• Tidak ada hasil yang ditemukan

SEJARAH PENGEMBANGAN PARIWSATA BUDAYA GL

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "SEJARAH PENGEMBANGAN PARIWSATA BUDAYA GL"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

SEJARAH PENGEMBANGAN PARIWSATA BUDAYA

GLOBAL/INTERNASIONAL

Oleh :

NI LUH GEDE TAMARA PRATIWI

1615834007

(2)

SEJARAH PENGEMBANGAN PARIWISATA BUDAYA INTERNASIONAL/GLOBAL Abstrak

Perkembangan pariwisata dunia yang menunjukkan trend positif menyebabkan banyak negara di dunia yang menggarap sektor pariwisata dengan lebih serius. Fakta-fakta yang ada semakin menguatkan bahwa pariwisata telah tumbuh menjadi sektor vital dalam perekonomian dunia dan diharapkan akan terus menguat di masa yang akan datang. Pembangunan pariwisata sendiri bukan tujuan, tetapi merupakan alat, cara atau satu arah yang ditempuh untuk membantu meningkatkan pembangunan ekonomi dunia, nasional maupun regional. Ini bisa dilihat dari cepatnya perkembangan dari bisnis bidang pariwisata baik itu akomodasi, travel agent maupun usaha-usaha lain yang mendukung dari bisnis pariwisata tersebut. Kegiatan pariwisata tidak hanya mendorong berkembangnya usaha-usaha yang berskala besar seperti hotel berbintang akan tetapi juga mendorong majunya usaha kecil dan menengah seperti kerajinan kayu, perak maupun industri cenderamata lainnya. Berkembangngnya usaha pariwisata ini akan berdampak pada terserapnya tenaga kerja dan meningkatnya pendapatan masyarakat.

Pertumbuhan industri pariwisata dapat menciptakan kemakmuran masyarakat yang dilakukan melalui usaha-usaha seperti transportasi, komunikasi, dan akomodasi. Pengaruh dari pembangunan pariwisata sangat luas yang meliputi struktur ekonomi secara nasional maupun lokal. Pariwisata harus dapat memberikan kontribusi pada masyarakat lokal dimana terdapat obyek daya tarik 2 wisata (Purwanto, 2002 dalam Sirtha, 2011). Kontribusi tersebut bisa berupa pekerjaan baru, pendapatan tambahan, pasar baru untuk produk-produk masyarakat setempat, perbaikan fasilitas dan infrastruktur serta pelayanan terhadap masyarakat. Bali adalah salah satu daerah tujuan wisata yang sudah sangat dikenal diseluruh belahan dunia. Bali selalu menjadi referensi ketika berbicara tentang pariwisata, baik di tingkat nasional, regional, maupun internasional. Kepariwisataan Bali yang tumbuh dan berkembang seperti saat ini tidaklah dicapai dengan mudah dan cepat. Sejarah perkembangan kepariwisataan Bali yang diawali dengan ketertarikan masyarakat internasional terhadap budaya Bali, merupakan sejarah yang panjang dan mengalami pasang surut dengan berbagai kendala dan permasalahannya. Berkembangnya kepariwisataan Bali seperti sekarang ini tidak terlepas dari lima pilar pembangunan pariwisata yang terdiri atas pemerintah, masyarakat, industri, akademisi, dan pers. Masyarakat Bali sebagai pelaku budaya Bali memegang peranan yang sangat penting dalam membangun kepariwisataan Bali. Secara individual maupun kolektif, nilai-nilai budaya yang sudah terinternalisasi dalam setiap jiwa orang Bali, sangat berpengaruh dalam pembangunan pariwisata Bali. Demikian pula halnya dengan peran Pemerintah dan industri yang didukung oleh akademisi dan pers. Semua harus terjalin dalam

keharmonisan hubungan melalui komunikasi yang dikelola dengan baik. Sektor pariwisata adalah bisnis yang paling rentan terhadap perubahan kondisi sosial, ekonomi, politik dan keamanan yang sifatnya tidak saja lokal atau 3 regional namun bahkan sudah mengglobal. Hal ini tampak dari kunjungan wisatawan untuk negara-negara tertentu sangat cepat dipengaruhi oleh situasi baik politik maupun keamanan.

