POSITIVISME HUKUM
Positivisme adalah suatu aliran filsafat yang bertitik tolak bahwa ilmu alam (fakta yang positif) sebagai satu-satunya sumber pengetahuan yang benar dan menolak aktifitas yang berkenaan dengan metafisik.
Mengutamakan fakta yang dapat diamati walaupun tidak menolak abstraksi-abstraksi data hasil pengamatan, tidak
mencari atau menerima suatu realitas yang lebih tinggi dan di atas dunia inderawi. Oleh karena itu, positivisme cenderung sekuler dan empiris.
Tiga tahap pemikiran manusia
Menurut Simon untuk memahami sejarah manusia harus mencari hubungan sebab akibat dan hukum-hukum yang menguasai proses perubahan.
Comte merumuskan 3 tahap pemikiran manusia (perkembangan
masyarakat) yaitu; 1). Tahap teologis, 2). Tahap metafisis dan 3). Tahap positivis.
Tahap Teologis manusia adalah ”produk” dari proses kosmos yang
dikendalikan oleh gagasan-gagasan keagamaan. Proses, yaitu; anismisme dan fetisisme , politeisme kemudian menuju pada pemikiran monoteisme.
Tahap Metafisika manusia dengan akal budinya mampu menjelaskan tentang realitas, fenomena, dan berbagai peristiwa dicari dari alam itu sendiri.
Ciri-Ciri Positivisme
mengutamakan fakta yang dapat diamati;
didasarkan pada data empiris;
tidak mencari atau menerima statu realitas yang lebih tinggi atau diatas dunia inderawi;
tidak mengenal adanya spekulasi;
cenderung sekuler
Positivisme Hukum
Menurut positivisme hukum;
suatu norma adalah hukum bila norma tersebut ditetapkan (diletakkan) sebagai hukum.
penetapan norma sebagai suatu hukum ditetapkan oleh suatu kedaulatan (sovereign).
hukum ada perintah dari penguasa (command of lawgivers)
adanya pemisahan yang tegas hukum dari moral. Hukum mungkin saja bertentangan dengan moral, namun ia tetap sah sebagai sebagai hukum bila ditetapkan oleh penguasa (ciri khas yang paling menonjol dari aliran ini)
Asumsi yang digunakan
Penguasa adalah orang-orang pilihan yang dipilih oleh rakyat untuk memperjuangkan kepentingan masyarakat.
Hukum yang dibuat dan ditetapkan oleh penguasa sudah pasti benar dan adil.
Adanya itikat baik dari penguasa.
Aliran ini memandang bahwa mereka yang bekerja di peradilan adalah orang-orang netral karena
Tokoh-tokoh positivisme hukum
Jeremy Bentham (utilitarian)
Kebahagian terbesar adalah untuk jumlah yang terbesar.
Dia menolak hukum kodrat dan nilai-nilai subjektif dan menggantinya dengan patokan-patokan yang didasarkan pada keuntungan, kesenangan dan kepuasan manusia.
Teorinya merupakan teori hukum yang bersifat imperatif, yang didalamnya konsep-konsep kunci yaitu;
sovereignty dan command.
Baginya pelaksanaan hukum merupakan “extra legal,”
Tokoh-tokoh positivisme hukum
Dia berpikir, bahwa “command” dan “sovereign”
merupakan hukum walaupun “command” itu hanya
didukung oleh sanksi moral dan agama.
Penghargaan lebih efektif daripada penghukuman
Tidak ada hukum yang tidak bersifat imperatif maupun tidak permisif (Hukum selalu imperatif dan permisif)
Seluruh hukum memerintahkan, melarang atau
membolehkan bentuk-bentuk tertentu dari perilaku.
Tokoh-tokoh positivisme hukum
John Austin
Bagi austin, hukum merupakan perintah dari pihak yang berkuasa yang memiliki sanksi.
Hukum terpisah dari moral.
Austin bersikukuh pada orang atau lembaga yang menentukan
sebagai sumber dari suatu command yang dapat dianggap sebagai pijakan bahwa suatu command merupakan pelaksanaan kehendak dari orang/orang tertentu.
Sovereignty bersifat faktual, bisa banyak, bertingkat dan bersifat politis.
Empat unsur penting untuk dinamakan sebagai hukum adalah perintah, sanksi, kewajiban dan kedaulatan.
Hukum dianggap sebagai suatu sistem yang logis, tetap dan bersifat tertutup (close logical system)
Penutup
Kepastian hukum adalah “senjata” dari
tujuan dan sasaran yang ingin dicapai oleh
penganut aliran positivisme hukum.