• Tidak ada hasil yang ditemukan

KEADAAN UMUM WILAYAH STUDI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "KEADAAN UMUM WILAYAH STUDI"

Copied!
22
0
0

Teks penuh

(1)

KEADAAN UMUM WILAYAH STUDI

Kabupaten Bogor merupakan wilayah dari Provinsi Jawa Barat yang berbatasan langsung dengan Provinsi Banten dan bagian dari wilayah Jabodetabek. Secara geografis, Kabupaten Bogor terletak pada koordinat 6°19’ LS ~ 6°47’ LS dan 106°21 BT ~ 107°13’ BT.

Ibukota kabupaten terletak di Cibinong. Menurut analisis data spasial yang dikeluarkan oleh Bappeda Kabupaten Bogor (1997), luas wilayah Kabupaten Bogor adalah 299.197 Ha. Kabupaten Bogor terdiri dari 40 kecamatan dengan 426 desa/kelurahan, 3 287 RW, dan 12 672 RT serta 674 320 rumah tangga yang terdaftar dalam registrasi. Dari jumlah desa tersebut dapat diklasifikasikan menjadi dua kategori, yaitu desa kota dan desa perdesaan yang masing-masing berjumlah 192 dan 234 desa.

Kabupaten Bogor terletak pada ketinggian berkisar antara 50 m ~ 3000 m diatas permukaan laut dengan topografi yang beragam, mulai dari yang landai sampai dengan yang bertopografi berat. Wilayah Kabupaten Bogor dilalui oleh sungai-sungai besar dan kecil yang semuanya berjumlah 339 buah, terdapat 122 buah situ dan 63 buah mata air (BPS, Kabupaten Bogor 2005).

Jumlah penduduk di Kabupaten Bogor hingga akhir 2005 tercatat 3 438 055 jiwa yang terdiri dari laki-laki sebanyak 1 742 653 jiwa dan perempuan sebanyak 1 695 402 jiwa, dengan kepadatan penduduk rata-rata sebanyak 1 427 jiwa per km². Tingkat kepadatan penduduk per kecamatan di Kabupaten Bogor sangat bervariasi dari yang relatif rendah yaitu di Kecamatan Sukamakmur (457 jiwa per km²) dan kepadatan tertinggi di Kecamatan Bojong Gede (4 767 jiwa per km²).

Dalam konteks regional Bodetabek-Puncur, Kabupaten Bogor memiliki fungsi dan peranan sebagai daerah konservasi air dan tanah sehingga dikategorikan sebagai sebagai kawasan yang mepunyai nilai strategis yaitu sebagai kawasan yang memberikan perlindungan kawasan bawahannya bagi wilayah Daerah Provinsi Jawa Barat dan Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta.

(2)

Kabupaten Bogor sebagai salah satu hinterland Jakarta, telah berkembang menjadi daerah limpahan Jakarta pada sektor permukiman dan industri. Perkembangan tersebut telah pula mengancam keberadaan fungsi Kabupaten Bogor sebagai daerah konservasi air dan tanah (Kepres 114 tahun 1999, tentang Penataan Ruang Kawasan BOPUNCUR, secara tegas menyatakan bahwa kawasan Bopuncur sebagai kawasan konservasi air dan tanah).

Hal tersebut diatas menjadi kendala bagi Pemerintah Daerah Kabupaten Bogor dalam pengelolaan maupun pengendaliannya, khususnya dalam pengelolaan kawasan yang berfungsi lindung (kawasan hutan lindung). Dalam upaya mempertahankan fungsi utama kawasan dan eksistensi dari satu kawasan, pemanfaatan sumberdaya alam di wilayah Kabupaten Bogor yang dituangkan dalam Perda No 17 tahun 2000, tentang Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Bogor, merupakan derifative dari Kepres 114/1999. Dengan memperhatikan aspek perlindungan lingkungan, kebijakan perwilayah di Kabupaten Bogor dapat dilihat pada Tabel 8 berikut.

