BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Teori Harmonisa
Harmonisa merupakan gangguan yang dalam distribusi tenaga listrik yang
disebabkan oleh adanya distorsi gelombang arus dan tegangan yang menyebabkan
adanya pembentukan gelombang-gelombang yang tidak sinusoidal atau dengan
frekuensi kelipatan bulat dari frekuensi fundamentalnya. Sehingga harmonisa dapat
menyebabkan cacat gelombang atau cacat Harmonisa adalah perubahan bentuk
gelombang akibat adanya komponen frekuensi tambahan. Pada sistem tenaga listrik
frekuensi kerja normal adalah 50 Hz atau 60 Hz tetapi, dalam aplikasi pemakaiannya
berdasarkan beban yang digunakan frekuensi arus dan tegangan dapat menjadi tidak
normal atau menjadi kelipatan dari frekuensi normal 50/60 Hz, hal inilah yang
disebut dengan harmonisasi.
Jika frekuensi ( f ) adalah frekuensi normal dari suatu sistem, maka frekuensi orde n ( 1,2,3...n ) adalah nf atau factor kelipatan dari frekuensi normal, sehingga frekuensi dapat berubah menjadi 100 Hz, 150 Hz dan seterusnya. Gelombang inilah
yang kemudian menumpang pada gelombang normal sehingga terbentuklah
gelombang tidak sinusoidal yang merupakan hasil dari penjumlahan antara
gelombang normal sesaat dengan gelombang harmonisanya.
Berikut merupakan Gambar yang menunjukkan bentuk gelombang normal
dan gelombang yang terkena distorsi harmonisa dan gabungan dari hasil penjumlahan
membentuk gelombang tidak sinusoidal lagi seperti gelombang normal pada
umumnya yang sinusoidal, [1], [2].
Gambar 2.1. Gelombang Perpaduan Antara Gelombang Harmonisa Dengan Gelombang Normal ( Ideal ) [1], [2]
Harmonisa berdasarkan dari urutan ordenya dapat dibedakan menjadi
harmonisa ganjil dan harmonisa genap, sesuai dengan namanya, harmonisa ganjil
adalah harmonisa ke 1,3,5,7,9,11 dan seterusnya, harmonisa ganjil yang paling
Gambar.2.2. Spektrum Urutan Orde Harmonisa [1],[2]
Teori yang dipakai untuk memahami gelombang harmonisa adalah deret
fourier, dimana deret fourier dapat menunjukkan komponen genap dan komponen
ganjil, dan persamaan umum dari deret fourier dapat ditulis dengan sistematis
menggunakan persamaan berikut [1],[2] :
ƒ(t) = 𝐴𝐴0+� �𝐴𝐴𝑛𝑛cos (2𝜋𝜋𝑛𝑛𝜋𝜋
Persamaan (2.1) di gunakan untuk gelombang yang berperiode berkelanjutan
dalam teori fourier hal- hal yang mengacu kepada persamaan (2.1) yaitu A0 (nilai rata
– rata dari fungsi x(t)), An dan Bn (koefisien deret) ketiga koefisien tersebut dapat
diturunkan seperti persamaan (2.2) dibawah ini [1.2] :
dimana : n adalah indeks harmonisa
Banyaknya aplikasi beban non linier pada sistem tenaga listrik telah membuat
arus menjadi sangat terdistorsi dengan persentase harmonisa arus, Tingginya
persentase kandungan harmonisa arus Total Harmonic Distortion atau disingkat dengan THD pada suatu sistem tenaga listrik dapat menyebabkan timbulnya beberapa
persoalan harmonisa yang serius pada sistem kelistrikan, menimbulkan berbagai
macam kerusakan pada peralatan listrik yang sensitive dan menyebabkan penggunaan energi listrik tidak teratur [9], [10], [11].
2.2 Sumber Harmonisa
Harmonisa dihasilkan karena berbagai jenis penggunaan peralatan yang
memiliki kondisi saturasi, peralatan elektronika daya dan beban non-linier, yaitu
sebagai berikut [9]:
1. Peralatan yang memiliki kondisi saturasi biasanya memiliki komponen
yang bersifat magnetik seperti transformator, mesin-mesin listrik, tanur
busur listrik, peralatan yang menggunakan power supply dan magnetic ballast.
