• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Uraian Teoritis 2.1.1 Ruang Lingkup Usaha Kecil dan Menengah (UKM) - Analisis The C’s Of Credit Sebagai Indikator Penilaian Pemberian Kredit Pada Usaha Kecil Dan Menengah (UKM) PT Bank Sumut Kantor Cabang Pembantu USU

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Uraian Teoritis 2.1.1 Ruang Lingkup Usaha Kecil dan Menengah (UKM) - Analisis The C’s Of Credit Sebagai Indikator Penilaian Pemberian Kredit Pada Usaha Kecil Dan Menengah (UKM) PT Bank Sumut Kantor Cabang Pembantu USU"

Copied!
29
0
0

Teks penuh

(1)

2.1 Uraian Teoritis

2.1.1 Ruang Lingkup Usaha Kecil dan Menengah (UKM)

Pembahasan di dalam Usaha Kecil dan Menengah (UKM) mencakup definisi atau kriteria Usaha Kecil dan Menengah (UKM), jenis dan bentuk usaha yang akan didirikan dan keunggulan-keunggulan dan kelemahan–kelemahan dari Usaha Kecil dan Menengah (UKM). Suatu pedoman yang jelas dalam mendirikan, menjalankan dan mengembangkan Usaha Kecil dan Menengah (UKM) akan memudahkan untuk memahaminya.

a. Definisi dan kriteria Usaha Kecil dan Menengah (UKM)

(2)

1) Di Amerika, kriteria UKM pada sektor manufaktur jika jumlah karyawan kurang dari 500 orang,

2) Di Prancis, kriteria UKM jika jumlah karyawan kurang dari 10 – 40 orang, Jika kurang dari 10 orang dikategorikan usaha kecil,

3) Di Indonesia, Biro Statistik mempunyai kriteria usaha kecil jika karyawannya 5 – 19 orang, jika kurang dari 5 orang karyawan di golongkan usaha rumah tangga, usaha menengah terdiri atas 20–99 karyawan.

Tabel 2.1

Pengelompokan Kegiatan Usaha Ditinjau dari Jumlah Pekerja

Sumber : Partomo dan Rachman (2002:1).

b. Jenis dan Bentuk Usaha Kecil dan Menengah (UKM)

Kegiatan perusahaan pada prinsipnya dapat dikelompokan dalam tiga jenis usaha yaitu (Wibowo dkk, 2003:5):

Usaha Kecil I – kecil 1 -9 pekerja

Kecil II–kecil 10–19 pekerja

Usaha menengah

Besar - Kecil 100–199 pekerja Kecil–Menengah 200–499 pekerja

Menengah–

Menengah

500–499 pekerja

(3)

1) Jenis usaha perdagangan/distribusi

Jenis usaha ini merupakan usaha yang terutama bergerak dalam kegiatan memindahkan barang dari produsen ke konsumen atau dari tempat yang mempunyai kelebihan persediaan ke tempat yang membutuhkan. Jenis usaha ini diantaranya bergerak di bidang pertokoan, warung, rumah makan, peragenan (filial), penyalur (whole saler), pedagang perantara, tengkulak, dan sebagainya. Komisioner dan makelar dapat juga dimasukkan dalam kegiatan perdagangan karena kegiatannya dalam jual-beli barang.

2) Jenis usaha produksi/industri

Usaha produksi/industri adalah jenis usaha yang terutama bergerak dalam kegiatan proses pengubahan suatu bahan/barang menjadi bahan/barang lain yang berbeda bentuk atau sifatnya dan mempunyai nilai tambah. Kegiatan ini dapat berupa produksi/industri pangan, pakaian, peralatan rumah tangga, kerajinan, bahan bangunan dan sebagainya. Dalam hal ini, kegiatan dalam budidaya sektor pertanian/periklanan/peternakan/ perkebunan dan kegiatan penangkapan ikan termasuk jenis usaha produksi.

