II - 1
Profil Kabupaten Bantaeng
2.1 Wilayah Administrasi
Kabupaten Bantaeng secara geografis terletak ± 120 km arah selatan Makassar,
Ibukota Propinsi Sulawesi Selatan dengan posisi 5°21’13’’ 5°35’26’’ Lintang Selatan dan
119°51’42’’-120°05’27’’ Bujur Timur. Berada di kaki Gunung Lompobattang, Kabupaten
Bantaeng memiliki Topografi yang terdiri dari daerah pantai, daratan, dan pegunungan.
Luas wilayah daratan mencapai 395.83 km2 dan luas wilayah perairan mecapai 144 km2. 59,33 km2atau sekitar 14,99% dari wilayahnya merupakan daerah pesisir dengan kemiringan 0-2 meter, 168,75 km2atau sekitar 42,64% dari luas wilayahnya merupakan daratan yang landai dengan kemiringan 2-15 meter, 81,86 km2atau sekitar 20,68% dari luas wilayahnya merupakan daratan dengan kemiringan 15-40 meter sedangkan 83,80
km2atau sekitar 21,17% sisanya merupakan daerah daratan dengan kemiringan lebih dari 40 meter.
Letak geografi Kabupaten Bantaeng yang strategis memiliki alam tiga dimensi,
yakni bukit pegunungan, lembah dataran dan pesisir pantai, dengan dua musim. Iklim di
daerah ini tergolong iklim tropis basah dengan curah hujan tahunan rata-rata setiap
bulan 14 mm. Dengan adanya kedua musim tersebut sangat menguntungkan bagi
sektor pertanian.
Kabupaten Bantaeng terletak di bagian selatan propinsi Sulawesi Selatan yang
berbatasan dengan :
Sebelah Utara : Kabupaten Gowa dan Kabupaten Bulukumba
Sebelah Timur : Kabupaten Bulukumba
Sebelah Selatan : Laut Flores
Sebelah Barat : Kabupaten Jeneponto
II - 2
Secara administratif, Kabupaten Bantaeng terbagi atas 3 Kecamatan tepi pantai,
dan 5 Kecamatan bukan pantai, dengan rincian 17 desa/kelurahan pantai dan 50
desa/kelurahan bukan pantai. dan terletak di daerah pantai yang memanjang pada bagian barat dan timur kota. Luas wilayah Administratif menurut Kecamatan di
Kabupaten Bantaeng terlihat pada table berikut :
Tabel 2.1. Luas Wilayah Menurut Kecamatan dan Desa/Kelurahan Tahun 2014
II - 5
II - 6
II - 7
II - 8
2.2 Potensi Wilayah Kabupaten Bantaeng
Potensi Ekonomi
Kabupaten Bantaeng terletak di daerah pantai yang memanjang pada bagian
barat dan timur sepanjang 21,5 kilometer yang cukup potensial untuk perkembangan
perikanan dan rumput laut.
Kekayaan alam yang dimiliki Kabupaten Bantaeng menghasilkan keragaman
hayati dan hewani yang dapat bernilai ekonomis. Dengan kondisi alam yang sangat
cocok dengan berbagai jenis hewan dan tanaman, memberikan peluang daerah
Bantaeng untuk dikembangkan menjadi sentra produksi beberapa komoditas
unggulan, sehingga Bantaeng bisa menjadi sentra penghasil benih dan bibit unggul.
Beberapa komoditi yang sudah berhasil dikembangkan adalah tanaman
pangan yaitu padi, jagung, talas, ubi kayu, kacang hijau dan kacang tanah. Khusus
untuk tanaman talas, daerah ini akan menjadi penghasil bibit tananaman talas dan
akan disuplai ke daerah lain yang membutuhkan. Sedangkan untuk tanaman sayuran
yang telah dikembangkan seperti kol, kentang, wortel, labu siam, bawang merah dan
petai, menjadikan Kabupaten Bantaeng menjadi penyuplai komoditi ini di kawasan
Selatan Sulawesi Selatan. Tanaman buah-buahan yang sudah berhasil
dikembangkan seperti mangga, strawberi dan apel. Pengembangan budidaya
tanaman apel dan strawberi di daerah ini menjadi pemicu banyaknya wisatawan lokal
yang berkunjung ke Bantaeng. Di bidang perternakan, selain ayam di daerah ini
cocok dikembangkan ternak sapi, kuda dan kambing. Di bidang perkebunan iklim
sebagian besar wilayah kabupaten Bantaeng cocok untuk tanaman kakao, kapuk,
kopi, cengkeh dan kelapa.