(3)

Pariwisata budaya merupakan salah satu sektor wisata yang banyak dikembangkan oleh pemerintah daerah akhir-akhir ini. Menurut Nafila (2013), bahwa pariwisata budaya adalah salah satu jenis pariwisata yang menjadikan budaya sebagai daya tarik utama. Dimana di dalam pariwisata budaya ini wisatawan akan diapndu untuk disamping mengenali sekaligus memahami budaya dan kearifan pada komunitas lokal tersebut. Disamping itu, pengunjung akan dimanjakan dengan pemandangan, tempat-tempat bersejarah sekaligus museum, representasi nilai dan sistem hidup masyarakat lokal, seni (baik seni pertunjukan atau pun seni lainnya), serta kuliner khas dari masyarakat asli atau masyarakat lokal yang bersangkutan. Sedangkan Goeldner (Nafila, 2013: 1), mengemukakan bahwa pariwisata budaya mencakup semua aspek dalam perjalanan untuk saling mempelajari gaya hidup maupun pemikiran. Definisi ini lebih mengarah pada tujuan pengunjung/atau wisatawan mengunjungi wisata budaya lebih pada untuk memahami hakikat dan membandingkannya dengan kondisi budaya yang dimilikinya sebagai sebuah pemahaman baru, tentunya disamping adanya nilai estetika yang terkandung di dalamnya. Tunggul Prasodjo, Pengembangan Pariwisata Budaya dalam Perspektif Pelayanan Publik|9 Mappi (Asriady, 23: 2016) lebih jelas mengemukakan bahwa beberapa aspek yang termasuk dalam objek pariwisata budaya diantaranya, seperti: adanya upacara kelahiran, taritarian tradisional, musik-musik tradisional, perkawinan, pakaian tradisional (pakaian adat), berbagai macam upacara (seperti turun ke sawah dan upacara panen), bangunan-bangunan bersejarah, cagar budaya, beberapa peninggalan tradisonal, kain tradisional (seperti kain tenun), pemeran festival budaya dan pertunjukan tradisional, hasil tekstil lokal, meseum sejarah dan budaya, serta adat-istiadat lokal lainnya. Cakupan objek wisata budaya dengan demikian sangatlah luas, namun secara sederhana dapat dikatakan bahwa situs wisata budaya tersebut berasal dari apa yang dipikirkan, dirasakan, dan dilakukan oleh manusia selaku pemilik budaya sebagai identitas dari kebudayaan tertentu yang muncul dalam artefact, ideafact dan sosiofact. Wisata budaya yang demikian sangatlah menarik bagi wisatawan yang berada di luarnya, sehingga hal ini menjadi potensi dan daya tarik tersendiri apabila dapat dikemas dengan baik, sehingga akhir-akhir ini pariwisata budaya di Indonesia semakin tumbuh dengan pesatnya pada setiap daerah. Menurut McKercher dan du Cros (2002), bahwa adanya perkembangan pariwisata budaya berkaitan erat dengan adanya apresiasi dari masyarakat untuk secara terus-menerus menjaga dan memelihara aset budaya atau pusaka budaya mereka yang dalam perkembangannya saat ini semakin dirasakan berkurang. Ahli tersebut kemudian menguraikan bahwa pada dasarnya pariwisata budaya ini paling tidak memiliki empat elemen, seperti pariwisata, bagaimana penggunaan aset-aset budaya tersebut, konsumsi produk/hasil karya, dan wisatawan budaya itu sendiri. Keempat elemen ini perlu dianalisa lebih lanjut untuk lebeih menekankan pada bagaimana pelayanan publik dibentuk guna mengembangkan keempat elemen dasar dalam pariwisata budaya tersebut. Secara garis besar, ketiga sumber munculnya pariwisata budaya tersebut tentunya memunculkan apresiasi yang tidak sama dari para pengunjung/wisatawan. Daya tarik wisata budaya yang bersumber dari sosial budaya dan sejarah sejauh ini sepertinya jauh lebih menarik perhatian wisatawan dibandingkan dengan yang bersumber dari agama. Terutama sekali yang bersumber dari wisata sejarah bukan hanya untuk memenuhi rasa ingin tahu, namun juga sebagai bagian dari pengembangan wawasan dan ilmu pengetahuan.

https://www.google.com/search?

