• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hubungan Sumber Informasi Dengan Tingkat Pengetahuan Sikap Dan Tindakan Pencegahan Siswa Siswi Kelas XI Tentang HIV AIDS Di SMA Al-Azhar Medan Tahun 2014

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Hubungan Sumber Informasi Dengan Tingkat Pengetahuan Sikap Dan Tindakan Pencegahan Siswa Siswi Kelas XI Tentang HIV AIDS Di SMA Al-Azhar Medan Tahun 2014"

Copied!
33
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Sumber Informasi

Dalam era globalisasi kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi sangat

berpengaruh terhadap pesatnya informasi. Pengetahuan-pengetahuan atau informasi-

informasi ini dapat diperoleh baik melalui membaca buku-buku, hasil penelitian

orang lain, maupun pengalaman langsung dari lapangan.15 Secara umum, semua

sumber informasi adalah suatu sumber belajar, karena dalam sumber informasi selalu

terkandung hal-hal yang dapat digunakan sebagai sumber belajar, hanya saja semua

itu tergantung pada kebutuhan belajar masing-masing individu dalam memanfaatkan

sumber informasi sebagai sarana untuk belajar.

Pada garis besarnya sumber-sumber informasi dapat dikelompokkan menjadi

3 kategori, yaitu :

16

1. Sumber Informasi Dokumenter

Yang dimaksud dengan sumber informasi dokumenter adalah semua bentuk

sumber informasi yang berhubungan dengan dokumen, baik dokumen-dokumen

resmi maupun tidak resmi. Dokumen resmi adalah semua bentuk dokumen baik

yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan, yang ada dibawah tanggung jawab

instansi resmi, misalnya laporan. Sedangkan dokumen tidak resmi adalah segala

bentuk dokumen yang berada atau menjadi tanggung jawab dan wewenang badan

atau instansi tidak resmi atau perorangan.17 Dokumen merupakan segala benda

(2)

keterangan yang penting dan absah.18 Dokumen juga membantu memberikan

rincian informasi jika bukti dokumenter bertentangan dengan informasi dari

sumber yang didapat, penggunaan bukti dokumen ini adalah untuk mendukung

dan menambah bukti dari sumber-sumber lain.

2. Sumber Kepustakaan

19

Bahan-bahan kepustakaan yang dapat digunakan, dapat digolongkan ke dalam :

a. Buku yang diterbitkan,

17

b. Berbagai penelitian berkala, seperti majalah, jurnal, bulletin, brosur, dan

sebagainya,

c. Berbagai harian atau surat kabar,

d. Karangan atau makalah ilmiah yang tidak diterbitkan,

e. Laporan-laporan penelitian,

f. Laporan-laporan dari instansi resmi

Berdasarkan cara produksinya dan fungsinya sebagai penyaluran pesan-pesan

kesehatan dapat dikelompokkan menjadi :

1. Media cetak yaitu suatu media statis dan mengutamakan pesan-pesan visual.

Adapun macam-macamnya adalah :

15

a. Poster

b. Majalah atau surat kabar

c. Leaflet

2. Media elektronik yaitu suatu media bergerak dan dinamis, dapat dilihat dan

didengar dalam menyampaikan pesannya melalui alat bantu elektronik.

(3)

a. Televisi

b. Radio

c. Video (CD dan VCD)

d. Slide

e. Film

f. Internet

3. Media papan (Bill Board) yang dipasang di tempat-tempat umum dapat

dipakai dan diiisi dengan pesan-pesan atau informasi-informasi kesehatan.

Media papan di sini juga mencakup pesan-pesan yang ditulis pada lembaran

seng yang ditempel pada kendaraan-kendaraan umum (bus dan taksi).

3. Sumber Informasi Lapangan

Sumber informasi lapangan diperoleh langsung dari objeknya di lapangan.

Biasanya sumber informasi lapangan adalah pribadi-pribadi yang berkecimpung

di bidang yang diteliti. Informasi-informasi diperoleh melalui teknik observasi,

wawancara, angket, maupun eksperimen pendahuluan.17 Wawancara merupakan

salah satu sumber informasi yang sangat penting dalam studi kasus, membuat

kunjungan langsung ke lapangan dengan asumsi bahwa fenomena yang terjadi,

pelaku atau kondisi lingkungan sosial relevan akan tersedia untuk observasi.

Sumber informasi lapangan antara lain meliputi :

19

1. Sumber pribadi

17

Meliputi semua orang atau agen yang menjadi sumber informasi

(4)

Yang dimaksud dengan lembaga atau organisasi disini adalah organisasi atau

lembaga pelayanan kesehatan.

3. Kantor-kantor baik pemerintah maupun swasta juga merupakan sumber

informasi lapangan.

4. Kejadian, gejala, atau kasus yang terjadi di dalam masyarakat juga merupakan

sumber informasi.

2.2. Pengetahuan

Pengetahuan (knowledge) adalah hasil penginderaan manusia, atau hasil tahu

seseorang terhadap objek melalui indera yang dimilikinya. Pengetahuan pada

dasarnya terdiri dari sejumlah fakta dan teori yang memungkinkan seseorang untuk

dapat memecahkan masalah yang dihadapinya. Pengetahuan tersebut diperoleh baik

dari pengalaman langsung maupun melalui pengalaman orang lain. 20,21,22

Pengetahuan adalah hasil “tahu” manusia terhadap sesuatu atau segala

perbuatan manusia untuk memahami suatu objek yang dihadapinya atau hasil usaha

manusia untuk memahami suatu objek tertentu. Pengetahuan pada hakikatnya

merupakan segenap apa yang kita ketahui tentang suatu obyek tertentu, termasuk ke

dalamnya adalah ilmu. Ilmu merupakan bagian dari pengetahuan yang diketahui

manusia disamping berbagai pengetahuan lainnya.

