• Tidak ada hasil yang ditemukan

HUBUNGAN KECEMASAN DENGAN GANGGUAN SIKLUS MENSTRUASI PADA SISWI KELAS XII SMA NEGERI 1 SURAKARTA SKRIPSI Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "HUBUNGAN KECEMASAN DENGAN GANGGUAN SIKLUS MENSTRUASI PADA SISWI KELAS XII SMA NEGERI 1 SURAKARTA SKRIPSI Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran"

Copied!
37
0
0

Teks penuh

(1)

HUBUNGAN KECEMASAN DENGAN GANGGUAN SIKLUS MENSTRUASI PADA SISWI KELAS XII SMA NEGERI 1 SURAKARTA

SKRIPSI

Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran

Anisa Febrina Damastuti G.0009018

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET

Surakarta 2012

(2)

ii

PENGESAHAN SKRIPSI

Skripsi dengan judul: Hubungan Kecemasan Dengan Gangguan Siklus Menstruasi Pada Siswi Kelas XII SMA Negeri 1 Surakarta

Anisa Febrina Damastuti, NIM: G0009018, Tahun: 2012

Telah diuji dan sudah disahkan di hadapan Dewan Penguji Skripsi Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret

Pada Hari Kamis, Tanggal 1 November 2012

Pembimbing Utama

Nama : Rosalia Sri Hidayati, dr., M.Kes ... NIP : 19470927 197610 2 001

Pembimbing Pendamping

Nama : Arif Suryawan, dr, AIFM ... NIP : 19580327 198601 0 001

Penguji Utama

Nama : Slamet Riyadi, dr., M.Kes ... NIP : 19600418 199203 1 001

Penguji Pendamping

Nama : Bagus Wicaksono, Drs., MSi ... NIP : 19620901 198903 1 003

Surakarta,...

Ketua Tim Skripsi Dekan FK UNS

Muthmainah, dr., M.Kes Prof. Dr. Zainal Arifin Adnan, dr., Sp.PD-KR-FINASIM NIP 19660702 199802 2 001 NIP 19510601 197903 1 002

(3)

iii PERNYATAAN

Dengan ini menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi, dan sepanjang pengetahuan penulis juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah dan disebutkan dalam daftar pustaka.

Surakarta, 1 November 2012

Anisa Febrina Damastuti NIM. G0009018

(4)

iv ABSTRAK

Anisa Febrina Damastuti, G0009018, 2012. Hubungan Kecemasan dengan Gangguan Siklus Menstruasi pada Siswi Kelas XII SMA Negeri 1 Surakarta. Fakultas Kedokteran, Universitas Sebelas Maret, Surakarta.

Latar Belak ang : Diperkirakan jumlah wanita yang menderita gangguan kecemasan mencapai 5% dari jumlah penduduk, dengan perbandingan antara wanita dan pria 2 banding 1. Gangguan emosional, ketegangan, tekanan, dan kegelisahan dapat membawa kepada gangguan pada siklus menstruasi. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui adanya hubungan kecemasan dengan gangguan menstruasi pada Siswi Kelas XII SMA Negeri 1 Surakarta.

Metode Penelitian : Penelitian ini bersifat observasional analitik dengan metode cross sectional. Teknik sampling yang digunakan adalah purposive sampling. Besar sampel sebanyak 82 subyek, diambil dari siswi kelas XII SMA Negeri 1 Surakarta, dan diadakan pada bulan Agustus 2012. Data penelitian diperoleh dengan kuesioner kecemasan (TMAS) dan kuesioner siklus menstruasi. Analisis statistik yang digunakan adalah Chi Square.

Hasil Penelitian : Hasil penghitungan Chi Square didapatkan X2 > X2 tabel = 7,142 > 3,841. Angka tersebut menunjukkan hubungan yang bermakna.

Simpulan Penelitian : Berdasarkan hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan positif antara kecemasan dan gangguan siklus menstruasi pada Siswi Kelas XII SMA Negeri 1 Surakarta.

Kata kunci : kecemasan, siklus menstruasi, gangguan siklus menstruasi

(5)

v ABSTRACT

Anisa Febrina Damastuti, G0009018, 2012. The Correlation of Anxiety and Menstrual Cycle Disorder on Grade XII Female Students of SMA Negeri 1 Surakarta. Medical Faculty Sebelas Maret University, Surakarta.

Background : The number of people who suffer anxiety was estimated to be 5% of population, with the ratio off women and men is 2:1. Emotional breakdown, tension, pressure, and agitation could lead to disruption of menstrual cycle. The purpose of this study was to determine the correlation of anxiety and mestrual cycle disorder on grade XII female student of SMA Negeri 1 Surakarta.

Methods : This study was an observational analytic with cross sectional study approach. The sampling technique used was purposive sampling. Sample was as many as 82 subjects, taken from the grade XII female students of SMA Negeri 1 Surakarta, and was hold on August 2012. Data were obtained by TMAS and menstrual cycle questionnaires. The statistical analysis used was Chi Square. Results : Chi Square calculation obtained X2 > X2 table = 7,142 > 3,841. The number showed a significant association.

Conclusion : Based on this study it could be concluded that there was a positive relationship between anxiety and mestrual cycle disorder on grade XII female student of SMA Negeri 1 Surakarta.

Keywords : anxiety, menstrual cycle, menstrual cycle disorder\\

(6)

vi

PRAKATA

Syukur saya panjatkan kepada Allah SWT atas segala karunia-Nya sehingga skripsi dengan judul “Hubungan Kecemasan dengan Siklus Menstruasi pada Siswi Kelas XII SMA Negeri 1 Surakarta”, yang disusun untuk memenuhi salah satu persyaratan untuk memperoleh gelar sarjana kedokteran di Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret, dapat terselesaikan.

Skripsi ini dapat tersusun berkat adanya bimbingan, bantuan, maupun saran dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis menyampaikan terima kasih kepada:

1. Prof. Dr. Zainal Arifin Adnan, dr., Sp.PD-KR-FINASIM selaku Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta.

2. Muthmainah, dr., M.Kes dan Nur Hafidha Hikmayani,dr., M. ClinEpid selaku Tim Skripsi FK UNS, atas kepercayaan, bimbingan, koreksi dan perhatian yang sangat besar sehingga terselesainya skripsi ini.