Di bidang perikanan khususnya budidaya rumput laut daerah ini berhasil
merubah perekonomian masyarakat pesisir yang identik dengan masyarakat
berpenghasilan rendah menjadi masyarakat yang berpenghasilan memadai. Selain
itu, telah dikembangkan budidaya ikan air tawar yang kedepannya Kabupaten
II - 9
Potensi Pariwisata
Kabupaten Bantaeng kaya dengan potensi objek wisata baik wisata alam
maupun wisata budaya dan merupakan salah satu sumber pendapatan ekonomi
Kabupaten Bantaeng, beberapa diantaranya adalah:
a. Objek Wisata Alam
1. Permandian Alam Eremerasa
Permadian ini terletak di desa Kampala Kecamatan Eremerasa yang
berjarak 16 km dari ibukota Bantaeng atau sekitar 30 menit dengan
perjalanan mobil.
2. Air Terjun Bissapu
Letaknya di Desa Bontosallung Kecamatan Bissapu, jaraknya sekitar 5
km dari ibukota Bantaeng melewati tanjakan yang berkelok-kelok.
3. Pantai Pasir Putih Korong Batu
Letaknya tidak jauh dari jalan raya. Pantai ini berada di Desa Baruga,
Kecamatan Pa’jukukang, jaraknya sekitar 18 km dari ibukota Bantaeng.
4. Pantai Lamalaka, di Kelurahan Lembang Kecamatan Bantaeng
5. Wisata Agro, yang terdiri dari kawasan holtikultura (ladang wortel,
kentang, ladang kol, bawang merah) dan kawasan perkebunan (kebun
kopi, cengkeh, durian, apel, rambutan, langsat, manggis, dan strobery).
6. Desa Wisata Bonto Lojong
Merupakan salah satu desa dstinasi pariwisata di Kabupaten Bantaeng
yang perlu perhatian dari pihak pemerintah. Desa iniberpotensi sebagai
desa wisata, letaknya di Kecamatan Uluere, 21 km dari ibukota
kabupaten. Dengan kondisi jalan yang sudah diaspal hotmix,
memungkinkanlah desa ini bisa dijangkau dengan kendaraan roda
empat dan roda dua, serta bisa pula melalui empat rute yang berbeda.
Masyarakatnya kebanyakan hidup sebagai petani dan pedagang.
7. Pantai Seruni, terletak di Kelurahan Tappanjeng Kabupaten Bantaeng.
Berada dalam kota Bantaeng, perjalanan menuju ke sana dapat
II - 10 8. Wisata Outbond Loka
9. Areal Persawahan
10. Areal Penanaman Rumput Laut
11. Kawasan Mancing
b. Objek Wisata Budaya, diantaranya :
1. Rumah Adat Balla Lompoa Letta
2. Lantebung
3. Lembang
4. Bassia
5. Kawasan Adat Gantarangkeke Gua Batu Ejayya
6. Pangngangreang Tudea
7. Mesjid Tua Taqwa Tompong
8. Makam Datuk Pakkalimbungan
9. Makam Tau Tetea ri Je’ne
10. Makam Pra Islam
11. Komplek Makam Raja La Tenri Rua
12. Komplek Pekuburan Belanda
13. Pesta Adat Pajukukang
14. Pesta Adat Gantarangkeke
15. Atraksi Pepeka
16. Hari Jadi Bantaeng
2.3 Demografi dan Urbanisasi
Kabupaten Bantaeng berdasarkan proyeksi penduduk tahun 2015 sebanyak
183.386 jiwa. Dibandingkan dengan proyeksi jumlah penduduk tahun 2014,
penduduk Kabupaten Bantaeng mengalami pertumbuhan sebesar 0,61 persen.
