• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENERAPAN TEORI ADAPTASI ROY PADA ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN KISTA OVARIUM

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "PENERAPAN TEORI ADAPTASI ROY PADA ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN KISTA OVARIUM"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

39 | P a g e

PENERAPAN TEORI ADAPTASI ROY PADA ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN KISTA OVARIUM

Yuanita Ani Susilowati1 Setyowati2 Yati Afiyanti3

1. Fakultas Ilmu Keperawatan Program Ners Spesialis Kekhususan Keperawatan Maternitas Fakultas Ilmu Keperawatan, Universitas Indonesia Depok 16424, Indonesia

2. Staf Pengajar Fakultas Ilmu Keperawatan

Fakultas Ilmu Keperawatan, Universitas Indonesia Depok 16424, Indonesia 3. Staf Pengajar Fakultas Ilmu Keperawatan

Fakultas Ilmu Keperawatan, Universitas Indonesia Depok 16424, Indonesia

: yuanitaani@yahoo.co.id

ABSTRAK

Pelayanan keperawatan merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan dan masalah kesehatan reproduksi perempuan menjadi bagian yang tak terpisahkan dari sistim pelayanan kesehatan secara keseluruhan. Residen keperawatan maternitas dalam melaksanakan perannya dituntut mampu memberikan asuhan keperawatan sesuai dengan kebutuhan masyarakat di berbagai tatanan pelayanan kesehatan. Dalam upaya memberikan asuhan keperawatan, residen mengelola tujuh pasien dengan kista ovarium di dua rumah sakit yang berbeda dengan menggunakan pendekatan teori Adaptasi Roy. Dari ketujuh kasus tersebut, lima kasus jenis kista coklat dengan karakteristik munculnya keluhan dipengaruhi oleh siklus menstruasi dan dua kasus lain berjenis kista denoma. Dengan adanya berbagai perubahan dalam diri penderita kista ovarium, maka teori keperawatan Adaptasi Roy dianggap tepat diterapkan pada pasien dengan kista ovarium. Laporan akhir residensi juga memaparkan capaian 100% untuk target kompetensi pada tiga lahan praktek dan berusaha memodifikasi setiap hambatan yang ada selama pelaksanaan praktik residensi

Kata kunci, Residen keperawatan maternitas, Kista ovarium, Adaptasi Roy

ABSTRACT

Nursing service is an integral part of healthcare services and women's reproductive health problems become an integral part of the overall healthcare system. Maternity nursing resident in performing its role is demanded to provide nursing care in accordance with the needs of the community in a variety of healthcare structures. In providing nursing care, resident managed seven patients with ovarian cysts at two different hospitals using Roy Adaptation Theory approach. Of the seven cases, five cases were chocolate cyst type characterized by the emergence of complaints influenced by menstrual cycle and two other cases were denoma cyst. Since ovarian cysts patients experienced various changes, Roy Adaptation Nursing Theory was considered appropriate to be applied on patients with ovarian cysts. The final report also described the achievement of 100% of the target competencies in the three fields of practice and try to modify any existing obstacles during the residency practice.

Keywords, Maternity Nursing Resident, ovarian cysts, Roy Adaptation Theory

Pendahuluan

Pelayanan keperawatan merupakan bagian integral

dari pelayanan kesehatan menuju kearah

perkembangan profesional yang berkualitas

(Sharma et al, 2013). Pengembangan keperawatan

dilakukan melalui pengembangan cabang-cabang

ilmu keperawatan. Keperawatan maternitas

merupakan salah satu cabang ilmu keperawatan

yang memiliki ranah garapan spesifik pada

perempuan dengan berbagai permasalahannya sejak

(2)

40 | P a g e permasalahan perempuan adalah adanya kista pada

ovarium.

Kista ovarium merupakan keadaan dimana terdapat

benjolan yang berisi cairan, nanah atau jaringan

padat pada ovarium atau indung telur, sedangkan

ovarium sendiri merupakan dua buah kelenjar

berukuran kecil berada pada kedua sisi kanan dan

kiri uterus, memproduksi hormon untuk fungsi

tubuh dan berisi sel telur yang akan dikeluarkan

saat ovulasi (Ricci, 2009).

Angka kejadian kista ovarium di Indonesia

mencapai 37,2% kecenderungan terjadi pada

perempuan usia 20-50 tahun (Winkjosastro, 2005).