(4)

gan+pariwisata+budaya&gs_l=psy-ab.3..0i71k1l8.26504.26504.0.26864.1.1.0.0.0.0.0.0..0.0....0...1.1.64.psy-ab..1.0.0....0.kLw2n6IylII

Pengembangan Pariwisata Budaya dalam Perspektif Pelayanan Publik

fungsi administrasi dalam pengembangan pariwisata budaya tidak lepas dari beberapa hal seperti dijelaskan Rezi Kurnia Putri (2015: 53-54), diantaranya adalah pengelolaan administrtif yang terdiri dari dua komponen yaitu sebagai berikut: 1) Inventaris daya tarik wisatawan, 2) Inventaris fasilitas untuk wisatawan. Pengelolaan objek wisata budaya dengan cara inventarisasi tersebut juga perlu dikemas dengan pendeskripsian setiap objek dengan sejelas-jelasnya, sampai pada keunikan-keunikan yang dimiliki. Bila perlu dalam penulisannya selain menggunakan bahasa Indonesia sekaligus dapat

menggunakan bahasa global seperti bahasa Inggris. Inilah yang sampai saat ini masih memerlukan usaha yang lebih, karena hanya sedikit dari objek wisata khususnya wisata budaya yang keberadaanya sudah 10|Jurnal Office, Vol.3, No.1, 2017 didokumentasikan terutama dalam bentuk tulisan, kebanyakan hanya dalam bentuk dokumentasi gambar. Selain melakukan inventarisasi terhadap dua hal di atas, promosi dan pemasaran wisata perlu mendapatkan dukungan yang kuat pada pengembil kebijakan administratif. Semua daya tarik yang sudah diinventarisir harus dipromosikan dengan cara yang elegan dan tentunya mengikuti perkembangan teknologi. Karena saat ini masyarakat global sedang berorientasi pada informasi online, maka pengadminsitrasian yang baik dalam pemasarannya harus pula mengikuti perkembangan trend tersebut untuk dapat eksis dan terus dapat bersaing dalam menarik para wisatawan. Dukungan pemerintah sebagai pengambil kebijakan juga memiliki peranan yang strategis. Paling tidak seperti dijelaskan Rivai (Agustina, dkk. 2016: 7), yaitu: 1) Adanya peran dalam kepemimpinan yaitu berusaha mengerjakan segala sessuatu yang benar. Dimana hal ini harus sesuai dengan visi dan misi daerah yang bersangkutan, dan 2) Adanya peran manajemen yang tentunya memiliki peranan yang dama dalam melakukan sesuatu sesuai dengan tupoksinya secara benar dalam pelaksanaannya. Peranan pemerintah dengan birokrasinya dalam pengembangan pariwisata budaya memang harus sejalan dengan visi-misi daerah yang bersangkutan. Artinya baik pengelolaan secara birokrasi atau pun apa saja yang akan ditawarkan sebagai bagian dari situs pariwisata budaya mencerminkan identitas dan keunikan daerah tersebut. Keunikan-keunikan tersebut harus dikemas dalam bentuk yang elegan untuk

menguatkan daya tarik wisatawan. Disamping itu, dalam fungsinya sebagai bagian dari menejemen pengembangan pariwisata budaya harus pula memiliki daya dukung yang mempuni dalam pelayanannya. Oleh sebab itu, pelayanan dari segala aspek akan sangat mempengaruhi intensitas wisatawan untuk berkunjung. Wawasan pelayanan publik yang mempuni seperti akan didiskusikan selanjutnya menjadi penting untuk diberikan kepada menejemen yang secara langsung menangani kegiatan pariwisata budaya tersebut.

