Kondisi Fisik dan Administrasi Wilayah
Secara geografis, Kota Metro terletak pada kedudukan Timur-Barat antara 105o15’ sampai 105o20’ Bujur Timur dan Utara-Selatan 5o5’ - 5o10’ Lintang Selatan dan Kota Metro merupakan wilayah Provinsi Lampung. Secara administratif Kota Metro mempunyai perbatasan sebagai berikut:
a. Sebelah utara berbatasan dengan Kabupaten Lampung Tengah dan Lampung Timur.
b. Sebelah selatan berbatasan dengan Kabupaten Lampung Timur. c. Sebelah timur berbatasan dengan Kabupaten Lampung Timur. d. Sebelah barat berbatasan dengan Kabupaten Lampung Tengah.
Berdasarkan Peraturan Daerah Kota Metro Nomor 25 tahun 2000 tentang pemekaran kelurahan dan kecamatan di Kota Metro, maka pemerintahan terdiri dari 5 kecamatan yang meliputi 22 kelurahan. Luas wilayah Kota Metro sekitar 68,74 km2 atau 6.874 Hadengan topografi wilayah berupa daerah daratan aluvial. Sedangkan ketinggian tempat Kota Metro berkisar antara 25–75 meter di atas permukaan laut dengan kemiringan lereng antara 0–15%.
Fisiografi
Berdasarkan fisiografinya, bentang wilayah Kota Metro termasuk grup dataran tuf masam. Bentang alam wilayah ini dapat dikelompokkan kedalam bentuk wilayah datar, dengan kemiringan lereng 0–3% mencakup luasan kurang lebih 10% luas lahan dan berombak dengan kemiringan lereng 3–8% seluas kurang lebih 80% dari luas lahan dan 8–15% seluas kurang lebih 10% dari luas lahan.
Geologi
Secara geologi wilayah Kota Metro berada pada formasi tuf Lampung dan diperkirakan berumur Kuarter, berkomposisi lempung bertuf dan batu pasir. Tuf kasar mengandung ortoklas, mikrlin, biotit, kuarsa dan plagioklas yang bercampur
dengan fragmen granit dan genesis, sedangkan tuf halus berkomposisi batu apung, feldspar dan kuarsa.
Iklim
Arah angin
Kota Metro beriklim tropis-humid angin laut yang bertiup dari Samudra Indonesia dengan arah angin setiap tahunnya, yaitu: (1) pada bulan November-Maret angin bertiup dari arah barat dan barat laut, (2) pada bulan Juli-Agustus
angin bertiup dari arah timur dan tenggara. Kecepatan angin rata-rata 5,83 km/jam.
Curah Hujan
Curah hujan wilayah Kota Metro berkisar antara 1.580–3.721 mm/tahun, dengan bulan basah 5–7 bulan per tahun. Temperatur udara rata-rata berkisar antara 26–28 oC, temperatur maksimum adalah 33 oC dan minimum 22 oC. Rata-rata kelembaban udara sekitar 80–88%.
Tabel 14 Banyaknya curah hujan dan hari hujan di Kota Metro Bulan Tahun 2001 2002 2003 2004 2005 2006 CH HH CH HH CH HH CH HH CH HH CH HH Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober Nopember Desember 373 204 169 74 108 90 15 90 182 85 268 152 25 20 20 11 13 10 6 6 16 14 17 20 458 131 392 191 39 47 3 20 - - 271 368 13 17 15 14 4 6 10 3 - - 11 21 240 208 233 251 129 48 26 23 187 126 107 170 13 15 14 12 7 4 3 1 5 11 12 11 474 460 352 115 299 185 169 16 5 89 198 345 20 19 15 12 10 4 10 3 2 8 14 17 398 685 490 222 808 213 119 161 141 223 110 151 19 13 17 11 11 8 7 8 6 10 10 10 352 120 398 39 120 53 50 - - 95 75 278 12 7 14 4 8 5 3 - - 3 4 13 Jumlah 1.810 178 1.920 114 1.748 108 2.707 134 3.721 130 1.580 73
Kondisi Demografi
Jumlah dan Kepadatan PendudukPenduduk Kota Metro pada tahun 2006 berjumlah 130.348 jiwa, dengan pertumbuhan rata-rata sebesar 1,71% per tahun sejak tahun 2001. Penyebaran penduduk di Kota Metro pada tahun 2006 sebagian besar terkonsentrasi di kecamatan Metro Pusat dan Kecamatan Metro Timur. Rata-rata kepadatan penduduk Kota Metro sebesar 1.896 jiwa/km2, dengan kepadatan tertinggi terdapat di Kecamatan Metro Pusat, seperti terlihat pada Tabel 15.
