BAB II
TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori
Peringkat obligasi mencerminkan kelayakan kredit perusahaan untuk bisa
membayar kewajibannya terkait dengan suatu surat hutang tertentu. Peringkat
obligasi harus diperhatikan oleh investor apabila investor akan membeli obligasi
karena peringkat obligasi dapat menunjukan risiko obligasi. Risiko obligasi terkait
dengan kemampuan perusahaan yang mengeluarkan obligasi untuk membayar
pokok pinjaman dan bunga pada saat jatuh tempo. Misalnya, membeli obligasi
dengan peringakat BBB ke atas relative lebih aman dibandingkan dengan dengan
obligasi dengan peringkat B ke bawah, dikarenakan obligasi yang memiliki
peringkat ke bawah memiliki yield yang tinggi, peringkat rendah, dan risiko
default besar, yaitu peluang emitan atau peminjam akan mengalami kondisi tidak
mampu memenuhi kewajiban keuangannya.
2.1.1 Teori Sinyal (Signaling Theory)
Teori sinyal menjelaskan mengapa perusahaan mempunyai dorongan
untuk memberikan informasi laporan keuangan pada pihak eksternal.
Dorongan perusahaan untuk memberikan informasi karena terdapat asimetri
informasi antara perusahaan dan pihak luar. Konsep teori sinyal dan asimetri
informasi sangat berkaitan erat dimana teori asimetri informasi terjadi ketika
pihak-pihak yang berkaitan dengan perusahaan tidak mempunyai informasi
Manajer biasanya mempunyai informasi yang lebih baik dibandingkan
dengan pihak luar seperti investor. Sehingga terjadi asimetri informasi antara
manajer dan investor. Investor yang merasa mempunyai informasi sedikit,
akan berusaha menginterpretasikan perilaku manajer. Dengan kata lain,
perilaku manajer dalam hal menentukan struktur modal bisa dianggap sebagai
sinyal oleh pihak luar (investor). Kurangnya informasi pihak luar mengenai
perusahaan menyebabkan mereka melindungi diri dengan memberikan harga
yang rendah untuk perusahaan. Menurut Mamduh (2004:314) menyatakan
bahwa “perusahaan dapat meningkatkan nilai perusahaan, dengan
mengurangi informasi asimetri. Salah satu cara untuk mengurangi informasi
asimetri adalah dengan memberikan sinyal pada pihak luar termasuk
investor”.
Teori sinyal mengemukakan bagaimana seharusnya sebuah perusahaan
memberikan sinyal kepada pengguna laporan keuangan. Sinyal ini berupa
informasi mengenai apa yang sudah dilakukan oleh manajemen untuk
merealisasikan keinginan pemilik. Sinyal dapat berupa promosi atau
informasi lain yang menyatakan bahwa perusahaan tersebut lebih baik
daripada perusahaan lain. Informasi berupa pemberian peringkat obligasi
yang dipublikasikan diharapkan dapat menjadi sinyal kondisi keuangan
perusahaan dan menggambarkan kemungkinan yang terjadi terkait dengan
2.1.2 Pasar Modal
Dalam perkembangannya, para ahli ekonom dalam mendefenisikan
ruang lingkup pasar modal memiliki cara pandang dan pemikiran yang sedikit
berbeda-beda. Menurut Latumaerissa (2011:353) mendefeniskan pasar modal
sebagai “pasar yang menyediakan sumber pembelanjaan dengan jangka
waktu yang relatif panjang, yang diinvestasikan pada barang modal untuk
menciptakan dan memperbanyak alat produksi dan pada akhirnya
meningkatkan kegiatan perekonomian. Sementara menurut Undang-Undang
Pasar Modal Nomor 8 (1995 dalam Syahyunan, 2013:300) memberikan
pengertian yang lebih spesifik mengenai pasar modal, yaitu: “kegiatan yang
bersangkutan dengan penawaran umum dan perdagangan efek, perusahaan
publik yang berkaitan dengan efek yang diterbitkannya, serta lembaga dan
profesi yang berkaitan dengan efek”. Efek adalah surat-surat pengakuan
utang, surat berharga komersial, saham, obligasi, sekuritas kredit, tanda bukti
hutang, right (bukti right), warrant, opsi, atau setiap derivatif dari efek atau
setiap instrumen yang ditetapkan oleh lembaga pasar modal sebagai efek.
Pasar modal merupakan pasar yang menjadi penghubung antara pemilik dana
dalam hal ini pemodal atau investor dengan pengguna dana dalam hal ini
emiten atau perusahaan. Efek-efek pasar modal ini lah yang diperdagangkan
dan nantinya dapat menunjang kestabilan perekonomian Indonesia melalui
peningkatan kualitas kinerja perusahaan dan kesejaterahan masyarakat.
Obligasi diterbitkan dan diperdangkan di pasar modal sehingga secara
pernah ada. Tentunya perusahaan-perusahaan yang sudah go public atau yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia sajalah yang berhak mendapatkan
instrumen-intrumen pasar modal ini.
Pasar modal memiliki peranan yang sangat besar bagi pelaku-pelaku
ekonomi baik bagi perusahaan, investor atau bahkan bagi lembaga-lembaga
penunjang pasar modal. Bagi perusahaan, pasar modal dapat dijadikan
sebagai sumber pendanaan untuk dapat mengembangkan dan meningkatkan
proses produksinya, sementara bagi investor pasar modal dapat dijadikan
sebagai instrumen untuk meningkatkan keuntungan atau balas jasa atas dana
yang telah di investasikan dalam pasar modal tersebut. Bersamaan dengan ini,
dengan adanya pasar modal membuka kesempatan bagi lembaga-lembaga
penunjang pasar modal terkhusus PT PEFINDO selaku lembaga penilai
sekuritas utang agar menjalankan kegiatannya secara independen dan
profesional.
2.1.3 Investasi
Investasi merupakan suatu kegiatan menempatkan dana pada satu atau
lebih dari satu asset selama periode tertentu dengan harapan dapat
memperoleh penghasilan atau peningkatan nilai investasi dimasa yang akan
datang atau dalam jangka waktu yang panjang. Investasi menurut Jogiyanto
(1998:5) adalah sebagai berikut:
investasi tak langsung. Investasi langsung dilakukan dengan membeli langsung aktiva keuangan dari suatu perusahaan baik melalui perantara atau dengan cara lain, sedangkan investasi tak langsung dilakukan dengan membeli surat-surat berharga dari perusahaan investasi.
Pengertian investasi menunjukkan bahwa tujuan investasi adalah
meningkatkan kesejahteraan investor, baik sekarang maupun dimasa yang
akan datang. Pada umumnya para investor mempunyai sifat tidak menyukai
resiko (risk-aderse), yaitu apabila mereka dihadapkan pada suatu kesempatan
investasi yang mempunyai risiko tinggi maka para investor tersebut akan
mensyaratkan tingkat keuntungan yang lebih besar. Semakin tinggi risiko
suatu kesempatan investasi, maka semakin tinggi pula tingkat keuntungan
yang disyaratkan oleh investor. Konsep ini juga berlaku pada investasi dalam
saham maupun obligasi.
