• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERBEDAAN PERCEPATAN LAHIRNYA PLASENTA ANTARA POSISI TERLENTANG DENGAN POSISI ELEVATED RECUMBENT (SETENGAH DUDUK)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "PERBEDAAN PERCEPATAN LAHIRNYA PLASENTA ANTARA POSISI TERLENTANG DENGAN POSISI ELEVATED RECUMBENT (SETENGAH DUDUK)"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

119

(SETENGAH DUDUK)

Virgin Norma Fatimah, Teten Tri Murtiwi, Sri Yuni Puspasari,Mariah Ulfah Akademi Kebidanan Graha Mandiri Cilacap

Jn. Dr. Soetomo no 4B Cilacap, telpon: 0282534908 Email: vaira_zulfah@yahoo.co.id

Abstract: Cases of haemorrhage in Cilacap General Hospital in May as many as 10 cases of 147 births. While the incidence of placenta retention 1 case of 147 births. Data June there were 4 cases of haemorrhage and placenta retention as much as 3 cases of 153 births, the average time of the birth of the placenta is 10 minutes. A total of 153 patients (100%) in the month of June 2013 the position of third stage of labor with the supine position. Objective : to know the difference acceleration of the birth of the placenta between supine position with elevated recumbent position in Cilacap General Hospital. Methods : The research used in this studi was a quantitative analysis of the Quasi experimental design with a sample of 66 women giving birth vaginally with inclusion criteria of gestational age > 20 weeks, not having retained placenta.

Keywords: Third Stage Labor, Maternal Position In The Third Stage, Elevated Recumbent.

Abstrak: Perbedaan Percepatan Lahirnya Plasenta Antara Posisi Terlentang dan Posisi Elevated Recumbent (Setengah Duduk). Kasus perdarahan di Rumah Sakit Umum Cilacap pada bulan Mei sejumlah 10 kasus dari 147 kelahiran. Sementara pada kejadian plasenta retensi terdapat 1 kasus dari 147 kelahiran. Data pada bulan Juni ada 4 kasus perdarahan dan retensi plasenta sebanyak 3 kasus dari 153 kelahiran, waktu rata-rata kelahiran plasenta adalah 10 menit. Sebanyak 153 pasien (100%) pada bulan Juni 2013 posisi persalinan kala tiga dengan posisi terlentang, Tujuan: untuk mengetahui perbedaan percepatan lahirnya plasenta antara posisi terlentang dengan posisi elevated recumbent di RSUD Cilacap. Metode penelitian yang digunakan adalah analisis kuantitatif dari desain eksperimental kuasi dengan sampel 66 wanita melahirkan melalui vagina dengan kriteria inklusi usia kehamilan > 20 minggu, tidak memiliki retensi plasenta.

(2)

PENDAHULUAN

Survey Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2012 masih

diperkirakan sebanyak 226 kematian dari 100.000 kelahiran hidup. Demikian

pula angka kematian di Jawa Tengah yang mencapai 114 kematian dari 100.000

kelahiran hidup, sedangkan angka kematian ibu mencapai 147/100.000 kelahiran

hidup di Banyumas (DinKes Kabupaten Banyumas, 2009). Angka Kematian Ibu

di Cilacap pada tahun 2012 terdapat 34 kasus dari 30.564 kelahiran atau sebesar

111/100.000 kelahiran hidup (Suara merdeka, 2013). Penyebab kematian ibu

salah satunya adalah perdarahan postpartum, yang disebabkan karena kala III

yang lama, sehingga kala III adalah tahapan yang penting.

Kala III persalinan dimulai dengan lahirnya bayi sampai dengan fase

pelepasan plasenta pada dinding uterus. Pelepasan plasenta terhadap dinding

uterus akan menyebabkan sinus terbuka dan menyebabkan perdarahan

(Mahbaebeuh Taubi,et al: 2012). Kala III merupakan waktu yang paling krisis

untuk mencegah perdarahan post partum adalah ketika plasenta lahir dan segera

setelah itu (Saifuddin, 2002).

Hasil studi pendahuluan yang telah dilakukan, diketahui bahwa angka

kejadian perdarahan di RSUD Cilacap pada bulan Mei sebanyak 10 kasus dari

147 kelahiran. Kejadian retensio plasenta sebanyak 1 kasus dari 147 kelahiran.

Pada bulan Juni terdapat 4 kasus perdarahan dan retensio plasenta sebanyak 3

kasus dari 153 kelahiran, rata rata waktu lahirnya plasenta adalah 10 menit.

