingga kurang lebih 19 juta Tahun (hingga Kala Polisen). Pada kurang lebih 1,8 juta Tahun yang lalu terjadi aktifitas tektonik yang menyebabkan terangkatnya Kabupaten Lamongan muncul ke permukaan laut.

D.

Hidrologi

(18)

saat musim kemarau disebagian besar wilayah Kabupaten Lamongan relatif berkurang. Ketersediaan air permukaan ini sebagian tertampung di waduk-waduk, rawa, embung dan sebagian lagi mengalir melalui sungai-sungai.

Kabupaten Lamongan dilewati oleh 3 buah sungai besar, yaitu Sungai Bengawan Solo sepanjang ± 68 Km dengan debit rata – rata 531,61 m3/bulan (debit maksimum 1.758,46 m3 dan debit minimum 19,58 m3) yang bermata air di Waduk Gajah Mungkur (Kabupaten Wonogiri, Jawa Tengah), Kali Blawi sepanjang ± 27 Km dan Kali Lamong sepanjang ± 65 Km yang bermata air di Kabupaten Lamongan.

Wilayah Kabupaten Lamongan mempunyai morfologi yang relatif datar bahkan pada beberapa wilayah banyak dijumpai cekungan – cekungan yang saat ini berupa rawa. Di beberapa daerah masih terdapat area dengan keadaan genangan yang berlangsung periodik selama setengah bulan sampai dengan tiga bulan pada musim kemarau.

3.1.2

Gambaran Umum Lingkungan Hidup

Lingkungan Hidup merupakan keanekaragaman suatu komunitas dan lingkungannya yang berfungsi sebagai suatau satuan ekologi di alam, komunitas organik yang terdiri atas tumbuhan dan hewan bersama habitatnya, keadaan khusus tempat komunitas suatu organisme lain dan komponen organisme tidak hidup dari suatu lingkungan yang saling berinteraksi.

Lingkungan Hidup merupakan sumber daya alam yang produktif sebagai penyedia energi bagi kehidupan komunitas di dalamnya. Selain itu Lingkungan hidup mempunyai potensi sebagai sumber bahan pangan, pertambangan dan mineral, energi, dan kawasan rekreasi..

Dengan adanya berbagai aktifitas kegiatan ekonomi diwilayah Kabupaten Lamongan oleh masyarakat setempat banyak memberikan dampak terhadap perubahan pola Lingkungan Hidup alami yang sudah terbentuk di wilayah pemanfaatan dan ironisnya pola perubahan terhadap Lingkungan tersebut lebih cenderung ke arah degradasi/penurunan daya dukung potensi lahan seperti penurunan ekosistem mangrove maupun vegetasi hutan lainnya salah satunya adalah seperti lahan yang terbatas untuk membangun RTH. Berbagai Upaya konservasi dan rehabiltasi Lingkungan wilayah khususnya penanaman pohon - pohon juga telah dilaksanakan oleh pemerintah daerah antara lain seperti :

 Penanaman Pohon yang daya serap airnya tinggi.

(19)

3.2

Gambaran Umum Aspek Tata Ruang

Rencana struktur ruang wilayah Kabupaten menggambarkan susunan pusat – pusat permukiman dan sistem jaringan prasarana dan sarana yang berfungsi sebagai pendukung kegiatan sosial ekonomi masyarakat yang secara hirarki memiliki hubungan fungsional, sehingga terjadi pemerataan pelayanan dan mendorong pertumbuhan wilayah di perdesaan dan perkotaan. Rencana Struktur Ruang Wilayah Kabupaten Diwujudkan Melalui :

3.2.1

Pengembangan Sistem Perdesaan

Distribusi permukiman perdesaan di Kabupaten Lamongan menunjukkan keberagaman yang tinggi, yakni ada yang terpusat, terpencar, maupun berdekatan dengan Kota Lamongan. Pola ruang seperti ini menjadikan pusat kegiatan perdesaan juga memiliki skala bermacam-macam, dan secara umum dapat digambarkan sebagai berikut :

1. Setiap dusun memiliki pusat dusun;

2. Setiap desa memiliki satu pusat kegiatan yang berfungsi sebagai pusat desa; 3. Beberapa desa dalam satu kecamatan memiliki pusat kegiatan yang hirarkinya

dibawahperkotaan kecamatan yakni sebagai desa pusat pertumbuhan;

4. Perdesaan yang lokasinya strategis langsung berhubungan dengan masing-masing ibukota kecamatan; serta

5. Perdesaan yang membentuk sistem keterkaitan atau berorientasi pada pusat WP ataupun Kota Lamongan.

Arahan pengembangan sistem perdesaan dilakukan dengan membentuk pusat pelayanan desa secara hirarki, meliputi:

a. pusat pelayanan antar desa; b. pusat pelayanan setiap desa; serta

c. pusat pelayanan pada setiap dusun atau kelompok permukiman.

(20)

Rencana pengembangan untuk kawasan perdesaan di Kabupaten Lamongan adalah sebagai kawasan agropolitan dan minapolitan serta sentra bahan baku pangan.

a. Pengembangan kegiatan agropolitan terdapat di Kecamatan Ngimbang dan wilayah hiterlandnya dengan arahan pengembangan adalah :

 Pengoptimalan area pertanian yang ada melalui usaha intensifikasi lahan;  Perluasan area pertanian dengan merubah penggunaan lahan non produktif dan

memperhatikan pola penggunaan lahan optimal;

 Areal lahan pertanian pangan berkelanjutan dan tidak bisa dialihfungsikan menjadi penggunaan kegaiatan lain yaitu: sawah irigasi teknis dan daerah konservasi sungai;

 Meningkatkan kualitas produksi melalui modernisasi teknologi pertanian;  Memperbaiki saluran irigasi.

