• Tidak ada hasil yang ditemukan

TUGAS AKHIR STUDI KETERSEDIAAN LOKASI PERUMAHAN KAWASAN PERKOTAAN SRAGEN TAHUN 2028

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "TUGAS AKHIR STUDI KETERSEDIAAN LOKASI PERUMAHAN KAWASAN PERKOTAAN SRAGEN TAHUN 2028"

Copied!
123
0
0

Teks penuh

(1)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

TUGAS AKHIR

STUDI KETERSEDIAAN LOKASI PERUMAHAN

KAWASAN PERKOTAAN SRAGEN

TAHUN 2028

Diajukan Sebagai Syarat Untuk Mencapai Jenjang Strata-1 Perencanaan Wilayah dan Kota

Disusun Oleh: VELLISSA ANDREVA R

I 0606044

PROGRAM STUDI PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA

JURUSAN ARSITEKTUR FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

(2)

commit to user

i

PENGESAHAN

STUDI KETERSEDIAAN LOKASI PERUMAHAN KAWASAN PERKOTAAN SRAGEN

Dosen Pembimbing Tugas Akhir

Pembimbing 1 Pembimbing 2

Murtanti Jani Rahayu, ST, MT NIP. 19720117 200003 2 001

Ir. Winny Astuti, M.Sc, Ph.D NIP. 19640711 199103 2 001

Mengesahkan,

Ketua Jurusan Arsitektur Ketua Program Studi Perencanaan Wilayah dan Kota

Ir. Hardiyati, M.T. Ir. Galing Yudana, M.T.

NIP. 19561209 198601 2 001 NIP. 19620129 198703 1 002

Pembantu Dekan I

Ir. Nugroho Djarwanti, M. T. 19561112 198403 2 007

PROGRAM STUDI PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA JURUSAN ARSITEKTUR FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA

(3)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

ii

STUDI KETERSEDIAAN LOKASI PERUMAHAN KAWASAN PERKOTAAN SRAGEN

TAHUN 2028

Vellissa Andreva R NIM. I0606044

Seiring berjalannya waktu jumlah penduduk di Kawasan Perkotaan Sragen terus bertambah begitu pula kebutuhan akan lahan perumahannya, akan tetapi ketersediaan lahan tetap tak berubah. Oleh sebab itu dilakukan studi guna mengetahui ketersediaan lokasi perumahan di Kawasan Perkotaan Sragen di tahun 2028 dengan memperhatikan kesesuaian lokasi perumahan serta kebijakan yang berlaku di kawasan tersebut.

Analisis untuk mengetahui kesesuaian lokasi perumahan dilakukan dengan metode superimpose (ovelay) peta terhadap aspek fisik, aksesibilitas, ketersediaan sarana dasar, dan ketersediaan sarana perekonomian. Hasil analisis di-overlay dengan rencana penggunaan lahan menurut RDTR Kawasan Perkotaan Sragen tahun 2009-2028 menunjukan lokasi yang sangat sesuai dan sesuai untuk dijadikan perumahan hingga tahun 2028 seluas 562,07 Ha,

Dengan analisis proyeksi penduduk, penghitungan kebutuhan jumlah rumah, dan penghitungan kebutuhan luas lahan perumahan diperoleh jumlah kebutuhan lahan permukiman di Kawasan Perkotaan Sragen tahun 2028 seluas 69,37 Ha.

Dengan membandingkan jumlah kebutuhan dan ketersediaan maka didapatkan bahwa hingga tahun 2028 lahan perumahan di Kawasan Perkotaan Sragen masih sangat luas ketrsediaannya.

(4)

commit to user

iii

KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Allah SWT atas segala nikmat dan karuniaNya sehingga laporan Tugas Akhir dengan judul “STUDI KETERSEDIAAN LOKASI PERUMAHAN KAWASAN PERKOTAAN SRAGEN TAHUN 2028” dapat terselesaikan. Selesainya laporan ini tak luput dari bantuan berbagai pihak yang selama ini telah banyak membantu dan mendukung penulis dalam pengerjaan laporan ini.

Ucapan terima kasih penulis haturkan kepada banyak pihak yang telah membantu dalam penyusunan laporan ini. :

1. Ibu Ir. Hardiyati, MT selaku Ketua Jurusan Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Sebelas Maret.

2. Bapak Ir. Galing Yudana, MT selaku Ketua Program Studi Perencanaan Wilayah dan Kota Jurusan Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Sebelas Maret.

3. Ibu Murtanti Jani Rahayu, ST, MT selaku pembimbing pertama Tugas Akhir, terima kasih atas bimbingan, masukan, nasehat, dan perhatian yang selama ini telah diberikan.

4. Ibu Ir. Winny Astuti, M.Sc, Ph.D selaku pembimbing kedua Tugas Akhir yang

telah banyak memberikan bimbingan dalam penyelesaian Laporan Tugas Akhir

5. Ibu Istijabatul Aliyah, ST. MT, selaku Penguji sidang Tugas Akhir. 6. Bapak Ir.Agus Sanyoto, selaku Penguji sidang Tugas Akhir.

7. Ir. Ismanto, MM selaku Kepala Bidang Fisik dan Prasarana Wilayah BAPPEDA Kabupaten Sragen.

8. Muhammad Vino dan Ning Setyowati sebagai semangat utama dalam menyelesaikan Laporan Tugas Akhir ini.

(5)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

iv

10. Arwin Bagus Dewangga, terima kasih atas bantuan dan dukungan dalam menyelesaikan laporan Tugas Akhir ini

11. Arum Ardianti, Tyas Yuwono, dan Aga Kristianing Jati, terima kasih atas berbagai cerita suka dan duka yang kalian hadirkan selama ini.

12. Dwinta Nori Fitria, Fatmawati Nurul Handayani Kusuma Wardani, Ferry Agrianto, dan Zaini Musthofa, terima kasih atas bantuan dan semangat kalian selama ini.

13. Bg524, terima kasih karena telah menjadi inspirasi dan selalu menemani penulis saat pengerjaan laporan Tugas Akhir.

14. Untuk teman-teman PWK angkatan 2006 dan banyak pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu, yang telah banyak membantu penulis dalam banyak hal, terima kasih atas bantuannya.

Surakarta, Juli 2010

(6)

commit to user ABSTRAK

STUDI KETERSEDIAAN LOKASI PERMUKIMAN KAWASAN PERKOTAAN SRAGEN TAHUN 2020

Kawasan Perkotaan Sragen merupakan ibu kota kabupaten yang menjadi pusat pemerintahan dan pusat perdagangan dan jasa. Kawasan ini terdiri dari 12 kelurahan dan satu desa. Seiring berjalannya waktu jumlah penduduk di kawasan tersebut terus bertambah begitu pula kebutuhan akan lahan permukimannya, akan tetapi ketersediaan lahan tetap tak berubah. Oleh sebab itu dilakukan studi guna mengetahui ketersediaan lokasi permukiman di Kawasan Perkotaan Sragen di tahun 2020 dengan memperhatikan kesesuaian lokasi permukiman serta kebijakan yang berlaku di kawasan tersebut

Lokasi suatu permukiman dipengaruhi oleh berbagai faktor antara lain aspek fisik, aksesibilitas, ketersediaan sarana dasar, dan ketersedian sarana perekonomian. Dengan memperhatikan faktor-faktor tersebut dicari lokasi yang sangat sesuai untuk dijadikan permukiman. Selain memperhatikan faktor-faktor tersebut, kesesuaian lokasi permukiman juga mempertimbangkan keberadaan kawasan lindung serta kerawanan bencana dan polusi.

Suatu permukiman tak dapat didirikan begitu saja diatas suatu lahan tanpa memperoleh ijin dari pemerintah, oleh sebab itu kesesuaian lahan terhadap perencanaan Kawasan Perkotaan Sragen sangat penting untuk mendapat legalitas lahan.

Ketersediaan lahan Kawasan Perkotaan Sragen di tahun 2028 diperoleh dari membandingkan ketersediaan lahan permukiman hingga tahun 2028 dengan kebutuhan lahan permukiman di tahun tersebut

(7)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

keberadaan kawasan lindung, serta kawasan rawan bencana dan polusi. Dari hasil analisis diperoleh bahwa 87,35 % lahan di Kawasan Perkotaan Sragen sangat sesuai untuk dijadikan permukiman, akan tetapi jika melihat kondisi eksistingnya, lokasi-lokasi yang sesuai tersebut fungsinya didominasi oleh sawah irigasi teknis. Oleh sebab itu hasil analisis kesesuaian di overlay dengan rencana penggunaan lahan menurut RDTR Kawasan Perkotaan Sragen tahun 2009-2028. Berdasarkan hasil analisis lokasi yang sangat sesuai dan sesuai untuk dijadikan permukiman hingga tahun 2028 seluas 562,07 Ha, lokasi tersebut tersebar di seluruh kelurahan kecuali Kelurahan Sragen Tengah. Kelurahan yang paling banyak memiliki ketersediaan lahan permukiman adalah Kelurahan Nglorog, dan yang paling sedikit adalah Desa Tangkil

Jumlah kebutuhan lahan permukiman hingga tahun 2020 dicari dengan melihat pertambahan penduduk Kawasan Perkotaan Sragen tahun 2009 hingga tahun 2020. Untuk mencari jumlah kebutuhan rumah maka dicari pertambahan jumlah penduduk hingga tahun 2020 yaitu sejumlah 12.427 jiwa. Dengan membagi jumlah penduduk dengan jumlah rata-rata anggota keluarga maka diperoleh jumlah KK di tahun 2028.