2.1.4 Obligasi
2.14.1 Pengertian Obligasi
Berkembangnya ilmu pengetahuan saat ini, para ekonom
mendefenisikan obligasi sangat beragam namun secara keseluruhan
memiliki makna atau pengertian yang hampir sama. Menurut
Latumaerissa (2011:366) menyatakan bahwa “obligasi adalah surat
utang yang berjangka waktu lebih dari satu tahun dan bersuku bunga
tertentu, yang dikeluarkan oleh perusahaan untuk menarik dana dari
masyarakat, guna pembiayaan perusahaan atau oleh pemerintah untuk
surat berharga karena pemegang obligasi memiliki klaim terhadap
pembayaran bunga dan pokok pinjaman yang telah ditetapkan.
Obligasi memiliki beberapa karakteristik menurut Latumaerissa
(2011:367) antara lain sebagai berikut:
1. Nilai nominal (face value), nilai pokok dari suatu obligasi yang akan diterima oleh pemegang obligasi pada saat obligasi tersebut jatuh tempo.
2. Kupon (interest rate), nilai bunga yang diterima pemegang obligasi secara berkala (kelaziman pembayaran kupon obligasi adalah setiap tiga atau enam bulanan).
3. Jatuh tempo (maturity), tanggal dimana pemegang obligasi akan mendapatkan pembayaran kembali pokok atau nilai nominal obligasi yang dimilikinya. Periode jatuh tempo obligasi bervariasi mulai dari 365 hari sampai dengan diatas 5 tahun.
4. Penerbit/emiten (issuer), dengan mengetahui dan mengenal penerbit obligasi merupakan faktor sangat penting dalam melakukan investasi obligasi retail. Mengukur resiko atau kemungkinan dari penerbit obligasi tidak dapat melakukan pembayaran kupon atau pokok obligasi tepat waktu (default risk) dapat dilihat dari peringkat atau rating obligasi yang dikeluarkan oleh lembaga pemeringkat dalam hal ini lembaga pemeringkatan PT PEFINDO.
Dari karakteristik yang ada suatu obligasi memiliki nilai
nominal (face value), kupon (interest rate), dan jatuh tempo (maturity)
yaitu tanggal dimana pemegang obligasi mendapatkan pembayaran
kembali pokok atau nilai nominal obligasi yang dimilikinya. Selain itu
obligasi memiliki peringkat atau rating yang di berikan oleh lembaga
pemeringkat seperti PT. PEFINDO sebagai pengukur risiko
kemungkinan penerbit obligasi tidak dapat melakukan pembayaran
2.1.4.2 Manfaat Obligasi
Obligasi memiliki banyak keuntungan atau manfaat menurut
Syahyunan (2013:18) antara lain sebagai berikut:
1. Dapat memperoleh dana yang relatif besar dan diterima sekaligus (tidak dengan termin-termin).
2. Biaya relatif murah. 3. Proses relatif murah.
4. Dengan adanya keterbukaan berarti jugag mengharuskan adanya peningkatan profesionalisme.
5. Emiten akan lebih dikenal masyarakat.
6. Obligasi merupakan sumber pembiayaan jangka panjang bagi perusahaan, dengan jangka waktu sekurang-kurangnya 3 (tiga) tahun.
7. Bisa menggunakan jasa penanggung (guarantor) apabila Debt to Equity Ratio (DER) emiten tinggi.
8. Pembayaran tingkat bunga dapat dilakukan berdasarkan tingkat bunga tetap atau dengan tingkat bunga mengambang.
Keuntungan obligasi yaitu memberikan pendapatan tetap (fixed
income) berupa kupon. Dimana pemegang obligasi akan mendapatkan
pendapatan bunga secara rutin selama waktu berlakunya obligasi.
Selain itu, perusahaan penerbit obligasi dapat memperoleh dana secara
lansung untuk pembiayaan jangka panjangnya.
Menurut Sunariyah (2004) menyatakan bahwa “manfaat utama
obligasi yaitu tingkat bunga obligasi bersifat konstan, dalam arti tidak
dipengaruhi harga pasar obligasi. Pemegang obligasi dapat
memperkirakan pendapatan yang akan diterima, sebab dalam kontrak
perjanjian sudah ditentukan secara pasti hak-hak yang akan diterima
pemegang obligasi”. Apabila dibandingkan dengan saham, return
laba perusahaan. Apabila laba perusahaan turun, maka dividen juga
turun, dan sebaliknya. Dari sisi lain, karena pendapatan obligasi dapat
diprediksi, maka pemegang obligasi dapat membuat portofolio obligasi
yang lebih baik, dibandingkan dengan portofolio saham.
Dalam struktur keuangan perusahaan, obligasi mempunyai
urutan lebih diutamakan daripada saham untuk mendapatkan haknya
apabila perusahaan melakukan likuidasi. Urutannya adalah pajak
pemerintah, hutang jangka pendek, obligasi (hutang jangka panjang),
kemudian preffered stock dan yang terakhir adalah common stock
(Keown dkk, 2011:236). Sehingga pemegang obligasi lebih
dipentingkan daripada pemegang saham perusahaan publik apabila
menuntut hak pembayaran pada saat perusahaan mengalami pailit.
Setelah hak pemegang obligasi terpenuhi maka baru dipenuhi hak
pemegang preffered stock dan common stock.
2.1.4.3 Kelemahan Obligasi
Selain memiliki kelebihan, obligasi juga memiliki beberapa
kelemahan yang nantinya akan menjadi resiko investasi yang dilakukan
oleh investor, adapun beberapa kelemahan obligasi menurut Syahyunan
(2013:312) antara lain sebagai berikut:
2. Capital loss atau kerugian dalam bentuk bunga, Meskipun tingkat bunga konstan, harga obligasi sangat berfluktuasi. Harga obligasi sangat tergantung kepada kebijakan pemerintah atau bank sentral. Tingkat bunga pasar keuangan dengan harga obligasi mempunyai hubungan negatif, apabila harga obligasi naik maka tingkat bunga akan turun, demikian sebaliknya. Sehingga, pemodal harus memperhatikan pergerakan harga obligasi agar dapat mempertimbangkan waktu beli yang menguntungkan.
3. Callability atau resiko penarikan, Apabila dalam kontrak perjanjian obligasi ada persyaratan penarikan obligasi, perusahaan dapat menarik obligasi sebelum jatuh tempo dengan membayar sejumlah premium. Hal ini kelihatannya menguntungkan pemegang obligasi, tetapi biasanya obligasi yang diambil dijual kembali dengan tingkat bunga yang lebih rendah oleh penerbit obligasi (yang disebut refunding). Sebagai akibatnya, pemegang obligasi belum siap untuk reinvestasi, atau dinamakan reinvestment risk.
