• Tidak ada hasil yang ditemukan

JARINGAN SARAF TIRUAN DENGAN BACKPROPAGATION UNTUK MENDETEKSI PENYALAHGUNAAN NARKOTIKA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "JARINGAN SARAF TIRUAN DENGAN BACKPROPAGATION UNTUK MENDETEKSI PENYALAHGUNAAN NARKOTIKA"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

JARINGAN SARAF TIRUAN DENGAN BACKPROPAGATION

UNTUK MENDETEKSI PENYALAHGUNAAN NARKOTIKA

Dahriani Hakim Tanjung

STMIK POTENSI UTAMA

Jl.K.L.Yos Sudarso Km 6.5 Tanjung Mulia Medan [email protected]

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk mendeteksi penyalahgunaan narkotika menggunakan teknik pengenalan pola yaitu jaringan saraf tiruan dengan metode backpropagation. Data yang menjadi masukan adalah segala jenis gejala penderita narkotika. Jaringan saraf tiruan dilakukan dengan menentukan jumlah unit untuk setiap lapisan dengan fungsi aktivasi sigmoid biner. Pengujian dilakukan menggunakan perangkat lunak matlab yang diuji dengan beberapa bentuk arsitektur jaringan. Arsitektur dengan konfigurasi terbaik terdiri dari 23 lapisan masukan, 5 lapisan tersembunyi dan 5 lapisan keluaran dengan nilai learning rate sebesar 0.5, nilai toleransi error 0.01, Dapat dilihat bahwa hasil penelitian ini mencapai keakuratan 95% dari data penelitian, sehingga dapat disimpulkan bahwa jaringan syaraf tiruan dengan backpropagation mampu mengenali pola dan mampu mendeteksi penyalahgunaan narkotika dengan jumlah iterasi 6341 dan MSE 0.00999889. MSE berada di bawah nilai error yaitu 0.01, Parameter tersebut dipilih menjadi parameter terbaik, karena nilai MSE paling kecil dari arsitektur yang lain serta nilai MSE dibawah dari nilai error yang ditentukan. Sigmoid Biner Fungsi ini digunakan untuk jaringan saraf yang dilatih dengan menggunakan metode backpropagation. Fungsi sigmoid memiliki nilai range 0 sampai 1. Oleh karena itu, fungsi ini sering digunakan untuk jaringan saraf yang membutuhkan nilai output yang terletak pada interval 0 sampai 1.

Kata Kunci : Jaringan Saraf Tiruan, Backpropagation, Narkotika, Sigmoid biner, Matlab

1. PENDAHULUAN

Di era globalisasi sekarang ini dan juga pengaruh perdagangan bebas, menjadikan peredaran barang-barang impor semakin banyak masuk ke tanah air seperti, otomotif, alat komunikasi, alat-alat kesehatan, dan juga obat-obatan. Di samping itu dengan sistem perdagangan bebas ini, menambah ruang gerak peredaran obat-obatan terlarang dan narkotika semakin marak ditanah air.

Faktor minimnya pengetahuan masyarakat tentang penggunaan narkotika menyebabkan sulitnya masyarakat awam mengidentifkasi seseorang ataupun anggota keluarganya yang telah menjadi korban penyalahgunaan narkotika. Dengan demikian pemanfaatan teknologi, khususnya teknologi informasi telah diimplementasikan ke berbagai bidang seperti pemerintahan, pendidikan, bisnis, periklanan, kesehatan, dan sebagainya. Berdasarkan uraian di atas penulis mencoba untuk memanfaatkan teknologi informasi untuk dapat membantu masyarakat.

Metode problem solving yang digunakan dalam penelitian ini adalah jaringan syaraf tiruan (JST). Jaringan syaraf tiruan telah banyak digunakan untuk membantu menyelesaikan berbagai macam permasalahan, salah satu

permasalahan tersebut adalah

pencocokan/keakurasian berdasarkan pelatihan

yang diberikan. JST dapat dimanfaatkan untuk mendeteksi penyalahgunaan narkotika dengan menggunakan metode Backpropagation.

2. DASAR TEORI

2.1 Jaringan Saraf Tiruan

Jaringan Saraf Tiruan (arficial neural

network) merupakan metode yang dapat

menemukan hubungan non-linear antara beban dan faktor-faktor ekonomi yang bervariasi serta faktor- faktor lainnya yang dapat melakukan penyesuaian terhadap perubahan-perubahan yang terjadi [1].

