• Tidak ada hasil yang ditemukan

Latar Belakang - Peningkatan Hasil Belajar Matematika melalui Penerapan (aisyah)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Latar Belakang - Peningkatan Hasil Belajar Matematika melalui Penerapan (aisyah)"

Copied!
20
0
0

Teks penuh

(1)

Peningkatan Hasil Belajar Matematika melalui Penerapan Model PembelajaranKooperatif Tipe STAD

St Aisyah S

Penelitian ini menerapkan model pembelajaran Kooperatif tipe STAD pada pembelajaran matematika dengan pengamatan pada aktivitas guru dan aktivitas siswa, peningkatan hasil belajar, serta respon siswa dengan subyek penelitian siswa SMP Negeri 1 Bungoro. Model pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran yang mengutamakan kerja sama diantara siswa untuk mencapai tujuan pembelajaran. Sintaks model pembelajaran kooperatif terdiri atas enam fase, yakni: (1) menyampaikan tujuan dan memotivasi siswa, (2) menyajikan informasi, (3) mengorganisasikan siswa ke dalam kelompok-kelompok belajar, (4) membimbing kelompok-kelompok bekerja dan belajar, (5) evaluasi, dan (6) memberikan penghargaan. Kegiatan pembelajaran meliputi kegiatan awal, kegiatan inti, dan kegiatan akhir

Kata kunci: model pembelajaran kooperatif tipe STAD (Student Team Achievement Division), aktivitas guru, aktivitas siswa , keterlaksanaan pembelajaran

Latar Belakang

Matematika merupakan ilmu universal yang mendasari perkembangan teknologi modern dan mempunyai peran penting dalam berbagai disiplin ilmu dan memajukan peradaban manusia. Dengan belajar matematika siswa dapat berlatih berpikir logis, kreatif, sistematis, kritis serta memiliki kemampuan kerjasama dalam menghadapi masalah serta memamfaatkan informasi yang diterimanya, sehingga dalam proses pembelajaran, peran guru dalam memilih strategi pembelajaran diperlukan guna mencapai keberhasilan program pembelajaran.

Pembelajaran dapat berhasil apabila guru dapat merancang sistem pembelajaran yang mampu membuat siswa dapat belajar secara efektif. seorang guru yang profesional dalam melaksanakan tugas mengajarnya harus mampu menerapkan berbagai metode mengajar secara efektif dan efisien, metode mengajar yang dimaksudkan sebagai upaya menciptakan lingkungan belajar yang baik, yakni dapat memacu keingintahuan dan memotivasi siswa, agar terlibat aktif dalam kegiatan belajar mengajar. Keterlibatan siswa secara aktif dalam proses belajar mengajar akan memberi peluang besar terhadap pencapaian tujuan pembelajaran

(2)

Model pembelajaran ini dimaksudkan untuk lebih memberikan kesempatan yang luas kepada siswa untuk meningkatkan aktivitas siswa agar benar-benar merasa ikut ambil bagian dan berperan aktif dalam proses belajar mengajar untuk mengatasi masalah atau menyelesaikan soal-soal yang di berikan oleh guru. Pembelajaran kooperatif dalam matematika akan dapat membantu para siswa meningkatkan sikap positif siswa dalam matematika.

Dengan belajar kelompok dapat menciptakan suasana belajar yang menyenangkan dan menguntungkan semua siswa baik bagi siswa kelompok bawah (kecepatan belajar rendah) maupun siswa kelompok atas (kecepatan belajar tinggi), sebab kedua kelompok ini bekerja sama dalam menyelesaikan tugas-tugas belajarnya. Selain itu, dalam pembelajaran kooperatif juga melatih siswa dengan keterampilan-keterampilan sosial seperti menghargai pendapat orang lain, ,mau menerima pendapat orang lain saling berbagi, berani bertanya dan mengemukakan pendapat dan sebagainya.

Selanjutnya salah satu pendekatan untuk belajar kooperatif yang mudah dilaksanakan dalam tahap perkenalan adalah pembelajaran kooperatif tipe STAD (student teams achievement division )adalah salah satu tipe pembelajaran kooperatif yang menyajikan materi pelajaran yang sederhana dan tugas utama siswa adalah menyelesaikan lembar kerja dengan cara bergotong royong. Dari uraian diatas penulis terdorong untuk meneliti hasil belajar matematika dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe STAD

Hakekat Belajar Matematika 1. Pengertian Belajar

Belajar merupakan kegiatan bagi setiap orang, pengetahuan, keterampilan, kebiasaan, kegemaran dan sikap seseorang terbentuk, dimodifikasi dan berkembang disebabkan belajar. Karena itu seseorang dikatakan belajar bila diasumsikan dalam diri orang itu terjadi suatu proses kegiatan secara sadar yang mengakibatkan suatu perubahan tingkah laku.Perubahan tingkah laku itu dapat diamati dan berlangsung relatif lama. Tetapi meskipun terjadi perubahan tingkah laku menurut Hudoyo (1990) jika tidak melalui usaha (proses kegiatan) maka tidak dapat dikatakan belajar. Lebih lanjut dikatakan bahwa usaha untuk mencapai perubahan tingkah laku itu merupakan proses belajar, sedangkan perubahan tingkah laku itu sendiri merupakan hasil belajar.

Menurut Slameto (2003: 2) mengatakan bahwa secara psikologis belajar merupakan suatu proses perubahan yaitu perubahan tingkah laku sebagai hasil dari interaksi dengan lingkungannya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Lebih jauh dikatakan bahwa perubahan tingkah laku dalam belajar adalah: (1) perubahan ini terjadi secara sadar, (2) perubahan dalam belajar bersifat kontinu dan fungsional, (3) perubahan dalam belajar bersifat positif dan aktif, (4) perubahan dalam belajar bukan bersifat sementara, (5) perubahan dalam belajar bertujuan atau terarah, dan (6) perubahan mencakup seluruh aspek tingkah laku.

(3)

Sedangkan menurut Sardiman (2007: 21) bahwa “belajar adalah berubah”. Dalam hal ini yang dimaksudkan belajar berarti usaha mengubah tingkah laku. Jadi belajar akan membawa suatu perubahan pada individu-individu yang belajar. Perubahan tidak hanya berkaitan dengan penambahan ilmu pengetahuan, tetapi juga berbentuk kecakapan, keterampilan, sikap, pengertian, harga diri, minat, watak, penyesuaian diri. Jelasnya menyangkut segala aspek organisme dan tingkah laku pribadi seseorang.