3) Jenis usaha komersial

(4)

pengiriman barang (ekspedisi), bengkel, salon kecantikan, penginapan, gedung, bioskop dan sebagainya, termasuk praktek dokter dan perencanaan bangunan.

c. Keunggulan dan Kelemahan Usaha Kecil dan Menengah (UKM)

Menurut Lubis (2003) perusahaan skala kecil dan menengah memiliki kelemahan dan keunggulan sebagai berikut:

Keunggulan UKM adalah:

1) Tetap bertahan dan mengantisipasi kelesuan perekonomian yang diakibatkan inflasi maupun berbagai poin penyebab lainnya.

2) Tanpa subsidi dan proteksi, Usaha Kecil dan Menengah (UKM) di indonesia mampu menambah nilai devisa bagi negara.

3) Usaha kecil yang informal mampu berperan sebagai penyangga (buffer) dalam perekonomian masyarakat lapisan bawah.

4) Kemampuan menciptakan kesempatan kerja cukup banyak atau penyerapannya terhadap tenaga kerja.

(5)

6) Fleksibilitas dan kemampuan menyesuaikan diri terhadap kondisi pasar yang berubah dengan cepat dibanding dengan perusahaan skala besar yang pada umumnya birokratis.

7) Prosedur hukum yang sederhana.

8) Pajak relatif ringan, sebab yang dikenakan pajak bukanlah perusahaannya tetapi pengusahannya.

9) Mudah dalam proses pendiriannya.

10) Mudah untuk dibubarkan pada waktu yang dikehendaki. 11) Pemilik mengelola secara mandiri dan bebas waktu. 12) Pemilik menerima seluruh laba.

13) Umumnya mempunyai kecendrungan untuk bertahan.

14) Usaha Kecil dan Menengah (UKM) sangat cocok untuk didirikan oleh para pengusaha yang sama sekali belum pernah menjalankan suatu usaha atau belum pernah mencoba untuk mendirikan suatu usaha sehinggga memiliki sedikit pesaing.

15) Terbukannya peluang dengan adanya berbagai kemudahan dalam peraturan dan kebijakan pemerintah yang mendukung berkembangnya usaha kecil di Indonesia.

(6)

17) Relatif tidak membutuhkan investasi yang terlalu besar, tenaga kerja yang tidak berpendidikan tinggi, serta sarana produksi lainnya yang tidak terlalu mahal.

18) Hubungan kemanusiaan yang akrab dididalam perusahaan kecil. 19) Terdapatnya dinamisme manajerial dan peranan kewirausahaan.

Kelemahan UKM adalah:

1) Umumnya Usaha Kecil dan Menengah (UKM) tidak pernah melakukan studi kelayakan, penelitian pasar, analisis perputaran uang tunai/kas serta penelitian lainnya yang diperlukan dalam suatu aktivitas bisnis.

2) Tidak memiliki perencanaan sistem jangka panjang, sistem akuntansi yang memadai, anggaran kebutuhan modal, struktur organisasi dan pendelegasian kemampuan serta alat-alat manajerial lainnya (perencanaan,pelaksanaan,serta pengendalian usaha) yang umumnya diperlukan oleh suatu perusahaan bisnis yangprofit oriented.

3) Usaha Kecil dan Menengah (UKM) mempunyai kekurangan dalam informasi, baik itu informasi pasar , produk dan informasi lainnnya yang berhubungan dengan bisnis.

(7)

5) Terlalu banyak biaya- biaya yang diluar pengendalian serta hutang yang tidak bermanfaat, juga tidak dipatuhinya ketentuan-ketentuan pembukuan standar.

6) Pembagian kerja pada Usaha Kecil dan Menengah (UKM) tidak proporsional, sering terjadi pengelola memiliki pekerjaan yang melimpah atau karyawan yang bekerja diluar batas jam kerja standar.

7) Kesulitan mengetahui kebutuhan modal kerja, sebab tidak dilakukan perencanaan kas.

