• Tidak ada hasil yang ditemukan

Laporan Ekskursi Panas Bumi Kamojang

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Laporan Ekskursi Panas Bumi Kamojang"

Copied!
22
0
0

Teks penuh

(1)

1

1.5 SISTEMATIKA PENELITIAN ... 4

BAB II ... 5

GEOLOGI REGIONAL ... 5

2.1 Fisiografi Regional ... 5

2.2 Stratigrafi Regional ... 6

2.3 Tatanan Tektonik Regional ... 7

BAB III LANDASAN TEORI ... 8

3.1 SISTEM PANAS BUMI KAMOJANG ... 8

3.2 FLUIDA PANAS BUMI Analisis geokimia panasbumi perlu dilakukan untuk mengetahui karakteristik dari daerah panasbumi dan mendukung tahap eksplorasi yang akan dilakukan. ... 10

3.2.1. Air klorida ... 10

3.2.2 Air Sulfat ... 10

3.2.3 Air Bikarbonat ... 10

3.2.4. Air Meteorik ... 10

BAB IV ... 11

ANALISIS DAN PEMBAHASAN ... 11

4.1 CIPANAS ... 11

4.1.1 Observasi Singkapan Alterasi Cipanas ... 11

4.1.2 Aliran lava fasa terakhir ... 12

4.1.3 Observasi Mata Air Cipanas ... 12

4.2 MANIFESTASI KAMOJANG ... 14

4.2.1 ALTERASI BATUAN ... 14

(2)

2

4.2.3. TANAH BERUAP ... 15

4.2.4. SUNGAI AIR PANAS... 15

4.2.6 SUMUR DANGKAL BELANDA ... 16

4.2.7 FUMAROLA KAWAH HUJAN ... 17

4.2.8 KOLAM LUMPUR ... 18

4.2.9 KAWAH KERETA API ... 19

4.3 Perhitungan Natural Heat Loss Wilayah Kamojang ... 20

(3)

3 BABI

PENDAHULUAN

1.1LATAR BELAKANG

Energi panasbumi merupakan salah satu bentuk energi alternatif terbarukan yang ramah

lingkungan. Sebelum memanfaatkan energi panasbumi diperlukan beberapa kegiatan yang

dilakukan terlebih dahulu. Untuk menentukan energi panasbumi yang bersifat ekonomis,

perlu dilakukan survei pendahuluan. Survei pendahuluan adalah kegiatan yang meliputi

pengumpulan, analisis dan penyajian data yang berhubungan dengan informasi kondisi

geologi, geofisika, dan geokimia untuk memperkirakan letak dan adanya sumber daya panas

bumi serta wilayah kerja.

Evaluasi kualitas lapangan panas bumi dari aspek geologinya. Aspek geologi yang

dimaksud meliputi kondisi umum, litologi permukaan, struktur geologi. Selain ketiga

parameter tersebut ada beberapa parameter lain seperti geokimia dan geofisika yang menjadi

parameter untuk eksplorasi penentuan prospek suatu lapangan panasbumi selanjutnya. Maka,

diperlukan suatu metode yang menganalisis karakteristik fisik dari manifestasi yang ada di

permukaan untuk menentukan prospek sistem panasbumi.

1.2 RUMUSAN MASALAH

Dari latarbelakang yang telah dijabarkan di atas, rumusan masalah utama makalah ini yaitu :

1. Bagaimana karakteristik manifestasi di lapangan panasbumi Kamojang?

2. Bagaimana prospek manifestasi dari daerah Kamojang berdasarkan manifestasi

panasbumi yang ada?

1.3. TUJUAN PENULISAN

Tujuan penulisan makalah ini untuk memenuhi syarat kelulusan Mata Kuliah Eksplorasi dan

Evaluasi Panas Bumi, Institut Teknologi Bandung.

Berdasarkan rumusan masalah di atas, terdapat beberapa tujuan penulisan makalah ini, yaitu

(4)

4

[2] Menentukan prospek manifestasi daerah Kamojang berdasarkan manifestasi panasbumi

yang ada.