Menurut (Ahmadi, 2003 : 7-15), prinsip-prinsip belajar sebagai berikut : (1) Perhatian dan Motivasi.Perhatian mempunyai peranan yang penting dalam kegiatan belajar. (2) Keaktifan

(3) Keterlibatan Langsung / Berpengalaman (4) Pengulangan (5) Balikan dan Penguatan(6) Perbedaan Individu

2. Hasil Belajar Matematika

Sudjana, (2003: 22) mengemukakan bahwa hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya. Horward Kingsley (Sudjana, 2003: 22) membagi tiga macam hasil belajar, yakni (a) keterampilan dan kebiasaan, (b) pengetahuan dan pengertian, (c) sikap dan cita-cita

Sejalan dengan pendapat Mustaan, (Derman, 2008: 8) mengemukakan “hasil belajar adalah ukuran yang menyatakan seberapa jauh tujuan pengajaran telah tercapai oleh siswa dengan pengalaman yang telah diberikan dan didisiplinkan oleh sekolah”. Hasil belajar diartikan sebagai hasil optimal yang diperoleh melalui proses belajar mengajar sehingga hasil belajar tersebut dapat digunakan sebagai alat ukur dengan menggunakan alat ukur berupa tes hasil belajar.

Model Pembelajaran Matematika

Model pembelajaran meliputi suatu model pembelajaran yang luas dan menyelurunh. Konsep model pembelajaran lahir dan berkembang dari para pakar psikologi dengan pendekatan dalam setting eksperimen yang dilakukan.

Ada empat ciri khas model pembelajaran yang dikemukakan Arends (dalam Buhaerah,2009: 17), yaitu: (1) rasional teoretis yang bersifat logis yang bersumber dari perancangannya, (2) dasar iiuntuk mencapai tujuan tersebut, (3) aktivitas mengajar guru yang diperlukan agar model pembelajaran dapat dilaksanakan secara efektif, dan (4) lingkungan belajar yang diperlukan untuk mencapai tujuan.

Joyce, Weil, & Shower (1992) (dalam Buhaerah,2009: 17) mengemukakan lima unsur penting sebagai uraian dari suatu model pembelajaran, yaitu: (1) sintaks, yakni suatu urutan kegiatan yang biasa juga disebut fase, (2) sistem sosial, yakni peranan guru dan siswa serta jenis aturan yang diperlukan, (3) prinsip-prinsip reaksi, yakni memberi gambaran kepada guru tentang cara memandang atau merespons pertanyaan-pertanyaan siswa, (4) sistem pendukung, yakni kondisi yang diperlukan oleh model tersebut, dan (5) dampak instruksional dan dampak pengiring, yakni hasil yang akan dicapai siswa setelah mengikuti pembelajaran.

Rumpun Model Pembelajaran

(4)

15

famili/rumpun model model pembelajaran, yakni: rumpun sosial, rumpun proses informasi, rumpun personal, dan rumpun sistem perilaku atau behavioral system. Deskripsi keempat rumpun tersebut dapat diringkas sebagai berikut.(1) Rumpun sosial didasarkan kepada sifat-sifat sosial manusia yang mengambil bentuk mulai dari yang sangat sederhana, yaitu proses mengatur siswa untuk bekerja bersama-sama secara demokratis dalam upaya melakukan analisis terhadap masalah-masalah sosial dan nilai-nilai yang penting dalam kehidupan di suatu lingkungan.(2) Rumpun proses informasi yakni bagaimana proses mencari informasi, mengatur atau mengorganisasikan informasi-informasi tersebut, membangun hipotesis, dan menerapkan hal-hal yang dipelajari dalam kegiatan-kegiatan yang lebih mandiri (3) Rumpun personal yakni bagaimana seorang fasilitator menggunakan teknik yang bersifat non direktif atau tidak langsung, dengan menggali informasi dari siswa mengenai dunia sekitamya.

(4) Rumpun perilaku yakni rumpun yang dimotori oleh Skinner yang berakar pada aliran behaviorisme.

Model Pembelajaran Kooperatif

Model pembelajaran kooperatif merupakan salah satu model pembelajaran yang dikembangkan berdasarkan prinsip konstruktivisme sosial dari Vigotsky, yang menganggap bahwa siswa lebih mudah menemukan dan memahami konsep-konsep yang sulit jika mereka saling mendiskusikan masalah tersebut dengan temannya. Pembelajaran kooperatif mengacu pada metode pengajaran di mana siswa bekerja bersama dalam kelompok kecil yang saling membantu dalam belajar..

Penerapan model pembelajara kooperatif dilakukan dengan tujuan mengarahkan siswa untuk membangun (mengkonstruksi/menemukan) sendiri konsep yang diinginkan dan sekaligus melakukan perbaikan miskonsepsi yang dialami. Lonning (Rahmah, 1997) mengemukakan model pembelajaran kooperatif untuk membangkitkan perubahan konseptual berdasarkan pada konstruktivisme, yang menawarkan suatu bentuk pengajaran yang memberikan kesempatan kepada siswa berdiskusi dengan teman sebayanya dan gurunya. Siswa mengemukakan ide mereka secara eksplisit kepada teman sebayanya dan gurunya, kemudian membandingkan ide mereka dengan ide temannya untuk memperoleh perspektif yang berbeda, sehingga akhirnya dapat mengevaluasi kembali konsepsi mereka. Mohamad Nur (2000) mengemukakan bahwa ciri khas pembelajaran koopeatif adalah siswa ditempatkan dalam kelompok-kelompok dan tinggal bersama sebagai kelompok untuk beberapa minggu atau bulan. Mereka dilatih keterampilan khusus untuk membantu mereka bekerja sama dengan baik, misal menjadi pendengar yang baik, memberikan penjelasan dengan baik, mengajukan pertanyaan denga benar, dan sebagainya. Untuk mencapai hasil yang maksimal mereka mengemukakan lima unsur yang sekaligus mencirikan pembelajaran kooperatif, yakni: (a) saling ketergantungan positif, (b) tanggung jawab perseorangan, (c) tatap muka, (d) komunikasi antar anggota, (e) evaluasi proses kelompok.

(5)

16

17

dapat merangsang siswa lebih bergairah dalam belajar. Hal sejalan yang dikemukakan oleh Sanjaya (2007: 242) pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran dengan menggunakan sistem pengelompokan/tim kecil, yaitu antara 4-6 orang yang mempunyai latar belakang kemampuan akademik, jenis kelamin, ras, atau suku yang berbeda (heterogen).

Menurut Sanjaya (2007: 244) karakteristik pembelajaran kooperatif yaitu (a)Pembelajaran secara tim: tim merupakan tempat untuk menyampaikan tujuan yang bersifat heterogen. Oleh karena itu, tim harus mampu menbuat setiap siswa belajar. Semua anggota tim harus saling membantu untuk mencapai tujuan pembelajaran. Untuk itulah kriteria keberhasilan pembelajaran ditentukan oleh keberhasilan tim. (b) Didasarkan pada manajemen kooperatif : manajemen mempunyai empat fungsi pokok yaitu: fungsi perencanaan, fungsi organisasi, fungsi pelaksanaan, dan fungsi kontrol. Demikian juga dalam pembelajaran kooperatif.(c) Kemauan untuk bekerja sama (d) Keberhasilan pembelajaran kooperatif ditentukan oleh keberhasilan secara kelompok. Oleh sebab itu, prinsip bekerjasama selalu ditekankan dalam proses pembelajran kooperatif. Misalnya, yang pintar perlu membantu yang kurang pintar.(e)Keterampilan bekerja sama. Menurut Jarolimele dan Parker (Isjoni, 2007: 245) mengatakan keunggulan yang diperoleh dalam model pembelajaran kooperatif ini adalah 1) Saling ketergantungan yang positif (2) Adanya pengakuan dalam merespon perbedaan individu (3) Sisa di libatkan dalam perencanaan dan pengelolaan kelas(4)Suasana kelas yang rileks dan menyenangkan(5) Terjalinnya hubungan yang hangat dan bersahabat antara siswa dan guru(6) Memiliki banyak kesempatan untuk mengekspresikan pengalaman emosi yang menyenangkan.Sedangkan kelemahan model pembelajaran kooperatif adalah:(1)Guru harus mempersiapkan pembelajaran secara matang, disamping itu memerlukan lebih banyak tenaga, pemikiran dan waktu (2) Agar proses pembelajaran berjalan dengan lancar maka dibutuhkan dukungan fasilitas, alat dan biaya yang cukup memadai(3) Selama kegiatan diskusi kelompok berlangsung, ada kecenderungan topik permasalahan yang sedang dibahas meluas sehingga banyak yang tidak sesuai dengan waktu yang telah ditentukan, dan(4) Saat diskusi kelas, terkadang didominasi seseorang hal ini mengakibatkan siswa yang lain menjadi passif.