b. Pengembangan kegiatan kawasan minapolitan terdapat di Kecamatan Brondong, Paciran dan Glagah, dengan arahan pengembangan :

 Pengoptimalan area tambak sebagai lahan usaha perikanan;

 Pengembangan diversifikasi usaha perikanan baik off farm maupun on farm. Pengelolaan kawasan perdesaan didukung dengan network sistem yang secara mikro bersinergi dengan keterhubungan sentra produksi dan perbaikan aksesbilitas, sehingga membentuk pusat pengembangan pengolahan suatu produk. Untuk mendukung keterkaitan antar wilayah dan sentra produksi dikembangkan sistem jaringan melalui penataan kawasan perdesaan yang diarahkan untuk:

1. Pemberdayaan masyarakat perdesaan;

2. Pertahanan kualitas lingkungan setempat dan wilayah yang didukungnya; 3. Konservasi sumber daya alam;

4. Pelestarian warisan budaya lokal;

5. Pertahanan kawasan lahan abadi pertanian pangan untuk ketahanan pangan; dan 6. Penjagaan keseimbangan pembangunan perdesaan-perkotaan.

3.2.2

Pengembangan Sistem Perkotaan

(21)

lamongan. Pusat kegiatan di wilayah kabupaten lamongan merupakan simpul pelayanan sosial, budaya, ekonomi, dan/atau administrasi masyarakat di wilayah kabupaten, yang terdiri atas:

1) Pusat Kegiatan Nasional (PKN) terdapat di Perkotaan Lamongan yang merupakan bagian dari Kawasan Perkotaan Gerbangkertosusila, PKN ditetapkan dengan kriteria :

a. Kawasan perkotaan yang berfungsi atau berpotensi sebagai pusat kegiatan eksport-impor yang mendukung Nasional;

b. Kawasan perkotaan yang berfungsi atau berpotensi sebagai pusat kegiatan industri dan jasa yang melayani skala nasional atau beberapa provinsi; dan/atau

c. Kawasan perkotaan yang berfungsi atau berpotensi sebagai simpul transportasi yang melayani skala nasional atau beberapa provinsi.

2) Pusat Kegiatan Lokal Promosi (PKLp) meliputi Perkotaan Brondong-Paciran, Perkotaan Babat, Perkotaan Sukodadi dan Perkotaan Ngimbang, PKLp nantinya dipromosikan untuk dapat ditetapkan sebagai Pusat Kegiatan Lokal (PKL). Adapun kriteria yang dijadikan acuan dalam rangka menetapkan Pusat KegiatanbLokal (PKL) maupun Pusat Kegiatan Lokal Promosi (PKLp) dalam lingkup wilayah Kabupaten Lamongan adalah :

a. kawasan perkotaan yang berfungsi atau berpotensi sebagai pusat kegiatan industribdan jasa yang melayani skala kabupaten atau beberapa kecamatan; dan/atau

b. kawasan perkotaan yang berfungsi atau berpotensi sebagai simpul transportasi yang melayani skala kabupaten atau beberapa kecamatan. c. Diusulkan oleh Pemerintah Kabupaten.

3) Pusat Pelayanan Kawasan (PPK) berfungsi melayani kegiatan skala kecamatan atau beberapa desa, meliputi perkotaan Sukorame, perkotaan Bluluk, perkotaan Sambeng, perkotaan Mantup, perkotaan Kembangbahu, perkotaan Sugio, perkotaan Kedungpring, perkotaan Modo, perkotaan Pucuk, perkotaan Tikung, perkotaan Sarirejo, perkotaan Deket, perkotaan Glagah, perkotaan Karangbinangun, perkotaan Turi, perkotaan Kelitengah, perkotaan Karanggeneng, perkotaan Sekaran, perkotaan Maduran, perkotaan Laren dan perkotaan Solokuro. PPK ditetapkan dengan kriteria :

(22)

perkembangan perkotaan tersebut nantinya membentuk suatu hierarki perkotaan. Hierarki perkotaan di Kabupaten Lamongan meliputi :

1. Kawasan perkotaan sedang merupakan kawasan perkotaan yang ditetapkan dengan kriteria jumlah penduduk lebih dari 100.000 (seratus ribu) sampai dengan 500.000 (lima ratus ribu) jiwa. Kawasan ini meliputi Perkotaan Lamongan, Perkotaan Brondong-Paciran, dan Perkotaan Babat. 2. Kawasan perkotaan kecil merupakan kawasan perkotaan yang ditetapkan

dengan kriteria jumlah penduduk lebih dari 50.000 (lima puluh ribu) sampai dengan 100.000 (seratus ribu) jiwa. Kawasan ini meliputi Perkotaan Sukodadi dan Perkotaan Ngimbang.

3. Kawasan perkotaan sangat kecil merupakan kawasan perkotaan yang ditetapkan dengan kriteria jumlah penduduk lebih dari 25.000 (Dua puluh lima ribu) sampai dengan 50.000 (Lima Puluh ribu) jiwa. Kawasan ini meliputi Perkotaan Sukodadi dan Perkotaan Ngimbang.