II - 11
perempuan sebesar 93, yang berarti bahwa jumlah penduduk perempuan lebih
banyak dibandingkan jumlah penduduk laki-laki yaitu sebanyak 94.896 jiwa,
sedangkan jumlah penduduk laki-laki 88.490 jiwa. Kepadatan penduduk di
Kabupaten Bantaeng tahun 2015 mencapai 463 jiwa/km2, yang berarti bahwa dalam satu km2 di huni oleh 463 penduduk. Kepadatan Penduduk di 8 kecamatan cukup beragam, dan kepadatan penduduk tertinggi terletak di Kecamatan Bantaeng dengan
kepadatan sebesar 1.321 jiwa/km2 dan terendah di Kecamatan Uluere sebesar 167 jiwa/km2. Berdasarkan kelompok umur, jumlah penduduk Kabupaten Bantaeng tertinggi berada pada kelompok umur 10 – 14 tahun yaitu sebanyak 17.815 jiwa dan
terendah berada pada kelompok umur 70 – 74 tahun yaitu sebanyak 2.769 jiwa.
Tabel 2.2. Banyaknya Penduduk menurut Kecamatan dan Jenis Kelamin
Tahun 2010, 2014 dan 2015 di Kabupaten Bantaeng
Kecamatan
Jumlah Penduduk Laju Pertumbuhan Penduduk per Tahun
2010 2014 2015 2010-2015 2014-2015
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
Sumber data : Kabupaten Bantaeng dalam angka 2016
Pada tahun 2014, garis kemiskinan di Kabupaten Bantaeng meningkat
II - 12
2010 2011 2012 2013 2014
Grafik 2.1. Garis Kemiskinan di Kabupaten Bantaeng, 2010 – 2014 (rupiah)
Persentase penduduk miskin menurun menjadi 9,68 persen seperti terlihat
pada table 2.3 berikut ini :
Tabel 2.3. Garis Kemiskinan dan Penduduk Miskin
di Kabupaten Bantaeng, 2010 – 2015
Tahun Garis
Sumber : Survei Sosial Ekonomi Nasional
Jumlah penduduk Kabupaten Bantaeng dari tahun ke tahun terus meningkat.
Pada tahun 2011 jumlah penduduk Kabupaten Bantaeng sebanyak 178.477 jiwa dan
pada Tahun 2015 mencapai 183.386 jiwa. Data tersebut menunjukkan bahwa
pertumbuhan penduduk selama kurun waktu lima tahun terakhir yaitu 4.909 jiwa atau
II - 13
Proyeksi secara umum adalah untuk mengetahui perkembangan di masa yang
akan dating berdasarkan data yang telah ada. Proyeksi pada dasarnya merupakan
suatu perkiraan atau taksiran mengenai terjadinya suatu kejadian (nilai dari suatu
variabel) untuk waktu yang akan datang. Hasil proyeksi menggambarkan tingkat
kemampuan untuk masa yang akan datang. Untuk menghindari atau mengurangi
tingkatan resiko dari kesalahan, maka diperlukan asumsi-asumsi yang dibuat oleh
pihak pengambil keputusan, yang didukung oleh proyeksi tentang tingkat
kemampuan populasi peternakan di masa depan secara objektif. Proyeksi penduduk
bukan merupakan ramalan jumlah penduduk tetapi suatu perhitungan ilmiah yang
didasarkan pada asumsi dari komponen-komponen laju pertumbuhan penduduk,
yaitu kelahiran, kematian, dan perpindahan (migrasi).
Untuk menghitung laju pertumbuhan penduduk, digunakan rumus yaitu :
r = {(Pt /P0)(l/t)- l} x 100
Sedangkan untuk menghitung proyeksi laju pertumbuhan penduduk
menggunakan asumsi pada Pertumbuhan Geometri, karena laju pertumbuhan ini
bersifat berskala atau bertahap dalam selang waktu tertentu. Adapun Rumus yang
digunakan sebagai berikut:
Pn = P0 ( l + r )n
dengan :
Pn = Jumlah penduduk pada n tahun
P0 = Jumlah penduduk pada awal tahun
r = Tingkat pertumbuhan penduduk
n = Periode waktu dalam tahun
Adapun hasil proyeksi laju pertumbuhan penduduk di Kabupaten Bantaeng
II - 14
Tabel 2.4. Proyeksi Jumlah Penduduk Kabupaten Bantaeng 5 Tahun Mendatang
(2015 – 2019)
Kabupaten Luas
(km2)
Jumlah Penduduk (jiwa)
2015 2016 2017 2018 2019
Bantaeng 395,83 183.386 184.517 185.581 186.612 187.626
2.4 Isu Strategis Sosial, Ekonomi, dan Lingkungan
Keberhasilan yang telah dicapai di bidang pertanian, peternakan, perkebunan,
perikanan dan kehutanan menyebabkan sektor pertanian memberikan kontribusi
terbesar pada PDRB Kabupaten Bantaeng. Demikian halnya dibidang perindustrian
daerah ini berpacu dan berbenah membuka industri untuk mengolah bahan baku
yang tersedia cukup banyak di daerah ini.