Berdasarkan uraian diatas, model pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran yang mengutamakan kerja sama diantara siswa untuk mencapai tujuan pembelajaran. Dengan dilaksanakannya pembelajaran kooperatif secara berkesinambungan dapat dijadikan sebagai sarana bagi guru ubtuk melatih dan mengembangkan aspek kognitif, afektif, dan psikomotor siswa, khususnya keterampilan sosial untuk bekal hidup bermasyarakat.

1. Sintaks Model Pembelajaran Kooperatif

(6)

kelompok-kelompok belajar, (4) membimbing kelompok bekerja dan belajar, (5) evaluasi, dan (6) memberikan penghargaan.

Berikut dikemukakan peran guru pada setiap fase dalam sintaks pembelajaran kooperatif.

F A S E PERAN GURU

1. Menyampaikan tujuan dan

memotivasi siswa Guru menyampaikan semua tujuan pembelajaran yang ingin dicapai, memotivasi siswa dengan apersepsi, menyampaikan kegunaan praktis materi pembelajaran, dan menjelaskan strategi pembelajaran yang digunakan. 2. Menyajikan informasi Guru menyajikan informasi kepada

siswa yang disesuaikan dengan

pendekatan dan metode pembelajaran yang dipilih.

3. Mengorganisasi siswa ke dalam kelompok belajar

Guru mengarahkan siswa untuk membentuk kelompok belajar yag heterogen, dan membantu setiap kelompok melakukan transisi secara efisien.

4. Membimbing kelompok

bekerja dan belajar Guru membimbing kelompok-kelompok belajar pada saat mereka mengerjakan tugas melalui LKS.

5. Evaluasi Guru mengevaluasi hasil belajar dengan memintah wakil setiap kelompok

mempresentasikan hasil kerja kelompok, atau memberikan kuis secara individu.

6. Memberikan penghargaan Guru memberikan penghargaan

terhadap hasil kerja siswa, baik secara individu maupun secara kelompok. 2. Melaksanakan Pembelajaran Kooperatif

Berikut dikemukakan prinsip-prinsip pelaksanaan pembelajaran kooperatif yang dirangkum dari pendapat Mohamad Nur (2000), Degeng (2000) (1) Penyusunan Kelas :.(2) Ukuran Kelompok. (3) Menetapkan Siswa dalam Kelompok. (4) Mengubah Kelompok Secara Periodik: (5) Menyiapkan Siswa untuk Bekerja Kooperatif

(7)

ketergantungan positif. Oleh karena itu, evaluasi pembelajaran kooperatif harus menggabungkan nilai individu dan nilai kelompok.

Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD

Menurut Slavin, dalam bukunya cooperative learning model pembelajaran kooperatif terdiri atas student team achievement division (STAD) adalah model pembelajaran uang menyajikan materi sederhana dan tugas utama seorang siswa adalah menyelesaikan lembar kerja dengan cara kerja sama.

Model pembelajaran kooperatif yang dipilih oleh peneliti adalah Student Team Active Division (STAD) yang dianggap salah satu tipe pendekatan untuk belajar koperatif yang mudah dilaksanakan dalam tahap perkenalam. Model pembelajaran kooperatif tipe STAD dipilih penulis karena penyajian materi pelajaran yang disampaikan adalah sederhana dan tugas utama siswa adalah menyelesaikan lembar kerja dengan cara bekerja sama. Selaian itu juga model pembelajaran kooperatif tipe STAD menggunakan kuis-kuis individual pada tiap akhir pelajaran.

Slavin (2009: 14) mengemukakan Student Tean Achievement Division (STAD) merupakan salah satu metode pembelajaran kooperatif yang paling sederhana, dan merupakan model yang paling baik untuk permulaan bagi para guru yang baru menggunakan pendekatan kooperatif.

Slavin (2009: 14) mengemukakan, student team achievement division (STAD) terdiri atas lima komponen utama yaitu: a) Prestasi kelas ( b)Tim: terdiri dari 4 atau 5 siswa yang mewakili seluruh bagian dari kelas dalam hal kinerja akademik, jenis kelamin, ras, dan etnitas.(c) Skor kemajuan individual (d) Rekognisi tim (e) Skor kemajuan individual digunakan untuk menentukan poin kemajuan siswa.

Menurut Slavin (2009: 159) untuk menghitung skor individual. Perhatikan tabel berikut ini :

Tabel 2. 1. Perhitungan skor perkembangan

No Kriteria Nilai peningkatan

1. 2. 3. 4.

Nilai kuis /tes terkini lebih dari 10 diatas nilai awal

Nilai kuis /tes terkini sama dengan nilai awal dengan 10 diatas nilai awal

Nilai kuis /tes terkini turun 1 sampai dengan 10 poin dibawah nilai awal

Nilai kuis /tes terkini turun lebih dari 10 poin dibawah nilai awal

30 20 10 5

Penghargaan kelompok diberikan berdasarkan rata-rata nilai peningkatan yang diperoleh masing-masing kelompok dengan memberikan yang diperoleh masing-masing kelompok dengan memberikan predikat cukup, baik, sangat baik, dan sempurna.

Kriteria untuk status kelompok (Muslimin dkk, 2000)

(8)

b. Baik, bila rata-rata nilai peningkatan kelompok antara 15 dan 20 (15 ≤rata-rata nilai peningkatan kelompok <20)

c. Sangat baik, bila rata-rata nilai peningkatan kelompok antara 20 dan 25 (20 ≤rata-rata nilai peningkatan kelompok < 25)

d. Sempurna, bila rata-rata nilai peningkatan kelompok antara lebih atau sama dengan 25( rata-rata nilai peningkatan kelompok ≥ 25

Berdasarkan skor perhitungan yang diperoleh anggota, dirata-rata. Hasilnya untuk menentukan kriteria penghargaan kelompok (Wijayanti,2000: 89) pada tabel 2.2.

Tabel 2. 2. Kriteria penghargaan kelompok tipe STAD

No. Rata-rata tim Penghargaan

1. 2. 3.