Machfoedz (2009) penentuan tingkat pengetahuan dibagi dalam 3 kategori

yaitu baik, cukup, dan kurang. Kriteria sebagai berikut :

a. Baik : Bila subjek mampu menjawab dengan benar 76%-

100% dari seluruh pertanyaan,

(5)

75% dari seluruh pertanyaan,

c. Kurang : Bila subjek mampu menjawab dengan benar 40%-

55% dari seluruh pertanyaan,

2.2.1. Tingkat Pengetahuan20

Secara garis besarnya pengetahuan dibagi dalam 6 tingkat pengetahuan :

a. Tahu (know)

Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari

sebelumnya. Termasuk ke dalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat

kembali. Oleh sebab itu “tahu” adalah merupakan tingkat pengetahuan yang

paling rendah.

b. Memahami (comprehension)

Memahami diartikan sebagai kemampuan menjelaskan secara benar tentang

objek yang diketahui dan dapat menginterpretasi materi tersebut secara benar.

c. Aplikasi (application)

Aplikasi diartikan apabila orang yang telah memahami objek yang dimaksud

dapat menggunakan atau mengaplikasikan prinsip yang diketahui tersebut

pada situasi yang lain.

d. Analisis (analysis)

Analisis adalah suatu kemampuan seseorang untuk menjabarkan materi atau

memisahkan, kemudian mencari hubungan antara komponen-komponen yang

(6)

e. Sintesis (synthesis)

Sintesis menunjuk suatu kemampuan untuk meletakkan atau merangkumkan

dalam satu hubungan yang logis dari komponen-komponen yang dimiliki.

f. Evaluasi (evaluation)

Evaluasi berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan penilaian terhadap

suatu materi atau objek. Penilaian-penilaian ini berdasarkan suatu kriteria

yang ditentukan sendiri atau menggunakan kriteria-kriteria yang telah ada.

2.3. Sikap

Menurut Notoatmodjo (2010) bahwa sikap merupakan respon seseorang

terhadap suatu stimulus atau rangsangan. Manifestasi sikap tidak dapat dilihat secara

langsung, tetapi hanya dapat ditafsir terlebih dahulu dari perilaku yang tertutup. Sikap

secara nyata menunjukkan adanya kesesuaian reaksi terhadap stimulus tertentu, hal

ini merupakan reaksi yang bersifat emosional terhadap stimulus atau rangsangan dari

kehidupan sosial. Sikap merupakan kesiapan seseorang untuk bertindak terhadap

stimulus di lingkungan, dan bukan merupakan suatu pelaksanaan dengan motif

tertentu, hal ini diungkapkan Newcomb seorang ahli psikologi sosial. Sikap belum

merupakan suatu tindakan akan tetapi sikap merupakan suatu hal yang akan

mengarah pada suatu tindakan atau perilaku. Sikap terdiri dari 4 tingkatan yaitu: 20

a) Menerima (receiving)

Menerima diartikan bahwa seseorang mau dan memperhatikan suatu respon

(7)

b) Menanggapi (responding)

Menanggapi diartikan bahwa seseorang memberikan suatu jawaban atau

tanggapan terhadap suatu pertanyaan.

c) Menghargai (valuing)

Menghargai diartikan bahwa seseorang memberikan suatu penilaian yang baik

terhadap stimulus, hal ini berarti mengajak orang lain untuk mendiskusikan

suatu masalah. Misalnya ada teman yang perilakunya berisiko terhadap

penularan HIV/AIDS maka remaja mampu mengajak dan melakukan diskusi

tentang HIV/AIDS dan menyarankan agar mereka melakukan pemeriksaan

status HIV/AIDS. Hal ini berarti remaja memiliki sikap yang positif terhadap

HIV/AIDS.

d) Bertanggung jawab (responsible)

Mampu bertanggung jawab terhadap apa yang telah dilakukan dan terhadap

apa yang telah dipilih oleh seseorang merupakan sikap yang paling tinggi.

Misalnya remaja mampu menolak ajakan teman sebaya untuk melakukan

aktifitas yang berisiko menularkan HIV/AIDS meskipun pada akhirnya akan

dijauhi oleh teman-temanya.

Sikap selalu berhubungan dengan suatu obyek yang disertai dengan perasaan

positif dan negatif. Seseorang akan memiliki sikap positif terhadap suatu obyek

apabila obyek tersebut memiliki nilai dalam pandangannya sedangkan seseorang akan

memiliki sikap negatif apabila obyek tersebut tidak memiliki nilai menurut

pandangannya. Menurut Azwar (2012) sikap dipegaruhi oleh beberapa faktor.

(8)

yang dianggap penting, pengaruh kebudayaan, media massa, lembaga pendidikan dan

lembaga agama, dan faktor emosional.

a) Pengalaman Pribadi

23

Untuk dapat menjadi dasar pembentukan sikap, pengalaman pribadi haruslah

meninggalkan kesan yang kuat. Karena itu, sikap akan lebih mudah terbentuk

apabila pengalaman pribadi tersebut terjadi dalam situasi yang melibatkan

faktor emosional.

b) Pengaruh orang lain yang dianggap penting

Pada umumnya, individu cenderung untuk memiliki sikap yang konformis

atau searah dengan sikap orang yang dianggap penting. Kecenderungan ini

antara lain dimotivasi oleh keinginan untuk berafiliasi dan keinginan untuk

menghindari konflik dengan orang yang dianggap penting tersebut.

c) Pengaruh Kebudayaan

Tanpa disadari kebudayaan telah menanamkan garis pengarah sikap kita

terhadap berbagai masalah. Kebudayaan telah mewarnai sikap anggota

masyarakatnya dan karena kebudayaan pula yang memberi corak pengalaman

individu-individu yang menjadi anggota kelompok masyarakat asuhannya.

d) Media Massa

Dalam pemberitaan surat kabar maupun radio atau media komunikasi lainnya,

berita yang seharusnya faktual disampaikan secara objektif cenderung

dipengaruhi oleh sikap penulisnya, akibatnya berpengaruh terhadap sikap

(9)

e) Lembaga Pendidikan dan Lembaga Agama

Konsep moral dan ajaran dari lembaga pendidikan dan lembaga agama sangat

menentukan sistem kepercayaan tidaklah mengherankan jika kalau pada

gilirannya konsep tersebut mempengaruhi sikap.

f) Faktor Emosional

Suatu bentuk sikap merupakan pernyataan yang didasari emosi yang berfungsi

sebagai semacam penyaluran frustasi atau pengalihan bentuk mekanisme

pertahanan ego.

2.4. Tindakan/Praktik

Setelah seseorang mengetahui stimulus atau objek kemudian mengadakan

penilaian atau pendapat terhadap apa yang diketahui, proses selanjutnya adalah

melaksanakan atau mempraktikkan apa yang diketahui atau disikapi. Praktik

mempunyai beberapa tingkatan yaitu : 20

1. Persepsi

Mengenal dan memilih berbagai objek sehubungan dengan tindakan yang akan

diambil adalah merupakan praktik tingkat pertama.

2. Respons terpimpin

Dapat melakukan sesuatu sesuai dengan urutan yang benar dan sesuai dengan

contoh adalah merupakan indicator praktik tingkat dua.

3. Mekanisme

Apabila seseorang telah dapat melakukan sesuatu dengan benar secara

(10)

4. Adopsi

Adaptasi adalah suatu praktik atau tindakan yang sudah berkembang dengan

baik. Artinya tindakan itu sudah dimodifikasi tanpa mengurangi kebenaran

tindakan tersebut.