Kebutuhan rumah dicari dengan menggunakan asumsi bahwa satu keluarga menghuni satu unit rumah. Berdasarkan hasil analisis, jumlah kebutuhan rumah di Kawasan Perkotaan Sragen hingga tahun 2020 adalah 2128 unit rumah. Jumlah tersebut merupakan akumulasi dari total jumlah rumah dari kebutuhan rumah untuk keluarga pra sejahtera sebesar 431 unit, keluarga sejahtera I sebesar 315 unit, keluarga sejahtera II sebesar 662 unit, keluarga sejahtera III 714 unit, serta keluarga sejahtera III+ sejumlah 43 unit.

(8)

commit to user

Dengan melihat angka ketersediaan yaitu 562,07 Ha dengan angka kebutuhan lahan yaitu 69,37 Ha dapat diketahui bahwa di tahun 2020 Kawasan Perkotaan Sragen masih memiliki ketersediaan lahan yang sangat luas.

(9)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Menurut Undang Undang No.4 Tahun 1992 perumahan adalah kelompok rumah yang berfungsi sebagai lingkungan tempat tinggal atau lingkungan hunian yang dilengkapi dengan prasarana dan sarana lingkungan.

Suatu kawasan perumahan yang ‘ideal’ diharapkan mempertimbangkan beberapa hal yang berdasarkan kepada pengertian dan prinsip-prinsip pengembangan perumahan berikut ini :

1. Perumahan merupakan bagian dari lingkungan hidup yang sebaiknya berada di luar kawasan lindung baik yang berupa kawasan perkotaan maupun perdesaan yang berfungsi sebagai lingkungan hunian yang dilengkapi dengan sarana dan prasarana

2. Perumahan pada dasarnya merupakan bagian dari suatu permukiman. Kawasan permukiman sendiri adalah bagian dari komponen kota yang mempunyai keterkaitan fungsional dengan aktivitas kota lainnya. Oleh karena itu, untuk mencapai peran yang optimal dalam pengembangan perumahan dan permukiman sebaiknya mengacu pada Renana Tata Ruang Wilayah Kota (RTRW)

(10)

commit to user

2 perumahan tersebut. Faktor-faktor yang mempengaruhi lokasi perumahan tersebut menyebabkan keterbatasan persediaan lokasi perumahan di suatu wilayah karena tidak semua lokasi sesuai untuk dijadikan perumahan.

Untuk menunjukan lokasi-lokasi perumahan tersebut dibutuhkan instrumen visualisasi yaitu berupa peta-peta yang menggambarkan letak berbagai bentuk rupa bumi di Kawasan Perkotaan Sragen. Geographic Information System merupakan sebuah perangkat lunak yang mampu menganalisa berbagai faktor spasial yang mempengaruhi lokasi suatu perumahan dengan menggunakan input data berupa peta dasar dan berbagai data pendukung. Dengan menggunakan bantuan perangkat tersebut dianalisis berbagai faktor yang mempengaruhi lokasi perumahan.

Kawasan Perkotaan Sragen merupakan wilayah di Kabupaten Sragen yang merupakan ibu kota kabupaten dimana pusat pemerintahan dan pusat perdagangan berada. Kawasan ini memiliki dokumen perencanaan yang mengatur penggunaan lahan didalamnya selama 20 tahun kedepan. Dokumen tersebut adalah Rencana Detail Tata Ruang Kawasan Perkotaan Sragen tahun 2009-2028. Guna memperoleh lokasi perumahan yang ideal maka selain memperhatikan berbagai faktor pengaruhnya, lokasi perumahan juga harus sesuai dengan rencana penggunaan lahan kawasan perumahan yang ada didalam dokumen rencana tersebut.

(11)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

3 diperhatikan sehingga kebutuhan perumahan dapat terpenuhi. Dengan melihat ketersediaan lahan saat ini serta melihat kebutuhan lahan suatu wilayah di masa yang akan datang maka dapat dilihat ketersediaan lokasi perumahan di suatu wilayah di masa yang akan datang yang sesuai dengan berbagai faktor yang mempengaruhi lokasi perumahan.

Oleh karena itu, dilakukan studi ketersediaan lokasi perumahan Kawasan Perkotaan Sragen tahun 2028 untuk mengetahui sebaran lokasi dan luas lahan perumahan yang tersedia di Kawasan Perkotaan Sragen pada tahun 2028. Penghitungan ketersediaan lokasi ini memperhatikan berbagai faktor yang mempengaruhi lokasi dan memiliki legalitas lahan.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang diatas maka dapat dirumuskan masalah dalam penelitian ini adalah :

1. Bagaimana sebaran lokasi perumahan di Kawasan Perkotaan Sragen tahun 2028 ?

(12)

commit to user

4 C. Tujuan Dan Sasaran

1. Tujuan

a. Tersusunnya peta kesesuaian lokasi perumahan di Kawasan Perkotaan Sragen berdasarkan indikator-indikator yang mempengaruhi lokasi perumahan serta sesuai dengan RDTRK Perkotaan Sragen tahun 2009-2028 dengan menggunakan Geographic Information System.

b. Diperolehnya angka luasan ketersediaan lahan perumahan Kawasan Perkotaan Sragen tahun 2028.

2. Sasaran

a. Menyusun peta kesesuaian lokasi untuk perumahan di Kawasan Perkotaan Sragen saat ini berdasarkan indikator yang digunakan, yaitu aspek fisik, aksesibilitas, sarana dasar, dan sarana perekonomian.

b. Menyusun peta kesesuaian lokasi perumahan berdasarkan rencana penggunaan lahan perumahan dalam RDTR Kawasan Perkotaan Sragen tahun 2009-2028.

c. Menyusun proyeksi penduduk Kawasan Perkotaan Sragen berdasarkan kelompok KK (berdasarkan tingkat kesejahteraan) hingga tahun 2028. d. Menghitung kebutuhan luas lahan perumahan Kawasan Perkotaan Sragen

pada tahun 2028 per kelompok KK.

e. Menghitung luas ketersediaan lokasi perumahan per kelurahan di Kawasan Perkotaan Sragen pada tahun 2028.

(13)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

5 D. Ruang Lingkup Studi

1. Ruang Lingkup Wilayah

Ruang lingkup wilayah penelitian yaitu Kawasan Perkotaan Sragen yang merupakan Ibukota Kabupaten Sragen dengan delineasi kota berdasarkan RUTRK no 7 tahun 2005 tentang batas wilayah Kawasan Perkotaan Sragen. Secara keseluruhan Kawasan Perkotaan Sragen terdiri dari 13 kelurahan dengan luas total 4256 Hektar. Kelurahan dan desa yang termasuk di dalam Kawasan Perkotaan Sragen adalah yang memiliki karakteristik kekotaan baik fisik maupun non fisik serta morfologinya, antara lain : Kelurahan Sidoharjo, Kelurahan Jetak, Kelurahan Sine, Kelurahan Sragen Wetan, Kelurahan Sragen Tengah, Kelurahan Sragen Kulon, Kelurahan Karangtengah, Kelurahan Nglorog, Kelurahan Puro, Kelurahan Kroyo, Kelurahan Plumbungan, Kelurahan Pilangsari, dan sebagian Desa Tangkil.

2. Ruang Lingkup Materi

Dalam menentukan kesesuaian lokasi perumahan digunakan berbagai indikator yang dapat menentukan tingkat kesesuaian suatu lokasi perumahan. Indikator yang digunakan dalam penenlitian ini dibatasi pada aspek fisik, aksesibilitas, sarana dasar, dan sarana ekonomi.

(14)

commit to user

6 Dalam studi ini kebutuhan lahan perumahan di Kawasan Perkotaan Sragen tahun 2028 merupakan lahan yang dibutuhkan untuk membangun perumahan baru, dimana lahan perumahan baru tersebut tiap kavlingya terdiri dari bangunan rumah dan pekarangan. Kebutuhan lahan di perumahan di Kawasan Perkotaan Sragen tahun 2028 hanya berupa angka luasan lahan. Kebutuhan lahan tersebut merupakan kebutuhan lahan perumahan potensial, yaitu kebutuhan lahan perumahan tanpa meninjau affordability masyarakat.

Hasil studi ini dibatasi pada angka kecukupan dan ketersediaan lahan perumahan di Kawasan Perkotaan Sragen pada tahun 2028 di setiap tingkat kelurahan.

E. Manfaat Penelitian

Manfaat yang diharapkan dapat dicapai dari penelitian ini adalah : 1. Manfaat Akademis

a. Memberi kontribusi terhadap perkembangan ilmu dan teknologi, khususnya di bidang perencanaan lokasi perumahan

b. Menambah pengetahuan mengenai faktor-faktor apa saja yang menjadi pertimbangan dalam penentuan lokasi perumahan

2. Manfaat Praktis bagi Pemerintah

(15)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

7 F. Metodologi

Sub bab ini akan membahas tentang tahapan penelitian, metode pengambilan data dan metode analisis yang akan dilakukan.

1. Tahapan Persiapan

a. Tahap persiapan studi, yang meliputi:

1) Penentuan topik analisis spasial lokasi perumahan sebagai topik utama dalam penelitian.

