• Tidak ada hasil yang ditemukan

Proses produksi dan analisis mutu (1)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Proses produksi dan analisis mutu (1)"

Copied!
3
0
0

Teks penuh

(1)

4.1.1 Tahapan Produksi Gula

Secara keseluruhan proses pembuatan gula dari awal hingga akhir terbagi menjadi enam tingkat pengolahan/ stasiun yaitu:

1. Stasiun Gilingan a. Stasiun Persiapan

Tebu sebagai bahan baku pengolahan gula yang diangkut dengan truk, masuk timbangan bruto kemudian tebu langsung ke lerekan. Kemudian truk kembali ke timbangan tara, berat tebu (netto) dapat diketahui dari selisih perhitungan bruto dan tara. Kebun tebu yang berasal dari kebun sekitar pabrik. Untuk mengatur masa penggilingan, tebu yang sudah ditimbang didaftar menurut tanggal masuk. Hal ini dimaksudkan untuk menghindari kerusakan tebu oleh bakteri karena lamanya disimpan, yang bisa menyebabkan turunnya rendemen. Lama penyimpanan juga bisa menyebabkan kekeringan bahan. Ataupun pabrik mengenai penyimpanan tebu yaitu tidak boleh lebih dari 36 jam. Untuk menghindari penurunan rendemen tersebut, tebu sisa kemarin harus segera digiling terlebih dahulu, sistem ini disebut sistem FIFO (First in First out).

b. Stasiun Gilingan

Pada stasiun gilingan ini berfungsi sebagai penghasil nira yaitu dengan memisahkan nira dari ampas tebu. Pada dasarnya yang ada pada gilingan dilakukan secara ekstraksi mekanik, yaitu dengan cara memberikan tekanan pada serpihan tebu basah yang masuk ke dalam bukaan kerja gilingan yang dilakukan oleh rol atas dengan tekanan hidrolik. Pada ekstraksi mekanik, nira yang ada dalam derpihan tebu akan terpisah dari bagian solidnya. Pada ekstraksi mekanik, nira yang ada pada serpihan tebu kan terpisah dari bagian solidnya. Jalan proses yang berlangsung adalah:

a) Emplasemen, berfungsi sebagai tempat antrian tebu sebelum dipindahkan ke Cane Table. b) Overhead Crane Timur, berfungsi untuk memindahkan tebu dari truk ke cane table

c) Cane table, berfungsi sebagai tempat menampung tebu yang akan digiling dan mengatur ketebalan tumpukan agar tidak terlalu banyak atau terlalu sedikit.

d) Cane carrier, berfungsi sebagai alat transportasi serpihan tebu. Pada cane carrier terdapat cane laveller

e) Cane laveller, berfungsi utnuk meratakan tebu pada cane carrier agar permukaan tebu tidak terlalu tebal, sehingga kerja pisau tidak terlalu berat.

f) Cane cutter, berfungsi untuk memotong tebu menjadi potongan kecil.

(2)

c. Stasiun Pemurnian

Hasil gilingan tebu yaitu nira masih banyak mengandung kotoran sehingga perlu dilakukan proses lanjutan untuk menghilangkannya dengan melalui proses pemurnian. Tujuan utama stasiun pemurnian yaitu:

a) Menghilangkan kotoran dan zat-zat koloid (ampas halus, lilin pasir, dll) b) Menghilangkan kekeruhan dengan proses pengendapan.

c) Untuk menaikkan suhu nira yang artinya mencegah terjadinya reaksi pembentukan kalsium bisulfit yang merupakan garam mudah larut yang tidak dapat mengendap, menggumpalkan koloid, terutama protein agar mudah mengendap pada bak pengendap, serta menonaktifkan mikroorganisme perusak sukrosa.

d. Stasiun Penguapan

Pada stasiun ini bertujuan untuk menjenuhkan nira bersih dengan jalan menguapkan air yang terdapat dalam nira sampai tingkat kekentalan tertentu, yaitu 600 – 650 brix. Nira yang

terkandung dalam nira encer yang perlu diuapkan ± 80 – 85% dari larutan. Pada proses ini ada beberapa hal yang perlu diperhatikan antara lain:

a) Sukrosa tidak boleh rusak, hal ini ada dimaksudkan karena pada suhu yang tinggi bisa menyebabkan terjadinya karamelisasi, sehingga untuk mencegah kerusakan tersebut diusahakan evaporator bekerja dengan suhu yang tidak terlalu tinggi dan tekanan dibawah suhu atmosfer.

b) Waktu tinggal yang serendah-rendahnya, waktu yang relative lama akan menyebabkan terhambatnya proses di stasiun berikutnya dan kerusakan sukrosa cukup besar.

