• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Pengetahuan dan Sikap Tentang HIV AIDS dan Bahaya Narkoba pada Siswa Laki-laki MAN 1 Medan Tahun 2016

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Analisis Pengetahuan dan Sikap Tentang HIV AIDS dan Bahaya Narkoba pada Siswa Laki-laki MAN 1 Medan Tahun 2016"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

Human Immunodeficiency Virus atau HIV adalah sejenis virus yang

menyerang/menginfeksi sel darah putih yang menyebabkan menurunnya kekebalan tubuh manusia. Acquired Immunodeficiency Syndrome atau AIDS adalah sekumpulan gejala penyakit yang timbul karena menurunnya kekebalan tubuh yang disebabkan infeksi oleh HIV (Kemenkes RI, 2014).

Human Immunodeficiency Virus terus menjadi masalah kesehatan

masyarakat global, terdapat 36,9 juta orang yang hidup dengan HIV dengan dua juta infeksi baru pada tahun 2014. Sub-Sahara Afrika merupakan penyebab 70% kasus baru infeksi HIV pada tahun 2014. Penderita HIV yang mengetahui statusnya hanya 54% dari seluruh penderita HIV (WHO, 2015). Persentase penderita HIV pada perempuan sebesar 45,7% dan pada anak berusia <15 tahun sebesar 9,1% pada tahun 2013 di seluruh dunia. Jumlah infeksi baru HIV pada tahun 2013 sebesar 88,8% dewasa dan 11,2% anak berusia <15 tahun (Kemenkes RI, 2014).

Secara global, persentase pengguna narkoba yang hidup dengan HIV sebesar 18,8%, di Eropa Timur dan Asia Tengah lebih 80% dari semua infeksi HIV terkait dengan penggunaan narkoba. United Nations Programme on HIV/AIDS (UNAIDS) menyebutkan bahwa di seluruh dunia terdapat sekitar 10%

(2)

satunya heroin. Heroin menjadi masalah lebih dari 100 negara di seluruh dunia, dan terdapat sekitar 10 juta orang yang menyuntik heroin secara rutin di seluruh dunia. Dari 100 negara tersebut, lebih dari 80 negara diantaranya telah melaporkan infeksi HIV dikalangan pengguna narkoba suntik. Di Amerika Utara, penyalahgunaan narkoba suntik menyebabkan sedikitnya 25% kasus AIDS sampai tahun 1994, dan merupakan faktor risiko kedua untuk tertular HIV. Penggunaan jarum suntik merupakan faktor penyebab utama penularan HIV di wilayah Eropa Timur. Penderita AIDS tertular melalui penggunaan narkotika secara bergantian sebesar 62% di Rusia pada tahun 1997 (Winarno, 2008).

Secara global di tahun 2013, satu dari dua puluh orang antara usia 15-64 tahun menggunakan narkoba. Prevalensi pengguna narkoba pada usia 15-64 tahun sebesar 5,2%. Laporan Unicef, UNAIDS dan WHO menyebutkan bahwa masa remaja sering digunakan untuk bereksperimen dengan narkotika dan alkohol. Di Tanzania, anak muda yang berusia antara 16-24 tahun yang merokok dan minum alkohol mempunyai pasangan seks empat kali lebih banyak dari kawan-kawan seusianya. Di Buenos Aires, Argentina, seperlima dari pecandu narkotika dengan jarum suntik mengatakan bahwa mereka mulai memakai narkotika pada saat berusia 16 tahun ataupun lebih muda, dan duapertiganya telah mulai ketika berusia 18 tahun (UNODC, 2015).

(3)

ini HIV/AIDS sudah menyebar di 386 kapubaten/kota di seluruh provinsi di Indonesia. Penyebab AIDS 15,2% karena narkoba suntik, sedangkan pada penderita HIV sebesar 7,7% (Kemenkes RI, 2014).