2.5. Remaja

Remaja adalah individu baik laki-laki maupun perempuan yang sedang berada

di tengah masa transisi dari anak-anak menuju dewasa. Masa remaja adalah masa

transisi dari masa anak-anak ke masa dewasa yang meliputi perubahan biologis,

perubahan psikologis, dan perubahan sosial. Menurut WHO (World Health

Organization) remaja merupakan individu yang sedang mengalami masa peralihan

yang secara berangsur-angsur mencapai kematangan seksual, mengalami perubahan

jiwa dari jiwa kanak-kanak menjadi dewasa, dan mengalami perubahan keadaan

ekonomi dari ketergantungan menjadi relatif mandiri.

Menurut WHO (World Health Organization) menetapkan usia remaja 10-20

tahun. Sedangkan perserikatan bangsa-bangsa (PBB) meneteapkan usia 15-24 tahun

sebagai kaum muda. Di Indonesia, batasan remaja yang mendekati batasan PBB

tentang kaum muda adalah kurun usia 15-24 tahun.

15

Fenomena transisi kependudukan di Indonesia semakin meningkat. Adanya

transisi demografi ini menyebabkan perubahan pada struktur penduduk, terutama

struktur penduduk menurut umur. Apabila sebelumnya penduduk yang terbesar

adalah anak-anak maka dalam masa transisi ini proporsi penduduk usia remaja

semakin besar. Total jumlah penduduk Indonesia pada tahun 2005 adalah sebesar

213.375.287 jiwa. Jumlah penduduk usia 0-19 tahun adalah sebesar 81.762.113 jiwa

(11)

dengan rincian 41.882.482 jiwa adalah anak laki-laki dan 39.879.631 adalah anak

perempuan. Dengan kata lain, anak usia 0-19 tahun memiliki proporsi sebesar 38,32

persen bila dibandingkan dengan keseluruhan populasi penduduk. Diprediksikan

tahun- tahun selanjutnya akan mengalami peningkatan pada piramida penduduk di

Indonesia.

2.6. HIV/AIDS 15,25

2.6.1. Pengertian HIV/AIDS

HIV tergolong retrovirus yang mempunyai materi genetik RNA. Sebagai

retrovirus, HIV memiliki sifat khas karena memiliki enzim reverse transcriptase,

yaitu enzim yang memungkinkan virus mengubah informasi genetiknya yang berada

dalam RNA ke dalam bentuk DNA yang kemudian diintegrasikan ke dalam informasi

genetik sel limfosit yang diserang. 1

HIV cenderung menyerang jenis sel tertentu, yaitu sel-sel yang mempunyai

antigen permukaan CD4, terutama sekali limfosit T4 yang memegang peranan

penting dalam mengatur dan mempertahankan sistem kekebalan tubuh dan sel

monosit dan makrofag.

Infeksi HIV memberikan gambaran klinik yang tidak spesifik, mulai dari

infeksi tanpa gejala (asimtomatik) pada stadium awal sampai pada gejala-gejala yang

berat pada stadium yang lebih lanjut. Perjalanan penyakit lambat dan gejala-gejala

AIDS rata-rata baru timbul 10 tahun setelah infeksi.

AIDS (Acquired Immune Deficiency Syndrome) adalah sekumpulan gejala

(12)

Immunodeficiency Virus) yang dapat menghancurkan system kekebalan tubuh dan

dapat menyebabkan terjadinya infeksi dan kanker fatal.

Biasanya sistem kekebalan tubuh melindungi tubuh terhadap penyakit, akan

tetapi kalau sistem kekebalan tubuh dirusak oleh virus AIDS, maka serangan penyakit

yang biasanya tidak berbahaya akan menjadi sangat berbahaya karena tubuh orang

tersebut tidak bisa lagi memeranginya, yang pada akhirnya akan menyebabkan

kematian karena infeksi tersebut.

2.6.2. Sejarah HIV/AIDS

Beberapa ilmuwan menganggap HIV menyebar dari kera ke manusia antara

1926-1946. Penelitian sekarang menunjukkan bahwa HIV kemungkinan pertama

menular dari simpanse ke manusia pada tahun 1675 tetapi jenis virus itu tidak

menetapkan diri sebagai epidemi hingga 1930. Kasus infeksi HIV pertama kali di

dunia terjadi pada tahun 1959. Ketika itu, seseorang lelaki kulit hitam yang tinggal di

Kongo menyerahkan sampel darah kepada tim dokter Amerika Serikat yang tengah

melakukan studi tentang masalah genetik. Usai penelitian, sampel itu ternyata tidak

dibuang, melainkan disimpan dalam freezer dan terlupakan begitu saja. Baru pada

tahun 1986 contoh darah itu ikut diperiksa bersama 1.212 sampel darah lainnya oleh

seorang dokter Amerika bersama peneliti yang lain hasilnya darah itu positif HIV.

Pada tahun 1985 dilaporkan juga kasus pada berbagai Negara dibenua Amerika

lainnya yaitu Afrika dan Australia. 26,27,28

Pada awalnya istilah AIDS diterapkan ketika enam kasus pertama ditemukan

di Long Angeles, Amerika Serikat pada tanggal 5 juli 1981. Di Indonesia AIDS

(13)

meninggal di RSU Sanglah yang merupakan RS terbesar di Bali, pada tanggal 15

April 1987. Sebelum itu pada bulan April 1986, di RSCM Jakarta ditemukan seorang

wanita yang terinfeksi HIV melalui transfusi darah.

Di kota Medan kasus HIV ditemukan pertama kali tahun 1992 di RS Pirngadi

Medan oleh DR.dr. Umar Zein pada WPS (Wanita Pekerja Seks). Kasus AIDS

ditemukan juga pada ABK (Anak Buah Kapal) tahun 1994. Salah satu respon yang

dilakukan pada tahun 1997 adalah dibentuknya tim HIV dan AIDS di RSUP Adam

Malik Medan tetapi tidak efektif. Stigma & diskriminasi pada petugas kesehatan

masih tinggi saat itu.

Pada tahun 2002 obat anti retroviral (ARV) generik mulai digunakan di

Medan terhadap penderita AIDS. Logistik ARV diberikan dari Jakarta. Sebagai

kelanjutan pembentukan panitia AIDS di RSUP Adam Malik, pada April 2001

diterbitkan SK pembentukan Pusat Pelayanan Khusus (Posyansus) di RSUP Adam

Malik Medan yang diketuai oleh DR. dr. Umar Zein.