Data dari rumah sakit swasta di Surabaya pada

semester pertama 2011 sebanyak 43 kasus

(Taufiqoh, 2012), sedangkan angka kejadian kista

ovarium di salah satu rumah sakit umum daerah di

jawa barat pada tahun 2014 ada 31 kasus dan di

rumah sakit umum pusat didapatkan data pada

tahun 2014 sebanyak 143 kasus, kedua tempat

tersebut merupakan lahan praktik residen.

Penyakit kista ovarium sebagian merupakan kista

fungsional, bersifat jinak dan dapat menghilang

dengan sendirinya, sebagian memerlukan tindakan

khusus antara lain pengangkatan dengan cara

operasi (BCCOG, 2011). Penyakit kista ovarium

dapat menyebabkan komplikasi antara lain indung

telur membesar dan menjadi lebih berat dan

memicu terjadinya robekan (rupture), terpelintir

(torsion) yang menyebabkan nyeri hebat, dysplasia

dan sepsis (Salehpour et-al, 2013).

Kista ovarium dapat mengganggu pembentukan sel

telur karena peningkatan hormon androgen

sehingga mengganggu pematangan folikel, dengan

demikian saat terjadi ovulasi tidak berisi sel telur

(Ricci, 2009). Karena ovulasi tidak mengandung

sel telur, maka perempuan cenderung menjadi

infertil (Ricci, 2009). Penanganan infertil pada

perempuan salah satunya dengan menggunakan

obat penyubur (fertility drugs)

sementara obat-obat penyubur telah diidentifikasi

menjadi faktor risiko terjadinya neoplasma ovarium

(Denschlag, 2010). Neoplasma ovarium termasuk

dalam kelompok tumor epithelial, kebanyakan

bersifat jinak dan hanya sebagian kecil yang

bersifat ganas, neoplasma ovarium ganas lebih

mematikan dibandingkan dengan jenis kanker

ginekologi lainnya (Sallinen et-al, 2014).

Neoplasma ovarium selain mempengaruhi

kesuburan seorang perempuan, juga dapat

menyebabkan terjadinya gangguan menstruasi,

tumbuh bulu-bulu halus pada wajah (hirsutism),

kulit menipis, terdapat echymosis, central

adiposity, buffalo hump, penumpukan lemak pada

supraclavicula dan hipertensi berat. Untuk

mengatasi permasalahan tersebut dapat dilakukan

dengan oophorectomy atau pengangkatan ovarium

(Sallinen et-al, 2014, Yuan et-al, 2014).

Pengangkatan ovarium yang dilakukan dapat

berpengaruh terhadap pembentukan hormon

estrogen dan progesteron dan bila pengangkatan

dilakukan sebelum pubertas maka organ-organ

yang pematangannya dipengaruhi oleh estrogen

dan progesteron akan mengalami gangguan.

Estrogen juga berfungsi menjaga kekuatan tulang,

berkurangnya estrogen akan menyebabkan

penarikan kalsium dari tulang yang berakibat pada

osteoporosis (Ricci, 2009). Kista yang sudah

diangkat dapat tumbuh kembali ditempat yang

sama dan menyebar ketempat lainnya. Seseorang

yang mengalami hirsutism, gangguan menstruasi,

hipertensi, peningkatan cortisol dan androgen

merupakan tanda awal terjadinya kekambuhan

(recurrence) setelah dilakukan pengangkatan kista

(Yuan et-al, 2014).

Permasalahan yang terjadi pada fisik seseorang

akan berpengaruh pada kondisi psikologi, demikian

keluhan yang dirasakan oleh penderita neoplasma

meliputi gejala fisik seperti nyeri dan pembesaran

(3)

41 | P a g e gangguan body . mempengaruhi satu dengan yang

lainnya (Dodd et-al, 2011, Kim et-al, 2005).

Mengingat permasalahan yang dialami penderita

tumor meliputi fisik dan psikologi maka dalam

penangananpun harus merupakan satu kesatuan.

Hakekat asuhan keperawatan adalah memberikan

asuhan kepada pasien secara holistik dan

komprehensif meliputi bio, psiko, sosial dan

spiritual (Perry & Potter, 2009). Perawat dalam

memberikan asuhan keperawatan agar sesuai

dengan permasalahan yang ada, maka perlu dipilih

suatu teori pendekatan asuhan keperawatan.