2. Peralatan elektronika daya biasanya menggunakan komponen-komponen
elektronika seperti tirystor, dioda, dan lain-lain. Contoh peralatan yang menggunakan komponen elektronika daya adalah konverter PWM,
Inverter, pengendali motor listrik, electronic ballast, dan sebagainya. 3. Pada rumah tangga, beban non-linier terdapat pada peralatan seperti
2.3 Pengaruh Penggunaan Peralatan Elektronika Daya Terhadap Harmonisa Rangkaian elektronika daya merupakan suatu rangkaian listrik yang dapat
mengubah sumber daya listrik dari bentuk gelombang tertentu (seperti bentuk
gelombang sinussoidal) menjadi sumber daya listrik dengan bentuk gelombang lain (seperti gelombang non-sinusoidal) dengan menggunakan piranti semi-konduktor daya. Semi-konduktor daya memiliki peran penting dalam rangkaian elektronika
daya. Semi-konduktor daya dalam rangkaian elektronika daya umumnya dioperasikan
sebagai pensakelar (switching), pengubah (converting), dan pengatur (controlling) sesuai dengan unjuk kerja rangkaian elektronika daya yang
diinginkan.Penggunaanperalatan elektronika daya juga dapat merusak kualitas
tegangan dan arus sistem pada titik tertentu di jaringan sistem tenaga. Pada
titik-titik tersebut ditemukan komponen tegangan dan arus dengan frekuensi-frekuensi
kelipatan dari frekuensi fundamental, sehingga menimbulkan harmonisa [1],
[12],[13].
2.4 Pengaruh Harmonisa Pada Efesiensi Tegangan
Harmonisa adalah tegangan (Vac) dan arus dengan frekuensi yang merupakan
kelipatan bilangan bulat dari frekuensi dasar. Pada tahun-tahun sebelumnya harmonik
tidak lazim di sebagian besar industri akibat beban linier yang seimbang
𝑇𝑇𝑇𝑇𝑇𝑇𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑛𝑛𝑡𝑡𝑡𝑡𝑛𝑛:𝑇𝑇𝑇𝑇𝑇𝑇𝑇𝑇= �∑ 𝑉𝑉ℎ
Persamaan 2.5 dan 2.6 didefinisikan sebagai perbandingan nilai rms
komponen harmonik terhadap komponen dasar dalam (%). Indeks ini digunakan untuk mengukur penyimpangan (deviation) dari bentuk gelombang satu periode yang mengandung harmonik pada satu gelombang sinus sempurna. Untuk satu gelombang
sinus sempurna pada frekuensi dasar Total Harmonic Distortions (THD) adalah nol. Demikian pula pengukuran distorsi harmonik individual untuk tegangan dan arus
pada orde ke h didefinisikan sebagai Vh/V1 dan Ih/I1 [15].
Harmonik yang dihasilkan untuk meningkatkan jumlah beban non linier
seperti yang dijelaskan dibawah ini:
1. Ketika tegangan sistem linier tetapi beban non linier, saat akan terdistorsi dan menjadi non sinusoidal. Arus yang sebenarnya akan menjadi lebih tinggi dari arus yang akan diukur oleh amper meter atau alat ukur lainnya
pada frekuensi dasar.