3. Rosalia Sri Hidayati, dr., M.Kes selaku Pembimbing Utama yang telah menyediakan waktu untuk membimbing hingga terselesainya skripsi ini. 4. Arif Suryawan, dr selaku Pembimbing Pendamping yang tak henti-hentinya

bersedia meluangkan untuk membimbing hingga terselesainya skripsi ini. 5. Slamet Riyadi, dr., M.Kes selaku Penguji Utama yang telah memberikan

banyak kritik dan saran dalam penyusunan skripsi ini.

6. Bagus Wicaksono, Drs.,M.Si selaku Penguji Pendamping yang telah memberikan banyak kritik dan saran dalam penyusunan skripsi ini.

7. Yang tercinta kedua orang tua saya yang selalu memberikan support dalam segala hal sehingga terselesaikannya penelitian ini.

8. Segenap Staf Skripsi FK UNS dan Staf Laboratorium Biologi dan Fisiologi FK UNS untuk segala bantuan & kemudahan.

9. Sahabat-sahabat terdekat, Intan, Lia, Wawe, Lita, Uli dan teman-teman angkatan 2009 atas semangat dan bantuannya

10. Semua pihak yang secara langsung maupun tidak langsung membantu proses penelitian tugas karya akhir in i yang tidak mungkin disebutkan satu persatu.

Penulis menyadari bahwa penyusunan skripsi ini masih belum sepenuhnya sempurna, namun penulis berharap hasil penelitian ini dapat menambah wacana dan informasi yang bermanfaat bagi perkembangan ilmu dan bagi masyarakat.

Surakarta, November 2012

(7)

vii

c. Faktor-Faktor Biologis dalam Gangguan Kecemasan... 8

2. Siklus Menstruasi ... 9

a. Pengertian Siklus Menstruasi... 9

b. Gangguan Siklus Menstruasi ... 10

3. Hubungan Kecemasan dan Siklus Menstruasi ... 11

B. Kerangka Pem ikiran... 13

E. Identifikasi Variabel Penelitian ... 17

F. Defin isi Operasional Variabel Penelitian ... 18

(8)

viii

H. Cara Kerja Penelitian ... 19

I. Teknik Analisis Data ... 20

BAB IV HASIL PENELITIAN... 22

A. Gambaran Penelitian... 22

B. Pengolahan Data ... 23

BAB V PEMBAHASAN... 24

BAB VI PENUTUP ... 27

A. Simpulan ... 27

B. Saran ... 27

DAFTAR PUSTAKA ... 28

LAMPIRAN... 31

(9)

ix

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Distribusi Subyek Penelitian yang Memenuhi Persyaratan

Tabel 2. Distribusi Subyek Penelitian Menurut Kecemasan dan Gangguan Siklus Menstruasi

(10)

x

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Lembar Permohonan Subyek Penelitian ... 31

Lampiran 2. Lembar Persetujuan Responden ... 32

Lampiran 3. Lembar Kuesioner Data Subyek... 33

Lampiran 4. Lembar Kuesioner Skala LMMPI ... 35

Lampiran 5. Lembar Kuesioner Kecemasan TMAS... 36

Lampiran 6. Lem bar Kuesioner Siklus Menstruasi... 40

Lampiran 7. Lembar Hasil Penghitungan Chi Square... 41

Lampiran 8. Lembar Data Sampel Penelitian... 43

(11)

1

BAB I PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG MASALAH

Kecemasan merupakan suatu keadaan aprehensi atau keadaan khawatir yang mengeluhkan bahwa sesuatu yang buruk akan terjadi. Banyak hal dapat menimbulkan kecemasan, misalnya kesehatan, relasi sosial, ujian, dan kondisi lingkungan. Kecemasan terjadi akibat adanya ancaman terhadap harga diri atau identitas diri yang sangat mendasar bagi keberadaan individu. Kecemasan sendiri dikomunikasikan secara interpersonal dan merupakan bagian dari kehidupan sehari-hari yang menjadi peringatan penting untuk memelihara keseimbangan diri dan perlindungan diri (Nevid et al, 2006; Suliswati et al, 2005 dalam Tresna, 2011).

Diperkirakan jumlah wanita yang menderita gangguan kecemasan ini baik akut maupun kronik, normal atau abnormal mencapai 5% dari jumlah penduduk, dengan perbandingan antara wanita dan pria 2 banding 1, dan diperkirakan antara 2%-4% diantara penduduk suatu saat dalam kehidupan pernah mengalami gangguan cemas (Hawari, 2006).

Gangguan siklus menstruasi merupakan siklus menstruasi yang tidak teratur atau jarang dan perdarahan yang lama atau abnormal (Prawirohardjo, 2007). Gangguan emosional, ketegangan, tekanan, dan kegelisahan dapat membawa kepada gangguan menstruasi atau ketidaknormalan perdarahan pada rahim (Siswanti, 2011).

Data di beberapa negara industri menyebutkan bahwa seperempat penduduk perempuan pernah mengalami menoragia, 21% mengeluh siklus haid memendek, 17% mengalam i perdarahan antar haid dan 6% mengeluh perdarahan pascasenggama. Pada tahun 2007 dan 2008, di RSUD Dr. Soetomo Surabaya didapatkan angka kejadian gangguan menstruasi sebanyak

(12)

1

12,48% dan 8,8% dari seluruh kunjungan poli kandungan (Anwar et al., 2011).

Dari suatu penelitian tentang hubungan antara stres dan pola menstruasi, didapatkan beberapa orang yang mengalami stres namun memiliki pola menstruasi yang normal, namun banyak juga yang pola menstruasinya menjadi tidak normal, sehingga perlu ditelitili lagi apakah benar emosi, dalam hal ini kecemasan berpengaruh pada siklus menstruasi (Isnaeni, 2010).

Sebelumnya belum diadakan penelitian yang sama tentang hubungan antara kecemasan dan gangguan siklus menstruasi pada siswi kelas XII di SMA Negeri 1 Surakarta. Oleh karena itu, peneliti ingin melakukan penelitian tentang “Hubungan Kecemasan dengan Siklus Menstruasi pada Siswi SMA Kelas 3 SMA Negeri 1 Surakarta”.