8) Sering terjadi kelebihan persediaan barang yang tidak laku.

9) Resiko dan hutang–hutang kepada pihak ketiga ditanggung oleh kekayaan pribadi pemilik.

10) Sumber modal terbatas pada kemampuan pemilik, dan kesempatan untuk mendapatkan kredit dari bank sangat kecil.

2.1.2 Pengertian Kredit

Istilah kredit berasal dari bahasa Latin “credere” yang artinya kepercayaan,

(8)

Pengertian kredit berdasarkan Undang–Undang Perbankan nomor 10 tahun 1998 adalah “Penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam meminjam antar bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam melunasi utangnya setelah jangka waktu tertentu dengan pemberian bunga.

Suatu aktivitas bisnis tidak akan dapat berjalan dengan baik bila tidak didukung oleh ketersediaan dana yang baik dan mencukupi (Situmorang, 2009:176). Dalam menjalankan bisnis membutuhkan dana untuk menjalankannya, salah satu sumber dana bisa berasal kredit modal kerja yang berasal dari bank. Pada umumnya usaha membutuhkan pinjaman dana yang akan digunakan untuk berbagai tujuan pinjaman dana atau kredit diperoleh dari dari pihak penyedia dana seperti perbankan.

Unsur- unsur yang terdapat didalam kredit adalah (Kasmir, 2008:98):

a. Kepercayaan, yaitu suatu keyakinan pemberi kredit bahwa kredit yang diberikan (berupa uang, barang atau jasa) akan benar-benar diterima kembali di masa tertentu di masa datang. Kepercayaan ini diberikan oleh bank, dimana sebelummnya sudah dilakukan penelitian penyelidikan tentang nasabah baik secara interen maupun eksteren. Penelitian dan penyelidikan tentang kondisi masa lalu dan sekarang terhadap nasabah pemohon kredit.

(9)

Jangka waktu tersebut bisa berbentuk jangka pendek, jangka menengah atau jangka panjang.

c. Kesepakatan, disamping unsur percaya di dalam kredit juga mengandung unsur kesepakatan antara si pemberi kredit dengan si penerima kredit. Kesepakatan ini dituangkan dalam suatu perjanjian dimana masing-masing pihak menandatangani hak dan kewajiban masing-masing.

d. Risiko, adanya suatu tenggang waktu pengembalian akan menyebabkan suatu risiko tidak tertagihnya/macet pemberian kredit. Semakin panjang suatu kredit semakin besar risikonya demikian pula sebaiknya. Risiko ini menjadi tanggungan bank, baik risiko yang disengaja oleh nasabah yang lalai, maupun oleh risiko yang tidak disengaja. Misalnya terjadi bencana alam atau bangkrutnya usaha nasabah tanpa ada unsur kesengajaan lainnya.

(10)

2.1.3 Peranan Kredit Bagi Usaha Kecil dan Menengah (UKM)

Di Indonesia modal telah lama diakui sebagai salah satu hal yang sangat penting karena berbagai peranannya dalam menjalankan usaha. Usaha dalam mendirikan dan menjalankannya memerlukan dana (modal) untuk membiayai seluruh pengadaan kegiatannya. Hubungan kepentingan modal dapat dilihat ketika ide bisnis (business plan) telah disiapkan pada akhirnya tidak bisa berjalan karena membutuhkan modal, modal tetap menjadi poin penting. Modal ada bermacam bentuk, salah satu bentuk modal dapat berupa kredit.

Secara ekonomi, Kredit dapat diartikan sebagai pemindahan daya beli dari satu tangan ke tangan lain, atau penciptaan daya beli (Sutojo, 1997:193).

1. Pemindahan daya beli

(11)

2. Penciptaan daya beli

Dari sisi kreditur merupakan penciptaan daya beli, dimana dengan fasilitas kredit yang diterimanya, para peminjam/pengusaha telah mempunyai rencana untuk apa kredit tersebut akan dipergunakan, untuk investasi ataukan untuk modal kerja.

