• Tidak ada hasil yang ditemukan

Metode Pendekatan Aspek Fasilitas dan Utilitas

Dalam dokumen Laporan Pendahuluan Evaluasi Struktur Ru (Halaman 76-80)

BAB IV METODE PENDEKATAN

4.6 Metode Pendekatan Aspek Fasilitas dan Utilitas

4.6.1 Analisis Utilitas dan Fasilitas

Analisis untuk mengetahui sebaran utilitas dan fasilitas yang ada, sebagai data dasar dalam pengembangan struktur wilayah dan acuan dalam analisis evaluasi terhadap orde kecamatan dalam lingkup kabupaten berdasarkan ketersediaan utilitas dan fasilitas.

4.6.2 Analisis Skalogram

Dalam metode ini, semua fasilitas umum yang dimiliki oleh setiap unit wilayah didata dan disusun dalam suatu tabel. Metode ini bisa digunakan untuk menuliskan jumlah fasilitas yang dimiliki oleh setiap wilayah atau menuliskan ada/tidaknya fasilitas tersebut di suatu wilayah.

Untuk menentukan orde pusat-pusat pertumbuhan maka digunakan metode Sturges. Rumus untuk mencari banyaknya kelas dari kabupaten sebagai pusat pertumbuhan adalah sebagai berikut.

π‘˜ = 1 + 3,3 πΏπ‘œπ‘” 𝑛

Keterangan:

k = banyaknya kelas n = banyaknya kecamatan

π‘˜

Keterangan:

A = jumlah fasilitas tertinggi B = jumlah fasilitas terendah k = banyaknya kelas

Sementara itu, dalam melakukan evaluasi aspek fasilitas, tidak diragukan lagi bahwa faktor ini merupakan daya tarik bagi sebuah kota, misalnya pasar (termasuk toko serba ada/swalayan), kompleks pertokoan (ruko), fasilitas pendidikan, dan fasilitas kesehatan. Akan tetapi, cukup banyak fasilitas lain yang ada di daerah perkotaan yang memiliki daya tarik dan apabila tidak dibatasi akan membuat daftar fasilitas menjadi sangat panjang. Penyederhanaan ini didasakan atas asumsi bahwa banyak fasilitas lain berbanding secara proposional dengan jumlah penduduk kota sehingga dengan memasukkan faktor jumlah penduduk kota maka faktor lain itu dianggap telah terwakili. Dalam mengukur fasilitas yang tersedia di setiap, kota dan kualitas masing-masing fasilitas yang tersedia perlu diinventarisasi, yang kemudian diperlukan pembobotan/pemberian nilai.

1) Pasar

Mengukur daya tarik pasar untuk pasar yang bersifat permanen, dapat didasarkan atas luas pasar (m2) ataupun jumlah pedagang yang berjualan di pasar. Akan tetapi, ada juga pasar berupa pekan yang hanya buka seminggu sekali atau lebih sering tetapi tidak setiap hari. Dari sudut hari operasi, bobot untuk pekan harus dibagi tujuh. Akan tetapi, karena kegiatan pedagang di pekan cukup intensif maka bisa saja bobotnya ditetapkan misalnya 30% dari pasar permanen. Misalnya, apabila jumlah pedagang di pekan ada sebanyak 100 pedagang maka diasumsikan sama dengan 30 pedagang untuk pasar permanen. Sama seperti jumlah penduduk maka banyaknya pedagang di masing-masing kota diurutkan dari yang terbnayk hingga terkecil dan dibagi dalam kelas. Jumlah kelas sams seperti dalam analisis penduduk.

2) Pertokoan

Sama seperti pasar maka daya tarik pertokoan dapat didasarkan atas luas pertokoan ataupun jumlah toko. Sama seperti jumlah penduduk maka banyaknya toko di masing-masing kota diurutkan dari yang terbanyak hingga terkecil dan dibagi ke dalam kelas. Jumlah kelas sama seperti dalam analisis penduduk. 3) Fasilitas Pendidikan

Fasilitas pendidikan sangat beragam, dari sudut jenjang pengajaran maka ada taman kanak-kanak, sekolah dasar, sekolah menengah tingkat pertama, sekolah

menengah tingkat atas, program diploma atau politeknik dan universitas. Demikian pula, ada sekolah yang berbasis agama dan ada yang berbasis pendidikan umum tetapi penjenjangannya sama sehingga bobotnya dianggap sama. Di luar itu, ada pendidikan non-formal berupa kursus keterampilan dan pengetahuan khusus (bahasa asing). Mengukur tingkat fasilitas yang tersedia tidak bisa didasarkan atas unit sekolah/perguruan tinggi, karena kapasitas/daya tampung masing-masing unit sekolah/perguruan tinggi tidak sama dan perbedaannya bisa cukup besar. Dalam hal ini, yang lebih tepat digunakan adalah jumlah bangku sekolah atau jumlah murid/mahasiswa. Agar jumlah murid dari berbagai jenjang pendidikan dapat dijadikan suatu kesatuan ukuran, terpaksa diciptakan satuan alat pengukur, misalnya satuan murid SMA. Setelah dilakukan pembobotan/penilaian misalnya sebagai berikut.