1.4 METODE PENELITIAN

Metode pengumpulan data yang digunakan untuk menyusun makalah ini adalah metode studi

literatur, yaitu pengumpulan data yang diperoleh dari berbagai sumber tertulis. Selain itu penulis

juga menggunakan data-data yang diperoleh melalui observasi dan akuisisi data di lapangan.

1.5 SISTEMATIKA PENELITIAN Makalah ini terbagi menjadi lima bab, yaitu:

1. BAB I Pendahuluan, tersusun atas latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian,

dan sistematika penulisan.

2. BAB II Fisiografi daerah penelitian, stratigrafi Kamojang, dan tatanan tektonik

Kamojang.

3. BAB III Sistem panasbumi, tipe fluida, dan manifestasi

4. BAB IV Hasil Analisis dan pembahasan terhadap data hasil penelitian

(5)

5 BAB II

GEOLOGI REGIONAL

2.1 Fisiografi Regional

Area panasbumi Kamojang terletak 40 Km dari Kota Bandung ke arah Tenggara, didalam

wilayah pemerintahan Kabupaten Bandung dan Garut. Area panasbumi Kamojang meliputi

luas kurang lebih sebesar 31,68 km2 dan luas daerah prospek sekitar 21 Km2. Secara

geografis daerah ini berada pada posisi 7° 8' 2" LS - 107° 48' 0,01” BT dengan ketinggian

sekitar 1500 m di atas muka air laut. Kamojang beriklim sejuk, dengan suhu 150 - 200C

dengan curah hujan setiap tahunnya mencapai 2885 mm. Berdasarkan zona fisiografi wilayah

Jawa Barat dibagi menjadi 4 zona (van Bemmelen, 1949) mencakup zona dataran pantai

Jakarta, zona Bogor, zona Bandung, dan zona Pegunungan selatan.

(6)

6

2.2 Stratigrafi Regional

Tatanan daerah penelitian yang termasuk ke dalam area panasbumi Kamojang secara

fisiografis berada pada kelompok Garut yang terdiri dari endapan volkanik berumur Kuarter.

Secara regional, tatanan stratigrafi daerah penelitian mengacu pada peta geologi lembar

Garut, Pameungpeuk, dan Jawa oleh Alzwar, dkk, 1992.

(7)

7

2.3 Tatanan Tektonik Regional

Gambar 3. Morfologi Lapangan Kamojang

Struktur geologi yang terdapat di daerah ini adalah lipatan, sesar dan kekar. Lipatan yang

terjadi mempunyai arah sumbu barat-barat laut-timur tenggara pada Formasi Bentang dan utara

barat laut–selatan tenggara pada Formasi Jampang. Perbedaan arah sumbu tersebut disebabkan

oleh perbedaan tahapan dan intensitas tektonika pada kedua satuan batuan tersebut. Sesar yang

dijumpai adalah sesar normal dan sesar geser. Sesar normal yang utama merupakan bagian unsur

pembentukkan depresi (Zona Bandung) yang dicirikan sebagai sesar Pegunungan Selatan,

berarah barat-timur. Arah jurus sesar geser umumnya baratdaya-timurlaut, beberapa ada yang

hampir barat-timur dan baratlaut–tenggara. Sesar-sesar itu melibatkan satuan batuan Tersier dan

Kuarter, sehingga dapat ditafsirkan sebagai sesar yang muda. Melihat pola arahnya diperkirakan

gaya tektonika berasal dari selatan ke utara yang diduga telah berlangsung sejak Oligosen Akhir

Miosen Awal. Dengan demikian dapat diduga bahwa mungkin sebagian dari sesar tersebut

merupakan penggiatan sesar lama. Sesar yang berkembang dalam Kuarter umumnya sebagai

pengontrol tumbuhnya gunungapi muda, terutama sistem sesar berarah baratdaya-timurlaut yang

memotong bagian tengah daerah ini. Pada jajaran gunungapi tersebut, dua gunungapi di

(8)