Teori adaptasi Roy menitikberatkan pendekatan

pada tiga hal meliputi stimulus fokal yaitu stimulus

atau rangsangan yang berasal dari dalam individu

maupun dari luar individu dan harus dihadapi

secara kangsung pada saat itu juga. Stimulus

kontekstual adalah semua stimulus yang

berpengaruh terhadap stimulus fokal berasal dari

lingkungan sekitar, sedangkan stimulus residual

merupakan faktor yang berasal dari lingkungan

sekitar yang dapat berpengaruh secara tidak

langsung pada individu (Tomey & Alligood, 2010).

Tujuan penulisan Karya Ilmiah Akhir ini yaitu

menggambarkan pelaksanaan praktik residensi

keperawatan maternitas yang difokuskan pada

penerapan teori keperawatan Adaptasi Roy dalam

pelaksanaan asuhan keperawatan maternitas.

Adapun tujuan khusus dari karya ilmiah ini yaitu

memberi gambaran pelaksanaan praktik residensi

ners spesialis keperawatan maternitas. Memberi

gambaran tentang pencapaian kompetensi spesialis

keperawatan maternitas, dukungan dan hambatan

dalam menerapkan teori selama praktik residensi,

memberi gambaran aplikasi teori keperawatan teori

Adaptasi Roy pada asuhan keperawatan pasien

dengan operasi kista ovarium, disamping itu juga

memberi gambaran tentang implementasi model

keperawatan teori adaptasi Roy pada asuhan

keperawatan pasien dengan operasi kista ovarium.

Pasien dengan kista ovarium yang akan menjalani

operasi mengeluhkan gejala yang beragam baik

sebelum operasi maupun sesudah operasi. Gejala

yang dirasakan oleh pasien dipengaruhi oleh

kondisi fisiologi, konsep diri, peran dan hubungan

interdependensi, hal tersebut akan menjadi stimulus

bagi seseorang baik stimulus fokal, stimulus

kontekstual maupun stimulus residual. Dengan

adanya stimulus maka individu akan melakukan

mekanisme koping dengan mengaktifkan subsistem

regulator dan subsistem kognator untuk menilai

efektor yang meliputi keadaan fisiologi, konsep

diri, peran dan interdependensi yang pada akhirnya

menghasilkan output berupa koping adaptif atau

koping tidak efektif..

Adaptasi menurut Roy merupakan kondisi yang

tetap akan berubah-ubah dipengaruhi oleh stimulus

fokal, kontekstual dan residual (ALLigood, 2014).

Teori tersebut menekankan pada kemampuan

penderita kista ovarium untuk beradaptasi dengan

perubahan status kesehatan melalui pemberian

asuhan keperawatan yang terstruktur (Frederickson,

2011).

Komponen asuhan keperawatan meliputi

pengkajian tahap pertama dan pengkajian tahap

kedua, diagnosa keperawatan, penentuan tujuan,

intervensi dan evaluasi. Pengkajian tahap pertama

bertujuan mengumpulkan data yang mencakup

kondisi fisiologi meliputi oksigenasi, status nutrisi,

keseimbangan cairan dan elektrolit, kemampuan

eliminasi, kebutuhan aktifitas dan istirahat. Pada

pasien dengan pre operasi kista ovarium, terdapat

kista pada ovarium, sedangkan kondisi post operasi

terdapat perlukaan, pengangkatan ovarium, tirah

baring, risiko perdarahan dan risiko infeksi.

Aspek psikologi terdiri dari konsep diri, penderita

(4)

42 | P a g e karena organ reproduksi kewanitaannya akan

diangkat, sebagian pasien merasa malu dengan

kondisi infertilnya. Setelah dioperasi merasa

tubuhnya tidak sempurna lagi karena salah satu

organ kewanitaannya diangkat, yang berisiko

gangguan body image tidak dapat melaksanakan

peran sebagai ibu, dan setelah dioperasi merasa

sangat tergantung dengan suami juga anggota

keluarga yang lain.

Setelah dilakukan pengkajian tahap pertama maka

dilanjutkan dengan pengkajian tahap kedua yaitu,

pada pasien dengan kista ovarium dilakukan

pengkajian terhadap stimulus fokal, stimulus

kontekstual dan stimulus residual. Stimulus fokal

merupakan stimulus internal dan eksternal dan

harus segera dihadapi oleh seseorang yang

melibatkan seluruh sistem tubuh (Alligood, 2014).