Salah satu kelemahan utama dalam obligasi yaitu gagal bayar,
akan terjadi ketika sebuah perusahaan tidak mampu melunasi
kewajibannya ataupun mengalami kebangkrutan sehingga pemegang
obligasi akan menderita kerugian. Ini merupakan risiko terbesar yang
harus di hindari investor. Selain itu kerugian dalam bentuk bunga
(capital loss) dapat terjadi apabila harga obligasi mengalami penurunan,
harga obligasi sangat tergantung pada kebijakan pemerintah atau bank
sentral. Sehingga, investor harus memperhatikan pergerakan harga
obligasi agar dapat mempertimbangkan waktu beli yang
2.1.4.4 Jenis-jenis Obligasi
Beberapa ahli ekonom telah mengklasifikasikan jenis-jenis
obligasi, secara umum terdapat jenis-jenis obligasi antara lain sebagai
berikut:
1. Obligasi atas dasar emiten (penerbitnya)
a. Obligasi Pemerintah Pusat (Government Bond), adalah sekuritas
pemerintah yang digunakan untuk pendanaan dalam hutang
pemerintah (obligasi RI tahun 1950).
b. Obligasi Badan Usaha Milik Negara (State Owned Company
Bond), adalah obligasi yang diterbitkan oleh BUMN untuk
pendanaan (obligasi Jasa Marga, BAFINDO).
c. Obligasi Perusahaan Swasta (Corporate Bonds), adalah sekuritas
yang mencerminkan janji dari perusahaan yang menerbitkan
untuk memberikan sejumlah pembayaran berupa pembayaran
kupon dan pokok pinjaman kepada pemilik obligasi, selama
jangka waktu tertentu. Obligasi ini terdiri dari:
1) Participating Bonds, Pemilik obligasi selain memperoleh
bunga yang tetap juga memperoleh pembagian keuntungan
yang diperoleh perusahaan.
2) Client Bonds, obligasi yang diberikan kepada langganan
perusahaan dalam rangka mengembangkan pemilikan efek
3) Debenture Bonds, obligasi yang tidak dijamin atau tanpa suatu
jaminan.
2. Obligasi atas tingkat bunga. Obligasi yang tingkat bunganya berbeda-beda, antara lain sebagai berikut:
a. Fixed Coupon Rate, obligasi yang memberikan bunga yang tetap
jumlahnya kepada pemiliknya. Contohnya: Obligasi dengan
bunga ditangguhkan, obligasi dengan premi, obligasi indeks.
b. Floating/variable coupon rate,obligasi yang menawarkan suku
bunga mengambang (tidak tetap) kepada pemiliknya. Contohnya:
Obligasi dengan bunga variabel, obligasi indeks.
c. Zero coupon bond,obligasi dengan tingkat bunga nol artinya
obligasi ini dijual dengan diskon pada awal periode dan kemudian
dilunasi sesuai nominal pada akhir periode.
3. Obligasi atas dasar jaminan, terdiri dari:
a. Secured Bonds, obligasi yang dikeluarkan dengan jaminan.
Contohnya: obligasi dengan garansi, obligasi dengan jaminan
aset, obligasi dengan klausal hipotek negatif.
b. Unsecured Bonds, obligasi yang tidak disertai jaminan apapun.
Contohnya: debenture bonds.
4. Obligasi atas dasar jangka waktu, terdiri dari:
a. Obligasi dengan jangka waktu terbatas (Limited Bonds), obligasi
yang memiliki jangka waktu jatuh tempo untuk pengambilan
b. Obligasi dengan jangka waktu tidak terbatas (Unlimited Bonds),
obligasi yang tidak dibatasi oleh jangka waktu tertentu untuk
pengambilan hutangnya.
2.1.4.5 Peringkat Obligasi (Bonds Rating)
Secara umum, bond rating merupakan suatu tingkat pengukuran
kualitas dan keamanan dari sebuah bond yang didasarkan oleh kondisi
finansial dari bond issuer. Secara spesifik, bond rating merupakan hasil
dari evaluasi yang dilakukan lembaga pemeringkat yang merupakan
indikator kemungkinan bond issuer untuk dapat membayar hutang dan
bunganya tepat waktu. Tujuan utama proses rating adalah memberikan
informasi akurat mengenai kinerja keuangan, posisi bisnis industri
perseroan yang menerbitkan surat hutang (obligasi) dalam bentuk
peringkat kepada calon investor.
Manfaat umum dari proses bond rating menurut Rahardjo (2004
dalam Nugraha, 2010:7) antara lain sebagai berikut:
1. Sistem informasi keterbukaan pasar yang transparan yang menyangkut berbagai produk obligasi akan menciptakan pasar obligasi yang sehat dan transparan juga.
2. Efisiensi biaya. Hasil rating yang bagus biasanya memberikan keuntungan, yaitu menghindari kewajiban persyaratan keuangan yang biasanya memberatkan perusahaan seperti penyediaan sinking fund, ataupun jaminan aset.
3. Menentukan besarnya coupon, semakin bagus rating cenderung semakin rendah nilai kupon dan begitu pula sebaliknya.
investasi yang mungkin timbul, serta jenis dan tingkatan hutang tersebut.
5. Mampu menggambarkan kondisi pasar obligasi dan kondisi ekonomi pada umumnya.
Peringkat obligasi memiliki banyak manfaat, terutama bagi
investor. Peringkat obligasi dapat digunakan sebagai acuan apakah
investor layak untuk berinvestasi pada obligasi tertentu, karena dalam
peringkat obligasi terdapat sinyal akan kemampuan emiten dalam
melunasi kewajiban financialnya. Jadi, investor dapat menggunakan
peringkat obligasi untuk mengidentifikasi risiko default. Sehingga
investor dapat berinvestasi pada obligasi yang tingkat resikonya dapat
di toleransi. Investor tidak perlu melakukan penelitian sendiri untuk
mengetahui rating dari suatu obligasi, melainkan cukup melihat
pengumuman peringkat obligasi yang dikeluarkan oleh lembaga
pemeringkat kredit.
Dengan melakukan analisis dari segi keuangan atau manajemen
dan bisnis fundamentalnya, setiap investor akan dapat menilai
kelayakan bisnis usaha emiten tersebut. Selain itu, investor akan dapat
menilai tingkat risiko yang timbul dari investasi obligasi tersebut.
Beberapa manfaat rating bagi investor adalah sebagai berikut :
a. Informasi risiko investasi. Tujuan utama investasi adalah untuk
meminimalkan risiko serta mendapatkan keuntungan yang maksimal.
Oleh karena itu, dengan adanya bond rating diharapkan informasi
b. Rekomendasi investasi. Investor akan dengan mudah mengambil
keputusan investasi berdasarkan hasil peringkat kinerja emiten
obligasi tersebut. Dengan demikian investor dapat melakukan
strategi investasi akan membeli atau menjual sesuai perencanaannya.
c. Perbandingan. Hasil rating akan dijadikan patokan dalam
membandingkan obligasi yang satu dengan yang lain, serta
membandingkan struktur yang lain seperti suku bunga dan metode
penjaminannya.