2) Penentuan obyek permasalahan yaitu bagaimana ketersediaan lokasi perumahan Kawasan Perkotaan Sragen tahun 2028.

3) Penentuan ruang lingkup materi dan wilayah studi.

4) Penentuan aspek-aspek yang yang akan dikaji dalam studi ketersediaan lokasi perumahan Kawasan Perkotaan Sragen tahun 2028.

b. Tahap studi pustaka

1) Pengumpulan teori-teori yang berkaitan dengan indikator-indikator yang mempengaruhi lokasi perumahan, analisis spasial menggunakan Geographic Information System, proyeksi penduduk, dan penghitungan kebutuhan rumah.

2) Pengumpulan kebijakan terkait perumahan dan RDTR Kawasan Perkotaan Sragen tahun 2009-2028.

(16)

commit to user

8 2. Pendekatan Studi

Metode pendekatan yang digunakan dalam studi ini adalah metode analisis deskriptif, yaitu metode yang memberikan gambaran atau uraian atas suatu keadaan sejelas mungkin tanpa perlakuan terhadap obyek yang diteliti (Kountur 2005 dalam Siska Amelia, 2007 ).

Analisis yang digunakan dalam penelitian ini mencakup analisis kuantitatif dan analisis kualitatif. Analisis kuantitatif dilakukan untuk menganalisis data-data kuantitatif terkait indikator penentu lokasi perumahan serta data kependudukan. Analisis kualitatif digunakan untuk menganalisis berbagai informasi kebijakan dan informasi pendukung terkait penentuan lokasi perumahan.

(17)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

9 Tabel 1.1

Indikator Penentu Lokasi perumahan dalam Penelitian

No Aspek Indikator Keterangan

1 Fisik Bebas Kawasan

Lindung

Lokasi perumahan harus bebas dari kawasan lindung sehingga karena kawasan lindung merupakan kawasan yang tak boleh dibangun

Bebas Polusi dan Bencana

Lokasi perumahan harus bebas dari polusi dan tidak berada di kawasan rawan bencana demi kenyamanan dan keamanan lokasi

Jenis Tanah Jenis tanah akan mempengaruhi

kepekaan terhadap erosi. Indikator ini untuk mengetahui kelayakan tanah untuk ditanami konstruksi.

Ketinggian Lahan Ketinggian lahan akan mempengaruhi

iklim dan suhu di lokasi perumahan

Kemiringan Lahan Kemiringan akan mempengaruhi biaya

pembangunan, semakin terjal maka biaya yang dikeluarkan untuk rekayasa lahan semakin besar juga. Tiap

kemiringan lahan memiliki kesesuaian penggunaan yang berbeda-beda

Kondisi Air Tanah Dengan melihat kondisi air tanah

dapat dilihat ketersediaan (supply) air bersih untuk masyarakat.

2 Sarana dan

Prasarana

Aksesibilitas Untuk mengetahui kemudahan

jangkauan lokasi perumahan terhadap jalan arteri dan kolektor serta antara lokasi perumahan dengan moda transportasi umum

Ketersediaan Sarana Pendidikan

Menentukan keterjangkauan sarana pendidikan dan kesehatan ke lokasi perumahan

Ketersediaan Sarana Kesehatan

3 Ekonomi Ketersediaan

Sarana

Perekonomian

(18)

commit to user

10 Indikator-indikator tersebut sebagian besar berupa data spasial (peta) yang berasal dari berbagai sumber yang berbeda. Penyeragaman skala peta serta digitasi peta menjadi peta digital diperlukan agar peta dapat dianalisis. Penelitian ini menggunakan peta dasar berupa peta administrasi Kawasan Perkotaan Sragen yang di ambil dari peta administrasi Kabupaten Sragen dalam RTRW Kabupaten Sragen tahun 2008-2028 dengan skala peta 1:40.000.

3. Metode Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilakukan dengan cara observasi ke lapangan, menyebarkan kuesioner, serta pengumpulan data terkait wilayah maupun substansi studi melalui berbagai referensi dan regulasi.

a. Pengumpulan Data Primer 1) Observasi

Data primer dicari dengan cara pengamatan secara langsung kondisi fisik, ekonomi, maupun sosial yang ada di Kawasan Perkotaan Sragen. Observasi dilakukan selain untuk mendapat data primer juga untuk mencocokan dan melengkapi data sekunder yang didapat dari instansi.

2) Penyebaran Kuesioner

(19)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

11 Tidak semua indikator dapat dimasukan dalam kuesioner karena tidak semua indikator dimengerti oleh masyarakat. Indikator yang dimuat dalam kuesionerhanya indikator yang digunakan masyarakat sebagai pertimbangan dalam menentukan lokasi perumahan antara lain : ketersediaan air bersih, aksesibilitas, keterjangkauan sarana pendidikan, keterjangkauan sarana kesehatan, dan keterjangkauan sarana perekonomian

Penyebaran kuesioner dilakukan pada masyarakat di Kawasan Perkotaan Sragen dengan metode random sampling (sampel acak) dimana semua orang yang tinggal atau menghuni rumah di Kawasan Perkotaan Sragen dapat dijadikan sampel.

Jumlah sampel dalam studi ini diambil berdasarkan perhitungan dengan rumus formulasi Solvin yang sering digunakan dalam penelitian masyarakat :

Rumus 1.1

Penghitungan Jumlah sampel dengan Metode Solvin

® =

+ 1

Dimana:

n = Jumlah sampel

N = Jumlah populasi

(20)

commit to user

12 Dengan menggunakan rumus diatas maka dapat dicari jumlah responden yang dapat dijadikan sampel di Kawasan Perkotaan Sragen dengan memasukan jumlah penduduk pada tahun 2009 yaitu sejumlah 99.235 jiwa serta dengan mengambil derajad tingkat kecermatan sebesar 90 % maka :

®= 99235 (99235 0,1 ) + 1

®= 99, 89987

®= 100

Dari perhitungan tersebut maka ditetapkan bahwa jumlah sampel yang diambil dalam studi ini adalah 100 jiwa. Sampel diambil merata dari seluruh kelurahan di Kawasan Perkotaan Sragen. Jumlah sampel yang diambil di tiap kelurahan didapatkan dengan membagi jumlah sampel total dengan jumlah kelurahan yaitu 7 atau 8 sampel per kelurahan.

b. Pengumpulan Data Sekunder

(21)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

13 c. Kebutuhan Data

Kebutuhan data merupakan data yang dibutuhkan untuk menyelesaikan penelitian ini. Data-data yang diperlukan terkait dengan indikator-indikator penentu lokasi perumahan, data sosial kependudukan, serta kebijakan terkait perumahan dan permukiman di Kawasan Perkotaan Sragen. Kebutuhan data tersebut diperinci sebagai berikut :

Tabel 1.2

Kebutuhan, Jenis, dan Sumber Data

No Aspek Data yang

dibutuhkan

Jenis Data Sumber Data Instansi

1 Fisik Lokasi Kawasan

Lindung

Peta dan Deskripsi

Data Sekunder BAPPEDA

Kabupaten

Data Sekunder BAPPEDA

Kabupaten Sragen

Ketinggian Lahan Peta dan

Deskripsi

Data Sekunder BAPPEDA

Kabupaten Sragen

Kelerengan Peta dan

Deskripsi

Data Sekunder BAPPEDA

Kabupaten Sragen

Kondisi Air Tanah Peta dan

Deskripsi

Observasi -

2 Sarana dan

Prasarana

Aksesibilitas Peta dan

(22)

commit to user

14

3 Ekonomi Ketersediaan

Sarana

Data Sekunder BAPPEDA

Kabupaten

Data Sekunder BAPPEDA

Kabupaten

Data Sekunder Kecamatan

Sragen,

Data Sekunder Badan KB

Pemberda

Dokumen Data Sekunder BAPPEDA

Kabupaten Sragen RDTR Kawasan

Perkotaan Sragen Tahun 2009-2028

Dokumen Data Sekunder BAPPEDA

(23)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

15 4. Kerangka Pikir

Kawasan Perkotaan Sragen merupakan ibu kota kabupaten yang menjadi pusat pemerintahan dan pusat perdagangan dan jasa. Semakin berjalannya waktu jumlah penduduk akan terus bertambah begitu pula kebutuhan lahan perumahannya. Perumahan yang ideal merupakan perumahan yang berada diluar kawasan lindung, dilengkapi oleh berbagai sarana dan prasarana, serta mengacu pada Rencana Tata Ruang Kota.

Dengan melihat latar belakang tersebut maka dilakukan studi untuk mengetahui ketersediaan lahan di Kawasan Perkotaan Sragen pada tahun 2028 dengan memperhatikan indikator-indikator penentu lokasi perumahan serta kesesuaiannya dengan RDTR yang diacu di Kawasan Perkotaan Sragen saat ini. Dengan melihat kesesuaian lokasi untuk perumahan serta rencana kawasan perumahan maka dapat diketahui luas kawasan perumahan yang tersedia di Kawasan Perkotaan Sragen hingga tahun 2028.