10 – 14 15 – 20 > 20

Tim baik Tim hebat Tim super

METODE PENELITIAN

Penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (PTK) yang berbasis kelas (Class Action Research), tindakan dilakukan dengan menerapkan model pembelajaran Tipe Student Teams-Achievement Divisions (STAD) pada pembelajaran matematika,Subjek penelitian dalam PTK ini adalah seluruh siswa kelas VIII-B SMP Negeri 1 Bungoro Pangkep, sebanyak 40 orang. Sumber data adalah guru dan siswa kelas VIII-I SMP Negeri 1 Bungoro, berlokasi pada SMP Negeri 1 Bungoro kabupaten pada Tahun Pelajaran 2012/2013 semester ganjil

Teknik dan Alat pengumpul Data

Teknik-teknik yang digunakan untuk mengumpulkan data adalah dengan pengamatan, pemberian tes, dan penyebaran angket. Jenis data yang diperoleh adalah data kualitatif dan data kuantitatif. Cara mengumpulkan data yang akan diambil melalui: (1) Observasi pembelajaran oleh guru, (2) aktivitas siswa, (3) tes hasil belajar.

Alat pengumpulan data :Instrumen pengamatan aktivitas siswa, Lembar observasi pembelajaran berupa catatan guru model dan observer, Instrumen keterlaksanaan pembelajaran guru, Tes hasil belajar siswa pada akhir pembelajaran, Lembar respon siswa terhadap pembelajaran Teknik Analisis Data

(9)

yang ditetapkan oleh Departemen Pendidikan Nasional tahun 2006 (Buhaerah,2009: 178) yaitu sebagai berikut:

Kemampuan 85% - 100% atau skor 85 - 100 dikategorikan sangat tinggi.

Kemampuan 65% - 84% atau skor 65 - 84 dikategorikan tinggi Kemampuan 55% - 64% atau skor 55 - 64 dikategorikan cukup. Kemampuan 35% - 54% atau skor 35 - 54 dikategorikan rendah. Kemampuan 0% - 34% atau skor 0 - 34 dikategorikan sangat rendah.

Untuk mengetahui kualitas keterlaksanaan pembelajaran kooperatif (RPP) oleh guru, dengan menghitung jumlah butir-butir yang terlaksana dibagi jumlah butir seluruhnya kali 100%. Sedangkan

Pembelajaran yang dilaksanakan guru dikategorikan terlaksana apabila minimal dalam kategori terlaksana dengan baik.

Untuk mengetahui aktivitas siswa selama proses pembelajaran , dengan menghitung jumlah butir-butir aktivitas siswa yang terlaksana sesuai dengan rencana pembelajaran dibagi jumlah butir seluruhnya kali 100%. maka criteria keaktifan siswa ditentukan dengan menggunakan skala sebagai berikut:

F. Indikator Kinerja

Indikator kinerja hasil belajar siswa mencakup beberapa komponen, yakni komponen kemampuan siswa melakukan tugas-tugas belajar selama proses pembelajaran dalam bentuk LKS (keaktifan siswa), kemampuan siswa mengerjakan test akhir hasil belajar berupa kuis dan respon siswa terhadap pelaksanaan pembelajaran serta pengalaman belajarnya.

Siswa dinyatakan tuntas belajar apabila rata-rata penilaian semua indicator yang diukur minimal sebesar 65. Kriteria ini sesuai dengan KKM pada KTSP SMP Negeri 1 Bungoro, khususnya pada indicator-indikator yang materinya menjadi materi ajar ketika penelitian dilakukan. Batasan minimal ketuntasan tersebut berdasarkan penilaian yang dilakukan secara individual. Kelas dinyatakan tuntas belajar apabila minimal 85% siswa mencapai ketuntasan minimal (Mulyasa, 2003:99).

G. Prosedur Penelitian

Penelitian ini dilakukan dalam dua siklus, masing-masing diselesaikan selama 3 kali pertemuan pada siklus I dan 3 kali pertemuan pada siklus II. Prosedur penelitian dilakukan melalui kegiatan yang dilakukan secara bersiklus mulai perencanaan tindakan, pelaksanaan tindakan dan pengumpulan data, analisis dan interpretasi data, dan refleksi dan tindak lanjut dengan berdasar pada observasi tiap siklus yang akan dilaksanakan maka dapat digambarkan rancangan dan prosedur penelitian sebagai berikut:

a. Tahap Perencanan.

(10)

instrument keterlaksanaan pembelajaran guru, untuk merekam pembelajaran dan situasi di kelas,

5) Membagi siswa kedalam kelompok heterogen yang beranggotakan 4 – 5 orang 6) Merancang instrumen tes akhir belajar siswa berupa kuis 7)Merancang criteria penghargaaan Kelompok

Tahap Pelaksanaan.

. Langkah-langkah pembelajaran kooperatif yang dilakukan dibagi dalam tiga bagian, berdasarkan sintaks pembelajaran kooperatif STAD meliputi kegiatan awal, kegiatan inti, dan kegiatan akhir dengan tahapan sebagai berikut

(1)Kegiatan Pendahuluan berlangsung 10-15 menit dengan Fase – 1. Guru menyampaikan tujuan dan memotivasi siswa belajar.(2)Kegiatan inti berlangsung 60 menit meliputi :Fase ̶ 2. Guru menyampaikan informasi kepada siswa. Fase – 3 . Guru mengorganisasikan siswa ke dalam kelompok-kelompok belajar..Fase – 4. Membimbing kelompok bekerja dan belajar. Fase – 5 Evaluasi. Fase – 6 . Memberikan penghargaa. (3)Kegiatan akhir berlangsung 10 menit mengarahkan siswa membuat rangkuman tentang materi pembelajaran berupa, fakta, konsep dan memberikan kesempatan siswa membacakan.Kemudian memberikan tugas di rumah dan menyampaikan materi pada pertemuan selanjutnya. Tahap Observasi : Observasi dilakukan pada setiap pertemuan mulai dari awal pembelajaran sampai pelajaran berakhir. Hasil pengamatan yang diperoleh dari observasi tersebut dilolah selanjutnya direfleksikan untuk menjadi bahan pertimbangan dan perbandingan untuk tindakan selanjutnya Tahap Analisis dan Refleksi danTahap Rencana Tindak Lanjut Hasil Penelitian Dan Pembahasan

Hasil penelitian tindakan yang dibagi dalam dua siklus akan dianalisis dengan menggunakan statistik deskriptif, Sedangkan data-data perubahan sikap dan aktivitas siswa yang diperoleh dari hasil observasi secara umum dianalisis secara kuantitatif dan kualitatif.

Data yang dikumpulkan dari observasi pelaksanaan tindakan berupa: (1) (2)aktivitas guru dalam pembelajaran (3) aktivitas siswa selama pelaksanaan pembelajaran (4) hasil belajar siswa meliputi hasil tes akhir belajar (5) respon siswa.