Sebanyak 153 pasien (100 %) di bulan Juni 2013 posisi kala III persalinan

dengan posisi terlentang, Kadang-kadang plasenta dapat keluar dari lokasi ini

oleh adanya tekanan intraabdominal. Namun wanita yang berbaring dalam

posisi terlentang tidak dapat mengeluarkan plasenta secara spontan (Pribakti,

2001). Penulis tertarik untuk melakukan eksperimen membedakan antara posisi

terlentang dengan elevated recumbent terhadap percepatan lahirnya plasenta.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui adanya perbedaan percepatan lahirnya

plasenta antara posisi terlentang dengan posisi elevated recumbent (setengah

(3)

METODE PENELITIAN

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis

kuantitatif dengan rancangan Quasi eksperiment.Penelitian dilakukan di RSUD

Cilacap pada tanggal 10 Juni – 10 Juli 2013. Variabel Penelitian: variabel independent dalam penelitian ini adalah posisi terlentang dan posisi elevated

recumbent (setengah duduk) danvariabel dependent dalam penelitian ini adalah

percepatan lahirnya plasenta. Populasi dalam penelitian ini adalah semua ibu

bersalin kala III di RSUD Cilacap periode 10 Juni-10 Juli 2013. Sampel

penelitian adalah semua ibu bersalin kala III di RSUD Cilacap periode 10

Juni-10 Juli 2013 dengan kriteria inklusi umur kehamilan > 20 minggu dan tidak

mengalami retensio plasenta. Sampel yang memenuhi syarat berjumlah 66

reponden.

Teknik pengambilan sampel dengan menggunakan metode incidental

sampling. Alat yang digunakan pada penelitian ini adalah stopwatch, ganjal

(bantal) punggung, dan lembar hasil observasi. Pengumpulan data dilakukan

dengan observasi langsung pada pasien dan mengambil data dari rekam medik

pasien. Metode pengolahan data: editing, coding, tabulating. Analisis Data

dilakukan secara deskriptif analitik, analisis data univariat dengan melihat nilai

rata-rata (mean), analisis bivariatdengan uji independent sample t-test.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Rata-rata percepatan lahirnya plasenta pada posisi elevated adalah

4.0859 menit dengan standar deviasi 1.96174. sedangkan pada posisi terlentang

adalah 8.9572 menit dengan standar deviasi 2.97778. Pada uji levene nilai p =

0.016 sehingga varians berbeda. Dari hasil diatas didapat nilai 0,000, sehingga

dapat disimpulkan bahwa pada alpha 5% terdapat perbedaan yang signifikan

rata-rata percepatan kelahiran plasenta antara ibu yang posisi terlentang dengan posisi

elevated recumbent (setengah duduk).

Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan bahwa posisi

setengah duduk (elevated recumbent) dapat mempersingkat durasi tahap ketiga

(4)

bahwa posisi elevated recumbent (setengah duduk) akan meningkatkan tekanan

abdominal dan juga sebagai efek dari gaya gravitasi sehingga akan mempercepat

kelahiran plasenta( Varney, 2007). Berbeda dengan pada wanita yang berbaring

dalam posisi terlentang tidak dapat mengeluarkan plasenta secara spontan

(Pribakti, 2001).

Posisi tegak, berlutut, jongkok dan elevated recumbent mungkin

mempertinggi gaya gravitasi dan meningkatkan tekanan intraabdominal, yang

mungkin mempercepat putaran pada proses kelahiran plasenta. Kehilangan darah

lebih mudah diobservasi dari banyaknya cairan yang mengalir keluar dari vagina.

Posisi mana saja yang diambil, menggunakan penjepit, bantal dan dukungan fisik

dari pasangan yang mau membantu untuk menjamin kepuasan wanita yang

sempurna pada kala III sampai selesai (Bothacit Sweet, et.al., 2000).

Tekanan intraabdominal dapat diperoleh dengan mempertinggi gaya

gravitasi. Gaya gravitasi berhubungan dengan posisi ibu, diantaranya yaitu posisi

tegak, berlutut, jongkok dan elevated recumbent (setengah duduk). Varney

(1997) dan hal ini sesuai dengan rumus fisika yaitu; tekanan akan dipengaruhi

oleh besarnya gaya yang berbanding terbalik dengan luas permukaan

(Foster, 2004).

Berdasarkana rumus di atas, apabila diterapkan pada ibu dengan posisi

elevated recumbent maka luas permukaan rongga uterus (A) menjadi semakin

sempit, sedangkan gaya-gaya yang berasal dari kontraksi uterus serta gaya dari

upaya ibu untuk meneran saat lahirnya plasenta (F) semakin besar, dengan gaya

yang semakin besar dan luas permukaan semakin kecil maka tekanan (P) yang

dihasilkan semakin besar sehingga akan membantu mempercepat penurunan dan

pengeluaran plasenta. Posisi elevated recumbent memudahkan penurunan dan

pengeluaran ke vagina sebagai efek dari gaya gravitasi. Posisi tegak, berlutut,

jongkok dan elevated recumbent mungkin mempertinggi gaya gravitasi dan

meningkatkan tekanan intraabdominal, yang mungkin mempercepat putaran pada

(5)

Kehilangan darah lebih mudah diobservasi dari banyaknya cairan yang

mengalir keluar dari vagina. Posisi mana saja yang diambil, menggunakan

penjepit, bantal dan dukungan fisik dari pasangan yang mau membantu untuk

menjamin kepuasan wanita yang sempurna pada kala III sampai selesai. Tekanan

intraabdominal dapat diperoleh dengan mempertinggi gaya gravitasi. Gaya

gravitasi berhubungan dengan posisi ibu, diantaranya yaitu posisi tegak, berlutut,

jongkok dan elevated recumbent (Varney, 1997).