8 BAB III LANDASAN TEORI 3.1 SISTEM PANAS BUMI KAMOJANG

Area panasbumi Kamojang terletak pada rantai dataran tinggi vulkanik berarah

Barat-Timur dari G. Rakutak di Barat sampai G. Guntur di sebelah Barat-Timur dengan ketinggian 1500 m

dpl dengan panjang 15 km dan lebar 4,5 km. Sistem ini berasosiasi dengan endapan volkanik

kuarter berumur 400.000 tahun produk dari gunung vulkanik Pangkalan dan Gandapura dan

terlihat menempati bagian dalam hasil depresi vulkanik yang dibentuk oleh rim kaldera

Pangkalan yang berbentuk graben oleh sesar Kendeng di Barat dan sesar Citepus di Timur. Rim

kaldera Pangkalan, sesar Citepus dan sistem sesar-sesar yang cenderung Barat-Timur di sebelah

Utara lapangan ini memberikan target drilling yang menarik karena berasosiasi dengan

produktivitas uap yang tinggi.

Secara umum Area Panasbumi Kamojang dan sekitarnya tersusun dari endapan

Pre-Caldera dan Post-Caldera. Formasi Pre-Caldera dari yang berumur tua sampai termuda adalah

Basalt Mt. Rakutak, Basalt Dogdog, Pyrocxene andesite Mt. Cibeureum, Pyroclastic Mt.

Sanggar, Pyroxene andesite Mt. Cibatuipis, Phorphiry andesite Mt. Katomas, Basaltic andesite

Legokpulus dan Mt. Putri, Andesite lava Pasir Jawa dan Pyroxene andesite 11

(9)

9

(10)

10 3.2 FLUIDA PANAS BUMI

Analisis geokimia panasbumi perlu dilakukan untuk mengetahui karakteristik dari daerah panasbumi dan mendukung tahap eksplorasi yang akan dilakukan.

3.2.1. Air klorida

Air klorida merupakan fluida yang paling dominan pada kebanyakan lapangan panasbumi. Air klorida bersifat netral atau dapat pula sedikit asam atau sedikit basa. Pada manifestasi permukaan dicirikan oleh kenampakannya yang jernih sering berasosiasi dengan endapan sinter silika. Air klorida di dekat permukaan sering mengandung CO2. H2S dan sulfat yang signifikan, sedangkan

di dalam reservoir perbandingan atau rasio Cl/SO4 tinggi.

3.2.2 Air Sulfat

Air sulfat memiliki kandungan klorida yang rendah, kandungan sulfat tinggi, Al dan Fe cukup tinggi (hasil pelarutan batuan). Air sulfat umumnya terdapat pada sistem panasbumi di daerah vulkanik, dengan uap air berkondensasi ke air tanah. Kandungan sulfat yang tinggi berasal dari oksidasi H2S pada zona vados. Karena terbentuk pada zona vados maka air asam sulfat hanya

dapat memberikan sangat sedikit informasi tentang bagian dalam sistem panasbumi. Ciri fisik fluida jenis ini biasanya berwarna keruh akibat pelarutan-pelarutan batuan samping oleh fluida yang reaktif, sering berasosiasi dengan kolam lumpur dan collapse creater.

3.2.3 Air Bikarbonat

Fluida jenis ini dicirikan dengan kandungan Cl yang rendah, kandungan sulfat juga rendah dan bikarbonat (HCO3) sebagai anion utamanya. Pada sistem yang berasosiasi dengan batuan vulkanik biasanya air bikarbonat terbentuk pada bagian yang dangkal di tepi lapangan oleh kondensasi uap di bawah muka airtanah. Pada sistem yang berasosiasi dengan batuan sedimen pembentukan fluida jenis ini dikontrol oleh keberadaan batugamping. Air bikarbonat cenderung sedikit asam bisa juga netral atau sedikit basa.

3.2.4. Air Meteorik

(11)

11 BAB IV

ANALISIS DAN PEMBAHASAN

Telah dilakukan perjalanan dari Cipanas hingga Kamojang dengan beberapa spot yang di

observasi, diantaranya adalah:

4.1 CIPANAS

4.1.1 Observasi Singkapan Alterasi Cipanas Koordinat (0817944, 4205893)

Grid 48

Ketinggian 794 m

Terdapat singkapan alterasi dari batuan piroklastik berupa skoria berwarna hitam, di bagian atas telah mengalami alterasi menjadi lempung, kemudian di bagian teratas terdapat paleosoil. Nilai radioaktif di stop 1 adalah 80-95 cps, cukup tinggi akibat lempung hasil alterasi dari batuan piroklastik. Interpretasi alterasi dapat berasal dari aliran lahar, dimana lokasi ini merupakan ujung dari pergerakan lahar fasa terakhir. Kemungkinan lain adalah dari dari fluida hidrotermal yang memunculkan mata air panas di lokasi selanjutnya. Sehingga, perlu dilakukan observasi lanjutan di daerah Cipanas.

