• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Logika Perang dan Damai dalam P

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Analisis Logika Perang dan Damai dalam P"

Copied!
33
0
0

Teks penuh

(1)

UNIVERSITAS PADJADJARAN

Perang dan Damai

Analisis Logika Perang dan Damai dalam Perang Vietnam (1961-1975)

Annisa Rizki Aulia 170210110017

Ravio Patra Asri 170210110019

Denisa Ruvianty 170210110051

Greaty Fitraharani 170210110085

Diwintya Fernidyanti 170210110103

Shinta Permata Sari 170210110111

Viddy M. Naufal Ranawijaya 170210110131

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK PROGRAM STUDI HUBUNGAN INTERNASIONAL

(2)

Latar Belakang

Perpecahan di Vietnam yang terjadi pada tahun 1961-1975, tepatnya pada masa Perang Dingin, telah menimbulkan banyak pertanyaan. Konflik yang merupakan bentuk nyata dari Perang dingin ini dikenal oleh Bangsa Amerika dan Barat sebagai Perang Vietnam, namun penyebutan ini sering dianggap sebagai perendahan tentang apa yang terjadi di Vietnam pada saat itu. Maka untuk rakyat Vietnam yang melihat banyaknya intervensi asing lebih menyukai untuk menyebutnya Perang Amerika atau kaum komunis lebih senang untuk menyebutnya Perang Perlawanan Melawan Amerika Serikat.

Intervensi asing memang terlihat banyak terutama dalam timbulnya eskalasi dan perpecahan di Vietnam Selatan, pemerintah melawan beligerensi yaitu National Liberation Front. Dinamika politik dunia terutama mengenai perang Vietnam berubah-ubah pada saat itu, seiring dengan pergantian rezim dari negara yang membelakangi peristiwa, yaitu Amerika Serikat, yang diakhiri dengan pertanyaan besar yaitu invasi Vietnam Utara atas Vietnam Selatan atas respon penarikan tentara secara perlahan oleh Amerika Serikat.

(3)

Kronologi

Masa Prakolonialisme

Dominasi asing di Vietnam diawali dengan kedatangan Cina untuk menaklukan negara tersebut pada sekitar 111 SM (Wong 2012, h. 4-18). Pada saat itu, Dinasti Han yang sedang berkuasa mampu menaklukkan Delta Sungai Merah di Vietnam Utara. Setelah penaklukan tersebut, dinasti-dinasti lainnya di Cina ikut memerintah Vietnam hingga sekitar 1000 tahun lamanya. Hubungan rumit dikembangkan antara keduanya, dimana Vietnam secara tidak langsung telah banyak mengadaptasi budaya dan kebiasaan-kebiasaan masyarakat Cina di dalam negaranya, mulai dari agama, teknologi, bahasa, arsitektur hingga ekeonomi. Proses adaptasi yang dilakukan masyarakat Vietnam pada saat itu, merupakan salah satu misi Cina untuk membangun sistem serupa dengan apa yang diterapkan oleh Cina. Cina menggunakan kedudukannya di Vietnam untuk menjajah hasil pertanian dan menerapkan sistem pemerintahannya di negara ini.

Dominasi Cina di Vietnam memicu pemberontakan pada masyarakat Vietnam. Pemberontakan ini dibuat untuk menghentikan control Cina dari Vietnam, salah satunya yang terkenal adalah pemberontakan yang dipimpin oleh Trung bersaudara (Trung Trac dan Trung Nhi). Pemberontakan didasari oleh rasa benci dua bersaudara tersebut pada pemerintahan Su Ting pada tahun 29 M yang sangat tamak dan banyak merugikan masyarakat Vietnam pada saat itu (Mori, 2013). Pemberontakan juga didasari pada balas dendam atas pembunuhan yang dilakukan Su Ting kepada Ti Sach, suami dari Trung Tac. Pemberontakan singkat tersebut membawa pengaruh sesaat pada kedudukan Cina di Vietnam yang meluas hingga ke prefektur Yue di Guangzi. Dua bersaudara ini akhirnya mampu mengusir kedudukan Cina di Vietnam pada tahun 39M dan mengangkat dirinya sebagai Ratu.

(4)

kembali untuk menguasai Cina. Trung bersaudara yang melihat kedatangan Cina untuk kedua kalinya, memutuskan untuk bunuh diri yang kemudian diikuti oleh para pengikutnya. Pada abad kesepuluh, Dinasti Tang runtuh karena tidak mampu membayar sumber daya untuk mempertahankan kontrolnya di Vietnam. Pada 939 M, tentara Vietnam akhirnya menyerang tentara Cina dengan pasukan yang lebih banyak di Haiphong. Vietnam akhirnya mampu mengalahkan Cina dan mendapatkan kedaulatan negaranya. Walaupun Cina terus berupaya untuk mendapatkan wilayah Vietnam kembali, tetapi rakyat Vietnam tetap mempertahankan kemerdekaannya melalui jalan diplomasi, pembayaran upeti ke ibukota Cina dan kampanye militer yang sukses melawan penjajahan. Aksi perlawanan rakyat Vietnam ini juga diadaptasi oleh keberanian Trung bersaudara dalam melawan dominasi Cina di wilayah ini.

Setelah merdeka, kerajaan Viet akhirnya memperluas ekspansinya ke wilayah Selatan. Hal ini didorong karena pertumbuhan ekonomi di wilayah utara yang tidak disertai dengan sumber daya yang melimpah. Ekspansi tersebut meluas hingga ke wilayah Delta Mekong yang subur. Pada tahun 1613, perang sipil kembali meledak yang akhirnya memisahkan Vietnam kedalam dua wilayah, yaitu Utara dan Selatan yang masing-masingnya diperintah oleh Trinh dan Nguyen.

(5)

Masa Kolonialisme

Masa Kolonialisme ditandai dengan masuknya Perancis ke wilayah Selatan Vietnam pada sekitar abad ke-19. Perancis berusaha mengambil alih seluruh wilayah termasuk wilayah Vietnam bagian utara. Perancis melakukan dominasinya di wilayah Vietnam, mulai dari mengambil alih pemerintahan dan juga sumber daya yang ada. Kaisar-kaisar di Vietnam bahkan tidak dapat berkutik karena para pejabat Perancis mengambil alih pemerintahan mereka. Nguyen Anh yang menjadi pemimpin Dinasti Nguyen telah meramalkan bahwa kekuatan Barat akan mulai mendominasi di Asia. Mengetahui hal tersebut, ia tetap memberikan kesempatan pada masuknya barang impor Barat dan mentoleransi masuknya christianity di wilayah Vietnam. Nguyen Anh tidak bermaksud untuk memberi keuntungan pada kedudukan Barat di Vietnam, termasuk Perancis.