Menurut data Dinas Kesehatan Kota Medan sejak Januari 2006 sampai

dengan Desember 2013, jumlah kasus HIV/AIDS di Kota Medan mencapai 3410

kasus. Faktor risiko tertinggi adalah kelompok hetereoseksual sebanyak 2198 kasus,

sedangkan faktor risiko kedua adalah pada kelompok penasun (pengguna napza

suntik) sebanyak 958. Berdasarkan data Kemenkes RI tahun 2013 dilaporkan sampai

pada akhir tahun 2012, untuk wilayah Provinsi Sumatra Utara, kasus HIV/AIDS

sudah mencapai 6340 terdiri dari 2198 kasus HIV dan 4241 kasus AIDS.

Konselor kesehatan pertama di Kota Medan dari RSUP Adam Malik. Puncak

(14)

dukungan dana dari GF dan FHI. Tahun 2004-2005, program Pengobatan, Dukungan

dan Perawatan (PDP) dibentuk di RSUP Adam Malik.

2.6.3. Etiologi 27

Virus HIV adalah retrovirus yang termasuk dalam family lentivirus.

Retrovirus mempunyai kemampuan menggunakan RNA-nya dan DNA penjamu

untuk membentuk virus DNA dan dikenali selama periode inkubasi yang panjang.

Seperti retrovirus lainnya, HIV menginfeksi tubuh dengan periode inkubasi yang

panjang (klinik-laten), dan utamanya menyebabkan munculnya tanda dan gejala

AIDS. Ketika sistem imun melemah atau rusak oleh virus seperti HIV, tubuh akan

lebih mudah terkena infeksi oportunistik.

Secara struktur morfologinya, bentuk HIV terdiri atas sebuah silinder yang

dikelilingi pembungkus lemak yang melingkar dan melebar. Pada pusat lingkaran

terdapat untaian RNA. HIV mempunyai 3 gen yang merupakan komponen fungsional

dan struktural. Tiga gen tersebut yaitu gag (antigen), pol (polymerase), dan env

(envelope). Gen gag mengode protein inti. Gen pol mengode enzim reverse

transcriptase, protease, dan integrase. Gen env mengode komponan structural HIV

yang dikenal glikoprotein. Gen lainnya yang ada dan juga penting dalam replikasi

virus, yaitu rev, nef, vif, vpu, dan vpr.

(15)

Gambar 2.1. Human Immunodeficiency Virus 2.6.4. Patogenesis

HIV masuk tubuh manusia terutama melalui darah, semen dan sekret vagina,

serta transmisi dari ibu ke anak. Tiga cara penularan HIV adalah sebagai berikut :

1. Hubungan seksual, baik secara vagina, oral maupun anal dengan seorang

pengindap. Hal ini adalah cara yang paling umum terjadi, meliputi 80-90 % total

kasus sedunia.

2. Kontak langsung dengan darah, produk darah, atau jarum suntik. Transfusi

darah/produk darah yang tercemar mempunyai resiko sampai > 90 %, ditentukan

3-5 % total kasus sedunia. Pemakaian jarum suntik tidak steril atau pemakaian

bersama jarum suntik dan spuitnya pada pecandu narkotik berisiko 0,5-1 %,

ditentukan 5-10 % total kasus sedunia. Penularan melalui kecelakaan tertusuk

jarum pada petugas kesehatan mempunyai resiko 0,5 % dan mencakup < 0,1 %

(16)

3. Transmisi secara vertikal dari ibu hamil mengidap HIV pada bayinya melalui

plasenta. Resiko penularan dengan cara ini 25-40% dan terdapat < 0,1% total

kasus sedunia.

Setelah masuk tubuh, virus menuju ke kelenjar limfe dan berada dalam sel

dendritik selama beberapa hari. HIV menginfeksi sel yang permukaannya terdapat

molekul CD4 sebagai reseptor. Infeksi dimulai ketika glikoprotein pada HIV

membentuk tempelan ke reseptor CD4. Virus masuk ke sel dan memulai replikasi

(memperbanyak diri). Sel terinfeksi dapat menghasilkan bentuk virus yang baru. Sel

T menjadi target utama dari virus ini, sehingga efek utamanya adalah pada sistem

imun. Selanjutnya sel-sel lain yang memiliki CD4 (beberapa makrofag), subklas sel

B, juga dapat terinfeksi.

29

(17)

Sebenarnya pada awal-awal terjadi infeksi, sistem imun masih bekerja dengan

baik sampai beberapa tahun. Akan tetapi sistem imun dalam tubuh menurun seiring

dengan terakumulasinya varian baru dan antigen yang berbeda. HIV menempel ke

reseptor CD4 pada permukaan sel T dan masuk sel secara endositosis, kemudian

memperbanyak diri. Selanjutnya keluar dari sel T dengan cara melisiskan sel atau

dapat juga dengan cara eksositosis.

Gambar 2.3. Infeksi HIV Pada Sel T

Secara imunologis, sel T yang terdiri atas limfosit T- helper ,disebut limfosit

CD4+. Saat ini, darah pasien menunjukkan jumlah virus yang sangat tinggi, yang

berarti banyak virus lain di dalam darah. Orang dewasa yang baru terinfeksi sering

menunjukkan sindrom retroviral akut. Tanda dan gejala tersebut biasanya terjadi 2- 4

minggu stelah infeksi, kemudian hilang atau menurun setelah beberapa hari dan

sering terdeteksi influenza. Selain itu penderita juga sering merasa tidak sehat meski

dari luar tampak sehat. Keadaan penderita yang terinfeksi ini bisa disebut dengan

(18)

positif, karena telah terbentuk anti bodi. Masa 3 – 6 bulan ini disebut window periode,

dimana penderita dapat menularkan namun secara laboratorium hasil tes HIV-nya

masih negatif.

Selama infeksi primer jumlah limfosit CD4+ dalam darah menurun dengan

cepat. Target virus ini adalah limfosit CD4+

Seiring dengan makin memburuknya kekebalan tubuh, ODHA mulai

menampakkan gejala akibat infeksi oportunistik (penurunan berat badan, demam

lama, pembesaran kelenjar getah bening, diare, tuberculosis, infeksi jamur, herpes,

dan lain-lain setelah masa ini pasien akan masuk ke fase full blown AIDS.

pada nodus limfa dan thymus selama

waktu tersebut, yang membuat individu yang terinfeksi HIV akan mungkin terkena

infeksi oportunistik dan membatasi kemampuan thymus untuk memproduksi limfosit

T. Setelah infeksi akut, dimulailah infeksi HIV asimptomatik. Masa tanpa gejala ini

berlangsung selama 8-10 tahun. Tetapi ada sekelompok orang perjalanan penyakitnya

sangat cepat, hanya sekitar 2 tahun, dan ada juga sangat lambat.