https://www.google.com/search?

ei=td4wW7ngCcLkvATvxrv4Ag&q=contoh+jurnal+pengembangan+pariwisata+budaya&oq=contoh+jurnal

(5)

Strategi Pengembangan Pariwisata Budaya yang Berkelanjutan Pada Kampung Lawas Maspati, Surabaya Kampung pada kawasan kota lama Surabaya memiliki potensi untuk berkembang menjadi destinasi wisata dengan daya tarik budaya hidup serta bangunan cagar budaya [4]. Salah satu kampung tersebut adalah Kampung Lawas Maspati yang memiliki daya tarik bangunan bersejarah, lingkungan yang asri, produk lokal setempat, dan keramahan warga yang sangat baik. Atas dasar inisiatif warga setempat, kampung ini resmi ditetapkan oleh Walikota Surabaya bersama dengan PT. Pelindo III sebagai Kampung Wisata Lawas Maspati. Wisata budaya yang berkembang pada Kampung Lawas Maspati memiliki tiga kedudukan penting. Pertama sebagai salah satu strategi untuk menjaga keberlanjutan nilai-nilai budaya yang ada pada kampung [5]. Kedua, sebagai media mengenalkan sejarah Kota Surabaya dan budaya lokal setempat kepada masyarakat luas. Ketiga, aktivitas pariwisata dapat menggerakkan perekonomian kreatif yang secara langsung berpotensi untuk memberi nilai tambah bagi pendapatan warganya. Lokasi kampung Lawas Maspati yang berada pada pusat kota termasuk dalam kawasan dengan nilai ekonomi tinggi dan strategis dikarenakan dekat dengan pusat perbelanjaan Pasar Turi, stasiun Pasar Turi dan Pusat Grosir Surabaya. Hal tersebut mengindikasikan adanya keuntungan dan tantangan yang dihadapi

Kampung Lawas Maspati. Tantangan yang dihadapi menekankan pada ancaman terhadap eksistensi kampung di tengah kawasan dengan nilai ekonomi tinggi. Meningkatnya harga lahan di pusat kota memberi stimulus tersendiri bagi masyarakat kampung untuk menjual lahannya pada investor karena besarnya keuntungan yang dapat diperoleh. Sedangkan keuntungan dari lokasi kampung pada pusat kota adalah kemudahan akses menuju kampung dengan adanya kondisi infrastruktur yang baik. Pariwisata yang berkelanjutan adalah pariwisata yang dapat menciptakan hubungan yang seimbang dan harmonis di antara tiga elemen pariwisata yaitu kualitas pengalaman wisatawan, kualitas sumberdaya pariwisata, dan kualitas hidup masyarakat setempat [6]. Saat ini Kampung Lawas Maspati masih memerlukan pendampingan dan strategi untuk merealisasikan elemen-elemen di dalam pariwisata yang berkelanjutan. Berdasarkan kondisi lapangan, beberapa bangunan lama yang menjadi ikon pada

kampung kondisinya sudah rusak dan kurang terawat. Selain itu, sebagai destinasi wisata budaya Strategi Pengembangan Pariwisata Budaya yang Berkelanjutan Pada Kampung Lawas Maspati, Surabaya Ni Ketut Ratih Larasati dan Dian Rahmawati Departemen Perencanaan Wilayah dan Kota, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan, Institut Teknologi Sepuluh Nopember , yang tergolong baru pengembangan melalui pendekatan pariwisata budaya yang berkelanjutan masih diperlukan agar eksistensi kampung ditengah perkembangan kota yang semakin modern dapat terus dipertahankan.

https://www.google.com/search?