Berdasarkan proyeksi penduduk hingga tahun 2028 maka dapat diketahui pertambahan jumlah penduduk di Kawasan Perkotaan Sragen dalam jangka waktu 20 tahun. Dengan menggunakan beberapa asumsi, maka dari pertambahan jumlah penduduk tersebut dapat diketahui jumlah rumah baru yang dibutuhkan hingga tahun tersebut. Dari angka jumlah rumah yang dibutuhkan maka juga dapat diketahui luas lahan perumahan potensial yang dibutuhkan Kawasan Perkotaan Sragen di tahun 2028.

(24)

commit to user

16 Gambar 1.1 Bagan Alir Kerangka Pikir

(25)

17 5. Teknik Analisa

Setelah data-data terstrukturkan maka dilakukan tahap analisa yaitu pengolahan data dengan menggunakan metode-metode tertentu guna mencapai tujuan penelitian. Terdapat beberapa tahapan analisa yang dilakukan dalam penelitian ini, berikut adalah kerangka analisa studi :

(26)

commit to user

18 a. Analisis Kesesuaian Lokasi Perumahan

Untuk menentukan lokasi perumahan harus dilalui beberapa tahap,

yaitu:

1) Mengumpulkan peta tematik eksisting dari tiap indikator yang

mempengaruhi penentuan lokasi perumahan

2) Melakukan analisis tingkat kesesuaian untuk lokasi perumahan

bagi tiap indikator dengan metode analisis pengharkatan. Metode

pengharkatan merupakan suatu cara menilai potensial lahan

dengan memberi harkat pada setiap parameter lahan tersebut.

Terdapat dua macam teknik pengharkatan dalam studi kesesuaian

lahan yaitu :

a) Teknik penjumlahan/pengurangan

b) Teknik pengkalian/pembagian

Studi ini menggunakan teknik analisis pengharkatan dengan cara

menjumlah harkat yang telah ditentukan. Harkat yang digunakan

memiliki range dari 1-5 dengan tingkat kesesuaian

masing-masing.

Tabel 1.3

Tingkat Kesesuaian Harkat

No Tingkat Kesesuaian Harkat

1 Sangat Sesuai 5

2 Sesuai 4

3 Cukup Sesuai 3

4 Kurang Sesuai 2

5 Tidak Sesuai 1

3) Penentuan bobot untuk menentukan tingkat kepentingan tiap

indikator didasarkan pada teori dan pendapat masyarakat. Bobot

yang dimiliki tiap indikator akan berbeda beda karena tingkat

(27)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

19 menentukan lokasi perumahan maka semakin tinggi pula

bobotnya.

Penentuan bobot bagi indiakator aspek fisik dasar antara lain :

ketinggian lahan, kelerengan, dan jenis tanah diambil dari

berbagai teori yang ada. Sedangkan bobot terkait pemilihan lokasi

perumahan oleh masyarakat diperoleh dari penjaringan informasi

dengan kuesioner yang berisi isian tingkat kepentingan beberapa

indikator-indikator (kuesioner dapat dilihat dalam lampiran).

Tabel 1.4

Bobot Tingkat Kepentingan

No Tingkat Kepentingan Bobot

1 Sangat Penting 5

2 Penting 4

3 Cukup Penting 3

4 Kurang Penting 2

5 Tidak Penting 1

4) Melakukan analisa terhadap masing-masing peta tematik dengan

menggunakan analisa superimpose (overlay) dan melakukan

skoring. Analisa superimpose ini merupakan suatu teknik analisis

dengan cara meng-overlay data yang berupa peta dengan

menggunakan perangkat lunak Geographic Information System.

Skoring digunakan untuk mengetahui tingkat kesesuaian lokasi

perumahan. Skor tiap indikator didapat dengan mengkalikan

harkat dan bobot.

5) Melakukan analisis peta hasil overlay terhadap

indikator-indikator lain yang mempengaruhi dalam penentuan lokasi

perumahan hingga didapat satu peta yang menunjukan kawasan

(28)

commit to user

20 b. Analisis Kesesuaian Lokasi Perumahan dengan RDTRK Perkotaan

Sragen tahun 2009-2028

Analisis ini dilakukan dengan cara meng-overlay peta hasil analisis

lokasi perumahan dengan peta rencana tata guna lahan RDTR

Kawasan Perkotaan Sragen 2009-2028. Dari analisis ini didapatkan

peta lokasi perumahan yang telah sesuai dengan RDTRK, dimana

lokasi yang sesuai dengan RDTRK dianggap sebagai lokasi yang legal

untuk dijadikan perumahan.

Gambar 1.3

Bagan Analisis Kesesuaian Lokasi perumahan dengan RDTR Kawasan Perkotaan Sragen

Peta Kesesuaian Lokasi Perumahan berdasar indikator

penentu lokasi perumahan

Peta Rencana Peruntukan Permukiman Kawasan

Perkotaan Sragen

Overlay

Peta Ketersediaan Lokasi Perumahan Kawasan

Perkotaan Sragen

(29)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

21 c. Analis Proyeksi Jumlah Penduduk

Analisis proyeksi jumlah penduduk dilakukan untuk memperkirakan

jumlah penduduk di Kawasan Perkotaan Sragen pada tahun 2028.

Peghitungan jumlah penduduk tersebut dlakukan dengan

menggunakan metode geometrik sebagai berikut :

Rumus 1.2

Penghitungan Proyeksi Penduduk dengan Metode Geometrik

Pt = Jumlah penduduk tahun ke-t

Po = Jumlah penduduk tahun ke - 0

r = Rata-rata tingkat pertumbuhan penduduk per tahun

t = Tahun proyeksi

Hasil penghitungan jumlah penduduk hingga tahun 2028 akan

digunakan untuk menghitung pertambahan jumlah penduduk dari

tahun 2009 hingga tahun 2028. Dengan asumsi prosentase jumlah KK

tidak berubah di tiap tahunnya, hasil dari pertambahan penduduk

tersebut dikalikan dengan prosentase KK per tingkat kesejahteraan

tahun 2009 sehingga akan diperoleh jumlah KK per tingkat

kesejahteraan di tahun 2028. Jumlah KK tersebut kemudian akan

digunakan untuk mencari jumlah kebutuhan rumah di Kawasan

Perkotaan Sragen di tahun 2028

(30)

commit to user

22 d. Analisis Kebutuhan Jumlah Rumah serta Kebutuhan Lahan

Perumahan di Kawasan Perkotaan Sragen Tahun 2028

Dalam menghitung kebutuhan rumah perlu dilakukan beberapa

tahapan. Tahapan-tahapan tersebut adalah :

1) Penetapan Asumsi Jumlah Anggota Keluarga dalam Satu Unit

Rumah

Dalam studi ini digunakan asumsi bahwa : Setiap satu keluarga

menempati satu unit rumah. Asumsi tersebut digunakan untuk

menetapkan jumlah kebutuhan rumah berdasarkan jumlah

pertambahan penduduk di Kawasan Perkotaan Sragen di tahun

2028. Jumlah penghuni rumah rata-rata tiap rumah merupakan

jumlah rata-rata anggota setiap KK , dimana jumlah anggota tiap

KK didapat dengan membandingkan jumlah penduduk dengan

jumlah KK di tiap kelurahan, sehingga jumlah rata-rata penghuni

berbeda di tiap kelurahan.

2) Penetapan Standar Minimum Luas Kavling untuk Satu Unit

Rumah

Standar luas kavling ditentukan berdasarkan tingkat kesejahteraan

keluarga, berikut luas kavling minimum tiap golongan KK :

Tabel 1.5

Luas Minimum Kavling Berdasarkan Tingkat Kesejahteraan

Kelompok

(31)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

23 3) Menghitung Jumlah Kebutuhan Rumah serta Kebutuhan Lahan

Perumahan di Kawasan Perkotaan Sragen pada Tahun 2028

Kebutuhan rumah di Kawasan Perkotaan Sragen pada tahun 2028

merupakan jumlah rumah yang harus disediakan di Kawasan

Perkotaan Sragen pada tahun 2028 berdasarkan pertambahan

jumlah penduduk hingga tahun tersebut. Dengan mengunakan

asumsi setiap keluarga menempati satu unit rumah maka jumlah

rumah di Kawasan perkotaan Sragen di tahun 2028 dapat dicari

dengan menggunakan rumus :

Rumus 1.3

Jumlah Kebutuhan Rumah Kawasan Perkotaan Sragen tahun 2028

mȊ Ǣt nene= ž Ǣt neng − ž Ǣt nee žum

Keterangan :

KR = Jumlah kebutuhan rumah (unit)

JP = Jumlah penduduk (jiwa)

JAK = Jumlah anggota rata-rata keluarga dalam satu unit rumah

(jiwa)

Setelah mendapatkan jumlah kebutuhan rumah di tahun 2028

maka dicari kebutuhan luas lahan perumahan dengan

menggunakan standar luas kavling minimum yang telah dijelaskan

sebelumnya. Luas kebutuhan lahan ini dicari per kelurahan serta

per tingkatan kesejahteraan dengan menggunakan rumus :

Rumus 1.4

Luas Kebutuhan Lahan Perumahan

(32)

commit to user

24 Keterangan :

KL = Luas kebutuhan lahan perumahan (Ha)

KR = Jumlah kebutuhan rumah (unit)

KM = Luas kavling minimum satu unit rumah (m²)

e. Analisis Ketersediaan Lokasi Perumahan Kawasan Perkotaan Sragen

tahun 2028

Analisis ini dilakukan dengan membandingkan luas lahan yang sesuai

untuk dijadikan perumahan di Kawasan Perkotaan Sragen berdasarkan

analisis ketersediaan lahan dengan luas kebutuhan lahan perumahan

di Kawasan Perkotaan Sragen tahun 2028.

