• Tidak ada hasil yang ditemukan

HUBUNGAN ANTARA KECEMASAN DENGAN PREEKLAMSIA SKRIPSI. Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "HUBUNGAN ANTARA KECEMASAN DENGAN PREEKLAMSIA SKRIPSI. Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran"

Copied!
47
0
0

Teks penuh

(1)

HUBUNGAN ANTARA KECEMASAN DENGAN PREEKLAMSIA

SKRIPSI

Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran

INTAN RENGGANIS G0007088

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA 2010

(2)

ii

Intan Rengganis, NIM : G0007088, 2010

Telah diuji dan sudah disahkan di hadapan Dewan Penguji Skripsi Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret

Pada Kamis, 21 Oktober 2010

Pembimbing Utama

Nama : Dr. Supriyadi Hari R., dr., Sp. OG

NIP : 19610309 198802 1 001 (………)

Pembimbing Pendamping Nama : Djoko Suwito, dr., Sp. KJ

NIP : 19580223 198511 1 001 (………)

Penguji Utama

Nama : Dr. Soetrisno, dr., Sp. OG(K)

NIP : 19530331 198202 1 003 (………)

Anggota Penguji

Nama : Nana Hoemar Dewi, dr., M.Kes

NIP : 19570924 198603 2 003 (………)

Surakarta, ………...

Ketua Tim Skripsi Dekan FK UNS

Muthmainah, dr., M.Kes NIP : 19660702 199802 2 001

Prof. DR. A.A. Subijanto, dr., M.S. NIP : 19481107 197310 1 003

(3)

iii

PERNYATAAN

Dengan ini menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah dan disebutkan dalam daftar pustaka.

Surakarta, 21 Oktober 2010 Peneliti

Intan Rengganis NIM G0007088

(4)

vi

Pelaksanaan dalam menyusun skripsi ini, penulis tidak terlepas dari berbagai hambatan dan kesulitan. Namun berkat berbagai bimbingan dan bantuan, penulis dapat menyelesaikannya. Untuk itu perkenankanlah dengan setulus hati penulis menyampaikan rasa terima kasih kepada:

1. Prof. Dr. A.A. Subijanto, dr., MS., selaku Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta.

2. Dr. Supriyadi Hari Respati, dr., Sp.OG selaku Pembimbing Utama yang dengan penuh kesabaran memberikan bimbingan, koreksi dan nasihat kepada penulis.

3. Djoko Suwito, dr., Sp. Kj selaku Pembimbing Pendamping yang telah memberikan banyak bimbingan dan pengarahan.

4. Dr. Soetrisno, dr., Sp.OG(K) selaku Penguji Utama yang telah berkenan menguji sekaligus memberikan banyak saran, dan juga koreksi bagi penulis. 5. Nana Hoemar Dewi, dr., M. Kes. selaku Penguji Pendamping yang telah

berkenan menguji dan memberikan saran yang berarti bagi penulisan skripsi ini.

6. Bagian Skripsi Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah memberikan bimbingan dan bantuan dalam penulisan skripsi. 7. Segenap Staf Obsgyn RSUD Dr. Moewardi Surakarta atas bantuan selama

penelitian dan penyusunan skripsi ini.

8. Kedua orang tua peneliti Achmad Kardinto, dr., Sp. Rad dan Dwi Yulandari atas dukungan, bimbingan, kasih sayang dan doanya selama ini.

9. Teman-teman penulis Nina, Adit, Ratih, Rani, Rini, Rensa, Lita, Ipid, Mas Bri, Venny dan Yustin atas bantuan dan semangat dalam menyelesaikan skripsi.

10. Serta semua pihak yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu.

Penulis menyadari bahwa penyusunan skripsi ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi ilmu kedokteran pada khususnya dan masyarakat pada umumnya.

Surakarta, Oktober 2010

(5)

vii DAFTAR ISI

PRAKATA ... vi

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR TABEL ... ix

DAFTAR GAMBAR ... x

DAFTAR LAMPIRAN ... xi

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Perumusan Masalah ... 3

C. Tujuan Penelitian ... 3

D. Manfaat Penelitian ... 3

BAB II LANDASAN TEORI ... 4

A. Tinjauan Pustaka ... 4

B. Kerangka Pemikiran ... 16

C. Hipotesis ... 17

BAB III METODE PENELITIAN ... 18

A. Jenis Penelitian ... 18

B. Lokasi Penelitian ... 18

(6)

viii

G. Definisi Operasional ... 21

H. Alat dan Bahan ... 22

I. Cara Kerja ... 22

J. Analisis Data ... 23

BAB IV HASIL PENELITIAN ... 24

BAB V PEMBAHASAN ... 31

BAB VI SIMPULAN DAN SARAN... 36

A. Simpulan ... 36

B. Saran... 36

DAFTAR PUSTAKA ... 37

(7)

ix

DAFTAR TABEL

Halaman Tabel 1. Distribusi Karakteristik Variabel Data Penelitian ... 24 Tabel 2. Uji Normalitas Kolmogrov-Smirnov terhadap Distribusi Data Variabel

Penelitian pada Kelompok Penelitian ... 25 Tabel 3. Analisis Bivariat Variabel Data Penelitian terhadap Kejadian Preeklamsia

... 26 Tabel 4. Distribusi Karakteristik Variabel Kecemasan ... 27 Tabel 5. Uji Normalitas Kolmogrov-Smirnov terhadap Distribusi Data Kecemasan pada Kelompok Penelitian ... 27 Tabel 6. Analisis Bivariat Variabel Kecemasan terhadap Kejadian Preeklamsia 28 Tabel 7. Distribusi Frekuensi Kecemasan dengan Preeklamsia ... 30

(8)

x

Halaman

Gambar 1. Kerangka Pemikiran ... 16

Gambar 2. Desain Penelitian ... 20

Gambar 3. Distribusi Frekuensi Kecemasan ... .28

Gambar 4. Distribusi Frekuensi Preeklamsia ... 29

(9)

xi

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1. Formulir Biodata Responden ... …40

Lampiran 2. Informed Consent... …41

Lampiran 3. Kuesioner Lie Minessota Multiphrasic Personality Inventory (LMMPI) ... …42

Lampiran 4. Kuesioner Taylor Manifest Anxiety Scale (T-MAS) ... …43

Lampiran 5. Data Responden ... …46

Lampiran 6. Hasil Analisis Data Program Software SPSS 17 for Windows ... …48

Lampiran 7. Surat Ijin Penelitian ... …56

(10)

iv

Tujuan Penelitian: Penelitian ini bertujuan untuk membuktikan adanya

hubungan antara kecemasan dengan preeklamsia.

Metode Penelitian: Jenis penelitian ini adalah observasional analitik dengan

desain penelitian cross sectional. Penelitian ini dilakukan di RSUD Dr. Moewardi Surakarta, pada bulan Juni sampai dengan Agustus 2010. Pengambilan sampel dilakukan dengan teknik purposive sampling. Jumlah sampel yang diambil sebanyak 36 pasien obstetri di RSUD Dr. Moewardi Surakarta periode Juni-Agustus 2010 yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi. Data yang didapat dianalisis menggunakan Fisher’s exact test.