Tabel 8 Kebijakan perwilayahan di Kabupaten Bogor

W WIILLAAYYAAHHBBAARRAAT T WWIILLAAYYAAHHTTIIMMUUR R WWIILLAAYYAAHHTTEENNGGAAHH S STTRRAATTEEGGII PPEEMMBBAANNGGUUNNAANN P Peerrcceeppaattaann ppeemmbbaanngguunnaann ddaallaamm r raannggkkaa kkeesseeiimmbbaannggaann p peemmbbaanngguunnaann aannttaarr wwiillaayyaahh,, m meellaalluuii • • IInnvveessttaassii PPeemmeerriinnttaahh • • PPeemmbbeerriiaann IInnsseennttiiff ddaann KKeemmuuddaahhaann PPeerriijjiinnaann.. S STTRRAATTEEGGII PPEEMMBBAANNGGUUNNAANN Pemantapan Pembangunan dalam rangka keseimbangan pembangunan antar wilayah, melalui

• Keseimbangan investasi Pemerintah, dan Masyarakat • Optimalisasi Pertanian lahan basah

& lahan kering

S

STTRRAATTEEGGII PPEEMMBBAANNGGUUNNAANN Pengendalian Pembangunan dalam rangka keseimbangan pembangunan antar wilayah, melalui :

• Pemanfaatan SDA & Lingkungan yg berkelanjutan

• Pengendalian alih fungsi lahan • Optimalisasi peran serta

Masyarakat dalam pembiayaan pembangunan

A

ARRAAHH PPEEMMBBAANNGGUUNNAANN • Agroindustri & Agribisnis • Intensifikasi & Ekstensifikasi pertanian

• Agrowisata & Ekowisata • Sarpras Perhubungan ke sentra

produksi & daerah tertinggal / terisolir

• Perkebunan Inti Rakyat • Pelestarian daerah resapan air

A

ARRAAHH PPEEMMBBAANNGGUUNNAANN • Permukiman

• Industri Manufaktur dan Jasa Perdagangan

• Diversifikasi Pertanian. • Pariwisata - Ekowisata • Sarpras Produksi, Koleksi & Distribusi.

• Sarpras perhubungan kesentra produksi, daerah tertinggal / terisolir

A

ARRAAHH PPEEMMBBAANNGGUUNNAANN

• Permukiman, Industri, Pariwisata. • Kegiatan Jasa & Perdagangan

(retail & regional)

• Peran serta masyarakat dalam pengelolaan Sarpraswil • Sarana & prasarana produksi,

koleksi & distribusi

(3)
(4)

Kecamatan Cibinong

Secara geografis Kecamatan Cibinong merupakan bagian wilayah dari Kabupaten Bogor yang terletak antara 106°52’34” - 106°52’34” Bujur Timur dan 6°26’2” - 6°31’52” Lintang Selatan. Terdiri dari 3 kelurahan dan 9 desa, sebelah Utara berbatasan dengan 3 kecamatan Kota Depok yaitu Kecamatan Pancoran Mas, Kecamatan Sukmajaya dan Kecamatan Cimanggis. Sedangkan di sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan Bojong Gede, sebelah Selatan berbatasan dengan 2 kecamatan, yaitu Kecamatan Semplak dan Kedung Halang dan sebelah Timur berbatasan dengan 2 kecamatan, yaitu Kecamatan Gunung Putri dan Kecamatan Citeureup. Berdasarkan batas wilayah dan perkembangannya, Kota Cibinong diapit oleh 2 (dua) buah Kota yang lebih dahulu berkembang, yaitu Kota Bogor (Selatan Cibinong) dan Kota Depok (Utara Cibinong). Kondisi tersebut, Kota Cibinong seolah terjepit antara dua pusat kegiatan yang mempunyai daya tarik (pelayanan wilayah) yang tinggi terhadap wilayah sekitarnya termasuk perkotaan Cibinong, yang pada akhirnya Kota Cibinong dapat mengembangkan fungsi-fungsi perkotaan yang seharusnya terdapat di kota ini.

Gambar 9 Gapura selamat datang dan Sungai Ciliwung di Kota Cibinong

Dari peta topografi, daerah Cibinong berada pada ketinggian 100 – 200 meter di atas permukaan laut. Sedangkan jenis tanah di Kecamatan Cibinong adalah Latosol dan jenis batuannya adalah batuan Sedimen Plistosen. Pada tahun 2005,

(5)

jumlah penduduk di kecamatan Cibinong 247 135 jiwa, dengan kepadatan rata-rata 5.816 jiwa/km² (lihat Gambar 8). Berdasarkan data statistik dalam kurun waktu 2000 – 2005, secara umum laju pertambahan penduduk di Kecamatan Cibinong 4,6 % per tahun.

