• Tidak ada hasil yang ditemukan

View of MENGURAI PERKEMBANGAN RANTAI ILMU PENGETAHUAN; SEBUAH TINJAUAN FILSAFAT ILMU

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "View of MENGURAI PERKEMBANGAN RANTAI ILMU PENGETAHUAN; SEBUAH TINJAUAN FILSAFAT ILMU"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

1043 Abd. Ghofur

STKIP PGRI Lamongan ghofurkita@yahoo.com

Abstract:

This article attempts to reveal the science development from time to time. Being its wider field and scientific study, the authors focused only on the development of science which had been discovered by earlier scientists from generation to generation. Where pioneering personage of his day had been succesful to carve the milestones of a theory to be utilized as a study and produce a variety of science becoming increasingly sophisticated technology in this era. The development of science in this period can not be separated away from the role of philosophy of science. So the researchers probed the initial data from the philosophy of science that had been developed by the Greek philosophers. Many experts were debating the onset of science. Some stated that science existed since pre-history, in which the time, according to the experts, was declared as the period of pre-history (not familiar with writing).

Keywords:

Periodization, Development of science, and Philosophy of science.

Abstrak:

Artikel ini mencoba untuk mengupas perkembangan ilmu pengetahuan dari masa ke masa. Bidang garapan dan kajian ilmu pengetahuan yang luas, maka penulis hanya menitik beratkan pada perkembangan ilmu pengetahuan yang telah ditemukan oleh para ilmuan terdahulu dari generasi ke generasi. Dimana para tokoh yang menjadi pioneer dimasanya tersebut berhasil menorehkan tonggak teori yang dijadikan kajian dan menghasilkan beragam ilmu pengetahuan yang berkembangan menjadi teknologi yang semakin canggih pada era ini. Perkembangan ilmu pengetahuan pada masa ini tidak bisa dilepaskan dari peran filsafat ilmu. Sehingga peneliti menggali data awal dari filsafat ilmu yang telah dikembangkan oleh para filsuf Yunani. Banyak ahli yang memperdebatkan awal terjadinya ilmu pengetahun. Ada yang mengatakan ilmu pengetahuan ada sejak masa pra-sejarah, dimana masa itu menurut para ahli dinyatakan sebagai masa yang belum mengenal tulisan.

Kata Kunci:

(2)

Ilmu Pengetahuan mengalami perkembangan yang sangat cepat dan pesat. Tercatat dalam sejarah, ilmu pengetahuan mengalami berbagai fase per kembangan yang dimotori oleh beberapa ilmuan masing-masing pada zamannya. Dalam perkem bangan awalnya, ilmu pengetahuan hanya dipraktikan oleh para ilmuan amatir sebagai wahana menuangkan hobinya. Namun, dalam perkembangan berikutnya, ilmu pengetahuan mulai terinstitusionalisasi (institusionalization of science). Dimulai dengan berdirinya beberapa organisasi yang menjadi wadah pertemuan para scientist untuk mengembangkan keilmuannya. Tahap selanjutnya, adalah tahapan academization of science, dimana dalam tahapan ini, ilmu pengetahuan terpusat pada kegiatan akademik universitas. (Ziman dalam Fathurrahman, 2011).

Terlepas dari proses awal perkembangan ilmu pengetahuan tersebut, sejarah telah men-catat bahwa ilmu merupakan pendobrak pintu kebodohan yang mengunci kemajuan dan per-adab an manusia. Rangkaian isu “irasional” yang melilit kehidupan manusia, sedikit demi sedikit terkikis bersamaan dengan derasnya arus penemuan-penemuan yang berguna untuk kemudah an hidup manusia. Pada tataran aksio-logis, ilmu merupakan hasil kreasi manusia yang dicipta kan guna memudahkan kehidupan manusia. (Fathurrahman, 2011).

Ilmu biasa dikenal oleh beberapa kalangan dengan kata science. Dalam kamus Webster New World Dictionary, istilah science berasal dari kata latin, scire yang artinya mengetahui. Secara bahasa science berarti “keadaan atau fakta mengetahui dan sering diambil dalam arti pengetahuan (knowledge) yang dikontraskan melalui intuisi atau kepercayaan. Namun dalam perkembangannya, kata ini perubahan makna pengetahuan yang sistematis yang berasal dari observasi, kajian, dan percobaan-percobaan yang dilakukan untuk menetukan sifat dasar atau prinsip apa yang dikaji. Sedangkan dalam bahasa Arab, ilmu (ilm) berasal dari kata alima yang artinya mengetahui.

Sebelum memaparkan sejarah perkem-bang an ilmu pengetahuan, penulis perlu men-jelas kan sekilas t ent ang perbedaan ant ara pengetahuan dan ilmu agar tidak terjebak pada kesalahpahaman mengenai keduanya, sehingga pembaca bisa memahami dengan mudah dan benar apa yang dimaksud dengan sejarah

perkembangan ilmu pengetahuan dalam artikel ini. Menurut Zamzami (2010) Ilmu adalah bagian dari pengetahuan yang terklasifikasi, tersistem, dan terukur serta dapat dibuktikan kebenarannya secara empiris. Sementara itu, pengetahuan adalah keseluruhan pengetahuan yang belum tersusun, baik mengenai metafisik maupun fisik. Dapat juga dikatakan pengetahuan adalah informasi yang berupa common sense, sedangkan ilmu sudah merupakan bagian yang lebih tinggi dari itu karena memiliki metode dan mekanisme tertentu. Jadi ilmu lebih khusus daripada pengetahuan, tetapi tidak berarti semua ilmu adalah pengetahuan.