Hasil Penelitian: Penelitian dengan 36 sampel ini terbagi menjadi dua kelompok

yaitu kelompok ibu hamil dengan preeklamsia sebanyak 18 sampel (50%) dimana 17 sampel (47,2%) mengalami kecemasan sedangkan 1 sampel (2,8%) tidak mengalami kecemasan dan kelompok ibu hamil yang tidak preeklamsia sebanyak 18 sampel (50%) dimana 13 sampel (83,3%) mengalami kecemasan dan 6 sampel 16,7%) tidak mengalami kecemasan.

Simpulan Penelitian: hasil uji statistik dengan uji Fisher didapatkan nilai p

sebesar 0,089 (p> 0,05). Dengan demikian H0 diterima, berarti secara statistik

menunjukkan tidak ada hubungan yang bermakna antara kecemasan dengan preeklamsia. Sedangkan secara klinis didapatkan hasil Odd Ratio (OR) sebesar 6,5 yang berarti ibu hamil dengan kecemasan mempunyai risiko terjadi preeklamsia 6,5 kali lebih besar daripada wanita hamil yang tidak mengalami kecemasan.

(11)

v

ABSTRACT

Intan Rengganis, G0007088, 2010. The Relationship of Anxiety with

Preeclamsia. Medical Faculty, Sebelas Maret University, Surakarta.

Objective : This study aims to prove that there is a relationship between anxiety

and preeclampsia.

Method : This study is an observational research with cross sectional analytic.

This study was done in RSUD Dr. Moewardi Surakarta, in June until August 2010. Sampling was done by purposive sampling. Total samples of this study are 36 obstetric patients in RSUD Dr. Moewardi Surakarta in June until August 2010 who included in inclusion and exclusion criteria. Data were analyzed using Fisher’s exact test.

Results : Samples in research is divided into two groups : 18 samples (50%) of

pregnant women who suffered preeclamsia with 17 samples (47,2%) had an anxiety, while 1 sample (2,8%) didn’t have an anxiety, and 18 samples (50%) of pregnant woman who do not suffered preeclamsia with 13 samples (83,3%) had an anxiety and 6 samples (16,7%) didn’t have an anxiety.

Conclusions : The results of Fisher test showed the probabilitas value is 0.089

(p> 0.05). Thus H0 is accepted, it means statistically there is no significant

relationship between anxiety with preeclamsia. While, in clinically obtained results of the Odd Ratio (OR) value is 6.5 that means pregnant woman with anxiety has 6.5 fold of the risk to be preeclamsia compared with pregnant woman who didn’t have an anxiety.

(12)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Kehamilan pada umumnya merupakan ujian berat bagi seorang wanita dan menimbulkan ketakutan serta kecemasan pada dirinya. Kecemasan yang timbul biasanya akibat informasi yang salah mengenai kehamilan dan kelahiran, harapan yang ada dalam pemikirannya dan penolakan bayi dalam kandungannya. Kecemasan juga timbul disebabkan perubahan fisik pada dirinya, meningkatnya kebutuhan sekuritas sosial untuk dirinya, pengalaman internal sebelumnya dan tergantung kepribadian wanita itu sendiri. Ketegangan jiwa yang berlebihan pada saat kehamilan berakibat buruk bagi ibu maupun bayinya. Seringkali terjadi bahwa pada saat-saat melahirkan, karena sangat tegangnya, ibu menjadi panik, menangis histeris, dan menjerit-jerit (Kartini, 1992).

Beberapa penelitian menunjukkan bahwa gangguan suasana perasaan dan kecemasan pada ibu merupakan faktor terjadinya preeklamsia. Diperkirakan lebih dari 500.000 kehamilan di Amerika setiap tahunnya mengalami gangguan psikologis yang muncul selama kehamilan. Beberapa peneliti menemukan bahwa depresi, kecemasan, dan psikopatologi yang lain selama kehamilan merupakan faktor risiko terjadinya kelahiran prematur, janin tumbuh lambat, dan skor APGAR rendah (Qiu et al., 2009).

(13)

2

Komplikasi kehamilan dan persalinan yang terjadi di berbagai negara berkembang menjadi penyebab utama kematian wanita pada usia reproduksi. Ini berarti lebih dari satu wanita meninggal setiap menit dari penyebab komplikasi, atau 585.000 wanita meninggal setiap tahun (Hasnah, 2003).

Menurut Dinas Kesehatan Kota Surakarta, berdasarkan persalinan dengan komplikasi tahun 2006, insiden preeklamsia sebesar 13,42%. Diestimasi hipertensi menjadi komplikasi pada sekitar 5% dari seluruh kehamilan dan 11% dari seluruh kehamilan pertama. Berdasarkan estimasi dan case fatality rates ini, sampai 40.000 wanita bisa meninggal akibat preeklamsia dan eklamsia setiap tahun (Ryadi, 2008). Di Rumah Sakit Dr Moewardi, selama periode 1 Januari sampai 31 Desember 2001 terdapat 162 kasus preeklamsia berat dan eklamsia dengan insidensi 4,4 % dari seluruh persalinan. Jumlah kematian maternal yaitu 16 kasus (9,8%) yang terdiri dari 5 kasus (31,25%) preeklamsia berat dan 11 kasus (56,25%) eklamsia (Sihwiyana, 2003).

Hipertensi pada kehamilan merupakan penyebab mortalitas dan morbiditas pada ibu dan bayi dan terjadi pada 8% kehamilan. Patogenesis yang pasti dari preeklamsia dan hipertensi gestasional tidak diketahui. Diperkirakan berhubungan dengan plasenta yang abnormal pada awal kehamilan yang mungkin disebabkan oleh reaksi imun, genetik, maupun faktor lingkungan (Vollebregt et al., 2007). Beberapa mekanisme biologi dapat menjelaskan hubungan antara gangguan suasana perasaan dan kecemasan dengan risiko preeklamsia. Kecemasan dapat meningkatkan aktivitas hipotalamic pituitary adrenal untuk merangsang sekresi

(14)

corticotrophin-releasing factor (CRF) dan kortisol (Qiu et al., 2009). Selain itu, kecemasan juga merangsang sistem simpatoadrenal sehingga kadar norepinefrin meningkat (Diego et al., 2006). Peningkatan kadar kortisol dan norepinefrin menyebabkan peningkatan tekanan darah (Pick , 2005).

Dari masalah tersebut dan beberapa penelitian, penulis belum pernah mendapatkan penelitian hubungan kecemasan dengan preeklamsia. Oleh karena itu, penulis ingin melakukan penelitian dengan judul tersebut.

B. Perumusan Masalah

Adakah hubungan antara kecemasan dengan preeklamsia?

C. Tujuan Penelitian

Membuktikan adanya hubungan antara kecemasan dengan preeklamsia.

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat teoritis : memberikan bukti-bukti empiris bagi teori yang menjelaskan bahwa kecemasan mempengaruhi patogenesis preeklamsia.

2. Manfaat praktis : memberikan bukti ilmiah yang dapat digunakan sebagai dasar pendidikan kesehatan tentang faktor risiko preeklamsia kepada masyarakat. Dengan pengetahuan tentang faktor risiko preeklamsia, institusi kesehatan dapat memberikan penyuluhan dan melaksanakan Ante Natal Care (ANC) secara teratur untuk ibu hamil sebagai tindakan pencegahan.