3.2.3

Penetapan Kawasan Perdesaan dan Perkotaan

Wilayah Kabupaten Lamongan sesuai dengan kondisi dan karakteristik masing–masing kecamatan dibedakan menjadi kawasan perkotaan dan kawasan perdesaan. Identifikasi kawasan perkotaan dan perdesaan tersebut dimaksudkan untuk mengetahui dan menentukan jenis kegiatan yang akan ditentukan sehingga sesuai dengan peruntukan tanah dan ruangnya. Penetapan kawasan perkotaan dan perdesaan di Kabupaten Lamongan dapat dilihat pada Tabel 3.2.3

TABEL 3.2.3 Kawasan Perdesaan dan Perkotaan Kab. Lamongan

No Kecamatan Perkotaan/Perdesaan Desa/ Kelurahan

1 LAMONGAN

Perkotaan

Banjarmendalan Jetis

Tlogoanyar Sidoharjo Sukomulyo Tumenggungan Sidokumpul Made Sukorejo Sidomukti

Perdesaan

Rancangkencono Wajik

(23)

Ploso Wahyu

Perkotaan Bluluk

Perdesaan

Perkotaan Sendangrejo Ngimbang

(24)

No Kecamatan Perkotaan/Perdesaan Desa/ Kelurahan

Perkotaan Mantup

Tugu

Perdesaan

Tunggun Jager Suko Bendu

7 KEMBANGBAHU

Perkotaan Kembangbahu

(25)

Sidorejo

9 KEDUNGPRING

Perkotaan

(26)

No Kecamatan Perkotaan/Perdesaan Desa/ Kelurahan

(27)

Surabayan Sido Gembul Pajangan

14 TIKUNG

Perkotaan Bakalanpule

Perdesaan

Perkotaan Dermolemahbang Gempoltukmloko

Perdesaan

Perkotaan Glagah

(28)

No Kecamatan Perkotaan/Perdesaan Desa/ Kelurahan

Gempul Pendowo Soko

18 KARANGBINANGUN

Perkotaan Sambopinggir Windu

Perdesaan

(29)

Karangwedoro Putatkumpul Kemlangi Lor Pomahanjanggan Kepudibener

20 KALITENGAH

Perkotaan

21 KARANGGENENG

(30)

No Kecamatan Perkotaan/Perdesaan Desa/ Kelurahan

Perkotaan Maduran Pangean

Perkotaan Gampangsejati Laren

25 SOLOKURO Perkotaan

(31)

Sugihan

Perkotaan Brondong Sedayulawas Sumber: RTRW KAB. LAMONGAN 2011-20131

3.2.4

Wilayah Pengembangan

Setiap kawasan perkotaan akan memiliki jangkauan pelayanan tertentu sesuai dengan pusat kegiatan perkotaan masing-masing. Dalam lingkup Kabupaten Lamongan, Kota Lamongan menjadi pusat bagi wilayah pengembangan (WP) Lamongan, dan perkotaan kecamatan yang berfungsi sebagai pusat pelayanan bagi beberapa kecamatan lain atau memiliki cakupan wilayah pengembangan (WP).

(32)

tersedianya akses penunjang ke pusat wilayah pengembangan (WP), kesamaan terhadap potensi wilayah, mengurangi kesenjangan wilayah dan karakter penduduk.

Masing-masing pusat wilayah pengembangan (WP) akan memiliki fungsi dan peran sesuai dengan potensi yang dimikinya, serta arahan kegiatan utama berdasarkan kegiatan dominan yang mungkin dikembangkan di wilayah pengembangan masing-masing. Kemudian Berdasarkan pusat kegiatan tersebut kemudian kecamatan-kecamatan yang termasuk dalam wilayah pengembangan (WP) tersebut ditentukan berdasarkan orientasi pergerakan pada tiap-tiap pusat kegiatan tersebut.

Adapun sistem perwilayahan di Kabupaten Lamongan beserta fungsi, peran dan arahan kegiatannya :

E.

Wilayah Pengembangan I (WP I) Lamongan

WP Lamongan meliputi Kecamatan Lamongan, Kecamatan Dekat, Kecamatan Glagah, Kecamatan Tikung, Kecamatan Sarirejo, Kecamatan Karangbinangun dan Kecamatan Kembangbahu, dengan pusat di Perkotaan Lamongan. Fungsi dan peranan perkotaan sebagai pusat WP ini adalah:

1. Sebagai pusat pemerintahan kabupaten;

2. Sebagai pusat perdagangan dan jasa skala kabupaten; 3. Sebagai pusat kesehatan skala kabupaten;

4. Sebagai pusat pendidikan;

5. Sebagai pusat olahraga dan kesenian skala kabupaten; 6. Sebagai pusat peribadatan kabupaten;

7. Sebagai pusat perlindungan sumber daya air (Sungai Bengawan Solo). Adapun kegiatan utama yang diarahkan untuk dikembangkan di WP ini adalah :

1. Pengembangan kegiatan pelayanan umum; 2. Pengembangan kegiatan perdagangan dan jasa;

3. Pengembangan kegiatan kesehatan (Rumah Sakit, praktek dokter, apotek, puskesmas);

4. Pengembangan pendidikan; 5. Pengembangan transportasi darat;

6. Pengembangan kegiatan olahraga dan kesenian skala kabupaten; 7. Pengembangan kegiatan peribadatan.

Serta Kegiatan Utama sebagai pendukung WP ini adalah :

(33)

4. Pengembangan kegiatan industri (kerajinan rakyat), 5. Pengembangan Kegiatan Perikanan; serta

6. Pengembangan kegiatan pariwisata dan sarana/prasarana penunjangnya. Pengembangan fasilitas kawasan perkotaan adalah :

Pada WP I dengan fungsi pengembangan sebagai pusat pemerintahan kabupaten, pusat perdagangan dan jasa skala kabupaten, pusat kesehatan skala kabupaten, pusat pendidikan, pusat olahraga dan kesenian skala kabupaten, serta sebagai pengembangan pertambangan, pertanian, peternakan, kegiatan industri (kerajinan rakyat), kegiatan perikanan dan kegiatan pariwisata beserta sarana/prasarana penunjangnya dan permukiman.

F.