Untuk melakukan proses penerbitan obligasi, perusahaan harus
melakukan proses pemeringkatan yang dilakukan oleh lembaga
pemeringkat. Beberapa manfaat yang akan didapatkan dari emiten di
antaranya adalah:
a. Informasi posisi bisnis. Dengan melakukan rating, pihak perseroan
akan dapat mengetahui posisi bisnis dan kinerja usahanya
dibandingkan dengan perusahaan sejenis lainnya.
b. Menentukan struktur obligasi. Setelah diketahui keunggulan dan
kelemahan manajemen, bisa ditentukan beberapa syarat atau struktur
obligasi yang meliputi tingkat suku bunga, jenis obligasi, jangka
waktu jatuh tempo, jumlah emisi obligasi serta berbagai struktur
pendukung lainnya.
c. Mendukung kinerja. Apabila emiten mendapatkan rating yang cukup
bagus maka kewajiban menyediakan sinking fund atau jaminan
d. Alat pemasaran. Dengan mendapatkan rating yang bagus, daya tarik
perusahaan di mata investor bisa meningkat. Dengan demikian,
adanya rating bisa membantu system pemasaran obligasi tersebut
supaya lebih menarik.
e. Menjaga kepercayaan investor. Hasil rating yang independent akan
membuat investor merasa lebih aman, sehingga kepercayaan investor
bisa terjaga.
Definisi peringkat berdasarkan PEFINDO adalah sebagai
berikut:
Tabel 2.1
Peringkat Obligasi berdasarkan PEFINDO
Peringkat Keterangan
IdAAA Merupakan peringkat tertinggi yang menggambarkan obligor memiliki kapasitas yang superior untuk memenuhi komitmen finansial jangka panjang dalam pembayaran hutangnya relatif terhadap obligor Indonesia lainnya.
IdAA Merupakan peringkat yang menggambarkan obligor memiliki kapasitas yang sangat kuat untuk memenuhi komitmen finansial jangka panjang dalam pembayaran hutangnya relatif terhadap obligor Indonesia lainnya. IdA Merupakan peringkat yang menggambarkan obligor
memiliki kapasitas yang kuat untuk memenuhi komitmen finansial jangka panjang dalam pembayaran hutangnya relatif terhadap obligor Indonesia lainnya. Bagaimanapun, sekuritas hutang ini lebih mudah terpengaruh terhadap perubahan kondisi ekonomi dibandingkan sekuritas hutang dengan rating yang lebih tinggi.
komitmen finansial jangka panjang dalam pembayaran hutangnya.
IdBB Merupakan peringkat yang menggambarkan obligor memiliki kapasitas yang agak lemah untuk memenuhi komitmen finansial jangka panjang dalam pembayaran hutangnya relatif terhadap obligor Indonesia lainnya. Kapasitas obligor untuk memenuhi komitmen finansial jangka panjang dalam pembayaran hutangnya mudah terpengaruh oleh ketidakpastian, atau perubahan kondisi bisnis, keuangan dan kondisi ekonomi lainnya.
IdB Merupakan peringkat yang menggambarkan obligor memiliki kapasitas yang lemah untuk memenuhi komitmen finansial jangka panjang dalam pembayaran hutangnya relatif terhadap obligor Indonesia lainnya. Walaupun obligor kini memiliki kapasitas untuk memenuhi komitmen finansial jangka panjang dalam pembayaran hutangnya, adanya perubahan kondisi kondisi bisnis, keuangan dan kondisi ekonomi lainnya dapat melemahkan kapasitas atau willingness pemenuhan kewajiban obligor tersebut.
IdCCC Merupakan peringkat yang menggambarkan obligor memiliki kapasitas yang sangat lemah dan rentan untuk tidak memenuhi komitmen finansial jangka panjang dalam pembayaran hutangnya relatif terhadap obligor Indonesia lainnya.
IdD Merupakan peringkat yang menggambarkan obligor tidak memiliki kapasitas untuk memenuhi komitmen finansial jangka panjang dalam pembayaran hutangnya relatif terhadap obligor Indonesia lainnya. Dengan kata lain obligor dalam kondisi default.
Pada peringkat dari idAA sampai idB dapat dimodifikasi menggunakan notasi plus (+) atau minus (-) untuk menunjukkan kekuatan relatif dalam kategori peringkat tersebut.
Sumber: PEFINDO
2.1.5 PT PEFINDO
PT. PEFINDO atau PT Pemeringkat Efek Indonesia didirikan di Jakarta
pada tanggal 21 Desember 1993, melalui inisiatif Otoritas Jasa Keuangan
Bank Indonesia. Pada tanggal 31 Agustus 1994, Pefindo memperoleh izin
usahanya dengan Nomor. 39/PM-PI/1994 dan menjadi salah satu lembaga
penunjang pasar modal di Indonesia. Tugas utama Pefindo adalah untuk
menyediakan suatu peringkat atas risiko kredit yang objektif, independen,
serta dapat dipertanggungjawabkan atas penerbitan surat hutang yang
diperdagangkan kepada masyarakat luas. Disamping melaksanakan
kegiatannya dalam melakukan pemeringkatan surat hutang, Pefindo juga
menerbitkan dan mempublikasikan informasi kredit sehubungan dengan pasar
perdagangan efek. Publikasi ini terdiri dari opini kredit atas
perusahaan-perusahaan penerbit obligasi beserta sektor aset acuannya. Pefindo
merupakan perseroan terbatas yang saat ini dimiliki oleh 86 badan hukum per
31 Desember 2014 yang mempresentasikan pasar modal Indonesia dengan
tidak satupun pemegang saham yang dimiliki lebih dari 50% saham.
2.1.6 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Peringkat Obligasi
Banyak faktor-faktor yang mempengaruhi peringkat obligasi, dalam
penelitian ini peneliti mengambil beberapa variable-variabel yang
mempengaruhi peringkat obligasi antara lain sebagai berikut:
2.1.6.1 Leverage
Rasio leverage disebut juga sebagai rasio solvitabilitas, menurut
Syahyunan (2013:92) menyatakan bahwa rasio leverage adalah “rasio
untuk mengetahui kemampuan perusahaan dalam melunasi seluruh
untuk mengetahui bagaimana perusahaan mendanai kegiatan usahanya
apakah lebih banyak menggunakan utang atau ekuitas”. Rasio leverage
yang umum dipakai antara lain adalah debt to asset ratio, debt to equity
ratio, time interest earned ratio, fixed charge coverage ratio, dan debt
service coverage. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan satu
proksi yaitu debt to equity ratio. Menurut Sudana (2011:20) debt to
equity ratio adalah “rasio yang mengukur proporsi dana yang
bersumber dari utang untuk membiayai modal perusahaan”. Semakin
besar rasio ini menunjukan bahwa semakin besar pula porsi penggunaan
utang dalam membiayai investasi pada modal, yang berarti pula resiko
keuangan meningkat. Menurut Burton at al (2000) menyatakan bahwa
“semakin besar leverage perusahaan, semakin besar risiko kegagalan
perusahaan. Semakin rendah leverage perusahaan, semakin baik
peringkat yang diberikan terhadap perusahaan”. Hal ini
mengindikasikan perusahaan dengan tingkat leverage yang tinggi
cenderung memiliki kemampuan yang rendah dalam memenuhi
kewajibannya. Semakin tinggi rasio ini berarti sebagian besar aset
didanai dari hutang. Kondisi tersebut menyebabkan perusahaan
dihadapkan pada default risk atau peringkat obligasi yang rendah.