Gambar 1. Komponen Neuron

Dari gambar diatas terlihat bahwa dalam otak manusia, sebuah neuron (sel saraf) tertentu mengumpulkan sinyal berupa rangangan dari neuron lain melalui dendrit. Sinyal yang dating dan diterima oleh dendrit akan dijumlahkan

(2)

akhir yang bersentuhan dengan dendrit dari neuron yang lain. Siyal ini akan diterima oleh neuron lain jika memenuhi nilai threshold

tertentu. Dalam hal ini neuron dikatakan teraktivasi. Pembelajaran pada otak manusia terjadi ketika da hubungan antara satu neuron dengan neuron lain yang terjadi secara adaptif dan berlangsung secara dinamis [2].

2.2 Metode Backpropagation

Backpropagation merupakan algoritma

pembelajaran yang terawasi dan baisanya digunakan oleh perceptron dengan banyak lapisan untuk mengubah bobot-bobot yang berhubungan dengan neuron-neuron yang ada pada lapisan tersembunyinya. Algoritma backpropagation

menggunakan error output untuk mengubah nilai bobot-bobotnya dalam arah mundur (backward). Untuk mendapatkan error ini, tahap perambatan maju (forward propagation) harus dikerjakan terlebih dahulu.

Pada dasarnya, pelatihan dengan metode

backpropagtion terdiri atas tiga langkah, yaitu

sebagai berikut :

2.3 Fungsi Aktivasi Sigmoid Biner

Fungsi ini digunakan untuk jaringan saraf yang dilatih dengan menggunakan metode

backpropagation. Fungsi sigmoid memiliki nilai

pada range 0 sampai 1. Oleh karena itu, fungsi ini sering digunakan untuk jaringan saraf yang membutuhkan nilai output yang terletak pada interval 0 sampai 1. Namun, fungsi ini bisa juga digunakan oleh jaringan saraf yang nilai outputnya 0 atau 1 [3]

fungsi sigmoid dirumuskan sebagai berikut : Fungsi Step dirumuskna sebagai :

dengan :

(1)

2.4 Arsitektur Jaringan Metode

Backpropagation

Jaringan saraf terdiri dari 3 lapisan, yaitu lapisan masukan/input terdiri atas variable masukan unit sel saraf, lapisan tersembunyi dan lapisan keluaran/output. Lapisan masukan digunakan untuk menampung 23 variabel yaitu X1 sampai dengan X23, lapisan tersembunyi terdiri atas 5 unit sel saraf, lapisan tersembunyi ditentukan sendiri oleh pengguna sistem melalui cara percobaan konvergensi terbaik (trial and

error) sampai diperoleh hasil konvergensi

pelatihan yang paling baik (jumlah epoch terkecil). dan lapisan keluaran/output terdiri atas 5 sel saraf, lapisan keluaran digunakan untuk mempresentasikan pengelompokan pola, nilai 00001 untuk Opium+Heroin, nilai 00010 untuk Morphine, nilai 00100 untuk Cocain, nilai 01000 untuk Marijuana, dan nilai 10000 untuk Sintetik (Pethidin + Methadon)[4]. Gambar 2 merupakan arsitektur jaringan saraf tiruan.

Gambar 2. Arsitektur Jaringan Untuk Mendeteksi Penyalahgunaan Narkotika

2.5 Inisialisasi Input

Pada tahap ini dilakukan proses inisialisasi data input yang diperoleh dari gejala-gejala/kriteria dan seluruh jennies narkotika. Nilai terhadap variable ditentuka Antara 0 sampai 1 disesuaikan dengan kasus dari masing gejala.

Tabel 1. Kriteria dan Inisialisasi Gejala Narkotika

No Kriteria Yang Dinilai Inisialisasi

1 Nafsu Makan Hilang X1

9 Ketergantungan Fisik

Mental X9

10 Perasaan Tertekan X10

11 Kejang-kejang X11

12 Kecanduan X12

13 Ketagihan X13

14 Paru-paru terganggu X14

(3)

22 Susunan Syaraf Pusat

Rusak X22

23 Sembelit X23

2.6 Inisialisasi Output

Hasil yang diiinginkan pada tahap ini adalah terdeteksinya suatu nilai untuk mendeteksi narkotika. Tabel 2 berikut adalah nilai target keluaran.