Secara singkat, pejelasan diatas dapat disimpulkan bahwa ilmu pengetahuan dalam atikel ini adalah ilmu yang tidak sekedar penge-tahuan. Menurut Jasin (2003) dalam tulisan Zamzami membagi ilmu pengetahuan menjadi tiga kategori besar. Pertama, Ilmu Pengetahuan Sosial yang meliputi psikologi, pendidikan, antropologi, etnologi, sejarah, ekonomi, dan sosiologi. Kedua, Ilmu Pengetahuan Alam yang meli put i fisika, kimia, dan biologi (botani, zoologi, morfologi, anatomi, fisiologi, sitologi, histologi, dan palaent ologi). Ket iga, Ilmu Penge tahuan Bumi dan Antariksa yang meliputi geologi (petrologi, vulkanologi, dan mineralogi), astronomi, dan geografi (fisiografi dan geografi biologi). Karena luasnya cakupan ilmu, penulis hanya fokus pada sejarah perkembangan beserta tokoh dan penemuannya dari beberapa periode yang disajikan secara ringkas.

Ilmu pengetahuan pada era ini merupakan hasil dari beragam kumpulan pengetahuan yang terjadi dengan pertumbuhan, pergantian dan penyerapan teori serta kajian dari masa ke masa. Keberadaan teori baru yang menguatkan teori lama semakin memperkuat landasan ilmu pengetahuan sesuai dengan masanya.

(3)

pengetahuan akan semakin berkembang dengan semakin banyak riset yang dilakukan oleh para peneliti.

Perkembangan ilmu pengetahuan hingga era ini tidak berlangsung secara instan, namun melalui tahapan proses yang berkesinambungan. Sehingga untuk mengetahui kondisi dan asal muasal ilmu pengetahuan harus ditelisik secara mendalam serta melakukan pengelompokan sesuai dengan masanya. Hal ini dilakukan untuk mempermudah kronologis perkembangan sejarah ilmu pengetahuan yang telah dibangun oleh para pendahulunya.

Namun ironisnya, dalam pemaparan sejarah yang ada, khususnya sejarah ilmu penge-tahuan, menurut berbagai sumber menyimpulkan bahwa terjadi distorsi terhadap fakta sejarah. Ada semacam upaya penghapusan jejak hasil peradaban dan kemajuan komunitas tertentu yang pernah menorehkan keilmuan yang begitu gemilang. Dalam hal ini, sejarah peradaban dan keemasan Islam yang menjadi “korban”, sehingga pada akhirnya memicu protes dari kalangan Ilmuan Islam. (Josep Schumpeter dalam Fathurrahman, 2011).

Oleh karena itu, perlu dipaparkan kesinam-bungan ilmu pengetahuan dari masa ke masa, sehingga perkembangannya bisa ditelusuri secara detail. Harapannya agar rantai ilmu yang telah tersaji dalam lingkaran sejarah bisa diketahui secara obyektif. Sebab, kalau sampai ada data sejarah yang terputus akan mengakibatkan pemahaman yang berbeda pada masa berikutnya. Padahal, idealnya sejarah adalah rekaman tentang semua rentetan peristiwa yang telah terjadi, yang berfungsi sebagai pengungkap segala sesuatu sesuai dengan fakta yang ada tanpa distorsi sedikitpun, tetapi pada kenyataannya ia hanya mengungkap sebagian rentetan peristiwa tersebut dan tidak bisa lepas sepenuhnya dari reka yasa yang biasanya dilakukan oleh penguasa politik dan kepentingan.

Harapanya, pemaparan tentang perkem-bangan sejarah tentang asal muasal ilmu penge-tahuan, para tokoh ilmuan yang meng inspirasi ilmu pengetahuan beserta penemuannya dan hal lain yang mendukung perkembagan ilmu pengetahuan bisa tersaji secara obyektif. Hal ini didasarkan pada beragam referensi yang telah ada yang telah dipaparkan sebelumnya oleh berbagai sumber yang terpercaya dan bisa

dipertanggungjawabkan kebenarannya. Dalam penyajiannya, sejarah perkembangan ilmu pengetahuan akan dibuat sesuai periodesasinya.

SEJARAH PERKEMBANGAN ILMU PEN-GETAHUAN

Untuk mengurai sejarah perkembangan ilmu pengetahuan perlu diklasifikasikan masa perkembangannya. Hal ini untuk mempermudah mengidentifikasi perkembangan ilmu dari masa ke masa. Dalam pembagian periodesasi ini, Bakhtiar (2010) membaginya menjadi empat periode, yakni pada zaman Yunani kuno, pada zaman Islam, pada zaman renaisans dan modern, dan pada zaman kontemporer. Periodeisasi ini mengandung tiga kemungkinan. Pertama, menafikan adanya pengetahuan yang tersistem sebelum zaman Yunani kuno. Kedua, tidak adanya data historis tentang adanya ilmu sebelum zaman Yunani kuno yang sampai pada kita. Ketiga, Bakhtiar (2010) sengaja tidak mengungkapnya dalam bukunya. Jika kemungkinan pertama yang terjadi, maka informasi dari teks-teks agama tentang nama-nama yang Adam ketahui, misalnya, tidak termasuk ilmu tetapi hanya pengetahuan belaka. Jika kemungkinan kedua yang benar, maka bukan berarti pengetahuan yang tersistem hanya ditemukan dan dimulai pada zaman Yunani kuno, tetapi ia sudah ada sebelumnya hanya saja informasinya tidak sampai pada kita. Jika kemungkinan ketiga yang ber laku, maka penulis perlu mengungkapnya meski hanya sekilas karena keterbatasan referensi yang ada pada penulis.

Selain itu menurut Mouly (1991) mengung-kapkan bahwa permulaan ilmu dapat diusut sampai pada permulaan keberadaan manusia. Tak diragukan lagi bahwa manusia purba telah menemukan beberapa hubungan yang bersifat empiris yang memungkinkan mereka untuk mengerti keadaan dunia. Masa manusia purba dikenal juga dengan masa pra-sejarah.