(12)

12 4.1.2 Aliran lava fasa terakhir

Grid 48

Ketinggian 794 m

Pada daerah ini ditunjukan bukti dari aliran-aliran lava yang keluar dari puncak gunung Guntur, dan lava fasa terakhir ditunjukan pada gambar 1.2 yang berkenampakan berwarna hitam dan tekstur cracking.

4.1.3 Observasi Mata Air Cipanas

Aliran lava fasa terakhir

Gambar 1.2 Aliran lava fasa terakhir

(13)

13

Gambar 1.4 Pengukuran kecepatan air di mata air Cipanas

Penghitungan kecepatan air menggunakan Vnotch dapat dilakukan pada mata air yang dingin. Suhu udara daerah Cipanas sebesar 26.5◦C , TDS air sungai 110 mg/l, pH sungai asam 6.6, EC 110 mg/l, dan radioaktif berkisar 125-140 cps.

(14)

14 4.2 MANIFESTASI KAMOJANG

4.2.1 ALTERASI BATUAN

Koordinat (809373, 9209865)

Grid 48

Ditemukan suatu alterasi akibat fluida hidrotermal yang mengadakan mineral ubahan. Mieral ubahan berupa mineral lempung. Alterasi lempung ini mengikuti dip initial dari lapisan batuan piroklastiknya, sehingga tidak selalu di daerah gunung api apabila melihat suatu perlipatan, dikatakan sebagai lipatan, harus terlebih dahulu mengenai kemiringan awal lapisan tersebut yang dapat berasal dari piroklastik fall. Alterasi batuan yang terjadi di lokasi ini berkaitan dengan fluida hidrotermal yang berada di bawah permukaan.

4.2.2 TANAH HANGAT (SPOT 3)

Tanah hangat pada lokasi 3 memberikan pengaruh kepada tanah sehingga tidak tertutupi oleh vegetasi dan tanaman disekitarnya telah mati. Temperatur pada area ini menunjukan suhu yang tinggi yaitu 93(°C) .

Gambar 1.5 Alterasi Batuan di Kamojang Alterasi Lempung

Soil

(15)

15

Dilakukan pengukuran suhu tanah hangat, suhu seepage, debit, pH, TDS, dan EC. Adanya tanah hangat menunjukan aliran panas dari dalam bumi secara konduksi, dan terdapat sumber panas di bawah permukaan. Kecepatan air mengalir pada seepage sebesar 0.3 m/s. pH tanah beruap di lokasi ini menunjukan pH asam. Terdapat genangan air yang menunjukkan gelembung akibat uap yang keluar dari dasar genangan.

STOP 3 Tanah Hangat dan genangan air (seepage)

X y T udara

Setelah melewati alterasi batuan terdapat tanah hangat lagi, didapatkan suhu yang lebih rendah dibandingkan tanah hangat sebelumnya yaitu sebesar 43°c dan tingkat radioaktif yang tinggi sebesar 243 cps. Karena, dalam hal ini lempung mengemisikan radioaktif.

STOP 4 steaming ground

X y T udara

4.2.4. SUNGAI AIR PANAS

Sungai air panas terletak disebelah tanah hangat . Suhu tanah hangat adalah 93°C dan suhu sungai adalah 63.8 °C. Pada sungai dilakukan pengukuran kecepatan aliran, suhu, TDS, konduktivitas, pH, dan EC. Pada bagian dasar sungai memiliki warna kemerahan. Warna merah yang diinterpretasikan sebagai oksida besi akibat pengaruh dari aktivitas hidrotermal.