2. Ketika sistem suplai itu sendiri mengandung harmonisa dan tegangan
sudah terdistorsi, beban linier akan menghadapi beban harmonik tegangan tersebut dan menarik arus harmonik terhadap sistem dan menghasilkan
urutan harmonisa arus yang sama
tambahan akan dihasilkan, sesuai dengan linieritas non-of beban dan karenanya akan lebih mindistorsi bentuk gelombang tegangan
2.5 Standar Distorsi Harmonisa IEC
Dalam hal ini standar yang digunakan sebagai batasan harmonisa adalah yang dikeluarkan oleh International Electrotechnical Commission (IEC) yang mengatur batasan harmonisa pada beban beban kecil satu fasa ataupun tiga fasa yang nilai arusnya lebih kecil dari 16 amper perfasa [1]. Untuk beban beban tersebut umumnya digunakan standar IEC 61000-3-2. Hal ini disebabkan karena belum adanya standar baku yang dihasilkan oleh IEEE. Pada standar IEC 61000-3-2, beban beban kecil tersebut diklasifikasikan dalam kelas A, B, C, dan D, dimana masing masing kelas mempunyai batasan harmonisa yang berbeda beda yang dijelaskan sebagai berikut[1], [2] :
1). Kelas A menyangkut semua kategori beban termasuk didalamnya peralatan penggerak motor dan semua peralatan 3 fasa yang arusnya tidak lebih dari 16 amper perfasanya. Semua peralatan yang tidak termasuk dalam 3 kelas yang lain dimasukkan dalam kategori kelas A.
Tabel 2.1. Batasan Arus Harmonisa Untuk Peralatan Kelas A
2). Kelas B meliputi semua peralatan tool portable dimana batasan arus harmonisanya merupakan harga absolut maksimum dengan waktu kerja yang singkat dimana batasan arus harmonisanya diperlihatkan Tabel 2.2.
Tabel 2.2. Batasan Arus Harmonisa Untuk Peralatan Kelas B
3). Kelas C termasuk didalamnya semua peralatan penerangan dengan daya input aktifnya lebih besar 25 Watt. Batasan arusnya diekspresikan dalam bentuk persentase arus
Harmonisa Arus harmonisa maks imum
ke (n) yang diizinkan (A)
Harmonisa ke (n) Arus harmonisa maksimum
fundamental. Persentase arus maksimum yang diperbolehkan untuk masing masing harmonisa diperlihatkan Tabel 2.3.
Tabel 2.3. Batasan Arus Harmonisa Untuk Peralatan Kelas C
4). Kelas D termasuk semua jenis peralatan yang dayanya dibawah 600 Watt khusus-nya personal komputer, monitor, TV. Batasan arusnya diekspresikan dalam bentuk mA/W dan dibatasi pada harga absolut yang nilainya diperlihatkan oleh Tabel 2.4.
Tabel 2.4. Batasan Arus Harmonisa Untuk Peralatan Kelas D
Harmonisa ke Arus harmonisa maksimum (n) yang diizinkan (% fundamental)
2.6 Uninterruptible Power Supply (UPS)
UPS merupakan alat untuk menyuplai tenaga listrik sementara yang langsung
memberi pasokan tenaga listrik ketika sumber tenaga listrik utama lepas dari system
[16].
Gambar 2.3 Liebert PSA iton UPS 1000 VA
Spesifikasi :
1. Peralatan dengan Boost dan Buck AVR untuk menstabilkan tegangan input
2. Kontrol Micropocessor menjamin keandalan tinggi 3. Menyediakan perlindungan overload AC
4. Ukuran kompak, ringan
5. Cepat pengisisan
6. Off pengisian modus
Pada dasarnya UPS dibagi menjadi 3 (tiga) jenis yaitu
1. Line- Interactive UPS
Pada UPS jenis ini diberi tambahan alat AVR (automatic voltage regulator) yang berfungsi mengatur tegangan dari suplai daya ke peralatan
2. On-line UPS
PadaUPS jenis ini terdapat 1Rectifier dan 1 inverter yang terpisah. UPS ini lebih mahal apabila dibandingkan dengan dua jenis UPS
lainnya. Dalam keadaan gangguan, suplai daya ke rectifier akan diblok sehingga akan ada arus DC ( direct current) dari baterai ke inverter yang kemudian diubah menjadi AC (alternating current)
3. Off-lineUPS
UPS jenis ini merupakan yang paling murah diantara UPS lainnya.
Karena rectifier dan inverter berada dalam satu unit. Dalam keadaan gangguan, switch akan berpindah sehingga suplai daya dari suplai utama terblok. Akibatnya akan mengalir arus DC dari baterai menuju
inverter.