(4)

manusia, setidaknya ia memaparkan hubungan antara ilmu dan manusia seperti ayam dan telur. Bakhtiar (2010) memilih untuk memulai berbicara riwayat ilmu sejak ilmu mulai mudah “terindetifikasi”. Dibawah ini akan dipaparkan secara detail perkembangan ilmu pengetahuan dari masa ke masa.

Keberadaan Ilmu Pengetahuan pada Zaman Purba

Para Ahli berbeda pendapat dalam memak-nai zaman purba, ada yang mengatakan bahwa zaman purba termasuk pra sejarah dan ada yang bilang kalau sudah masuk masa sejarah. Mereka yang mengatakan ilmu pengetahuan pada zaman purba masuk pada masa pra sejarah didasarkan pada pendapat Muhammad Husain Haekal (1888-1956). Dia berpendapat bahwa sumber peradaban sejak lebih dari enam ribu tahun yang lalu (berarti sekitar 4000 SM) adalah Mesir. Zaman sebelum itu dimasukkan orang ke dalam kategori pra-sejarah. Oleh karena itu, sukar sekali akan sampai kepada suatu penemuan yang ilmiah.

Sementara itu Soetriono dan Hanafie (2007) memiliki pendapat berbeda. Menurutnya masa sejarah dimulai kurang lebih 15.000 sampai 600 tahun Sebelum Masehi. Pada masa ini pengetahuan manusia berkembang lebih maju. Mereka telah mengenal membaca, menulis, dan berhitung. Kebudayaan mereka pun mulai berkembang di berbagai tempat tertentu, yaitu Mesir di Afrika, Sumeria, Babilonia, Niniveh, dan Tiongkok di Asia, Maya dan Inca di Amerika Tengah. Mereka sudah bisa menghitung dan mengenal angka.

Terlepas adanya perbedaan pendapat ter-kait keberadaan ilmu pengetahuan pada zaman purba, antara masuk masa pra sejarah atau-kah sejarah. Namun secara pasti bisa ditarik kesimpulan bahwa ilmu lahir seiring dengan adanya manusia di muka bumi hanya saja penamaan ilmu-ilmu it u biasanya muncul belakangan. Penekanan terhadap kegunaan dan aplikasi cenderung lebih diutamakan daripada penamaannya. Teori ini berlaku secara umum terhadap beberapa disiplin ilmu dari generasi ke generasi. Berbekal otak, pengalaman, dan pengamatan terhadap gejala-gejala alam, manusia purba sudah barang tentu memiliki seperangkat pengetahuan yang membantu mereka dalam

menapaki kehidupan. Seperangkat pengetahuan tersebut semakin lama akan semakin tersusun rapi, sebab inilah karakteristik dasar ilmu. Jika menafikan adanya ilmu tertentu yang dimiliki oleh manusia purba, maka akan sulit menjawab pertanyaan: mungkinkah mereka bisa bertahan hidup bertahun-tahun tanpa bekal apapun?

Untuk memperkuat pernyataan diatas, Mouly (1991) memaparkan bukti-bukti secara berurut an t erhadap pernyat aannya sebagai berikut: Usaha mula-mula di bidang keilmuan yang tercatat dalam lembaran sejarah dilakukan oleh bangsa Mesir, di mana banjir sungai Nil yang terjadi tiap tahun ikut menyebabkan berkembangnya sistem almanak, geometri, dan kegiatan survei. Keberhasilan ini kemudian diikuti oleh bangsa Babilonia dan Hindu yang memberikan sumbangan-sumbangan yang berharga meskipun tidak seintensif kegiatan bangsa Mesir. Setelah itu muncul bangsa Yunani yang menitikberatkan pada pengorganisasian ilmu di mana mereka bukan saja menyumbang per kembangan ilmu dengan astronomi, kedokter-an, dan sistem klasifikasi Aristoteles, namun juga silogisme yang menjadi dasar bagi penjabaran secara dedukt if pengalaman-pengalaman manusia.

Sebagai contoh, peradaban Mesir kuno mewaris kan peninggalan-peninggalan bermutu tinggi, seperti piramida, kuil, dan sistem pena-tan an kota. Peninggalan-peninggalan ini tidak mungkin ada tanpa adanya ilmu yang mereka miliki. Proses pembangunan piramida yang menjulang tinggi dan tersusun dari batu-batu besar pilihan tak bisa lepas dari matematika dan arsitektur. Begitu pula dengan proses pem-bangunan kuil megah mereka. Sementara itu, sistem penataan kota membutuhkan arsitektur dan administrasi pemerintahan. Dengan kata lain, peninggalan-peninggalan bersejarah tersebut menunjukkan adanya ilmu-ilmu tertentu yang mereka miliki sehingga mereka bisa mewujudkan impian mereka menjadi kenyataan. Berdasarkan data tersebut, Haekal (1996) mengatakan bahwa Mesir adalah pusat yang paling menonjol mem-bawa peradaban pertama ke Yunani atau Romawi.

(5)

siklus gerhana yang memungkinkan terjadinya gerhana bulan bisa diramal dengan tepat dan gerhana matahari dengan beberapa perkiraan. Pengetahuan bangsa Babilonia ini sampai ke tangan Thales, seorang filosof Yunani.

Keberadaan Ilmu Pengetahuan dalam Per-adaban Zaman Kuno

Zaman Yunani Kuno

Keberadaan Yunani Kuno sangat identik dengan filsafatnya. Sehingga ketika kata Yunani disebutkan, maka yang terbesit di pikiran para peminat kajian keilmuan bisa dipastikan adalah filsafat. Padahal filsafat dalam pengertian yang sederhana sudah ada jauh sebelum para filosof klasik Yunani menekuni dan mengembangkannya. Filsafat di tangan mereka menjadi sesuatu yang sangat berharga bagi perkembangan ilmu pengetahuan pada generasi-generasi setelahnya. Ia ibarat pembuka pintu-pintu aneka ragam disiplin ilmu yang pengaruhnya terasa hingga era ini.