Wilayah Pengembangan II (WP II) Paciran-Brondong

WP Paciran-Brondong ini meliputi Kecamatan Paciran, Kecamatan Brondong, Kecamatan Laren dan Kecamatan Solokuro, dengan pusat pelayanan di Perkotaan Paciran dan Brondong. Fungsi dan peranan perkotaan sebagai pusat WP ini adalah :

1. Sebagai pusat pemerintahan skala kecamatan/lokal; 2. Sebagai pusat perdagangan dan jasa skala regional; 3. Sebagai pusat industri besar dan strategis nasional; 4. Sebagai pusat transportasi nasional;

5. Sebagai pengembangan kawasan minapolitan;

6. Sebagai pusat pelabuhan dan industri perikanan skala regional dan nasional; 7. Sebagai pusat kegiatan pariwisata skala regional;

8. Sebagai pusat Pelayanan pelabuhan barang skala regional; 9. Sebagai pusat pengembangan pendidikan.

Adapun kegiatan utama yang diarahkan untuk dikembangkan di WP ini adalah :

1. Pengembangan pelayanan umum skala kecamatan; 2. Pengembangan kegiatan perdagangan dan jasa; 3. Pengembangan Industri besar;

4. Pengembangan transportasi darat;

5. Pengembangan kegiatan pelabuhan dan perikanan laut; 6. Pengembangan kegiatan wisata skala Regional; serta 7. Pengembangan kegiatan pendidikan.

Serta Kegiatan Utama sebagai pendukung WP ini adalah :

1. Pengembangan kegiatan industri (Kerajinan Rakyat); 2. Pengembangan Pertanian;

(34)

4. Pengembangan Pertambangan; 5. Pengembangan Kehutanan;

6. Perlindungan kawasan lindung (mangrove). Pengembangan fasilitas kawasan perkotaan adalah :

Pada WP II dengan fungsi pengembangan sebagai pemerintahan skala kecamatan/lokal, pusat perdagangan dan jasa skala regional, pusat industri besar dan strategis nasional, pusat transportasi nasional, pusat pelabuhan dan industri perikanan skala regional dan nasional, pusat kegiatan pariwisata skala regional, pusat pelayanan pelabuhan barang skala regional, pusat pengembangan pendidikan, serta sebagai pengembangan kegiatan industri (kerajinan rakyat), pertanian, peternakan, pertambangan dan permukiman.

G.

Wilayah Pengembangan III (WP III) Babat

WP Babat meliputi Kecamatan Babat, Kecamatan Sekaran, Kecamatan Maduran, Kecamatan Pucuk dan Kecamatan Kedungpring, dengan pusat di Perkotaan Babat. Fungsi dan peranan perkotaan sebagai pusat WP ini adalah :

1. Sebagai pusat pemerintahan skala kecamatan/lokal; 2. Sebagai pusat perdagangan dan jasa skala Regional;

3. Sebagai pusat pengembangan Industri (kerajinan rakyat, industri pengolahan hasil pertanian);

4. Sebagai pusat Perlindungan Sumberdaya Air (Aliran Sungai Bengawan Solo); 5. Pengembangan Jaringan Transportasi Darat Regional.

Adapun kegiatan utama yang diarahkan untuk dikembangkan di WP ini adalah ::

1. Pengembangan pelayanan umum tingkat Kecamatan;

2. Pengembangan kegiatan perdagangan dan jasa skala Kabupaten dan Regional; 3. Pengembangan transportasi darat;

4. Pengembangan kegiatan industri (kerajinan rakyat, industri pengolahan hasil pertanian);

5. Perlindungan Kawasan Konservasi Sumberdaya Air (Aliran Sungai Bengawan Solo); serta

6. Pengembangan Transportasi Darat (Jalan dan Kereta Api). Kegiatan Utama sebagai pendukung WP ini adalah :

1. Pengembangan Pertanian; 2. Pengembangan Peternakan; serta 3. Pengembangan pariwisata.

(35)

kecamatan/lokal, pusat perdagangan dan jasa skala regional, pusat pengembangan industri (kerajinan rakyat, industri pengolahan hasil pertanian), pusat perlindungan sumberdaya air (aliran sungai bengawan solo), pengembangan jaringan transportasi darat regional, serta sebagai pengembangan kegiatan pertanian, kehutanan dan pariwisata serta permukiman.

H.

Wilayah Pengembangan IV (WP IV) Sukodadi

WP Sukodadi ini meliputi Kecamatan Sukodadi, Kecamatan Turi, Kecamatan Karanggeneng, Kecamatan Kalitengah dan Kecamatan Sugio, dengan pusat pelayanan di Perkotaan Sukodadi. Fungsi dan peranan Perkotaan sebagai pusat WP ini adalah :

1. Sebagai pusat pemerintahan skala kecamatan/lokal; 2. Sebagai pusat perdagangan dan jasa skala regional; 3. Sebagai pusat pelayanan umum;

4. Sebagai Pusat Pengembangan kegiatan industri; 5. Sebagai Pusat kegiatan Pariwisata;

6. Sebagai Pusat kegiatan pertanian; serta

7. Pengembangan jaringan Transportasi skala regional.

Adapun kegiatan utama yang diarahkan untuk dikembangkan di WP ini adalah :

1. Pengembangan pelayanan umum skala kecamatan; 2. Pengembangan perdagangan dan jasa skala lokal; 3. Pengembangan transportasi darat;

4. Pengembangan kegiatan industri (kerajinan rakyat; industri pengolahan hasil ternak dan pertanian);

5. Pengembangan kegiatan pariwisata alam dan budaya;

6. Pengembangan kegiatan pertanian (tanaman pangan, sayuran, hortikultura, dan perkebunan); serta

7. Pengembangan transportasi darat.

Kegiatan Utama sebagai pendukung WP ini adalah :

1. Pengembangan Pertanian; 2. Pengembangan Peternakan;

3. Pengembangan kegiatan industri (kerajinan rakyat), 4. Pengembangan transportasi;

(36)

Pada WP IV dengan fungsi pengembangan sebagai pusat pemerintahan skala kecamatan/lokal, pusat perdagangan (regional) dan jasa-jasa, pusat pelayanan umum, pusat pengembangan kegiatan industri, pusat kegiatan pariwisata, pusat kegiatan pertanian, serta sebagai pengembangan pertanian, peternakan, kegiatan industri (kerajinan rakyat), transportasi, kegiatan pariwisata ,pengembangan jaringan transportasi skala regional dan permukiman.