B. RUMUSAN MASALAH

Adakah hubungan antara kecemasan dengan gangguan siklus menstruasi pada siswi kelas XII SMA Negeri 1 Surakarta?

C. TUJUAN PENELITIAN

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara kecemasan dengan gangguan siklus menstruasi pada siswi kelas XII SMA Negeri 1 Surakarta

D. MANFAAT PENELITIAN 1. Manfaat Ilmiah

Penelitian ini diharapkan dapat memberi informasi ilm iah adanya hubungan antara kecemasan dengan gangguan siklus menstruasi.

2. Manfaat Terapan

a. Untuk praktisi atau dokter, diharapkan melihat gangguan siklus menstruasi sebagai suatu keluhan yang harus dicari penyebabnya, salah satunya adalah kecemasan.

(13)

1

b. Untuk masyarakat, remaja, dan orang tua diharapkan mulai memperhatikan gangguan menstruasi yang dialam i kemungkinan sebagai akibat dari rasa cemas

(14)

1

Sensasi kecemasan sering dialami oleh setiap orang. Perasaan tersebut ditandai dengan rasa ketakutan yang difus, tidak menyenangkan, dan samar-samar, sering juga disertai dengan gejala otonomik seperti berkeringat, palpitasi, nyeri kepala, kekakuan pada dada, dan gangguan pada lambung (Kaplan & Saddock, 1997).

Kecemasan, yang menurut kamus lengkap psikologi disebut sebagai anxiety, digambarkan sebagai suatu perasaan takut yang tidak menyenangkan (Neale, 2001). Namun cemas berbeda dengan takut. Takut merupakan penilaian intelektual terhadap suatu stimulus yang mengancam dan mempunyai obyek yang jelas, sehingga seseorang dapat menggambarkan sumber dari rasa takutnya (Herawaty, 1996). Ketakutan merupakan sinyal yang serupa dengan kecemasan, namun rasa takut berasal dari ancaman yang asalnya diketahui, eksternal, jelas, dan bukan bersifat konflik, sedangkan kecemasan sumbernya tidak diketahui, internal, samar-samar, atau konfliktual (Kaplan & Saddock, 1997).

Kecemasan adalah suatu keadaan emosional yang mempunyai ciri keterangsangan fisiologis, perasaan tegang yang tidak menyenangkan, dan suatu perasaan bahwa sesuatu yang buruk akan terjadi (Nevid, 2005). Begitu juga yang dikemukakan oleh Haber dan Runyon, bahwa jika seseorang mengalami perasaan gelisah, gugup, maupun tegang dalam menghadapi suatu masalah, maka dia mengalami kecemasan, yaitu ketakutan yang tidak menyenangkan, atau merasa adanya pertanda bahwa sesuatu hal yang buruk akan terjadi (Suryani, 2007).

(15)

1

Secara umum, rasa cemas dimiliki oleh tiap individu, yang menyatakan kondisi “waspada” serta mendorong kreatifitas siswa. Kecemasan dalam taraf yang wajar dapat dianggap memiliki nilai positif sebagai motivasi, tetapi apabila intensitasnya sangat kuat dan bersifat negatif justru dapat menimbulkan kerugian dan dapat mengganggu keadaan fisik dan psikis yang bersangkutan (Tresna, 2011).

Harber dan Runyon mengemukakan ada empat dimensi kecemasan:

1) Dimensi Kognitif, yaitu perasaan tidak menyenangkan yang muncul dalam diri seseorang yang menyebabkan dirinya menjadi risau dan khawatir. Kekhawatiran ini dapat berkembang mulai dari tingkat khawatir yang ringan, lalu panik, cemas, sampai merasa akan terjadi malapetaka, kiamat, kematian. Pada kondisi ini, individu tidak dapat berkonsentrasi, mengambil keputusan, dan mengalami kesulitan tidur.

2) Dimensi Motorik, yaitu perasaan tidak menyenangkan yang muncul dalam bentuk tingkah laku seperti meremas jadi, menggeliat, menggigit bibir, menjentikkan kuku, gugup, dan tiks. 3) Dimensi Somatis, yaitu perasaan tidak menyenangkan yang

muncul dalam reaksi fisik biologis, misalnya mulut terasa kering, sulit bernafas, palpitasi, tangan dan kaki dingin, pusing seperti hendak pingsan, banyak keringat, tekanan darah naik, otot tegang terutama kepala, leher, bahu dan dada, serta kesulitan mencerna makanan.

4) Dimensi Afektif, yaitu perasaan tidak menyenangkan yang muncul dalam bentuk emosi, perasaan tegang karena emosi yang berlebihan seperti dihadapkan pada suatu teror. Luapan emosi ini biasanya berupa kegelisahan atau kekhawatiran bahwa dirinya dekat dengan bahaya padahal sebenarnya tidak.

(16)

1

b. Penyebab Kecemasan

Tiga bidang utama teori psikologi telah menyumbangkan masing-masing teorinya untuk menjelaskan penyebab kecemasan. Masing-masing teori memiliki kegunaan konseptual dan kepraktisan dalam fungsinya untuk pengobatan pasien dengan kecemasan (Kaplan & Saddock, 1997).

1) Teori Psikoanalitik

Kecemasan dibagi menjadi empat kategori utama, tergantung pada sifat dari akibat yang ditakutinya, yaitu kecemasan id atau impuls, kecemasan perpisahan, kecemasan kastrasi, dan kecemasan superego.

2) Teori Perilaku

Teori perilaku menyatakan bahwa kecemasan adalah suatu respon yang terjadi karena telah dibiasakan terhadap stimuli lingkungan yang spesifik.

3) Teori Eksistensial

Teori eksistensial memberikan model untuk gangguan kecemasan umum (generalized anxiety disorder), di mana tidak ada stimulus yang secara spesifik dapat diindentifikasikan untuk suatu perasaan kecemasan yang kronis. Konsep inti dari teori ini adalah seseorang menyadari adanya kehampaan yang menonjol dalam dirinya, perasaan yang lebih mengganggu daripada penerimaan kematiannyayang tidak dapat dihindari. Kecemasan adalah respon seseorang terhadap kehampaan eksistensi tersebut.