Tabel 9 Jumlah penduduk di Kecamatan Cibinong tahun 2005 No. Kelurahan /Desa Jumlah Penduduk (Jiwa) Luas (km²) Kepadatan (Jiwa/km²) 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 Keradenan Nanggewer Ngw. Mekar Cibinong Pakansari Sukahati Tengah Pondok Rajeg Harapan Jaya Pabuaran Cirimekar Ciriung 23.163 20.355 11.529 28.348 21.597 17.211 17.279 9.733 13.725 50.442 11.591 22.162 4.04 3.66 2.53 4.71 5.22 4.69 3.26 2.04 2.65 4.25 1.72 3.72 5.733 5.561 4.556 6.018 4.137 3.669 5.300 4.771 5.179 11.86 6.738 5.957 247.135 42.49 5.816

Sumber: BPS Kabupaten Bogor, Tahun 2006

Mata pencaharian penduduk di Kecamatan Cibinong yang paling dominan adalah pada sektor industri yang mencapai 36 % sedangkan sektor pertanian hanya 9,75 %, dengan demikian kegiatan ekonomi masyarakat berbasis industri. Lihat Tabel 10 dan Gambar 9.

Pokok atau ketetapan PBB adalah jumlah pajak terhutang yang dikenakan pada wajib pajak. Pokok PBB ini ditetapkan setiap awal tahun ketiga oleh Kantor Pelayanan PBB Bogor sesuai dengan nilai jual obyek pajak yang dimilikinya. Berdasarkan pokok atau ketetapan PBB ini dikeluarkan Surat Pemberitaan Pajak Terhutang (SPPT) kepada wajib pajak. Pokok PBB bukan merupakan realisasi penerimaan PBB di Kabupaten Bogor, melainkan hanya merupakan status ketetapan dikeluarkannya oleh Kantor Pelayanan Pajak setempat kepada seluruh wajib pajak yang ada di Kotamadya Bandung. Pada Tabel 11 dapat dilihat penerimaan PBB di Kecamatan Cibinong yang dikaitkan dengan jumlah wajib pajak

(6)
(7)

dan jumlah kepala keluarga. Pada tabel tersebut dapat dilihat bahwa pokok pajak yang ditetapkan di Kecamatan Cibinong cenderung mengalami peningkatan antara tahun 2003-2004. Peningkatan tersebut disebabkan oleh adanya peningkatan NJOP, yang diakomodasikan setiap tiga tahun sekali dalam klasifikasi NJOP berdasarkan SK Kepala Kantor Wilayah IV Dirjen Pajak Jawa Barat.

Tabel 10 Jumlah rumah tangga menurut jenis pekerjaan utama tahun 2005 Di Kecamatan Cibinong

No. Bidang Pekerjaan Jumlah

Rumah tangga Persentase 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Pertanian Pertambangan, Penggalian Industri

Listrik, Gas, Air Konstruksi

Perdagangan, Hotel, Restoran

Angkutan Lembaga Keuangan Jasa-jasa Lain-lain 8 400 538 31 209 815 3 776 12 833 5 265 738 14 072 8 486 9,75 0,62 36,0 0,94 4,38 14,89 6,11 0,85 16,33 10,13 86 132 100.00 Sumber : BPS Kabupaten Bogor, 2005

Angkutan (6,1%) Lemb. Keuangan

(0,8%)

Perdagangan (14,8%)

Konstruksi (4,3%)

Listrik, Gas, Air (0,9%) Industri (36,2%) Pertanian( 9,7%)

Pertambangan ( 0,6%) Lain-lain (9,8%)

Jasa-jasa (16,3%)

Gambar 9 Komposisi jenis pekerjaan utama di Kecamatan Cibinong tahun 2005

(8)

Tabel 11 Perkembangan penerimaan pajak bumi dan bangunan di Kecamatan Cibinong tahun 2000 – 2005 Tahun JumlahWajib Pajak (orang) Penerimaan PBB (Rp) Jumlah KK 2 000 28 988 597 356 565 38 847 2 001 34 565 545 708 849 40 349 2 002 36 779 663 788 242 41 144 2 003 37 716 671 941 820 43 470 2 004 39 970 782 866 912 43 817 2 005 41 515 794 504 947 49 399 Sumber: Kantor Dinas Pajak Bogor, 2006

Secara diagram perkembangan dari jumlah penerimaan PBB dan penerimaan pajak selama 5 tahun terakhir cenderung mengalami peningkatan. Ilustrasi dapat dilihat pada Gambar 10.