Menurut Rizki (2012) mengatakan bahwa zaman ini menggunakan sikap “aninquiring attitude (suatu sikap yang senang menyeli diki sesuatu secara kritis)’’, dan tidak menerima pengalaman yang didasarkan pada sikap “receptve attitude mind (sikap menerima segitu saja)’’. Sehingga pada zaman ini filsafat tumbuh dengan subur. Yunani mencapai puncak zaman keemasannya (zaman Hellenisme) di bawah pim pinan Iskandar Agung (356-323 SM) dari Macedonia, yang merupakan salah seorang murid Aristoteles.

Fathurrahman (2011) dalam tulisannya mengatakan, banyak literatur menyebutkan bahwa periode Yunani merupakan tonggak awal berkembangnya ilmu pengetahuan dalam sejarah peradaban umat manusia. Perkembangan ilmu ini dilatarbelakangi dengan perubahan paradigma dan pola pikir yang berkembang saat itu. Sebelumnya bangsa Yunani masih diselemuti oleh pola pikir mitosentris, namun pada abad ke 6 SM di Yunani lahirlah filsafat yang dikenal dengan the greek miracle. Dengan paradigma ini, ilmu pengetahuan berkembang sangat pesat karena menjawab persoalan disekitarnya dengan rasio dan meninggalkan kepercayaan terhadap mitologi atau tahayul yang irrasional.

Setidaknya pada proses pada masa ini, ilmu berkembang dari rahim filsafat yang akhirnya kita nikmati dalam bentuk teknologi. Karena itu, periode perkembangan filsafat Yunani merupakan entri poin untuk memasuki peradaban baru umat manusia. Inilah titik awal manusia menggunakan rasio untuk meneliti dan sekaligus mempertanyakan dirinya dan alam jagad raya. Berbagai ilmu pengetahuan ber-munculan pada era Yunani kuno ini, sehingga men dasari perkembangan ilmu pengetahuan pada era berikutnya.

Perkembangan ilmu pengetahuan mulai mendapatkan hambatan pada abad ke- 0 M. Hal ini disebabkan lahirnya Kristen. Pada abad pertama sampai abad ke- 2 M mulai ada pem-bagian wilayah perkembangan ilmu. Wilayah pertama berpusat di Athena, yang difokuskan di bidang kemampuan intelektual. Sedangkan wilayah kedua berpusat di Alexandria, yang fukos pada bidang empiris. (Rizki, 2012)

Setelah Alexandria dikuasai oleh Roma yang tertarik dengan hal-hal abstrak, pada abad ke- 4 dan ke- 5 M ilmu pengetahuan pegetahuan benar-benar beku. Hal ini di sebabkan oleh tiga pokok penting, yakni 1) Penguasa Roma yang menekan kebebasan berfikir. 2) Ajaran Kristen tidak disangkal, dan 3). Kerjasama gereja dan penguasa sebagai otoritas kebenaran.

Walaupun begitu, pada abad ke-2 M sempat ada Galen (bidang kedokteran) dan tokoh aljabar, Poppus dan Diopanthus yang berperan dalam perkembangan pengetahuan. Pada zaman ini banyak bermunculan ilmuan terkemuka. Ada beberapa nama yang popular pada masa ini, yaitu:

1) Thales (624-545 SM) dari Melitas, adalah filsuf pertama sebelum masa Socrates. Menurutnya zat utama yang menjadi dasar segala materi adalah air. Pada masanya, ia menjadi filsuf yang mempertanyakan isi dasar alam.

(6)

teori tentang bilangan, pembentukan benda, dan menemukan ant ara nada dengan panjang dawai.

3) Socrates (470 SM -399 SM) adalah filsuf dari Athena. Dalam sejarah umat manusia, Socrates merupan contoh istimewa selaku filsuf yang jujur dan berani. Socrates men-cipta kan metode ilmu kebidanan yang dikenal dengan “Maicutika Telenhe”, yaitu suatu metode dialektiva untuk mela-hirkan kebenaran.

4) Democrit us, dikenal sebagai “bapak atom” pertama yang memperkenalkan konsep atom, bahwa alam semesta ini sesungguhnya terdiri atas atom-atom. Atom adalah materi terkecil yang tidak dapat di bagi-bagi lagi.

5) Plato (427 SM- 347SM), ia adalah murid Socrates dan guru dari Aristoteles, filsuf yang pertama kali membangkitkan per-soalan being (hal ada) dan mempertentang-kan dengan becoming( hal menjadi). 6) Aristoteles (384 SM- 322 SM) adalah

seorang filsuf yunani, murid dari Plato dan guru dari Alexander. Ia memberikan kontribusi di bidang metafisika, Fisika, Etika, Politik, Ilmu kedokteran dan ilmu alam. Dibidang ilmu alam, ia merupakan orang pertama yang mengumpulkan dan mengklasifikasikan spesies biologi secara sistematis.

Menurut Rizki (2012), selain di Yunani, pada masa ini astronom dan ahli matematika juga berkembang di India. Aryabatha (476 M) melahirkan hitungan desimal sederhana. Di bidang astronomi ia juga memperkenalkan sejumlah fungsi trigonometri (termasuk sinus, versine, kosinus, dan invers), table trigonometri, teknik-teknik dan algoritma dari aljabar.