I.

Wilayah Pengembangan V (WP V) Ngimbang

WP Ngimbang ini terdiri dari Kecamatan Ngimbang, Kecamatan Sambeng, Kecamatan Bluluk, Kecamatan Sukorame, Kecamatan Mantup dan Kecamatan Modo, dengan pusat pelayanan berada di Kacamatan Ngimbang. Fungsi dan peranan Perkotaan sebagai pusat WP ini adalah:

1. Sebagai pusat pemerintahan skala kecamatan/lokal; 2. Sebagai pusat kegiatan pertanian;

3. Sebagai pusat pengembangan Agropolitan; serta

4. Pengembangan kegiatan industri (kerajinan rakyat, industri pengolahan hasil pertanian).

Adapun kegiatan utama yang diarahkan untuk dikembangkan di WP ini adalah :

1. Pengembangan pelayanan umum skala kecamatan dan kabupaten; 2. Pengembangan perdagangan dan jasa skala lokal;

3. Pengembangan transportasi darat;

4. Pengembangan pertanian (tanaman pangan, hortikultura, perkebunan dan peternakan);

5. Pengembangan kegiatan agribisnis; serta 6. Pengembangan kehutanan.

Kegiatan Utama sebagai pendukung WP ini adalah :

1. Pengembangan pertanian (tanaman pangan dan perkebunan); 2. Pengembangan Peternakan;

3. Pengembangan kegiatan industri(kerajinan rakyat); 4. Pengembangan pariwisata;

5. Pengembangan kehutanan; serta 6. Pengembangan transportasi.

Pengembangan fasilitas kawasan perkotaan adalah :

(37)

kegiatan industri(kerajinan rakyat), pariwisata, kehutanan, transportasi dan permukiman

3.2.5

Kawasan Permukiman

Permukiman pada dasarnya dapat dibagi menjadi dua kelompok, yakni kawasan permukiman perkotaan yang dapat diindikasikan juga sebagai Ibukota Kecamatan. Wilayah ini di dominasi kegiatan yang difungsikan untuk kegiatan yang bersifat kekotaan dan merupakan orientasi pergerakan penduduk yang ada pada wilayah sekitarnya. Sedangkan kawasan permukiman pedesaan adalah suatu kawasan untuk permukiman pada lokasi sekitarnya masih didominasi oleh lahan pertanian, tegalan, perkebunan sebagian diantaranya memiliki aksesibilitas yang kurang, jumlah sarana dan prasarana penunjang terbatas pada skala pelayanan lokal. Untuk wilayah Kabupaten Lamongan berdasarkan tinjauan terhadap masterplan Rencana Pembangunan dan Pengembangan Perumahan dan Permukiman di Daerah (RP4D), rencana pemukiman dibagi keda lam empat tipologi pemukiman. Tipologi ini dilihat berdasarkan karakteristik perkembangan wilayah Kabupaten Lamongan. Adapun tipologi tersebut meliputi :

a. Kawasan pertanian/pegunungan, sebagian besar terdapat didaerah yang terletak dibagian selatan Kabupaten Lamongan. Kawasan ini tumbuh dan berkembang karena tuntutan lahan mata pencaharian. Cirinya adalah bahwa masyarakat yang memiliki mata pencaharian sejenis dan tempat kerja yang berdekatan mengelompok membentuk sebuah kampung.

b. Kawasan perkotaan, sebagian besar terdapat didaerah yang terletak dekat dengan jalan utama kabupaten (bagian tengah Kabupaten Lamongan). Kawasan perkotaan ditandai dengan angka kepadatan penduduk yang relatif lebih tinggi dari kawasan lainnya, kondisi rumah umumnya sudah baik (dinding permanen, lantai ubin/keramik, atap genteng), kepadatan bengunan sedang hingga tinggi, prasarana dan sarana lengkap dan bahkan sebagai penyangga daerah sekitarnya. Potensi terhadap pengembangan kawasan perumahan sangat besar, sedangkan lahan kosong yang tersedia masih memungkinkan untuk pengembangan tersebut.

(38)

kepadatan bangunan sedang hingga tinggi, prasarana dan sarana dapat dikatakan cukup dan terus melengkapi. Potensi terhadap perkembangan kawasan perumahan sangat besar, sedangkan lahan kosong yang tersedia masih memungkinkan untuk perkembangan tersebut.

d. Kawasan pesisir, sebagian besar terdapat di daerah yang terletak di bagian Utara Kabupaten Lamongan (Kawasan Pantai Utara). Sesuai dengan namanya kawasan pantai/pesisir adalah kawasan yang terletak disepanjang pantai/pesisir, dengan mata pencaharian utama pada sektor perikanan. Angka kepadatan penduduk yang relatif sedang, kondisi rumah umumnya kurang baik dan cenderung kumuh (dinding tidak permanen, lantai ubin dan tanah, atap genteng), kepadatan bangunan sangat tinggi terutama yang berada disepanjang pesisir prasarana dan sarana sangat terbatas, terutama yang berada diareal permukiman.