Nguyen Anh kemudian memberikan tahtanya kepada anaknya yang dia anggap mampu memerintah dengan baik yaitu Minh Mang. Minh Mang memimpin dengan lebih otoriter dibandingkan ayahnya yang masih terbuka pada kehadiran Barat. Ia menolak kehadiran segala macam budaya barat yang menyebar di wilayah Vietnam. Ia berpedoman pada ajaran konfusiusme sebagai kepercayaan yang harus dimiliki seluruh masyarakatnya dan bagi sistem pemerintahannya. Ia tidak mengizinkan adanya christianity di wilayah tersebut, karena baginya itu berarti mengindikasikan bahwa Barat telah mendominasi. Prinsipnya tersebut kemudian direalisasikan melalui penangkapan para pendeta katolik di Vietnam dan warga Perancis yang berada di wilayah kekuasaannya.

(6)

kemudian. Vietnam tidak dapat berkutik dan menyerahkan tiga provinsi lainnya. Kontrol Perancis di Vietnam akhirnya meluas hingga ke seluruh wilayah Selatan Vietnam termasuk Mekong Delta yang terkenal akan kesuburan wilayahnya. Pada tahun 1867, Perancis mendirikan koloni mereka yang dikenal dengan nama Cochin China (Wong, 2012).

Awal abad ke-20 para ahli dari Vietnam yang telah banyak mendapatkan pendidikan di Perancis mengorganisasi pergerakan anti kolonial dan menyulut nasionalisme di Vietnam. Dibawah pimpinan Ho Chi Minh, kaum komunis Vietnam mengorganisasi kelompok-kelompok anti kolonial dalam sebuah gerakan bernama Viet Minh. Mereka akhirnya berhasil menduduki Hanoi dan Vietnam bagian utara. Setelah Perang Dunia II berakhir, pada 2 September 1945 Ho Chi Minh mengumumkan kemerdekaan Republik Demokratik Vietnam. Vietnam berhasil keluar dari dominasi Perancis.

Masa Pascakolonialisme

a. Indo-China War (1946-1954)

Perang Indo-china merupakan perang yang terjadi di wilayah Asia Tenggara, khususnya di Vietnam, Laos dan Kamboja. Perang ini terjadi atas dasar mempertahankan status kemerdekaan negara-negara tersebut dari ancaman penjajahan kembali. Di Vietnam khususnya, saat Perang Dunia II wilayahnya dikuasai oleh Jepang (Windrow 1998, h. 11). Pasca PD II dan kalahnya Jepang, sekutu, menyusun strategi untuk mengeluarkan Jepang dari Vietnam dan membagi Vietnam menjadi dua yaitu utara kepada Nasionalis Cina dan selatan kepada Britania Raya (Le 2011, h. 128-148).

(7)

muncul organisasi gerilya revolusioner yaitu Viet Minh yang berperan untuk mengusir Perancis hingga pasca kolonialisasi atau Perang Indo China pertama. Viet Minh dipimpin oleh Ho Chi Minh yang berasal dari Republik Demokratik Vietnam (Vietnam Utara). Viet Minh memperoleh kemajuan yang signifikan dalam mengusir Perancis di tahun 1954 (Dommen 2001, h. 252).

Pada tahun 1949, Perancis mendirikan Negara Vietnam (Vietnam Selatan) di bawah Bao Dai karena Bao tergolong kooperatif dengan Perancis di masa kolonial. Kedua wilayah ini, utara dan selatan saling bentrok dalam urusan cita-cita politik dan sosial serta tujuan nasionalnya. Wilayah-wilayah di Vietnam lainnya merasa bahwa upaya ini bukan merupakan langkah signifikan menuju kemerdekaan Vietnam, melainkan hanya menjadikan Vietnam sebagai negara boneka.

Melihat maksud Perancis tersebut, Ho Chi Minh merasa bargaining belum kuat sehingga memilih cara perundingan untuk merelakan ancaman terhadap kemerdekaan yang baru diproklamasikannya. Namun jurang perbedaan mereka tak terjembatani dengan perundingan, sehingga September 1946 tercapailah kesepakatan untuk tidak sepakat Neville , h. . Dengan posisi ini, maka Ho menyimpulkan bahwa satu-satunya cara mempertahankan kemerdekaan dan kedaulatan Vietnam hanyalah lewat senjata. Situasi ini muncul di bulan November 1946 dengan pecahnya konflik di kota pelabuhan Haiphong antara pasukan Perancis dengan Viet Minh.

(8)

perang ini bukanlah sekadar peperangan kolonial, melainkan sudah merupakan bagian dari Perang Dingin melawan ekspansi komunisme. Sehingga AS pun mulai termakan dengan apa yang menjadi doktrin Perancis itu.

Memasuki masa perang dingin, di Januari 1950, Uni Soviet dan Republik Rakyat Tiongkok mengakui pemerintahan Ho atas Republik Demokrasi Vietnam. Dengan pengakuan dua negara tadi, maka sekutu Uni Soviet di Eropa Timur, seperti Polandia, Romania, Cekoslowakia ikut memberikan pengakuan terhadap pemerintahan tersebut (Errington 1990, h. 63). Dalam perang kolonial ini, Perancis memiliki 100.000 pasukan terlatih dengan persenjataan lengkap, termasuk kekuatan udara dan laut, dipimpin oleh Jenderal Jean de Lattre de Tassigny. Sedangkan Viet Minh yang dibantu rakyat terdiri dari 150.000 orang. dengan persenjataan terbatas, memperoleh bantuan dari Partai Komunis Cina berupa bantuan militer (Moise 1998)

Melihat hal tersebut, AS tidak bisa lagi duduk diam sehingga ikut mengumumkan pengakuannya atas Perancis yang didukung Asosiasi Serikat Vietnam, yang dipimpin oleh Bao Dai. Kemudian, di bulan Mei, pemerintahan Truman juga memberikan bantuan militer dan ekonomi sebesar $15 kepada Vietnam Selatan dan Perancis untuk membangun tentara nasional Bao Dai dengan mengintegrasikan pasukan Cao Dai dan Hoa Hao, namun kedua kelompok tersebut memprotes hilangnya otonomi mereka, sehingga terpecahlah aliansi Perancis. Kemunduran tersebut mengakibatkan meningkatnya kebrutalan milisi Perancis dengan membakar desa-desa, memperkosa wanita, dan membunuh orang yang diduga berhubungan dengan Vietminh.