Pada bagian sebelumnya, telah disebutkan bahwa suatu

stressor psikososial dapat menimbulkan kecemasan. Stressor

psikososial adalah keadaan atau peristiwa yang dapat menyebabkan perubahan pada kehidupan seseorang, sehingga seseorang harus melakukan adaptasi untuk mengatasinya (Hawari, 2006). Stressor dapat mempengaruhi semua bagian kehidupan seseorang, menyebabkan stress mental, perubahan perilaku, masalah-masalah

(17)

1

dalam menghadapi orang lain dan keluhan-keluhan fisik, salah satunya gangguan menstruasi (Sriati, 2008).

Contoh stressor psikososial antara lain : 1) Hubungan interpersonal/antarpribadi

Hubungan dengan orang lain (perorangan/individu) yang tidak baik bisa menjadi sumber stres, misalnya bertengkar dengan kekasih, berselisih dengan saudara atau cekcok dengan sahabat. 2) Lingkungan hidup

Kondisi lingkungan hidup atau tempat tinggal besar pengaruhnya pada kondisi kesehatan seseorang, misalnya masalah perumahan, populasi, penghijauan, dan lain-lain.

3) Keuangan

Masalah keuangan dalam kehidupan sehari-hari ternyata merupakan salah satu sumber stress, misalnya pendapatan lebih kecil dari pengeluaran, terlibat utang, dan lain-lain.

4) Perkembangan

Yang dimaksud dengan perkembangan di sini adalah perkembangan fisik maupun mental seseorang, misalnya masa kanak-kanak, masa remaja, masa dewasa, dan usia lanjut. Masing-masing memiliki tahapan perkembangan yang harus dilalui dengan baik.

5) Faktor Keluarga

Kondisi keluarga yang harmonis maupun tidak dapat mempengaruhi keadaan psikis anak dan remaja. Banyaknya jumlah anggota keluarga juga dapat berpengaruh secara berkesinambungan bersama dengan faktor keuangan karena dengan jumlah anggota keluarga yang banyak akan mempengaruhi pencapaian kebutuhan.

6) Trauma

(18)

1

Trauma yang terjadi seperti kecelakaan, perpisahan, kebakaran, peperangan, pemerkosaan, dan lain-lain dapat menjadi

stressor yang mempengaruhi individu.

c. Faktor-faktor Biologis dalam Gangguan Kecemasan

Ada berbagai bukti bahwa faktor-faktor biologis memegang peranan penting pada gangguan-gangguan kecemasan. Menurut Nevid (2005), faktor-faktor tersebut antara lain:

1) Faktor-faktor Genetis

Faktor genetis mempunyai peranan dalam gangguan kecemasan termasuk gangguan panik, gangguan kecemasan menyeluruh, gangguan obsesif kompulsif, dan gangguan-gangguan fobia (APA, 2000; Gorman dkk., 2000; Hettema, Neale, & Kendler, 2001; Kendler dkk., 2001 dalam Nevid, 2005). Diketahui adanya trait neurotisisme, yaitu suatu trait kepribadian yang dikaitkan dengan suatu gen yang mungkin mendasari mudahnya perkembangan gangguan-gangguan kecemasan.

2) Neurotransmitter

Sejumlah neurotransmitter berpengaruh pada reaksi kecemasan, termasuk gamma aminobutyric acid (GABA). GABA meredakan aktivitas berlebih dari sistem saraf dan membantu untuk meredam respons-respons stress. Aksi GABA yang kurang adekuat dapat meningkatkan keadaan kecemasan. Seperti dalam penelitian Goddard dkk (2001) yang disebutkan oleh Nevid (2005), orang dengan gangguan panik menunjukkan peningkatan GABA d i beberapa bagian otak.

Ketidakteraturan atau disfungsi dalam reseptor serotonin dan norepinephrine di otak juga memegang peranan dalam gangguan kecemasan.

3) Aspek-Aspek Biokimia pada Gangguan Panik

Ditemukan dalam studi-studi yang menunjukkan bahwa orang dengan gangguan panik bila dibandingkan dengan orang

(19)

1

tanpa gangguan panik, akan lebih mudah untuk mengalami kecemasan dan simptom panik sebagai respon terhadap paparan-paparan biologi, m isalnya infus sodium laktat atau manipulasi dari tingkat karbondioksia dalam darah.

4) Aspek-Aspek Biologis dari Gangguan Obsesif-Kompulsif

Dikatakan bahwa gangguan obsesif kompulsif dapat melibatkan keterangsangan yang tinggi dari sesuatu yang disebut sirkuit cemas (worry circuit), suatu jaringan neural di otak yang ikut memberi sinyal bahaya. Sirkuit cemas ini menginkorporasi bagian-bagian dari sistem limbik, suatu set dari struktur yang terletak di bawah korteks cerebral yang memegang peranan kunci dalam pengolahan memori dan pemrosesan respons emosional. Sirkuit cemas atau yang biasa d isebut amygdala, bekerja mengevaluasi suatu stimuli untuk menentukan apakah stimuli tersebut merupakan ancaman atau bukan.

2. SIKLUS MENSTRUASI

a. Pengertian Siklus Menstruasi

Menstruasi yaitu proses deskuamasi atau meluruhnya dinding rahim bagian dalam (endometrium) yang keluar melalui vagina (Prawirohardjo, 2007). Siklus menstruasi adalah jarak antara hari pertama menstruasi dengan hari pertama mentruasi berikutnya, normalnya tidak kurang dari 24 hari dan tidak lebih dari 35 hari (Anwar et al., 2011).

Pada neuroendokrin untuk fungsi reproduksi terdapat suatu sistem bertingkat di mana Central Nervous System (CNS) yang lebih tinggi, dipengaruhi o leh stimuli internal dan eksternal, yang berefek negatif atau positif terhadap sekresi gonadotropin-releasing hormon (GnRH) dari hipotalamus menuju hipofisis. Sekresi hormon ini akan menstimuli hipofisis anterior untuk menyekresi follicle-stimulating

hormone (FSH) dan luteinizing hormone (LH), yang akan

(20)

1

dan ovulasi. Estrogen dan progesteron yang berperan pada siklus menstruasi, diproduksi di ovarium oleh sel luteal yang terbentuk setelah ovulasi (Anwar et al., 2011).