A. Deskripsi Hasil Penelitian siklus 1

a.Keterlaksanaan Pembelajaran Kooperatif (RPP)

Dalam keterlaksanaan RPP pembelajaran pengamatan difokuskan kepada aktivitas guru selama melaksanakan pembelajaran kooperatif dan menfasilitasi aktivitas siswa di dalam kelompok kooperatif

Hasil analisis data aktivitas guru dalam pembelajaran kooperatif siklus I menunjukkan bahwa pelaksanaan pembelajaran siklus I mencapai rata-rata keterlaksanaan sebesar 84,3% yang dapat dikategorikan baik. b. Aktivitas siswa dalam pembelajaran Kooperatif

(11)

melakukan kegiatan diluar tugasnya. Pada Kegiatan akhir terdapat 83,3% siswa sangat aktif dalam kegiatan pembelajaran pembelajaran,sedangkan 17% siswa yang masih melakukan kegiatan dluar tugas .Namun sepanjang proses pembelajaran pada siklus I pelaksanaan pembelajaran mencapai persentase 81,7%. Hal ini menunjukkan secara klasikal aktivitas siswa dalam pembelajaran aktif Data Hasil Belajar Siswa

Hasil analisis data hasil belajar yang diperoleh dengan model pembelajaran tipe STAD siklus I . Berdasarkan hasil analisis data hasil belajar STAD pada siklus 1, dapat deskripsikan bahwa pencapaian rata-rata sebesar 75,65 dengan standar deviasi 15,86 pada rentangan nilai 40 hingga 100. Ini berarti pencapaian rata-rata tersebut menunjukkan tingkat penyebaran nilai yang tinggi pada kelompok siswa

Selanjutnya untuk melihat persentase hasil belajar model pembelajaran kooperatif tipe STAD , Apabila skor rata-rata hasil belajar siswa pada siklus I dikelompokkan kedalam lima kategori, maka akan diperoleh distribusi nilai rata-rata hasil belajar dari 40 siswa yang menjadi subjek penelitian ini terdapat 12 siswa (30%) dikategorikan memiliki kemampuan sangat tinggi, 18 siswa (45%) pada kategori tinggi, 5 siswa (12,5%) pada kategori sedang, 5 siswa (12, 5%) berada pada kategori rendah dan tidak terdapat siswa pada kategori amat rendah

Deskripsi secara kuantitatif ketuntasan hasil belajar kooperatif tipe staf matematika siswa setelah pemberian tindakan pada Siklus I dari 40 orang siswa kelas VIII B SMP Negeri 1 Bungoro terdapat 30 siswa (75%) siswa yang tuntas sedangkan masih terdapat 10 orang siswa (25%) yang belum tuntas. . Sesuai dengan kriteria pencapaian hasil belajar yang menjadi acuan, maka rata-rata pencapaian hasil belajar koperatif tipe STAD siklus 1 tersebut dalam kategori belum tuntas secara klasikal.

Data kualitatif Pelaksanaan Pembelajaran Kooperatif Siklus 1 Hasil pelaksanaan tindakan pembelajaran kooferatif tipe STAD yang telah dilakukanakan direflesksikan dengan menggunakan data hasil observasi pembelajaran yakni keterlaksanaaan pembelajaran kooperatif (RPP) berupa aktivitas guru dan aktivitas siswa selama proses pembelajaran meliputi kegiatan awal,kegiatan inti dan kegiatan akhir sebagai berikut.

Aktivitas guru dalam pembelajaran kooperatif

Kegiatan Pendahuluan berlangsung 10-15 menit dengan Fase – 1. Guru menyampaikan tujuan dan memotivasi siswa belajar. Guru memulai pelajaran dengan kegiatan apersepsi dan motivasi, dengan mengaitkan materi yang akan dibahas dengan pengetahuan awal siswa untuk menggali materi prasyarat melalui tanya jawab. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran. Motivasi dilakukan dengan cara menyampaikan tujuan pelajaran dan menyampaikan pentingya atau kegunaan mempelajari materi pada kehidupaan sehari-hari. Kemudian guru menginformasikan dan mengenalkan secara garis besar model pembelajaran yang akan dilaksanakan.

(12)

memasuki materi baru, kemudian menjelaskan prosedur pembelajaran yang akan dilakukan selama proses pembelajaran. Fase – 3 Guru mengorganisasikan siswa ke dalam kelompok-kelompok belajar. Guru mengelompokkan siswa kedalam tempat duduknya sesuai kelompoknya kemudian membagikan materi ajar seperti bahan ajar (LKS),bacaan siswa. Kemudian menjelaskan cara menggunakan bahan ajar (LKS).selanjutnya menyampaikan cara kerja kelompok dengan cara berdiskusi secara bersama-sama. Fase – 4. Membimbing kelompok bekerja dan belajar. Guru membimbing serta memfasilitasi kelompok-kelompok pada saat mengerjakan tugas melalui LKS. Fase – 5 Evaluasi. Guru mengevaluasi hasil belajar tentang materi yang telah dipelajari dengan meminta wakil setiap kelompok mempresentasekan hasil kerja kelompoknya, kemudian melakukan penguatan selanjutnya Guru memberi kuis berupa tes akhir proses belajar yang dikerjakan secara individu. Fase – 6 . Memberikan penghargaan. Guru memberi penghargaan untuk menghargai proses belajar maupun hasil belajar individu dan kelompok. Penghargaan terkait proses belajar siswa secara berkelompk langsung disampaikan oleh guru, sedangkan penghargaan berupa hasil belajar pertemuan sebelumnya ditempelkan dipapan pengumuman diluar kelas pembelajaran

Kegiatan akhir berlangsung 15 menit . Guru mengarahkan siswa membuat rangkuman tentang materi pembelajaran berupa, fakta, konsep dan memberikan kesempatan siswa membacakan atau mengemukakan dengan bahasa atau kata kata sendiri . Guru memberikan tugas di rumah dan menyampaikan materi pada pertemuan selanjutnya.pada pertemuan pertama kegiatan akhir tidak terlaksana karena kehabisan waktu

Aktivitas siswa dalam pembelajaran kooperatif

Kegiatan Pendahuluan berlangsung 10 menit dengan .Fase – 1. Guru menyampaikan tujuan dan memotivasi siswa belajar. Siswa mendengarkan penjelasan guru kemudian menyimak penyampaian guru dan siswa diharapkan termotivasi untuk belajar.

(13)

kelompok. Siswa sangat antusias terhadap penghargaan yang diberikan dengan bertepuk tangan dan meneriakkan yel-yel

Kegiatan akhir berlangsung 15 menit Siswa membuat rangkuman tentang materi pembelajaran berupa, fakta, konsep kemudian siswa membacakan atau mengemukakan dengan bahasa atau kata kata sendiri . Siswa mencatat tugas di rumah untuk materi pada pertemuan selanjutnya.pada pertemuan pertama kegiatan akhir tidak terlaksana karena kehabisan waktu

Tindak lanjut pelaksanaan tindakan pembelajaran

Tindak lanjut merupakan tindakan perbaikan dari hasil refleksi siklus 1 pada beberapa aspek pembelajaran, yakni kegiatan awal, kegiatan inti, dan kegiatan akhir.