27

Gambar 2.4. Grafik Perjalanan HIV pada Individu Yang Terinfeksi HIV jumlah limfosit T CD4+

(19)

HIV mudah mati di alam terbuka, dalam suasana kering diluar tubuh manusia

hanya bertahan selama beberapa menit. Virus dapat dimusnahkan dengan suhu

50-600

Virus HIV terdapat dalam cairan tubuh manusia, seperti : cairan darah, cairan

sperma, cairan vagina. Virus HIV terdapat pada cairan ini karena di cairan-cairan ini

banyak mengandung sel darah putih atau sel T.

c (30 menit), larutan eter, aseton, etanol, sabun, dan bahan pencuci hama.

2.6.5. Gejala Klinis HIV/AIDS

30

World Health Organization (WHO) menetapkan empat stadium klinis pada

pasien yang terinfeksi HIV/AIDS yakni sebagai berikut : 30

Tabel 2.6.5. Empat Stadium Klinis Pada Pasien HIV/AIDS Stadium 1

Asimptomatik (Aktivitas

Normal)

 Tidak terjadi penurunan berat badan

 Tidak ada gejala atau hanya limfadenopati generalisata persisten

Stadium 2 Simptomatik

 Penurunan berat badan 5-10%

 ISPA berulang, misalnya sinusitis atau otitis

 Herpes zoster dalam 5 tahun terakhir

Luka di sekitar bibir (kelitis angularis)

 Ulkus mulut berulang

Ruam kulit yang gatal (seboroik atau prurigo-PPE (pruritic popular eruption))

 Dermatitis seboroik

 Infeksi jamur kuku

Stadium 3 Keadaan Umumnya

Lemah

 Penurunan berat badan > 10%

 Diare, demam yang tidak diketahui penyebabnya, lebih dari 1 bulan

 Kandidosis oral atau vaginal

Oral hairy leukoplakia

 TB paru dalam 1 tahun terakhir

 Infeksi bakterial yang berat (pneumoni, piomiositis, dll)

 TB limfadenopati

 Gingivitis/periodontitis ulseratif nekrotikan akut

(20)

Stadium 4 Keadaan

Sangat Lemah (AIDS)

Sindrom wasting HIV

 Pneumonia pneumosistis, pnemoni bakterial yang berat berulang

 Herpes simpleks ulseratif lebih dari 1 bulan

 Kandidosis esophageal

 TB ekstraparu

 Sarkoma Kaposi

 Retinitis CMV (Cytomegalovirus)

 Abses otak toksoplasmosis

 Encefalopati HIV

 Meningitis kriptokokus

 Infeksi mikobakteria non-TB meluas

 Lekoensefalopati multifocal progresif (PML)

 Peniciliosis, kriptosporidosis kronis, isosporiasis kronis, mikosis meluas, histoplasmosis ekstra paru, cocidiodomikosis

 Limfoma serebral atau B-cell, non-Hodgkin

 Kanker serviks invasif

 Leismaniasis atipik meluas

 Gejala neuropati atau kardiomiopati terkait HIV Sumber: WHO, 2008

2.6.6. Epidemiologi HIV/AIDS 2.6.6.1. Frekuensi

UNAIDS dan WHO memperkirakan bahwa AIDS telah membunuh lebih dari

35 juta jiwa sejak pertama kali diakui tahun 31,32,33,34

epidemik paling menghancurkan pada sejarah.

Secara global, antara 33,4 dan 46 juta orang kini hidup dengan HIV. Pada

tahun 2005, antara 3,4 dan 6,2 juta orang terinfeksi dan antara 2,4 dan 3,3 juta orang

dengan AIDS meninggal dunia, peningkatan dari

tahun

WHO mencatat terdapat sekitar 131.000 orang yang baru terinfeksi HIV di

Eropa dan negara-negara sekitarnya pada tahun 2012. Kenaikan 8% dari tahun

sebelumnya ini mengkhawatirkan, mengingat tren penurunan kasus-kasus AIDS di

(21)

Kasus AIDS dilaporkan telah menurun terus di Eropa Barat menurun 48

persen antara tahun 2006 dan 2012. Sementara di bagian timur Eropa, yang

mencakup banyak negara bekas republik Soviet jumlah orang yang baru didiagnosa

dengan AIDS meningkat sebesar 113 persen.

perkiraan 21,6 sampai 27,4 juta jiwa kini hidup dengan HIV. Lebih dari 64% dari

semua orang yang hidup dengan HIV ada di Afrika Sub Sahara, lebih dari tiga per

empat (76%) dari semua wanita hidup dengan HIV.

Pada tahun 2013 ada sekitar 170.000 sampai 210.000 dari 220 juta penduduk

Indonesia mengidap HIV/AIDS. Jumlah kasus kematian akibat AIDS di Indonesia

diperkirakan mencapai 5.500 jiwa. Indonesia adalah salah satu negara di Asia dengan

epidemi HIV/AIDS yang berkembang paling cepat (UNAIDS, 2008). Kementerian

Kesehatan memperkirakan, Indonesia pada tahun 2014 akan mempunyai hampir tiga

kali jumlah orang yang hidup dengan HIV dan AID S dibandingkan pada tahun 2008

(dari 277.700 orang menjadi 813.720 orang). Merupakan negara dengan tingkat

epidemi HIV terkonsentrasi, karena terdapat beberapa daerah dengan prevalensi HIV

lebih dari 5% pada seperti pengguna napza suntik, pekerja seks, waria, LSL dan

prevalensi HIV tinggi pada populasi umum 15-49 tahun terjadi di Provinsi Papua dan

Papua Barat (2,4%).

Hal itu dikarenakan wilayah yang

rendah aksesnya terhadap pencegahan, tes dan obat-obatan, akibat rendahnya dana

(22)

2.6.6.2. Distribusi

A. Distribusi Menurut Orang

Hasil surveilans sentinel HIV sampai dengan tahun 2012 menunjukkan bahwa

prevalens HIV berkisar 21% – 52% pada penasun, 1%-22% pada WPS, 3%-17%

pada waria. Hasil estimasi orang dengan HIV dan AIDS (ODHA) di Indonesia tahun

2012 jumlahnya berkisar antara 230.411-308.924, dimana 39% diantaranya adalah

pelanggan pekerja seks dan 9% adalah pengguna narkoba suntik (penasun).