Semakin tinggi leverage, semakin besar risiko kegagalan perusahaan.
Dengan demikian, semakin rendah leverage perusahaan maka akan
semakin tinggi peringkat yang diberikan pada perusahaan. Hasil
menyatakan bahwa leverage secara signifikan berpengaruh terhadap
peringkat obligasi.
2.1.6.2 Profitabilitas
Menurut Kasmir (2008:196) menyatakan bahwa “rasio
profitabilitas merupakan rasio untuk menilai kemampuan perusahaan
dalam mencari keuntungan”. Rasio ini juga memberikan ukuran tingkat
efektivitas manajemen suatu perusahaan. Hal ini ditunjukkan oleh laba
yang dihasilkan dari penjualan dan pendapatan investasi. Rasio
profitabilitas menggambarkan kemampuan perusahaan mendapatkan
laba melalui semua kemampuan dan sumber yang ada seperti kegiatan
penjualan, kas, modal, jumlah karyawan, jumlah cabang, dan
sebagainya. Ada beberapa macam rasio profitabilitas namun penilitian
ini menggunakan satu proksi profitabilitas yaitu return on asset (ROA).
Menurut Sudana (2011:22) menyatakan bahwa “ROA adalah
rasio yang menunjukan kemampuan perusahaan dengan menggunakan
seluruh aktiva yang dimiliki guna untuk menghasilkan laba setelah
pajak”. Rasio ini sangat penting bagi pihak manajemen untuk
mengevaluasi efektivitas dan efisiensi manajemen perusahaan dalam
mengelola seluruh aktiva perusahaan. Semakin besar ROA, berarti
semakin efisien penggunaan aktiva perusahaan atau dengan kata lain
dengan jumlah aktiva yang sama bisa dihasilkan laba yang lebih besar,
Menurut Murcia et al (2014) menyatakan bahwa “semakin
tinggi tingkat profitabilitas perusahaan maka semakin rendah risiko
ketidakmampuan membayar (default) atau semakin baik peringkat yang
diberikan terhadap perusahaan tersebut”. Hasil penelitian yang
dilakukan oleh Magreta dan Nurmayanti (2009), Linandarini (2010) dan
Yohanes (2012) menyatakan bahwa rasio profitabilitas secara signifikan
dapat mempengaruhi peringkat suatu obligasi.
2.1.6.3 Likuiditas
Defenisi rasio likuiditas menurut Syahyunan (2013:92) adalah
“rasio yang digunakan untuk mengetahui kemampuan perusahaan
dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya secara tepat waktu”.
Sedangkan menurut Gill (2006 dalam Kasmir, 2008:130)
mendefenisikan bahwa “rasio likuiditas merupakan rasio yang
mengukur jumlah kas atau jumlah investasi yang dapat dikonversikan
atau diubah menjadi kas untuk membayar pengeluaran, tagihan, dan
seluruh kewajiban lainnya yang sudah jatuh tempo”. Rasio likuiditas
menggambarkan kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban
(hutang) jangka pendek. Artinya apabila perusahaan ditagih, perusahaan
akan mampu memenuhi uang tersebut terutama utang yang telah jatuh
tempo.
Rasio yang biasa digunakan untuk mengukur likuiditas yaitu
penelitian ini, peneliti menggunakan proksi current ratio. Menurut
Sudana (2011:21) menyatakan bahwa “current ratio mengukur
kemampuan perusahaan untuk membayar utang lancar dengan
menggunakan aktiva lancar yang dimiliki”. Semakin besar rasio ini
berarti semakin likuid perusahaan.
Penelitian Linandarini (2010), Adrian (2011) dan Sari (2012)
menemukan hubungan antara likuiditas dengan peringkat obligasi
dimana semakin tinggi likuiditas maka semakin tinggi peringkat
obligasi perusahaan tersebut. Burton et al (2000) menyatakan bahwa
“tingkat likuiditas yang tinggi akan menunjukkan kuatnya kondisi
keuangan perusahaan sehingga secara finansial akan mempengaruhi
prediksi peringkat obligasi”.
2.1.6.4 Ukuran Perusahaan
Ukuran perusahaan dapat dinyatakan dalam total aktiva,
penjualan, dan kapitalisasi pasar. Semakin besar total aktiva penjualan
dan kapitalisasi pasar maka semakin besar pula perusahaan tersebut.
Ketiga variabel ini digunakan untuk menentukan ukuran perusahaan
karena dapat mewakili seberapa besar perusahaan tersebut. Semakin
besar aktiva maka semakin banyak modal yang ditanam, semakin
banyak penjualan maka semakin banyak perputaran uang, dan semakin
besar kapitalisasi pasar semakin besar pula perusahaan dikenal
menggunakan total aktiva karena nilai aktiva relatif stabil dibandingkan
dengan nilai penjualan dan kapitalisasi pasar.
Ukuran perusahaan merupakan salah suatu variabel akuntansi
yang mempengaruhi peringkat obligasi. Murcia (2014) menyatakan
bahwa “perusahaan-perusahaan besar kurang berisiko dibandingkan
perusahaan-perusahaan kecil karena perusahaan kecil memiliki resiko
yang lebih besar. Apabila semakin besar perusahaan, potensi
mendiversifikasikan resiko non sistematik juga semakin besar sehingga
membuat risiko obligasi perusahaan tersebut menurun”. Penelitian yang
dilakukan oleh Sari (2012) menyatakan bahwa ukuran perusahaan
memiliki pengaruh yang signifikan terhadap peringkat obligasi.
2.1.6.5 Umur Obligasi
Umur Obligasi merupakan tanggal dimana pemegang obligasi
akan mendapatkan pembayaran kembali pokok atau nilai nominal
obligasi yang dimilikinya. Periode jatuh tempo obligasi bervariasi mulai
dari 365 hari sampai dengan diatas 5 tahun. Obligasi yang akan jatuh
tempo dalam waktu 1 tahun akan lebih mudah untuk diprediksi,
sehingga memilki resiko yang lebih kecil dibandingkan dengan obligasi
yang memiliki periode jatuh tempo dalam waktu 5 tahun. Obligasi
dengan umur obligasi yang lebih pendek mempunyai resiko yang lebih
menggunakan umur obligasi yang lebih pendek daripada perusahaan
yang menggunakan umur obligasi lebih lama (Latumaerissa, 2011:367).
Oleh karena itu investor akan memilih obligasi dengan umur
pendek di banding dengan obligasi berumur panjang. Karena obligasi
yang berumur pendek memiliki resiko yang kecil dibanding dengan
obligasi berumur panjang. Umur obligasi yang pendek ternyata
menunjukan peringkat obligasi yang investment grade.
Penelitian yang dilakukan oleh Adrian (2011), Sari (2012),
Yohanes (2012) dan Prandana (2014) menyatakan bahwa umur obligasi
berpengaruh signifikan terhadap peringkat obligasi.