3.2.6

Penggunaan Lahan

Pola penggunaan lahan yang ada di suatu daerah merupakan suatu ruangan hasil

gabungan aktivitas manusia, sesuai dengan tingkat teknologi, jenis usaha, kondisi

fisik, jumlah penduduk, serta ketersediaan lahan yang ada di suatu wilayah.

Sebagai pusat regional, Kabupaten Lamongan dikembangkan sesuai dengan

fungsinya, yaitu sebagai:

Pusat pemasaran dan perdagangan regional

Pusat perhubungan/transportasi

Pusat kegiatan industri

Pusat kegiatan pariwisata (akomodasi pendukung kegiatan pariwisata)

Pusat pelayanan sosial (pendidikan, kesehatan, peribadatan).

Penggunaan lahan di Kabupaten Lamongan terbagi menjadi 2 maca m, yaitu: lahan

sawah dan lahan non sawah. Lahan sawah ini terbagi menjadi lahan sawah tadah

hujan, sawah pasang surut, sawah teknis, sawah non teknis dan sawah sederhana.

Sedangkan lahan non sawah ini terdiri dari perkampungan, industri,

pertambangan, hutan (tanah bakau), perairan (darat dan tambak), tanah terbuka,

jalan, sungai/saluran irigasi, dan lain-lain.

Pengembangan fungsi- fungsi lahan di Kabupaten Lamongan diatas diharapkan

dapat mendukung pengembangan sektor sub sektor perikanan, industri, dan

pertanian tanaman pangan. Selain itu fungsi kota tersebut diharapkan dapat

(39)

pertanian.

Gambaran Umum Aspek Kependudukan

3.3

Gambaran Umum Aspek Kependudukan

Kabupaten Lamongan memiliki jumlah penduduk 1.342.266 jiwa ,Kecamatan Paciran sebagai Kecamatan yang memiliki jumlah penduduk paling banyak yaitu 96.017 . Kecamatan Sukorame sebagai Kecamatan yang memiliki jumlah penduduk paling sedikit 20.401. Setiap tahunnya Kecamatan di Kabupaten Lamongan mengalami penurunan jumlah penduduk, hal ini dikarenakan kematian lebih besar daripada kelahiran, selain itu faktor perpindahan keluar Lamongan juga banyak dikarenakan tuntutan pekerjaan. Masyarakat berjenis kelamin perempuan lebih banyak daripada laki-laki. Mayoritas penduduk Kabupaten Lamongan memeluk agama islam dengan taat. Berbagai mata pencaharian dimiliki Kabupaten Lamongan,

disisi pesisir mayoritas masyarakatnya mencari nafkah menjadi nelayan. Tetapi di Kabupaten Lamongan juga mash banyak masyarakat dengan usia sekolah.

Dalam sosial budaya, masyarakat Kabupaten Lamongan dalam setiap tahunnya melakukan petik laut yang mana adat ini merupakan wujud syukur masyarakat Kabupaten Lamongan atas rezeki yang diberikan oleh Tuhan YME. Selain itu, untuk memperingati Hari Kemerdekaan Republik Indonesia, masyarakat juga melakukan tirakatan, kegiatan ini merupakan kegiatan doa bersama yang dilakukan di setiap lingkungan untuk berdoa kepada Tuhan YME untuk kesejahteraan masyarakat Indonesia umumnya dan masyarakat Kabupaten Lamongan khususnya.

TABEL 3.3 Jumlah Penduduk Kab. Lamongan

No

Kecamatan

Jumlah

Penduduk 2015

Jumlah

Penduduk Usia

Sekolah 2015

SSWP 1

1

Lamongan

66.549

8.486

2

Deket

43.608

4.926

3

Glagah

42.525

4.397

4

Tikung

42.840

4.924

5

Sarirejo

24.314

2.288

6

Karangbinangun

40.381

4.060

7

Kembang Bahu

47.101

5.183

SSWP 2

8

Babat

88.958

10.047

9

Sekaran

49.009

4.313

10

Maduran

37.329

3.177

11

Pucuk

49.529

4.876

(40)

SSWP 3

13

Paciran

96.017

13.605

14

Brondong

73.790

8.813

15

Laren

52.054

4.316

16

Solokuro

47.086

4.837

SSWP 4

17

Sukodadi

55.538

6.315

18

Turi

53.198

5.769

19

Karanggeneng

44.753

4.500

20

Kalitengah

35.429

3.513

21

Sugio

60.576

6.283

SSWP 5

22

Ngimbang

46.386

5.160

23

Sambeng

50.384

5.206

24

Bluluk

21.393

2.378

25

Sukorame

20.401

2.139

26

Mantup

43.898

4.554

27

Modo

48.990

5.224

Sumber: BPS Kab. Lamongan, 2016

3.4

Gambaran Umum Aspek Transportasi dan Aksesibilitas

Sistem trasportasi pada Kabupaten Lamongan lebih didominasi oleh trasportasi darat terutama jalan raya dan sarana kereta api. Sedangkan untuk trasnportasi laut Kabupaten Lamongan sebagai pelabuhan umum dan barang. Berikut adalah gambaran transportasi pada Kabupaten Lamongan

3.4.1

Transportasi darat

A.

Jaringan Jalan

Menurut RTRW Kabupaten Lamongan 2008 - 2028 memiliki panjang jalan sebesar 346,732 Km. Kabupaten Lamongan memiliki dua jalan utama yang menghubungkan Kabupaten Tuban – Kabupaten Lamongan - Kabupaten Gersik

– Kota Surabaya dengan melalui jalur pantura (Jalan Raya Dandels) dan jalur dalam Kabupaten Lamogan yaitu jalan yang menghubungkan Kabupaten Gersik

– Kabupaten Lamogan – Kabupaten Gersik – Surabaya dengan melalui jalur tol. Untuk lebih jelasnya mengenai jalan pada Kabupaten Lamongan dapat dilihat pada peta

B.