Laporan Epidemi AIDS Global (UNAIDS 2012) menunjukkan bahwa

terdapat 34 juta orang dengan HIV di seluruh dunia. Sebanyak 50% di antaranya

adalah perempuan dan 2,1 juta anak berusia kurang dari 15 tahun. Di Asia Tenggara,

terdapat kurang lebih 4 juta orang dengan HIV. Menurut Laporan Perkembangann

HIV-AIDS WHO-SEARO 2011 , sekitar 1,3 juta orang (37%) perempuan terinfeksi

HIV. Jumlah perempuan yang terinfeksi HIV dari tahun ke tahun semakin meningkat,

seiring dengan meningkatnya jumlah laki-laki yang melakukan hubungan seksual

tidak aman, yang akan menularkan HIV pada pasangan seksualnya.

Data Riskesdas 2010 menunjukkan fakta bahwa sudah mulai muncul data

remaja usia 10-24 tahun yang belum menikah telah berhubungan seksual. Fakta ini

menunjukkan bahwa informasi yang jelas dan benar tentang kesehatan reproduksi

termasuk pencegahan HIV dan IMS sangat diperlukan dikalangan remaja.

Data Dinas Kesehatan (Dinkes) Sumut, sejak tahun 1992 hingga Februari

2014, sebanyak 3.091 orang penderita HIV/AIDS terdeteksi di kota Medan dan

(23)

diikuti 1.066 kasus dari Kabupaten Deli Serdang dan 341 kasus dari Kabupaten

Karo.

B. Distribusi Menurut Tempat 14

Sekarang ini, AIDS menjadi penyebab utama kematian si Sub- Sahara Afrika.

Sehingga Afrika Sub-Sahara tetap merupakan wilayah terburuk yang terinfeksi HIV

dengan perkiraan 21,6 sampai 27,4 juta jiwa kini hidup dengan HIV.

Asia Selatan dan Asia Tenggara adalah terburuk kedua yang terinfeksi dengan

besar 15%. Epidemi saat ini meningkat di negara berkembang termasuk Asia Pasifik.

Negara yang paling tinggi prevalensi HIV adalah Kambodja, Indonesia, China,

Vietnam, Malaysia, Thailand, Myanmar dan beberapa bagian NegaraIndia. Menurut

World Health Organization (WHO) dilaporkan bahwa pada tahun 2011 terdapat 3,5 juta

orang di Asia Tenggara hidup dengan HIV/AIDS.

31

Jumlah kematian HIV/AIDS di kalangan remaja di seluruh dunia yang

meningkat sebesar 50 persen antara tahun 2005 dan 2012 menunjukkan tren

mengkhawatirkan.

4

Di Indonesia tercatat pada laporan Triwulan Januari sampai dengan Juni 2014

tercatat 15.534 jiwa yang terinfeksi HIV dan sebanyak 1.700 jiwa yang terkena

AIDS. Secara kumulatif dari 1 April 1987 sampai dengan 30 Juni 2014 jumlah

penderita HIV terdapat 142.961 jiwa dan jumlah penderita AIDS 55.623 jiwa.

Pada laporan Triwulan Januari sampai dengan Juni 2014 jumlah kumulatif

kasus AIDS pada golongan umur 15-19 tahun sebanyak 1.717 jiwa dan golongan

umur 20-29 tahun sebanyak 18.287. Ini berarti bahwa jumlah terbanyak penderita

(24)

sampai dengan 2014 terdapat pada anak sekolah/mahasiswa penderita AIDS sebanyak

1.291 jiwa.

Di Indonesia jumlah kematian (CFR) yang disebabkan oleh virus ini secara

kumulatif HIV & AIDS 1 April 1987 s.d. 30 Juni 2014merenggut 9.760 jiwa (19,0).

Pada Sumatera Utara jumlah kematian yang disebabkan AIDS sebanyak 176 jiwa.

Di Provinsi Sumatera Utara pada laporan Triwulan Januari sampai dengan

Juni 2014 HIV telah menginfeksi 827 jiwa dan penderita AIDS 231 jiwa. Prevalensi

kasus AIDS secara kumulatif pada provinsi Sumatera Utara 12,12%.Secara kumulatif

jumlah penderita HIV di Sumatera Utara dari tahun 1987 sampai dengan 2014 adalah

8.794 jiwa dan pada penderita AIDS 1.573 jiwa.

Pada daerah Kota Medan didapatkan dari data Dinas Kesehatan Kota Medan

periode Bulan Oktober 2012 angka kematian yang diakibatkan oleh HIV/AIDS

sebanyak 722 jiwa dengan prevalens 21,58 % dari kasus HIV/AIDS.

5

C. Distribusi Menurut Waktu

7

Semula kasus AIDS di Indonesia berada pada low level epidemic. Sejak 2000,

kasus AIDS di Indonesia meningkat menjadi concentrated level epidemic.Pada masa

kini sebanyak 3,1 juta pria merupakan penikmat seks bebas, lalu 800 ribu lainnya

berhubungan seksual sesama jenis. Sedangkan, 230 ribu pengidap terjangkit melalui

jarum suntik yang digunakan secara bergantian. Dilihat dari usia, pengidap AIDS

paling banyak terjadi pada kelompok produktif. 33

Pemicu penularan HIV AIDS terbesar sampai saat ini, menurut data Komisi

Penanggulangan AIDS Nasional adalah hubungan seksual yang berisiko. Pada remaja

(25)

perubahan psikis maupun perubahan terhadap biologis sehingga rasa ingin melakukan

sesuatu yang dianggap penasaran bisa terjadi.

2.6.6.3. Determinan

Determinan HIV/AIDS dbagi atas tiga kategori yaitu :

a. Host (Pejamu)

Kelompok masyarakat yang beresiko tinggi terinfeksi HIV adalah kelompok

masyarakat homoseksual, orang yang berganti-ganti pasangan dalam berhubungan

seksual, penderita penyakit yang sering menerima transfusi darah, bayi yang

dilahirkan oleh seorang ibu penderita AIDS, pecandu narkotika atau penyalah gunaan

obat bius melalui suntikan, pasangan dari penderita AIDS/pengidap HIV.

Bukan berarti hal tersebut diatas tidak terjadi pada remaja, pada zaman

sekarang sudah banyak remaja yang melakukan seks bebas dipengaruhi oleh budaya

luar yang menyebabkan pengaruh besar terhadap pola hidup remaja. Narkoba sampai

saat ini sudah mencapai 1,3 juta orang di Indonesia. Dapat dipastikan lagi bahwa

pengguna narkoba ini menjurus ke seks bebas.