Industri yang sudah ada antara lain industri pengalengan ikan dan industri
pembuatan kue kering, kripik dengan bahan baku dari jagung dan rumput laut.
Peluang usaha yang berhasil diciptakan diharapkan membuka lowongan kerja
di daerah ini, sehingga dapat mengurangi pengangguran, meningkatkan pendapatan
dan menambah daya beli masyarakat. Dari hasil perhitungan PDRB, Kabupaten
Bantaeng selama periode 2010-2014 menunjukkan peningkatan yang
menggembirakan karena beberapa sektor mengalami pertumbuhan yang cukup
signifikan. Demikian halnya apabila dilihat dari konstribusi PDRB Bantaeng terhadap
PDRB Sulawesi Selatan yang semakin meningkat. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat
II - 15
Tabel 2.5. Perkembangan PDRB Kab. Bantaeng dan Sulawesi Selatan
Atas Dasar Harga Berlaku, Tahun 2010 – 2014
2010 99,707,775.80 1,532,792.97 1.54
2011 117,612,050.92 1,831,773.14 1.56
2012 137,146,162.09 2,179,096.90 1.63
2013 159,427,096.96 2,536,709.90 1.59
2014 *) 2,960,654.54 *)
Rata – Rata 1.58
Sumber data : Data Bappeda Tahun 2014 *) data belum tersedia
Pertumbuhan ekonomi dapat dilihat dari besarnya nilai PDRB yang berhasil
diciptakan pada tahun tertentu dibandingkan dengan nilai PDRB tahun sebelumnya.
Dimana Nilai PDRB yang digunakan itu adalah Nilai PDRB atas dasar harga konstan.
Penggunaan nilai atas dasar harga konstan ini karena telah dikeluarkannya pengaruh
perubahan harga, sehingga perubahan yang diukur merupakan pertumbuhan
ekonomi. Sejak tahun 2002 pertumbuhan ekonomi baik nasional maupun regional
dihitung dengan menggunakan harga konstan 2000 sebagai tahun dasar, yang
sebelumnya menggunakan tahun dasar tahun 1993
Perubahan tahun dasar untuk perhitungan PDRB atas dasar harga konstan
biasanya dilaksanakan setiap sepuluh tahun, kecuali apabila pada periode sepuluh
tahun tersebut terjadi gejolak ekonomi. Pertumbuhan ekonomi Kabupaten Bantaeng
Tahun 2014 sebesar 8.98%, lebih tinggi bila dibandingkan pertumbuhan ekonomi di
tahun 2012 yang tumbuh hanya 8.49%. Pertumbuhan tersebut didukung oleh
beberapa sektor yang mengalami peningkatan pertumbuhan ditahun 2014, hal ini
II - 16
Tabel 2.6. Pertumbuhan PDRB Kab. Bantaeng Tahun 2011 – 2015
Tahun
Harga Berlaku Harga Konstan
Jumlah
Sumber data : Data Bappeda Tahun 2014 *) data belum tersedia
Pertumbuhan ekonomi secara riil setiap sektor menggambarkan bergeraknya
sektor ekonomi yang tidak dipengaruhi oleh faktor harga. Hal ini dapat dilihat pada
tabel 2.7 di bawah ini. Beberapa sektor mengalami pertumbuhan yang cukup tinggi
sebagai dampak ditingkatkannya penggunaan sumber daya yang dimiliki sektor
ekonomi tersebut dan diharapkan hasil dari pertumbuhan yang timbul secara nyata
betul-betul dapat dirasakan oleh masyarakat Kabupaten Bantaeng.