ei=4tYwW4rCC8LpvgTF8q7gDQ&q=contoh+jurnal+sejarah+pengembangan+pariwisata+budaya+&oq=co

ntoh+jurnal+sejarah+pengembangan+pariwisata+budaya+&gs_l=psy- ab.3..35i39k1l2.27629.28706.0.29617.7.7.0.0.0.0.637.1088.0j3j5-1.4.0....0...1.1.64.psy-ab..3.4.1085....0.clR1TJyfU3g#

PENGEMBANGAN POTENSI PARIWISATA Kabupaten Sumenep, Madura, Jawa Timur

(6)

promosi untuk pengenalan pariwisatanya, yang dimana setiap tahunnya pun mengalami peningkatan-peningkatan yang cukup efektif meski belum secara luas dikenal oleh semua masyarakat. Pemerintah Kabupaten Sumenep pun juga mengembangkan pariwisatanya hal ini dilakukan agar para pelancong dapat menikmati keindahan wisata di Sumenep, sehingga pemerintah kabupaten Sumenep memperoleh sumber pendapatan daerah dari segi pariwisata yang dimana diimbangi dengan pengembangan dan promosi-promosi, dalam pengembangannya pun pemerintah daerah juga bekerjasama dengan media guna menampilkan wisata yang ada di Sumenep bertepatan hari jadi Kabupaten Sumenep sebab kegiatan ini sebagai alat promosinya. pengembangan pariwisata yang dilakukan pemerintah kabupaten sumenep masih dalam proses pembangunan infrastruktur dan masih melakukan kegiatankegiatan promosi hal ini guna menarik para wisatawan-wisatawan dalam maupun luar negri, dengan

menggunakan data yang telah dikumpulkan oleh dinas kebudayaan pariwisata pemuda dan olahraga kunjungan wisata meningkat secara pasti dari hitungan bulan maupun setiap tahunnya. Potensi pariwisata yang ada di Sumenep yang cukup banyak, ini dapat dilihat dari keadaan geografinya yang dimana dikelilingi oleh banyaknya wisata di daerah tersebut dan di dukung pula Jurnal Politik Muda, Vol. 3 No. 3, Agustus-Desember 2014, 412-421 416 keragaman wisatanya, misalnya: wisata religi, wisata pantai bahkan wisata kuliner. Banyaknya objek wisata yang cukup itu tetapi ada wisata yang sangat menonjol di Sumenep yaitu wisata religi. Kenapa wisata religi? Sebab Sumenep mempunyai budaya religi yang sangat kental dan masyarakatnya sendiri masih memegang adat tersebut, hal itulah yang menjadi trademark dari Kabupaten Sumenep sendiri. Pengembangan pariwisata yang cukup pesat itulah yang memberikan suatu dampak bagi masyarakat sebab saat ini semakin ramai kunjungan wisata ke Madura khususnya sumenep hal ini karena adanya keseimbangan antara pemerintah dan masyarakat dalam mengisi potensi yang diberikan. Pengembangan potensi pariwisata yang terjadi saat ini juga memberikan dampak dalam pelaksanaan otonomi daerah, sumenep merupakan kabupaten yang mampu

menjalankan otonomi daerah dengan baik hal ini dibuktikan sukses dalam peningkatan PAD sebab sukses atau tidaknya suatu daerah dalam menjalankan otonomi daerah dilihat dari sektor pendapatan daerah. Pengembangan pariwisata yang terjadi di sumenep ini tidak hanya bagi negara saja sebab dalam prakteknya dinas-dinas lain juga ikut memberikan sumbangsihnya untuk kemajuan kabupaten sumenep itu sendiri itu dapat dilihat bagaimana pemerintah daerah mengkoordinasikan bagi seluruh dinas untuk membantu pengembangan pariwisata yang ada di sumenep karena dengan adanya koordinasi itu akan semakin mudah bagi dinas kebudayaan pariwisata pemuda dan olahraga untuk mencapai targetnya.

https://www.google.com/search?

biw=1242&bih=533&ei=IO8wW6W8AcuFvQSC0ba4Bg&q=jurnal+perkembangan+pariwisata+di+indonesi

a&oq=jurnal+tentang+perkembangan+pariwisata&gs_l=psy- ab.1.2.35i39k1j0i22i30k1l9.192067.192568.0.197305.4.4.0.0.0.0.459.459.4-1.1.0....0...1.1.64.psy-ab..3.1.456....0.-t9y4QWCuh0#