Gambar 1.4

Bagan Analisis Ketersediaan Lokasi Perumahan Kawasan Perkotaan Sragen tahun 2028

Luas perumahan yang sesuai dengan semua Aspek

dan RDTRK Perkotaan Sragen tahun 2009-2028

Kebutuhan lahan perumahan Kawasan

Perkotaan Sragen tahun 2028

Ketersediaan lokasi perumahan di Kawasan Perkotaan Sragen tahun

(33)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

25 G. Sistematika Pembahasan

Tahap 1 Pendahuluan

Merupakan tahap penyusunan latar belakang, rumusan masalah, tujuan

dan sasaran, ruang lingkup studi, manfaat, serta metodologi yang akan

digunakan dalam penelitian

Tahap 2 Tinjauan Teori

Tahap pengumpulan teori-teori terkait penelitian. Teori-teori tersebut

terdiri dari definisi kota, definisi perumahan dan permukimn, teori

pertumbuhan penduduk, teori kebutuhan permukiman, faktor pengaruh

lokasi perumahan, penggunaan Geographic Information System dalam

analisa data, serta kebijakan terkait penentuan lokasi perumahan

Tahap 3 Kajian Obyek

Pada tahap ini data-data mengenai gambaran umum wilayah studi

dikumpulkan, disusun, dan disistematikakan untuk dijadikan bahan

analisis. Data yang disajikan yaitu indikator-indikator yang digunakan

untuk menentukan lokasi perumahan yang terdiri dari data letak dan batas

administratif, ketinggian lahan, kelerengan, jenis tanah, kondisi air tanah,

tata guna lahan, rencana dan eksisting perumahan, kondisi jalan, kondisi

sarana pendidikan, kondisi sarana kesehatan, kondisi sarana

perekonomian, serta data kependudukan Kawasan Perkotaan Sragen.

Tahap 4 Analisa Data

Pada tahap ini data-data yang telah disusun dianalisa guna mendapatkan

ketersediaan lokasi perumahan Kawasan Perkotaan Sragen tahun 2028.

Analisa yang dilakukan dalam tahap ini antara lain : analisis ksesuaian

lokasi perumahan berdasarkan indikator menggunakan metode

superimpose dengan bantuan software Geographic Information System,

analisis kesesuaian lokasi perumahan dengan RDTRK Perkotaan Sragen

(34)

commit to user

26 2028, analisis kebutuhan rumah dan lahan perumahan pada tahun 2028,

dan analisis ketersediaan lokasi perumahan Kawasan Perkotaan Sragen

tahun 2028.

Tahap 5 Kesimpulan dan Rekomendasi

Tahap ini merupakan penarikan kesimpulan dari hasil analisa, antara lain

ketersediaan lokasi perumahan di Kawasan Perkotaan Sragen, kebutuhan

lokasi perumahan di Kawasan Perkotaan Sragen tahun 2028, dan

ketersediaan lokasi perumahan di Kawasan Perkotaan Sragen tahun 2028.

Rekomendasi yang diberikan antara lain rekomendasi arahan lokasi

perumahan di Kawasan Perkotaan Sragen, rekomendasi terhadap studi,

(35)

27 Gambar 1.5 Diagram Alir Studi

PENDAHULUAN KOMPILASI ANALISA KESIMPULAN

DATA

Rumusan Masalah

·Bagaimana sebaran lokasi perumahan di Kawasan Perkotaan Sragen tahun 2028 ?

·Seberapa besar ketersediaan lokasi perumahan di Kawasan Perkotaan Sragen tahun 2028 ?

Tujuan

·Tersusunnya peta kesesuaian lokasi perumahan di Kawasan Perkotaan Sragen berdasarkan indikator-indikator yang mempengaruhi lokasi perumahan serta sesuai dengan perencanaan dengan menggunakan GIS

·Tersusunnya luasan ketersediaan lahan permukiman Kawasan Perkotaan Sragen tahun 2028

Analisis Proyeksi perumahan Kota Sragen Analisis Kebutuhan Jumlah

Perkotaan Sragen tahun 2005-2009 Kawasan Perkotaan Sragen

Tahun 2009-2028 Ketersediaan Lokasi

perumahan Kawasan Perkotaan Sragen Tahun

2028 Latar Belakang

·Kawasan Perkotaan Sragen sebagai ibu kota Kabupaten Sragen

·Meningkatnya jumlah kebutuhan rumah seiring peningkatan jumlah penduduk hingga tahun 2028

·Kebutuhan lahan perumahan di tahun 2028 Jumlah KK berdasar tingkat

(36)

commit to user

(37)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

28

BAB II

LANDASAN PUSTAKA STUDI KETERSEDIAAN LOKASI

PERUMAHAN KAWASAN PERKOTAAN SRAGEN

TAHUN 2028

Pada bab ini akan dibahas mengenai teori-teori serta peraturan yang

digunakan sebagai landasan dalam studi. Teori teori tersebut antara lain

batasan pengertian kota, pengertian perumahan dan permukiman, faktor

pertimbangan dan persyaratan umum dalam pemilihan lokasi perumahan,

sosial kependudukan, dan Geographic Information System dalam penentuan

lokasi permukiman.

A. Pengertian Kota

Istilah perkotaan adalah istilah yang digunakan untuk menunjukan area

tertentu yang berasosiasi dengan kewenangan pengaturan wilayah oleh

pemerintah kota. Daerah perkotaan adalah daerah yang dibatasi oleh

batas-batas yuridis administratif yang berada dalam suatu kewenangan pemerintah

kota. Konsekwensi spasialnya adalah apapun bentuk dan ekspresi keruangan

yang ada di dalam batas-batas administratif yang telah ditetapkan sebagai

perkotaan tersebut adalah daerah perkotaan. Atau dengan kata lain dapat

diungkapkan walaupun beberapa bagian wilayah pemerintah kota tersebut

masih berupa daerah kedesaan atau bersifat kedesaan dalam arti fisik, sosial,

ekonomi, maupun kutural apabila berada dalam batas yuridis administrasi

pemerintah kota merupakan daerah perkotaan (Hadi Sabari Yunus, 2006)

Kota didefinisikan sebagai sebuah permukiman yang relatif besar, padat,

dan permanen yang terdiri dari kelompok individu–individu yang heterogen

(38)

commit to user

29 ciri morfologis tertentu melainkan dari fungsi khususnya, yaitu menyusun dan

menciptakan ruang-ruang efektif melalui pengorganisasian berdasarkan

hierarki–hierarki tertentu (Rapoport dalam Markus, 1999: 5).

Kota secara umum dapat didefinisikan sebagai tempat tinggal dan tempat

bekerja bagi sebagian penduduk dunia, tempat yang dapat memberikan

peluang dan harapan untuk mendapatkan kehidupan yang lebih baik bagi

sekelompok orang, dan tempat yang menarik penduduk dari pinggiran kota

dari waktu ke waktu (Wilsher dalam Branch, 1996:7).

Dalam konteks pemerintah daerah yang dilaksanakan di Indonesia

terdapat dua macam kota:

1. Kota Ibukota Kabupaten

Pada umumnya suatu Kota Ibukota Kabupaten itu terencana dan

hampir seimbang dengan metropolitan karena hampir semua aspek

kehidupan dan fungsinya relatif sama. Perbedaannya dalam hal

kemampuan dan kualitas dari sektor yang ada. Sektor yang ada masih

tergantung dengan daerah hinterland.

2. Kota Ibukota Kecamatan

Kota Ibukota Kecamatan merupakan suatu kota yang baru

berkembang dan tergantung pada potensi dan kehidupan perkotaan yang

mendukung pertumbuhan dan perkembangannya sebagai suatu perubahan

struktur kehidupan masyarakat dari agraris ke nonagraris dengan diawali

perkembangan pada sektor perdagangan yang didukung sektor agraris dari

hinterland. Tumbuh dan berkembangnya suatu kota kecamatan selain

didukung oleh potensi yang terdapat di kota tersebut juga lokasi kota yang

(39)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

30

B. Pengertian Perumahan dan Permukiman

Menurut Undang Undang No.4 Tahun 1992 pengertian rumah, perumahan

dan permukiman adalah sebagai berikut:

1. Rumah adalah bangunan yang berfungsi sebagai tempat tinggal atau

hunian dan sarana pembinaan keluarga

2. Perumahan adalah kelompok rumah yang berfungsi sebagai lingkungan

tempat tinggal atau lingkungan hunian yang dilengkapi dengan prasarana

dan sarana lingkungan.

3. Permukiman adalah bagian dari lingkungan hidup di luar kawasan

lindung, baik yang berupa kawasan perkotaan maupun pedesaan yang

berfungsi sebagai lingkungan tempat tinggal atau lingkungan hunian dan

tempat kegiatan yang mendukung perikehidupan dan penghidupan.

4. Satuan lingkungan permukiman adalah kawasan perumahan dalam

berbagai bentuk dan ukuran dengan penataan tanah dan ruang prasarana

dan sarana lingkungan yang teratur.