Tabel 2.7 Pertumbuhan Riil Setiap Sektor di Kab. Bantaeng
Tahun 2010 – 2014 (persen)
No Lapangan Usaha Tahun
2010 2011 2012 2014
1 Pertanian 7.65 7.18 4.16 4.27
2 Pertambangan dan Penggalian 19.61 15.52 19.92 19.97
3 Industri Pengolahan 5.39 10.18 16.97 17.88
II - 17
Dari tabel dan gambar dapat dilihat bahwa sektor pertanian, pertambangan
dan penggalian, serta sektor bangunan mengalami pertumbuhan yang cukup tinggi
dibandingkan sektor lain. Hal ini terjadi karena adanya penimbunan dan penggalian
material baik pasir ataupun batu pada proyek pembangunan smelter (pengolahan
nikel) dan reklamasi pantai seruni di Bantaeng serta adanya lanjutan penimbunan
dan pengaspalan jalan yang dilakukan hamper disemua jalan yang ada di Kabupaten
Bantaeng, walaupun volumenya tidak sebanyak ditahun 2014.
Sektor perdagangan hotel dan restoran juga mengalami pertumbuhan yang
cukup tinggi sebagai akumulasi ketiga subsektor yang mendukungnya mengalami
peningkatan pertumbuhan. Subsektor hotel mengalami pertumbuhan yang cukup
signifikan yang diikuti oleh subsektor restoran sebagai dampak semakin banyaknya
pengunjung yang menggunakan fasilitas hotel dan restoran. Sektor listrik, gas dan air
minum mengalami pertumbuhan paling meningkat dari 29.46% tahun 2013 menjadi
29.55% pada tahu 2014.
Tabel 2.8 Persentase Kontribusi PDRB Per Sektor Ekonomi Atas Dasar Harga Berlaku Tahun
2010 – 2014 (persen)
Sumber data : Data Bappeda Tahun 2014
Peningkatan sumbangan sektor pertanian pada total PDRB disebabkan oleh
karena subsektor yang mendukung sektor pertanian juga mengalami peningkatan,
disamping itu juga adanya kenaikan peranan sektor selain sektor pertanian pada
II - 18
Pert anian Indust ri Pengolahan
Konstruksi Pengangkut an & Komunikasi
Jasa-Jasa Pert ambangan
List rik, Gas dan Air bersih Perdagangan, Hot el & Rest oran Keuangan, Sewa & Jasa Perusahaan
Grafik 2.2 Persentase Struktur Ekonomi Kab. Bantaeng Atas Dasar Harga Berlaku
Tahun 2014
Sumber : Data Bappeda Tahun 2014
PDRB Perkapita
Tabel 2.9 Rata-Rata PDRB Perkapita Penduduk Kabupaten Bantaeng dan Sulawesi
Selatan Tahun 2008-2012 (rupiah)
Tahun Kab. Bantaeng Sulawesi Selatan
1 2 3
2010 8,728,415 12,567,363
2010 10,366,630 14,669,010 2011 12,220,690 16,929,030 2012 14,131,695 19,465,540
2014 16,424,812 *)
Sumber : Data Bappeda Tahun 2014 *) data belum tersedia
Dalam rangka peningkatan pelayanan riil kepada masyarakat, maka
pemerintah pusat melalui pemberlakuan otonomi daerah telah memberikan
kewenangan lebih besar kepada pemerintah kabupaten/kota untuk melaksanakan
fungsi pelayanan kepada masyarakat. Aplikasi dari kewenangan tersebut akan
tercermin dalam kebijakan penyusunan anggaran pendapatan dan Belanja Daerah
II - 19
pemerintahan daerah dan undang-undang nomor 25 tahun 1999 tentang
perimbangan keuangan antara pusat dan daerah.
Kondisi ini diharapkan dapat mendorong peningkatan peran serta masyarakat
sekaligus menumbuhkan prakarsa dan kreatifitasnya dalam pembangunan daerah.
Dalam hal ini kedepan pemerintah hanya berperan sebagai fasilitator dan mediator
dalam proses pembangunan, baik dalam perencanaan, pelaksanaan maupun
pengawasan pembangunan di setiap bidang dan aspek. Dengan demikian,
masyarakat tidak lagi menjadi obyek pembangunan, tetapi sebaliknya diharapkan
dapat menjadi subyek atau pelaku pembangunan.
Pada tahun 2014, realisasi pendapatan pemerintah Kabupaten Bantaeng
mencapai 624.129 juta rupiah, dimana pendapatan terbesar berasal dari Dana
Perimbangan yaitu sebesar 79,06 persen. Sedangkan, Pendapatan Asli Daerah
(PAD) hanya menyumbang 6,95 persen dari jumlah pendapatan. Pendapatan
pemerintah Kabupaten Bantaeng meningkat 12,23 persen dibandingkan tahun 2013
yang mencapai 556.110 juta rupiah. Realisasi belanja pemerintah Kabupaten
Bantaeng pada tahun 2014 mencapai 622.631 juta rupiah. Belanja pemerintah
terbanyak adalah untuk Belanja Pegawai yang mencapai 282.015 juta rupiah atau
45,29 persen dari jumlah belanja pemerintah.