Tabel 15 Luas wilayah dan jumlah penduduk Kota Metro Tahun 2006 Kecamatan/ Kelurahan Luas (Ha) Jumlah Lingkungan Jumlah Penduduk (Jiwa) Kepadatan (Jiwa/Km2) Metro Pusat 1.Metro 2.Imopuro 3.Hadimulyo Timur 4.Hadimulyo Barat 5.Yosomulyo 196 119 337 150 337 9 6 6 9 5 14.456 7.540 6.788 11.354 6.479 7.376 6.336 2.014 7.569 1.923 Jumlah (1) 1 139 35 46.617 Metro Barat 1.Mulyojati 2.Ganjar Asri 3.Ganjar Agung 4.Mulyosari 295 242 288 303 6 5 4 5 5.560 7.115 5.082 2.500 1.885 2.940 1.765 825 Jumlah (2) 1.128 9 20.257 Metro Timur 1.Iringmulyo 2.Yosorejo 3.Yosodadi 4.Tejosari 5.Tejoagung 221 122 336 376 155 8 4 9 5 4 9.078 7.803 5.943 2.496 4.404 4.108 6.396 1.887 741 2.841 Jumlah (3) 1.210 30 29.724 Metro Selatan 1.Margorejo 2.Rejomulyo 3.Margodadi 4.Sumbersari Bantul 246 475 287 425 6 7 6 4 3.167 3.935 2.321 2.901 1.287 828 809 683 Jumlah (4) 1.433 23 12.324 Metro Utara 1. Karangrejo 2. Purwoasri 3. Purwosari 4. Banjarsari 772 362 255 575 11 4 7 9 6.285 2.193 4.343 8.605 814 606 1.703 1.497 Jumlah (5) 1.964 31 21.426 Total (1+2+3+4+5) 6.874 128 130.348
Struktur Umur Penduduk
Komposisi penduduk Kota Metro berdasarkan struktur umur dibedakan atas usia produktif (16-60 tahun) dan usia tidak produktif (0-15 tahun dan 60 tahun). Pada tahun 2006 jumlah penduduk usia produktif di Kota Metro sebesar 85.312 jiwa atau 65,45% dari jumlah penduduk, sedangkan usia tidak produktif berjumlah 45.034 jiwa atau 34,54%.
Tabel 16 Penduduk Kota Metro Tahun 2006 berdasarkan kelompok umur
Kelompok Umur Penduduk Jumlah total
(jiwa) % dari Total Laki-laki (jiwa) Perempuan (jiwa) 0-4 5-9 10-14 15-19 20-24 25-29 30-34 35-39 40-44 45-49 50-54 55-59 60-64 65-69 70-74 75+ 6.313 6.139 6.452 7.438 6.053 6.567 5.840 5.236 4.305 3.353 2.405 1.630 1.455 953 781 756 5.987 5.925 6.400 7.685 6.599 6.955 5.841 5.080 3.792 2.987 2.032 1.514 1.413 990 702 769 12.300 12.063 12.852 15.124 12.652 13.521 11.681 10.316 8.097 6.340 4.437 3.144 2.868 1.943 1.483 1.525 0,09 0,09 0,10 0,12 0,10 0,10 0,09 0,08 0,06 0,05 0,03 0,02 0,02 0,01 0,01 0,01 Jumlah 75.375 76.668 130.348 100
Sumber: BPS Kota Metro, 2007
Mata Pencaharian Penduduk
Mata Pencaharian Perduduk Kota Metro pada tahun 2006 sebagian besar adalah pada sektor jasa (28,56%), sektor perdagangan (28,18%), sektor pertanian (23,97%) dan selanjutnya sektor transportasi & komunikasi (9,84%), dan sektor konstruksi (5,63%). Komposisi mata pencaharian penduduk di Kota Metro pada tahun 2006 tergambar sebagai berikut:
Sumber: Selayang Pandang Kota Metro, 2007
Gambar 7 Persentase jumlah penduduk berdasarkan lapangan pekerjaan Data jumlah penduduk Tahun 1995-1997 sangat besar, karena pada saat itu Metro masih dalam wilayah Kabupaten Lampung Tengah. Sejak Tahun 1999 Metro berdiri sendiri menjadi daerah otonom kotamadya. Pada Tahun 2006 penduduk Kota Metro sudah mencapai 130.348 jiwa. Dari total tersebut sebanyak 65.676 jiwa adalah laki-laki dan selebihnya yaitu 64.672 jiwa adalah wanita. Pada Tabel 17 menunjukkan perkembangan penduduk menurut jenis kelamin di daerah penelitian.