(9)

untuk diidentifikasi dilihat dari tampak tidak berbeda dari warga sipil. Namun, prestasi yang paling mengesankan dari para pejuang gerilya Viet Minh adalah bahwa mereka menyalip Red River Delta tanpa pertempuran besar. Taktik gerilya mereka dan intelijen sipil memungkinkan Viet Minh untuk mengalahkan Prancis.

b. Pembentukan Dua Negara

Pada tahun 1954, diplomasi dilakukan untuk mencapai kesepakatan di Perang Indochina dengan dibentuknya Perjanjian Jenewa (Geneva Accord) yang menghasilkan keputusan bagi Perancis untuk meninggalkan koloni mereka di Indocina (Cold War Museum 1998). Selain Perancis, pihak yang terlibat di konferensi ini antara lain Uni Soviet, AS, Britania Raya dan Cina (MFA PR China, 2000). Konferensi ini membagi Vietnam sementara menjadi dua, Democratic Republic of Vietnam yang dikuasai oleh Viet Minh dengan pimpinan Ho Chi Minh dan Republic of Vietnam yang di pimpin oleh Kaisar Bao Dai, tetapi tidak mengakhiri pertempuran yang terjadi di Vietnam. - Democratic Republic of Vietnam

Berdasarkan hasil perundingan Jenewa yang membagi Vietnam Utara dan Vietnam Selatan, Ho tidak menyetujui adanya pemisahan wilayah Vietnam. Ho sempat menyatakan diri memiliki kekuasaan atas seluruh wilayah Vietnam dan memerintahkan Viet Minh dan pasukan Vietnam Utara untuk berjuang di daerah Vietnam Selatan yang dipengaruhi oleh Ameriksa Serikat (Broucheux, 2011). Kemudian terjadilah perang saudara antara pendukung Ho (sebagian besar di Vietnam Utara) dan Vietnam Selatan di bawah pengaruh Amerika Serikat (BBC, 2014).

(10)

mengalahkan intervensi militer Amerika Serikat selama satu dekade dan bersembunyi dari Perdana Menteri Ngo Dinh Diem (pimpinan Vietnam Selatan yang didukung oleh AS) di bawah tanah (Whitman, 2010).

- Republic of Vietnam

Ngo Dihn Diem mucul menjadi tokoh baru di Vietnam Selatan. Ngo Dihn Diem

sebelumnya pernah diasingkan ke Tiongkok, juga pernah mengasingkan diri ke AS. Diem kembali saat diminta menjadi Perdana Menteri oleh Bao Dai. Ia merupakan tokoh yang cakap dalam melakukan hubungan luar negeri dan dapat memberikan kontribusi pembangunan modernisasi di Vietnam Selatan. Selain itu, Diem menghadapi beberapa tantangan dalam membantu pemerintahan Bao Dai saat itu seperti pemerintahan yang kacau dan daerah pedesaan yang berada dibawah kendali Cao Dai dan Hoa Hao.

(11)

melakukan penyiksaan dan pembunuhan terhadap orang-orang yang dicurigai komunis (Fitzgerald, 1972).

Sebagai bagian dari minoritas Katolik Vietnam, kebijakan-kebijakan tersebut membangkitkan amarah orang-orang Buddhis Vietnam. Sehingga terjadi konflik agama dalam bentuk protes-protes massal dan penyiksaan diri yang berpuncak pada upaya kudeta, dan eksekusi mati Diem dan adiknya Nhu (Mann, 2001).

Pendirian National Front for the Liberation Vietnam Selatan (NLF)

Pembatalannya pemilihan umum oleh Diem yang seharusnya sesuai dengan Perjanjian Jenewa, membuat kader Viet Minh yang meninggalkan selatan setelah negara terbagi, melakukan pemberontakan bersenjata. Pada Januari 1959 kongres partai di Hanoi mengusulkan untuk mendukung revolusi di Vietnam Selatan. Pada September 1960, Hanoi mengumumkan dua program, yaitu untk reformasi sosialis di Vietnam utara dan pembebasan bagi Vietnam Selatan dari pemerintah Saigon dan pendukung Amerikanya. Dengan restu Hanoi, pada Desember 1960 dengan 20 organisasi, menentang rezim Diem dan dukungannya kepada AS. Para revolusioner ini membentuk National Front for the Liberation Vietnam Selatan atau terkenal juga sebagai Viet Cong. Kelompok ini bertujuan untuk menumbangkan rezim Diem (Wilbanks, 2013).

(12)

Namun sayangnya mereka tidak terorganisir dengan baik dan tidak ada kepemimpinan di dalamnya. Ho Chi Minh paham bahwa tindakan kohesif akan jauh lebih efektif dan berbahaya bagi pemerintahan Diem. Ia menggunakan pengaruhnya untuk membentuk sebuah angkatan kohesif— National Front for the Liberation Vietnam Selatan. Pemimpinnya adalah Hua Tho—seorang pengacara yang bukan komunis, meskipun kebanyakan dari anggota NLF adalah komunis. NLF harus memenangkan hati dan pikiran ribuan masyarakat Vietnam Selatan yang tinggal di pedesaan dan memimpin gaya hidup para petani. NLF berjanji untk meredistribusi tanah, mengambil dari yang kaya dan memberikannya kepada yang miskin.

(13)

Usaha Perdamaian

Paris Peace Accords

Paris Peace Accords merupakan suatu kesepakatan perdamaian antra Vietnam Utara, Vietnam Selatan, dan Amerika Serikat, yang ditandatangani pada 27 Januari 1973 di Paris (Ken, 2013). Kesepakatan ini memang tidak mengakhiri Perang Vietnam yang telah berlangsung selama 2 dekade ini secara langsung, namun keberadaannya memiliki peran yang cukup signifikan terhadap akhir Perang Vietnam pada 1975.