Menurut Anwar et al. (2011), satu siklus menstruasi terdiri dari fase:

1) Fase Folikuler

Panjang fase in i mempunyai variasi yang cukup lebar, namun umumnya berkisar antara 10-14 hari. Pada awal fase, didapatkan beberapa folikel antral yang tumbuh, tapi hanya satu folikel dominan yang pada akhirnya tetap bertahan akibat sekresi FSH yang menurun.

2) Fase Ovulasi

Ovulasi terjadi 24-36 jam pascapuncak kadar estrogen (estradiol) dan 10-12 jam pascapuncak LH. Lonjakan LH yang memacu sekresi prostaglandin, dan progesteron bersama-sama dengan lonjakan FSH yang mengaktivasi enzim proteolitik menyebabkan dinding folikel pecah. Kemudian sel granulosa yang melekat pada dinding membran basalis berubah menjadi sel luteal.

3) Fase Luteal

Menjelang dinding folikel pecah dan oosit keluar, sel granulosa membesar, timbul vakuol dan penumpukan pigmen kuning, lutein proses luteinisasi, yang kemudian disebut korpus luteum. Korpus luteum menghasilkan estrogen, progesteron, dan androgen. Pada siklus menstruasi normal, korpus luteum berumur 9-10 hari pasca ovulasi kemudian akan mengalami regresi dengan mekanisme yang belum diketahui. Kemungkinan regresi ini akibat dari luteolisis estrogen yang dihasilkan korpus luteum sendiri.

b. Gangguan Siklus Menstruasi

(21)

1

Hormon dari kelenjar hipofisis yang memegang peranan penting dalam mengatur siklus menstruasi adalah Follicle Stimulating

Hormone (FSH) (Knight & Nigam, 2008). Adanya gangguan pada

siklus menstruasi terjadi karena adanya ketidakseimbangan antara FSH dan LH sehingga kadar estrogen dan progesteron tidak normal. Gangguan yang sering terjadi adalah siklus menstruasi yang tidak teratur atau jarang dan perdarahan yang lama atau abnormal, termasuk akibat sampingan yang ditimbulkannya seperti nyeri perut, pusing, mual, atau muntah (Prawirohardjo, 2007).

Menurut siklus atau durasi perdarahan, terdapat kelainan-kelainan siklus menstruasi sebagai berikut:

1) Polimenorhea, yaitu siklus menstruasi tidak normal, lebih pendek dari biasanya atau kurang dari 24 hari.

2) Oligomenorhea, yaitu siklus menstruasi leb ih panjang, yaitu lebih dari 35 hari.

3) Amenorhea, yaitu keadaan tidak menstruasi minimal tiga bulan berturut-turut.

(Anwar et al., 2011)

3. HUBUNGAN KECEMASAN DAN SIKLUS MENSTRUASI

Stressor dapat mempengaruhi semua bagian kehidupan seseorang,

menyebabkan stres mental, perubahan perilaku, masalah-masalah dalam menghadapi orang lain dan keluhan-keluhan fisik, salah satunya gangguan menstruasi (Sriati, 2008).

Gangguan emosional, ketegangan, tekanan, dan kegelisahan dapat membawa kepada gangguan menstruasi atau ketidaknormalan perdarahan pada rahim (Siswanti, 2011). Kecemasan bisa mengacaukan siklus menstruasi karena pusat emosi di otak sangat dekat lokasinya dengan pusat pengaturan menstruasi di otak (Rian i, 2005).

Koordinasi dari siklus menstruasi bergantung pada adanya suatu interaksi yang kompleks antara otak, kelenjar pituitari, ovarium, dan endometrium. Otak dipengaruhi oleh berbagai hal seperti emosi, suara,

(22)

1

stressor, bau, dan cahaya yang kemudian melalui suatu mekanisme yang

belum diketahui akan mempengaruhi hipotalamus. Hipotalamus merupakan unit sentral untuk memproses sistem reproduksi (Anwar et al, 2011; Norwitz & Schorge, 2010).

Komponen utama dalam regulasi sistem endokrin adalah otak, terutama hipotalamus. Hipotalamus terletak pada dasar otak dan lokasinya di belakang chiasma nervus opticus. Sebagai bagian dari sistem endokrin, hipotalamus bertanggung jawab terhadap integrasi informasi neural dan hormonal. Pada neuroendokrin untuk fungsi reproduksi terdapat sistem yang bertingkat di mana Central Nervous System (CNS) yang lebih tinggi dipengaruhi oleh stimuli internal dan eksternal yang berefek positif atau negatif terhadap sekresi Gonadotropin Releasing

Hormone (GnRH) (Anwar et al, 2011).

Pelepasan GnRH dipengaruhi adanya amine biogenik, misalnya dopamin, nor-epinefrin, epinefrin, yang disintesis di area otak yang lebih tinggi dari hipotalamus, yang mungkin dipengaruhi oleh faktor-faktor seperti emosi. Telah ada bukti-bukti bahwa nor-epinefrin dari otak memiliki efek stimulasi pada sekresi GnRH (Anwar et al, 2011).

Melalui sistem saraf, gangguan emosional sebagai rangsangan diteruskan ke susunan saraf pusat yaitu bagian otak yang disebut limbic

system melalui transmisi saraf, kemudian dilanjutkan ke kelenjar-kelenjar

hormonal (endokrin) melalui saraf autonom (simpatis atau parasimpatis). Kelenjar tersebut akan mengeluarkan sekret (cairan) neurohormonal, yaitu GnRH, menuju hipofisis melalui sistem portal. Kemudian hipofisis akan mengeluarkan gonadotropin dalam bentuk Follicel Stimulating

Hormone (FSH) dan Leutinizing Hormone (LH), yang pada akhirnya

berpengaruh pada tingkat ovarium untuk memacu perkembangan folikular dan ovulasi pada perempuan, serta menstimulasinya untuk mengeluarkan berbagai hormon steroid (estrogen dan progesteron) yang memacu endometrium secara siklik (Prawirohardjo, 2007; Anwar et al, 2011).