37

b. Agent

31

Jumlah virus HIV yang berada dalam tubuh pengidap HIV, sangat

menentukan dalam proses penularan. Penurunan jumlah sel limfosit T biasanya

berbanding terbalik dengan jumlah virus HIV yang ada dalam tubuh, yaitu makin

rendah sel limfosit T nya, maka makin besar pula jumlah virus dalam darahnya. 38

c. Environment

Lingkungan biologis, sosial ekonomi, budaya dan agama sangat menentukan

(26)

dan sifilis yang positif akan meningkatkan prevalensi HIV karena luka-luka ini

menjadi tempat masuknya HIV. Faktor sosial ekonomi, budaya, dan agama secara

bersamaan atau sendiri-sendiri sangat berpengaruh terhadap perilaku masyarakat,

baik dalam hal seksual maupun perilaku penggunaan narkotika.

2.6.7. Transmisi HIV/AIDS

Virus HIV juga dapat ditemukan dalam jumlah kecil pada air mata, air liur,

cairan otak, keringat, air susu ibu. Virus HIV banyak pada cairan darah, cairan

sperma, dan cairan vagina.

Transmisi virus HIV dapat dikelompokkan enam cara :

39

a) Transmisi melalui hubungan seksual

Kontak seksual merupakan cara utama transmisi HIV. Baik hubungan

genito-genital maupun ano-genito-genital sama-sama berisiko menjadi media penularan virus ini.

Transmisi melalui hubungan seksual lewat anus lebih berisiko karena hanya terdapat

membran mukosa rektum yang tipis dan mudah robek sehingga virus dengan mudah

masuk melalui lesi pada anus. Risiko penularan dari laki-laki penderita HIV/AIDS ke

perempuan adalah 4-6% sedangkan risiko dari perempuan penderita HIV/AIDS ke

laki-laki adalah 2-3%. Proporsi penularan HIV melalui hubungan seksual (baik

heteroseksual maupun homoseksual) di Indonesia mencapai 60% dari seluruh

transmisi.

b) Transmisi melalui darah dan produk darah

40

Diperkirakan 90-100% orang yang mendapat transfusi darah yang telah

(27)

melaporkan risiko infeksi HIV melalui transfusi darah dari donor yang terinfeksi HIV

berkisar antara 1 per 750.000 hingga 835.000 kasus. Proporsi penularan melalui

penggunaan bersama jarum suntik di Indonesia mencapai 30% dari seluruh jenis

transmisi.

c) Transmisi secara vertikal

40

Transmisi secara vertikal dapat terjadi dari ibu yang terinfeksi HIV kepada

janinnya sewaktu hamil, persalinan, dan setelah melahirkan atau melalui pemberian

ASI. Angka penularan selama kehamilan sekitar 5-10%, sewaktu persalinan 10-20%,

dan saat pemberian ASI 10-20%.

d) Transmisi melalui cairan tubuh lain

40

Walaupun di dalam air liur penderita HIV/AIDS dapat ditemukan virus HIV,

tidak ada bukti yang meyakinkan bahwa air liur dapat menjadi sumber penularan,

baik melalui ciuman biasa maupun paparan lain. Demikian juga dengan cairan tubuh

lainnya seperti air mata, keringat, dan urin.

e) Transmisi pada petugas kesehatan dan petugas laboratorium

41

Para pekerja di bidang pelayanan kesehatan seperti dokter, dokter gigi, serta

paramedik termasuk kelompok yang rentan terhadap penularan HIV/AIDS. Risiko

penularan HIV setelah kulit tertusuk jarum atau benda tajam lainnya yang tercemar

oleh darah seseorang yang terinfeksi HIV adalah 0,3%. Sedangkan risiko penularan

(28)

f) Alat menoreh kulit dan jarum suntik secara bergantian

Alat tajam dan runcing seperti jarum, pisau, silet, membuat tato, memotong

rambut, yang bisa menularkan HIV sebab alat tersebut mungkin dipakai tanpa

disterilkan.

Penggunaan narkotik juga dapat merupakan media penularan HIV/AIDS. Di

Amerika, masalah hubungan narkotik HIV/AIDS sudah dikenal sejak awal epidemik

AIDS. Di negara tersebut memakai narkotik suntikan merupakan perilaku beresiko

terinfeksi HIV yang terpenting setelah hubungan seksual.

HIV/AIDS tidak menular melalui bersalaman, tinggal serumah, tidur dengan

penderita tanpa melakukan hubungan seksual, ciuman makanan atau makan bersama,

gigitan nyamuk, alat makan, renang bersama, batuk/bersin, sabun mandi, pemakaian

handuk atau baju bergantian, menggunakan WC yang sama dengan penderita AIDS.

40

2.6.8. Pencegahan HIV/AIDS

30

2.6.8.1. Pencegahan Primer

Pencegahan primer dilakukan agar orang yang sehat tetap sehat atau tidak

menjadi sakit. Pencegahan tingkat pertama pada HIV/AIDS menurut UNAIDS (2000)

dapat dilakukan dengan :

38

1. Pencegahan melalui hubungan seksual :

a. Tidak melakukan hubungan seks pra-nikah;

b. Tidak berganti-ganti pasangan, dan

(29)

d. Dilarang menggunakan napza, terutama napza suntik dengan jarum bekas

secara bergantian.

2. Pencegahan melalui darah :

a. Transfusi darah dengan yang tidak terinfeksi;

b. Sterilisasi jarum suntik dan alat-alat yang melukai kulit;

c. Hindari pengguna narkoba

d. Tidak menggunakan alat suntik, alat tindik, alat tato, pisau cukur dan sikat

gigi berdarah dengan orang lain, dan

e. Steril peralatan medis yang berhubungan dengan cairan manusia.

3. Pencegahan melalui pendidikan gaya hidup :

a. Meningkatkan komunikasi, edukasi, informasi, dan penyuluhan.

b. Hindari gaya hidup mencari kesenangan sesaat.

2.6.8.2. Pencegahan Sekunder

Pencegahan sekunder ditujukan kepada para penderita dan mengurangi

akibat-akibat yang lebih serius dari kasus terjadi, yaitu melalui diagnosis dini dan pemberian

pengobatan.40

a. Melakukan diagnosis dini terinfeksi HIV/AIDS dengan menggunakan uji

laboratorium terhadap spesimen darah di klinik VCT. Diagnosis pasti terinfeksi

HIV ditegakkan berdasarkan hasil pemeriksaan laboratorium yang dimulai

dengan uji ELISA (Enzym linked Immunosorbent Assay) dilanjutkan dengan uji Pada tahap ini, individu yang beresiko tinggi dapat melakukan tes

skrining untuk melihat anti HIV dalam darahnya. Beberapa tindakan yang dilakukan

(30)

Western blot karena uji ini mampu mendeteksi komponen yang terkandung di

dalam HIV.