Rahmadana dan Lumbanraja (2002) mengatakan Pengusaha ekonomi lemah yang kekurangan modal dapat mengajukan permohonan kredit, dengan demikian sangat membantu dalam pembangunan nasional. Kredit merupakan suatu benda yang intangible yang pada dewasa ini sangat dibutuhkan oleh masyarakat dalam rangka mendorong dan melancarkan perdagangan, mendorong dan melancarkan produksi, jasa-jasa dan bahkan konsumsi yang semuanya itu ditujukan untuk taraf hidup manusia (Firdaus dan Ariyanti, 2009:1).

(12)

2.1.4 Poin-poin Penilaian Kelayakan Pemberian Kredit DalamThe C’s of

creditkepada UKM

Bank mempunyai fungsi intermediasi, yaitu menghimpun dana dari masyarakat dan menyalurkan kembali dana tersebut kepada masyarakat/pengusaha yang memerlukannya. Bank melakukan kegiatan bisnis (business) yang adalah salah satu kegiatan bisnisnya berupa penyaluran dana atau kredit berwujud uang.

Penyaluran kredit disalurkan ke berbagai jenis usaha, Usaha skala besar, Usaha skala sedang dan Usaha Kecil dan Menengah (UKM). Sebelum pihak perbankan memberikan kredit, debitur harus memenuhi aturan-aturan yang telah ditetapkan seperti debitur harus menyiapkan draft dokumentasi permohonan kredit yang bertujuan agar debitur yang mengajukan kredit tidak dapat melepaskan diri dari tanggung jawab proses perkreditan tersebut.

Bank dengan seluruh aparatnya memiliki kemampuan bertanya tentang tujuan dari pengajuan kredit tersebut agar terhindar dari tujuan yang seperti (Firdaus dan Ariyanti,2009:43):

1. Kredit untuk tujuan spekulasi/perjudian/terlarang lainnya. 2. Kredit untuk usaha namun tanpa informasi keuangan.

3. Kredit untuk usaha yang memerlukan keahlian khusus, namun bank tidak memilikinya.

(13)

Setelah proses tujuan permohonan dilewati kemudian bank dilakukan riset bisnis. Riset bisnis adalah proses pengumpulan, pencatatan, dan analisis data yang sistematik dan obyektif untuk membantu dalam pembuatan keputusan-keputusan bisnis (Wibisono, 2008:2). Riset bisnis dengan menggunakan penilaian The C’s of Credit bertujuan mengetahui apakah usaha nasabah layak (feasible)dapat dipasarkan (marketable) serta menguntungkan (profitable). The C’s of Credit menganalisis data mentah yang diperoleh dari debitur UKM dalam pemberian kredit. Data yang baik adalah data yang bisa dipercaya kebenarannya (reliable), tepat waktu dan mencakup ruang lingkup yang luas atau bisa memberikan gambaran tentang suatu masalah secara menyeluruh merupakan data relevan (Situmorang dan Muslich, 2011:1).

Ada tiga data yaitu data mentah atau data awal yang merupakan hasil pengumpulan, kemudian data hasil pengelolaan yang dikelola dengan menggunakan metode The C’s of Credit, dan data hasil analisis berupa kesimpulan apakah Debitur UKM layak menerima Kredit. Kesimpulan mempunyai peringkat tertinggi sebab langsung dapat dipergunakan untuk menyusun saran atau usul untuk dasar membuat keputusan (Situmorang dan Muslich, 2011:1).

(14)

berkembang. Hal ini ditandai dengan bertambahnya poin yang dinilai dalam the five C of creditdan salah satunya adalah kemampuan untuk meminjam.

The five C of credit berkembang menjadiThe C’s of Credit(Sutojo, 1997:293) yang meliputi kemampuan untuk meminjam (the competence to borrow), karakter (character) kemampuan dalam memperoleh pendapatan/laba (create income), fasilitas produksi (capital), jaminan (collateral) dan keadaan ekonomi (condition of economy) yang bertujuan agar resiko kredit yang akan ditanggung oleh bank dapat diminimalisasi dan kredit yang diberikan lebih terjamin pengembaliannya.