-20,000 40,000 60,000 80,000 100,000 2 000 2 001 2 002 2 003 2 004 2 005 tahun Penerimaan Pajak (Rp)

Jumlah wajib pajak (KK)

Gambar 10 Perkembangan jumlah wajib pajak dan penerimaan pajak di Kecamatan Cibinong tahun 2000 - 2005

(9)

Dalam kebijaksanaan pengembangan Jabodetabek, Kota Cibinong terletak pada zona IV. Dimana zona IV di arahkan pada pengembangan terbatas dan pertanian lahan kering. Sehubungan dengan konteks kebijaksanaan Jabotabek tersebut, terdapat tiga fungsi utama Kota Cibinong, yaitu :

1. Penyangga bagi DKI Jakarta, berupa pengembangan pemukiman perkotaan sebagai bagian dalam sistem Metropolitan Jabotabek.

2. Konservasi, berkenaan kondisi geografisnya di bagian hulu dan sebagai kawasan resapan dalam tata air untuk Metropolitan Jabotabek.

3. Pengembangan pertanian khususnya hortikultura, sehubungan dengan perkembangan dan keunggulan yang telah ada, yang selanjutnya makin dipacu.

Berdasarkan Keputusan Presiden No. 114 Tahun 1999 tentang Penataan Ruang Kawasan Bogor - Puncak - Cianjur, Kota Cibinong (Kecamatan Cibinong, Citeureup dan Kecamatan Bojonggede) bersama 16 kecamatan lainnya yang berada dalam wilayah penataan kawasan Bopunjur dijadikan kawasan konservasi air dan tanah.

Berdasarkan revisi RDTRK tahun 2005 diketahui arahan pengembangan struktur Kota Cibinong dilakukan dengan menggunakan konsep kota taman (Garden

City) dengan dasar-dasar sebagai berikut :

1. Pusat kota dikembangkan di wilayah pusat kota dengan kegiatan utama adalah pusat pemerintahan Kabupaten Bogor, pusat perkantoran serta perdagangan dan jasa sebagai pelengkap.

2. Akses ke pusat kota ditingkatkan (dibangun) untuk membentuk sirkulasi yang efisien dari pusat kota menuju seluruh penjuru wilayah kota dan hinterlandnya, serta sebaliknya.

3. Kegiatan industri polutan rendah diletakkan di bagian timur wilayah kota dan memperoleh akses regional yang cukup tinggi (dekat dengan arteri primer dan jalan Tol Jagorawi). Perkembangan industri dibatasi dengan mempertahankan industri yang telah ada.

(10)

4. Antara kawasan lokasi industri dengan kawasan di sekitarnya ditetapkan buffer

zone untuk menjaga kualitas lingkungan di sekitarnya.

5. Kegiatan permukiman kota diarahkan untuk menyebar di semua wilayah kota.

6. 20% wilayah kota dimanfaatkan untuk ruang-ruang terbuka hijau kota yang berupa: badan air, ruang terbuka, taman kota, jalur hijau, lapangan olah raga, sempadan sungai dan situ, dan areal pemakaman.

7. Membentuk green belt kota di batas-batas alam (sungai pembatas kota) yang masih dimungkinkan dibangun hutan kota atau dengan taman produksi.

Lebih jelasnya mengenai arahan pemanfataan ruang di Kecamatan Cibinong dapat dilihat pada Tabel 12 dan Gambar 11.

Tabel 12 Alokasi rencana pemanfaatan lahan di Kec. Cibinong 2015

Arahan Penggunaan Lahan (Ha)

Kelurahan/ Desa Luas (Ha) Sawah

Perkantoran dan

P

erdagangan Badan Air Industri

Kebun Campura n Perumahan Taman Pemekaman umu m Lainnya Karadenan 409 129 2 24 - 37 211 2 6 Nangewer 366 65 1 9 - 217 58 2 15 Nangewer Mekar 253 42 1.5 4 110 12 71 1 13 Cibinong 475 71 25.9 109.4 95 121 46.7 2 3 Pakansari 522 234 - 47 82 61 75 5 18 Sukahati 499 85 - 23 60 116 200 2 13 Tengah 326 4 3.5 22.6 86.9 70 83 - 56 Pondok Rajeg 231 64 - 12 - 13 106 3 33 Harapan Jaya 265 8 - 10 - 55 134 3 56 Pabuaran 425 20 - 22 - 115 220 12 58 Cirimekar 182 20 - - - 113 4 45 Ciriung 382 31 2.5 107.3 150 49 27.2 10 6 Jumlah 4335 773 36.4 390.3 583.9 817 1344.9 46 322 Sumber: RDTRK Cibinong, 1998-2008