Tabel 17 Perkembangan penduduk menurut jenis kelamin di Kota Metro Tahun 1995 – 2006
Tahun Laki-Laki Perempuan Jumlah
1995 1996 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 987.744 1.001.270 1.011.176 58.036 58.458 59.680 60.347 60.961 61.589 62.244 64.666 65.676 955.170 963.887 964.377 57.013 57.331 58.768 59.424 60.133 60.819 61.496 63.677 64.672 1.942.934 1.965.157 1.975.553 115.049 115.789 118.448 119.771 121.094 122.417 123.740 128.343 130.348
Kondisi Sarana dan Prasarana Wilayah
Jaringan Transportasi
Jaringan transportasi di Kota Metro pada dasarnya digunakan untuk memperlancar arus distribusi barang dan jasa, mengembangkan kegiatan ekonomi, meningkatkan aktivitas pelayanan masyarakat, meningkatkan mobilitas penduduk ke seluruh wilayah kota, serta membuka isolasi daerah pinggiran dan sentra-sentra produksi pertanian di daerah pinggiran kota (urban fringe).
Sistem jaringan jalan di Kota Metro, merupakan bagian dari jaringan jalan propinsi dan Nasional. Jalan Jenderal Sudirman–Abdul Haris Nasution, merupakan bagian dari jalan negara (nasional) sebagai jalan arteri primer yang menghubungkan Bandar Lampung-Tegineneng-Metro-Sukadana. Sedangkan Jalan Pahlawan–Jalan Jawa–Jalan Imam Bonjol, merupakan jalan provinsi yang diklasifikasikan sebagai jalan kolektor primer yang menghubungkan Kota Metro dengan Kota Gajah dan Gaya Baru, Kabupaten Lampung Tengah. Adapun panjang dan status jalan di Kota Metro dapat dlihat pada Tabel 18.
Tabel 18 Panjang dan status jalan di Kota Metro
Status Jalan Panjang (km)
Jalan Negara Jalan Propinsi Jalan Kabupaten/Kota: Jalan Hotmix Jalan Aspal Jalan Batu/Onderlag Jalan Tanah 5,74 21,90 72,62 127,12 192,60 14,36 Jumlah 434,34
Sumber: Masterplan Agropolitan, 2005
Jaringan jalan utama Kota Metro mengarah dan berpusat pada satu titik yaitu pusat kota (pola radial). Konsekuensinya adalah seluruh arus lalu lintas baik lokal maupun regional harus melalui pusat kota, sehingga dapat terjadi kelebihan beban pada jalan menuju pusat kota. Dapat pula terjadi kesenjangan perkembangan wilayah pada bagian yang berada di pinggiran kota (urban fringe), khususnya yang tidak dilalui oleh jalan utama menuju pusat kota.
Sarana angkutan di Kota Metro terdiri dari jenis transportasi darat yang berupa kendaraan roda empat, roda dua (ojek) dan becak. Sistem pelayanan
angkutan umum kota Metro meliputi: angkutan kota (angkot) yang melayani transportasi dalam Kota Metro dan wilayah sekitarnya, angkutan antar kota dalam propinsi, dan angkutan luar kota antar propinsi. Sarana angkutan kota pada saat ini belum mampu melayani seluruh wilayah kota. Beberapa bagian wilayah kota yang belum terjangkau trayek angkutan kota adalah sebagian wilayah Kecamatan Metro Timur dan Metro Selatan, yaitu: Kelurahan Tejosari, Karangrejo, Margodadi, Sumbersari, dan Rejomulyo.
Sarana Pendidikan
Untuk mendukung visi Kota Metro sebagai kota pendidikan maka berbagai program peningkatan fasilitas telah dilakukan. Dengan sarana pendidikan yang lengkap serta didukung oleh suasana kota yang tenang dan tentram akan meningkatkan daya tarik pelajar dari luar daerah untuk menuntut ilmu di Kota
Metro. Tabel 19 menunjukkan jumlah sarana dan prasarana pendidikan di Kota Metro.