Urutan pengembalian kredit dapat digolongkan sebagai berikut (Firdaus dan Arianti, 2009:23).

1. Kredit Lancar (L).

2. Kredit Dalam Perhatian Khusus (DPK). 3. Kredit Kurang lancar (KL).

4. Kredit Diragukan (D). 5. Kredit Macet( M).

(15)

a. Besar kredit yang diberikan

Semakin besar jumlah kredit yang akan diberikan, semakin besar pula resiko yang akan ditanggung bank, sehingga semakin dalam pula penelitian seluruh poin yang mempengaruhi kemampuan dan kesediaan debitur mengembalikan kredit.

b. Jangka waktu kredit

Semakin lama jangka waktu kredit, semakin besar resiko yang akan ditanggung bank, sehingga semakin dalam pula penelitian atas poin-poin tersebut.

c. Reputasi calon debitur dimasyarakat.

Analisa permintaan kredit yang diajukan calon debitur besar dan bereputasi cemerlang dimasyarakat tidak akan sulit jika dibandingkan dengan analisa permintaan kredit yang diajukan calon debitur yang belum terkenal.

d. Hubungan calon debitur dengan bank.

Analisa permintaan kredit yang diajukan calon debitur yang telah lama dikenal bank seringkali dibatasi pada poin–poin pengaruh tertentu saja. Hubungan calon debitur dengan bank tersebut dapat berbentuk nasabah dalam transaksi giro, tabungan dan deposito maupun dalam bentuk pemberian kredit lama.

(16)

Ruang Lingkup Analisa Kredit

The C’s of Credit

Tujuan Poin-Poin yang mendukung

Ruang LingkupThe C’s of Creditdigambarkan sebagai berikut:

Sumber: Siswanto Sutojo (1997:293)

Gambar 2.1. Ruang LingkupThe C’s of Credit

(17)

Poin-poin dalamthe C’s of Creditadalah:

1. Kemampuan untuk meminjam(the competence to borrow)

Poin kemampuan untuk meminjam merupakan adalah bank mendapatkan kepastian tentang debitur dengan cara rekomendasi dari pihak ketiga yang secara khusus mempunyai kemampuan penilaian untuk menjaminkan debitur kepada pemberian kredit yang dilakukan. Poin ini diperlukan untuk memberikan rasa aman dan kemungkinan lain yaitu debitur tidak mampu mengembalikan kredit.

Penolakan kredit dapat dilakukan oleh bank jika bank tidak memiliki kepercayaan akan rekomendasi dari pihak ke tiga kepada debitur yang tidak mempunyai kemampuan untuk meminjam. Penilaian terhadap poin kemampuan untuk meminjam dapat dilakukan bank dengan mempelajari kemampuan dari si peminjam dan kinerja sebelumnya dan mengapa pihak ketiga merekomendasi debitur dalam perjanjian kredit.

2. Karakter (character)

(18)

poin yang sulit dianalisis, sebab dalam batas waktu tertentu karakter buruk dapat ditutupi.

Gambaran tentang karakter seseorang hanya dapat diperoleh melalui kesan-kesan yang diperoleh dari pertemuan orang tersebut. Jujur dan mau bekerja sama merupakan dua macam karakter yang diperlukan bank untuk menjamin kelancaran transaksi kredit mereka dengan debitur. Debitur yang jujur tidak akan menyalahgunakan kredit yang mereka terima. Disamping itu debitur yang jujur dan kooperatif tidak akan memberikan dokumen, data masukan dan informasi yang tidak benar.