Zaman Romawi

Bangsa Romawi dalam sejarah juga meng-hiasi berbagai kemunculan ilmu pengetahuan. Namun keberadaan Ilmu pengetahuan yang pernah ditorehkan oleh Bangsa Romawi tidak bisa dilepaskan dari bangunan ilmu pengetahuan yang telah disumbangkan oleh bangsa Yunani. Di dalam banyak literatur yang ada, disebutkan bahwa bangsa Romawi merupakan bangsa yang pertama kali mengaplikasikan teori-teori yang pernah dirumuskan oleh bangsa Yunani,

sehingga mata rantai keilmuan yang seolah-olah putus dalam sejarah perkembangan ilmu pengetahuan bangsa Yunani menjadi bersemi kembali. Namun demikian, bangsa romawi seakan hanya meneruskan ilmu pengetahuan yang telah dirumuskan bangsa Yunani. Bangsa Romawi tidak banyak melahirkan para pemikir yang ulung, konseptor yang handal, dan perumus teori dalam rangka melebarkan sayap ilmu pengetahuan. Dengan kata lain, bangsa ini tidak menekankan soal-soal praktis dan mengabaikan teori ilmiah, sehingga pada masa ini tidak muncul ilmuan yang terkemuka. Memang ada dua ilmuan yang sangat besar yang hidup selama pemerintahan Marcus Aurelius pada abad kedua masehi, namun keduanya adalah bangsa Yunani. Namun yang perlu dicatat bahwa bangsa Romawi membuat pemikiran spekulatif Yunani menjadi praktis dan dapat diterapkan dengan mudah.

Kendati demikian, bangsa Romawi bukan berarti tidak memiliki kontribusi dalam pengem-bangan ilmu pengetahuan. Sejarah men catat bahwa bangsa Romawi memiliki kemahiran dalam kemampuan keinsinyuran dan keteram-pilan ketatalaksanaan serta mengatur hukum dan pemerintahan.

Sumbangan terbesar bangsa Romawai kepada peradaban manusia terutama dalam bidang pemikiran sistem hukum dan lembaga-lembaga politik, ada tiga bentuk pemikiran hukum Romawi yang banyak diadopsi para pemikir Barat, antara lain: Ius Civile, Ius Gentium, Ius Naturale. Dari segi pemikiran ilmu politik, Romawi memberikan pemahaman tentang teori imperium, antara lain: 1) Kekuasaan dan otoritas Negara, 2) equal rights (Persamaan hak politik), 3) Governmental Contract (Kontrak Pemerintah), 4) Pengadaptasian kekuasaan dan keagamaan.

Para sejarawan berspekulasi t ent ang penyebab kegagalan orang Romawi di bidang pengembangan ilmu. Ada yang mencoba melihat perbudakan yang menghambat dorongan bagi industri, sebagai penyebabnya.

Keberadaan Ilmu Pengetahuan dalam Abad Pertengahan

(7)

maka tampilah para theology di lapangan ilmu pengetahuan. Segala aktifitas keilmuan harus berdasarkan atau mendukung agama. Dengan kata lain aktifitas ilmiah terkait erat dengan aktifitas keagamaan.

Ilmu pengetahuan yang berkembang pada abad pertengahan lebih didominasi oleh para teolog dalam mewarnai aktivitas ilmiah. Hal ini dapat dilihat dari semboyan yang berlaku bagi ilmu pada masa ini adalah ancillla theologia atau abdi agama. Agama Kristen menjadi problema kefilsafatan karena mengajarkan bahwa wahyu Tuhanlah yang merupakan kebenaran sejati. Ciri pemikiran pada zaman ini ialah teosentris yang menggunakan pemikiran filsafat untuk memperkuat dogma agama Kristiani.

Pada zaman ini pemikiran Eropa terkenda-la oleh keharusan kesesuaian dengan ajaran agama. Filsafat Agustinus (354-430) yang di-pengaruhi oleh pemikiran Plato, merupakan sebuah pemikiran filsafat yang membahas mengenai keadaan ikut ambil bagian, yakni suatu pemikiran bahwa pengetahuan tentang ciptaan merupakan keadaan yang menjadi bagian dari idea-idea Tuhan. Sedangkan Thomas Aquinas (1125-1274) yang mengikuti pemikiran filsafat Aristoteles, menganut teori penciptaan dimana Tuhan menghasilkan ciptaan dari ketiadaan. Selain itu, mencipta juga berarti terus menerus menghasilkan serta memelihara ciptaan.

Berbeda dengan kondisi di Negara barat, di wilayah Timur terutama di wilayah kekuasaan Islam justru terjadi perkembangan ilmu pengetahuan yang pesat. Di saat Eropa pada zaman Pertengahan lebih berkutat pada isu-isu keagamaan, maka peradaban dunia Islam melakukan penterjemahan besar-besaran ter-hadap karya-karya filsuf Yunani, dan berbagai temuan di lapangan ilmiah lainnya.

Ketika bangsa Eropa mengalami kegelap-an, kebangkitan justru milik islam. Hal ini di-mulai dari lahirnya nabi Muhammad SAW pada abad ke 6 M. Perluasan wilayah, pembinaan hukum serta penerjemahan filsafat Yunani, dan ke majuan ilmu pengetahuan pada abad ke-7 M sampai abad ke-12 M. Pada masa ini Islam mendapat masa keemasannya (golden age).

Selain itu, pada abad ini terjadi abad per kembangan kebudayaan di Asia Selatan dan timur, seperti, ajaran Lao Tse (menjaga

keharmonisan dengan alam) dan Confucius (konsep kode etik luhur mengatur akal sehat).