Tabel 19 Sarana dan prasarana pendidikan di Kota Metro
Jenis Sekolah Jumlah
(Unit) Jumlah Kelas (Ruang) SD Negeri SD Swasta SLTP Negeri SLTP Swasta SMU Negeri SMU Swasta SMK Negeri SMK Swasta Perguruan Tinggi 50 13 9 20 5 15 3 12 10 448 142 151 129 99 142 42 86 127 Jumlah 137 1.366
Sumber : BPS Kota Metro, 2007
Sarana Kesehatan
Semakin tinggi tingkat kesehatan mencermikan semakin tinggi tingkat pelayanan kesehatan dan kesejahteraan masyarakat yang semakin baik. Keberadaan sarana dan prasarana kesehatan sebenarnya ditujukan untuk mewujudkan program tersebut. Pada Tabel 20 berikut disajikan jumlah fasilitas kesehatan per kecamatan di Kota Metro.
Tabel 20 Jumlah sarana kesehatan per kecamatan di Kota Metro Kecamatan Rumah Sakit Puskesmas Puskesmas Pembantu Rumah Bersalin Balai Pengobatan Metro Pusat Metro Selatan Metro Utara Metro Barat Metro Timur 1 - - 1 1 2 1 2 2 1 1 1 2 1 2 3 - 1 - 3 3 - - 1 1 Jumlah 3 8 7 7 5
Sumber: BPS Kota Metro, 2007
Sarana Peribadatan
Pembangunan bidang keagamaan memegang peranan penting sebagai landasan moral, etika, spiritual dan akhlak masyarakat. Masyarakat yang berkualitas juga ditentukan dengan adanya keseimbangan antara segi intelektual dan segi keimanan. Kehidupan beragama di Kota Metro berjalan dengan tentram dilandasi rasa toleransi yang tinggi. Berikut ini data jumlah tempat peribadatan yang ada di Kota Metro (Tabel 20).
Tabel 21 Jumlah tempat peribadatan per kecamatan di Kota Metro Tahun 2007
Kecamatan Masjid Mushala Gereja Pura Vihara
Metro Pusat Metro Utara Metro Barat Metro Timur Metro Selatan 41 19 24 23 15 51 35 26 32 32 9 2 - 2 2 - 2 - 1 2 4 1 - - 1 Jumlah 122 176 15 5 6
Sumber: Selayang pandang Kota Metro, 2007
Kondisi Lahan
Bentang wilayah kota Metro termasuk grup dataran tuf masam. Bentang alam wilayah ini dapat dikelompokkan kedalam bentuk wilayah datar, dengan kemiringan lereng 0–2%. Wilayah datar tersebut mencakup luasan kurang lebih 80% dari luas lahan, sedangkan wilayah dengan topografi berombak dengan kemiringan lereng 3–8% mencakup 10% dari luas lahan. Sebagian besar wilayah Kota Metro merupakan kawasan persawahan irigasi teknis, terutama di wilayah begian utara dan selatan kota. Adanya saluran yang melintas di wilayah tersebut sangat membantu masyarakat yang bermata pencaharian sebagai petani.
Kota Metro mempunyai satuan lahan kode Idq 3.1. (Tabel 22) mempunyai deskripsi tektur tanah agak halus, kedalaman jeluk sangat dalam, drainase baik sampai buruk, K dapat ditukar rendah sampai sangat rendah, kapasitas tukar kation rendah, kejenuhan aluminium sedang sampai rendah, dan kemasaman pH tanah sangat masam. Bahan induknya adalah tuf masam (Dai et al, 1989).
Tabel 22 Deskripsi satuan lahan Kota Metro
Unsur Satuan Lahan Deskripsi Satuan Lahan (Idq.3.1.) Jenis Tanah Ultisol
(Kanhapludult)
Fisiografi Lereng Bahan Induk
Tekstur agak halus, kedalaman sangat dalam, drainase baik sampai agak buruk, Kdd agak rendah sampai sangat rendah
P tersedia rendah sampai sangat rendah
KTK rendah sampai sangat rendah
Kejenuhan Al sedang sampai sangat rendah
Reaksi tanah masam-sangat masam Dataran tuf masam, berombak agak tertoreh 3–8%
Tuf masam, batuan sedimen masam, kasar
Sumber: Puslitanak Bogor,1989
Karakteristik satuan lahan (Tabel 23) wilayah Kota Metro mempunyai drainase baik, ketersediaan air cukup, rata-rata temperatur 26–28 oC, dengan curah hujan rata-rata diatas 2000 mm, bulan kering 2–3 bulan, dan kelembaban udara 80–88%. Hal tersebut menunjukkan Metro dan sekitarnya mempunyai potensi yang cukup baik bagi pertanian.