Kondisi Jalan

Kondisi jalan menurut Dinap PU Bina Marga pada Kabupaten Lamongan pada tahun 2010 sampai 2012 untuk jalan dengan kondisi (jalan baik & sedang) mengalami kenaikan yang mulanya hanya 46,77 % menjadi 80,91%. Sedangkan untuk jalan rusak menurun yang mulanya 53,23% menjadi 19,09%. Untuk lebih

(41)

Sektor

Kondisi

Tahun 2010 Tahun 2011 Tahun 2013

Meter % Meter % Meter %

Jalan Baik & Sedang

161.173 46,77 197.742 57,03 280.548 80,91

Jalan Rusak 184.559 53,23 148.990 42,97 66,184 19,09 Jembatan

Baik

149 Bh 63,14 151 Bh 64,00 156 66,10

Jembatan Sedang

71 Bh 70,09 70 Bh 26,99 66 27,97

Jembatan Rusak

16 Bh 6,78 15 Bh 6,38 14 5,93

Sumber: Dinas PU Bina Marga Kab. Lamongan

 Terminal

Sarana transportasi pada Kabupaten Lamongan memiliki pelayanan berupa terminal untuk bus. Bus tersebut melayani antar kota atau kabupaten dan juga dalam kabupaten. Terminal tersebut berada pada Kecamatan Lamongan, Kecamatan Babat dan Kecamatan Sukodadi.

Gambar Terminal Bus Lamongan Sumber: Google, 2016

C.

Kereta Api

(42)

Gambar Stasiun kereta api Babat Sumber: Google, 2016

3.4.2

Trasnportasi laut

Sarana trasportasi laut pada Kabupaten Lamongan memiliki pelabuhan laut yang berada pada Kecamatan Brondong dan Kecamatan Paciran. Pada Kecamatan Brondong terdapat dua pelabuhan yakni Pelabuhan Sedayu Lawas dan Pelabuhan Brondong. Pelabuhan Sedayu Lawas merupakan pelabuhan utama pada Kabupaten Lamongan dan di fungsikan sebagai pelabuhan umum dan angutan umum. Sedangkan pada Kecamatan Paciran terdapat dua pelabuhan yakni Pelabuhan Lamongan Integrated Shorebase dan Pelabuhan Paciran. Pelabuhan Lamongan Integrated Shorebase merupakan pelabuhan penunjang industri minyak dan gas. Sedangkan Pelabuhan Paciran merupakan pelabuhan ASDP.

Gambar Pelabuhan Lamongan Integrated Shorebase Sumber: Google, 2016

3.5

Gambaran Umum Aspek Fasilitas

3.5.1

Aspek Utilitas

a) Jaringan Listrik

(43)

Sumber : Lamongan Dalam Angka 2016, BPS

TABEL 3.5.1.1 Jumlah Pelanggan Listrik berdasarkan Jenis Pelanggan

NO JENIS PELANGGAN JUMLAH

PELANGGAN

1 Rumah Tangga 115.185

2 Sosial 3.406

3 Usaha, Multi-guna dan Hotel 7.948

4 Industri 42

5 Gedung/ Kantor 146

6 Jalan 311

Sumber : Lamongan Dalam Angka 2016, BPS b) Jaringan Telekomunikasi

Telekomunikasi adalah setiap pemancaran, pengiriman dan atau penerimaan dari setiap informasi dalam bentuk tanda-tanda, isyarat, tulisan, gambar, suara dan bunyi melalui sistem kawat, optik, radio atau sistem elektromagnetik. Jaringan telekomunikasi adalah rangkaian perangkat telekomunikasi dan kelengkapannya yang digunakan dalam bertelekomunikasi. Penggunaan fasilitas telekomunikasi oleh masyarakat di Kabupaten Lamongan meliputi telepon umum, jaringan telepon seluler. c) Jaringan Air Bersih

Air merupakan kebutuhan dasar bagi manusia. Pemanfaatan air baku bagi kehidupan manusia pada umumnya digunakan untuk kebutuhan air minum, mandi, cuci, serta untuk kebutuhan industri. Penggunaan air baku oleh penduduk untuk Kabupaten Lamongan menurut data tahun 2015 menunjukkan jenis pelanggan air yang disalurkan di Kabupaten Lamongan sebagai berikut.

TABEL 3.5.1.2 Jenis Pelanggan Air Yang Disalurkan

NO JENIS PELANGGAN JUMLAH

PELANGGAN

AIR DISALURKAN (m3)

1 Non Niaga (Rumah Tangga) 14.580 2.942.673

2 Hotel/ Obyek Wisata - -

3 Badan Sosial/ RS/ Tempat Ibadah 175 116.646

(44)

5 Toko, Industri, Perusahaan 1.109 660.964

6 Instansi Kantor Pemerintah 241 138.634

7 Pelabuhan - -

8 Lain-lain (Tangki) - -

Sumber : Lamongan Dalam Angka 2016, BPS

d) Jaringan Drainase

Kabupaten Lamongan memiliki drainase yang baik yakni tidak pernah tergenang air mencakup 151.395 Ha atau 83,51% dari wilayah Kabupaten Lamongan seluruhnya, kecuali pada dataran-dataran yang kemampuan saluran drainasenya bermasalah. Drainase tanah menunjukkan lama dan seringnya tanah jenuh terhadap kandungan air dan menunjukkan kecepatan resapan air dari permukaan tanah.

3.5.2

Aspek Fasilitas Umum

a) Fasilitas Pendidikan

Pendidikan adalah kegiatan belajar mengajar dengan tingkatan formal dan informal, yang mencakup kegiatan belajar-mengahar di bawah naungan departemen pendidikan maupun depantemen agama. Kegiatan pendidikan selalu ditunjang oleh fasilitas-fasilitas pendidikan. Berikut kondisi fasilitias pendidikan yang ada di Kabupaten Lamongan.