(11)
(12)

Kecamatan Cileungsi

Kecamatan Cileungsi berada di bagian timur Kabupaten Bogor dengan jarak kurang lebih 10 km dari ibukota kabupaten yang terdiri dari 12 desa/kelurahan, 128 RW dan 431 RT dengan luas lahan terakhir sebesar + 7.327 ha.

Kecamatan Cileungsi terletak pada jalur lintasan yang menghubungkan dua kota besar, yaitu Kota Jakarta dan Bandung melalui Jonggol dan Cianjur. Selain itu Kecamatan Cileungsi juga berada pada lintasan jalan yang menghubungkan Kota Bogor dengan Kota Bekasi. Dengan demikian Kecamatan Cileungsi merupakan lintasan kendaraan angkutan regional yang menghubungkan kota-kota tersebut dengan frekuensi yang cukup tinggi, terutama setiap akhir pekan dan hari libur. Pada kedua jalur juga sangat potensial untuk berkembangnya berbagai kegiatan terutama kegiatan perdagangan dan jasa. Demikian juga keberadaan obyek wisata agro Taman Buah Mekar Sari yang terletak pada jalur Jalan Raya Jonggol akan mampu memberikan kontribusi terhadap tumbuh dan berkembangnya kegiatan jasa dan perdagangan di wilayah ini.

Sebagian besar wilayah perencanaan mempunyai kelas kemiringan lahan yang berkisar antara 0% - 8%, dengan ketinggian hingga 400 m dari permukaan laut. Dari kelas lereng tersebut sebagian besar (80,05%) termasuk dalam kelas lereng datar, yaitu 0% - 3% yang menyebar di seluruh wilayah perencanaan. Lahan dengan kemiringan antara 3% – 8% sebesar 12,80% menyebar di sebelah barat wilayah perencanaan ke arah Sungai Cileungsi. Sedangkan lahan dengan kemiringan > 8% terletak di sepanjang bantaran Sungai Cileungsi dengan luasan sebesar 7,15 %. Dengan kondisi kelas lereng tersebut, berarti wilayah perencanaan sebagian besar wilayahnya berpotensi untuk pengembangan kegiatan perkotaan, baik untuk permukiman, perdagangan dan jasa, serta industri.

(13)

Gambar 12 Kondisi lalu lintas di jalan layang Cileungsi serta kebun bambu yang banyak terdapat di Kecamatan Cileungsi

Seiring dengan perkembangan kegiatan penduduk di Kecamatan Cileungsi yang mengarah ke sektor non-pertanian, penggunaan lahan untuk pertanian mulai berkurang. Hal ini dapat dilihat di sepanjang koridor jalan-jalan utama yang mengarah ke Kota Cileungsi, dimana penggunaan lahan untuk pertanian telah berubah fungsi menjadi perumahan ataupun perdagangan. Perubahan seperti ini terjadi akibat perkembangan kegiatan yang terjadi di Kawasan Perkotaan Cileungsi seperti perkantoran, kegiatan pemerintahan, dan perdagangan yang sangat pesat.

Jumlah penduduk Kecamatan Cileungsi pada tahun 2003 tercatat 141.096 jiwa. Jumlah penduduk tertinggi terdapat di Desa Cileungsi Kidul dan Desa Limus Nunggal. Jumlah penduduk terendah ditemui di Desa Jatisari dan Cipenjo, masing masing sebesar 4,2% dan 4% dari jumlah penduduk kecamatan. Kepadatan penduduk kecamatan Cileungsi rata-rata sebesar 1.970 jiwa/km². Kepadatan penduduk tertinggi ditemui di Desa Cileungsi (3.748 jiwa/km2) dan Cileungsi Kidul (3.106 jiwa/km²). Kepadatan penduduk terendah ditemui di Desa Cipenjo (1.135 jiwa/km²) dan Mekarsari (1.174 jiwa/km²), lihat Gambar 13.