Dalam upaya “penyidikan” tentang karakter ini pihak bank haruslah

mengumpulkan data dan informasi-informasi dari pihak yang dapat dipercaya (Firdaus dan Ariyanti, 2009:84). Sebagai contoh dalam hal menghadapi nasabah baru, bank biasa meminta informasi dari Bank Indonesia dan bank-bank lain, kenalan-kenalan dan tetangga-tetangga calon peminjam bahkan dari ketua RT (rukun tetangga), RW (rukun warga), kepala desa atau camatnya.

(19)

penguasaan tetang bagaimana memahami perilaku individu dan pemahaman tentang perilaku perusahaan.

3. Kemampuan menghasilkan pendapatan/laba (ability to create income)

Kemampuan oleh debitur dalam mengembalikan kredit dipengaruhi kemampuan mereka dalam menghasilkan pendapatan dan laba. Semakin banyak laba yang dapat mereka hasilkan, maka pengembalian kredit tidak akan menjadi hal yang sulit. Bank juga harus memperhatikan besarnya pendapatan dan pengeluaran yang dilakukan oleh calon debitur.

Bank harus meneliti tentang keahlian calon debitur dalam bidang usahanya dan kemampuan manajerialnya, sehingga bank yakin bahwa usaha yang akan dibiayainya dikelola orang–orang yang tepat, sehingga calon debiturnya dalam jangka waktu tertentu mampu melunasi atau mengembalikan pinjamannya (Nogi, 2003:35).

(20)

Kemampuan menghasilkan laba dapat diperoleh dari informasi calon debitur mengenai:

a. Untuk perusahaan

1) Informasi Neraca Keuangan, 2) Laporan Laba/Rugi,

3) Laporan penjualan barang, 4) Laporan persediaan/stockbarang,

5) Aging scheduledan saldo piutang dagang, dan lain- lain b. Untuk perorangan

1) Data keuangan nasabah melalui rekening banknya, 2) Daftar penghasilan pribadi perorangan,

3) Daftar jumlah tanggungan keluarga perorangan tersebut, 4) Izin domisili dan tempat tinggal tetap kependudukannya. 4. Fasilitas produksi (capital)

(21)

Kondisi dan umur dari fasilitas produksi yang dimiliki calon debitur mempunyai pengaruh terhadap keberhasilan program pemasaran hasil produksi yang mereka usahakan. Mesin dan peralatan tua, dengan teknologi produksi yang ketinggalan zaman sulit diharapkan menghasilkan produk yang kompetitif.

Analisis kredit juga harus mendapatkan kepastian tentang status kepemilikan fasilitas produksi. Apabila calon debitur tidak ikut memiliki fasilitas produksi yang mereka operasikan, jika suatu saat pemilik fasilitas produksi tersebut menarik kembali fasilitas produksi yang dimiliknya tersebut, maka kelangsungan perusahaan akan terganggu.

Fasilitas produksi juga dapat dianalisis dari laporan keuangan. Bank melakukan analisis terhadap posisi keuangan secara menyeluruh untuk melihat mengenai masa lalu dan yang akan datang, sehinggga dapat diketahui kemampuan permodalan calon debitur dalam menunjang pembiayaan proyek atau usaha calon debitur yang bersangkutan.

(22)

5. Jaminan kredit (collateral)

Collateral adalah jaminan atau agunan yaitu harta benda milik debitur atau pihak ke 3 yang diikat sebagai agunan andaikata terjadi ketidakmampuan debitur tersebut untuk menyelesaikan utangnnya sesuai dengan perjanjian kredit (Firdaus dan Ariyanti, 2009:86).