(23)

1

Ovulasi merupakan kerja sama yang rapi antara hipotalamus, hipofisis, dan ovarium (H-H-O). Gangguan ovulasi yang dapat menyebabkan gangguan siklus menstruasi dapat disebabkan dari organ atau proses yang mempengaruhi sumbu H-H-O tersebut (Anwar et al, 2011). Pada keadaan cemas, akan terjadi aktivasi pada amygdala yang kemudian menstimuli pelepasan Corticotropic Releasing Hormone (CRH) dari hipotalamus. CRH menstimuli pengeluaran ACTH oleh hipofisis anterior, yang digunakan untuk produksi kortikosteroid di kelenjar adrenal. Adanya gangguan pada kelenjar adrenal dapat sangat mempengaruhi sistem reproduksi, sehingga peningkatan hormon CRH yang secara langsung menghambat produksi GnRH, akan menggangu siklus menstruasi (Speroff et al, 1999; Anwar et al, 2011).

(24)

1

B. KERANGKA PEMIKIRAN

Kecemasan

Susunan Saraf Pusat

Hipotalamus

GnRH

Hipofise

Endometrium uterus Ovarium

FSH tidak stabil

LH tidak stabil

Estrogen tidak stabil

Progesteron tidak stabil

Gangguan Menstruasi

Nor epinefrin

Ovarium Amygdala

CRH

ACTH

Gangguan di kelenjar adrenal

GnRH

(25)

1

C. HIPOTESIS

Terdapat hubungan antara kecemasan dengan gangguan siklus menstruasi pada siswi kelas XII di SMA Negeri 1 Surakarta.

(26)

1

BAB III

METODE PENELITIAN

A. JENIS PENELITIAN

Penelitian ini bersifat observasional analitik dengan metode cross

sectional. Peneliti mencoba untuk mencari hubungan antarvariabel faktor

risiko dan efek yang analisisnya untuk menentukan ada atau tidaknya hubungan antarvariabel itu (Taufiqurohman, 2008).

B. LOKASI PENELITIAN

Penelitian dilakukan di SMA Negeri 1 Surakarta

C. SUBYEK PENELITIAN

Populasi: Siswi kelas XII SMA Negeri 1 Surakarta. 1. Kriteria inklusi:

a. Umur 15 - 20 tahun

b. Body Mass Index (BMI) normal 18-25

2. Kriteria ekslusi

a. Menderita penyakit-penyakit: 1) Syndroma Cushing, 2) Diabetes Insipidus, 3) Syndroma Turner, 4) Penyakit Addison, 5) Endometriosis b. Pernah menjalani operasi kandungan

c. Subyek sedang hamil

d. Subyek tidak bersedia mengikuti penelitian

Sampel : Pengambilan sampel dengan menggunakan teknik

purposive sampling. Semua yang memenuhi kriteria diambil, kemudian

digunakan sebagai sampel.

Besar sampel : Berdasarkan saran dari Roscoe dalam buku Research Methods For Bussines, yaitu ukuran sampel yang layak digunakan dalam penelitian adalah antara 30 s/d 500 (Sugiyono, 2011; Somantri

(27)

1

2. Variabel terikat : Gangguan siklus menstruasi.

3. Variabel luar yang dikendalikan : Usia, berat badan, tinggi badan,

(28)

1

4. Variabel luar yang tidak dikendalikan: Sosial ekonomi, genetik, lingkungan, spiritual.

F. DEFINISI OPERASIONAL VARIABEL PENELITIAN 1. Variabel bebas : Kecemasan

a. Defin isi : Suatu keadaan patologis yang ditandai oleh perasaan ketakutan disertai tanda somatik pertanda sistem saraf otonom yang hiperaktif (Kaplan dan Saddock, 1997)

b. Skala pengukuran : nominal

c. Alat ukur : Taylor Manifest Anxiety Scale (TMAS)

Instrumen ini digunakan untuk menentukan ada atau tidaknya kecemasan. T-MAS berisi 50 butir pertanyaan yang harus dijawab dengan “Ya” atau “Tidak” oleh responden dan dinyatakan cemas apabila skor yang diperoleh lebih dari 21. Instrumen T-MAS dinyatakan valid dan reliabel sebagai alat bantu diagnosis gangguan cemas menyeluruh menurut DSM III-R (APA, 1987 dalam Wicaksono, 1992).

2. Variabel terikat : Gangguan siklus menstruasi

a. Defin isi : Gangguan siklus menstruasi di sini merupakan tidak teraturnya siklus menstruasi yaitu polimenorhea, oligomenorhea, dan atau amenorhea (Anwar et al., 2011)

b. Skala pengukuran : nominal

c. Alat ukur : kuesioner tentang siklus menstruasi.

Siklus menstruasi dikatakan normal jika tidak kurang dari 24 hari, tetapi tidak melebihi 35 hari (Speroff & Fritz, 2005 dalam Anwar et al., 2011).

G. ALAT DAN BAHAN PENELITIAN 1. Instrumen identitas pribadi

(29)

1

Berisi data responden untuk mengetahui identitas sekaligus menyeleksi responden supaya sesuai dengan kriteria.

2. Lie Minnesota Multiphasic Personality Inventory (LMMPI)

Kuesioner ini digunakan untuk menguji kejujuran responden dalam menjawab pertanyaan. L-MMPI berisi 15 pertanyaan yang harus diisi dengan “Ya” apabila sesuai dengan perasaan dan keadaan responden, dan “Tidak” bila tidak sesuai. Jawaban responden dapat dipertanggungjawabkan bila jawaban “Tidak” berjumlah kurang dari 8. 3. Kuesioner tentang siklus haid

4. Taylor Manifest Anxiety Scale (TMAS)

Kuesioner TMAS adalah instrumen pengukuran kecemasan. TMAS berisi 50 butir pertanyaan, di mana responden menjawab keadaan ‘ya’ atau ‘tidak’ sesuai dengan keadaan dirinya, dengan memberi tanda (V) pada kolom jawaban. Setiap jawaban dari pertanyaan favourable bernilai 1 untuk jawaban ‘ya’ dan 0 untuk jawaban ‘tidak’. Pada pertanyaan unfavourable bernilai 1 untuk jawaban ‘tidak’ dan bernilai 0 untuk jawaban ‘ya’. Sebagai cut off point adalah sebagai berikut :

a. Skor < 21 berarti tidak cemas b. Skor 21 berarti cemas

Suatu skala atau instrumen dapat dikatakan mempunyai validitas yang tinggi apabila instrumen tersebut menjalankan fungsi ukurnya atau memberikan hasil ukur yang sesuai dengan maksud pengukuran tersebut. TMAS mempunyai derajat validitas yang cukup tinggi akan tetapi dipengaruhi juga oleh kejujuran dan ketelitian responden dalam mengisinya (Azwar, 2007).