Paris Peace Accords merupakan hasil Paris Peace Talks pada tahun 1968. Paris Peace Talks sendiri merupakan usaha penyelesaian konflik Perang Vietnam dengan jalan damai yang diinisiasikan oleh Amerika Serikat. Perang Vietnam merupakan perang terlama yang pernah diikuti oleh Amerika Serikat (PBS, 2000). Usaha penyelesaian secara damai diinisiasikan karena selain telah berlangsung lama, Perang Vietnam telah memakan korban sekitar 50.000 tentara Amerika Serikat belum lagi kerugian material yang begitu besar. Kerugian-kerugian ini pun menimbulkan sekitar 500.000 protes masyarakat Amerika Serikat pada tahun 1967, yang mempertanyakan apakah partisipasi Amerika Serikat dalam Perang Vietnam dapat sukses dan berlangsung efektif, serta justifikasi moral partisipasi Amerika Serikat dalam Perang Vietnam.

(14)

Selatan, dengan Vietnam yang mengajukan syarat bahwa penarikan pasukan akan dilakukan setelah Amerika Serikat menarik pasukannya dari Vietnam Selatan. Kelambanan proses perundingan ini juga disebabkan karena ketidaksediaan pihak Vietnam Selatan untuk berpartisipasi dalam perundingan damai dengan alasan bahwa perundingan merupakan perangkap dari pihak komunis dan merupakan tanda pengakuan terhadap Viet-Cong.

Negosiasi akhirnya mencapai titik pencerahan ketika Lyndon Johnson, pihak Amerika Serikat, memutuskan untuk menghentikan pemboman ke Vietnam Utara (Llewellyn, n.d). Hal ini dianggap sebagai suatu komitmen serius terhadap tercapainya penyelesaian yang damai. Pada Januari 1969, 5 hari setelah Richard Nixon naik menjadi Presiden Amerika Serikat, delegasi dari Amerika Serikat terbang ke Paris untuk secara formal berunding dengan Vietnam Utara, NLF, dan Vietnam Selatan, yang akhirnya mau turut serta dalam negosiasi (The VietnamWar, 2014).

Meskipun semua pihak yang terlibat dalam perang ini telah mau duduk bersama, sayangnya negosiasi ini tetap mengalami jalan buntu selama 4 tahun selanjutnya. Hal ini diakibatkan karena pernyataan dan kemauan masing-masing negara yang saling bertentangan. Vietnam Selatan menolak untuk mengakui kedaulatan Vietnam Utara dan NLF. Sedangkan Vietnam Utara tetap pada kemauannya agar Amerika Serikat mundur dari Vietnam Selatan. Sementara itu Amerika Serikat menuntut Vietnam Utara untuk mengakui dan menghormati kedaulatan Vietnam Selatan. Segala argumen dan tuntutan yang berbeda-beda ini tetap dipertahankan oleh masing-masing pihak, sehingga mengakibatkan perundingan ini tidak menemukan satu titik temu.

(15)

pernyataan Vietnam Utara yang mau mengakui kedaulatan Vietnam Selatan dengan syarat adanya proses pemilihan umum yang bebas yang diikuti dengan reformasi politik. Menanggapi hasil dari pertemuan diam-diam yang dilakukan oleh Vietnam Utara dan Amerika Serikat, presiden Vietnem Selatan, Nguyen Van Thieu sangat marah dan menolak untuk menerima perjanjian tersebut. Penolakan ini terjadi karena ia merasa bahwa hal ini akan merendahkan harga diri negaranya, karena hasil perundingan ini dianggap merupakan pemberian dari Viet-Cong.

Menanggapi penolakan Vietnam Selatan, Vietnam Utara pun marah dan mengancam untuk keluar dari negosiasi tersebut. Menanggapi respon kedua pihak ini, Amerika Serikat pun mengambil tindakan dengan melakukan Operasi Linebacker II, yaitu pemboman Hanoi, Vietnam Utara, pada 18 Desember 1972. Hal ini dilakukan karena Viet-Cong yang semakin kuat dan tindakannya yang semakin offensive sehingga menghambat proses perdamaian yang sedang berjalan (Kesby, 2012). Sedangkan terhadap Vietnam Selatan, untuk menunjukkan keseriusannya, Nixon menjanjikan bantuan militer sebesar 1 juta dollar, dan niat untuk memberikan 1 juta dollar ganti rugi lagi jika Vietnam Utara melanggar perjanjian tersebut.

Akhirnya dengan terpaksa kedua pihak setuju untuk melanjutkan negosiasi. Pada 15 Januari 1973, Amerika Serikat menghentikan pemboman terhadap Hanoi untuk menunjukkan keseriusan niatnya menegosiasikan perdamaian. Setelah 12 hari perundingan, tanggal 27 Januari 1973 akhirnya dihasilkanlah Paris Peace Accords yang ditandatangani oleh Amerika Serikat, Vietnam Selatan, Vietnam Utara, dan NLF.

Paris Peace Accords yang dihasilkan mengandung beberapa poin utama, yaitu (Rogers, 1973):

(16)

 Pembebasan dan pengembalian tawanan Vietnam Utara dan Vietnam Sealtan

 Rakyat Vietnam Selatan memiliki kebebasan untuk menentukan nasibnya sendiri, yang pelaksanaannya dilakukan dengan prinsip demokrasi.

 Proses reunifikasi Vietnam akan dilakukan dengan metode negosiasi yang damai antara kedua belah pihak tanpa campur tangan dari pihak lain.

Pengaruh Pergantian Rezim terhadap Perubahan Kebijakan Amerika Serikat Intervensi Amerika Serikat dalam Perang Vietnam diawali pada masa kepemerintahan Dwight David Eisenhower. Beberapa elemen kebijakan luar negeri Amerika Serikat yang dicanangkan oleh Amerika Serikat adalah memperkuat negara untuk dapat bertahan dalam Perang Dingin serta tidak segan-segan untuk menggunakan nuklir dalam memunculkan deterrence atau bahkan berperang dengan pihak-pihak komunis (UV, 2013). Berdasarkan elemen-elemen tersebut, dapat dikatakan bahwa Eisenhower benar-benar memerangi komunis. Hal ini ditandakan dengan niatnya dalam penggunaan nuklir dan fokusnya kepada bidang militer dalam rangka menekan keberadaan komunisme di dunia.