Sepanjang Eropa mengalami masa kegelapan, di sebelah selatan Laut Tengah ber-kembang kerajaan bangsa Arab yang dipengaruhi oleh budaya islam. Dengan berkembangnya pengaruh islam, maka semakin banyak pula tokoh-tokoh ilmuwan yang berperan dalam per-kembangan ilmu. Mereka adalah sebagai berikut: a. Al Farabi (870 M - 950 M). Adalah seorang komentator filsafat Yunani yang sangat ulung di dunia Islam. Kontribusinya ter-letak di berbagai bidang matematika, filosofi, pengobatan, bahkan musik. Al-Farabi telah membuat berbagai buku tentang sosiologi dan sebuah buku penting dalam bidang musik, kitab Al-musiqa. Selain itu, karyanya yang paling terkenal adalah Al-Madinah Al- fadhilah (kota atau Negara utama) yang membahas tentang pencapaian kebahagian melalui kehidupan politik dan hubungan antara rezim yang paling baik menurut pemahaman dengan hukum ilahian Islam.

b. Al-Khawarizmi (780 M – 850 M),

hasil pemikiran berdampak besar pada matematika, yang terangkum dalam buku pertamanya, Al-jabar, selain itu karyanya adalah Al-kitab mukhtasar fi hisab Al-jabr wa’al-muqalaba (buku rangkuman untuk kulturasi dengan melengkapkan dan menyeimbangkan), kitab surat Al-ard (Pemandanganan Bumi). Karyanya tersebut sampai sekarang masih tersimpan di Strassberg, Jerman.

c. Al – Kindi (801 M – 873 M), bisa dikata-kan merupadikata-kan filsuf pertama yang lahir dari kalangan Islam. Al-Kindi menu-liskan banyak karya dalam bidang goemetri , astronomi, aritmatika, musik (yang dibangunnya dari berbagai prinsip arit mat is), fisika, medis, psikologi, meteorology, dan politik.

(8)

e. Ibnu Sina (980 M – 1037 M). Ia dikenal sebagai A Vicenna di dunia barat. Ia adalah se orang filsuf, ilmuwan, dan juga dokter. Bagi banyak orang beliau adalah bapak pengobatan modern dan masih banyak lagi sebutan baginya yang berkaitan dengan karya-karyanya di bidang kedokteran. Karyanya merupakan rujukan di bidang kedokteran selama berabad-abad.

f. Ibnu Rusyd (1226 M – 1198 M), yang bahasa latin di sebut dengan Averroes, dan dia adalah filsuf dari spanyol (Andalusia). Karya-karya Ibnu Rusyd meliputi bidang filsafat, kedokteran dan fiqih dalam bent uk karangan, ulasan, essai, dan resume.

g. Ibnu Khaldun (1332 M – 1406 M), adalah seorang sejarawan muslim dari Tunisia dan sering disebut sebagai bapak pendiri ilmu historiografi, sosiologi dan ekonomi. Karyanya yang terkenal adalah Muqaddimah (pendahuluan).

h. Jabir Ibnu Hayyan atau Gebert (721 M – 815 M), dia adalah seorang tokoh Islam yang mempelajari dan mengembangkan ilmu kimia.

i. Al – razi (856 M – 925 M), yang dikenal dengan nama Razes. Seorang dokter klinis ynag terbesar pada masa itu dan pernah mengadakan suatu penelitian Al-kimi atau lebih dikenal dengan sebutan ilmu kimia. Beliau mengarang Ensiklopedia ilmu kedokteran yang berjudul Contenens. j. Ibnu Haitam dikenal dalam kalangan

cerdik pandai di barat, dengan nama Alhazen, Dia adalah seorang ilmuwan islam yang ahli dalam bidang sains, falak, matematika, geometri, pengobatan, dan filsafat. Ia banyak pula melakukan penyelidikan mengenai cahaya dan telah memberikan ilham kepada ahli sains barat seperti Boger, Bacon, dan Kepler dalam menciptakan mikroskop dan teleskop. k. Al–Battani (850 M – 929 M), memberikan

kont ri busi unt uk ast ronomi dan matematika. Dalam astronomi, al–Battani juga mening katkan ketepatan pengukuran presesi sumbu bumi.

l. Dalam bidang fikih ada Imam Hanafi ( 699 M – 767 M ), Imam Malik ( 712 M- 798 M), Imam Syafi’I (767 M – 820 M

) dan Imam Hanbali ( 780 M – 855 M ), yang besar dengan kitab masing-masing. m. Dalam bidang sosial, terdapat nama

Yaqut bin Abdullah al Hamawi (1179 M- 1229), yang mengarang kitab Mu’jam al-buldan (kamus Negara). Ibnu Yunis, Umar Al- khayyam, Will Durant, Feilding H. Gorrison, dan Abu Rayhan al-Biruni, di bidang sains dan antropologi.

n. Shen Kou (1031 M – 1095 M), sorang ilmuwan cina yang pert ama kali menggambarkan magnet jarum-kompas yang digunakan untuk navigasi.

o. Su Song (1020 M – 1101 M), juga seorang ast ronom yang mencipt akan langit bintang pada Atlas.

p. Jamal Al–din, mendirikan observatorium ikhtiar Al–din yang merancang pem-bangunan istana raja di laut utara.

Keberadaan Ilmu Pengetahuan pada Masa Renaissans dan Modern

Masa Renaissans

Istilah renaisans diperkenalkan pertama kali oleh sejarahwan terkenal, Michelet. Istilah renaisans dipakai untuk menunjukan berbagai periode kebangkitan intelektual, khususnya di eropa. Masa renaisans muncul menggantikan abad pertengahan, dengan kata lain, zaman pertengahan berakhir tatkala masa renaisans datang.

Zaman ini berlangsung pada awal abad 14 M sampai dengan abad 17 M. Renaissance sering diartikan denagn kebangkitan, peralihan, atau lahir kembali (rebirth), yaitu di lahirkan kembali sebagai manusia yang bebas untuk berpikir , dan jauh dari ajaran-ajaran agama.

Para ilmuan yang termashur pada periode ini adalah sebagai berikut:

1) Nicolaus Capernicus (1473 M – 1543 M), adalah seorang astronom, matematikawan, dan ekonom yang berkembangsaan Polandia. Ia mengembangkan Teori Heliosentris (Tata Surya berpusat pada matahari).

(9)

penyempurnaan t eleskop (dengan 32 x pembesaran) dan berbagai observasi astronomi. Dia adalah orang pertama yang melukiskan tata surya seperti yang kita kenal sekarang.