(15)

4 BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Preeklamsia a. Definisi

Preeklamsia merupakan suatu sindrom spesifik kehamilan dengan penurunan perfusi pada organ-organ akibat vasospasme dan aktivasi endotel. Preeklamsia adalah keadaan dimana hipertensi disertai dengan proteinuria, edema atau keduanya, yang terjadi akibat kehamilan setelah minggu ke-20, atau kadang-kadang timbul lebih awal bila terdapat perubahan hidatidiformis yang luas pada vili khorialis (Cunningham,1995).

b. Faktor Risiko

Faktor risiko preeklamsia meliputi kondisi medis yang berpotensi menyebabkan kelainan mikrovaskular, seperti diabetes melitus, hipertensi kronis dan kelainan vaskular serta jaringan ikat, sindrom antibodi fosfolipid dan nefropati. Faktor risiko lain berhubungan dengan kehamilan itu sendiri atau dapat spesifik terhadap ibu atau ayah dari janin (Sunaryo, 2008). Berbagai faktor risiko preeklamsia (American Family Physician, 2004):

(16)

1) Faktor yang berhubungan dengan kehamilan : kelainan kromosom, mola hidatidosa, hydrops fetalis, kehamilan multifetus, inseminasi donor atau donor oosit, dan kelainan struktur kongenital.

2) Faktor spesifik maternal : primigravida, usia > 35 tahun, usia < 20 tahun, ras kulit hitam, riwayat preeklamsia pada keluarga, nullipara, preeklamsia pada kehamilan sebelumnya, kondisi medis khusus seperti diabetes gestational, diabetes tipe 1, obesitas, hipertensi kronis, penyakit ginjal, trombofilia, cemas.

3) Faktor spesifik paternal : primipaternitas, partner pria yang pernah menikahi wanita yang kemudian hamil dan mengalami preeklamsia.

c. Kriteria Diagnosis 1) Preeklamsia Ringan

Diagnosis preeklamsia ringan dapat ditentukan dengan kriteria sebagai berikut (Prawirohardjo, 2007) :

a) Tekanan darah sistolik 140 atau kenaikan 30 mmHg dengan interval pemeriksaan 6 jam.

b) Tekanan darah diastolik 90 atau kenaikan 15 mmHg dengan interval pemeriksaan 6 jam.

c) Kenaikan berat badan 1 kg atau lebih dalam seminggu.

d) Proteinuria 0,3 gr atau lebih dengan tingkat kualitas plus 1 sampai 2 pada urin kateter atau urin aliran pertengahan.

(17)

6

2) Preeklamsia Berat

Didiagnosis sebagai preeklamsia berat apabila pada kehamilan > 20 minggu didapatkan satu atau lebih gejala atau tanda berikut ini (Sudhaberata, 2001):

a) Tekanan darah > 160/110 dengan syarat diukur dalam keadaan relaksasi (pengukuran minimal setelah istirahat 10 menit) dan tidak dalam keadaan his.

b) Proteinuria > 5 g/24 jam atau 4+ pada pemeriksaan secara kuantitatif.

c) Oliguria, produksi urine < 500 cc/24 jam yang disertai kenaikan kreatinin plasma.

d) Gangguan visus dan serebral.

e) Nyeri epigastrium/hipokondrium kanan. f) Edema paru dan sianosis.

g) Gangguan pertumbuhan janin intrauteri.

h) Adanya Hellp Syndrome (hemolisis, peningkatan enzim hati, dan hitung trombosit rendah)

(18)

d. Patofisiologi

Tidak adanya stimulasi normal dari sistem renin angiotensin, hipovolemi, dan meningkatnya sensitifitas vaskuler terhadap angiotensin II dan norepinefrin pada preeklamsia, dapat diterangkan dengan dominasi tromboksan (TxA2) terhadap prostasiklin. Meningkatnya TxA2 pada preeklamsia sebagian besar berasal dari trombosit. Meningkatnya produksi TxA2 plasenta dan menurunnya produksi prostasiklin oleh plasenta, maka rasio antara TxA2/prostasiklin meningkat akan menyebabkan vasokontriksi, kerusakan trombosit dan menurunnya aliran darah ke unit uteroplasenta. Ini suatu bukti bahwa pada preeklamsia bukan hanya masalah defisiensi prostasiklin saja tetapi juga ada masalah lain.

Pada preeklamsia terjadi peningkatan kadar antigen factor VII, jumlah fibronektin dalam sel, trombomedulin endotel, aktivitas growth factor, gangguan keseimbangan rasio antara plasminogen activator jaringan dengan plasminogen activator inhibition dan rasio prostasiklin/ TxA2. Ini semua mendukung hipotesis bahwa patogenesis preeklamsia disfungsi sel endotel telah terlibat secara menyeluruh. Terbukti dengan rusaknya endotel di glomerulus, plasenta, arteri uterina dan di sirkulasi lainnya. In vitro serum penderita preeklamsia tidak menyebabkan kerusakan endotel tetapi mengaktifkan metabolisme sel endotel yang mungkin ada hubungannya dengan gangguan fungsi vaskuler secara in vivo produksi nitric oxide pada percobaan tersebut masih kontroversi.

(19)

8

Remodeling arteri spiralis yang tidak lengkap pada preeklamsia menyebabkan sirkulasi uteroplasenter tahanan tinggi, perfusi ke plasenta berkurang menyebabkan stres oksidatif, terjadi peningkatan kadar peroksida lipid dan isoprostan pada plasenta dan desidua. Sedangkan kadar antioksidan superoksida desmutase, beta karoten, alfa tokferol dan glutation pada plasenta mengalami penurunan (Sofoewan, 2008).

e. Perubahan Organ pada Preeklamsia

1) Kardiovaskular : afterload jantung mengalami kenaikan dan terjadi trauma endotelial dengan ekstravasasi ke ruang ekstraselular terutama di paru-paru. Curah jantung dapat bervariasi dengan perbandingan terbalik terhadap tahanan vaskuler, dengan meningkatnya tekanan darah dan tahanan vaskuler sistemik, curah jantung berkurang (Cunningham, 1995).

2) Hematologi : dapat terjadi trombositopenia dan kadang ditemukan begitu berat sehingga dapat mengancam penderitanya, kadar sebagian faktor pembekuan plasma dapat menurun, dan eritrosit dapat mengalami trauma sehingga berubah bentuk dan cepat mengalami hemolisis (Leveno et al., 2007).

3) Ginjal : Perubahan pada ginjal disebabkan oleh aliran darah ke dalam ginjal menurun sehingga perfusi dan filtrasi glomerulus berkurang. Penurunan filtrasi glomerulus menyebabkan filtrasi natrium melalui

(20)

glomerulus menurun, yang menyebabkan retensi garam dan air (Prawirohardjo, 2007). Konsentrasi asam urat dalam plasma meningkat terutama pada penyakit berat. Peningkatan ini terjadi akibat menurunnya bersihan asam urat dari ginjal yang melampaui penurunan kecepatan filtrasi glomerulus dan bersihan kreatinin. Kadar kreatinin plasma dapat meningkat dua hingga tiga kali lipat di atas nilai tidak-hamil yang normal karena vasospasme berat (Cunningham, 1995). 4) Otak : pada kasus yang berat dapat terjadi perdarahan karena pecahnya

arteri (Leveno et al., 2007).