Disini hanya membahas UPS jenis indoor. Untuk mengenal masalah-masalah umum yang biasa terjadi pada tenaga listrik karena hal ini erat hubungannya dengan
kemampuan dari masing-masing jenis UPS yang berbeda, seperti diuraikan dibawah
1. Power Failure
Terputusnya pasokan tenaga listrik mengakibatkan perangkat berhenti
bekerja, sehingga pemilihan UPS sangat penting agar dapat mencegah
peralatan tidak mengalami kerusakan.
2. Power Sags
Turunnya tegangan listrik (turun 80-85%) dalam waktu singkat
(1siklus/20 ms atau lebih), transient (short term) under voltage. Biasanya disebabkan oleh penyalaan alat listrik yang membutuhkan
tenaga power besar (contohnya air conditioner, pompa air) maupun pergantian sumber tenaga listrik utama (power main switching) contohnya dari PLN ke generator yang diaktifkan secara otomatis.
Efeknya hilangnya data dari memori, data errors, cahaya lampu berkedip, dan padamnya peralatan listrik (equipment shut off)
3. Power Surge (high voltage spike/peak)
Transient (short term) over-voltage alias naiknya tegangan listrik (diatas 110) secara tiba tiba dalam waktu singkat (1/2 siklus atau
kurang) yang bahkan bisa mencapai 6000 volt. Biasanya disebabkan
oleh sambaran petir yang dekat dengan lokasi ataupun mematikan
peralatan listrik berat (berdaya besar) yang sedang menyala. Efek
4. Undervoltage (brownout)
Turunya tegangan listrik dalam kurun waktu relatif lama (steady lower voltage state) bisa di akibatkan oleh penggunaan listrik pada kapasitas mendekati maksimal pada suatu waktu, misalnya pada malam hari
dimana pemakaian listrik perumahan relatif tinggi atau pada jam kerja
mesin pabrik, ini disebabkan kapasitas dari generator PLN tidak
mampu memenuhi kebutuhan listrik para pelanggan yang
masing-masing serentak menggunakan tenaga listrik yang mendekati kapasitas
maksimal. Efek korupsi data pada komputer, komponen tidak
berfungsi (premature hardware failure),overheating bagi motor, dan perilaku alat listrik yang aneh/ tak menentu.
5. Overvoltage
Naiknya tegangan listrik (diatas 110%) dalam kurun waktu relatif
panjang (1 siklus atau lebih). Efek langsung merusak peralatan listrik.
6. Electrical Line Noise
Gelombang frekuensi tinggi yang disebabkan gangguan dari
gelombang radio / radio frequency interference (RFI) atau gangguan dari medan magnet listrik/ electro Magnetic Interference (EMI) akibar dari pemancar , peralatan las, printer berkendali SCR, kilat. Efek
7. Frequency Variation
Suatu perubahan dalam stabilitas frekuensi alias terjadinya deviasi yang signifikan dari frekuensi nominal (50/60 Hz), disebabkan oleh
generator utama atau beberapa generator kecil tambahan yang loaded maupun unloaded. Efek proses kerja peralatan yang tidak menentu, data loss, sistem crashes, kecepatan motor bertambah/berkurang. 8. Switching Transient
Tenaga listrik yang turun seketika (instantaneous undervoltage) dalam kurun/ durasi nanosecond. Terjadinya lebih singkat dari pada ( high voltage spike) artinya mirip seperti gangguan nomor 3 (tiga) diatas, namun ini lebih singkat, yaitu dalam durasi nanosecond. Efek terjadi
errors operation pada sebagian peralatan , memory loss. 9. Harmonic distortion
Distorsi terhadap gelombang normal (normal waveform) yang dihasilkan muatan nonlinier seperti motor/ penggerak dengan
kecepatan bervariasi (variable speed motors and drives). Efek comunication error, overheating dan hardware damage. Harmonic Distorsion didefinisikan sebagai timbulnya harmoni yang merubah gelombang listrik dari simple sinussoidal ke complex waveform. Harmonic Distortion dapat ditimbulkan oleh suatu muatan yang dibalikkan ke sumber listrik utama sehingga menyebabkan timbulnya
Dari uraian 9 (sembilan) masalah umum diatas, yang ada di tiap lingkungan
kerja, dimana pilihan bergantung pada keinginan dalam melindungi peralatan
elektronik dan data penting lainnya [16].