Dua fungsi collateral yaitu, pertama untuk pembayaran utang seandainya debitur tidak mampu membayar dengan jalan menguangkan/menjual jaminan tersebut. Sedangkan fungsi kedua, sebagai akibat dari fungsi pertama ialah merupakan salah satu poin penentu jumlah kredit yang dapat diberikan. Adapun Jaminan yang dapat dijadikan jaminan kredit oleh calon debitur adalah sebagai berikut (Kasmir, 2008 :107):

a. Dengan jaminan

1) Jaminan benda berwujud, yaitu barang-barang yang dapat dijadikan jaminan seperti:

a) Tanah

1. Bangunan.

(23)

6. Dan lainnya.

2) Jaminan benda tidak berwujud yaitu benda-benda yang merupakan surat-surat yang dijadikan jaminan seperti:

7. Sertifikat saham. 8. Sertifikat obligasi. 9. Sertifikat tanah. 10. Sertifikat deposito.

11. Rekening tabungan yang dibekukan. 12. Rekening giro yang dibekukan. 13. Promes.

14. Wesel.

15. Dan surat tagihan lainnya. b. Jaminan orang

(24)

Kredit tanpa jaminan maksudnya adalah bahwa kredit yang diberikan bukan dengan jaminan barang tertentu. Biasanya diberikan untuk perusahaan yang memang benar-benar bonafid dan professional sehingga kemungkinan kredit tersebut macet sangat kecil. Dapat pula kredit tanpa jaminan hanya dengan penilaian terhadap prospek usahannya atau dengan pertimbangan untuk pengusaha-pengusaha ekonomi lemah.

Analisis yang telah dilakukan bank terhadap berbagai aspek yang lain seperti telah disebutkan diatas tidak selalu dapat mencerminkan kinerja nasabah di masa yang akan datang, pihak bank perlu berjaga-jaga terhadap kemungkinan yang terburuk antisipasi terhadap kemungkinan macetnya pemenuhan kewajiban oleh nasabah adalah kewajiban penyerahan berbagai bentuk agunan sebelum dana diberikan kepada nasabah.

Hal penting dalam penyerahan agunan adalah keabsahan secara yuridis dalam perjanjian pengikatan agunan. Pihak bank harus yakin bahwa agunan telah diserahkan berdasarkan perjanjian yuridis. Agunan ini meliputi (Triandaru dan Budisantoso, 2008:116):

(25)

2. Agunan tambahan yaitu barang yang tidak dibiayai bank oleh dana bank dan bukan merupakan bagian barang yang digunakan untuk kegiatan operasional usaha nasabah. Apabila usaha nasabah mengalami masalah atau bangkrut, sering kali dana kas atau persediaan atau piutang tidak dapat lagi dilikuidasi untuk memenuhi berbagai kewajiban nasabah kepada pihak lain. Oleh sebab itu, nasabah harus menyerahkan agunan tambahan diluar barang yang digunakan untuk kegiatan operasional usaha nasabah.

Jika prospek perusahaan makin tidak menentu, kemudian tidak lagi ditemukan sumber-sumber pembayaran lain dari debitur, maka sebaiknya bank menyarankan agar debitur menjual jaminannya. Kalau debitur setuju, maka kedua belah pihak mencari calon pembeli yang potensil.

Harga penjualan pada dasarnya harus disepakati oleh kedua belah pihak. Hasil penjualan inilah yang menjadi sumber pengembalian kredit. Ada kalanya jaminan tersebut dibeli oleh bank tetapi dengan syarat harus disepakati oleh debitur. Jika terdapat sisa lebih dari hasil penjualan jaminan maka sisa tersebut menjadi hak debitur sepenuhnya. Tetapi yang sering terjadi adalah hasil penjualan barang jaminan tersebut tidak menutupi pinjaman.

(26)

pinjaman dianggap telah selesai dan membiarkan sisa utang itu tetap terbuka dengan harapan suatu saat debitur akan membayarnya (Firdaus dan Ariyanti, 2009:144).

6. Keadaan ekonomi (conditon of economy)

Perkembangan kondisi ekonomi nasional, regional dan internasional membawa dampak positif atau negatif pada kondisi bisnis banyak perusahaan. Oleh karena itu terutama setelah menganalisa permintaan kredit dalam jumlah besar, dengan jangka waktu menengah atau panjang), para analisis kredit wajib meneliti prospek perkembangan ekonomi dan bisnis selama masa perjanjian kredit.