5) Hati : dapat terjadi pedarahan dan nekrosis pada tepi lobules hati sehingga enzim hati dalam serum meningkat. Pedarahan dapat disebabkan oleh hepatic rupture, atau meluas di bawah kapsul hati dan membentuk subcapsular hematoma (Leveno et al., 2007).

6) Retina : kelainan yang sering ditemukan adalah spasmus pada arteriola-arteriola, terutama yang dekat pada diskus optikus. Vena tampak lekuk pada persimpangan dengan arteriola. Dapat terlihat edema pada diskus optikus dan retina. Ablasio retina juga dapat terjadi, tetapi komplikasi ini prognosisnya baik. Pelepasan retina disebabkan oleh edema intraokuler dan merupakan indikasi untuk pengakhiran kehamilan segera (Prawirohardjo, 2007).

(21)

10

2. Kecemasan a. Definisi

Kecemasan menurut Maramis (2005) adalah ketegangan, rasa tidak aman, dan kekhawatiran yang timbul karena dirasakan akan terjadi sesuatu yang tidak menyenangkan, tetapi sumbernya sebagian besar tidak diketahui. Menurut Zulkarnaen (2008) cemas adalah perasaan takut terus menerus terhadap bahaya yang seolah-olah terus mengancam yang sebenarnya tidak nyata tetapi hanya dalam perasaan penderita saja. Kecemasan biasanya timbul jika suatu perasaan tidak enak ditekan dan penderita menjadi takut, dapat juga berasal dari perasaaan tidak puas, tidak aman, dan juga timbul dari pertentangan antara penderita dengan lingkungan sekitarnya.

b. Gejala

Keluhan yang sering dikemukakan oleh orang yang mengalami gangguan kecemasan antara lain sebagai berikut :

1) Cemas, khawatir, firasat buruk, takut akan pikirannya sendiri, mudah tersinggung.

2) Merasa tegang, tidak tenang, gelisah, mudah terkejut. 3) Takut sendirian, takut pada keramaian dan banyak orang. 4) Gangguan pola tidur, mimpi yang menegangkan.

(22)

6) Keluhan- keluhan somatik, misalnya rasa sakit pada otot dan tulang, pendengaran berdenging, berdebar-debar, sesak nafas, gangguan pencernaan, gangguan perkemihan, sakit kepala, dan lain sebagainya (Hawari, 2008).

c. Faktor Penyebab

Faktor penyebab terjadinya kecemasan Menurut Nevid, et al. (2005) adalah sebagai berikut:

1) Faktor biologis

a) Faktor genetis : faktor genetis mempunyai peran penting dalam perkembangan gangguan-gangguan kecemasan, termasuk gangguan panik, gangguan kecemasan menyeluruh, gangguan obsesif kompulsif, dan gangguan-gangguan fobia. Hal ini dikaitkan dengan suatu gen neurotisisme, suatu trait kepribadian yang mungkin mendasari kemudahan untuk berkembangnya gangguan-gangguan kecemasan. Trait neurotisisme mempunyai ciri kecemasan, suatu perasaan bahwa sesuatu yang buruk akan terjadi, dan kecenderungan untuk menghindari stimulus pembangkit ketakutan.

b) Neurotransmitter : neurotransmitter yang berpengaruh terhadap reaksi kecemasan adalah gamma aminobutric acid (GABA). GABA adalah neurotransmitter yang meredakan aktivitas berlebih

(23)

12

dari sistem saraf dan membantu untuk meredam respon-respon stres. Aksi GABA yang kurang adekuat dapat meningkatkan keadaan kecemasan. Ketidakteraturan atau disfungsi dalam reseptor serotonin dan norpinefrin di otak juga memegang peran dalam gangguan-gangguan kecemasan. Gen yang terlibat dalam regulasi serotonin kemungkinan memegang peran dalam menentukan trait yang terkait dengan kecemasan.

2) Faktor sosial-lingkungan

a) Pemaparan terhadap peristiwa yang mengancam atau traumatis. b) Mengamati respon takut pada orang lain.

c) Kurangnya dukungan sosial. 3) Faktor behavioral

a) Kelegaan dari kecemasan karena melakukan ritual kompulsif atau menghindari stimuli fobik.

b) Kurangnya kesempatan untuk menghilangkan kecemasan karena penghindaran terhadap objek atau situasi yang ditakuti.

4) Faktor kognitif dan emosional

a) Konflik psikologis yang tidak terselesaikan.

b) Faktor-faktor kognitif, seperti predileksi berlebih tentang ketakutan, keyakinan-keyakinan yang irasional, sensitivitas berlebih terhadap ancaman, sensitivitas kecemasan, salah atribusi dari sinyal-sinyal tubuh, dan self-efficacy yang rendah.

(24)

d. Kecemasan pada Kehamilan

Kecemasan pada kehamilan adalah kekhawatiran, keprihatinan, dan ketakutan tentang kehamilan, melahirkan, kesehatan bayi, dan masa depan orangtua. Gejala kecemasan pada kehamilan sangat terkait dengan faktor psikososial seperti gejala depresi dan dukungan sosial. Kecemasan selama kehamilan berhubungan dengan faktor yang sama dengan kegelisahan di waktu yang lain, seperti dukungan jaringan sosial yang tidak memadai dan mengalami stres (Littleton et al., 2006). Di antara variabel-variabel psikososial, harga diri adalah faktor yang paling bermakna. Wanita hamil dengan harga diri yang rendah lebih rentan terhadap kecemasan selama kehamilan (Lee et al., 2007).

Tingkat kecemasan lebih tinggi selama kehamilan daripada setelah melahirkan. Usia muda merupakan risiko tinggi untuk terjadi kecemasan selama kehamilan. Riwayat minum minuman beralkohol juga merupakan faktor risiko terjadinya kecemasan. Perempuan dengan riwayat konsumsi alkohol mungkin memiliki gangguan psikologis yang tidak diobati dan tak dikenal sebelum kehamilan sehingga lebih rentan terhadap kecemasan. Kecemasan yang muncul di berbagai tahap kehamilan merupakan masalah klinis dengan patogenesis yang berbeda (Lee et al., 2007).

Kecemasan merupakan salah satu stressor. Stressor atau sumber stres adalah suatu rangsang yang mengancam atau merusak. Stres menurut Black (1995) adalah suatu keadaan disharmoni atau gangguan homeostasis

(25)

14

yang terancam yang dibangkitkan oleh stressor fisik, psikologis dan lingkungan. Pada penelitian Soetrisno (2009) menemukan bahwa psikokuratif yang terdiri dari dukungan kognitif, sosial, spiritual dan fisik terbukti menurunkan intensitas stres. Psikokuratif mampu mengubah persepsi dari distress menjadi eustress. Pada penelitian tersebut terbukti bahwa psikokuratif mampu meningkatkan prosentase persalinan normal dan mempercepat waktu persalinan.