H. CARA KERJA

(30)

1

2. Pengisian kuesioner data pribadi, L-MMPI, T-MSA, dan siklus menstruasi 3. Mengolah data

4. Melakukan analisis data

I. TEKNIK ANALISIS DATA

Data pada penelitian akan diuji dengan distribusi chi kuadrat untuk menguji ada tidaknya hubungan antara dua klasifikasi yang variabel datanya berbentuk nominal. Analisisnya dengan menggunakan tabel kontingensi yang terdiri dari r baris dan k kolom.

Bentuk umum tabel kontingensi:

KLASIFIKASI A Jumlah

(31)

1

Frekuensi harapan sel (ij) = ×( )

( )

Atau dapat dinyatakan dengan: = ×( )

Statistik uji dihitung dengan: 2= ( ) 2

1

Keterangan:

= frekuensi observasi masing-masing sel

= frekuensi harapan masing-masing sel

Hasil perhitungan x2dikonfirmasikan dengan x2

tertentu, dengan dk = (b-1)(k-1), dengan b = baris dan k = kolom. Bila x2 hitung >x2tabel maka H0 dito lak, yang artinya terdapat hubungan bermakna antara kedua variabel (Somantri & Muhid in, 2006).

(32)

1

BAB IV

HASIL PENELITIAN

A. GAMBARAN PENELITIAN

Penelitian dilaksanakan pada bulan Agustus 2012 di SMA Negeri 1 Surakarta. Subyek penelitian adalah siswi kelas XII SMA Negeri 1 Surakarta. Data yang diperoleh adalah tentang kecemasan subyek penelitian (cemas dan tidak cemas) dan siklus haidnya (teratur dan tidak teratur).

Jumlah seluruh siswi kelas XII di SMA Negeri 1 Surakarta adalah 199 orang. Dari keseluruhan siswa, 82 orang bisa dijadikan sampel penelitian, sisanya tidak digunakan karena tidak memenuhi kriteria, tidak lolos uji LMMPI, atau kuesioner tidak diisi semua.

Tabel 1. Distribusi Subyek Penelitian yang Memenuhi Persyaratan

Kriteria Jumlah Prosentase

Memenuhi kriteria 82 41 %

Tidak memenuhi syarat 117 59 %

Total 199 100 %

Tabel 2. Distribusi Subyek Penelitian Menurut Kecemasan dan Gangguan Siklus Menstruasi pada Siswi Kelas XII SMA Negeri 1 Surakarta

Kecemasan Menstruasi Jumlah

Teratur Tidak teratur

Cemas 33 23 56

Tidak cemas 23 3 26

Jumlah 56 26 82

(33)

1

Tabel 2 merupakan tabel 2 x 2 berisi distribusi subyek penelitian menurut kecemasan dan gangguan siklus menstruasi. Dari seluruh sampel penelitian, yang siklus menstruasinya teratur adalah 56 orang dengan 33 orang mengalami kecemasan (40,24 %) sedangkan 23 orang tidak mengalam i kecemasan (29,05 %). Siswi yang siklus menstruasinya tidak teratur berjumlah 26 orang dengan 23 orang mengalami kecemasan (29,05 %) dan 3 orang tidak mengalami kecemasan (1,66 %).

B. PENGOLAHAN DATA

Data penelitian diuji dengan metode Chi Square menggunakan hitungan tabel kontingensi sesuai data yang terdapat pada tabel 2. Berdasarkan data tersebut, diperoleh nilai X2 hitung sebesar 7,142. Dengan menetapkan taraf signifikansi sebesar 0,05 dan derajat kebebasan (db) = 1 diperoleh nilai X2 tabel sebesar 3, 841.

Melihat dari hasil tersebut, didapatkan X2 hitung >X2 tabel, sehingga hipotesis nol (H0) yang berbunyi “Tidak ada hubungan antara kecemasan dan gangguan siklus menstruasi pada siswi kelas XII SMA Negeri 1 Surakarta” ditolak, dan hipotesis kerja yang berbunyi “Ada hubungan antara kecemasan dan gangguan siklus menstruasi pada siswi kelas XII SMA Negeri 1 Surakarta” diterima.

(34)

1 bahwa stressor dapat menyebabkan keluhan-keluhan fisik, salah satunya gangguan menstruasi.

Menurut penelitian Rosental (2001), salah satu penyebab umum adanya siklus menstruasi yang tidak teratur adalah stres emosional dan fisik, sedangkan salah satu bentuk stres emosional adalah kecemasan. Melalui sistem saraf, gangguan emosional sebagai rangsangan diteruskan ke susunan saraf pusat yaitu bagian otak yang disebut limbic system melalui transmisi saraf, kemudian dilanjutkan ke kelenjar-kelenjar hormonal (endokrin) melalui saraf autonom (simpatis atau parasimpatis). Endokrin akan mengeluarkan GnRH menuju hipofisis yang kemudian membentuk FSH dan LH yang pada akhirnya berpengaruh pada tingkat ovarium untuk memacu perkembangan folikular dan ovulasi pada perempuan, serta menstimulasinya untuk mengeluarkan berbagai hormon steroid (estrogen dan progesteron) yang memacu endometrium secara siklik (Prawirohardjo, 2007; Anwar et al, 2011).