2.1.6.6 Reputasi Uditor
Reputasi dalam arti sempit adalah nama baik. Argumen yang
mendasari dimasukkannya reputasi auditor adalah semakin tinggi
reputasi auditor didalam melakukan proses audit maka semakin tinggi
pula tingkat kepastian laporan keuangan perusahaan sehingga semakin
kecil tingkat kegagalan perusahaan tersebut (Almilia & Vieka, 2007).
Tambahan pula, menurut Magreta dan Nurmayanti, (2009:148)
menyatakan bahwa “dengan reputasi auditor yang baik maka akan
memberikan hasil audit yang dapat dipercaya”. Dengan demikian,
emiten yang diaudit oleh auditor big four akan mempunyai obligasi
yang investment grade karena semakin baik reputasi auditor maka akan
Adapun yang termasuk kedalam big four antara lain sebagai
berikut:
1. Ernst and Young (ET), dengan pertnernya di Indonesia
Purwantono, Sarwoko dan Sandjaja.
2. Delotte Touche Tohmatsu, dengan pertnernya di Indonesia Osman
Ramli Satrio dan Rekan.
3. Price WaterHouse Coopers (PWC), dengan pertnernya di Indonesia
Haryanto Sahari dan Rekan.
4. Klynveld Peat Marwick Goerdeler (KPMG) International, dengan
partnernya di Indonesia yaitu Siddarta dan Harsono.
Penelitian yang dilakukan oleh Sari (2012) menyatakan bahwa
reputasi auditor berpengaruh signifikan terhadap peringkat obligasi.
2.2 Penelitian Terdahulu
Penelitian sebelumnya telah dilakukan oleh peneliti mengenai analisis
faktor-faktor yang mempengaruhi peringkat obligasi. Dimana masing-masing penelitian
mempunyai variabel independen yang berbeda-beda dari tahun ke tahun dan
penelitan tersebut biasanya selalu bervariasi sesuai dengan kebutuhan sipeneliti
(menambah atau mengembangkan penelitian yang sudah ada sebelumnya dengan
objek perusahaan yang berbeda dan periode penelitian yang berbeda).
Berikut penelitian-penelitian yang sudah ada sebelumnya mengenai
Margareta dan Nurmayanti (2009) melakukan penelitian mengenai
faktor-faktor yang mempengaruhi peringkat obligasi pada seluruh perusahaan dari sudut
akuntansi dan non akuntansi. Dimana sampel perusahaan yang digunakan adalah
sebanyak 80 perusahaan yang terdaftar di PEFINDO kecuali perusahaan yang
bergerak di bidang perbankan dan lembaga keuangan lainnnya dari periode
2005-2008. Dari sisi faktor akuntansi yang digunakan adalah size (Log.Total Asset),
likuiditas (Current Asset/Current Liabilities), profitabilitas (Operating
Income/Investment), leverage (Total Liabilities/Total Equity), dan produktivitas
(Sales/Total Asset), sementara dari faktor non akuntansi yang digunakan adalah
secure, umur obligasi dan reputasi auditor. Metode analisis menggunakan logistic
regression. Hasil penelitian menunjukkan bahwa hanya profitabilitas dan
produktivitas dari sudut akuntansi dan secure (jaminan) dari sudut non akuntansi
saja yang berpengaruh signifikan terhadap peringkat obligasi. Sementara rasio
leverage, likuiditas, maturity, ukuran perusahaan dan reputasi auditor tidak
berpengaruh secara signifikan terhadap peringkat obligasi.
Linandari (2010) juga melakukan penelitian yang mengenai kemampuan rasio
keuangan didalam memprediksi peringkat obligasi. Dimana sampel yang
digunakan didalam penelitian ini adalah seluruh perusahaan yang terdaftar di
PEFINDO kecuali perusahaan perusahaan dibidang perbankan dan lembaga
keuangan lainnya periode 2007-2008. Rasio keuangan yang dijadikan penelitian
ini adalah rasio leverage (Long Term Liability/Total Asset), rasio likuiditas
(Current Asset/Current Liability), rasio solvabilitas (Cash Flow from
rasio produktivitas (Sales/Total Asset). Penelitian ini menggunakan Multiple
Discriminant Analysis (MDA). Hasil penelitian terdapat tiga variabel rasio
keuangan yang dapat membentuk model prediksi peringkat obligasi. Ketiga
variabel rasio keuangan tersebut berasal dari rasio likuiditas, rasio profitabilitas,
dan rasio produktivitas. Sementara rasio solvabilitas dan leverage tidak dapat
dijadikan sebagai prediksi didalam menentukan peringkat obligasi.
Sementara Maharti (2011) juga menguji mengenai faktor-faktor yang
mempengaruhi peringkat obligasi. Variabel independen yang diuji adalah
profitabilitas (Laba setelah pajak/Total Aset), likuiditas (Aset lancar/Utang
lancar), ukuran perusahaan (Log.Total Asset), leverage (Utang jangka
panjang/Total Asset), dan jaminan (obligasi memberikan jaminan atau tidak).
Sampel penelitian ini adalah perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia. Kriteria sampel dipilih dengan menggunakan metode purposive
sampling. Total sampel yang diambil adalah 45 perusahaan selama tahun
2007-2010. Pengujian hipotesis dengan menggunakan analysis ordinal regresission
karena variabel terikat berupa skala ordinal (peringkat). Hasil penelitian ini
menunjukkan bahwa semua variabel bebas tidak berpengaruh signifikan terhadap
peringkat obligasi.
Kemudian, Adrian (2011) melakukan penelitian mengenai faktor-faktor yang
mempengaruhi peringkat obligasi. Penelitian yang digunakan adalah perusahaan
manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia dan terdaftar dalam peringkat
obligasi yang dikeluarkan oleh PT. PEFINDO periode tahun 2006 hingga tahun
manufaktur. Teknik pengambilan sampel ditentukan dengan metode penyampelan
bersasaran (purposive sampling), sedangkan metode analisis yang digunakan
adalah analisis regresi logistik. Dimana variabel independen yang digunakan
didalam penelitian ini adalah rasio leverage (Total hutang/Total modal), rasio
likuiditas (Aset lancar/Hutang lancar), rasio profitablititas (Laba bersih/ Total
aset) dan umur obligasi. Penelitian ini menghasilkan bahwa likuiditas dan umur
obligasi berpengaruh positif signifikan terhadap peringkat obligasi. Sedangkan
leverage dan profitabilitas tidak berpengaruh signifikan terhadap peringkat
obligasi.