1) Guru perlu memikirkan teknik atau cara memberi apersepsi agar siswa berpartisipasi aktif pada awal pembelajaran , merangsang siswa dalam menjawab setiap pertanyaan guru serta merangsang siswa mengajukan pertanyaan dan mengemukakan pendapatnya, 2)Pada kegiatan inti, yang perlu ditindaklanjuti adalah. Pada fase 2 Perlu menyampaikan informasi yang mampu mengantar siswa dan memberi gambaran tentang materi yang akan dipelajari siswa dalam belajar dan bekerja kelompok, sehingga dapat gambaran tentang apa yang akan dioelajari. Pada fase 3: guru harus memperhatikan aktivitas kelompok dalam belajar yang tidak efekti Pada fase 4 dalam aspek materi ajar :Menyusun bahan ajar ( LKS) yang didukung dengan bahan bacaan yang sesuai kompetensi yang akan dicapai dan sesederhana mungkin Pada fase 5 memberi kesempatan lebih banyak kepada setiap kelompok untuk mempresentasekan atau menuliskan jawaban dipapan tulis. tu yang lama.Pada fase 6 merancang penghargaan yang diberikan untuk merangsang motivasi dan antusias siswa dalam belajar. Pada kegiatan akhir, mengoptimalkan penggunaan waktu sehingga kegiata akhir dapat terlaksana

B. Deskripsi Hasil Penelitian Siklus II

a.Aktivitas Guru dalam Pembelajaran Kooperatif

Aktivitas guru yang diamati difokuskan kepada kegiatan guru selama melaksanakan pembelajaran secara kooperatif dan menfasilitasi aktivitas siswa di dalam kelompok kooperatif Hasil analisis data aktivitas guru dalam pembelajaran kooperatif siklus II menunjukkan bahwa pelaksanaan pembelajaran siklus II mencapai rata-rata sebesar 98,1% yang dapat dikategorikan sangat baik.

b. Aktivitas siswa dalam pembelajaran kooperatif

Hasil observasi data aktivitas siswa selama proses pembelajaran pada siklus II

(14)

pelaksanaan pembelajaran secara keseluruhan sangat aktif mencapai persentase 94,8%. Ini berarti keaktifan klasikal tercapai.

c. Hasil Belajar Siswa

Hasil analisis data hasil belajar yang diperoleh dengan model pembelajaran tipe STAD siklus II dapat deskripsikan bahwa pencapaian rata-rata sebesar 86,07 dengan standar deviasi 12,56 pada rentangan nilai 62,20 hingga 100. Ini berarti pencapaian rata-rata tersebut menunjukkan tingkat penyebaran nilai yang tinggi pada kelompok siswa

Selanjutnya persentase hasil belajar model pembelajaran kooperatif tipe STAD , Apabila skor rata-rata hasil belajar siswa pada siklus 2 dikelompokkan kedalam lima kategori, maka akan diperoleh distribusi nilai rata-rata hasil belajar dari 40 siswa yang menjadi subjek penelitian ini terdapat 24 siswa (60%) dikategorikan memiliki kemampuan sangat tinggi, 15 siswa (32,5%) pada kategori tinggi, 3 siswa (7,5%) pada kategori sedang, tidak terdapat siswa yang berada pada kategori rendah dan amat rendah

Deskripsi secara kuantitatif ketuntasan hasil belajar kooperatif tipe staf matematika siswa setelah pemberian tindakan pada Siklus I dari 40 orang siswa kelas VIII B SMP Negeri 1 Bungoro terdapat 3 siswa (7,5%) siswa yang belum tuntas sedangkan terdapat 37 orang siswa (92,5%) yang tuntas. . Sesuai dengan kriteria pencapaian hasil belajar yang menjadi acuan, maka rata-rata pencapaian ketuntasan hasil belajar koperatif tipe STAD siklus 1 tersebut secara klasikal dalam kategori tuntas .

c. Respon Siswa terhadap Pembelajaran Kooperatif

Dari hasil analisis terhadap respon siswa sebanyak 40 orang diperoleh bahwa 80% siswa menganggap cara belajar dan cara guru mengajar dalam pembelajaran kooperatif merupakan hal yang baru bagi mereka, belajar kelompok memudahkan memahami materi (85%), Siswa menyatakan senang terhadap cara belajar kelompok dan cara mengajar guru. Tanggapan ini menunjukan adanya respon positif siswa terhadap kegiatan pembelajaran kooperatif STAD. Hal ini didukung oleh respon siswa 85%yang menyatakan senang belajar kelompok dan 90% siswa berminat mempelajari pokok bahasan lain melalui pembelajaran kooperatif .

Secara klasikal, terdapat 32 orang siswa (83%) yang memberikan respon positif pada butir pernyataan yang diajukan kepada siswa. Hal Ini menunjukkan respon secara klasikal yang dicapai positif

B. Data kualitatif

Refleksi terhadap hasil pelaksanaan tindakan pembelajaran kooperatif dilakukan pada hasil-hasil penelitian yang belum optimal pada siklus 1 dengan menggunakan data hasil observasi pembelajaran yakni keterlaksanaaan pembelajaran kooperatif berupa aktivitas guru dan aktivitas siswa selama proses pembelajaran meliputi kegiatan awal,kegiatan inti dan kegiatan akhir sebagai berikut

Aktivitas guru dalam pembelajaran kooperatif

Kegiatan Pendahuluan berlangsung 10 menit. Fase – 1. Guru menyampaikan tujuan dan memotivasi siswa belajar.

(15)

penjelasan yang berhubungan dengan materi inti melalui contoh atau lewat bahan bacaan sebagai pengantar untuk menyelesaikan tugas-tugas belajarnya, kemudian menjelaskan prosedur pembelajaran yang akan dilakukan selama proses pembelajaran Fase – 3. Guru mengorganisasikan siswa ke dalam kelompok-kelompok belajar. Guru menata atau mengatur ulang anggota kelompok yang tidak efektif , kemudian membagikan materi ajar seperti bahan ajar (LKS),bacaan siswa. Selanjutnya menjelaskan cara menggunakan bahan ajar (LKS),Fase – 4. Membimbing kelompok bekerja dan belajar. Guru memonitor atau mengawasi dan mendatangi setiap kelompok secara bergantian, kemudian membimbing serta memfasilitasi kelompok-kelompok pada saat mengerjakan tugas melalui LKS. dan menjawab pertanyaan pertanyaan yang diajukan setiap kelompok yang mengalami kesulitan, Fase – 5 Evaluasi. Guru mengevaluasi hasil belajar tentang materi yang telah dipelajari dengan meminta wakil setiap kelompok mempresentasekan hasil kerja kelompoknya, kemudian melakukan penguatan selanjutnya memberi kuis secara individu. Fase – 6 . Memberikan penghargaan. Guru memberi penghargaan untuk menghargai upaya maupun hasil belajar individu dan kelompok.Penghargaan terkait proses belajar siswa langsung disampaikan oleh guru, sedangkan penghargaan berupa hasil belajar pertemuan sebelumnya dibacakan kemudian ditempelkan dipapan pengumuman

Kegiatan akhir berlangsung 10 menit . Di mulai dengan guru mengarahkan siswa membuat rangkuman tentang materi pembelajaran berupa, konsep dan memberikan kesempatan siswa membacakan atau mengemukakan dengan dengan bahasa atau kata kata sendiri .Kemudian memberikan tugas di rumah dan menyampaikan materi pada pertemuan selanjutnya.

aktivitas siswa dalam pembelajaran kooperatif

Kegiatan Pendahuluan berlangsung 10 menit dengan. Fase – 1. Guru menyampaikan tujuan dan memotivasi siswa belajar. Siswa mendengarkan dan menyimak motivasi serta tujuan pembelajaran yang disampaikan guru. Pada umunya siswa merespon pertanyaan dari guru dengan sangat antusias dalam menjawab pertanyaan.