Tabel 2. Prediksi dan Inisialisasi Narkotika

No

Prediksi Penyalahgunaan

Narkotika

Inisialisasi

1 Opium + Heroin 00001

2 Morphine 00010

3 Cocain 00100

4 Marijuana 01000

5

Sintetik (Pethidin +

Methadon) 10000

3. HASIL dan PEMBAHASAN

Pada bab ini dibahas mengenai implementasi dan pengujian dari jaringan saraf tiruan dengan metode backpropagation, dimulai dari menjelaskan pengujian (Matlab), pemrograman jaringan saraf tiruan

(Backpropagation), langkah pengolahan data

dengan Matlab dan pelatihan jaringan saraf tiruan.

3.1 Pengujian Sistem

Pengujian jaringan saraf tiruan metode

backpropagation untuk mendeteksi

penyalahgunaan narkotika dilakukan untuk melihat apakah sistem jaringan saraf ini sudah sesuai dengan kondisi sebenarnya atau tidak. Pengujian jaringan saraf tiruan ini dibagi menjadi beberapa tahap yaitu:

3.1.1Tahap Inisialisasi

Pada tahap ini sistem jaringan saraf diberikan masukan berupa nilai parameter inisialisasi yang terdiri dari :

Jumlah sel lapisan masukan terdiri dari 23 simpul input

Jumlah sel lapisan tersembunyi dicari berdasarkan percobaan (trial and error) dengan cara mengubah konstanta belajar dan lapisan tersembunyi secara terus menerus sampai diperoleh konfigurasi terbaik yaitu jumlah epoch yang terkecil. Pada sistem deteksi penyalahgunaan narkotika ini diperoleh konfigurasi lapisan tersembunyi adalah 5 simpul.

Jumlah lapisan keluaran terdiri dari 5 simpul yaitu Opium + Heroin, Morphine, Cocain, Marijuana dan Sintetik (Pethidin + Methadon).

Learning rate (α) = 0.5

Maksimal error = 0.01 Maksimal epoch = 10000 Fungsi Aktivasi = Logsig.

3.1.2 Tahap Pelatihan

Pada tahap ini sistem jaringan saraf diberikan 25 data sampel penilaian penyalahgunaan narkotika untuk dilatihkan sebagai proses pembelajaran. Untuk mendapatkan nilai keluaran, yang pertama harus dilakukan adalah menentukan matriks masukan dan matriks target. Berikut dapat di lihat Tabel 3.

Tabel 3. Data Pelatihan

Adapun hasil pelatihan yang dilakukan dengan jaringan saraf tiruan adalah:

Gambar 3. Hasil Pengujian Data Pelatihan dengan 2704 iterasi

(4)

Columns 1 through 7

0.0073 0.0180 0.0180 0.8881 0.0073 0.0128 0.0763

0.0040 0.9252 0.9252 0.0160 0.0040 0.0790 0.0024

0.1009 0.0472 0.0472 0.0395 0.1009 0.0003 0.8970

0.0140 0.0660 0.0660 0.0007 0.0140 0.9116 0.0032

0.7802 0.0082 0.0082 0.0019 0.7802 0.0080 0.1109

Columns 8 through 14

0.0128 0.0128 0.0763 0.0180 0.0073 0.0073 0.0763

0.0790 0.0790 0.0024 0.9252 0.0040 0.0040 0.0024

0.0003 0.0003 0.8970 0.0472 0.1009 0.1009 0.8970

0.9116 0.9116 0.0032 0.0660 0.0140 0.0140 0.0032

0.0080 0.0080 0.1109 0.0082 0.7802 0.7802 0.1109

Columns 15 through 21

0.8881 0.0180 0.8881 0.0763 0.0073 0.8881 0.0763

0.0160 0.9252 0.0160 0.0024 0.0040 0.0160 0.0024

0.0395 0.0472 0.0395 0.8970 0.1009 0.0395 0.8970

0.0007 0.0660 0.0007 0.0032 0.0140 0.0007 0.0032

0.0019 0.0082 0.0019 0.1109 0.7802 0.0019 0.1109

Columns 22 through 25

0.0128 0.0073 0.0128 0.8881 0.0790 0.0040 0.0790 0.0160 0.0003 0.1009 0.0003 0.0395 0.9116 0.0140 0.9116 0.0007 0.0080 0.7802 0.0080 0.0019