Yohanes (2012) melakukan penelitian mengenai pengaruh rasio keuangan
dan karakteristik obligasi terhadap rating obligasi korporasi di Indonesia. Sampel
pada penelitian ini diambil dengan teknik purposive sampling, dengan kriteria,
Obligasi yang diperingkat oleh PT. Pefindo pada April 2012, obligasi yang
diterbitkan oleh perusahaan yang bergerak di sektor keuangan (Banking, Finance
Company, dan Securities Company), obligasi yang waktu jatuh temponya
berdasarkan satuan tahun. Berdasarkan pengambilan sampel dengan teknik
purposive sampling, terdapat 117 obligasi yang sesuai dengan kriteria
pengambilan sampel. Analisis data menggunakan regresi berganda. Variabel
independen yang digunakan didalam memprediksi peringkat obligasi adalah rasio
leverage (Total Debt/Total Equity), dan profitabilitas (Net Income/Common
Equity) sedangkan karateristik obligasi yang digunakan adalah maturity dan
subordination. Hasil penelitian menujukkan bahwa rasio leverage, profitability,
peringkat obligasi. Sedangkan secara parsial hanya subordination yang tidak
berpengaruh signifikan terhadap peringkat obligasi suatu perusahaan.
Selanjutnya penelitian yang dilakukan oleh Sari (2012) yaitu melakukan
penelitan mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi rating obligasi. Penelitian
yang digunakan adalah perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia dan terdaftar dalam peringkat obligasi yang dikeluarkan oleh PT.
PEFINDO periode tahun 2008 hingga tahun 2011. Sampel yang digunakan dalam
penelitian tersebut adalah 11 perusahaan manufaktur. Metode pengumpulan data
yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode dokumentasi dengan jenis
data sekunder. Dimana variabel independen yang digunakan dalam penilitian ini
adalah ukuran perusahaan (size), pertumbuhan perusahaan (growth), rasio
solvabilitas, rasio likuiditas, rasio profitabilitas, jaminan (secure), umur obligasi
(maturity), dan reputasi auditor (auditor reputation). Penelitian ini menghasilkan
bahwa variabel ukuran perusahaan, rasio likuiditas, jaminan, umur obligasi dan
reputasi auditor berpengaruh signifikan terhadap peringkat obligasi. Sedangkan
variabel pertumbuhan perusahaan, rasio solvabilitas dan rasio profitabilitas tidak
berpengaruh signifikan terhadap peringkat obligasi.
Kemudian penelitian yang dilakukan oleh Prandana (2014) melakukan
penelitian mengenai pengaruh rasio keuangan dan non keuangan terhadap
peringkat obligasi. Penilitian dilakukan pada perusahaan manufaktur yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Pemilihan sampel dilakukan dengan metode
purposive sampling dengan jumlah sampel 16 perusahaan manufaktur dari tahun
sekunder. Dimana variabel independen yang di gunakan dalam penelitian ini
adalah rasio likuiditas, leverage, profitabilitas, produktivitas, umur obligasi dan
reputasi auditor. Penelitian ini memberikan hasil bahwa variabel leverage dan
umur obligasi berpengaruh signifikan terhadap peringkat obligasi. Sedangkan
rasio likuiditas, profitabilitas, produktivitas dan reputasi auditor tidak berpengaruh
secara signifikan terhadap peringkat obligasi.
Tabel : 2.2
Review Penelitian Terdahulu Nama, Tahun
dan Judul penelitian
Variabel penelitian Hasil penelitan
Magreta dan jaminan obligasi yang ber-pengaruh signifikan terhadap peringkat obligasi. Sedangkan rasio likuiditas, leverage, reputasi auditor, ukuran perusahaan dan umur obligasi tidak berpengaruh secara signifikan terhadap peringkat obligasi.
Rasio leverage, liquidity, solvability, profitability, productivity.
Variabel dependen:
Peringkat obligasi
Maharti (2011)
Rasio leverage profita-bilitas, likuiditas, ukuran perusahaan, Jaminan obli-gasi.
Variabel dependen:
Peringkat obligasi
Semua variabel independen tidak berpengaruh signifikan terhadap peringkat obligasi.
Rasio leverage, profita-bilitas, likuiditas, umur obligasi
Variabel dependen:
Peringkat obligasi
Rasio likuiditas dan umur obligasi berpengaruh signifikan terhadap peringkat obligasi. Sedangkan rasio leverage dan profitabilitas tidak berpengaruh secara signifikan terhadap peringkat obligasi.
Rasio leverage, profita-bility, umur obligasi, dan subordinasi
Variabel dependen:
Peringkat obligasi
Rasio leverage, profitability, umur obligasi dan subordinasi secara simultan berpengaruh signifikan terhadap peringkat obligasi sedangkan secara parsial hanya subordinasi yang tidak berpengaruh signifikan terhadap peringkat obligasi. rasio solvabilitas, rasio likuiditas, rasio profi-tabilitas, jaminan, umur obligasi, dan reputasi auditor.
Variabel dependen:
Peringkat obligasi
Ukuran perusahaan, rasio likuiditas, jaminan, umur obligasi dan reputasi auditor berpengaruh signifikan ter-hadap peringkat obligasi. Sedangkan variabel per-tumbuhan perusahaan, rasio solvabilitas dan rasio profi-tabilitas tidak berpengaruh signifikan terhadap peringkat obligasi.
Rasio likuiditas, leverage, profitabilitas,
Keuangan Ter-hadap Peringkat Obligasi pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di BEI”
tivitas, umur obligasi dan reputasi auditor.
Variabel dependen:
Peringkat obligasi
profitabilitas, produktivitas dan reputasi auditor tidak ber-pengaruh secara signifikan terhadap peringkat obligasi.
2.3 Kerangka Konseptual
Kerangka berpikir merupakan model konseptual tentang bagaimana teori
berhubungan dengan berbagai faktor yang telah diidentifikasikan sebagai masalah
penting. Kerangka konseptual merupakan sintesis atau ekstrapolasi dari kejadian
teori yang mencerminkan keterkaitan antara variabel yang diteliti dan merupakan
tuntuan untuk memecahkan masalah penelitian serta merumuskan hipotesis dan
sebagai tempat peneliti untuk memberikan penjelasan tentang hal-hal yang
berhubungan dengan variabel ataupun masalah yang ada dalam penelitian.
Penelitian ini membahas mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi peringkat
obligasi dan manakah yang signifikan. Kerangka konseptual dianggap penting
dalam suatu penelitian dikarenakan dengan melihat kerangka konseptual para
pembaca akan lebih mudah mengetahui gambaran singkat suatu penelitian dan
variabel apa saja yang digunakan serta pengaruhnya terhadap variabel dependen.
Berdasarkan informasi yang telah dipaparkan sebelumnya, maka kerangka
Peringkat Obligasi
(Y)
Gambar 2.1
Kerangka Konseptual
Gambar 2.1 mengindikasikan bahwa leverage (X1), profitabilitas (X2),
likuiditas (X3), ukuran perusahaan (X4), umur obligasi (X5), reputasi auditor (X6)
mempengaruhi peringkat obligasi (Y), baik secara parsial maupun simultan, serta
variabel umur obligasi sebagai variabel moderating antara variabel rasio leverage
dan peringkat obligasi. Penjelasan detail mengenai pengaruh tersebut adalah
sebagai berikut:
Profitabilitas (X2)
Leverage (X1)
Likuiditas (X3)
Umur Obligasi (X5)
Ukuran Perusahaan (X4)
Reputasi Auditor (X6)
H1
H2
H3
H4
H5
H6
H7
Umur Obligasi (X5)
1. Leverage
Menurut Burton at al (2000) menjelaskan bahwa “Semakin besar leverage
perusahaan, semakin besar risiko kegagalan perusahaan. Semakin rendah leverage
perusahaan, semakin baik peringkat yang diberikan terhadap perusahaan”. Hasil
penelitian ini juga searah dengan penelitian yang dilakukan oleh Adrian (2011)
dan Yohanes (2012) menyatakan bahwa leverage secara signifikan berpengaruh
terhadap peringkat obligasi.