(14)

Tabel 13 Jumlah penduduk di Kecamatan Cileungsi tahun 2005 No Desa Jumlah Penduduk (jiwa) Luas (km²) Kepadatan (jiwa/km²) 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 Dayeuh Mampir Setu Sari Cipeucang Jati Sari Gandoang Mekar Sari Cileungsi Kidul Cileungsi Limus Nunggal Pasir Angin Cipenjo 18.985 9.897 8.548 9.417 6.871 10.877 12.794 21.322 18.305 25.425 16.147 8.575 11.84 6.01 6.28 4.4 4.68 6.4 5.73 6.22 4.35 7.15 5.78 4.91 1.603 1.646 1.361 2.140 1.468 1.699 2.232 3.427 4.208 3.555 2.793 1.746 TOTAL 167.163 73.75 2.266

Sumber: BPS Kabupaten Bogor, Tahun 2006

Jenis pekerjaan utama yang menyerap tenaga kerja di Kecamatan Cileungsi adalah perdagangan, hotel dan jasa terutama yang berada di Desa Cileungsi dan Desa Mampir menyerap tenaga kerja masing-masing sebanyak 3.143 jiwa dan 2.405 jiwa. Fenomena perkembangan sektor perdagangan dan jasa berlaku bagi kota berkembang seperti pada Cileungsi ini. Sedangkan sektor industri terutama tersebar pada Desa Cileungsi dan Desa Mekarsari yang menyerap tenaga kerja sekitar 5.714 jiwa dan 1.425 jiwa, hal ini dapat dipahami karena di Kecamatan Cileungsi banyak berdiri pabrik-pabrik dengan jumlah kurang lebih sekitar 105 buah.

(15)
(16)

Tabel 14 Jumlah rumah tangga menurut jenis pekerjaan utama Kecamatan Cileungsi tahun 2005

No. Bidang Pekerjaan Jumlah

Rumah tangga Persentase 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Pertanian Pertambangan, Penggalian Industri

Listrik, Gas, Air Konstruksi

Perdagangan, Hotel, Restoran

Angkutan Lembaga Keuangan Jasa-jasa Lain-lain 5 319 719 13 188 79 716 12 749 590 73 1 920 8 15.04 2.03 37.29 0.22 2.02 36.05 1.66 0.20 5.42 0.07 35 361 100.00 Sumber : BPS Kabupaten Bogor, 2005

Lain-lain Angkutan (1,7%) Jasa 5,5%) Keuangan (0,2%) Pertanian (15%) Perdagangan (36%) Pertambangan (2%) Industri (37,2%) Konstruksi (2%)

Listrik, Gas, Air (0,2%)

Gambar 14 Komposisi jenis pekerjaan utama di Kec. Cileungsi tahun 2005

Pada Tabel 15 berikut ini dapat dilihat perkembangan dari jumlah wajib pajak, jumlah kepala keluarga. Pada tabel tersebut dapat dilihat bahwa jumlah wajib pajak mengalami penurunan pada tahun 2000 ke 2001, hal ini disebabkan pada tahun 2000 adanya pemekaran wilayah dari Kecamatan Cileungsi menjadi 2 kecamatan

(17)

yaitu Kecamatan Cileungsi dan Klapanunggal. Sedangkan realisasi dari penerimaan PBB tidak mengalami penurunan, melainkan mengalami peningkatan karena pada tahun 2001 adanya kenaikan besarnya pokok PBB.

Tabel 15 Perkembangan pokok pajak bumi dan bangunan di Kecamatan Ciluengsi tahun 2000 – 2005

Tahun JumlahWajib Pajak Terbayar (orang) Realisasi Penerimaan PBB (Rp) Jumlah KK 2 000 40 412 598 667 450 45 111 2 001 21 986 609 494 418 33 352 2 002 25 656 621 223 460 34 505 2 003 29 112 699 543 776 41 044 2 004 31 423 769 456 800 41 709 2 005 34 610 853 612 137 42 640 Sumber: Kantor Dinas Pajak Bogor 1, 2006

Secara diagram perkembangan dari jumlah penerimaan pajak dan jumlah wajib pajak selama 5 tahun terakhir dilihat pada Gambar 15.