(17)

John F. Kennedy, Presiden Amerika Serikat yang menggantikan Eisenhower memiliki prinsip visi dan misi untuk membatasi perkembangan komunis dalam suatu kawasan, dalam hal ini metodenya adalah dengan terus membantu pemerintah Vietnam Selatan untuk mengurangi pengaruh komunis Vietnam Utara (Feinstein, 2006). Kennedy percaya akan keberadaan teori domino, di mana jika suatu negara dikuasai oleh komunis secara keseluruhan, hal ini akan berakibat pada negara sekitarnya. Dalam pidatonya, Kennedy menyatakan Pay any price, bear any burden, meet any hardship, support any friend…to assure the survival and success of Liberty (Barnsley, n.d.). Hal inilah yang mengakibatkan Amerika Serikat rela memberikan dukungan baik secara ekonomi maupun militer dalam jumlah besar kepada Vietnam Selatan, bahkan ketika bantuan tersebut sangatlah besar dan memberikan beban yang sangat berat terhadap Amerika Serikat.

Pasca terbunuhnya Kennedy, Lyndon B. Johnson pun menggantikannya. Tetapi selama kepemerintahan Johnson, kebijakan Amerika Serikat terhadap Vietnam masih serupa dengan Kennedy. Amerika Serikat dengan keantiannya terhadap komunis, tetap memberikan bantuan secara militer dan ekonomi bagi Vietnam Selatan.

(18)

mendasari tindakan Amerika Serikat yang agresivitasnya di Vietnam mulai berkurang dan lebih mendorong terjadinya kesepakatan dan perjanjian damai antara Vietnam Utara dan Vietnam Selatan.

Kejatuhan Saigon

Pasca penandatanganan Paris Peace Accords, pasukan Amerika Serikat sebagian besar ditarik dari Vietnam Selatan Bagi masyarakat Amerika Serikat, mungkin inilah akhir dari perang Vietnam. Sebenarnya masih disisakan sebanyak 159 tentara untuk mengamankan kedutaan Amerika Serikat, dan 50 tentara lainnya bagi Defense Attache s Office yang bertugas untuk mengawasi situasi Vietnam Selatan dan mengamankan bantuan keuangan dan persenjataan bagi Army of the Republic of Vietnam (Vietnam Centre and Archive, 2013). Selain itu, Amerika Serikat juga masih memberikan bantuan keuangan untuk menyokong Vietnam Selatan sebagai negara merdeka yang berdiri sendiri.

Pada tahun 1973, akibat perang Arab-Israel, distribusi minyak dunia terhambat sehingga terjadi krisis ekonomi yang sangat besar di Amerika Serikat (Larry, 2013). Hal ini mengakibatkan penurunan ekonomi Amerika Serikat. Masyarakat pun banyak yang memprotes alokasi dana yang cukup besar terhadap Vietnam Selatan. Nixon pun menyerakan surat pengunduran dirinya pada 1974 dan digantikan oleh Gerald Ford (Op. cit., n.d). Karena tekanan dari kongres dan masyarakat maka dana bantuan untuk Vietnam Selatan pun dipotong. Hal ini mengakibatkan ketidakmampuan Vietnam Selatan untuk membeli senjata dan memperkuat militernya.

(19)

Serikat, bantuan tidak dapat serta merta diberikan. Amerika Serikat pun mengirim tim pengamat untuk mengamati situasi Vietnam Selatan. Tim tersebut menyimpulkan bahwa harus ada bantuan dana yang segera terhadap Vietnam Selatan, karena dikhawatirkan Vietnam Selatan tidak akan dapat bertahan lebih lama lagi.

(20)

Analisis Perang Vietnam

Aktor Kunci

a. Democratic Republic of Vietnam

Democratic Republic of Vietnam (DRV) atau yang dikenal sebagai Vietnam Utara pertama kali di mendapatkan kemerdekaan pada tanggal 2 September 1945 melalui deklarasi Ho Chi Minh. Pada perang Vietnam tersebut, pada awalnya DRV enggan untuk merestui pemberontakan bersenjata di Selatan, tetapi sejak lama DRV telah mendukung kader-kader National Liberation Front (NLF) yang ada di Selatan. Sehingga pada jalan geriliya atau dikenal dengan jalan Ho Chi Min di sepanjang perbatasan Kamboja, disediakanlah suplai persediaan darah, persenjataan, dan prajurit dari Utara untuk membantu kekuatan Selatan dalam melakukan pemberontakan terhadap Amerika Serikat. Kematian Ho Chi Minh pada 3 september 1969, telah membangkitkan penerusnya yang menganggap kekalahan Amerika Serikat dan aliansi Vietnam Selatan adalah suatu tugas suci, bukan masalah untuk berkompromi atau berkapitulasi terhadap taktik carrot-and-stick Nixon. Meskipun demikian, Uni Soviet menekan DRV untuk membatalkan penolakan awal mereka untuk bernegosiasi. Sementara itu RRT mendukung mereka untuk melanjutkan perjuangan.

b. Soviet Union

(21)

dilakukan oleh Amerika Serikat. Alasan utama dukungan Soviet ini adalah untuk menjatuhkan pengaruh Amerika Serikat di Vietnam Selatan serta menyebarkan pengaruh komunis ke Vietnam Selatan. Hal ini terjadi karena pada masa itu tengah terjadi ketegangan antara Amerika Serikat dan Uni Soviet atau dikenal dengan Perang Dingin, sehingga kedua negara berlomba untuk memperkuat kekuatan atau pengaruhnya di wilayah Vietnam.

c. National Liberation Front

National Liberation Front (NLF) adalah gerakan perlawanan di dalam Vietnam Selatan yang terbentuk pada tanggal 20 Desember 1960. NLF terdiri dari berbagai organisasi masyarakat diantaranya asosiasi petani, pekerja, penulis, pemuda, mahasiswa, perempuan, berbagai kelompok agama, hingga etnis minoritas. NLF sendiri terbentuk karena adanya rasa kekecewaan warga Vietnam Selatan yang terus tumbuh terhadap rezim pemerintahan Ngo Dinh Diem, hingga pada akhirnya timbul keinginan untuk melakukan revolusi terhadap rezim Diem dan salah satunya adalah dengan membentuk NLF. Bersatunya masyarakat yang kecewa terhadap rezim Diem dalam NLF, telah membawa mereka kepada pengaruh-pengaruh pemikiran komunis yang sangat bertolak belakang dengan tujuan Diem untuk membendung masuknya komunis kedalam Vietnam Selatan. Sehingga bergabungnya NLF pada aliran komunis membawa kelompok ini berhasil melakukan perang geriliya untuk menjatuhkan rezim Diem dan melepaskan diri dari pengaruh Amerika Serikat dengan bantuan dari negara-negara komunis yaitu DRV, Uni Soviet dan RRT.