Kasus AIDS di Indonesia berdasarkan jenis kelamin sejak 1987 sampai September 2014, lebih banyak terjadi pada kelompok laki-laki (54%) atau hampir dua kali lipat dibandingkan pada kelompok perempuan (29%) dan sisanya tidak dilaporkan. Persentase kematian akibat AIDS sebesar 87,2% dewasa dan 12,8% anak berusia <15 tahun. Persentase infeksi HIV menurut kelompok umur 15-19 tahun 3,6%. Persentase kumulatif AIDS menurut kelompok umur 15-19 tahun sebesar 3,1%. Case fatality rate (CFR) AIDS adalah 0,46%. Prevalensi kasus AIDS terbesar adalah Provinsi Papua sebesar 359,43 per 100.000 penduduk, sedangkan Sumatera Utara berada pada urutan ke tujuh belas dari 33 provinsi yaitu sebesar 12,12 per 100.000 (Kemenkes RI, 2014).

(4)

tahun 2013 (Dinkes Provsu, 2013). Persentase kasus kumulatif AIDS pada IDU di Sumatera Utara tahun 2013 sebesar 17,06% (Kemenkes RI, 2014).

Injecting Drug User adalah perilaku konsumsi narkoba beresiko tertular HIV/AIDS. Menurut Kemenkes RI yang dikutip dari hasil studi Sabarinah (2009) dan Ismail (2006) tentang pemakai narkoba, mayoritas berasal dari kalangan remaja dan dewasa muda yang mulai merokok di masa remaja. Pengakuan para pemakai narkoba pada studi tahun 2008 mengungkapkan bahwa rata-rata remaja mulai merokok di usia 14 tahun pada laki-laki dan 15 tahun pada perempuan, dan dilanjutkan mengonsumsi alkohol di sekitar usia 15 tahun pada laki-laki dan 17 tahun pada perempuan, serta narkoba lain di usia rata-rata 16 tahun pada laki-laki dan 17 tahun juga pada perempuan, risiko berlanjut memakai narkoba lain setelah merokok juga telah dilaporkan, besarnya risiko untuk memakai narkoba jika remaja merokok adalah empat kali dibandingkan jika remaja tidak merokok (Kemenkes RI, 2014). Proporsi perokok aktif setiap hari pada usia 15-19 tahun sebesar 11,2%, tetapi proporsi perokok kadang-kadang terbesar pada usia 15-19 sebesar 7,1% (Kemenkes RI, 2013).

(5)

Menurut BNN, dari tahun 2010-2012 jumlah tersangka narkoba berdasarkan kelompok umur 16-19 tahun terus mengalami peningkatan tiap tahun, jumlah tersangka pada tahun 2012 meningkat 18,7% dari 1.774 tersangka. Sebagian besar tersangka berlatar belakang pendidikan SLTA (55,4%), berjenis kelamin laki-laki (90,8%) (Kemenkes RI, 2014). Berdasarkan hasil penelitian Emailijati (2013) jumlah tersangka narkoba selama tahun 2007-2011 berdasarkan tingkat pendidikan yaitu sebanyak 11,8% anak SD, sebesar 23,7% anak SMP dan sebesar 61,9% anak SMA.

Jumlah kasus narkoba tahun 2013 yang diungkap meningkat sebesar 23,8% dari 28.623 kasus. Angka-angka yang dilaporkan ini hanya puncak gunung es dari masalah narkoba yang jauh lebih besar (BNN, 2014). Berdasarkan data BNN, masalah penyalahgunaan narkoba di tanah air telah merambah pada sebagian besar kelompok usia produktif, yaitu yang masih remaja berstatus pelajar maupun mahasiswa (Emailijati, 2013).

(6)

dan meningkatkan kegairahan yang memicu bagi pemakainya melakukan seks bebas yang dapat menimbulkan kasus baru infeksi HIV (Kemenkes RI, 2014).

Salah satu upaya untuk pencegahan kasus HIV/AIDS dan narkoba melalui pendidikan kesehatan. Berdasarkanperaturan Gubernur Sumatera Utara nomor 23 tahun 2014 bahwa dinas Pendidikan dan Kementerian Agama Provinsi Sumatera Utara selaku anggota KPA Provinsi Sumatera Utara melakukan pembinaan terhadap Dinas Pendidikan Kab/Kota untuk mensosialisasikan penanggulangan HIV dan AIDS di dunia pendidikan antara lain: pengembangan komunikasi informasi dan edukasi sesuai dengan usia sekolah, integrasi materi HIV dan AIDS ke dalam kurikulum/kegiatan ekstrakurikuler (Pemprovsu, 2014).