Untuk memperoleh gambaran mengenai perkembangan realisasi pendapatan
Kabupaten Bantaeng menurut jenis pendapatan selama 3 (tiga) Tahun terakhir,
II - 20
Tabel 2.10. Realisasi Pendapatan Pemerintah Kabupaten Bantaeng menurut jenis
pendapatan (juta rupiah), 2012 – 2014
Jenis Pendapatan 2012 2013 2014
1.
Pendapatan Asli Daerah (PAD)
Pajak Daerah
Retribusi Daerah
Hasil Perusahaan Milik Daerah dan
Pengelolaan Kekayaan Daerah yang
dipisahkan
Lain-lain PAD yang Sah
Dana Perimbangan
Lain-lain Pendapatan yang sah
Pendapatan Hibah
Dana Darurat
Dana Bagi Hasil Pajak dari Provinsi dan
Pemerintah Daerah Lainnya
Dana Penyesuaian dan Otonomi Daerah
Bantuan Keuangan dari Provinsi atau
Pemerintah Daerah Lainnya
II - 21
Produk Domestik Reginal Bruto (PDRB) Kabupaten Bantaeng atas dasar
harga berlaku tahun 2015 mencapai 5.604.991,69 juta rupiah, sedangkan atas dasar
harga konstan 2010 mencapai 4.073.151,65 juta rupiah. Sektor yang paling
berpengaruh terhadap perekonomian daerah Kabupaten Bantaeng adalah sektor
Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan yang memberikan konstribusi sebesar 32,12
persen. Pertumbuhan ekonomi Kabupaten Bantaeng pada tahun 2015 sebesar 6,64
persen. Persentase pertumbuhan ekonomi tersebut mengalami penurunan dari tahun
sebelumnya yang mencapai 8,34 persen. Pertumbuhan paling tinggi adalah sektor
Pertambangan dan Penggalian yang mencapai 29,42 persen, sedangkan
pertumbuhan yang paling rendah adalah sektor Pertanian, Kehutanan, dan
Perikanan yaitu 0,38 persen
Grafik 2.3. Laju Pertumbuhan Ekonomi di Kabupaten Bantaeng, 2015
Data Kondisi Lingkungan Strategis
1. Keadaan Topografi
Berdasarkan kemiringan lereng 2 – 15% merupakan kelerengan terluas
yaitu 16.877 Ha (42,64%) sedangkan wilayah dengan lereng 0 – 2% hanya
seluas 5.932 Ha atau 14,99% dari luas wilayah Kabupaten Bantaeng
dengan wilayah kelerengan lebih dari 40% yang tidak dimanfaatkan seluas
6.222 Ha atau 21,69% dari luas wilayah kawasan hutan.
II - 22
Tabel 2.11.
Kabupaten Bantaeng menurut Kemiringan
Kemiringan Letak
0– 2 % Sepanjang pantai di Kecamatan Bissappu, Kecamatan Bantaeng, dan
Kecamatan Pa’jukukang
2–15 % Kecamatan Bissappu, Kecamatan Bantaeng dan Kecamatan Gantarangkeke
15–40 % Kecamatan Sinoa, Kecamatan Bantaeng, Kecamatan Eremerasa, Kecamatan
Tompobulu
40 Kecamatan Uluere, Kecamatan Eremerasa dan Kecamatan Tompobulu
Sumber : RTRW Kabupaten Bantaeng, 2011
Tabel 2.12
Kabupaten Bantaeng Menurut Ketinggian
Ketinggian Letak
0 – 10 mdpl Terletak pada bagian selatan sepanjang pesisir pantai dan memanjang dari timur ke barat
10 – 25 mdpl Di atas permukaan laut terletak di Kecamatan Bissappu, Kecamatan Bantaeng dan Kecamatan Pa’jukukang
25 – 100 mdpl Di atas permukaan laut terletak di Kecamatan Bissapu, Kecamatan Bantaeng, Kecamatan Tompobulu, Kecamatan Pa’jukukang dan Gantarang Keke.