d. United States

(22)

Indochina pertama. Kemudian Amerika Serikat melihat potensi Vietnam untuk menekan penyebaran pengaruh komunis pada wilayah Asia Tenggara karena letaknya yang dianggap sebagai garis depan untuk masuk ke dalam wilayah Asia Tenggara. Hal ini didasarkan pada ketegangan antara Amerika Serikat dengan negara komunis yaitu Uni Soviet, apabila Soviet berhasil melakukan penyebaran pengaruh yang luas maka dapat dikatakan bahwa Soviet akan menjadi lebih kuat dari Amerika Serikat. Pada saat berakhirnya perang antara DRV dan Perancis yang menjadikan Vietnam terbagi menjadi dua bagian yaitu utara dan selatan. Amerika melihat Vietnam Selatan masih mengalami kekosongan sehingga AS mengambil langkah cepat dengan mendukung Diem untuk mendeklarasikan kemerdekaan Republic of Vietnam dan sekaligus menjadi pemimpin yang baru. Hal ini tidak lain dilakukan untuk menyebarkan pengaruh Amerika Serikat dan membendung perluasan penyebaran komunis di Vietnam.

e. Republic of Vietnam

(23)

Logika Perang Vietnam

Mempertemukan pasukan Vietnam Utara dengan Vietnam Selatan yang sama-sama memiliki dukungan dari pihak luar, Perang Vietnam merupakan salah satu proxy war terbesar pada masa Perang Dingin. Viet Kong, atau dikenal sebagai National Liberation Front (NLF), merupakan pasukan komunis dari Vietnam Selatan yang dikendalikan oleh Vietnam Utara; memerangi gerakan antikomunis di wilayah selatan. Pada awalnya, pasukan Vietnam Utara (People s Army of Vietnam) hanya sedikit terlibat dalam melakukan beberapa serangan berskala besar.

Keterlibatan Amerika Serikat dalam mengerahkan dukungan dan bantuan militer bagi Vietnam Selatan dijustifikasi sebagai sebuah upaya menghambat penyebaran ideologi komunisme; dikenal sebagai containment policy. Sesuai dengan teori Domino, Amerika Serikat percaya bahwa jika sebuah negara menganut komunisme, maka negara lain di kawasan yang sama akan mengikuti.

Pada masa pemerintahan Presiden Ngo Dinh Diem (McNamara 1998, h. 200—201), Vietnam dilanda gerakan antikomunis besar-besaran. Diem yang merupakan penganut Katolik Roma taat, merupakan figue yang konservatif dan nasionalis. Ia meluncurkan kampanye Denounce the Communists pada tahun 1955 dengan menangkap, memenjarakan, menyiksa, dan mengeksekusi aktivis komunis dan penggiat antipemerintah. Setahun berselang, ia menetapkan hukuman mati bagi setiap aktivitas komunis (Kolko 1985, h. 89).

(24)

yang berhaluan komunis. Pun begitu, hal ini selalu disangkal karena dianggap sebagai pelanggaran terhadap Geneva Accord.

Baru pada Maret 1956 lah kemudian pemimpin komunis Vietnam Selatan, Le Duan, memperkenalkan The Road to the South, sebuah rencana pemberontakan komunis; namun ditolak oleh Cina dan Uni Soviet (Ang 2002, h. 58) karena konfrontasi dianggap bukan pilihan terbaik ketika itu. Pun akhirnya pada Desember tahun yang sama (Olson & Roberts 2008, h. 67), pemimpin Vietnam Utara mendukung rencana pemberontakan komunis di selatan.

Pergantian kepemimpinan di Amerika Serikat pada tahun 1960 juga ikut berperan dalam eskalasi Perang Vietnam. John F. Kennedy, presiden yang terpilih pada pemilihan umum tahun itu, awalnya lebih mengedepankan Eropa dan Amerika Latin dibanding Asia (Karnow 1997, h. 264). Namun, Kennedy menghadapi krisis pada tahun 1961 (Karnow 1997, h. 265); dipicu oleh kegagalan invasi Bay of Pigs, pembangunan Tembok Berlin, serta konflik pro-Barat dan komunis di Laos. Krisis ini membuat Kennedy berpikir bahwa Amerika Serikat menghadapi masalah pelik dan perlu mengambil tindakan untuk mengembalikan kredibilitas kekuatan dan pengaruh Amerika Serikat. Dengan konflik yang memuncak, Vietnam pun menjadi lahan Amerika Serikat untuk mempertontonkan kekuatannya bagi seluruh dunia (Mann, 2002).

(25)

Serikat di Vietnam dan malah menggantinya dengan kebijakan untuk memperluas perang.

Keterlibatan Amerika Serikat yang semakin agresif kemudian direspon (Young 1991, h. 172) oleh pemimpin komunis Vietnam Utara, Ho Chi Minh, dengan peringatan bahwa jika Amerika Serikat ingin berperang selama 20 tahun, maka kita berperang selama 20 tahun; jika Amerika Serikat ingin berdamai, maka kita berdamai. Ia juga menekankan bahwa tujuan dari Perang Vietnam bukanlah penaklukan atau penyebaran komunisme ke seluruh Asia Tenggara, namun untuk mempersatukan Vietnam Utara dan Selatan serta mengamankan kemerdekaannya (McNamara 1998, h. 48).

Peringatan Ho Chi Minh tak digubris sama sekali oleh Amerika Serikat. Malah, pada pertengahan tahun 1965, Jendral William Westmoreland merekomendasikan sebuah rencana pemenangan perang sebagai respon terhadap kekalahan beruntun (losing streak) Vietnam Selatan di berbagai titik (US Department of Defense and the House Committee on Armed Services 1971, h. 8—9), yang terdiri atas 3 tahap:

 Tahap 1: Komitmen pasukan Amerika Serikat (dan dunia bebas lainnya) yang dibutuhkan untuk mengakhiri runtutan kekalahan sebelum akhir 1965.