Sedangkan menurut Silas (1996: 6) rumah adalah bagian yang utuh dari

permukiman dan bukan semata – mata hasil fisik yang sekali jadi. Perumahan

bukan kata benda melainkan merupakan suatu kata kerja yang berupa proses

berlanjut dan terkait dengan mobilitas sosial ekonomi penghuninya.

Bermukim pada hakikatnya adalah hidup bersama, dan untuk itu fungsi rumah

dalam kehidupan adalah sebagai tempat tinggal dalam suatu lingkungan yang

mempunyai prasarana dan sarana yang diperlukan oleh manusia dalam

memasyarakatkan diri.

Rumah merupakan suatu gejala struktural yang bentuk dan organisasinya

sangat dipengaruhi oleh lingkungan budaya yang dimilikinya, serta erat

hubunganya dengan kehidupan penghuninya (Rapoport, 1969:77) makna

(40)

commit to user

31 sebagai penghuni, rumah, budaya serta lingkunganya merupakan satu kesatuan

yang erat (Rapoport, 1969:47), sehingga rumah sebagai lingkungan binaan

merupakan refleksi dari kekuatan sosial budaya seperti kepercayaan, hubungan

keluarga, organisasi sosial serta interaksi sosial antar individu. Hubungan

penghuni dengan rumahnya merupakan hubungan saling ketergantungan

(transactional interdependency), yaitu manusia mempengaruhi rumah dan

sebaliknya rumah mempengaruhi penghuninya.

Rumah bukan hanya sebagai sarana kehidupan semata, tetapi lebih

merupakan suatu proses bermukim, yaitu kehadiran manusia sebagai penghuni

dalam menciptakan ruang hidup dalam rumah dan lingkungan sekitarnya.

Nilai-nilai seutuhnya menempati tempat yang utama dalam proses

perancangan rumah, sehingga perilaku penghuni, keinginan serta kebutuhan

penghuni merupakan hal yang sangat menentukan kualitas dan bentuk rumah

serta lingkunganya (Fischer Bell, 1976 dalam Trilistyo, 1998:12).

Kebutuhan perumahan terus meningkat seiring pertumbuhan penduduk.

Jenis kebutuhan akan perumahan dapat dilihat dari jenis permintaannya, antar

lain :

1. Permintaan Potensial, yaitu semata-mata meninjau permintaan

berdasarkan jumlah penduduk yang memerlukan rumah tanpa

memperhatikan kemampuan untuk mendapatkannya.

2. Permintaan efektif, yaitu besarnya permintaan potensial yang diikuti

dengan peninjauan afoordability penduduk terhadap pemenuhan

kebutuhan rumahnya, yang tercermin dalam alokasi pendapatan di sektor

(41)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

32

C. Faktor Pertimbangan dan Persyaratan Umum dalam Pemilihan Lokasi

Perumahan

1. Faktor Pertimbangan dalam Pemilihan Lokasi Perumahan

a. Aksesibilitas

Transportasi menuju tempat kerja, pusat kota, pusat perbelanjaan,

sekolah, tempat ibadah, dan tempat rekreasi merupakan pertimbangan

utama dalam menentukan pemilihan serta pengembangan lokasi

perumahan. Lokasi perumahan harus mempertimbangkan aksesibilitas

lokal maupun regional. Aksesibilitas lokasi permukiman harus

dievalusi terhadap lokasi tempat kerja dan pusat perdagangan, atau

pada masa yang lalu sering diartikan sebagai jarak lokasi perumahan

menuju ke pusat kota. Perumahan harus aksesibel terhadap jalan

lingkungan maupun jalan arteri. Pengembangan lokasi perumahan

yang memiliki akses terbatas harus diimbangi dengan investasi untuk

pengembangan jalan menunju lokasi perumahan tersebut.

b. Penggunaan Lahan

1) Penggunaan Historis

Contoh tujuan dari penggunaan lahan historis yaitu untuk

mengetahui apakah di masa yang lalu lokasi perumahan

terkontaminasi terhadap bahan kimia berbahaya sehingga

pembangunan lokasi perumahan dapat dipertanggungjawabkan.

Guna mempertanggungkjawabkan pembangunan suatu lokasi

perumahan maka dapat dilakukan investigasi lokasi secara

mendalam terhadap lokasi dan sekitarnya sebelum lokasi tersebut

dibeli lahannya untuk dibangun menjadi perumahan baru.

Usaha dan waktu yang dibutuhkan untuk melakukan survey

(42)

commit to user

33 resiko. Apabila dalam sejarahnya suatu lokasi digunakan untuk

pertanian maka survey yang dilakukan hanya sepintas saja.

Berbeda apabila dalam sejarahnya suatu lokasi digunakan untuk

aktivitas industri, diperlukan penelitian dan tes terhadap lahan

untuk menentukan kemungkinan kontaminasi lahan.

Pengembang lokasi perumahan harus sadar bahwa tak semua

aktivitas historis suatu lokasi merupakan hal yang negatif bagi

pengembangan perumahan.

2) Penggunaan Saat Ini

Pengembangan suatu lokasi perumahan juga harus

memperhatikan penggunaan lahan eksisting. Pengembangan

lokasi diatas lahan yang tak berkonflik akan menaikan pemasukan

(bagi developer). Penggunaan lahan eksisting dimana dalam

pengembangan lokasi perumahan membutuhkan relokasi,

meningkatkan kerusakan lingkungan, serta menurunkan estetika

kawasan menyebabkan penurunan kemanfaatan pengembangan

lokasi perumahan.

3) Penggunaan Sekitar

Pengembangan lokasi perumahan kebanyakan menginginkan

lokasi yang berdekatan dengan open space dan fasilitas komunal

misalnya taman, area rekreasi, museum, dan perpustakaan.

4) Penggunaan Bermasalah

Penggunaan lahan utama yang mungkin bermasalah dengan

pengembangan perumahan baru antara lain : rel kereta api, dekat

dengan pengembangan area komersial, kawasan yang

penggunaannya sebagai industrial berbahaya, lingkungan yang

(43)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

34 kawasan bandara, jalan tol yang memiliki kemacetan dan arus

yang tinggi, dan lokasi-lokasi yang memiliki kebisingan tinggi.

Dalam pengembangannya, perumahan juga harus

mempertimbangkan apakah lokasinya terlalu dekat dengan lahan

bermasalah. Kedekatan dengan tangki penyimpanan gas, minyak,

dan material flammable (mudah terbakar) lainnya harus dihindari.

Selain itu lokasi perumahan juga harus menghindari kawasan

rawan banjir dan gempa bumi.

Secara umum kecocokan lokasi untuk dijadikan perumahan dapat

diukur melalui tingkat peningkatan arus lalu lintas, kebisingan,

polusi, dan disharmoni visual yang menyebabkan degradasi

lingkungan perumahan.

c. Bentuk Permukaan Bumi

Pengembangan optimal suatu lokasi tergantung dari pengembangan

yang dijalankan serta besarnya ukuran pasar. Bentuk fisik suatu lokasi

mempengaruhi tipe produk (rumah) yang dihasilkan, susunan rumah,

dan fungsi pendukung. Pilihan desain bertambah benyak seiring

dengan cepatnya peningkatan luas.

d. Karakter Fisik

Karakter fisik merupakan faktor yang peling memepengaruhi dalam

pemilihan lokasi perumahan. Faktanya, pengembangan lokasi

perumahan memperhatikan kemiringan lahan, jenis tanah, geologi,

(44)

commit to user

35

Dalam Classic Dessain with Nature, Ian McHag menyarankan

serangkaian topik yang harus dianaliasis antara lain :

1) Iklim

Iklim menentukan derajad tipe tanah, vegetasi, kemiringan, dan

keadaan alam suatu daerah. Lokasi yang paling sesuai untuk

dikembangkan sebagai perumahan adalah yang memiliki

microclimate (iklim mikro) yang baik, pencahayaan yang cukup,

dan terlindung dari kabut dan angin.

2) Geologi

Pentingnya geologi dalam pengembangan lokasi perumahan

terkait dengan gerakan tanah yang terjadi di permukaan bumi.

Gerakan tanah tersebut terbagi menjadi menjadi dua yaitu :

gerakan tanah yang disebabkan oleh gerakan internal (gempa

bumi) dan gerakan tanah yang disebabkan oleh gerakan

permukaan (tanah longsor).

Fenomena yang paling dikenal adalah gempa bumi atau gerakan

tektonik. Gempa bumi tak dapat dicegah dengan cara apapun,

meskipun telah dikembangkan berbagai teknik untuk

memprediksi datangnya gempa. Guna mengurangi kerusakan dan

korban jwa akibat gempa maka pengembangan lokasi perumahan

harus menghindari sesar aktif yang mungkin dapat bergerak.

Gerakan permukaan antara lain : tanah longsor, jatuhan batu,

banjir bandang. Kebanyakan gerakan permukaan disebabkan oleh

(45)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

36

3) Topografi

Topografi merupakan penentu utama dalam pemilihan lokasi

karena topografi mempengaruhi tipe dan biaya pembangunan,

mengontrol banyaknya run-off, menambah variasi lanskap, dan

mempengaruhi tipe hewan dan tumbuhan.

4) Hidrologi

Air adalah salah satu faktor paling utama dalam menentukan

lokasi perumahan. Sumber air dapat dikatogorikan menjadi air

permukaan dan air bawah tanah. Kedua sumber air tersebut

sangat mempengaruhi pengembangan lokasi perumahan.