ANALISIS STRATEGI PENGEMBANGAN PARIWISATA DAERAH (Studi pada Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Daerah Kabupaten Nganjuk)

(7)

peninggalan dan purbakala yang berbeda-beda. Di sini Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Daerah

Kabupaten Nganjuk adalah instansi yang berwenang untuk mengelola dan mengembangkan objek wisata yang ada di daerah Kabupaten Nganjuk. Menurut Yoeti (2008, h.273) pengembangan adalah usaha atau cara untuk memajukan serta mengembangkan sesuatu yang sudah ada. Pengembangan pariwisata pada suatu daerah tujuan wisata selalu akan diperhitungkan dengan keuntungan dan manfaat bagi masyarakat yang ada di sekitarnya. Pengembangan pariwisata harus sesuai dengan perencanaan yang matang sehingga bermanfaat baik bagi masyarakat, baik juga dari segi ekonomi, sosial dan juga budaya. Jurnal Administrasi Publik (JAP), Vol. 1, No. 4, Hal. 135-143 | 140 Dalam melakukan pengembangan pariwisata pemerintah daerah Kabupaten Nganjuk memberikan tanggung jawab kepada Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Daerah Kabupaten Nganjuk untuk terus mengembangkan potensi pariwisata di tiaptiap objek wisata di Kabupaten Nganjuk. Salah satu usaha melestarikan alam serta lingkungan alam adalah dengan mengembangkan pariwisata sesuai kebutuhan masing-masing objek wisata tersebut. Konsentrasi untuk pengembangan objekobjek wisata di Nganjuk dilakukan dengan mengembangkan objek wisata yang sudah punya nama atau sudah dikenal banyak orang seperti Air Terjun Sedudo dan selanjutnya pengembangan di objek wisata Nganjuk yang lain. Jadi, tidak langsung keempatnya dilakukan pengembangan karena terbentur dengan dana yang didapat oleh Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Daerah Kabupaten Nganjuk

https://www.google.com/search?biw=1242&bih=533&ei=7PUwW6C1KcTzvASu-oD4BQ&q=jurnal+

Referensi

Dokumen terkait

Tujuan dilaksanakannya penelitian ini adalah mengetahui kandungan klorofil-α, komposisi dan kelimpahan larva dan juvenil ikan serta di sungai, muara dan laut yang

Bab III metode penelitian, terdiri dari: (a) berisi pendekatan dan jenis penelitian; (b) populasi, sampling dan sampel penelitian, (c) sumber data, variabel dan

Pengklasifikasian usaha restoran bintang (bintang 1, bintang 2, & bintang 3), restoran non bintang, dan rumah makan dilakukan oleh Lembaga Sertifikasi Usaha (LSU) Bidang

Hasil penelitian menunjukan bahwa wanita yang mengalami kanker payudara paling banyak adalah riwayat lama menyusui < 2 tahun sejumlah 24 orang lebih banyak

c. Dalam pelaksanaan tugas dan kewajiban tersebut, Sekretaris Daerah bertanggung jawab kepada Kepala Daerah. Sebagai pelaksanaan dari anamat undang-undang tentang pemerintahan

Dalam memutus mata rantai covid-19 di tengah masyatakat Kota Gunungsitoli dan masyarakat Kecamatan Alo’oa pada khususnya, maka upaya-upaya Binmas Polsek Gunungsitoli

Limbah pertanian, seperti jerami, memiliki kandungan nutrisi dan daya cerna yang rendah, sehingga perlu penerapan teknologi seperti halnya dengan melakukan fermentasi, seperti

Berdasarkan latar belakang diatas, rumusan masalah penelitian ini adalah : “Adakah Pengaruh Tindakan Restrain Fisik Dengan Manset Terhadap Penurunan Perilaku Kekerasan Pada