0.0000 20.0000 40.0000 60.0000 80.0000 100.0000 2 000 2 001 2 002 2 003 2 004 2 005 Tahun Penerimaan pajak (Rp) Jumlah w ajib pajak (org)

Gambar 15 Perkembangan jumlah penerimaan pajak dan wajib pajak di Kecamatan Cileungsi thun 2000 – 2005

(18)

Pemanfaatan ruang budidaya Kecamatan Cileungsi diarahkan pada kawasan pengembangan perkotaan, kawasan permukiman perkotaan dan kawasan peruntukan indsutri. Dalam perwilayahan pengembangan Kawasan Bogor Timur, Kecamatan Cileungsi berperan sebagai Kawasan Strategis Industri Non-Polutif dan Kawasan Fungsional sebagai permukiman. Sedangkan sektor strategis yang diunggulkan adalah pertanian, perkebunan, industri dan pertambangan. Arahan pengembangan wilayah Kecamatan Cileungsi dapat dibagi menjadi 3 (tiga) Bagian Wilayah Kecamatan (BWK) untuk mengefektifkan struktur ruang yang akan terbentuk.

1. Bagian Wilayah Kecamatan (BWK) A sebagai Pusat Wilayah Kecamatan – Pusat Hirarki I, terdiri dari Desa Cileungsi, Cileungsi Kidul, Mekar Sari, Mampir dan Dayeuh. Fungsi dari BWK A adalah sebagai:

• Berperan sebagai pusat kegiatan perdagangan dan jasa skala regional dan kecamatan

• Pusat pemerintahan kecamatan • Pusat pengembangan agrowisata

2. Bagian Wilayah Kecamatan (BWK) B Pusat BWK memiliki fungsi sebagai Pusat Hirarki II, meliputi Desa Limus Nunggal, Pasir Angin dan Cipenjo. Fungsi dari BWK B adalah sebagai:

• Peran BWK B ini adalah sebagai pusat perdagangan skala BWK • Pusat permukiman skala regional

• BWK ini memiliki peran sebagai gerbang kecamatan ke wilayah Bekasi dengan meningkatkan akses ke Bekasi Utara – Selatan

3. Bagian Wilayah Kecamatan (BWK) C memiliki fungsi sebagai Pusat Hirarki III, meliputi Desa Seu Sari, Cipayung, Jatisari dan Gandoang. Fungsi lain dari BWK C adalah sebagai:

(19)

• Pusat pendidikan dan kesehatan skala kecamatan

• Pusat pengembangan pertanian lahan kering dan agrowisata

Sedangkan arahan pemanfaatan lahan sesuai dengan Revisi RUTRK Cileungsi tahun 2002 – 2012 adalah sebagai berikut:

• Kawasan perumahan direncanakan menyebar ke seluruh wilayah perencanaan dan diikat oleh unsur-unsur pusat lingkungan.

• Perdagangan dan jasa di Jalan Narogong, yaitu antara fly over ke arah selatan sampai simpang jalan ke Gandoang. Untuk pelayanan regional berupa pertokoan dan perdagangan grosir berada di bagian depan dan skala pelayanan lokal dan perdagangan eceran di bagian belakang.

• Perkantoran swasta diarahkan di sepanjang jalan Camat Ejan, antara ruas jalan altenatif sampai Jalan Narogong dan Bekasi, sedangkan perkantoran pelayanan umum dan pemerintahan diarahkan di sepanjang jalan altenatif, terutama mulai dari simpang jalan ke Wanaherang (Cikarang) sampai batas wilayah perencanaan. • Pelayanan sosial lokal diarahkan menyebar pada pusat-pusat permukiman sesuai

dengan hirarkhinya, sedangkan fasilitas sosial dengan lingkup pelayanan regional diarahkan menyatu dengan kawasan perkantoran dan bangunan umum yaitu pada ruas jalan altenatif.

• Industri dan pergudangan diarahkan tetap seperti sekarang, berada dipinggir wilayah perencanaan, sedangkan pengembangan diarahkan ke luar wilayah perencanaan. Pengembangan industri baru diarahkan ke luar wilayah perencanaan seperti di Desa Limusnunggal dan Dayeuh sebagai pendukung pusat kota (wilayah perencanaan). Beberapa kegiatan industri di wilayah perencanaan yang cukup besar diantaranya dilakukan oleh PT. Samic dan PT. Bostinco. Sebagian besar lokasi industri di wilayah perencanaan berada di wilayah Desa Cileungsi Kidul, khususnya di bagian timur dan selatan wilayah desa. Dari segi aksesibilitas lokasi industri ditunjang oleh prasarana transportasi dengan kapasitas sesuai dengan volume kegiatan industri yang bersangkutan.