2.6.1 Komponen UPS
Liebert PSA iton UPS 1000 VA adalah UPS handal dengan fitur off-lines, dirancang untuk workstationkomputer desktop dan standalone peralatan IT. UPS ini memiliki regulator tegangan otomatis (AVR) yang memungkinkan eksibilitas dan kehandalan PC (personal computer) dan peralatan elektronik lainnya yang sesitif, dirancang dengan kontrol sederhana untuk memudahkan pengoperasiannya.
Komponen komponen yang ada didalam UPSmerupakan komponen elektronika
diantanya :
a. Battery
Battery adalah suatu alat penyimpanan energi listrik yang dapat diisi (charge) setelah energi digunakan. Kapasitas atau kemampuan menyimpan energi ditentukan
Gambar 2.4 Rangkaian Penyearah [13] b. Rectifier (penyearah)
Konsep dasar dari penyearah adalah gelombang dalam suatu power supply atau catu daya . penyearah gelombang (rectifier) berfungsi untuk merubah sinyal tegangan AC (alternating current) menjadi tegangan DC ( direct current). Komponen utama dalam penyearah adalah diode yang dikonfigurasikan secara forward bias.
Berikut ini gambar 2.4 Rangkaian Penyearah.
c. Inverter
Gambar 2.5. Rangkaian Inverter[13]
Prinsip kerja dari inverter satu fasa dapat dijelaskan dengan gambar 2.6 dibawah ini :
Gambar 2.6. I nverter Satu Fasa [ 13] .
melewati beban. Q1 dan Q2 dirancang untuk bekerja saling bergantian. Pada
gambar diatas menunjukkan bentuk gelombang untuk tegangan keluaran dan
arus transistor dengan beban resistif. I nverter jenis ini membutuhkan dua
sumber DC (sumber tegangan DC simetris), dan ketika transistor off
tegangan balik pada Vs menjadi Vs2.
2 .7 Filt er Pasif
Filter Pasif adalah suatu rangkaian yang dipergunakan untuk membuang
tegangan output pada frekuensi tertentu. Untuk merancang filter pasif dapat
digunakan komponen pasif (R,L,C) dan komponen aktif (op-amp, transistor). Dengan demikian filter dapat dikelompokkan menjadi filter pasif dan filter aktif.
Pada dasarnya filter dapat dikelompokkan berdasarkan response (tanggapan) frekuensinya menjadi 4 jenis, yaitu:
1. Filter lolos rendah/ Low Pass Filter (LPF), 2. Filter lolos tinggi/ High Pass Filter (HPF), 3. Filter lolos rentang/ Band Pass Filter (BPF),
4. Filter tolak rentang/ Band Stop Filter atau Notch Filter
Untuk membuat filter sering kali dihindari penggunaan induktor, terutama
karena ukurannya yang besar. Sehingga umumnya filter pasif hanya memanfaatkan
komponen R dan C saja. Salah satu metode yang paling umum untuk mengendalikan
Filter harmonik pasif dapat dirancang sebagai single-tuned elemen yang menyediakan jalur impedansi rendah untuk arus harmonik pada frekuensi yang tepat
atau sebagai band-pass perangkat yang dapat memfilter harmonik pada bandwidth frekuensi tertentu.
Prinsip kerja dari filter adalah mengalirkan arus orde tertentu dari sumber
harmonisa (beban non linier) melalui jaringan filter. Untuk mamaksa arus orde
tertentu mengalir ke jaringan filter, besar kapasitor harus diatur agar terjadi resonansi
pada jaringan, sehingga harga impedansi saluran akan minimum karena hanya tinggal
komponen resistansi saja, disamping dapat mengurangi harmonisa, Single-Tuned Passive Filter juga dapat memperbaiki power factor [1].