Dalam pengembangan perumahan, lokasi harus memiliki drainase

alami yang baik. Suplai air tanah murni untuk perumahan bisa

didapat dari air tanah yang mengalir dekat dengan permukaan

tanah.

5) Jenis Tanah

Tanah yang baik untuk lokasi perumahan yaitu tanah yang

memiliki kedalaman lebih dari lima kaki, dan cukup tembus

terhadap air, bebas dari bencana dan banjir periodik, dan memiliki

kemiringan rendah. Tanah yang baik juga harus memiliki kadar

lempung yang rendah, karena lempung akan menggembung jika

musim hujan dan mengkerut jika musim kemarau sehingga tak

baik untuk konstruksi karena konstruksi akan mudah rusak.

6) Vegetasi

(46)

commit to user

37

e. Utilitas dan Layanan Umum

1) Air

Suatu lokasi perumahan harus terhubung dengan sistem suplai air

publik. Koneksi air juga harus memperhatikan penggunaan air

bagi fungsi lain. Semakin banyak rumah yang dibangun maka

semakin banyak suplai air yang dibutuhkan. Air juga digunakan

untuk irigasi dan pemadam kebakaran.

2) Pembuangan

Saluran pembuangan merupakan alternatif terbaik untuk sistem

pembuangan dalam suatu lokasi perumahan. Terdapat dua solusi

dalam sistem pembuangan : secara pribadi maupun komunal.

Apabila secara komunal tak mungkin dilakukan maka harus

dikembangkan sistem pembuangan pribadi (sistem pembuangan

skala kecil)

3) Sampah Padat

Pengelolaan sampah padat ditangani oleh agensi tertentu yang

bertugas mengambil sampah padat. Pengambilan tersebut sebisa

mungkin tidak terlambat atau tertunda. Pengambilan sampah

menggunakan pembayaran berupa taksiran pajak yang mungkin

digunakan dalam pembangunan perumahan di masa yang akan

datang baik secara individual maupun lewat asosiasi penghuni.

4) Listrik dan Gas

Layanan listrik dan gas biasanya dipegang oleh perusahaan di

daerah masing-masing. Dalam pengembangan perumahan baru

sebaiknya developer bekerjasaman dengan perusahaan penyedia

(47)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

38

5) Layanan Keamanan

Layanan keamanan termasuk keberadaan polisi dan pemadam

kebakaran yang mana sebagian besar sudah tersedia di dalam

mayarakat. Pengembangan lokasi perumahan harus memasukan

kantor polisi dalam daerah pembangunannya. Pengembangan

lokasi perumahan yang lebih besar bahkan harus menambahkan

kantor polisi dan pemadam kebakaran baru dalam

perencanaannya.

6) Sistem Komunikasi

Semua lokasi perumahan baru harus terlayani oleh jaringan

telefon, dan di metropolitan area perumahan harus dilengkapi

dengan TV kabel.

7) Pendidikan

Pengembangan lokasi perumahan baru harus memperhatikan

keterjangkauannnya terhadap akses pendidikan (sekolah) yang

ada. Idealnya, sekolah dasar dapat dicapai dengan jalan kaki dari

lokasi perumahan.

2. Persyaratan Umum Lokasi Perumahan dan Permukiman

Berdasarkan Tata cara pemilihan lokasi prioritas untuk pengembangan

perumahan dan permukiman di kawasan perkotaan (Badan Litbang DPU)

disebutkan bahwa lokasi kawasan perumahan harus sesuai dengan rencana

peruntukan lahan yang diatur dalam Rencana Tata Ruang Wilayah

setempat atau dokumen perencanaan tata ruang lainnya yang ditetapkan

dengan Peraturan Daerah setempat, atau memenuhi persyaratan sebagai

(48)

commit to user

39

a. Tidak berada pada kawasan lindung,

b. Bebas dari pencemaran air, udara, dan gangguan suara atau gangguan

lainnya, baik yang ditimbulkan sumber daya buatan manusia maupun

sumber daya alam seperti banjir, tanah longsor, tsunami,

c. Ketinggian lahan kurang dari 1.000 meter di atas permukaan air laut

(MDPL),

d. Kemiringan lahan tidak melebihi 15 %, dengan ketentuan:

1) Tanpa rekayasa untuk kawasan yang terletak pada lahan

bermorfologi datarlandai dengan kemiringan 0-8%,

2) Diperlukan rekayasa teknis untuk lahan dengan kemiringan

8-15%.

e. Pada kota-kota yang mempunyai bandar udara, tidak menggangu jalur

penerbangan pesawat,

f. Kondisi sarana-prasarana memadai,

g. Dekat dengan pusat-pusat kegiatan dan pelayanan kota,

h. Bagi masyarakat berpenghasilan menengah ke bawah, keterkaitan

antara lokasi perumahan dengan pusat-pusat kegiatan (tempat kerja)

dan pelayanan kota akan mempunyai implikasi ekonomi. Jarak yang

relatif jauh akan berpengaruh banyak terhadap pengeluaran biaya

transport dibandingkan seluruh pengeluaran rutin keluarga. Hal ini

akan menimbulkan tambahan beban terhadap penghuninya, sehingga

mempengaruhi kemampuannya untuk mengalokasikan sebagian

(49)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

40

D. Sosial Kependudukan

1. Proyeksi Penduduk

Pertambahan penduduk dalam suatu wilayah perkotaan selalu diikuti

oleh peningkatan kebutuhan ruang. Kota sebagai perwujudan geografis

selalu mengalami perubahan dari waktu ke waktu. Dua faktor utama yang

sangat berperan adalah faktor penduduk (demografis) dan aspek-aspek

kependudukan (Yunus, 1987). Dari segi demografi yang paling penting

adalah segi kuantitas. Aspek kependudukan seperti aspek politik, sosial,

ekonomi, dan teknologi juga selalu mengalami perubahan. Kuantitas dan

kualitas kegiatannya selalu meningkat sejalan dengan pertambahan

penduduk perkotaan, sehingga ruang sebagai wadah kegiatan tersebut

selalu meningkat sejalan dengan pertambahan penduduk perkotaan,

sehingga ruang sebagai wadah kegiatan tersebut selalu mengalami

peningkatan.

Proyeksi pertumbuhan penduduk yaitu memperkirakan jumlah

penduduk pada masa yang akan datang. Perhitungan jumlah dan

perkembangan jumlah penduduk dapat dilakukan dengan metode

geometrik, sehingga dapat diketahui angka pertumbuhan penduduk yang

lebih akurat dan berapa jumlah penduduk pada tahun yang direncanakan.

2. Definisi Keluarga Sejahtera

Berdasarkan Pasal 1 ayat 10 UU no.10 tahun 1992, definisi keluarga

adalah unit terkecil dalam masyarakat yang terdiri dari suami istri atau

suami istri dan anaknya atau ayah dan anaknya atau ibu dan anaknya.

Keluarga sejatera adalah keluarga yang dibentuk berdasarkan atas

perkawinan yang sah, mampu memenuhi kebutuhan hidup spiritual dan

(50)

commit to user

41 yang serasi, selaras, dan seimbang antara anggota keluarga dengan

masyarakat dan lingkungan.

Keluarga Pra Sejahtera adalah keluarga-keluarga yang belum dapat

memenuhi kebutuhan dasar (basic needs) secara minimal seperti pangan,

sandang, papan, kesehatan, dan pendidikan.

Keluarga Sejahtera I adalah keluarga-keluarga yang telah dapat

memenuhi kebutuhan dasar secara minimal, tetapi belum dapat memenuhi

kebutuhan sosial psikologis (sosio psychological needs) seperti kebutuhan

ibadah, makan protein hewani, pakaian, ruang interaksi keluarga,

berpenghasilan, bisa baca tulis dan KB.

Keluarga Sejahtera II adalah keluarga yang telah dapat memenuhi

kebutuhan dasar dan sosial psikologis tetapi belum dapat memenuhi

keseluruhan kebutuhan pengembangannya (development needs) seperti

tabungan, interaksi keluarga, informasi, kegiatan kemasyarakatan, dan

mampu memperoleh informasi.

Keluarga Sejahtera III adalah keluarga-keluarga yang dapat memenuhi

kebutuhan dasar dan sosial psikologis, dan kebutuhan pengembangannya

tetapi belum dapat memberikan sumbangan dalam bentuk material dan

keuangan, serta berperan aktif sebagai pengurus lembaga kemasyarakatan.

Keluarga Sejahtera III+ adalah keluarga-keluarga yang dapat

memenuhi kebutuhan dasar dan sosial psikologis, dan kebutuhan

pengembangannya dan dapat pula memberikan sumbangan yang nyata

(51)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

42

E. Geographic Information System dalam Penentuan Lokasi Permukiman

Geographic Information System dirancang untuk memadukan

komputerisasi pemetaan tingkat tinggi, dengan kemampuan pengelolaan

database secara luas (Catanase, Snyder, 1988: 153). Semua data yang dianalisis

sebagian besar berupa data spasial dalam bentuk peta tematik. Untuk itu dalam

lanjutan analisis data dilakukan dengan menggunakan tools Geographic

Information System dalam bentuk analisis tumpang-susun (overlay). Selanjutya

dalam studi ini tumpangsusun disebut sebagai overlay.