1. Taman Kanak-kanak

Pendidikan tingkat taman kanak-kanak merupakan pendidikan pra sekolah bagi penduduk berusia antara 4-5 tahun. tingkat pendidikan tersebut memiliki tujuan untuk membina dan mengasah pengetahuan anak-anak pada usia dini. Persebaran fasilitas pendidikan tingkat TK pada umumnya tersebar merata pada setiap kecamatan di Kabupaten Lamongan. Jumlah fasilitas TK Negeri maupun Swasta terbanyak terdapat di Kecamatan Paciran sebanyak 54 unit TK sedangkan jumlah terkecilnya berada pada Kecamatan Sukorame dan Kecamatan Blubuk yaitu 18 unit.

2. Sekolah Dasar

Sekolah dasar (SD) merupakan pendidikan dengan tingkatan dasar dengan jenjang waktu pendidikan selama 6 tahun. Keberadaan fasilitas pendidikan tingkat dasar di Kabupaten Lamongan memiliki jumlah fasilitas 625 unit SD yang tersebar pada 27 kecamatan, dengan jumlah terbanyak pada Kecamatan Sugio sebanyak 40 unit SD, sedangkan jumlah terkecilnya berada pada Kecamatan Solokuro yaitu 11 unit SD.

3. Sekolah Menengah Tingkat Pertama

(45)

Kecamatan Paciran yaitu 14 unit SMP dan jumlah terkecil berada pada Kecamatan Blubuk yaitu 1 unit SD.

4. Sekolah Menengah Tingkat Atas

Jumlah sekolah menengah tingat atas di wilayah Kabupaten Lamongan pada tahun 2015 tercatat sebanyak 71 unit SMA, dengan distribusi fasilitas terbanyak pada Kecamatan Paciran sebanyak 6 unit sekolah.

5. Sekolah Menengah Kejuruan

Jumlah sekolah menengah kejuruan (SMK) di wilayah Kabupaten Lamongan tercatat sebanyak 68 unit sekolah, dengan fasilitas pendidikan SMK terbanyak pada Kecamatan Paciran sebanyak 8 unit sekolah.

GAMBAR 2. Grafik Jumlah Fasilitas Pendidikan se -Kabupaten Lamongan

Sumber : Lamongan Dalam Angka 2016, BPS

b) Fasilitas Peribadatan

(46)

GAMBAR 3. Grafik Persebaran Fasilitas Peribadatan pada tiap SSWP di Kabupaten Lamongan

Sumber : Lamongan Dalam Angka 2016, BPS

TABEL 3.5.2.1 Jumlah Fasilitas Peribadatan di Kabupaten Lamongan NO KECAMATAN Masjid Musholla Langgar

& Surau

Gereja Protestan

Gereja

Katholik Pura SSWP 1

1 Lamongan 81 183 - 2 1 -

2 Deket 65 67 32 - - -

3 Glagah 89 13 102 - - -

4 Tikung 80 22 147 - - -

5 Sarirejo 35 5 159 - - -

6 Karangbinangun 69 7 81 1 - -

7 Kembang Bahu 85 10 218 1 - -

SSWP 2

8 Babat 86 279 - 1 - -

9 Sekaran 45 6 129 - - -

10 Maduran 44 159 - - - -

11 Pucuk 51 10 120 - - -

12 Kedungpring 92 16 229 1 - -

SSWP 3

13 Paciran 66 78 225 - - -

14 Brondong 59 13 161 - - -

15 Laren 52 160 5 - - -

16 Solokuro 28 10 159 - - -

SSWP 4

17 Sukodadi 110 10 143 - - -

18 Turi 66 4 197 1 - 1

19 Karanggeneng 44 284 - - - -

20 Kalitengah 49 6 133 - - -

21 Sugio 119 214 - - - -

SSWP 5

Gambar

TABEL 3.2.3 Kawasan Perdesaan dan Perkotaan Kab. Lamongan
TABEL 3.3 Jumlah Penduduk Kab. Lamongan
Tabel 3.4.1 Kondisi Jalan serta prasana pada Kabupaten Lamongan
Gambar Pelabuhan Lamongan Integrated Shorebase Sumber: Google, 2016
+7

Referensi

Dokumen terkait

Silinder kemudian menggelinding menuruni bidang miring seperti pada gambar (ketinggian bidang miring 3m dan sudut yang dibentuk bidang dengan horizontal 30 o ).Hitunglah

Pada Februari 2011, jumlah penduduk yang bekerja menurut pendidikan tertinggi yang ditamatkan untuk semua golongan pendidikan mengalami kenaikan jika dibandingkan keadaan

Hasil penelitian di kota Banjarmasin menunjukkan pelaksanaan standar pelayanan kefarmasian masih sangat kurang, dari total 30 apotek yang diteliti hanya 1 apotek

Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan metode pengumpulan data melalui wawancara terhadap 3 orang informan, yaitu orang tua yang memiliki anak berusia antara

penelitian yang mempunyai harapan berprestasi yang rendah terhadap anak Slow Leamer atau dengan kata lain sebagian besar subyek (baik ibu kelompok srujana maupun bukan

Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui ada tidaknya hubungan antara persepsi terhadap perjanjian keija bersama (PKB) dengan motivasi berprestasi

Segala puji dan syukur kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan rahmat, taufik dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian penelitian dengan judul

Hasil yang diperoleh dalam penelitian ini menunjukkan bahwa kesiapan kerja siswa memiliki peranan penting karena dengan kemampuan kesiapan kerja yang dimiliki