Saat ini, pemerintah telah menyelenggarakan klinik Voluntary, Councelling,

and Testing (VCT) untuk mengetahui status HIV/AIDS secara dini. Klinik VCT

mencakup proses konseling pra-testing, konseling pos-testing, dan testing HIV secara

sukarela yang bersifat confidential dan secara lebih dini membantu seseorang untuk

mengetahui status HIV. Konseling pra-testing memberikan pengetahuan tentang HIV

dan manfaat testing, pengambilan keputusan untuk testing, dan perencanaan atas hasil

tes HIV yang akan dihadapi. Konseling pos-testing membantu seseorang untuk

mengerti dan menerima status (HIV+) dan merujuk pada layanan dukungan yang

tersedia.

b. Pengobatan suportif untuk meningkatkan keadaan umum penderita. Pengobatan

ini termasuk profilaksis kotrimoksasol, terapi antiretroviral (ART), serta nutrisi

yang baik bagi ODHA.

c. Nutrisi Pada ODHA

Gangguan sistem kekebalan tubuh pada ODHA dapat menurunkan status gizi

akibat kurangnya asupan makanan karena berbagai jenis infeksi. Status nutrisi

seseorang dapat ditentukan dengan menilai indeks massa tubuh (IMT). Laporan di

DKI Jakarta, Jawa Timur, dan Sulawesi Selatan menemukan dari 752 responden

ODHA , sebanyak 1% berada pada stadium 4 dengan status gizi buruk (IMT

(31)

BB (wasting), diare, mual dan muntah, tidak nafsu makan (appetite) dan oral

kandidiasis.

2.6.8.3. Pencegahan Tersier 27

Pencegahan tersier ditujukan untuk meningkatkan kualitas hidup penderita

HIV/AIDS, baik fisik,ekonomi, maupun sosial. Beberapa hal yang dilakukan pada

pencegahan tingkat ketiga ini adalah :

a. Tidak menjauhi atau mengucilkan ODHA.

b. Membangkitkan harga dirinya dengan melihat keberhasilan hidupnya atau

mengenang masa lalunya yang indah.

c. Mengajarkan pada keluarga untuk mengambil hikmah, dapat mengendalikan diri

dan tidak menyalahkan diri atau orang lain.

d. Perlu diberikan perawatan paliatif bagi pasien yang tidak dapat disembuhkan

atau sedang dalam tahap terminal, yang mencakup pemberian kenyamanan,

persiapan menjelang kematian meliputi penjelasan yang memadai tentang

keadaan penderita, dan bantuan pemakaman.

2.6.9. Penanganan Terhadap ODHA

38

Konseling sangat dibutuhkan bagi pasien HIV/AIDS yang sudah terdiagnosis

maupun pada kelompok beresiko tinggi. Menurut AUSAID (2002), konseling

merupakan salah satu program pengendalian HIV/AIDS. Konseling bertujuan untuk

mencegah penularan HIV, mengubah perilaku ODHA, pemberian dukungan yang

dapat menumbuhkan motivasi mereka, meningkatkan kualitas hidup ODHA. 27

Berdasarkan hasil penelitian terhadap pasien HIV/AIDS di UPIPI RSU.

(32)

Counseling Testing) efektif dalam mengubah pengetahuan,sikap, dan tindakan pasien

beresiko tinggi untuk melakukan tes HIV dimana 100% responden penelitiannya

bersedia untuk melakukan tes HIV.

VCT (Voluntary Counseling Testing) sangat penting dilakukan karena VCT

(Voluntary Counseling Testing) merupakan pintu masuk ke layanan HIV/AIDS

,menawarkan keuntungan baik bagi hasil tes positif maupun negatif dengan fokus

memberikan dukungan klien berupa perubahan perilaku, dukungan mental, dukungan

terapi ARV (antiretroviral), pemahaman faktual dan terkini tentang HIV/AIDS,

mengurangi stigma masyarakat.

Konseling HIV/AIDS meliputi konseling untuk pencegahan, konseling

pra-tes, konseling pasca-pra-tes, konseling keluarga, konseling berkelanjutan, dan konseling

pada mereka yang menghadapi kematian. Konseling yang diberikan pada ODHA

akan membantu memeperoleh akses informasi yang benar, memahami dirinya sendiri

secara lebih baik, mampu menghadapi masalah lebih baik, dan mampu

(33)

2.7. Kerangka Konsep

Berdasarkan latar belakang dan penelusuran pustaka di atas, maka kerangka

konsep dari penelitian ini digambarkan sebagai berikut :

Variabel Bebas Variabel Terikat

Sumber Informasi

- Pengetahuan siswa/siswi Kelas

XI tentang HIV/AIDS

- Sikap siswa/siswi Kelas XI

tentang HIV/AIDS

- Tindakan pencegahan

siswa/siswi Kelas XI tentang

Gambar

Gambar 2.2.  HIV yang baru memperbanyak diri tampak bermunculan sebagai bulatan-bulatan kecil (diwarnai hijau) pada permukaan limfosit setelah menyerang sel tersebut dilihat dengan mikroskop elektron
Gambar 2.3. Infeksi HIV Pada Sel T
Gambar 2.4. Grafik Perjalanan HIV pada Individu Yang Terinfeksi HIV
Tabel 2.6.5. Empat Stadium Klinis Pada Pasien HIV/AIDS

Referensi

Dokumen terkait

Pengembangan Program Parent Support Group (PSG) untuk Meningkatkan Kualitas Cara Pengasuhan Orangtua terhadap Anak dengan Gangguan Autisme di SLB X Kota Bandung Universitas

Menindaklanjuti point 1 (satu) diatas, pelaksanaan pemberian penjelasan pada tanggal 15 Februari 2017 yang dilaksanakan bertepatan dengan hari libur nasional dalam hal

Apabila perusahaan Bapak tidak dapat menunjukan dokumen - dokumen yang dimaksud diatas serta data personil dan data peralatan yang tertera berbeda dengan kenyataan

Adapun masa sanggah dilaksanakan mulai hari Senin 22 Juli 2013 sampai dengan hari Rabu 24 Juli 2013, sanggahan dapat disampaikan kepada Ketua Panitia Pelelangan Pekerjaan

Anak yang tekun berlatih akan mendapat ..... Jawablah pertanyaan dibawah ini dengan jawaban yang jelas

[r]

Kewenangan yang dimiliki oleh Komnas HAM sebagai lembaga negara yang berhak dan diamanti oleh presiden untuk menangani kasus-kasus pelanggaran HAM di rasa kurang

B. Berdasarkan peta kedudukan bahan ajar, mata pelajaran Jaringan dasar komputer ini berdiri sendiri dan bersama sama satu kelompok dengan mata pelajaran pemrograman