Analisis overlay dilakukan dengan melakukan pengharkatan atau

pembobotan berdasarkan kriteria yang disyaratkan secara teoritis, menyangkut

analisis penentuan lokasi perumahan. Analisis ini dilakukan dengan

menggunakan peta, beberapa hal terkait SIG dalam menentukan lokasi

perumahan antara lain :

1. Pengertian Peta Tematik

Peta Tematik adalah peta yang mempelihatkan data secara kualitatif

dan atau kuantitatif pada unsur-unsur yang spesifik. Unsur-unsur tersebut

ada hubungannya dengan detail-detail topografi (T. Lukman Aziz dan

Ridwan Rachman, 1977). Tema tersebut disajikan dalam

bermacam-macam bentuk yang berhubungan dengan unsur asli dari muka bumi atau

unsur-unsur buatan manusia. Peta tematik kadang-kadang juga

memperlihatkan situasi atau keadaan sebenarnya.

Jenis Informasi Geospasial Tematik terdiri dari peta tematik dasar, peta

tematik analisis, dan peta tematik sintesis.

a) Peta Tematik Dasar adalah peta yang berisi satu tema tertentu yang

menyajikan informasi dasar muka bumi, baik fisik maupun hasil

(52)

commit to user

43 Data untuk penyusunan peta tematik dasar dapat diperoleh dari hasil

survey lapangan, interpretasi citra penginderaan jauh, dan data

statistik. Peta tematik dasar bersifat terbuka dan dibuat oleh instansi

pemerintah yang mempunyai otoritas pada tema tersebut.

b) Peta Tematik Analisis adalah peta yang berisi suatu tema tertentu hasil

dari proses analisis dan transformasi dari suatu peta tematik dasar

c) Peta Tematik Sintesis adalah peta yang berisi suatu tema tertentu hasil

proses sintesis (penggabungan) dari peta tematik dasar, dan atau peta

tematik analisis. Satuan pemetaan baru pada peta tematik sintesis

diperoleh dari penggabungan dua atau lebih peta masukan

(Sukwardjono, 1990; Sinaga, 1986).

Informasi Geospasial Tematik yang akan berkekuatan hukum adalah

informasi yang memuat batas wilayah yang menunjukkan hak dan/atau

kewajiban pihak tertentu di dalam wilayah yang ditentukan oleh batas

tersebut. Misalnya peta yang menggambarkan izin pertambangan atau

pengelolaan hutan yang dikeluarkan instansi terkait.

Pada setiap peta Rupa Bumi Indonesia (RBI), gambar garis batas selalu

diberi disclaimer (“Peta ini bukan merupakan referensi resmi batas-batas

internasional maupun nasional”). Banyak orang sering tidak membaca

disclaimer ini, dan peta RBI menjadi awal dari persengketaan antar daerah.

Pengguna peta tentunya menginginkan agar disclaimer ini dihapus,

dengan cara semua garis batas yang digambar di atas peta diberi kejelasan

status hukumnya, dan ini mendorong agar semakin banyak data batas

(53)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

44 2. Digitasi Peta, Check Plot, dan Editing

Digitasi dilakukan untuk memperoleh data digital dari data sekunder

yang berupa peta manual (hardcopy). Dalam pelaksanaan digitasi peta

untuk memperoleh data digital dilakukan dengan metode sebagai berikut:

a. Metode Digitasi

Digitasi pada dasarnya adalah memindahkan data/informasi yang ada

pada peta manual menjadi suatu peta digital. Ada dua metode yang

dikenal dalam metode digitasi on screen dilakukan dengan cara:

1) Peta manual sekunder di-scan sehingga menjadi gambar (image)

dengan resolusi yang cukup untuk keperluan digitasi, data hasil

scanning disimpan dalam format yang dapat dibaca oleh perangkat

lunak untuk digitasi (*.JPG),

2) Proses digitasi dilakukan dengan perangkat lunak Geographic

Information System dengan cara meng import data image

kemudian dilakukan digitasi unsur-unsur image yang ada dengan

mengelompokkannya ke dalam layer.

b. Check Plot

Check plot dilakukan untuk memeriksa kebenaran hasil digitasi.

Pemeriksaan kebenaran ini dilakukan dengan membandingkan peta

asli (hardcopy) dengan hasil cetak peta digitasi

c. Editing Peta

Maksud editing adalah memeriksa kelengkapan peta hasil digitasi atas

dasar peta sumber yang digunakan serta kesinambungan unsur peta

yang bersebelahan. Tindak lanjut dari pemeriksaan tersebut adalah

melengkapi unsur yang belum didigitasi, membetulkan hasil digitasi

yang tidak sempurna dan mendigitasi ulang unsur-unsur yang

(54)

commit to user

45 3. Kemampuan, Fungsi Analisis Spasial, dan Fungsi Analisis Atribut dalam

Geographic Information System

a. Kemampuan Geographic Information System

Kemampuan-kemampuan yang dapat dilakukan menggunakan

Kemampuan Geographic Information System antara lain :

1) Mengumpulkan dan mengumpulkan data geografi (spasial dan

atribut).

2) Mengintegrasikan data geografi (spasial dan atribut).

3) Memeriksa, meng-update (meng-edit) data geografi (spasial dan

atribut).

4) Menyimpan dan memanggil kembali data geografi (spasial dan

atribut).

5) Merepresentasikan atau menampilkan data geografi (spasial dan

atribut).

6) Mengelola data geografi (spasial dan atribut).

7) Memanipulasi data geografi (spasial dan atribut).

8) Menganalisa data geografi (spasial dan atribut).

9) Menghasilkan keluaran (output) data geografi dalam

bentuk-bentuk ; peta tematik (view dan layout), tabel, grafik (chat),

laporan (report), dan lainnya baik dalam bentuk hardcopy

maupun softcopy.

b. Fungsi Analisis

Dalam Geographic Information System secara umum terdapat dua

jenis fungsi analisis; fungsi analisis spasial dan fungsi analisis atribut

(basis data atribut).

Fungsi analisis atribut terdiri dari operasi dasar sistem pengelolaan

(55)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

46

1) Operasi basis data mencakup :

a) Membuat basis data baru (create database).

b) Menghapus basis data (drop database).

c) Membuat tabel basis data (create table).

d) Menghapus tabel basis data (drop table).

e) Mengisi dan menyisipkan data (record) ke dalam tabel

(insert).

f) Membaca dan mencari data (field and record) dari tabel basis

data (seek, find, research, retrieve).

g) Mengubah dan meng-edit data yang terdapat didalam table

basisdata (update, edit).

h) Menghapus dari table basisdata (delete, zap, pack).

i) Membuat indeks untuk tiap basisdata.

2) Fungsi analisis spasial terdiri dari :

a) Klasifikasi (reclassify) : Fungsi ini mengklasifikasikan atau

mengklasifikasikan kembali suatu data spasial (atau atribut)

menjadi data spasial yang baru dan menggunakan kriteria

tertentu. Misalnya dengan menggunakan data spasial

ketinggian permukaan bumi (topografi), dapat diturunkan data

spasial kemiringan atau gradien permukaan bumi yang

dinyatakan dalam prosentase nilai-nilai kemiringan. Prosentase

nilai-nilai kemiringan ini dapat diklasifikasikan hingga menjadi

data spasial baru yang dapat digunakan untuk merancang

perencanaan pengembangan suatu wilayah. Adapun contoh

kriteria yang digunakan adalah 0-14 % untuk permukiman,

15-29 % untuk pertanian dan perkebunan, 30-44 % untuk hutan

Gambar

Tabel 1.1
Tabel 1.2 Kebutuhan, Jenis, dan Sumber Data
Tabel, dan
Gambar 1.1 Bagan Alir Kerangka Pikir
+7

Referensi

Dokumen terkait

Adapun masalah yang dibahas adalah menyangkut Studio Konsep Perancangan Arsitektur yang berjudul Pengembangan Jalan Raya Sukowati Sebagai Kawasan City Walk Sragen.. Tak

Permasalahan yang muncul dari Penataan Kawasan Desa Batik Girli Di Kliwonan, Masaran, Sragen ini adalah bagaimana menata suatu kawasan sentra industri batik

ANALISIS PENENTUAN LOKASI PARKIR PADA KAWASAN PERDAGANGAN SINGOSAREN KOTA SURAKARTA.. BERDASARKAN

Berdasarkan temuan analisis dibutuhkan pengembangan pusat pelayanan skala regional pada bagian barat sistem perkotaan Kabupaten Semarang pusat pelayanan ini dapat terletak pada

Permasalahan yang muncul dari Penataan Kawasan Desa Batik Girli Di Kliwonan, Masaran, Sragen ini adalah bagaimana menata suatu kawasan sentra industri batik

STUDI TENTANG SARANA DAN PRASARANA PENDIDIKAN JASMANI DI SEKOLAH MENENGAH PERTAMA NEGERI WILAYAH PERKOTAAN KABUPATEN SRAGEN TAHUN 2020/2021.. Skripsi, Surakarta :Fakultas

Pasal 199 Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah telah menetapkan Kawasan Perkotaan ke dalam 3 (tiga) bentuk yaitu kota sebagai daerah otonom,

Kawasan Pusat Pemerintahan Jawa Barat yang baru ini memungkinkan untuk pengkajian dari aspek fisik khususnya kemampuan lahan, kesesuaian lahan, kebutuhan lahan, dan ketersediaan lahan