3. Hubungan Kecemasan dengan Preeklamsia

Sebagai respon terhadap kecemasan, neuron tertentu di hipotalamus mensekresikan suatu substansi yang dinamakan corticotrophin releasing factor (CRF). Hipofisis terletak tepat di bawah hipotalamus dan CRF dibawa ke hipofisis melalui struktur yang berbentuk saluran. CRF menstimulasi hipofisis untuk melepaskan hormon adenokortikotropik (ACTH), yang merupakan hormon stres utama tubuh. ACTH selanjutnya dibawa oleh aliran darah ke kelenjar adrenal dan ke berbagai organ tubuh lainnya, yang menyebabkan pelepasan sekitar 30 hormon, yang masing-masingnya memiliki peranan tertentu dalam penyesuaian tubuh terhadap situasi darurat (Saputra, 2000). Kelenjar adrenal akan mensekresi epinefrin (adrenalin) dan kortisol yang akan meningkatkan tekanan darah dan kadar gula darah untuk memenuhi kebutuhan ke otak, jantung, otot, dan tulang untuk mengatasi krisis (Pick, 2005).

(26)

Kecemasan menimbulkan respon fight or flight. Flight merupakan reaksi isotonik tubuh untuk menghindar, dimana terjadi peningkatan sekresi adrenalin kedalam sirkulasi darah yang akan menyebabkan meningkatnya denyut jantung dan tekanan darah sistolik, sedangkan fight merupakan reaksi agresif untuk menyerang yang akan menyebabkan sekresi noradrenalin, renin angiotensin sehingga tekanan darah meningkat baik sistolik maupun diastolik. Pada kecemasan terjadi sekresi adrenalin yang berlebihan sehingga menyebabkan tekanan darah meningkat. Pada penelitian yang membandingkan tekanan darah dari orang-orang yang menderita kecemasan dengan orang-orang yang tidak menderita kecemasan didapatkan hasil tekanan darah yang lebih tinggi pada kelompok penderita kecemasan (Idrus, 2006).

(27)

16 B. Kerangka Pemikiran

Gambar 1. Kerangka Pemikiran Hipotalamus (sekresi CRF) Hipofisis (sekresi ACTH) Kelenjar adrenal Kortisol ↑, adrenalin ↑ Renin plasma ↑, angiotensin II ↑ Tekanan darah ↑ Vasokonstriksi Pembuluh darah Edema Permeabilitas membran glomerulus ↑ Proteinuria Preeklamsia Kecemasan

(28)

Kecemasan akan merangsang hipotalamus untuk mensekresi corticotrophin releasing factor (CRF) untuk dibawa ke hipofisis. Kemudian hipofisis akan mensekresi hormon adenokortikotropik (ACTH) yang akan dibawa ke kelenjar adrenal sehingga kadar kortisol dan adrenalin akan meningkat. Peningkatan hormon ini menyebabkan vasokonstriksi pembuluh darah sehingga aliran darah ke ginjal akan terganggu kemudian terjadi peningkatan kadar renin angiotensin II sehingga tekanan darah naik. Selain itu permeabilitas membran glomerulus akan meningkat. Peningkatan permeabilitas ini menyebabkan gangguan perfusi metabolisme sehingga terjadi edema dan protein akan keluar melalui urin atau proteinuria. Ketiga gejala tersebut merupakan diagnosis adanya preeklamsia. Akan tetapi edema sudah tidak menjadi pertimbangan utama karena merupakan proses fisiologis pada kehamilan.

C. Hipotesis

(29)

18

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Penelitian analitik dengan pendekatan cross sectional.

B. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian adalah di bagian Obstetri dan Ginekologi RSUD Dr. Moewardi Surakarta.

C. Populasi Penelitian

Populasi penelitian ini adalah penderita preeklamsia dengan : 1. Kriteria inklusi :

a. Umur kehamilan ≥ 20 minggu b. Umur : 20-35 tahun

c. Bersedia ikut dalam penelitian 2. Kriteria eksklusi :

a. Infeksi

b. Riwayat hipertensi kronis c. Penyakit ginjal kronis d. Janin kembar

(30)

D. Teknik Sampling

Pengambilan sampel pada penelitian ini dengan cara purposive sampling yaitu pemilihan subjek berdasarkan atas ciri-ciri atau sifat tertentu yang berkaitan dengan populasi (Arief, 2004). Sampel yang dipakai pada penelitian ini adalah pasien preeklamsia dan pasien hamil normal yang dirawat di RSUD Dr. Moewardi Surakarta yang memenuhi kriteria inklusi. Penentuan besar sampel menggunakan rumus Steel and Torrie (1980) :

(

)

2 0 1 1

÷÷

ø

ö

çç

è

æ

-+

=

-m

m

s

b a

Z

Z

n

Karena σ2 sulit ditaksir dari literatur, studi yg sama sebelumnya maupun studi pendahuluan oleh peneliti, maka diasumsikan σ2 = d2

n = (Z

1-α

+ Z

β

)

2

Z 1- α= 1,645 ; Z β = 0,842; maka n=6,185169 dibulatkan menjadi 7.

Berdasarkan rumus di atas maka besar sampel untuk tiap kelompok 7 orang, dengan pertimbangan drop out 30% maka jumlah sampel minimal menjadi 10 orang untuk tiap kelompok.

(31)

20

E. Desain Penelitian

Penelitian cross sectional, dengan skema rancangan penelitian sebagai berikut:

Gambar 2. Desain Penelitian

F. Identifikasi Variabel

1. Variabel terikat : preeklamsia 2. Variabel bebas : kecemasan

Hamil ≥ 20 minggu

Preeklamsia Tidak Preeklamsia

Analisis data (Uji Fisher’s exact test)

)

Intepretasi dan kesimpulan

Cemas Tidak Cemas

cemas

Tidak cemas

(32)

G. Definisi Operasional

1. Preeklamsia : suatu sindroma spesifik kehamilan dengan penurunan perfusi pada organ-organ akibat vasospasme dan aktivasi endotel. Kriteria diagnosis preeklamsia meliputi terjadinya kenaikan tekanan darah (lebih dari 140/90 mmHg) dan proteinuria yang mulai terjadi setelah kehamilan 20 minggu (Sunaryo, 2008). Skala pengukuran variabel ini adalah nominal.

2. Kecemasan : kecemasan menurut Hawari (2008) ditandai dengan rasa khawatir, firasat buruk, takut akan pikirannya sendiri, mudah tersinggung, merasa tegang, tidak tenang, gelisah, mudah terkejut, takut sendirian, takut pada keramaian dan banyak orang, gangguan pola tidur, mimpi yang menegangkan, gangguan konsentrasi dan daya ingat serta keluhan somatik seperti rasa sakit pada otot dan tulang, pendengaran berdenging, berdebar-debar, sesak nafas, gangguan pencernaan, gangguan perkemihan, sakit kepala, dan lain sebagainya. Untuk mengetahui ada tidaknya kecemasan digunakan instrumen Taylor Manifest Anxiety Scale (T-MAS) yang berisi 50 butir pertanyaan. Responden dinyatakan mengalami kecemasan bila skor yang diperoleh >21. Instrumen T-MAS valid dan reliabel sebagai alat bantu untuk mendiagnosis gangguan cemas menyeluruh. Sebelum mengisi T-MAS responden diberikan instrumen Lie Minessota Multiphrasic Personality Inventory (L-MMPI) yang terdiri dari 15 pertanyaan yang mempunyai validitas yang berfungsi untuk mengidentifikasi hasil yang mungkin invalid

(33)

22

karena karena kesalahan dan ketidakjujuran responden. Nilai batas skala adalah 10. Apabila responden mempunyai jawaban ”tidak” ≥ 10, maka hasil penelitian dari responden dinyatakan invalid (Azwar, 2007). Skala pengukuran variabel ini adalah nominal.

