• Tidak ada hasil yang ditemukan

Sejarah Singkat Penafsiran Alkitab dari

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Sejarah Singkat Penafsiran Alkitab dari "

Copied!
5
0
0

Teks penuh

(1)

KATEKETIK

Ringkasan Sejarah Singkat Penafsiran Alkitab Bab I&II

Disusun oleh:

Pardamean Simatupang

SEKOLAH TINGGI THEOLOGIA DI INDONESIA BAGIAN TIMUR MAKASSAR

(2)

BAB I

PENDAHULUAN

Penafsiran Alkitab merupakan ikatan pokok antara kehidupan dan pikiran gereja yang berlangsung dan dokumen-dokumen yang berisi tradisi-tradisi yang paling awal. Pada satu pihak, ketika Kitab Suci dianggap sungguh-sungguh cukup untuk doktrin, padahal pada waktu yang sama kebutuhan-kebutuhan situasi kontemporer sangat berbeda dengan kebutuhan-kebutuhan yang telah lama berlalu. Untuk itu beberapa alat harus ditemukan untuk menghubungkan buku tua itu dengan pikiran dan kehidupan di kemudia hari. Tugas ini dijalankan dengan penafsiran (interpretasi).

Kadang-kadang disarankan bahwa makin mirip situasi individu atau kelompok yang hidup di kemudian hari dengan situasi zaman Alkitab, maka makin mudahlah tugas si penafsir. Saran seperti itu tidak mendukung kebenaran atas perbedaan yang ada antara mereka yang dalam berbagai keadaan mencatat respon mereka sendiri dan respon kelompok-kelompok mereka terhadap penyataan Allah. Allah hidup dan bekerja dalam sejarah. Dia telah memilih satu umat untuk jadi milik-Nya sendiri dan Dia telah menuntun dan tetap menuntun kehidupan dan pekerjaan umat-Nya ini sekalipun mereka memberontak terhadap-Nya. Ketika para teolog Aleksandria menderita, maka mereka harus membuang pasal-pasal alegori, baik dalam Perjanjian Lama maupun dalam Perjanjian Baru, yang di dalamnya sangat jelas bahwa Allah bukannya tidak dapat menderita. Teologi yang salah, menggunakan metode penasiran sebagai alatnya.

Studi kita sebagian merupakan sketsa historis tentang Hermeneutika, ilmu tentang merode menafsir. Penafsiran setiap catatan tertulis dari pikiran manusia adalah eksposisi dari maksud pengarangnya dalam bentuk-bentuk pikiran kita. penafsiran selalu subyektif maupun obyektif.

Perbedaan kadang-kadang dibuat antara penafsiran/interpretasi dan eksegesis. Pada pandangan ini penafsiran merupakan tugas dari teolog, sementara eksegesis merupaka tugas ahli Alkitab yang menjelaskan baik bahan-bahan teologi maupun non-teologis lalu

(3)

Penulis-penulis Kristen yang kemudian lebih mengembangkan teori Alkitab sebagai kitab gereja secara menyeluruh. Hanya mereka yang langsung mewarisinya dari Kristuslah yang dapat menafsirkan Kitab Suci itu. Pada masa Pencerahan (Renaisans) dan Kebangkitan Kembali serta peleburan proses belajar, situasi ini diubah. Lorenzo Valla menyelidiki secara kritis Alkitab sama seperti Donation of Constantine; John Colet meninggalkan studinya tentang literatur Yunani untuk menyelidiki Surat Roma.

Tugas kita dewasa ini adalah untuk menyelidiki-ulang metode penafsiran Alkitab dan mengujinya secara baru. Hal ini tidaklah berarti bahwa kita harus berusaha berpikir seperti orang-orang zaman sebelum Kristus apabila kita membahas Perjanjian Lama, atau ketika membahas Kitab-kitab Injil kita harus bertindak seakan-akan kita hidup sebelum gereja ada. Sebaliknya, metode historis yang benar menuntut kita untuk memperhitungkan semua bukti historis dan bukti-bukti ini, termasuk tujuan-tujuan untuk siapa naskah-naskah kita ditulis, dipelihara dan diteruskan.