Pengkajian stimulus fokal pada pasien dengan kista

ovarium yang akan menjalani operasi

pengangkatan ovarium yaitu, kecemasan, terdapat

kista pada ovarium, sedangkan pada saat post

operasai, yang menjadi stimulus fokal adalah

adanya rasa nyeri, ada luka operasi, pengangkatan

ovarium, tirah baring.

Stimulus kontekstual adalah semua stimulus yang

muncul dan mempengaruhi stimulus fokal, dapat

diobservasi dan diukur secara objektif (Alligood,

2014). Pada pasien yang akan menjalani operasi

kista ovarium, didapatkan stimulus kontekstual

berupa adanya kista coklat pada ovarium kanan

dengan ukuran lima koma tiga senti meter, kiri

tujuh koma sembilan senti meter, dan mioma uteri

dengan ukuran tujuh koma tujuh senti meter. Pada

pasien post operasi kista ovarium didapatkan

stimulus kontekstual berupa tirah baring, perlukaan

pada abdomen, pengangkatan ovarium dan uterus,

keinginan punya anak dan sebagian konsidi

infertilitas.

Stimulus residual adalah stimulus yang berasal

dari lingkungan, mempengaruhi individu secara

tidak langsung (Alligood, 2014). Pengkajian

stimulus residual diperlukan untuk menggali

keyakinan, nilai-nilai yang dianut pasien,

pengalaman masa lalu, stigma dimasyarakat.

Stimulus residual pada pasien preoperasi kista

ovarium adalah stigma dimasyarakat bahwa

perempuan yang tidak bisa hamil dianggap tidak

sempurna. Stimulus residual post operasi yaitu,

pengangkatan organ kewanitaan, menopause dini.

Diagnosa keperawatan menurut teori Adaptasi Roy,

pasien pre operasi kista ovarium adalah kecemasan

berhubungan dengan akan dilakukan pengangkatan

indung telur, kecemasan berhubungan dengan

kurang informasi tentang prosedur operasi,

kesiapan meningkatkan pengetahuan tentang

mobilisasi bertahap setelah operasi, sedangkan

diagnosa post operasi akan muncul nyeri

berhubungan dengan adanya perlukaan, gangguan

mobilisasi fisik, risiko perdarahan berhubungan

dengan luka yang luas, gangguan konsep diri

berhubungan dengan pengangkatan organ

kewanitaan, risiko terjadi ketidak seimbangan

hormonal berhubungan dengan diangkatnya

ovarium, menopause dini berhubungan dengan

dingkatnya ovarium.

Tujuan dalam asuhan keperawatan merupakan

gambaran perikalu yang akan dicapai dalam

pemberian asuhan keperawatan (Roy, 2009).

Tujuan tindakan keperawatan yang ditetapkan pada

tujuh kasus pasien dengan kista ovarium adalah

tercapainya adaptasi yang adaptif terhadap

perubahan status kesehatan. Intervensi yang

dilakukan dalam asuhan keperawatan menurut teori

adaptasi Roy adalah mengoptimalkan kemampuan

adaptasi pasien dalam menghadapi peubahan status

kesehatannya (ROY, 2009). Tindakan keperawatan

(5)

43 | P a g e pasien dalam beradaptasi terhadap stimulus fokal,

kontekstual dan residual.

Intervensi yang dilakukan pada pasien dengan kista

ovarium sebelum dilakukan tindakan operasi yaitu

memberikan pendampingan untuk mengurangi

kecemasannya, memberikan informasi tentang

prosedur operasi, memberikan informasi tentang

mobilisasi yang boleh dilakukan setelah operasi.

Intervensi yang dilakukan pada pasien post operasi

kista ovarium yaitu memonitor tingkat kesadaran

pasien, memonitor tanda-tanda vital, mengkaji

tingkat nyeri pasien, melakukan manajemen nyeri,

melakukan tindakan kolaborasi untuk mengurangi

nyeri, memonitor adanya perdarahan, memonitor

balance cairan, membantu memenuhi kebutuhan

ADL pasien, mengajarkan teknik mobilisasi

bertahap bila sudah diijinkan, memberikan terapi

sesuai program medis.

Gangguan konsep diri yang dialami oleh pasien

diatasi dengan cara menciptakan hubungan saling

percaya, melakukan pendampingan pada pasien,

memberi kesempatan pada pasien untuk

berkonsultasi, mengajak pasien berdiskusi dan

menggali potensi positif yang ada dalam dirinya,

dijelaskan adanya kemungkinan terjadi menopause

dini dan perubahan yang dapat terjadi antara lain,

tidak menstruasi, terjadi rasa panas pada wajah,

kulit cenderung kering, osteo porosis, kerontokan

rambut pubis, dan rasa kering pada vagina.