(16)

Setiap Kelompok menunjuk wakilnya untuk mempresentasekan hasil kerja kelompoknya , kemudian kelompok lain menanggapinya. Siswa sangat antusias dalam menanggapi kelompok lain,selanjutnya siswa mengerjakan kuis secara individu. Fase – 6 . Memberikan penghargaan. Kelompok yang mendapat kategori tim super dua kali mendapat hadiah khusus dari guru

Kegiatan akhir berlangsung 10 menit . Siswa membuat rangkuman tentang materi pembelajaran berupa konsep kemudian siswa membacakan atau mengemukakan dengan dengan bahasa atau kata kata sendiri .Siswa mencatat tugas di rumah materi pada pertemuan selanjutnya.

Pembahasan

Faktor yang diteliti pada penelitian ini meliputi tiga variable utama, yaitu (1) pelaksanaan penerapan pembelajaran kooperatif tipe stad, yaitu aktivitas guru dan dan aktivitas siswa pada pada pembelajaran matematika (2) hasil belajar siswa melalui pembelajaran kooperatif (3) respon siswa yang sebagai penilaian diri siswa.

Berdasarkan pengamatan pelaksanaan tindakan penelitian dengan mempelajari analisis dan interpretasi data dari siklus I ke siklus II serta dari hasil pemberian tes hasil belajar maka akan dibahas sebagi berikut: Hasil analisis kuantitatif

Hasil deskriptif di atas menunjukkan bahwa pelaksanaan pembelajaran kooperatif tipe STAD selama dua siklus yakni aktivitas guru dan aktivitas siswa serta hasil belajar siswa mengalami peningkatan. Pada Siklus I, pelaksanaan aktivitas guru pada pembelajaran siklus I mencapai rata-rata keterlaksanaan sebesar 84,3% yang dapat dikategorikan baik, meningkat pada siklus II mencapai rata-rata keterlaksanaan 98,1 % dengan kategori sangat baik. Aktivitas guru yang sangat baik berdampak pada peningkatan aktivitas siswa dan hasil belajar

Aktivitas siswa pada siklus I mencapai skor rata-rata seluruh kegiatan 83% dengan sangat aktif pada siklus II aktivitas siswa mencapai rata-rata seluruh kegiatan 91% dengan keaktifan sangat aktif.

Sedangkan skor hasil belajar siswa pada siklus I mencapai skor rata-rata 75,65 dengan standar deviasi 15,86, yang apabila dikategorikan ke dalam skala lima berada pada kategori tinggi. dan rata-rata skor siswa pada Siklus II meningkat dengan rata-rata skor hasil belajar siswa adalah 86,07 dengan standar deviasi 12,69 yang bila dikategorikan ke dalam skala lima berada pada kategori sangat tinggi. Hal ini berarti pembelajaran matematika siswa KelasVIII-B SMP Negeri 1 Bungoro, yaitu dari kategori tinggi menjadi kategori sangat tinggi setelah penerapan pembelajaran penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD.

Hasil analisis deskriptif menunjukkan bahwa terjadi peningkatan jumlah siswa yang tuntas belajar setelah pemberian tindakan selama dua siklus, yaitu pada Siklus I terdapat 30 orang siswa (75 %) yang tuntas belajar dan pada Siklus II meningkat menjadi 37 orang siswa (92,5 %). Dengan demikian pada Siklus II ketuntasan belajar secara klasikal tercapai.

Hasil analisis kualitatif

(17)

dengan sintaks pembelajaran kooperatif STAD yang terdiri atas enam fase. Namun demikian, guru belum dapat melaksanakannya secara optimal. Namun aktivitas guru dalam kegiatan secara keseluruhan pada siklus I sudah berjalan dengan baik

Aktivitas siswa dalam kelompok pada siklus I belum optimal terdapat beberapa kelompok yang tidak mampu menyelesaikan tugas-tugasnya. disebabkan siswa yang berkemampuan lebih tinggi dalam membantu siswa lainnya belum terjadi dengan baik. Demikian juga sebaliknya, siswa yang berkemampuan lebih rendah dalam meminta bantuan kepada temannya yang kemampuannya lebih tinggi belum terjadi secara optimal, Adanya kecenderungan siswa untuk bertanya langsung kepada guru tanpa mendiskusikan lebih dahulu dengan teman kelompoknya membuat kerja kelompok tidak optimal dan sangat lamban, sehingga masih terdapat kelompok yang mendapat nilai penghargaan cukup . .

Pada siklus II pembelajaran kooperatif sudah terlaksana dengan sangat baik guru sudah membimbing dan mengarahkan siswa dengan memberikan bantuan seperlunya dengan mendatangi masing-masing kelompok yang membutuhkan bantuan. Aktivitas siswa sudah menampakkan adanya kemajuan. Hal ini terlihat dengan semakin kurangnya siswa yang bertanya pada guru mereka mulai bertanya pada anggota kelompoknya atau cara berdiskusi mengerjakan tugas pada LKS yang diberikan sehingga soal-soal pada LKS dapat terselesaikan. Rasa percaya diri siswa juga mulai tumbuh dengan semakin banyaknya siswa yang angkat tangan untuk mewakili kelompoknya untuk mempersentasikan hasil pekerjaan kelompoknya dan menanggapi persentase dari kelompok lain, siswa sangat antusias menanggapi kelompok lain terlebih lagi kelompok yang memberi tanggapan diberikan penghargaan. Sedangkan dalam mengerjakan kuis penilaian siswa sangat antusias bahkan berlomba lomba untuk menyelesaikan dan mengumpulkan pekerjaannya

Pada siklus II diadakan pergantian anggota antar kelompok yang tidak efektif. Aktivitas siswa yang melakukan kegiatan diluar pembelajaran sangat kurang karena pada umumnya siswa memahami prosedur kerja dari model pembelajaran kooperatif tipe STAD sehingga interaksi kelompok berjalan lancar, Meningkatnya frekuensi kehadiran siswa dari siklus I ke siklus II. Ini menunjukkan bahwa siswa memiliki kemauan dan kesungguhan untuk mengikuti pelajaran. Perhatian siswa pada proses pembelajaran dari siklus I ke siklus II memperlihatkan adanya peningkatan dengan semakin banyaknya siswa yang memperhatikan pelajarannya. Keaktifan siswa pada proses belajar mengajar mengalami peningkatan dari siklus I ke siklus II, ditandai dengan semakin berkurangnya siswa tidak fokus terhadap tugas belajar yang diberikan. Timbulnya kesadaran pada diri siswa ditandai dengan berkurangnya jumlah siswa yang melakukan kegiatan lain (ribut, bermain, menganggu teman, dan lain-lain) pada saat proses pembelajaran dari siklus I ke siklus II

(18)

pembelajaran berpengaruh kepada peningkatan motivasi belajar siswa dan pada akhirnya akan berpengaruh pula terhadap hasil belajar siswa. Hal ini terlihat pada hasil belajar matematika siswa berdasarkan kategori kemampuan untuk setiap minggunya semakin meningkat.