 Tahap 2: Pasukan Amerika Serikat dan sekutu akan mengambil tindakan ofensif untuk mengakhiri perlawanan pasukan gerilya dan pasukan musuh yang terorganisir. Tahap ini berakhir jika musuh berhasil dipukul mundur, mengganti taktik menjadi defensif, dan menarik pasukan dari wilayah padat penduduk.

(26)

Rencana ini diterima oleh Presiden Johnson dan menjadi titik balik kebijakan Amerika Serikat yang sebelumnya bersikukuh bahwa pemberontakan haruslah diakhiri sendiri oleh pemerintah Vietnam Selatan. Perubahan kebijakan ini menunjukkan bahwa keterlibatan Amerika Serikat pada akhirnya tidak lagi sesuai dengan penyebab awal keterlibatan mereka dalam perang ini.

Pada pertengahan tahun 1965, pemerintahan junta militer Vietnam Selatan mulai berhasil menciptakan stabilitas politik setelah Marsekal Udara Nguyen Cao Ky naik sebagai perdana menteri dan Jenderal Nguyen Van Thieu sebagai kepala negara. Dua tahun berselang, Thieu terpilih sebagai presiden melalui proses pemilihan umum yang ditengarai penuh kecurangan dengan Ky sebagai deputinya. Keduanya berkuasa hingga 1975 meskipun diwarnai berbagai konflik internal.

Pemerintahan Johnson di Amerika Serikat pun tak terhindar dari kemelut politis. Kebijakannya yang cenderung berupaya mengendalikan pemberitaan media massa mengenai perang di Vietnam agar menggambarkan keterlibatan Amerika Serikat sebagai pasukan perdamaian mulai dikritik oleh penduduk sendiri; cikal-bakal dari credibility gap (Karnow 1997, h, 18) yang hingga kini masih laten eksistensinya.

(27)

kemenangan bagi militernya, secara politik malah berdampak buruk pada Amerika Serikat. Pada pemilihan umum tahun 1968, Partai Republik berhasil memukul Partai Demokrat—afiliasi Johnson—dengan calon Richard Nixon.

Pada masa pemerintahan Nixon, penarikan tentara mulai dilakukan dari Vietnam. Kebijakannya yang populer, Doktrin Nixon, menggariskan bahwa Amerika Serikat akan menaklukkan Army of the Republic of Viet Nam (ARVN) dengan mengambil alih pertahanan di Vietnam Selatan; dikenal pula sebagai Vietnamisasi. Secara umum, kebijakan Nixon hampir serupa dengan Kennedy. Hanya saja Nixon lebih agresif dalam melibatkan diri di konflik sementara Kennedy pada masanya menekankan pentingnya Vietnam Selatan memperjuangkan nasibnya sendiri.

Selagi terus menarik mundur pasukannya dari Vietnam, Nixon juga meneruskan upaya menghentikan perang melalui negosiasi. Sayangnya, proses ini urung berhasil karena Cina dan Uni Soviet terus memasok bantuan bagi pasukan ARVN. Deteren pun tak pelak dilancarkan, dengan ancaman nuklir menjadi salah satu isu utama antara Amerika Serikat dan Uni Soviet.

Situasi berbalik 180 derajat ketika publik nasional Amerika Serikat dan internasional dikejutkan oleh temuan dari Pembantaian My Lai (My Lai Massacre) yang mengonfirmasi bahwa sebuah pleton dari militer Amerika Serikat memerkosa dan membunuh rakyat sipil di samping Green Beret 1969 di mana delapan tentara khusus (special forces) meninggal di tangan seorang komando pasukan khusus lainnya yang dicurigai merupakan agen ganda atau mata-mata.

(28)

menurut Peter Church (2006, h. 193—194) hanya satu butir yang benar-benar dilaksanakan, yaitu penarikan mundur pasukan Amerika Serikat dari teritori Vietnam dalam periode 60 hari.

Dari kisah keterlibatannya di Perang Vietnam, terlihat banyak inkonsistensi dalam kebijakan Amerika Serikat. Kennedy yang awalnya memutuskan intervensi dengan motif mencegah penyebarluasan ideologi komunis di wilayah Asia Tenggara, disuksesi oleh Johnson yang kemudian bukannya meneruskan taktik containment Kennedy, malah melakukan ekspansi dan memicu eskalasi skala perang. Administrasi Nixon, yang meskipun berhasil mengakhiri keterlibatan Amerika Serikat di Vietnam melalui Paris Peace Accords, bukan lebih baik karena tidak lagi memiliki justifikasi yang cukup untuk meneruskan pendudukan militer di Vietnam; terlebih setelah temuan pelanggaran perang pada akhir 1960an.

(29)

Simpulan

Perang Vietnam merupakan gambaran nyata dari bentuk proxy war selama Perang Dingin, pemecahbelahan di Vietnam Selatan yang dibelakangi Vietnam Utara menjadi awal mula pemberontakan National Liberation Front di Vietnam, yang memicu perang yang melibatkan Amerika Serikat sebagai penyokong utama dari Vietnam Selatan.

Eskalasi politik yang pergantian rezim yang terjadi di Amerika Serikat menyebabkan pergantian persepektif, pandangan, beserta aksi yang dilancarkan oleh Amerika Serikat terhadap perang Vietnam. Puncaknya terjadi saat rezim Nixon menguasai Amerika Serikat, dengan kebijakan Vietnamization yang memiliki kebijakan untuk menarik secara perlahan tentara Amerika Serikat dari Vietnam.

(30)

Referensi

Ang, Cheng Guan (2002) The Vietnam War from the Other Side. London: Routledge.

Ankony, Robert C. Lurps: A Ranger s Diary of Tet, Khe Sanh, A Shau, and Quang Tri. Maryland: Rowman & Littlefield Publishing Group. Barnsley, Cindy. (n.d) US Involvement in Indochina [VIDEO]. <Tersedia

dalam:

http://teams.as.edu.au/groups/yr12modernhistory2011/weblog/6fe 20/US_Involvement_19541963.html>

BBC, (2014) Ho Chi Minh (1890-1969), diakses di [http://www.bbc.co.uk/history/historic_figures/ho_chi_minh.shtml] Broucheux, Pierre (2011) Ho Chi Minh: A Biography, Cambridge University

Press.

Brown, Gene. (1993) The Nation in Turmoil: Civil Rights and the Vietnam War (1960-1973). New York: Twenty-First Century Books.

Church, Peter (ed.) (2006) A Short History of South-East Asia. Singapore: John Wiley & Sons.