Sifat Tanah
Dilihat dari sifat fisik dan kimia tanah berdasarkan Peta Satuan Lahan dan Tanah Lembar Tanjung Karang (1110) Sumetera skala 1:250.000 (PPT, 1989) maka Kota Metro mempunyai karakteristik sifat fisik dan kimia tanah yang berbeda atas dasar kedalaman tanah. Pada kedalaman lapisan olah tanah (0–20 cm) kandungan tekstur terdiri dari pasir 66%, debu 11%, dan liat 23%. Semakin kedalam kandungan liat semakin tinggi, sedangkan kandungan pasir semakin rendah. Dilihat sifat kimianya pada lapisan olah tanah maka pH H2O 4,9–5,4 kadar C 0,25–1,57%, kadar N 0,02–0,14%, C/N rasio 11,2 KTK 6,4 dan kejenuhan basa 48% (Tabel 23).
Tabel 23 Karakteristik satuan lahan wilayah Kota Metro
Unsur Satuan Lahan Karakteristik Satuan Lahan (Idq 3.1)
Temperatur (tc): -Temperatur rata-rata Ketersediaan air (wa): -Curah hujan -Bulan kering -Kelembaban Ketersediaan Oksigen (oa) -Drainase Media Perakaran (rc): -Tekstur -Bahan kasar -Kedalaman tanah Retensi Hara (nr): -KTK liat -Kejenuhan basa -pH H2O -C organik Toksisitas (xc): -Salinitas (ds m-1) Saliditas (xn): -Alkalinitas (ESP) Bahaya Sulfidik (xs): -Kedalaman sulfidik (cm) Bahaya erosi (eh) -Lereng -Bahaya erosi Bahaya Banjir (fh) -Genangan Penyiapan Lahan (lp) -Batuan di permukaan -Singkapan Batuan 26–28oC 2.264–3.868 mm 2–3 bulan 80-88% Baik
Agak halus, halus < 15% >120 cm 16,97 mol/kg 33,3% 5,08 0,73 0 1,1%
0 (tak ada pirit)
3–8% Sedang 0 < 5% < 5% Sumber: Puslitanak, 1989
Atas dasar hasil identifikasi dan karateristik serta sifat fisika dan kimia tanah pada satuan lahan, maka selanjutnya dapat diklasifikasikan kesesuaian lahan wilayah Kota Metro menurut jenis dan komoditas pertanian yang sesuai bagi penggunaan lahan. Penggunaan Lahan yang sesuai terutama untuk pengusahaan komoditas tanaman pangan (padi dan palawija), sayuran, buah-buahan, dan tanaman rempah-rempah (Puslitanak, 1989).