Tahapan terakhir dari asuhan keperawatan adalah

evaluasi. Evaluasi adalah penilaian terhadap

tindakan yang telah dilakukan pada pasien

mengacu pada tujuan yang telah ditetapkan.

Evaluasi yang dilakukan pada pasien dengan pre

operasi kista ovarium adalah, pasien mengalami

penurunan pada tingkat kecemasannya, memahami

prosedur operasi yang akan dijalaninya, memahami

mobilisasi yang dapat dilakukan setelah operasi,

sedangkan evaluasi pada pasien post operasi kista

ovarium akan didapatkan hasil keluhan nyeri pada

pasien berkurang, tidak terdapat perdarahan pada

luka operasi, intake dan out put cairan seimbang,

tanda vital dalam batas normal, pasien mampu

melakukan mobilisasi secara bertahap, tidak terjadi

infeksi pada luka operasi, pasien mampu

beradaptasi dengan kondisi post operasi.

Pengkajian dilakukan pada tujuh penderita kista

ovarium, Dari ketujuh kasus, ada lima kasus

dengan jenis kista coklat, dua kasus dengan jenis

kista denomas (cystadenomas) , yang menjadi

kasus kelolaan secara fisik mempunyai kesamaan

dalam hal keluhan yang muncul dan dirasa sangat

menganggu. Keluhan tersebut yaitu, nyeri daerah

abdomen saat menjelang menstruasi, rasa nyeri dari

tingkat sedang sampai nyeri yang tak tertahankan.

Rasa nyeri yang muncul pada saat menstruasi

tersebut dikarenakan kista coklat merupakan kista

dometriomas yang berasal dari endometriosis

sehingga kista berespon terhadap perubahan

hormonal setiap bulan. Untuk menghilangkan rasa

nyeri dapat dilakukan dengan pengangkatan kista.

Sedangkan jenis yang kedua pada kasus kelolaan

yaitu cystadenomas , kista jenis ini tidak

terpengaruh oleh siklus menstruasi namun kista

tersebut dapat sangat membesar sehingga

penderitanya akan mengalami pempesaran lingkar

perut, menyebabkan rasa begah, sesak napas,

penurunan nafsu makan. Pada kasus kelolaan,

kedua pasien tersebut memiliki lingkar perut

sebesar 97 cm dan 104 cm (Prakash, 2004, Jacoeb,

2009, Ricci, 2009, Yuan, 2014).

Dari ketujuh pasien lima orang mempunyai riwayat

nyeri saat menstruasi, nyeri dari tingkat sedang

sampai tingkat berat, rasa nyeri terjadi setiap siklus

menstruasi. Satu orang mengalami kekambuhan

setelah lima belas tahun yang lalu dilakukan

operasi pengangkatan kista (kistektomi), kista

(6)

44 | P a g e keluhan nyeri menstruasipun kembali muncul

seiring pembesaran kista, kista yang sudah diangkat

dapat tumbuh lagi ditempat yang sama dengan

keluhan yang sama (Yuan, 2014).

Keluhan lain yang dirasakan oleh lima dari tujuh

pasien kelolaan adalah perdarahan yang banyak dan

dalam waktu yang lama, pada menstruasi normal

pengeluaran darah haid antara tiga sampai tujuh

hari (Ricci, 2009) namun pada penderita kista

ovarium perdarahan dapat terjadi sekitar dua

minggu dan perdarahan yang banyak

(menometrorhagia), kondisi tersebut menyebabkan

kadar hemoglobin penderita cenderung rendah

sehingga mengganggu aktivitas harian karena

penderita merasa lemas dan pusing (Prakash,

2004).

Infertilitas merupakan gejala lain yang dialami oleh

penderita kista ovarium, dari tujuh kasus kelolaan

empat kasus mengalami infertilitas. Penderita kista

ovarium mengalami gengguan pada hormon

androgen yang berfungsi untuk pematangan folikel,

karena proses pematangan terganggu sehingga saat

terjadi ovulasi tidak disertai sel telur yang matang,

dengan demikian penderita mengalami infertilitas

(Prakash, 2004, Salehpour, 2012, Yuan, 2014).