(20)

• Kawasan khusus berupa Taman Buah Mekar Sari diarahkan dipertahankan sebagai obyek wisata argo dengan lokasi sebagian besar di Desa Mekarsari.

• Transportasi, pengembangan terminal penumpang dengan tipe C yang mempunyai peluang dikembangkan menjadi terminal tipe B diarahkan di Desa Cileungsi Kidul, yaitu pada Ruas Jalan Raya Jonggol, sedangkan pembangunan stasiun KA diarahkan belakang perumahan Duta Mekar Asri.

Tabel 16 Alokasi Pemanfaatan lahan di Kecamatan Cileungsi tahun 2002 - 2012

Arahan Penggunaan Lahan (Ha)

Kelurahan/Desa Luas (Ha) Sawah

Perkantoran dan

P

erdagangan Badan Air Industri

Kebun

Campura

n

Perumahan Sarana Umum

K

a

wasan Wisata Kuburan Lainnya

Dayeuh 11.04 387.3 48 104 210 51.9 79 20.3 0 5.5 198 Mampir 6.01 230 20 3.7 30 99 186 19.1 0 3.2 10 Setu sari 6.28 174 2.4 103 0 223.6 48 - 22.7 6.5 38.8 Cipeucang 4.4 170 3 47 3 130 62 18 0 3 4 Jatisari 4.68 126 4 17 6 267.5 29.2 14.8 0 1.2 1.3 Gandoang 6.4 142 43 86.4 117 73.9 95.3 0.4 0 3 79 Mekarsari 5.73 48.8 2 89 37 96.3 81.9 1.8 226 4.5 5.7 Cileungsi Kidul 6.22 4 32 11.4 56 142.5 288.1 1.6 0 3.4 73 Cileungsi 4.35 6 3 0 9.7 0 411 1.8 0 1.5 2 Limus Nunggal 7.15 11.6 27 0 181.7 0 366 4.7 92.8 4.5 26.7 Pasir Angin 5.78 128 4.4 0 75 269.7 60 2.3 0.8 5.8 32 Cipenjo 4.91 156.3 9.7 0 0 255.4 56.8 1.7 - 4.1 6 Jumlah 7375 1584 198.5 461.5 725.4 1609.8 1763.3 86.5 342.3 46.2 476.5

Sumber: RUTRK Cileungsi 2002 - 2012

(21)
(22)

Gambar

Gambar  9   Gapura selamat datang dan Sungai Ciliwung di Kota Cibinong
Gambar 8   Peta kepadatan penduduk per desa/kelurahan di Kecamatan Cibinong tahun 2006
Tabel  10    Jumlah rumah tangga menurut jenis pekerjaan utama                      tahun 2005  Di Kecamatan Cibinong

Referensi

Dokumen terkait

Letak geografis Kota Pekanbaru sangat strategis, selain sebagai Ibu Kota Provinsi Riau, Pekanbaru juga merupakan pusat kegiatan pemerintahan, pendidikan, dan perdagangan,

Kota Cirebon : Kota inti dari PKN Cirebon, dengan sarpras yang terintegrasi dg wilayah pengaruhnya, simpul utama pelayanan, jasa, perdagangan dan industri di Jabar bagian

Kawasan Perkotaan Sragen merupakan ibu kota kabupaten yang menjadi pusat pemerintahan dan pusat perdagangan dan jasa. Semakin berjalannya waktu jumlah penduduk akan terus

Sebagai wilayah yang akan dikembangkan dengan fokus pelayanan pemerintahan, jasa dan perdagangan dan permukiman, Kawasan Kota Sei Rampah harus menyediakan jenis dan jumlah

Pusat kota Binjai yang merupakan pusat pengembangan utama dengan orientasi kegiatan. berupa pusat perdagangan

 Diarahkan sebagai kota berfungsi sebagai pusat pertumbuhan wilayah pulau yang berorientasi pada kegiatan sentra jasa pemerintahan dan perdagangan yang melayani

DAS Ciliwung dan termasuk dalam Kabupaten Bogor dan tertera pada Tabel 14.. Kota Depok adalah satu daerah pemekaran wilayah administrasi Kabupaten Bogor yang berkembang pesat

Pancoran adalah salah satu pusat kota di wilayah Jakarta Selatan, yaitu terdiri dari: perkantoran dan bisnis, kantor kementerian dan pemerintahan, hotel dan apartemen, Sekolah