Tabel 24 Sifat fisik dan kimia tanah di Kota Metro Unsur Sifat Fisik dan
Kimia Kedalaman Tanah (cm) 0-20 20–32 32–56 56–80 80-125 Tekstur Pasir (%) 66 51 45 36 34 Debu (%) 11 7 7 9 13 Liat (%) 23 42 48 55 53 pH H2O 5,1 5,4 5,1 4,9 4,9 Kadar C (%) (Walkey & Beach)
1,57 0,64 0,4 0,39 0,24 Kadar N (%) (Kjeldahl) 0,14 0,06 0,06 0,05 0,02 C/N rasio 11,2 10,7 6,7 7,8 12 Unsur mikro (1 N NH4OAc pH7) c mol/kg Ca 2,3 2,2 1,3 0,5 0,7 Mg 0,6 0,9 0,5 0,4 0,5 K 0,1 0,1 0,1 0,1 0,1 Na 0,1 0,1 0,1 0,1 0,1 KTK 6,4 5,9 6,5 7,1 9,1 KTK Liat (c mol/kg) 27,8 14 13,5 12,9 17,2 Kejenuhan Basa (%) 48 54 31 13 14 Sumber: Puslitanak, 1989 Potensi Pengairan
Potensi pengairan berasal dari jaringan irigasi teknis yang mengairi sawah di Kota Metro dengan menginduk kepada Bendungan Argoguruh yang terletak di jalur sungai Way Sekampung Kecamatan Tegineneng Lampung Selatan. Air yang berasal dari Bendungan Argoguruh dialirkan melalui saluran Kanal I ke arah timur laut sejauh 21 km menuju Kota Metro. Kanal I ini mengairi 2 buah daerah irigasi yaitu: (1) daerah irigasi Sekampung Batanghari, dengan wilayah irigasi Kecamatan Metro Selatan, Metro Timur dan Metro Barat, dan (2) daerah irigasi Sekampung Bunut, dengan wilayah irigasi Kecamatan Metro Barat, Metro Pusat, Metro Timur, dan Metro Utara. Secara terperinci, panjang saluran irigasi pada masing-masing daerah irigasi tersaji pada Tabel 25 berikut:
Tabel 25 Dimensi saluran irigasi Kota Metro Jenis Saluran Panjang (m) Daerah Irigasi Sekampung Batanghari Daerah Irigasi Sekampung Bunut Saluran Induk Saluran Sekunder Saluran Sub Sekunder Saluran Tersier Saluran Kuarter Saluran Pembuangan 8.795 - 6.700 54.350 92.890 19.075 11.660 11.925 4.525 99.672 115.174 5.700
Sumber: Masterplan Agropolitan, 2005
Sungai yang terdapat di Kota Metro merupakan bagian sungai yang mempunyai hulu dan muara di kabupaten lainnya. Di Kota Metro terdapat empat sungai seperti yang tertera pada Tabel 26.
Tabel 26 Panjang sungai di Kota Metro
Nama Sungai Panjang (km)
Way Sekampung 7
Way Raman 12
Way Bunut 12
Way Batanghari 4
Sumber: BPS Kota Metro, 2007
Potensi Pertanian Sektor Tanaman Pangan
Kota Metro sebagian besar masyarakatnya bergerak pada sektor jasa dan pertanian dan daerah Kota Metro memiliki 5 kecamatan meliputi: Kecamatan Metro Pusat, Metro Utara, Metro Timur, Metro Barat dan Metro Selatan. Masing-masing kecamatan di Kota Metro memiliki keunggulan lokal spesifik komoditas pertanian yang berbeda, yaitu komoditas pertanian lahan basah dan lahan kering baik pada sektor pangan, sub sektor peternakan dan sub sektor perikanan.
Tabel 27 Potensi lahan sawah dan lahan kering di wilayah Kota Metro Jenis lahan Kecamatan (Ha) Metro Pusat Metro Utara Metro Timur Metro Barat Metro Selatan Irigasi 2x tnm Irigasi 1x tnm Tegalan Pekarangan Ladang/Huma Padang Rumput 191 35 97,25 496,62 - - 573 115 107 925,43 - - 451 - 39,14 523,46 - - 439 42 11 579,75 - - 685 39 32,90 489,80 6 11,50
Sumber: Masterplan Agropolitan, 2005
Tabel 28 Data produksi padi dan palawija Kota Metro Tahun 2006 Kecamatan/
Kelurahan
Produksi (Ton)
Padi Jagung Ubi Kayu Metro Pusat 1. Metro 2. Imopuro 3. Hadimulyo Timur 4. Hadimulyo Barat 5. Yosomulyo 1.581 144 5.292 780 4.345 177 - 6.175 310 2.080 - - 30 9 60 Jumlah (1) 12.142 8742 99 Metro Barat 1. Mulyojati 2. Ganjar Asri 3. Ganjar Agung 4. Mulyosari 1.165,8 410,4 672,6 2.256 22 40,7 98,8 7,6 56,4 9,2 9,3 9,2 Jumlah (2) 4.504,8 20.257 84,1 Metro Timur 1. Iringmulyo 2. Yosorejo 3. Yosodadi 4. Tejosari 5. Tejoagung 97,2 47,7 739,2 2.512,2 583,2 57,6 17,5 363,4 - - 80 - 231 18 18 Jumlah (3) 3.979,5 438,5 347 Metro Selatan 1. Margorejo 2. Rejomulyo 3. Margodadi 4. Sumbersari Bantul 208,1 1.110,2 832,1 1.071,2 840 779 1.740 8.900 440 360 546 420 Jumlah (4) 3.221,57 3.398 860 Metro Utara 1. Karangrejo 2. Purwoasri 3. Purwosari 4. Banjarsari 2.868 1.254 759 2.639 480 270 72 300 840 90 60 60 Jumlah (5) 7.520 1.122 1.050 Total (1+2+3+4+5) 31.367,87 13.896,6 3.346,1
Memperhatikan Tabel 28 menunjukkan bahwa pada Tahun 2006 Kecamatan
Metro Pusat dan Metro Utara merupakan sentra produksi padi utama. Padi didaerah ini sebagian besar diusahakan pada lahan sawah irigasi dua kali
tanam dalam setahun. Potensi luas lahan sawah irigasi dua kali tanam setahun berturut-turut seluas 191 Ha di Kecamatan Metro Pusat dan 573 Ha di Kecamatan Metro Utara.