Asites merupakan merupakan gejala lanjutan dari

kista ovarium, dari tujuh kasus kelolaan terdapat

dua kasus yang mengalami asites. Asites

merupakan akumulasi cairan patologis dalam

rongga abdomen (Azis, 2010). Asites yang terjadi

pada penderita kista ovarium menandakan adanya

proses keganasan (Hu, 2000, Azis, 2010, Kuhn,

2011), Penderita yang mengalami komplikasi

berupa asites kecenderungan bertubuh kurus dan

perut membuncit, hal ini terjadi karena dengan

adanya cairan bebas dalam rongga abdomen, pasien

merasa begah, diafragma terdesak yang

mengakibatkan pasien cenderung sesak napas

karena ekspansi paru tidak maksimal, selain itu

kondisi asites juga mendesak lambung yang

menyebabkan pasien menjadi anoreksia, yang

berakibat pada berkurangnya asupan nutrisi (Azis,

2010).

Dari faktor predisposisi terjadinya kista ovarium,

ada satu pasien yang mempunyai faktor keturunan,

disamping itu pada kasus tersebut pasien juga

mempunyai riwayat penggunaan alat kontrasepsi

hormonal. Dari literatur yang ada faktor keturuan

mempengaruhi lima sampai sepuluh persen angka

kejadian kista ovarium dan terjadinya secara acak,

disamping itu untuk kasus pada pasien tersebut,

pasien juga menggunakan alat kontrasepsi

hormonal, disatu sisi alat kontrasepsi hormonal

dapat melindungi atau menghambat ovulasi tapi

disisi yang lain obat kontrasepsi tersebut memicu

terbentuknya kista fungsional yang baru (Ricci,

2009, Denschlag, 2010, Sallinen et-al, 2014).

Empat dari tujuh kasus mengalami infertil, baik

infertil primer maupun infertil sekunder. Penyakit

kista ovarium dapat menganggu pembentukan sel

telur karena terjadi peningkatan hormon androgen

sehingga mengganggu pematangan folikel dari

folikel premordial sampai pada folikel de graf dan

siap dikeluarkan, dengan demikian sel telur tidak

dikeluarkan saat terjadi ovulasi, dan bila kondisi

tersebut diatasi dengan pemberian obat penyubur

justru akan memicu terjadinya perkembangan kista

kearah keganasan (Ricci, 2009, Denschlag, 2010,

Sallinen et-al, 2014).

KESIMPULAN

Kasus kelolaan residen ambil dari dua rumah sakit,

ada tujuh kasus kista ovarium, lima kasus residen

ambil post operasinya saja sedangkan dua kasus

residen ambil pre operasi dan post operasinya.

Tujuh kasus kista ovarium terdiri atas lima kasus

jenis kista coklat, dimana kondisinya dipengaruhi

oleh siklus menstruasi berupa rasa nyeri yang

(7)

45 | P a g e muncul sejalan dengan siklus menstruasi. Dua

kasus yang lain merupakan jenis kista denoma

dimana pada jenis ini keluhan yang muncul adalah

perasaan begah karena kista tumbuh sangat besar

mengisi rongga abdomen, mendesak diafragma dan

lambung sehingga pasien merasa sesak napas dan

tidak nafsu makan. Diagnosa keperawatan utama

pada pasien preoperasi kista ovarium adalah

kecemasan berhubungan dengan akan dilakukan

pengangkatan organ reproduksi perempuan,

sedangkan diagnosa post operasi adalah nyeri

berhubungan dengan adanya luka operasi, risiko

terjadi perdarahan berhubungan dengan adanya

luka operasi, gangguan mobilisasi fisik

berhubungan dengan nyeri post operasi dan

pembatasan aktivitas, gangguan konsep diri

berhubungan dengan perubahan status kesehatan,

risiko infeksi berhubungan dengan personal

hygiene yang rendah dan kesiapan meningkatkan

pengetahuan tentang perawatan luka operasi. Teori

keperawatan Adaptasi Roy menitik beratkan pada

kemampuan seseorang melakukan adaptasi

terhadap stimulus fokal, stimulus kontekstual dan

stimulus residual yang dipengaruhi oleh subsistem

kognator dan subsistem regulator. Peran perawat

adalah memberikan intervensi keperawatan yang

dapat mengoptimalkan subsistem regulator dan

subsistem kognator tersebut sehingga pasein

mampu mencapai tingkat adaptasi yang adaptif.