Namun, kecuali kalau para penyelidik masalah-masalah Alkitab tidak dapat tetap bebas; kalau mereka tidak dapat menyelidiki pertanyaan-pertanyaan penafsiran tanpa dipengaruhi oleh pertimbangan-pertimbangan dogmatis; kalau mereka tidak hanya warga gereja tetapi juga pakar yang bebas, bagaimana mereka dapat mengharapka mengerti Alkitab dan membuat pandangan-pandangannya berlaku untuk orang-orang sezamannya? Ini masalah ketegangan-ketegangan antara dua wibawa seperti itu, masing-masing dengan pendapatnya tentang loyalitas para penafsir sangat berguna ketimbang penyelesaian sederhana dari kesulitan-kesulitan.

Para penafsir Alkitab juga harus menyadari bahwa sama seperti semua orang Kristen, mereka berdiri hanya di tengah persekutuan yang adalah gereja, tetapi juga di tengah-tengah masyarakat yang adalah dunia luar. Apabila mereka hanya berpusatkan pada kisah-kisah yang ada di dalam, pengertian mereka akan bersifat mitis, irasional, pietis; apabila mereka tidak tahu yang lain kecuali dari dunia luar, mite mereka hilang dalam bentuk fakta, kepekaan mereka terhadap Allah yang sedang bekerja di dunia akan hilang dan mereka akan menghasilkan

(4)

BAB II

YESUS DAN PERJANJIAN LAMA

Fakta mengenai penafsiran Alkitab dalam kekristenan dimulai dengan Yesus kelihatannya cukup jelas. Namun karena kecenderungan banyak pakar kritik historis modern yang

menyimpulkan bahwa Yesus harus bersesuaian secara lengkap terhadap apa yang mereka sebut “patokan” Judaisme, maka fakta ini menjadi meminta perhatian. Oleh sebab itu, mereka menyimpulkan lebih lanjut, Dia pasti telah menafsirkan Perjanjian Lama, Alkitab Yudaisme, sama seperti setiap penafsir Yahudi menafsirkan pada zaman-Nya.

Namun ada pepatah dalam buku “Sanhedrin” Talmud Babil yang menghentikan kritik-kritik ini. Dia yang mengatakan, ‘Taurat itu bukan dari Allah’, atau bahkan apabila dia

mengatakan ‘Seluruh Taurat adalah dari Allah dengan pengecualian ayat ini atau itu yang bukan dari Allah, tetapi Musa yang mengucapkannya dengan mulutnya’. Penafsiran Yahudi percaya bahwa setiap perkataan Alkitab diucapkan Allah. Tidak ada masalah megenai inspirasi atau keaslian Alkitab.

Sementara Ia adalah seorang Yahudi dan misi-Nya adalah pertama-tama ditujukan untuk bangsa-Nya sendiri yang diungkapkan dalam bentuk-bentuk pemikiran mereka, dengan jelas Yesus tidak ragu-ragu untuk membedakan antara bagian-bagian Kitab Suci di mana Allah dengan lebih atau kurang penuh telah dinyatakan.

Bagi Yesus, sama seperti bagi orang-orang Yahudi abad pertama, Kitab Suci adalah berwibawa dan diinspirasikan. Terhadap lawan-lawan-Nya, baik manusia atau adi-manusia, Dia dapat mengutip Kitab Suci dan berkata, “Ada tertulis …”. Dia dapat bertanya kepada mereka, “Belum pernahkah kamu baca …?”. Dan Dia dapat menekankan sumber inspirasi yang ilahi dari Kitab Suci dengan mengatakan, “Daud sendiri oleh pimpinan Roh Kudus berkata”.