(16)

16 4.2.6 SUMUR DANGKAL BELANDA

Sumur dangkal Belanda berupa lubang dengan genangan air di dasarnya dan memancarkan uap panas keatas. Dilakukan pengukuran kecepatan aliran, suhu, pH, dan kandungan radioaktif pada uap. Uap panas daerah ini memiliki suhu 62°C. Tidak dilakukan pengukuran luas dari diameter genangan air.

SUNGAI AIR PANAS

x y T udara

(°C)

Elevasi (m) T

sungai (°C)

pH sungai V

sungai (m/s)

EC air sungai μs/cm

TDS air sungai (mg/l)

809302 9209849 26.2 1651 63.8 3 0.3 298 298

(17)

17

Sumur Dangkal Belanda

x y T udara

(°C)

Elevasi (m) T

fumarol (°C)

pH sungai V

fumarol (m/s)

Radioaktif (cps)

809502 9209873 26.2 1670 62 3 3 120

Karena kondisi cuaca yang sedang hujan mengakibatkan pengukuran kecepatan fumarol menjadi terganggu oleh uap air hujan.

4.2.7 FUMAROLA KAWAH HUJAN

Terdapat manifestasi berupa fumarol dan spouting spring. Spouting spring ini mengeluarkan air panas yang memercik secara kontinyu. Di sekitar fumarol terdapat alterasi batuan menjadi lempung yang berwarna putih akibat uap hidrotermal dan kemerahan karena terubahkan menjadi oksida besi. Tinggi fumarol berkisar 3 m dan berupa fumarol basah.

(18)

18 Fumarole & Spouting Spring

T Koordinat mud pool : 0809424, 9210217

Elevasi : 1695 m

Gambar 2.0 Kolam lumpur di spot terakhir

Kolam lumpur umum ditemukan pada wilayah Kamojang, pH rendah dengan ukuran bervariasi.

Kolam lumpur berukuran kecil berdiameter 0.7-1 m dan kolam lumpur ukuran besar berukuran

10-20 m. Emisi gas kondensat yang keluar dari dalam permukaan menghasilkan letupan-letupan

gelembung. Kolam lumpur terbentuk dari pengkorosian batuan permukaan oleh gas sulfat yang Fumarole & Spouting Spring

(19)

19

terkondensasi menjadi air sulfat. Kandungan sulfat menghasilkan pH kolam lumpur menjadi

asam. Sekitar kolam lumpur terdapat tanah ubahan dari proses alterasi fluida hidrotermal

Kolam lumpur di daerah ini sering ditemukan dengan adanya letupan-letupan gas dan uap panas.

Kolam lumpur terbentuk akibat pengkorosian batuan permukaan oleh gas sulfat yang

terkondensasi menjadi air sulfat. Akibat kandungan sulfat ini juga pH di kolam lumpur menjadi

asam. Di daerah sekitar kolam lumpur juga terdapat tanah ubahan akibat proses alterasi fluida

hidrotermal.

4.2.9 KAWAH KERETA API

Koordinat kawah kereta api : 0809459, 9209847

Elevasi 1668 m

Gambar 2.1 Kawah Kereta Api

Manifestasi berupa fumarol dengan suara bising, uap berbentuk V. Suara dan bentuk

(20)

20

pengukuran. Seharusnya, kebisingan ini dapat diredakan dengan memasang peredam suara.

Namun, karena alasan politik ekonomi, alat ini tidak di pasang di wilayah Kamojang sehingga

menghasilkan kebisingan.

4.3 Perhitungan Natural Heat Loss Wilayah Kamojang

Telah dilakukan penghitungan natural heat loss pada manifestasi-manifestasi yang berada

pada wilayah Kamojang, dengan adanya asumsi luas yang diperkirakan.