H. Alat dan Bahan 1. Status pasien 2. Informed consent 3. Biodata pasien

4. Kuesioner skala L-MMPI 5. Kuesioner T-MAS

I. Cara Kerja

1. Peneliti melihat status pasien untuk menentukan bahwa pasien memenuhi kriteria inklusi.

2. Subjek mengisi informed consent dan biodata pribadi.

3. Subjek mengisi kuesioner skala L-MMPI kemudian dilanjutkan dengan kuesioner T-MAS

(34)

J. Analisis Data

Data dalam penelitian ini akan dianalisis dengan menggunakan uji Fisher’s exact test. Batas kemaknaan yang dipakai adalah taraf signifikansi (α = 0,05) atau dalam tabel interval kepercayaan 95%. Data diolah dengan menggunakan Statistical Product and Service Solution (SPSS) 17.00 for windows.

(35)

24

BAB IV HASIL PENELITIAN

A. Diskripsi Variabel Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Bagian Obstetrik dan Ginekologi RSUD Dr. Moewardi. Pengambilan sampel dilakukan dengan cara menyebar kuesioner kepada responden pada bulan Juni sampai Agustus 2010. Sampel yang ditetapkan pada penelitian ini adalah 18 ibu dengan kehamilan normal, dan 18 ibu yang menderita preeklamsia. Data yang diperoleh dari penelitian meliputi umur ibu hamil, umur kehamilan, tekanan darah sistolik dan diastolik, serta angka leukosit.

Tabel 1. Distribusi Karakteristik Variabel Data Penelitian

Variabel Penelitian N Min. Max. Rerata SD (±)

Umur Ibu (tahun) 36 20 35 29 4

Umur Kehamilan(minggu) 36 28 42 36 4

Sistolik (mmHg) 36 90 200 135 26,46

Diastolik (mmHg) 36 50 120 89 17,03

Leukosit (103/µl) 36 7 13 9.5 1,64

Tabel di atas menunjukkan karakteristik variabel dari 36 sampel yang diteliti. Variabel usia responden rentang nilai bekisar 20-35 tahun, rerata 29 ±4 tahun. Variabel umur kehamilan rentang nilai bekisar 28-42 minggu, rerata 36 ±4

(36)

minggu. Variabel sistolik rentang nilai bekisar 90-200 mmHg, rerata 135 ± 26,46 mmHg. Variabel diastolik rentang nilai bekisar 50-120 mmHg, rerata 89 ± 17,03 mmHg. Variabel leukosit rentang nilai 7-13 103/µl, rerata 9,5 ± 1,64 103/µl.

Tabel 2. Uji Normalitas Kolmogrov-Smirnov terhadap Distribusi Data Variabel Penelitian pada Kelompok Penelitian

Variabel Penelitian Kelompok N Rerata Sig. Keterangan Usia Ibu (tahun) Preeklamsia 18 29 0,81 Normal

Tidak Preeklamsia 18 29 0,72 Normal Umur Kehamilan Preeklamsia 18 38 0,30 Normal

(minggu) Tidak Preeklamsia 18 34 0,91 Normal

Sistolik (mmHg) Preeklamsia 18 156 0,11 Normal Tidak Preeklamsia 18 114 0,12 Normal Diastolik (mmHg) Preeklamsia 18 101 0,26 Normal Tidak Preeklamsia 18 77 0,15 Normal Leukosit (103/µl) Preeklamsia 18 10,1 0,98 Normal Tidak Preeklamsia 18 8,9 0,78 Normal

Tabel di atas menunjukkan uji normalitas dengan Kolmogrov-Smirnov untuk mengetahui distribusi data normal atau tidak pada dua kelompok penelitian yaitu preeklamsia dan tidak preeklamsia. Distribusi data normal jika signifikansi (p > 0,05). Distribusi data untuk umur ibu hamil, umur kehamilan, tekanan darah sistolik dan diastolik, serta angka leukosit adalah normal sehingga memenuhi

(37)

26

syarat untuk uji parametrik. Analisis data selanjutnya dilakukan uji parametrik dengan uji-t tidak berpasangan.

Tabel 3. Analisis Bivariat Variabel Data Penelitian terhadap Kejadian Preeklamsia

Variabel Penelitian Kelompok N Mean SD (±) P Usia Ibu (tahun) Preeklamsia 18 29 4,00 0,71

Tidak Preeklamsia 18 28,5 4,00

Umur Kehamilan Preeklamsia 18 38 3,00 0,00* (minggu) Tidak Preeklamsia 18 38 4,00

Sistolik (mmHg) Preeklamsia 18 156 20,33 0,00* Tidak Preeklamsia 18 114 9,16 Diastolik(mmHg) Preeklamsia 18 101 10,79 0,00* Tidak Preeklamsia 18 77 12,83 Leukosit (103/µl) Preeklamsia 18 10,1 1,81 0,03* Tidak Preeklamsia 18 8,9 1,22 *nilai signifikansi p<0,05

Data di atas memakai uji parametrik yaitu uji-t tidak berpasangan karena datanya normal. Variabel yang mempunyai hubungan bermakna yaitu umur kehamilan, tekanan sistolik dan diastolik, serta leukosit karena nilai p < 0,05.

(38)

B. Variabel Kecemasan dan Preeklamsia

Karakteristik, uji normalitas, analisis bivariat, dan uji homogenitas variabel kecemasan terhadap preeklamsia dapat dilihat dari tabel dan gambar di bawah ini.

Tabel 4. Distribusi Karakteristik Variabel Kecemasan

Variabel Penelitian N Min. Max. Rerata SD (±)

Skor T-MAS 36 18 39 26 5,00

Tabel di atas menunjukkan karakteristik variabel kecemasan dari 36 sampel yang diteliti. Variabel kecemasan rentang nilai bekisar 18-39, rerata 26 ±5,00.

Tabel 5. Uji Normalitas Kolmogrov-Smirnov terhadap Distribusi Data Kecemasan pada Kelompok Penelitian

Variabel Penelitian Kelompok N Rerata Sig. Keterangan Skor T-MAS Preeklamsia 18 27,11 0,672 Normal

Tidak Preeklamsia 18 24,67 0,599 Normal

Distribusi data kecemasan normal sehingga memenuhi syarat untuk uji parametrik. Analisis data selanjutnya dilakukan uji parametrik dengan uji-t tidak berpasangan.

(39)

28

Tabel 6. Analisis Bivariat Variabel Kecemasan terhadap Kejadian Preeklamsia Variabel Penelitian Kelompok N Mean SD (±) P Skor T-MAS Preeklamsia 18 27,11 5,178 0,176

Tidak Preeklamsia 18 24,67 5,423

Variabel kecemasan tidak mempunyai perbedaan karena nilai p > 0,05. Karakteristik variabel kecemasan dengan preeklamsia dapat dilihat pada gambar di bawah ini.