Pada kasus kista ovarium, pasien sebelum operasi

perlu beradaptasi dengan kondisi kecemasannya,

sehingga dapat menjalani operasi dengan baik,

sedangkan pasien post operasi perlu beradaptasi

dengan rasa nyeri, kondisi tirah baring, dan

berbagai stimulus yang muncul termasuk harus

mampu beradaptasi dengan kemungkinan terjadi

menopause dini mengingat salah satu fungsi

ovarium adalah mengeluargan hormon estrogen.

Dengan demikian penerapaan teori keperawatan

Adaptasi Roy pada kasus kista ovarium dianggap

(8)

46 | P a g e DAFTAR PUSTAKA

Azis, M, F., Andrijono., Saifuddin, A, B. (2010). Onkologi Ginekologi. Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo. Jakarta. ISBN: 979-8150-23-6

Denschlag D., Wolff V. M., Amant F., Kesic V., Reed N., Schneider A. (2010) Clinical recommendation on fertility preservation in borderline ovarian neoplasm: ovarian stimulation and oocyte retrieval after conservative surgery. Gynecol Obstet Invest 70: 160-165. DOI:10.1159/000316264

Djuwantono, T., Permadi, W., Ritonga, M, A. (2011). Bandung Controversies and Consensus in Obstetries & Gynecology. Sagung Seto. ISBN: 978-602-8674-42-3

Dodd, M.J., Miaskowski, C., & Paul, S.M. (2001). Symptom clusters and their effect on the fuctuinal status of patients with cancer. Oncology NursingForum. 24: 465 – 470

Frederickson, K. (2011). Callista Roy’s adaptation model.Nurs.Sci.Q2011 24:301. DOI: 10.1177/0894318411419215

Grag, P., Misra, S., Thakur DJ., Song. (2011). Single insicion laparoscopicsurgery ovarian cystectomy in large benign ovarian cysts using conventional instruments. Journal of Minimal Access Surgery. Volume 71 issue 4. DOI: 10.4103/0972-9941.85646

Hu, W., Mc.Crea., Deavers, M.,Kavanagh, J.J., Kudelka ,P.A., Verschraegen, C.F (2000) Increased expression of fascin, motility associated protein, in cellcultures derived from ovarian cancer ang in borderline and carcinomatous ovarian tumors.

Jacoeb, T, Z., Hadisaputra, W. (2009). Penanganan Endometriosis. PanduanKlinis dan Algoritme. Sagung Seto. ISBN: 978-979-3288-80-2

Kobayashi, H. (2009). Ovarian cancer in endometriosis: epidemiology, naturalhistory, and clinical diagnosis. Int. J Clin Oncol. 14: 378-382. DOI 10.1007/s10147-009-0931-2

Kusumaastuti, E, H., Rahniayu, A. (2013). Diagnostic role of intra operatiiveovarian cyst fluid cytology in determining malignancy. Folia Madica Indonesia. Vol. 49. No. 2.

Ljuca, D., Marosevic, G. (2009). Quality of life in patients with cervical cancerFIGO Iib stage after concomitant chemoradiotherapy. Radiol Oncol. 43(4): 293-298. DOI:10.2478/a10019-009-0025-9

Mc.Kinney.E.S & Murray. S.S (2007). Fondations of maternal newborn nursing. Elsevier Science Health. Science Divition.

Nasir, N., Nair, M., faulkner, R., Ismail, S, M. (2009). Primary retroperitoneal cystic mucinous borderline tumour mimicking an ovarian neoplasm: a case report and literature review. Gynecol Surg. 6: 71-76.DOI: 10.1007/s10397-000396-8

Nath, S., Bhattacharyya, S., maji, R., Das, H, N., Das, S.et al. (2013). A study ofserum CA-125 and salivary amylase in ovarian neoplasm in tertiary carehospital of kolkata. IJCRR. Vol. 05. (05). 114-120

Nursalam. (2007). Manajemen Keperawatan Aplikasi dalam Praktik Keperawatan Profesional. Edisi 2. Salemba Medika. Jakarta

Petrson, J, S & Bredow, S, T. (2004). Middle Range Theories: Application to Nusing Reseach. Lippincott Williams & WilkinPotter. P.A & Perry.A.G (2009). Fundamental Of Nursing 7th Ed. Elseiver. Singapore Prakash, A., Li,C,T., Ledger, L, W. (2004) .The management of ovarian cysts in premenopausal women.

Obstetrician & Gynaecologist.