Sektor Peternakan
Adapun jenis ternak yang potensial untuk dikembangkan di Kota Metro meliputi ternak ruminansia besar (Sapi, Kerbau) dan ternak ruminansia kecil (Kambing, Domba, Babi), serta ternak unggas. Sebagai gambaran maka populasi ternak ruminansia besar pada tahun 2006 berupa Sapi Potong berjumlah 2.135 ekor dan Kerbau sebanyak 1.031 ekor (Tabel 29).
Tabel 29 Populasi ternak ruminansia besar Kota Metro Tahun 2006 Jenis Ternak Kecamatan (ekor) Jumlah Metro Pusat Metro Utara Metro Timur Metro Barat Metro Selatan Sapi Potong -Pejantan -Betina 153 117 220 501 127 258 15 31 209 504 724 1.411 Sub jumlah 270 721 385 46 713 2.135 Sapi Perah -Pejantan -Betina 0 0 13 50 0 0 0 0 0 0 13 50 Sub jumlah 0 63 0 0 0 63 Kerbau -Pejantan -Betina 42 35 64 110 50 150 23 46 49 462 228 803 Sub jumlah 77 174 200 69 511 1.031
Sumber: Dinas Pertanian Kota Metro, 2007
Untuk populasi ternak ruminansia kecil pada tahun yang sama adalah sebagai berikut Kambing Rambon 7.034 ekor, Kambing Peranakan Etawah (PE) 745 ekor, Domba 4.229 ekor (Tabel 30).
Tabel 30 Populasi ternak ruminansia kecil Kota Metro Tahun 2006 Jenis Ternak Kecamatan (ekor) Jumlah Metro Pusat Metro Utara Metro Timur Metro Barat Metro Selatan Kambing Rambon -Pejantan -Betina 2.027 1.161 210 531 599 831 217 282 397 779 3.450 3.584 Sub jumlah 3.188 741 1.430 499 1.176 7.034 Kambing PE -Pejantan -Betina 142 191 18 22 22 12 96 127 55 115 338 407 Sub jumlah 333 40 34 223 121 745 Domba -Pejantan -Betina 1.529 589 186 383 183 255 230 310 121 443 2.249 1.980 Sub jumlah 2.118 569 438 540 564 4.229
Sumber: Dinas Pertanian Kota Metro, 2007
Potensi Industri
Perkembangan industri di Kota Metro cukup pesat khususnya industri kecil dan rumah tangga. Jumlah unit usaha dan pertumbuhan di Kota Metro disajikan pada Tabel 31.
Tabel 31 Keadaan industri kecil, tenaga kerja, nilai investasi dan nilai produksi di Kota Metro
Tahun
Unit usaha Tenaga Kerja Investasi Produksi
Jumlah (buah) Growth (%) Jumlah (orang) Growth (%) Jumlah (juta Rp) Growth (%) Jumlah (juta Rp) Growth (%) 2000 619 12,46 1.857 9,73 3.619 9,04 9.285 8,01 2001 638 3,07 1.914 3,07 5.473 51,23 9.570 3,07 2002 687 7,68 2.189 14,37 5.813 6,21 10.209 6,68 2003 758 10,33 2.729 24,67 6.723 3,51 19.100 87,09 2004* 894 17,94 2.470 - 9,49 7.107 5,71 22 - 2005 1.093 22,26 2.489 0,77 9.237 29,97 24,20 10,00 2006* 995 - 8,97 2.139 - 14,06 0 - 100 0 - 100
Sumber: BPS Kota Metro, 2007 *) Data Diperbaiki