Gambar 3. Distribusi Frekuensi Kecemasan

Dari gambar 3 di atas terdapat keterangan karakteristik variabel kecemasan. Dari jumlah sampel sebanyak 36 (100%), terdapat 30 ibu hamil mengalami kecemasan (83,3%) dan 6 ibu hamil tidak mengalami kecemasan (16,7%).

0 20 40 60 80 100

Cemas Tidak Cemas

83.3 %

16.7%

Cemas Tidak Cemas

(40)

Gambar 4. Distribusi Frekuensi Preeklamsia

Dari gambar 4 di atas terdapat keterangan karakteristik variabel preeklamsia. Dari jumlah sampel sebanyak 36 (100%), terdapat 18 ibu hamil dengan status tidak preeklamsia (50%) dan 18 ibu hamil dengan status preeklamsia (50%).

Gambar 5. Perbandingan Kecemasan terhadap Preeklamsia 0 20 40 60 80 100 Preeklamsia Tidak Preeklamsia 50% 50% Preeklamsia Tidak Preeklamsia 0 5 10 15 20

Cemas Tidak Cemas

17 1 13 5 Preeklamsia Tidak Preeklamsia

(41)

30

Tabel 7. Distribusi Frekuensi Kecemasan dengan Preeklamsia

Preeklamsia Tidak Preeklamsia Total Cemas 17 (47,2%) 13 (36,1%) 30(83,3%) Tidak Cemas 1 (2,8%) 5 (13,9%) 6 (16,7) Total 18 (50%) 18 (50%) 36 (100%)

Pada gambar 5 dan tabel 4 dapat dilihat distribusi frekuensi kecemasan dengan preeklamsia. Responden dengan status preeklamsia yang cemas yaitu 17 (47,2%) sedangkan yang tidak cemas yaitu 1 (2,8%). Responden dengan status tidak preeklamsia yang cemas yaitu 13 (36,1%) sedangkan yang tidak cemas yaitu 5 (13,9%). Jumlah responden yang cemas yaitu 30 (83,3%) dan yang tidak cemas 6(6,7%). Data ini diolah dengan mengunakan uji Chi-Square didapat X2 hitung sebesar 3,20 dengan α 0,05, dB 1, dan Interval Kepercayaan (IK) 95% nya yaitu 0,68-62,9. Pada uji statistik Chi-Square didapatkan 2 sel (50%) yang nilai expectednya kurang dari 5 sehingga tidak memenuhi syarat. Sehingga digunakan uji Fisher sebagai alternatifnya. Dengan uji fisher didapat nilai p untuk 1-sided sebesar 0,089. Nilai p yang didapat menunjukkan bahwa penelitian tidak signifikan karena p> 0,05 sehingga H0 diterima yaitu tidak ada hubungan

antara kecemasan dengan preeklamsia. Tetapi nilai Odd Ratio (OR) sebesar 6,5 menunjukkan bahwa wanita hamil dengan kecemasan mempunyai risiko mengalami preeklamsia 6,5 kali lebih besar dibandingkan dengan wanita hamil yang tidak menderita kecemasan.

(42)

BAB V PEMBAHASAN

Dari hasil penelitian yang dilakukan pada bulan Juni sampai Agustus 2010 di Bagian Obstetri dan Ginekologi RSUD Dr. Moewardi, terdapat 36 sampel wanita hamil yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi. Pada penelitian ini dapat diketahui umur ibu hamil, umur kehamilan, tekanan darah sistolik dan diastolik, angka leukosit, dan skor kecemasan. Data tersebut diuji dengan analisis Kolmogrov-Smirnov untuk mengetahui normalitas data. Variabel umur ibu hamil, umur kehamilan, tekanan darah sistolik dan diastolik, angka leukosit, dan skor kecemasan memiliki distribusi data yang normal yaitu nilai lebih dari 0,05. Kemudian dilakukan analisis statistik bivariat tiap variabel terhadap status preeklamsia menggunakan uji parametrik dengan uji–t tidak berpasangan untuk mengetahui pengaruh tiap variabel terhadap status preeklamsia.

Kecemasan sebagai variabel bebas diukur dengan menggunakan kuesioner T-MAS, sedangkan preeklamsia sebagai variabel terikat ditentukan berdasarkan status pasien. Dari penelitian ini didapatkan 30 ibu hamil (83,3%) mengalami kecemasan dan 6 ibu hamil (16,7%) tidak cemas (Gambar3). Ibu hamil yang cemas dengan status preeklamsia sebanyak 17 sampel (47,2%), ibu hamil yang cemas dengan status tidak preeklamsia sebanyak 13 sampel (36,1%), ibu hamil yang tidak cemas dengan status

(43)

32

preeklamsia sebanyak 1 sampel (2,8%), dan ibu hamil yang tidak cemas dengan status tidak preeklamsia sebanyak 5 sampel (13,9%).

Pada penelitian ini, meskipun menggunakan tabel 2x2, namun untuk menguji hipotesis tidak dapat menggunakan hasil analisis Pearson Chi-Square. Hal itu dikarenakan syarat digunakannya Pearson Chi-Square menurut Sastroasmoro dan Ismael (2008) adalah sebagai berikut:

1. Jumlah subyek total > 40, tanpa melihat nilai expected 2. Jumlah subyek antara 20-40, dan semua nilai expected > 5

Pada penelitian ini, jumlah subyek penelitian < 40 dan terdapat 2 sel yang nilai expected-nya < 5. Sehingga untuk pengujian hipotesis dilakukan dengan Fisher’s exact test. Dengan uji Fisher dan tingkat kepercayaan 95% didapatkan nilai p untuk 1-sided (0ne-tail) sebesar 0,089. Nilai p yang lebih besar dari 0,05 ini menunjukkan bahwa H0 diterima, sehingga secara statistik tidak ada hubungan antara kecemasan

dengan preeklamsia. Meskipun secara statistik menunjukkan tidak ada hubungan antara kecemasan dengan preeklamsia, tetapi secara klinis didapatkan hasil Odd Ratio (OR) sebesar 6,5. Hal ini berarti wanita hamil dengan kecemasan mempunyai risiko terjadi preeklamsia 6,5 kali lebih besar daripada wanita hamil yang tidak mengalami kecemasan.

Pada penelitian yang dilakukan oleh Qiu (2009) didapatkan nilai p sebesar 0,009 dengan tingkat kepercayaan 95% dan OR sebesar 2,7 yang berarti gangguan kecemasan dapat meningkatkan risiko terjadinya preeklamsia sebesar 2,7 kali. Terdapat beberapa perbedaan dengan penelitian ini. Metode yang digunakan adalah

(44)

kohort dengan jumlah sampel yang besar sedangkan penelitian ini menggunakan cross sectional dengan jumlah sampel kecil. Kriteria eksklusi pada penelitian Qiu yaitu usia lebih dari 18 tahun sedangkan pada penelitian ini kriteria eksklusi adalah usia kurang dari 20 tahun dan lebih dari 35 tahun. Diagnosis kecemasan dilihat dari rekam medis pasien sedangkan pada penelitian ini diagnosis kecemasan ditentukan dengan memberikan kuesioner T-MAS. Penelitian Qiu juga meneliti apakah faktor risiko preeklamsia seperti primigravida, usia ibu yang terlalu tua, kelebihan berat badan pada kehamilan, aktivitas fisik selama kehamilan, dan riwayat keluarga hipertensi akan berpengaruh terhadap gangguan kecemasan sedangkan pada penelitian ini tidak meneliti faktor tersebut. Penelitian yang dilakukan oleh Qiu dan penelitian ini sama-sama menjadikan riwayat hipertensi kronis dan diabetes mellitus sebagai kriteria eksklusi.