Satu murid SMA 1

Satu murid SMP 0,5

Satu murid SD 0,25

Satu murid TK 0,2

Satu murid kursus keterampilan 0,5

Satu murid program diploma D-1 1,5

Satu mahasiswa program diploma D-3/ politeknik 2,5

Satu mahasiswa program S-1 5

Satu mahasiswa program S-2 10

Satu mahasiswa program S-3 25

Sumber : Bab 6 Kota dan Daerah Belakangnya

4) Fasilitas Kesehatan

Sama seperti fasilitas pendidikan maka fasilitas kesehatan juga cukup beragam. Ada praktik mantri kesehatan/bidan, praktik dokter umum, praktik dokter spesialis, puskesmas pembantu, puskesmas tanpa rawat inap, puskesmas dengan rawat inap, rumah sakit tipe C, rumah sakit tipe B, dan rumah sakit tipe A. Selain itu, ada rumah sakit khusus misalnya kebidanan, paru, mata, jantung, dan lain-lain. Kapasitas masing-masing unit fasilitas itu juga berbeda. Namun demikian, agar dapat diperbandingkan maka dibutuhkan satuan alat pengukur. Barangkali satuan alat pengukur yang dapat dipergunakan adalah satuan pasien rawat inap pada rumah sakit tipe C atau satuan tempat tidur pada rumah sakit tipe C.

Satu orang pasien rawat inap pada rumah sakit tipe C 1

Satu orang pasien rawat inap pada puskesmas plus 0,75

Satu orang pasien berobat jalan pada puskesmas 0,2

Satu orang pasien praktik pribadi dokter spesialis 0,4

Satu orang pasien praktik pribadi mantri kesehatan/bidan 0,1

Satu orang pasien berobat jalan rumah sakit tipe C 0,2

Satu orang pasien berobat jalan rumah sakit tipe B 0,3

Satu orang pasien berobat jalan rumah sakit tipe A 0,4

Sumber : Bab 6 Kota dan Daerah Belakangnya

Apabila unsur yang digunakan hanya 4 (empat) seperti di atas di mana kelas kota untuk masing-masing unsur sudah diketahui, selanjutnya data kelas kota untuk empat unsur digabung sehingga diperoleh kelas rata-rata untuk tiap-tiap kota. Nilai kelas rata-rata tiap kota bisa saja bukan bilangan bulat.

4.6.3 Kerangka Pikir Pengerjaan

Pengumpulan data aspek utlitas dan fasilitas pada wilayah perencanaan dilakukan melalui survei primer dan sekunder. Survei primer dilakukan denganobsercasi secara langsung ke lapangan disertai wawancara dan dokumentasi. Survei sekunder dilakukan dengan mengumpulkan data-data dari instansi terkait dan peninjauan beberapa literatur baik dari buku maupun internet. Adapun identifikasi data untuk aspek utilitas dan fasilitas yang dilakukan antara lain :

ο‚· Identifikasi komponen utilitas meliputi jenis, jumlah, distribusi/sebaran, cakupan pelayanan, antara lain: jaringan listrik, jaringan air bersih, jaringan telekomunikasi, jaringan drainase, jaringan transportasi dan sistem persampahan.

Analisis aspek utilitas dan fasilitas pada wilayah perencanaan dilakukan melalui penilaian terhadap kondisi potensi dan permasalahan yang ada, perkiraan trend kebutuhan dan pengembangan kawasan saat ini, penyesuaian antara kondisi empiri wilayah dengan kondisi ideal pada rencana tata ruang, penilaian kapasitas/daya tampung ruang dan penilaian aspirasi dari masyarak sekitar.

Output yang akan dihasilkan berupa skoring utilitas dan fasilitas pada wilayah perencnaan, sehingga nantinya akan didapatkan orde kecamatan berdasarkan ketersediaan utilitas dan fasilitas sesuai dengan kondisi empiri yang berada di wilayah perencanaan.

Dalam dokumen Laporan Pendahuluan Evaluasi Struktur Ru (Halaman 76-80)

Dokumen terkait