Hasil studi yang dilaksanakan kementerian kesehatan, bahwa pengetahuan komprehensif tentang HIV dan AIDS di kalangan orang muda (usia 15-24 tahun) pada populasi umum sebesar 20,6%. Penelitian lainnya, hanya 22% siswa kelas dua SMA yang memiliki pengetahuan komprehensif tentang penularan HIV, dan 64% masih miskonsepsi tentang HIV (UNICEF, 2012). Hasil penelitian Wibowo dan Marom (2014) pada siswa MAN 2 Kota Pekalongan, pengetahuan siswa tentang HIV/AIDS berada pada kategori cukup sebesar 61,9%.

(7)

Hasil penelitian Tosi dkk (2010), terdapat hubungan pengetahuan dengan sikap siswa SMA tentang HIV/AIDS. Pengetahuan yang baik akan menciptakan sikap yang baik. Berdasarkan permasalahan diatas, maka perlu dilakukan penelitian mengenai pengetahuan dan sikap tentang HIV/AIDS dan bahaya narkoba pada siswa laki-laki MAN 1 Medan Tahun 2016.

1.2 Rumusan Masalah

Belum diketahui tingkat pengetahuan dan sikap tentang HIV/AIDS dan bahaya narkoba pada siswa laki-laki MAN 1 Medan tahun 2016.

1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum

Tujuan umum penelitian ini adalah untuk mengetahui tingkat pengetahuan dan sikap tentang HIV/AIDS dan bahaya narkoba pada siswa laki-laki MAN 1 Medan tahun 2016.

1.3.2 Tujuan Khusus

a. Mengetahui gambaran distribusi proporsi pengetahuan dan sikap tentang HIV/AIDS dan bahaya narkoba pada siswa laki-laki MAN 1 Medan. b. Mengetahui hubungan pengetahuan dengan sikap tentang HIV/AIDS pada

siswa laki-laki MAN 1 Medan.

c. Mengetahui hubungan pengetahuan dengan sikap tentang bahaya narkoba pada siswa laki-laki MAN 1 Medan.

(8)

e. Mengetahui hubungan sikap HIV/AIDS dengan sikap bahaya narkoba pada siswa laki-laki MAN 1 Medan.

1.4 Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi : a. Sebagai sumber infomasi dan masukan bagi MAN 1 Medan.

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan uraian tersebut, penulis melakukan suatu penelitian dengan judul “ Pengaruh Model Rotating Trio Exchange (RTE) Terhadap Hasil Belajar Matematika pada Siswa Kelas VIII

Dikarenakan nilai Fhitung lebih besar dari Ftabel (14,084 &gt; 3,354) dan nilai signifikansi 0,000 &lt; 0,05 maka H0 ditolak dan H1 diterima, artinya price earning ratio dan

memanfaatkan teknologi komunikasi dan seni penggerakan masyarakat serta mampu beradaptasi terhadap situasi yang dihadapi serta melakukan kerja sama secara lintas program

Mampu bertanggungjawab atas pencapaian hasil kerja mandiri maupun institusi atau organisasi pada bidang keahliannya sesuai dengan standar mutu yang berlaku di bidang pekerjaannya.

Salah  satu  penyebab  kecelakaan  kapal  laut  yang  terjadi  di  perairan  pantaikhu­ susnyua  di  siang  hari  adalah  karena  kelalaian  petugas  jaga 

mengakui capaian pembelajaran yang dilakukan oleh perguruan tinggi dan/atau lembaga pendidikan dan pelatihan yang diselenggarakan oleh kementerian dan/atau lembaga di luar

Kedua, hasil akreditasi belum menunjukkan indikator akuntabilitas satuan pendidikan secara maksimal, baik kepada pemerintah, masyarakat, orang tua siswa, maupun siswa, seperti

mustofa Upaya Gerakan Pemuda Ansor Dalam Meningkatkan Akhlaqul Karimah Melalui Kegiatan Rutinan Sholawat HIMMATA pada Remaja di Desa Kebonagung Kecamatan Wonodadi