Beberapa mekanisme biologis dapat menjelaskan asosiasi positif antara gangguan kecemasan dan risiko preeklamsia. Peningkatan aktivitas hipotalamus-hipofisis-adrenal dianggap sebagai salah satu mekanisme yang penting untuk hubungan yang diamati antara penyakit jiwa ibu dan komplikasi kehamilan, termasuk preeklamsia. Pada wanita hamil dengan gangguan kecemasan terjadi perubahan kadar kortisol plasma, β-endorphin corticotrophin releasing hormone, dan serotonin (Qiu et al., 2009). Kelainan dalam sistem pengolah pusat konflik dapat menyebabkan peningkatan kadar katekolamin, yang tidak hanya menimbulkan gejala somatik dan afektif kecemasan, tetapi juga menyebabkan peningkatan resistensi pembuluh darah perifer dan tekanan darah (Kurki et al., 2000).

(45)

34

Pada penelitian Kurki et al. (2000) didapatkan hubungan yang signifikan atara kecemasan dengan terjadinya preeklamsia dengan nilai OR sebesar 3,2 yang berarti kecemasan meningkatkan 3,2 kali untuk risiko terjadinya preeklamsia (IK 95% 1,4- 7,1). Penelitian Kurki menggunakan metode kohort dengan kriteria inklusi yaitu ibu hamil primigravida dan usia kehamilan antara 8-17 minggu dimana preeklamsia belum terjadi. Sedangkan pada penelitian ini pengukuran kecemasan dilakukan pada ibu hamil primigravida dan multigravida dan saat ibu hamil sudah didiagnosis preeklamsia.

Pada penelitian yang dilakukan oleh Vollebregt et al. (2007) diperoleh simpulan yang sama dengan penelitian ini yaitu tidak ada hubungan antara kecemasan dengan terjadinya preeklamsia. Didapatkan nilai OR sebesar 1-1,5. Kuesioner pada penelitian Vollebregt berisi tentang karakteristik sosiodemografi, stres psikososial, riwayat kesehatan, dan gaya hidup responden. Sosiodemografi meliputi umur ibu, pendidikan, status perkawinan dan etnis. Riwayat kesehatan meliputi indeks massa tubuh sebelum kehamilan, merokok selama kehamilan, riwayat keguguran, hipertensi kronis, diabetes dan perdarahan vagina selama kehamilan. Stres psikososial yang meliputi stres kerja menggunakan kuesioner pengalaman dan penghargaan pada pekerjaan oleh Karasek et al., kecemasan menggunakan instrumen The State Trait Anxiety Inventory, depresi menggunakan instrumen Center for Epidemiological Studies Depression Scale, dan kecemasan pada kehamilan menggunakan instrumen Pregnancy Related Anxiety Questionnaire (PRAQ-R). Sedangkan penelitian ini kuesioner berisi tentang pendidikan terakhir, riwayat kehamilan, adanya janin kembar

(46)

dan riwayat penyakit meliputi infeksi, hipertensi kronis, dan penyakit ginjal kronis. Penelitian ini hanya meneliti kecemasan menggunakan instrumen T-MAS.

Penelitian ini tidak didapatkan adanya hubungan secara statistik karena kurangnya jumlah sampel sehingga kurang bisa mewakili populasi yang ada. Peneliti juga kurang memperhatikan faktor risiko lain yang turut berpengaruh.

(47)

36

BAB VI

SIMPULAN DAN SARAN

A. SIMPULAN

Berdasarkan penelitian yang dilakukan dapat diperoleh simpulan bahwa secara statistik tidak ada hubungan antara kecemasan dengan preeklamsia (nilai p> 0,05). Tetapi secara klinis ibu hamil dengan kecemasan mempunyai risiko 6,5 kali lebih besar untuk terkena preeklamsia dibandingkan dengan ibu hamil yang tidak mengalami kecemasan OR 6,5 (IK 95% 0,68-62,99).

B. SARAN

1. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut dengan metode lain, jumlah sampel yang lebih banyak, dan memperhatikan faktor risiko yang belum diperhatikan dalam penelitian ini.

2. Kecemasan pada kehamilan dapat meningkatkan risiko terjadinya preeklamsia sehingga perlu dilakukan edukasi kepada masyarakat sebagai tindakan pencegahan. Selain itu perlu dilakukan penyuluhan kepada ibu hamil untuk meningkatkan kesadaran melakukan kunjungan Antenatal Care (ANC) secara teratur sehingga risiko preeklamsia dapat ditangani sedini mungkin.

Gambar

Gambar 1. Kerangka Pemikiran Hipotalamus (sekresi CRF) Hipofisis (sekresi ACTH) Kelenjar adrenal   Kortisol ↑, adrenalin ↑ Renin plasma ↑, angiotensin II ↑ Tekanan darah ↑ Vasokonstriksi  Pembuluh darah Edema  Permeabilitas membran glomerulus ↑  Proteinuri
Gambar 2. Desain Penelitian
Tabel  2.  Uji  Normalitas  Kolmogrov-Smirnov  terhadap  Distribusi  Data  Variabel  Penelitian pada Kelompok Penelitian
Tabel  3.  Analisis  Bivariat  Variabel  Data  Penelitian  terhadap  Kejadian  Preeklamsia
+3

Referensi

Dokumen terkait

pernah mengatakan kepada raja dalam alasannya, &#34;Apakah engkau menginginkan makan bersama denganku, sedangkan aku adalah Yusuf ibnu Ya'qub nabiyyullah ibnu

Judul Skripsi : Peningkatan Pemahaman Konsep Sistem Pemerintahan Tingkat Pusat Melalui Model Pembelajaran Cooperative Integrated Reading and Composition (CIRC)

Sistem dokumentasi ( record keeping ), misalnya dilakukan hanya untuk memenuhi formalitas sertifikasi dari instansi yang berwenang saja dengan penekanan hanya

Berdasarkan tinjauan pustaka yang diungkapkan sebelumnya mengenai metode STAD dan pendekatan quantum learning, dapat didefinisikan bahwa metode STAD dengan pendekatan

Hubungan antara “open society” terhadap terbentuknya Masyarakat sipil yaitu “open society” atau masyarakat terbuka yang cenderung bersifat bebas, transparan serta

Sahara Baby Shop Jl HOS Cokroaminoto 65 Jemberkidul, Kaliwates Jember 68131 Jawa Timur Kategori: Perlengkapan Bayi - Distributor/Supplier 0331 483690 Surya Pendawa Niaga Jaya PT SNI

peta konsep juga diterapkan oleh guru untuk membantu siswa dalam menulis teks narasi berdasarkan teks wawancara. Kolaborasi antara model pembelajaran berbasis masalah dan metode peta