Rasjidi, I. (2009). Deteksi Dini dan Pencegahan Kanker Pada Wanita. Sagung Seto. ISBN: 978-979-3288-95-6 Ricci.S.S (2009).Esentials of Maternity, Newborn and Woman Healt h Nursing 2 Ed. Wolters Kluwer.

Lippincott. Williams & Wilkins

Roy, Sr. C. (2009). The Roy Adaptation Model. Upper Saddle River. NJ: Pearson

Royal College of Obstetricians and Gynaecologists. (2012). Ovarian cysts in postmenopausal women. Guideline. No. 34

Salehpour S., Sene A. A.,(2013). Super infection of an ovarian dermoid cyst with actinomyces in an infertile woman. International journalof Fertility and sterility. Vo..7 No 2 : 134 – 137

(9)

47 | P a g e Sharma.B.et all (2013). Midwifery Scope of Practice Among Staff Nurses : A Grounded theory study in

Gujarat.India. Midwifery 29. (abstract)

Stoll, L, M., Parvataneni, R., Johnson, M, W., Gui, D., Dorigo, O. Et al. (20012).Solid pseudopapillary neoplasm, pancreas type, presenting as a primaryovarian neoplasm. Human Pathology. 43. 1339-1343. Elsevier

Suganuma, N., Wakahara, Y., Ishida, D., Asano, M., Kitagawa, T. Et al. (2002).Pretreatment for ovarian endometrial cyst before in vitro fertilization. Gynecol obstet invest. 54: 36-42. DOI:10.1159/000066293 Taufiqoh. (2012).Hubungan antara umur ibu dengan tingkat keganasan kista ovarium di rumah sakit

muhammadiyah surabaya. Jurnal ilmu kesehatan. ISSN.1979-3812

Timoti, S & Bredow P. (2004). Middle Range Thepries. Aplication to Nursing Pracice. Lippincot William and Wilkin. Philadelpia

Tomey, M, A & Alligood, R, M. (2010). Nursing Theorists and Their Work. 7Ed. Mosby. Elsevier Tyler, R & Pugh, L.C. (2009). Applicationt of the Theory of Unpleasant Symptoms in Bariatric Surgery.

Bariatric Nursing vol.4;4; 271 – 276

Ulker, K., Huseyinoglu, U., Kilic, N. (2013). Management of benign ovarian cysts by a novel, gasless, single incision laparoscopic technique: keyless abdominal rope-lifting surgery (KARS). Surg Endosc. 27: 189 – 198.DOI: 10.1007/s00464-012-2419-9.

Winkjosastro, H. (2005). Ilmu Kandungan. Sarwono Prawirohardjo. Yayasan Bina Pustaka. Jakarta

Yuan M., Qiu M., Zhu M. 2014. Symptomatic cushing syndrome and hyperandrogenemia revealing steroid cell ovarian neoplasm with late intra-abdominal metastasis. BMC Endocrine Disorders

Referensi

Dokumen terkait

Tahun - ... Perekonomian )ndonesia Triwulanan Triwulan )/. Menurut Lapangan Usaha ... Perekonomian )ndonesia Triwulanan Triwulan ))/ Menurut Lapangan Usaha ....

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan pendekatan pembelajaran Jelajah Alam Sekitar (JAS)

OTONOMI DAERAH, PEMERINTAHAN UMUM, ADMINISTRASI KEUANGAN DAERAH, PERANGKAT DAERAH, KEPEGAWAIAN, DAN PERSANDIAN.. DPA-SKPD PEMERINTAH DAERAH DAERAH

DPA-SKPD PEMERINTAH DAERAH DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA.. TAHUN

PENGGUNAAN MODEL PROJECT BASED LEARNING UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR SISWA DALAM PEMBELAJARAN IPS.. Universitas Pendidikan Indonesia| repository.upi.edu

Namun dari hasil penelitian 5 dari 7 anak pemulung belum dapat melakukan cuci tangan dengan baik dan benar secara teratur, mereka tidak menggunakan sabun

3). Perusahaan yang bersangkutan dan manajemennya atau peserta perorangan, tidak dalam pengawasan pengadilan, tidak bangkrut dan tidak sedang dihentikan kegiatan

Kedua , kepemimpinan sebagai suatu proses seperti yang dikatakan oleh Stoner yang dikutip oleh Handoko (1997:294) bahwa kepemimpinan sebagai suatu proses pengarahan dan