3) Tycho Brahe (1546 M – 1601 M), adalah seorang bangsawan Denmark yang terkenal sebagai astronom/astrolog dan alkimiawan. Tycho adalah ast ronom pengamat paling menonjol di zaman pra-teleskop. Akurasi pengamatannya pada posisi bintang dan planet tak tertandingi pada masa itu.

4) Johannes Kepler (1571 M – 1630 M), adalah astronom jerman, Matematikawan dan astrolog. Ia paling di kenal melalui hukum gerakan planetnya. Kepler juga ahli optic dan astronomi. Penjelasannya tentang pembiasan cahaya tertuang dalam buku ‘’supplement to witelo, expounding the optical part of astronomy’’. Ia orang pertama yang menjelaskan cara kerja mata.

5) Fancies Bacon (1561 M – 1626 M), adalah seorang filsuf, negarawan dan penulis Inggris. Karya-karyanya antar lain membangun dan mempopulerkan mot odologi induksi unt uk penelit ian ilmiah, sering kali disebut met ode Baconian.

6) Andreas Vesalius (114b M – 1564 M), adalah ahli anatomi. Ia memperkenalkan tentang anatomi tubuh manusia. Ia juga menulis sebuak teks mengenai tumbuhan obat.

Masa Modern

Periodesasi Zaman modern sudah dimulai sejak abad 14 M. Pada zaman ini juga dikenal sebagai masa rasionalisme yang tumbuh di zaman modern, karena munculnya berbagai penemuan ilmu pengetahuan.

Tokoh yang menjadi pioner pada masa ini beserta penemuannya tersaji pada penjelasan dibawah ini;

1) Isaac Newton (1643 M - 1727), dia adalah seorang fisikawan, matematikawan, ahli astronomi, filsuf alam, alkimiawan, dan theolog. Dia di katakana sebagai ‘’Bapak ilmu fisika klasik’’. Karyanya yang berjudul Philosophiae Naturalis Principia

Mathematica menjabarkan tentang hukum gravitasi dan tiga hukum gerak yang mendominasi pandangan sains mengenai alam semesta selama tiga abad ini.

2) Rene Descartes (1596 M – 1650 M), ia di kenal sebagai Renatus Cartesius, adalah seorang filsuf dan matematikawan Perancis. Descartes kadang di panggil ‘’Penemu filsafat Modern’’ dan ‘’Bapak matematika modern’’. Pemikirannya yang menggunakan revolusi adalah ‘’semuanya tida ada yang pasti, kecuali kenyataan bahwa seseorang berfikir’’.

3) Charles Robert Darwin (1809 M – 1882 M) adalah seorang naturalis yang teori revolusionernya meletakkan landasan bagi teori evolusi modern dan prinsip garis keturunan yang sama (common Descent) dengan mengajukan seleksi alam sebagai mekanismenya. Teorinya yang paling menggemparkan adalah ‘’ Nenek Moyang Manusia Adalah Kera ‘’.

4) Joseph John Thompson (1856 M – 1940 M) adalah seorang ilmuan dengan peneli-ti an nya yang membuahkan penemu an Elekt ron. Thompson mengungkapkan bahwa gas mampu mengantarkan listrik. Ia menjadi seorang perintis ilmu fisika nuklir. Dia juga menemukan sebuah metode untuk memisahkan jenis atom dan sinar molekul yang berbeda dengan menggunakan sinar positif.

Ilmu Pengetahuan Zaman Kontemporer Zaman kontemporer bermula dari abad 20 M, namun sebagian besar aplikasi ilmu dan teknologi di abad 21. Bidang fisika menjadi titik perkembangan ilmu pada masa ini. Hal ini di sebabkan karena fisika di pandang sebagai dasar ilmu pengetahuan yang subjek materinya mengandung unsur–unsur fundamental yang membentuk alam semesta.

(10)

Masih ada lagi ilmuwan yang mempunyai ide besar lainnya, antara lain seperti Linus Pauling, James D. Watson, Miller Urey, Werner Heinsenberg dan Erwin Schrodinger, Edwin Hubble, Alfred Wegener.

Perbedaan antara zaman modern dengan zaman kontemporer yaitu zaman modern adalah era perkembangan ilmu yang berawal sejak sekitar abad ke-15, sedangkan zaman kontemporer adalah era perkembangan terakhir yang terjadi hingga sekarang. Perkembangan ilmu di zaman ini meliputi hampir seluruh bidang ilmu dan teknologi, ilmu-ilmu sosial seperti sosiologi, antropologi, psikologi, ekonomi, hukum, dan politik serta ilmu-ilmu eksakta seperti fisika, kimia, dan biologi serta aplikasi-aplikasinya di bidang teknologi rekayasa genetika, informasi, dan komunikasi. Zaman kontemporer identik dengan rekonstruksi, dekonstruksi, dan inovasi-inovasi teknologi di berbagai bidang.

Tim dosen Filsafat Ilmu dari UGM (1996) mengatakan bahwa sasaran rekonstruksi dan dekonstruksi biasanya teori-teori ilmu sosial, eksakta, dan filsafat yang ada sudah ada sebelumnya, sementara inovasi-inovasi teknologi semakin hari semakin cepat seperti yang kita saksikan dan nikmati pada masa ini. Teknologi merupakan buah dari perkembangan ilmu pengetahuan yang dikembangkan dari generasi ke generasi. Komputer merupakan hasil pengembangan dari perkembangan listrik (elektronika) yang pada awal penemuannya oleh Faraday belum diketahui kegunaannya. Penemuan bola lampu oleh Edison disusul oleh penemuan radio, televisi, dan komputer. Dari komputer berkembang ke PC (private computer), lap top, dan terakhir simuter yaitu komputer jenis PDA (personal digital assistans). Semua contoh ini merupakan bukti bahwa penemuan teknologi sebagai buah perkembangan ilmu masih berkaitan dengan penemuan-penemuan sebelumnya yang kemudian dikembangkan dengan ukuran fisik yang semakin kecil, tetapi memiliki beragam keunggulan yang lebih besar.