2. Profitabilitas
Menurut Murcia et al (2014) menyatakan bahwa “semakin tinggi tingkat
profitabilitas perusahaan maka semakin rendah risiko ketidakmampuan membayar
(default) atau semakin baik peringkat yang diberikan terhadap perusahaan
tersebut”. Lebih jauh lagi, penelitian yang dilakukan oleh Magreta dan
Nurmayanti (2009), Linandarini (2010), Adrian (2011) dan Yohanes (2012) yang
menyatakan bahwa rasio profitabilitas secara signifikan dapat mempengaruhi
peringkat suatu obligasi.
3. Likuiditas
Penelitian Linandarini (2010) menemukan hubungan antara likuiditas dengan
peringkat obligasi dimana semakin tinggi likuiditas maka semakin tinggi
peringkat obligasi perusahaan tersebut. Lebih jauh lagi, penelitian yang dilakukan
oleh Burton et al (2000) menyatakan bahwa “tingkat likuiditas yang tinggi akan
menunjukkan kuatnya kondisi keuangan perusahaan sehingga secara finansial
4. Ukuran Perusahaan
Menurut Murcia (2014) menyatakan bahwa “perusahaan-perusahaan besar
kurang berisiko dibandingkan perusahaan-perusahaan kecil karena perusahaan
kecil memiliki resiko yang lebih besar. Apabila semakin besar perusahaan, potensi
mendiversifikasikan resiko non sistematik juga semakin besar sehingga membuat
risiko obligasi perusahaan tersebut menurun”. Penelitian yang dilakukan oleh
Magreta dan Nurmayanti (2009) dan Sari (2012) menyatakian bahwa ukuran
perusahaan memiliki pengaruh yang signifikan terhadap peringkat obligasi.
5. Umur Obligasi
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Adrian (2011) menyatakan bahwa umur
obligasi berpengaruh secara signifikan terhadap peringkat obligasi dimana
semakin sedikit umur obligasi maka semakin baik peringkat obligasi yang
diberikan kepada perusahaan tersebut demikian pula sebaliknya. Tambahan pula,
penelitian yang dilakukan oleh Yohanes (2012) dimana umur obligasi (maturity)
juga berpengaruh secara signifikan terhadap peringkat obligasi.
6. Reputasi Auditor
Menurut Magreta dan Nurmayanti (2009:148), menyatakan bahwa “di
Indonesia emiten yang diaudit oleh auditor big 4 akan mempunyai obligasi yang
investment grade karena semakin baik reputasi auditor maka akan mempengaruhi
peringkat obligasi”. Tambahan pula, Sari dkk. (2012) juga melakukan penelitian
dimana menemukan bahwa reputasi auditor berpengaruh positif dan signifikan
7. Variabel Moderating (Umur Oblgasi)
Variabel moderating adalah variabel yang berfungsi untuk memperkuat atau
memperlemah pengaruh antara variabel independen dan dependen. Dalam
penelitian ini, peneliti mengambil variabel umur obligasi sebagai variabel
moderating yang berfungsi untuk memoderasi variabel rasio leverage dengan
variabel peringkat obligasi. Umur obligasi nantinya akan mempengaruhi rasio
leverage (apakah memperkuat atau memperlemah) terhadap peringkat
obligasi. Rasio leverage adalah rasio tingkat hutang jangka panjang yang
dimiliki oleh suatu perusahaan, dimana semakin tinggi tingkat leverage
mengindikasikan semakin besarnya resiko ketidakmampuan perusahaan dalam
melunasi hutang-hutangnya yang pada akhirnya akan berpengaruh terhadap
penurunan peringkat obligasi. Semakin besarnya rasio leverage yang berarti
semakin lamanya pelunasan hutang maka berkaitan dengan umur obligasi
suatu perusahaan. Umumnya semakin besar rasio leverage maka umur
obligasi akan semakin lama sehingga peringkat obligasi akan menurun.
2.4 Hipotesis
Hipotesis adalah dugaan sementara terhadap permasalahan yang sedang
diteliti. Hipotesis merupakan saran penelitian ilmiah karena hipotesis adalah
instrumen kerja dari suatu teori dan bersifat spesifik yang siap diuji secara empiris
(Idrus, 2009:18). Jadi, hipotesis merupakan suatu rumusan yang menyatakan
adanya hubungan tertentu antardua variabel atau lebih. Hipotesis ini bersifat
lebih benar berdasar pengujian. Ada beberapa persyaratan dalam merumuskan
suatu hipotesis menurut Idrus (2009:53) antara lain sebagai berikut :
1. Dirumuskan dalam kalimat berita.
2. Tidak bermakna ganda dan
3. Dirumuskan secara operasional. Dengan pengertian bahwa hipotesis sebaiknya
ditulis sealur dengan rumusan masalah yang ada, karena hipotesis merupakan
jawaban sementara atas rumusan masalah yang ada diteliti.
Selain itu pendapat lain dalam merumuskan hipotesis yang perlu
diperimbangkan menurut Siregar (2010 : 152) antara lain sebagai berikut :
a. Hipotesis harus mengekspresikan satu fenomena atau mengekspresikan hubungan/pengaruh antara dua variabel atau lebih, maksudnya dalam merumuskan hipotesis untuk mengekspresikan hubungan/pengaruh seorang peneliti harus setidak-tidaknya mempunyai dua variabel untuk dikaji.
b. Hipotesis harus dinyatakan secara jelas dan tidak bermakna ganda, artinya rumusan hipotesis harus bersifat spesifik dan mengacu pada satu makna, tidak boleh menimbulkan penafsiran lebih dari satu makna.
c. Hipotesis harus dapat diuji secara empiris, maksudnya ialah memungkinkan untuk diungkapkan dalam bentuk operasionalisasi yang dapat dievaluasi berdasarkan data yang didapatkan secara empiris.
Berdasarkan uraian yang telah dipaparkan sebelumnya, maka hipotesis
dari penelitian ini adalah:
H1: Leverage perusahaan berpengaruh terhadap peringkat obligasi.
H2: Profitabilitasperusahaan berpengaruh terhadap peringkat obligasi.
H3: Likuiditas perusahaan berpengaruh terhadap peringkat obligasi.
H5: Umur obligasi berpengaruh terhadap peringkat obligasi.
H6: Reputasi auditor berpengaruh terhadap peringkat obligasi.
H7: Leverage, profitabilitas, likuiditas, ukuran perusahaan, umur obligasi, dan
reputasi auditor berpengaruh secara simultan terhadap peringkat obligasi.
H8: Umur Obligasi dapat memoderasi rasio leverage dalam mempengaruhi