Pada pelatihan yang dilakukan dengan MATLAB didapat hasil yang dapat dilihat pada tabel 4 dan tabel 6 di bawah. Pada proses pelatihan jaringan saraf tiruan aini akan berhenti jika iterasi telah sampai pada batas maksimum yaitu 10.000 iterasi, atau pelatihan akan berhenti jika MSE (Mean Square Error) telah berada dibawah target error, disini diketahui target

errornya sebesar 0.01. Dengan pelatihan di atas

dapat dilihat output yang sesuai dengan target. Di mana untuk nilai output actual diambil yang bernilai 1. Adapun parameter penilaian output actual dengan fungsi aktivasi : Y = untuk melihat hasil pelatihan yang dilakukan oleh jaringan saraf tiruan dengan target yang telah ditentukan dapat dilihat pada tabel 4 sebagai berikut:

Tabel 4. Pengujian Data Pelatihan Untuk Arsitektur 23-5-5

3.1.3 Tahap Pengujian

Tahap pengujian merupakan tahapan yang digunakan untuk menguji data penelitian yang telah didapat pada JST, dimana sebelumnya telah dilatih data penelitian pada proses pelatihan. Pada data pengujian ini telah ditetapkan hasil keluaran atau target. Data pengujian berfungsi untuk menguji ke akuratan sistem JST yang telah dibuat. Data pengujian dapat dilihat pada Tabel 5.

Tabel 5. Data Pengujian

Adapun grafik hasil pengujian data baru dengan 10 sampel data yang dilakukan dengan jaringan saraf tiruan adalah:

Gambar 4. Grafik Hasil Data Pengujian dengan 6341 iterasi

(5)

a =

untuk melihat hasil pengujian 10 data baru yang dilakukan oleh jaringan saraf tiruan dengan target yang telah ditentukan dapat dilihat pada tabel 6 sebagai berikut:

Tabel 6. Pengujian Data Baru Untuk Arsitektur 23-5-5

Keterangan :

HPU = Hasil Pengujian

KJST = Ketepatan Jaringan Saraf Tiruan

Kemudian Untuk memperoleh konfigurasi terbaik maka dilakukan beberapa pengujian dengan berbagai model arsitektur jaringan saraf tiruan yaitu 23-5-5, 23-10-5, 23-15-5, 23-20-5, dan 23-25-25 Berikut ini merupakan tabel hasil pelatihan jaringan saraf tiruan dari 5 arsitektur tersebut dengan perubahan nilai hidden layer.

Tabel 7. Tabel Perubahan Nilai Uji Coba Data

Pengujian Dengan Perubahan Nilai Hidden

Layer dilakukan dapat diambil kesimpulan bahwa suatu arsitektur mempunyai kinerja sangat bagus jika nilai MSE berada di bawah nilai error yaitu 0.01. Dari uji coba yang dilakukan diperoleh parameter yaitu learning rate sebesar 0.5, toleransi error 0.01, maksimal epoch 6341 dan hidden layer 5 dengan nilai MSE 0.00999889. Parameter tersebut dipilih menjadi parameter terbaik karena menghasilkan jumlah iterasi yang memiliki nilai akurasi MSE yang cukup baik, karena nilai MSE paling kecil dari arsitektur yang lain serta nilai MSE dibawah dari nilai error yang ditentukan.

4. KESIMPULAN

Berdasarkan hasil dari analisis pada tahap pelatihan dan tahap pengujian deteksi penyalahgunaan narkotika ini didapat beberapa kesimpulan, antara lain:

Metode backpropagation dapat digunakan untuk menyelesaikan masalah untuk mendeteksi penyalahgunaan narkotika dengan menggunakan lima pola tampilan

output yang terdiri dari Opium/ Heroin, Morphine, Cocain, Marijuana dan

Sintetik (Pethidin + Methadon).