(5)

diucapkan orang Israel setiap hari. Dengan pasal ini Dia menggabungkan “hukum kasih” yang lain daripada Hukum Kesucian Kitab Imamat.

Penataan sistematis dari Khotbah di Bukit tak diragukan lagi berhutang pada penginjil Matius. Kita juga belum menyebutkan cara di mana penafsiran Yesus atas Perjanjian Lama sangat mencolok secara pribadi. Yesus tidak hanya mengklaim pemerintahan Allah yang sudah mendekat atau yang sudah hadir; Dia memberitakan fakta bahwa itu adalah penggenapan nubuat pada nabi besar. Pengetahuan ini tidaklah bersifat rahasia.

Penafsiran Kitab Suci seperti itu sangat menjijikkan bagi orang-orang sezaman Yesus. Apabila kita dapat bergantung pada kesaksian yang agak kacau dari penyelidika para pakar atas penafsiran-Nya mengenai Daniel 7:13, yang dikatikan dengan diri-Nya sendiri, maka inilah yang disebut oleh Imam Besar “hujat”. Sikap paradox Yesus terhadap Kitab Suci ini sebagian

disebabkan karena cara ucapan-ucapan-Nya diingat oleh kelompok-kelompok konservatif di kalangan kekristenan Yahudi. Namun sesungguhnya hal itu datang dari relasi-ganda-Nya sendiri dengan Perjanjian Lama.

Analisis orang Kristen purba dan lebih dari satu abad studi modern yang kritis tidak memberikan kemungkinan kepada kita untuk menggunakan Injil Yohanes dalam menafsirkan pikiran Yesus sendiri. Dalam pertanyaan mengenai arti kesungguhannya dari Kitab Taurat inilah kita dekat dengan pikiran Paulus, seperti yang akan kita lihat, teristimewa seperti yang

dikemukakan dalam II Korintus.

Pertanyaan terakhir menuntut perhatian kita. Apa hubungan dari pengertian baru

mengenai Perjanjian Lama dengan penafsiran para rabi sezamannya? Mereka yang menyelidiki keakraban Kitab Suci mengatakan; apabila kamu ingin mengenal Pencipta dunia, pelajari

haggada; daripadanya kamu akan mengenal Allah dan melekat pada jalan-jalan-Nya.

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui spesies lalat buah ( Bactrocera sp.) apakah yang datang pada tanaman Pare dan Gambas, mengetahui methyl eugenol ditambah

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan antara kompetensi pengetahuan IPA kelompok siswa yang dibelajarkan dengan model discovery learning berbantuan media

Atribut-atribut produk dari komik dapat berupa jumlah sekuel cerita, tingkat kemenarikan cerita hasil karangan pengarang asli Indonesia, panjang cerita, tingkat

INTP REDUCE INTP break Support 14.250 sebagai level Stop Loss, INTP masih berpeluang melanjutkan pelemahan dengan menguji Support 14.150 dan 14.075.

Hasil orientasi dari ketiga dosis menunjukkan yang paling efektif menimbulkan efek tonik yaitu royal jelly 7 mg (p<0,05) dengan kontrol negatif aquadest 0,5 mL, peningkatan

NAMA PEGAWAI N.I.P / N.R.K STAPEG/KOJAB/GOL STW JUAN JIWA GAPOK TUNRI TUNAK T.J.U T.P.P PENGHASILAN TUNJAB TUNFUNG BULAT TUNRAS TUNPPH JUMKOT POTONGAN POTRAS IURAN WAJIB POTPPH

Berdasarkan uraian tersebut, penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk untuk menganalisis pengaruh kinerja keuangan dan corporate social responsibility (CSR) terhadap

Dalam penelitian, penulis menganalisa bagaimana sistem yang sedang berjalan pada LKP INTeL Com GLOBAL INDO dapat berjalan dengan baik terutama dalam Sistem Pembelajran kursus