100 – 200 mdpl Terletak di Kecamatan Bissappu, Kecamatan Bantaeng, Kecamatan Tompobulu dan Pa’jukukang
500 – 1000 mdpl Di atas permukaan laut terletak di Kecamatan Bissappu, Kecamatan Uluere, Kecamatan Bantaeng Eremerasa, Kecamatan Tompobulu dan Kecamatan Sinoa
1000 mdpl Diatas permukaan laut terletak di Kecamatan Uluere, Kecamatan Bantaeng, Kecamatan Eremerasa dan Kecamatan Tompobulu
II - 23
II - 24
2. Keadaan Klimatologi
Kabupaten Bantaeng tergolong iklim tropis basah dengan curah hujan
tahunan rata rata setiap bulan 490,17 mm dengan jumlah hari hujan
berkisar 426 hari per tahun. Temperatur udara rata - rata 23’C sampai 33'C
Dengan dua musim dan perubahan iklim setia tahunnya yang sangat
spesifik karena merupakan daerah peralihan Iklim Barat (Sektor Barat) dan
Iklim Timur (Sektor Timur) dari wilayah Sulawesi Selatan:
Pada saat sektor barat musim hujan yaitu antara bulan Oktober s/d Maret,
Kabupaten Bantaeng juga mendapatkan hujan dan pada musim timur yang
berlangsung antara April s/d September, Kabupaten Bantaeng juga
mendapat hujan. Akibat dari pengaruh dua iklim ini, maka sebagian besar
wilayah Bantaeng mendapat curah hujan merata sepanjang tahun. Sifat
hujan pada musim barat curah hujannya relatif rendah, tetapi hari hujannya
agak panjang, sedangkan sifat hujan sektor timur curah hujannya lebih
deras tetapi hari hujannya relatif pendek.
Tabel 2.13
Rata-Rata Jumlah Hari Hujan dan Curah Hujan setiap bulan Kabupaten Bantaeng, 2011
Bulan Hari Hujan Jumlah Curah Hujan (mm)
II - 25
II - 26
3. Keadaan Hidrologi
Dengan wilayah yang bergunung dan berbukit, Kabupaten Bantaeng dilalui
oleh 11 buah sungai sedang dan kecil yang kesemuanya berhulu dan
bermuara di Kabupaten Bantaeng dengan panjang sungai keseluruhan
187,05 km atau dengan rata-rata panjang sungai 17 km.
Selain berfungsi sebagai pengendali banjir, irigasi dan drainase, Daerah
Aliran Sungai (DAS) ini penting karena merupakan kawasan budidaya
sekaligus merupakan Catchment Area dari mata air Eremerasa yang
merupakan salah satu asset kebanggaan masyarakat Bantaeng yang
selama ini menjadi objek wisata permandian alam dan sudah dilengkapi
dengan kolam renang dan sarana lainnya. Sumber mata air ini juga
menjadi sumber air bersih PDAM untuk kebutuhan Kota Bantaeng dan
perusahaan air mineral merk Vita, Aquadaeng dan Air Qita.
Dari beberapa sungai yang ada, 3 (tiga) diantaranya mengalir melintasi
kota Bantaeng yaitu :
Sungai Biangloe mempunyai sumber mata air dari gunung Lompobattang mengalir menyusuri Desa Kampala dan Desa Barua
yang bermuara ke laut Flores. Debit air sungai Biangloe pada kondisi
musim kemarau berkisar antara 2,5-4 m3 per detik dan pada saat
kondisi normal biasanya mencapai 15-20 m3 per detik. Sungai Biangloe
telah dimanfaatkan sebagai irigasi dan sumber air baku dengan debit
sebesar 20 l/dtk.
Sungai Calendu mempunyai mata air dari gunung Lompobattang mengalir melewati pusat kota dan bermuara di laut Flores. Kapasitas
debit air pada kondisi normal berkisar antara 1-3 m3 per detik dan pada
saat musim hujan mencapai 7-10 m3 per detik. Pada saat ini sungai
Celendu dimanfaatkan sebagai irigasi desa.
Sungai Garegea yang mempunyai mata air dari gunung Lompobattang mengalir melewati pusat dan bermuara di laut Flores. Kapasitas debitair pada kondisi normal berkisar antara 1-2 m3 per detik dan pada saat
musim hujan bias mencapai 4-6 m3 per detik. Pada saat ini, sungai
II - 27