2.7.1 Aspek Umum Dalam Perancangan Filter Pasif Harmonik
Filter pasif merupakan filter yang paling umum digunakan. Seperti
diilustrasikan dalam Gambar 2.7 dibawah ini, berikut dapat ditemukan kategori di
bawah ini [1], [11] :
Gambar 2.7. Rangkaian Filter Pasif [1],[15]
Merancang Single-Tuned Passive Filter adalah kombinasi seri induktansi dan 1st order 2nd order 3rd order C–type
kadang-kadang digunakan sebagai sarana untuk menghindari overheating filter. Semua frekuensi harmonik arus yang bertepatan dengan Single-Tuned Passive Filter akan menemukan jalur impedansi rendah melalui filter [1].
Frekuensi resonansi dari filter ini dapat dinyatakan oleh persamaan berikut ini [1] :
𝑓𝑓
=
1Langkah-langkah merancang Single-Tuned Passive Filteradalah [1] :
a. Menentukan ukuran kapasitas kapasitor Qc berdasarkan kebutuhan daya
reaktif untuk perbaikan faktor daya. Daya reaktif kapasitor adalah [1],[2], :
𝑄𝑄𝑐𝑐 =𝑃𝑃 { 𝑡𝑡𝑡𝑡𝑛𝑛(𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐−1𝑝𝑝𝑓𝑓1)− 𝑡𝑡𝑡𝑡𝑛𝑛(𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐−1𝑝𝑝𝑓𝑓2)}... (2.8)
dimana :
P = beban (kW)
𝑝𝑝𝑓𝑓1 = faktor daya mula-mula sebelum diperbaiki
𝑝𝑝𝑓𝑓2 = faktor daya setelah diperbaiki
b. Menentukan Reaktansi kapasitor :
𝑋𝑋𝑐𝑐 = 𝑉𝑉
2
𝑄𝑄𝑐𝑐 ... (2.9)
c. Menentukan kapasitansi dari kapasitor :
C = 1
2 𝜋𝜋𝑓𝑓𝑐𝑐𝑋𝑋𝑐𝑐 ... (2.10)
d. Menentukan Reaktansi Induktif dari Induktor :
𝑋𝑋𝐿𝐿 = 𝑋𝑋𝑐𝑐 ℎ𝑛𝑛2
...(2.11)
e. Menentukan Induktansi dari Induktor :
L = 𝑋𝑋𝐿𝐿
2 𝜋𝜋𝑓𝑓𝑐𝑐 ... (2.12)
f. Menentukan reaktansi karakteristik dari filter pada orde tuning :
𝑋𝑋𝑛𝑛 = ℎ𝑛𝑛𝑋𝑋𝐿𝐿 ... .(2.13)
g. Menentukan Tahanan (R) dari induktor :
R = 𝑋𝑋𝑛𝑛
𝑄𝑄 ... (2.14)
Untuk menentukan kebutuhan daya reaktif dapat digambarkan dalam bentuk
segitiga daya seperti gambar berikut. Gambar 2.8 Vektor Segi Tiga Daya.
Gambar 2.8 Vektor Segitiga Daya Untuk Menentukan Kebutuhan Daya Reaktif Q [1] Kebutuhan daya reaktif dapat dihitung dengan pemasangan kapasitor untuk
memperbaiki faktor daya beban. Komponen daya aktif (P) umumnya konstan, daya Semu (S) dan daya reaktif (Q) berubah sesuai dengan faktor daya beban.
Daya Reaktif (Q) = Daya Aktif (P) x tan φ... ... (2.15)
Q1 = P x tan φ1 ... (2.16)
Daya reaktif pada PF diperbaiki yaitu :
Q2 = P x tan φ2 ...(2.17)
Sehingga rating kapasitor yang diperlukan untuk memperbaiki faktor daya yaitu :
Daya reaktif :
∆𝑄𝑄 = Q1 - Q2 atau
∆𝑄𝑄 = P (tan φ1 - tan φ2) ... (2.18)
Besar nilai ∆𝑄𝑄 yang didapat, selanjutnya menentukan nilai reaktansi kapasitif
yang besarnya ditentukan berdasarkan persamaan (2.11) dan besar nilai kapasitansi