(35)

1

Gangguan kecemasan melibatkan suatu aspek biologis dalam prosesnya, salah satunya adalah terlibatnya suatu keterangsangan yang tinggi dari amygdala (Nevid, 2005). Pada keadaan cemas, akan terjadi pelepasan Corticotropic

Releasing Hormone (CRH) yang diaktivasi oleh amygdala. CRH menstimuli

pengeluaran Adrenocorticotropic Hormone (ACTH) oleh hipofisis yang digunakan untuk produksi kortikosteroid di kelenjar adrenal. Adanya gangguan pada kelenjar adrenal sangat mempengaruhi sistem reproduksi, sehingga peningkatan hormon CRH yang secara langsung menghambat produksi GnRH, akan mengganggu siklus menstruasi (Sperrof et al, 1999; Anwar et al, 2011).

Faktor emosional pada masa kanak-kanak dan pubertas dapat mempengaruhi kehidupan seksual masa dewasa, termasuk menstruasi, seperti disebutkan oleh Samil (1975), bahwa terdapat hubungan yang erat antara gangguan psikologi dan gangguan ginekologik. Kecemasan dapat mengacaukan siklus menstruasi karena pusat emosi di otak sangat dekat dengan pusat pengaturan menstruasi di otak (Riani, 2005). Gangguan emosional, ketegangan, tekanan, dan kegelisahan dapat menyebabkan gangguan menstruasi atau ketidaknormalan perdarahan pada rahim (Siswanti, 2011).

Hasil penelitian ini membuktikan bahwa mereka yang mengalami suatu

stressor sehingga menyebabkan suatu perubahan mental, misalnya kecemasan,

dapat mengalami gangguan menstruasi, di mana gangguan tersebut adalah suatu manifestasi keluhan fisik (Sriati, 2008).

Penelitian kali ini menggunakan skala TMAS untuk menentukan adanya kecemasan pada subjek. Gardos et al (1968) membagi skala ini ke dalam tiga bagian. TMAS dengan skor 9 atau kurang mengindikasikan kecemasan tingkat rendah, skor antara 10 dan 15 menunjukkan tingkat sedang, dan skor 16 ke atas menunjukkan tingkat kecemasan tinggi. Skor TMAS yang tinggi berarti subjek memiliki kerentanan yang lebih untuk mengalami kecemasan ketika mengalami suatu kejadian yang bisa menyebabkan stres (Lader dan Marks, 1974).

(36)

1

Menurut pakar ilmu kejiwaan, Debree Septiawan, dr., Sp. KJ, skala TMAS bukanlah alat untuk menegakkan diagnosis kecemasan, melainkan untuk mengetahui kerentanan seseorang untuk mengalami cemas. Hal ini senada dengan pendapat Gardos tentang pembagian skala TMAS, dimana semakin tinggi nilainya, semakin rentan seorang individu untuk mengalami gangguan kecemasan. Penelitian tentang hubungan kecemasan dengan gangguan siklus menstruasi ini menggunakan skala TMAS untuk menentukan ada atau tidaknya kecemasan pada subyek. Melihat dari pendapat pakar dan Gardos, belum dapat ditentukan apakah benar subyek saat itu sedang mengalami rasa cemas atau tidak ketika diminta untuk mengisi kuesioner. Masih menurut Debree Septiawan, dr., Sp. KJ, skala TMAS tersebut hanya mengidentifikasi kecemasan dalam kurun waktu tertentu saja, dan tidak dapat mengetahui apakah subyek sehari-hari mengalami kecemasan selama hidupnya. Melihat hal ini, perlu diadakannya penelitian lanjutan mengenai hubungan kecemasan dengan siklus menstruasi menggunakan skala pengukur kecemasan yang lain.

(37)

1

BAB VI PENUTUP

A. SIMPULAN

Terdapat hubungan antara kecemasan dengan gangguan siklus menstruasi pada siswi kelas XII SMA Negeri 1 Surakarta

B. SARAN

1. Perlu dilakukan penelitian lanjutan dengan memperhatikan fungsi-fungsi dan variabel yang mempengaruhi kecemasan dan siklus menstruasi yang pada penelitian kali ini belum diteliti, seperti lingkungan, genetik, spiritual, dan sosial ekonomi.

2. Dengan dibuktikannya hubungan kecemasan dan siklus menstruasi, disarankan untukdiadakannya penyuluhan kepada orang tua dan guru agar membantu mengatasi kecemasan supaya tidak mengganggu siklus menstruasi.

3. Perlu dilakukan penelitian lanjutan mengenai hubungan kecemasan dengan gangguan siklus menstruasi dengan menggunakan skala kecemasan yang lain selain TMAS.

Gambar

Tabel 2. Distribusi Subyek Penelitian Menurut Kecemasan dan Gangguan Siklus
Tabel 2. Distribusi Subyek Penelitian Menurut Kecemasan dan
Tabel 2 merupakan tabel 2 x 2 berisi distribusi subyek penelitian

Referensi

Dokumen terkait

Didasari jiwa kepahlawanan dan tanggung jawab yang diwarisi Steve Rogers sang Captain America sebelumnya pada Falcon dan Winter Soldier, yang juga sempat

Pengukuran produktivitas dilakukan guna mengetahui kemampuan atau tingkat pencapaian target yang dimiliki oleh setiap pelaku usaha, dalam hal ini penilaian

Berdasarkan tinjauan pustaka yang diungkapkan sebelumnya mengenai metode STAD dan pendekatan quantum learning, dapat didefinisikan bahwa metode STAD dengan pendekatan

Khalayak merupakan sekumpulan orang dalam jumlah yang besar dan luas, bersifat heterogen, dan tidak saling mengenal satu sama lain. Khalayak dalam penelitian ini adalah

Berdasarkan rumusan masalah, hasil penelitian dan pembahasan yang telah disajikan pada bab sebelumnya, dapat disimpulkan hasil penelitian bahwa pengaruh penerapan

Kajian pengaruh kebijakan, rencana, dan program (KRP) pembangunan bidang Cipta Karya di Kota Sibolga dilakukan dengan melakukan pembobotan besaran pengaruh keterkaitan yang

Penelitian Qiu juga meneliti apakah faktor risiko preeklamsia seperti primigravida, usia ibu yang terlalu tua, kelebihan berat badan pada kehamilan, aktivitas

Dari pengakuan tersebut, konselor menanyakan apa yang membuat klien kurang maksimal dan diperoleh hasil bahwa klien belum mampu menentukan prioritas selama