Dari penjelasan diatas, diperoleh bahwa pembelajaran matematika dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe STAD pada siswa kelas Negeri VIII SMP Neger 1 Pangkep dengan materi pelajaran relasi menunjukkan hasil yang baik karena kemampuan siswa dalam menyelesaikan tes hasil belajar sangat memuaskan meskipun tidak 100% siswa yang tuntas belajarnya, namun hasil yang diperoleh sudah dapat digunakan untuk menyatakan bahwa pembelajaran dengan penerapan model kooperatif tipe STAD dapat meningkatkan hasil belajar siswa

Kesimpulan

Berdasarkan analisis dan pembahasan hasil-hasil penelitian maka dapat disimpulkan bahwa:1)Keterlaksanaan pembelajaran (RPP) kooperatif tipe STAD pada siklus I terlaksana dengan baik mencapai 84,3% meningkat pada siklus II terlaksana dengan sangat baik mencapai 98,1% (2) Skor rata-rata hasil belajar matematika siswa dengan pembelajaran kooperatif tipe STAD pada siklus I adalah 75,65 meningkat pada siklus II 86,07,jika dikategorikan dalam skala lima berada dalam kategori sangat tinggi.(3) aktivitas siswa dalam pembelajaran kooperatif tipe STAD pada umumnya sangat aktif dalam pembelajaran kooperatif pada sepanjang proses pembelajaran pada siklus I pelaksanaan pembelajaran mencapai persentase 81,7% meningkat pada siklui II mencapai persentase 94,8% jika dikategorikan dalam skala lima berada dalam kategori sangat aktif .Penerapan pembelajaran kooperatif tipe STAD dalam pembelajaran matematika dapat meningkatkan hasil belajar matematika siswa kelas VIII-B SMP Negeri 1 Bungoro. siswa mempunyai tanggapan positif terhadap model pembelajaran matematika secara kooperatif, sehingga meningkatkan motivasi belajar siswa,

Saran

(19)

DAFTAR PUSTAKA

Abdurrahman, Mulyono, 2003. Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar. Jakarta: Rineka Cipta.

Ahmadi, Abu dan Supriyono, Widodo. 2003. Psikologi Belajar (Edisi Revisi). Jakarta : Rineka Cipta

Buhaerah, 2009. Pengembangan Perangkat Pembelajaran Berdasarkan Masalah pada Materi statistika Dikelas IX SMP .Tesis: Program Pasca Sarjana UNM Makassar

Derman, 2008. Peningkatan Hasil Belajar Matematika Melalui Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Student Teams Achievement Division (STAD) Pada Siswa Kelas VII Smp Negeri 4 Baraka Kabupaten Enrekang. Parepare: Skripsi UMPAR.

Hamalik, Oemar, 2007. Proses Belajar Mengajar. Jakarta : PT. Bumi Aksara.

Hamalik, Oemar, 2008. Dasar-Dasar Pengembangan Kurikulum. Bandung : PT. Remaja Rosdakarya.

Hamalik, 2008. Proses Belajar Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara.

Hudoyo. 1990. Stategi Belajar Mengajar Matematika. Malang. IKIP Malang Isjoni, 2007. Cooperative Learning. Bandung : Alfabeta.

Ismail. 2003. Media Pembelajaran ( Model-model Pembelajaran) Dit.PLP. Dikdasmen

Ibrahim, M; Fida Rachmadiarti, Mohamad Nur, & Ismono. Pembelajaran Kooperatif, Pusat Sains dan Matematika Sekolah PPs UNESA, Surabaya, 2000.

Ibrahim, Muslimin & Nur, Mohammad. 2005. Pengajaran Berdasarkan Masalah. Edisi 2. Surabaya: University Press.

(20)

Muhibbin, Syah, 2003. Psikologi Belajar. Jakarta: Gaja Grafindo Persada. Mohamad Nur & Prima Retno Wikandari, Pengajaran Berpusat Kepada

Siswa dan Pendekatan Konstruktivis Dalam Pengajaran, Pusat Pendidikan Sains dan IPA Sekolah PPs UNESA, Surabaya, 2000. Rahma. 1997. Penerapan Model Belajar Perubahan Konseptual pada topic

Perbandingan di Kelas II SMP Khadijah Surbaya, Tesis : S2 PPs IKIP Surabaya

Sanjaya, Wina, 2007. Strategi Pembelajaran. Jakarta : Kencana.

Slameto, 2003.Belajar Dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhinya. Jakarta :Rineka Cipta.

Slavin ,Robert E, 2009. Cooperative Learning. Bandung : Nusa Media. Sardiman, 2007. Interaksi Dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: PT. Gaja

Grafindo Persada

Sudjana, Nana, 2003. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: Remaja Rosda Karya.

Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa Depdiknas, 2003. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka

Winkel, W.S. 1996. Psikologi Pengajaran. Jakarta: Grasindo.

Referensi

Dokumen terkait

Siswa menyimak penjelasan guru tentang pentingnya kasih sayang dalam keluarga dan rasa syukur atas karunia Tuhan Yang Maha Esa berupa keluarga yang bahagia.(communication) 22..

Menyusun daftar pertanyaan atas hal-hal yang belum dapat dipahami dari kegiatan mengmati dan membaca yang akan diajukan kepada guru berkaitan dengan materi Karakteristik

Artinya, sebagian besar dari 60 responden pengguna media sosial Twitter (std. deviasi= 0.873) menyadari dan dapat membedakan suatu merek yang memiliki dan tidak memiliki

Klik “ Instruments” dan pilih “ Initiate Run” maka akan muncul tampilan seperti dibawah ini ( sesuaikan parameter seperti dibawah ini | pilih run type ke sample, sample

Ukuran dan luas penampang, berat permeter panjang batang dan karakteristik penampang dari Gambar 5 adalah seperti pada Tabel

Bagi anda yang mempunyai masalah dengan jeraat dan kulit berminyak, anda dapat mencoba untuk menggunakan teh hijau untuk mengatasinya. aranya adalah dengan menuangkan teh hijau

Tujuan penelitian adalah (1) Menganalisis hubungan saluran pemasaran komoditi kakao dengan efisiensi masing-masing saluran pemasaran di daerah penelitian (2) Menganalisis

Masih rendahnya hasil belajar siswa pada tes awal ( Pre-test ) di kelas eksperimen dan kontrol, disebabkan kurangnya pemahaman siswa tentang materi virus sehingga