Dommen, Arthur J. (2001) The Indochinese Experience of the French and the Americans, Indiana: Indiana University Press

Elliot, Larry. . What Can Tell Us about Today;s Economic Crisis .

The Guardian. <Tersedia dalam:

http://www.theguardian.com/business/2013/oct/06/what-1973-today-economic-crisis>

Errington, Elizabeth Jane. (1990) The Vietnam War as history. Greenwood Publishing Group

Feinstein, Stephen. (2006). The 1960s: from the Vietnam War to Flower Power. New Jersey: Enslow Publishers.

(31)

Hickman Kennedy. (2014). Vietnam War: The Fall of Saigon. <Tersedia dalam: http://militaryhistory.about.com/od/vietnamwar/p/Vietnam-War-Fall-Of-Saigon.htm>

Hughes, Ken. (2013). The Paris Peace Accords was a Deadly Deception. George Mason University History News Network. <Tersedia dalam: http://hnn.us/article/150424>

Le, Long S., (2011) Colonial and Postcolonial Views of Vietnam s Pre-History, Journal of Social Issues in Southeast Asia Vol. 26, No.1, Diakses di [http://viet-studies.info/kinhte/Colinial_PostColonialView.pdf]

Karnow, Stanley (1997) Vietnam: A History (2nd ed.) New York: Penguin Books.

Kesby, Rebbeca. . North Vietnam, : The Christmas Bombing of Hanoi . BBC News Magazine. <Tersedia dalam: http://www.bbc.com/news/magazine-20719382>

Kolko, Gabriel (1985) Anatomy of a War: Vietnam, the United States, and the Modern Historical Experience. New York: Pantheon Books.

Llewellyn, J. dkk. (n.d) Vietnam War peace talks. Alpha History. <Tersedia dalam: http://alphahistory.com/vietnam/vietnam-warpeace-talks/> Mann, Robert. (2001) A Grand Delusion: America's Descent into Vietnam,

New York: Perseus.

McNamara, Robert S., et al. (1998) Argument without End: In Search of Answers to the Vietnam Tragedy. New York: Public Affairs.

Ministry of Foreign Affairs of the People's Republic of China, The Geneva Conference

Moise, Edwin E. The First Indochina War , Diakses di [http://alphahistory.com/vietnam/first-indochina-war/]

Mori, Memento. (2013) Tradisi Perlawanan Vietnam Bermula dari Trung

(32)

[http://web.budaya- tionghoa.net/index.php/item/3550-tradisi-perlawanan-vietnam-bermula-dari-trung-sisters]

Neville, Peter. (2007) Britain in Vietnam: prelude to disaster, Psychology Press

Olson, James S. & Roberts, Randy (2008) Where the Domino Fell: America and Vietnam, 1945—1955 (5th ed.) Massachusetts: Blackwell Publishing.

Public Broadcasting Service Online. (2000). People & Events: Paris Peace

Talks. <Tersedia dalam:

http://www.pbs.org/wgbh/amex/honor/peopleevents/e_paris.html >

Rector and Visitors of the University of Virginia. . American President: A Reference Resource . Militer Center <Tersedia dalam: http://millercenter.org/president/eisenhower/essays/biography/5> Rogers, William P., dkk. (1973). Paris Peace Accords. <Tersedia dalam:

http://en.wikisource.org/wiki/Paris_Peace_Accords>

Richard Nixon: "Address to the Nation on the War in Vietnam," November 3, 1969. Online by Gerhard Peters and John T. Woolley, The American Presidency Project. http://www.presidency.ucsb.edu/ws/?pid=2303. Simkin, John. . Vietnamization . Spartacus Educational. <Tersedia

dalam:

http://www.spartacus.schoolnet.co.uk/VNvietnamization.htm> The Cold War Museum, (2008) First Indochina War, diakses di

http://www.coldwar.org/articles/40s/FirstIndochinaWar.asp

The Vietnam War. (2014). What Was Paris Peace Accords?. <Tersedia dalam: http://thevietnamwar.info/what-was-paris-peace-accords/>

(33)

US Department of Defense and the House Committee on Armed Services (1971) US-Vietnam Relations, 1945—1967, volume 5.

U.S. Naval Institute. (2010). Operation Frequent Wind: April 29-30, 1975.

<Tersedia dalam:

http://www.navalhistory.org/2010/04/29/operation-frequent-wind-april-29-30-1975>

Vietnam Center and Archive. (2014). The Fall of Saigon. <Tersedia dalam: http://www.vietnam.ttu.edu/exhibits/saigon/>

Whitman, Alden. (2010) Ho Chi Minh Was Noted For Success in Blending

Nationalism and Comunism diakses di

[http://www.nytimes.com/learning/general/onthisday/bday/0519.h tml]

Willbanks, James. H. (2013) Vietnam War: The Essential Reference Guide, California, ABC-CLIO

Windrow, Martin. (1998) The French Indochina War 1946–1954, London: Osprey Publishing

Wong, Charlene S. (2012) Paris Peace Summit, 1971 World Model UN Background Guide, Boston: Harvar World MUN 2012

Referensi

Dokumen terkait

Menggali tanda-tanda estetik yang mungkin untuk dihadirkan dalam penciptaan seni keramik dengan tema perempuan pada momen identifikasi diri dengan bantuan Teori

Merujuk pada pengertian sistem informasi, yakni sekumpulan komponen- komponen yang saling berhubungan dan bekerja sama untuk mengumpulkan, memproses, menyimpan dan

Untuk meningkatkan kemampuan dan daya saing dengan negara-negara produsen karet alam dunia, industri perkebunan karet alam Myanmar terus memperbaiki produksi dan

Bagian menenun adalah tahap paling akhir dari segala proses yang panjang. Menenun bukanlah pekerjaan yang singkat tetapi memakan waktu yang lama.Bahkan pengerjaan bisa

Vigotksy meyakini bahwa perkembangan kognitif, dalam hal ZBD sangat dipengaruhi oleh lingkungan sosial (sosial budaya) sekolah merupakan salah satu agen budaya yang

Jikalau selama ini salah satu argumentasi teori etika konvensional yang mengukuhkan bahwa cuma manusia yang bisa dimasukkan dalam komunitas moral

Dilihat dari konteksnya, penulis merasakan adanya perasaan berupa rasa simpulan, menyimpulkan dan rasa simpulan atas apa yang dirasakan seorang tokoh atas