TABEL PERHITUNGAN NATURAL HEAT LOSS KAMOJANG

Manifestasi T T0 V (m/s) A(m2) Q(m3/s) hfT(kj/kg) hfto(kj/kg)

Konduktivitas Gradien Thermal Gradien Termal

Q(MW) Batuan Rata-rata (C/m) Batuan (C/m)

(W/m2)

T = Suhu manifestasi

To = Suhu Udara

hfT = Entalpi Uap Suhu T

(21)

21

4.4. PROSPEK LAPANGAN PANASBUMI KAMOJANG

Manifestasi daerah Kamojang diinterpretasikan memiliki permeabilitas yang baik,

dengan manifestasi diantaranya berupa tanah hangat, tanah beruap, mata air panas,

fumarola, kolam lumpur, kolam air panas, dan sungai air panas. Adanya fumarola dan

tanah beruap sebagai manifestasi daerah Kamojang, mengindikasikan suhu reservoar

berkisar T>240OC, sehingga termasuk ke dalam sistem entalpi tinggi.

Total heat loss dapat dihitung dari sumber daya spekulatif daerah Kamojang

sebesar 1776.5 ± 355.3 MW. Manifestasi merupakan manifestasi thermal aktif yang

umumnya bertipe sulfat, dengan pH rendah, tidak ada manifestasi bertipe klorida,

dengan variasi manifestasi bertipe uap serta asam seperti fumarola, tanah beruap-tanah

hangat, kolam air panas, dan mudpool. Dari manifestasi permukaan dan data spekulatif,

dapat ditarik kesimpulan bahwa daerah Kamojang dapat masuk ke dalam tahap

eksplorasi selanjutnya. Diperlukan analisis lebih lanjut dari data geofisika dan geokimia

untuk mengklarifikasi lokasi zona reservoar, sumber panas, lapisan penudung, dan

(22)

22

KESIMPULAN

Kesimpulan Laporan Ekskursi Wilayah Kamojang, Garut Indonesia adalah sebagai

berikut:

1. Karakteristik fisik sistem panasbumi Kamojang adalah berasosiasi dengan zona

permeabilitas baik yang menghasilkan variasi manifestasi pada jarak yang berdekatan.

Merupakan sistem entalpi tinggi, terlihat dari suhu permukaan manifestasi fumarola

yang mencapai 98 OC dan tanah hangat yang mencapai 93OC, serta interpretasi suhu

reservoar >240 OC dilihat dari manifestasi fumarola dan tanah beruap. Fluida

hidrotermal asam sulfat dengan pH rendah.

2. Prospeksi daerah Kamojang adalah baik untuk dilakukan eksplorasi lanjutan, yang

mencakup analisis geokimia dan geofisika, dengan total heat loss yang didapat

dihitung dari sumber daya spekulatif daerah Kamojang sebesar 1776.5 ± 355.3 MW

Gambar

Gambar 1. Lokasi area panasbumi Kamojang, Jawa Barat Indonesia
Gambar 2. Peta Geologi lembar Garut dan Pameumpuek (Kotak hijau adalah lokasi penelitian) (Alzwar, dkk., 1992)
Gambar 3. Morfologi Lapangan Kamojang
Gambar 4. Peta Geologi Lapangan Kamojang
+7

Referensi

Dokumen terkait

Jasa Marga (Persero) Tbk Cabang Belmera Medan. Lingkungan kerja yang sehat, bersih, nyaman dan menyenangkan dapat meningkatkan kinerja karyawan dalam

[r]

penelitian ini untuk Pengembangan alat pelontar bola tenis lapangan berbasis microcontroller ini, peneliti menyadari masih ada kekurangan pada penelitian dan

 Sebelum pekerjaan pengukuran dan galian dimulai, kontraktor berkewajiban untuk meneliti semua dokumen kontrak yang berhubungan, pemeriksaan kebenaran dari

Metode analisis jalur struktural (Structural Path Analysis/SPA yang diperkenalkan pertama sekali oleh Defourny dan Thorbecke (1984) merupakan suatu metoda pengembangan

Hal ini konsiten dengan penelitian terdahulu yang telah dilakukan oleh Situngkir (2009) yang menyatakan bahwa dana alokasi khusus memiliki pengaruh terhadap

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui perjanjian-perjanjian dalam perkawinan yang dilakukan oleh mahasiswa, mengetahui penerapan perjanjian yang

Kenyataan ini berarti bahwa lebih banyak kelompok etnik Dayak (29,0%) dibanding kelompok etnik Madura (23,8 %), dalam situasi mereka sebagai mayoritas, yang masih