Wanita boleh mengambil posisi apapun yang paling nyaman, posisi dorso

cranial sebaiknya dihindarkan karena bagaimanapun juga membuktikan bahwa

wanita akan mengalami kesulitan untuk melahirkan plasenta karena melawan

gaya gravitasi. Jika wanita mengambil posisi semi recumbent dan diberi

dukungan maka dia merasa nyaman dan tidak terganggu. Wanita boleh

mengambil posisi berjongkok (variasi yang menyangkut posisi berjongkok) akan

kering, merasa nyaman dan dia akan memerlukan dukungan seperti yang telah

diuraikan untuk kelahiran (Sweet, et.al., 2000).

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa:

rata-rata percepatan lahirnya plasenta dengan posisi elevated recumbent adalah

4.0589 menit, rata-rata percepatan lahirnya plasenta dengan posisi terlentang

adalah 8.9572 menit, terdapat perbedaan percepatan lahirnya plasenta antara

posisi terlentang dengan posisi elevated recumbent (setengah duduk) di RSUD

Cilacap.

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi. 2002. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek.

Rineka Cipta. Jakarta.

Bennet, R. Ruth., Linda K. Brown. 2007. Myles Text Books For Midwifery. Churchill Livingstone. London

Cunningham, Gary. 2005. Obstetri William. EGC. Jakarta.

(6)

Fraser, Diane. 2003. Myles Textbook for Midwives Edisi 14. EGC. Jakarta.

Foster, Bob. 2004. Fisika Terpadu. Erlangga. Jakarta.

Kumala, Poppy . 1996. Kamus Saku Kedokteran Dorland. EGC. Jakarta.

Mahbeubeuh, et al. 2012. The Duration of The Third stage of Labor and Related Factor. www.mui.ac.id . Diakses tanggal 12 Juli 2013.

Poerwodaminto, H.J.S. 2003. Kamus Umum Bahasa Indonesia. Edisi ke-3. Balai Pustaka. Jakarta.

Prawirohardjo, Sarwono. 2002. Ilmu Kebidanan. Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo. Jakarta.

Pribakti, B. 2001. Penatalaksanaan Perdarahan Pasca Persalinan Akibat

Retensio Plasenta. http://www.tempo.co.id/medika/arsip/042001/sek-1.htm.

Diakses tanggal 10 Februari 2012.

Saifuddin. 2002. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal Neonatal. Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo. Jakarta.

Sopiyudin, Dahlan. 2011. Statistika untuk kesehatan. Salemba Medika. Jakarta.

Sugiono. 2004. Statistik Nonparametris Untuk Penelitian. Alfabeta. Bandung.

Sweet, Betty. 2000. Mayes’ Midwifery A Textbook for Midwives. Edisi ke-12. Bailliere Tindall. London.

Varney, Helen. 2007. Varney’s Midwifery. Jones and Bartlett Publishers. London.

Referensi

Dokumen terkait

Pendapat lain disampaikan oleh bapak AF bahwa: “Motivasi berupa materi mampu menjadikan seorang karyawan lebih semangat dalam menjalankan pekerjaannya sesuai dengan

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku, pengetahuan dan

Sebenarnya masih banyak kasus seperti itu terjadi di masyarakat, tetapi rasa keberatan tidak berani diungkapkan baik kepada yang berwenang apalagi kepada pers. Akibatnya,

Isolat LSC9 dibudidayakan pada media serbuk gergajian kayu sengon (SGS), tandan kosong kelapa sawit (TKKS) dan campuran kedua media tersebut (C) dengan perbandingan

Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Agnes T, Palupi T dan Florida H menyatakan bahwa mengkonsumsi kacang hijau sebanyak 100 gr/hari dalam 300 ml

Surat Lamaran Pekerjaan (ditulis tangan sendiri dan bermaterai 10.000), tanggal Surat Lamaran disesuaikan dengan tanggal pendaftaran ditujukan Kepada Ketua

Dan, boleh jadi, dapat menjadi peluang usaha Ibu rumah tangga pencinta keterampilan (home industry) dan tentu dapat menambah penghasilan keluarga”. Tujuan yang ingin

Selain itu, paradigma birokrasi tentang pendidikan Islam selama ini lebih didominasi pendekatan sektoral dan bukan pendekatan fungsional, sebab pendidikan Islam