Pengujian jaringan saraf dilakukan dengan memasukkan data pelatihan dan pengujian dan diperoleh hasil pengujian sampai 100% sesuai dengan target yang di inginkan Pelatihan terhadap jaringan saraf dengan 23 sel lapisan masukan dilakukan pada 25 data sampel yang terdiri dari 6 data dengan pola keluaran Opium + Heroin, 5 data dengan pola keluaran Morphine, 5 data dengan pola keluaran Cocain, 4 data dengan pola keluaran Marijuana dan 5 data dengan pola kularan Sintetik (Pethidin + Methadon).

5. SARAN

Berdasarkan pengujian yang telah dilakukan pada jaringan saraf tiruan yang telah dibuat, tentunya masih ada kekurangan dan kelemahan yang terjadi sehingga perlu dikembangkan lagi agar kinerjanya lebih baik. Adapun saran untuk pengambangan penelitian ini adalah:

Untuk pengembangan penelitian yang lebih baik lagi dapat membuat suatu perangkat lunak untuk mengimplementasikan jaringan saraf tiruan dengan metode backpropagation

untuk mendeteksi penyalahgunaan narkotika agar lebih mudah dipahami oleh masyarakat awam.

Setelah dilakukan pelatihan dan pengujian untuk mendeteksi penyalahgunaan narkotika menggunakan jaringan saraf tiruan metode

backpropagation, disarankan agar diadakan

(6)

metode-metode lainnya agar dapat di ambil kesimpulan metode apa yang paling baik dalam kasus mendeteksi penyalahgunaan narkotika.

6. DAFTAR PUSTAKA

[1] Marleni, et.al, (2012). Pengembangan Sistem Jaringan Syaraf Tiruan Dalam Memprediksi Jumlah Dokter Keluarga

Menggunakan Backpropagation (Studi

Kaus : Regional X Cabang Palu) , Seminar

Nasional Teknologi Informasi dan

Komunikasi.

[2] T. Sutojo, Edy Mulyant dan Vincent Suhartono, (2011). Kecerdasan Buatan,

Andi Yogyakarta

[3] Novi Indah Pradasari, et.al, Jaringan

Syaraf Tiruan Untuk Memprediksi

Penyakit Saluran Pernafasan Dengan Metode Backpropagation, Jurnal Coding Vol , No.1 Juli 2013.

[4] Iskandar Zulkarnain, 2012, Sistem

Pendeteksi Penyalahgunaan Narkoba

Menggunakan Jaringan Saraf Tiruan Model Backpropagation, Jurnal Saintikom Vol. 10/No. 2/Mei 2010

Gambar

Gambar 2. Arsitektur Jaringan Untuk
Tabel 3. Data Pelatihan
Tabel 4. Pengujian Data Pelatihan Untuk
Tabel 6. Pengujian Data Baru Untuk Arsitektur

Referensi

Dokumen terkait

Dari data hasil percobaan didapat bahwa semakin besar kecepatan pengadukan yaitu pada 600 rpm maka CNSL yang didapat (Ca) akan semakin besar pada waktu ekstraksi

Simpulan penelitian ini adalah CPOT merupakan instrumen penilaian nyeri yang lebih tepat dan cermat dibanding dengan skala COMFORT, namun tidak terdapat perbedaan reliabilitas

Pengujian pada periode penyimpanan 2 dan 3 bulan, karena larva tersedia dalam jumlah terbatas maka setiap tanaman pot disemprot sesuai dengan perlakuan lalu

Tujuan dari percobaan ini adalah mengamati pengaruh penambahan larutan alcohol dan nikotin pada pembuluh arteri atau vena sirip ekor benih ikan mas terhadap laju

Kesimpulan Dari hasil penelitian dan pembahasan yang telah dipaparkan pada bab sebelumnya, dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut: 1 Implementasi UU Nomor 8 Tahun 2012

Untuk memastikan apakah novel Merindu Baginda Nabi ini mengandung pesan dakwah, maka penulis meneliti dengan menggunakan metode analisis wacana kritis Teun A

Dimana dalam mengatasi permasalahan tersebut dapat dilakukan dengan meningkatkan rasa minat dan prestasi belajar pada siswa dengan menggunakan berbagai metode

Ketepatan shooting penalti yang dihasilkan siswa SMP N 2 Pandak masih kurang, hal ini dikarenakan kurangnya dukungan dari faktor fisik seperti kekuatan otot tungkai