Kemerosotan usaha bisnis suatu perusahan dapat disebabkan karena adanya persaingan di pasar. Munculnya perusahaan baru yang lebih kuat, atau produk impor yang lebih baik dan lebih banyak beredar di pasaran serta lebih murah dapat memerosotkan usaha bisnis banyak perusahaan yang sebelumnya beroperasi secara menguntungkan.

(27)

2.2 Penelitian Terdahulu

Penelitian mengenai analisis The C’s of Credit sebagai indikator penilaian pemberian kredit kepada usaha kecil dan menengah (UKM) telah dilakukan oleh Lubis (2003) dengan judul analisis the C’s of Credit sebagai indikator penilaian pemberian kredit kepada usaha kecil dan menengah (UKM) pada PT Bank Sumut Cabang Utama Medan.

(28)

2.3 Kerangka Konseptual

Kerangka Konseptual merupakan sintesis atau ekstrapolasi dari tinjauan teori dan penelitian terdahulu yang mencerminkan keterkaitan antara variabel yang diteliti dan merupakan tuntutan untuk memecahkan masalah penelitian yang berbentuk bagai alur, model matematik yang dilengkapi dengan penjelasan kualitatif.

PT Bank Sumut memberikan kredit kepada Usaha Kecil dan Menengah (UKM) dengan memperhatikan Poin-poin dalamThe C’s of credit, yaitu

a. Kemampuan untuk meminjam (the competence to borrow), kemapuan dari debitur dalam menjalankan usaha dengan penilaian terhadap kelengkapan surat–surat pendirian perusahaan.

b. Karakter (character),yaitu karakter sifat, kebiasaan debitur sangat berpengaruh pada pemberian kredit.

c. Kemampuan dalam memperoleh pendapatan/laba (ability to create income), berhubungan dengan kemampuan yang dimiliki debitur untuk mengembalikan pinjaman.

d. Fasilitas produksi (capital), melihat banyaknya modal yang dimiliki debitur atau berapa banyak modal yang ditanamkan debitur dalam usahanya

(29)

f. Keadaan ekonomi (condition of economy),keadaan perekonomian disekitar tempat tinggal debitur juga menjadi perhatian untuk memperhitungkan kondisi ekonomi yang akan terjadi di masa yang akan datang.

Poin-poin tersebut dianalisis dan dievaluasi sesuai dengan tingkat kepentingan setiap poin dalam The C’s of credit tersebut untuk mengetahui apakah layak diberikan kredit atau tidak.

Sumber : Bank Sumut, Data diolah penulis

Gambar

Tabel 2.1
Gambar 2.1. Ruang Lingkup The C’s of Credit
Gambar 2.2 Kerangka Konseptual

Referensi

Dokumen terkait

,lEitEiE?;Eliy?,trElEEli;ili;..

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa program pencatatan kegiatan secara online sebagai cara untuk meningkatkan kinerja kegiatan

Jakarta, January 16, 2007 – PT Indosat Tbk (“Indosat”) was the first company to issue Sharia Bond in Indonesia in the year 2002 through Mudharabah Sharia Bond.. Indosat also

[r]

Pemberian campuran herbisida berbahan aktif IPA Glifosat dan 2,4 D Amina terhadap gulma sasaran memperlihatkan gejala kerusakan pada empat hari setelah aplikasi

S|RUP adalah aplikasi Slstem lntormasi Rencana Umum Pengadaan berbasis web yang funqsinya sebagai gaEna atau alat untuk mengumumkan RUP.. SiRUP bgrtujuan untu

Penulisan ilmiah ini membahas mengenai cara pembuatan situs dedyjaya.com dengan fasilitas dan pengelolaan yang baik. Situs dedyjaya.com sendiri merupakan sarana untuk

Sasaran dari kegiatan ini adalah tersedianya jasa administrasi keuangan kantor dalam satu tahun (12 bulan).. Alokasi anggaran untuk kegiatan ini sebesar