Pemanasan dengan menggunakan uap bekas dari ketel ini bertujuan untuk memanaskan nira bersih agar nira mempunyai suhu yang baik untuk diuapkan lebih lanjut di evaporator.

e. Stasiun Masakan

Tujuan proses pemasakan atau kristalisasi adalah utnuk mengubah bentuk sukrosa (larutan nira kental) menjadi bentuk kristal. Adapun tahapan proses yang terjadi pada stasiun masakan adalah:

1) Tahap pemekatan nira, yaitu pemanasan nira sampai lewat jenuh, keadaan lewat jenuh tersebut menyebabkan terbentuknya kristal sukrosa. Kristalisasi diusahakan terjadi pada suhu serendah mungkin, karena pada suhu tinggi menyebabkan karamelisasi, oleh karena tu digunakan kondisi vakum pada pan-pan masakan di stasiun masakan.

(3)

harus dilakukan dengan biaya rendah, waktu yang singkat, dan mutu tinggi, utnuk dapat mencapai tujuan tersebut secara efisien maka proses masakan dilakukan secara bertingkat, tergantung tingkat kemurnian nira.

f. Stasiun putaran

Tujuan stasiun putaran adalah untuk memisahkan kristal yang telah terbentuk dalam proses kristalisasi dengan larutannya (stroop). Stasiun ini tidak dapat dipisahkan hubungannya dengan stasiun masakan karena kedua stasiun ini saling mengisi, artinya hasil dari stasiun masakan digunakan sebagai bahan untuk stasiun putaran dan sebaliknya. Pada proses pemutaran ini digunakan alat yang terbentuk dua silinder dimana bagian dalamnya berlubang-lubang dan berpuat sedangkan bagian luarnya berupa plat utuh.

g. Stasiun Penyelesaian

Pada stasiun penyelesaian ini tujuan utamanya adalah utnuk mengeringkan kristal gula, karena gula yang turun dari puteran masih basah, disamping itu suhu gula masih tinggi sehingga perlu diturunkan. Selain itu untuk menyeleksi kotoran yang mungkin ikut tercampur dengan gula, memilih kristal SHS yang berukuran standart sebgai produk dan megepak gula SHS dalam karung.

Kristal gula hasil proses pemutaran masih mempunyai suhu sekitar 500 dan kadar air

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan pada siswa siswa Tim bola voli SMK Taruna Mandiri Pekanbaru yang mengikuti olahraga bola voli untuk mengetahui

Makalah Penulisan dan Seminar Ilmiah dengan judul "Kajian Pengaruh Cara Perlakuan pada Selada Air terhadap Kandungan Mikroorganisme'', yang diajukan oleh Ozora

Dari pembahasan di atas dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan pola kuman terbanyak sebagai agen penyebab infeksi di ICU beberapa rumah sakit di Indonesia, namun pada

Pay loader adalah alat berat yang biasanya digunakan untuk mengangkut puing - puing bongkaran bangunan, kotoran di sungai, batu, dll untuk kemudian ditaruh di dalam truk

terdistribusi secara merata pada daerah tekan ekivalen yang dibatasi tepi penampang dan suatu garis lurus yang sejajar dengan sumbu netral sejarak a=β 1 .c dari serat

Penilaian untuk kegiatan jurnal klub / presentasi makalah dalam acara ilmiah Tanggal Kegiatan Judul jurnal & artikel Tempat. Kegiatan Peran

Dari hasil tes pada uji terbatas dan uji meluas dengan pengukuran regresi ganda pada tingkat signifikansi 5% (α=0,05), disimpulkan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan

menggunakan rumus Debye Scherrer, didapati bahwa temperatur pemanasan mempengaruhi struktur dan ukuran kristal pada sample, semakin besar pemanasan yang diberikan