Salah satu hasil teknologi yang menakjub-kan dan kontroversial adalah teknologi rekayasa genetika yang berupa teknologi kloning. Gurdon dari Universit as Cambridge adalah orang pertama yang melakukan teknologi ini pada tahun 1961. Gurdon berhasil memanipulasi telur-telur katak sehingga tumbuh menjadi

kecebong kloning. Pada tahun 1993, Jerry Hall berhasil mengkloning embrio manusia dengan teknik pembelahan. Pada tahun 1997, Ian Wilmut berhasil melakukan kloning mamalia pertama dengan kelahiran domba yang diberi nama Dolly. Pada tahun yang sama lahir lembu kloning pertama yang diberi mana Gene. Pada tahun 1998, para peneliti di Universitas Hawai yang dipimpin oleh Teruhiko Wakayama berhasil melakukan kloning terhadap tikus hingga lebih dari lima generasi. Pada tahun 2000, Gerald Schatten berhasil membuat kera kloning yang diberi nama Tetra. Setelah berbagai keberhasilan teknik kloning yang pernah dilakukan, para ahli malah lebih berencana menerapkan teknik kloning pada manusia.

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Berdasarkan paparan singkat diat as, perkembangan sejarah ilmu pengetahuan sejak kelahirannya sampai era ini dapat disimpulkan bahwa perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dewasa ini tidak dapat dilepaskan dari peran dan pengaruh awal tonggak ilmu pengetahuan, yaitu Filsafat Ilmu. Para ilmuan yang telah menorehkan karya jeniusnya dalam beragam bentuk sesuai dengan masanya telah mengantarkan manusia pada kemajuan yang tanpa batas.

Perkembangan ini berkembang sebagai reaksi dari ilmu pengetahuan yang sudah ada, sehingga mengantarnya pada inovasi yang tiada henti, baik didorong dengan semangat evolusi ataupun revolusi. Jadi, perkembangan ilmu pengetahuan seperti sekarang ini tidaklah ber-langsung secara mendadak, melainkan secara bertahap, sehingga dapat memudahkan manusia dalam menjalankan aktivitasnya, walaupun di satu sisi juga menyumbangkan kemudhratan bagi kehidupan manusia itu sendiri.

Saran

(11)

Dengan demikian, artikel tentang mata rantai ilmu pengetahuan menjadi kaya, dan berkualitas.

DAFTAR PUSTAKA

Bakhtiar, A. 2010. Filsafat Ilmu, Jakarta: Rajawali Pers.

Fat hurrahman, A. 2011. Dinamika Ilmu Pengetahuan: dari Mitos ke Logos. [online] (ht t p://ayieffat hurrahman. wordpress.com/2011/01/12/perjalanan- t0ngkat-estafet-ilmu-pengetahuan-dari-mitos-ke-logos, diakses pada tanggal 13 September 2013)

Jasin, M. 2003. Ilmu Alamiah Dasar. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Mouly, G. J. 1991. “Perkembangan Ilmu”, dalam Ilmu dalam Perspektif: Sebuah Kumpulan Karangan Tentang Hakekat Ilmu, ed. Jujun S. Suriasumantri. Jakarta: Gramedia. Haekal, M. H. 1996. Sejarah Hidup Muhammad.

Jakarta: Litera AntarNusa.

Rizki, L. 2012. Periodesasi Perkembangan Ilmu Pengetahuan. [online] (http://mocikuedu. b l o g s p o t . c o m / 2 0 1 2 / 11 / p e r i o d i s a s i -perkembangan-ilmu.html, diakses pada tanggal 13 September 2013)

Russell, B. 2002. Sejarah Filsafat Barat dan Kaitannya dengan Kondisi Sosio-Politik dari Zaman Kuno hingga sekarang. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Soet riono dan Hanafie, SDRm. R. 2007. Filsafat Ilmu dan Metodologi Penelitian. Yogyakarta: Andi Offset Yogya.

Tim Dosen Filsafat Ilmu Fakultas Filsafat UGM. 1996. Filsafat Ilmu, Yogykarta : Liberty. Zamzami, M. S. 2010. Sejarah Perkembangan

Referensi

Dokumen terkait

Sedangkan untuk hambatan yang disebabkan faktor mata pelajaran, saya harus menggunakan model pembelajaran lain untuk menyampaikan materi mata pelajaran akidah

7 Adanya penurunan pengetahuan (sosialisasi) terhadap suatu mitos untuk menghindari kesalahan yang sama dan menjaga keteraturan yang telah ada dalam masyarakat

Dari aspek produksi, usahatani kapas trans- genik yang dikelola petani di tiga kabupaten contoh pada umumnya petani mengemuka- kan bahwa produksi kapas transgenik lebih

Gerakan tari piring dalam pertunjukan di Kota Medan mengalami proses komodifikasi gerak yang dipengaruhi oleh beberapa alasan, diantaranya kebutuhan penari, permintaan

Perkembangan saat ini menemukan bahwa elektrolit yang terbuat dari film tipis YSZ nanokristalin telah menunjukkan konduktivitas ion yang lebih tinggi daripada material

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DAN KETERAMPILAN DENGAN APLIKASI PENGISIAN PARTOGRAF OLEH MAHASISWA TINGKAT II.. SEMESTER IV KEBIDANAN WIRA HUSADA NUSANTARA

Tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk mempelajari tentang politik dumping yang merupakan suatu kebijakan dalam perdagangan internasional dan membahas

Dengan adanya hasil pretes siswa yang dilakukan sebelum diadakan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD berbantuan komik pada materi bangun ruang kubus, dapat