• Tidak ada hasil yang ditemukan

KEBUTUHAN INFORMASI MASYARAKAT DESA HUTAN KABUPATEN PEKALONGAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "KEBUTUHAN INFORMASI MASYARAKAT DESA HUTAN KABUPATEN PEKALONGAN"

Copied!
108
0
0

Teks penuh

(1)

KEBUTUHAN INFORMASI MASYARAKAT DESA

HUTAN KABUPATEN PEKALONGAN

Skripsi

Diajukan untuk Melengkapi

Persyaratan Mencapai Gelar Sarjana Ilmu Perpustakaan

Oleh:

NAFSIL MUTMA’INAH

NIM. A2D009061

PROGRAM STUDI S1 ILMU PERPUSTAKAAN FAKULTAS ILMU BUDAYA

UNIVERSITAS DIPONEGORO SEMARANG

(2)

ii Saya yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : Nafsil Mutma’inah

NIM : A2D009061

Jurusan : S1 Ilmu Perpustakaan

Dengan sesungguhnya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul “Kebutuhan

Informasi Masyarakat Desa Hutan Kabupaten Pekalongan” adalah benar-benar

karya ilmiah saya sendiri, bukanlah hasil plagiat karya ilmiah orang lain, baik

sebagian maupun keseluruhan, dan semua kutipan yang ada di skripsi ini telah

saya sebutkan sumber aslinya berdasarkan tata cara penulisan kutipan yang lazim

pada karya ilmiah.

Semarang, 06 September 2013

Yang menyatakan,

Nafsil Mutma’inah

(3)

iii

Dan bahwasanya seorang manusia tiada memperoleh selain apa yang telah

diusahakannya (QS. An-Najm [53]: 39)

Persembahan

1. Ibu dan bapak serta kelurga tercinta

Kel.Rochan dan Jazriyah.

2. Pendidik umat yang tak pernah berhenti

berjuang demi tegaknya kebenaran.

(4)

iv

Skripsi dengan judul “Kebutuhan Informasi Masyarakat Desa Hutan Kabupaten Pekalongan” telah disetujui oleh Dosen Pembimbing untuk diajukan ke sidang Panitia Ujian Skripsi pada :

Hari : Jumat

Tanggal : 6 September 2013

Disetujui oleh,

Dosen Pembimbing

Dra. Sri Ati, M.Si.

(5)

v

tanggal 20 September 2013.

Ketua Penguji,

Endang Fatmawati, M.Si. NIP. 132314562

Anggota I,

Heriyanto, S.Sos., M.IM. NIP. 197704082010121001

Anggota II

Dra. Sri Ati, M.Si.

(6)

vi

sehingga dapat menyelesaikan penulisan skripsi yang berjudul “Kebutuhan

Informasi Masyarakat Desa Hutan Kabupaten Pekalongan.”

Skripsi ini terselesaikan atas bantuan berbagai pihak, baik bantuan materi

maupun motivasi dalam penyusunanya. Oleh karena itu penulis mengucapkan

terima kasih kepada:

1. Bapak Dr. Agus Maladi Irianto, MA. selaku Dekan Fakultas Ilmu Budaya

Universitas Diponegoro.

2. Ibu Dra. Sri Ati, M.Si. selaku Ketua Progam Studi S1 Ilmu Perpustakaan

Fakultas Ilmu Budaya Universitas Diponegoro sekaligus dosen

pembimbing yang selalu memberikan bimbingan, petunjuk, arahan, nasihat

dan saran-saran dalam menyelesaikan skripsi ini dengan baik;

3. Dosen Penguji, ibu Endang Fatmawati, M.Si. dan bapak

Heriyanto, S.Sos., M.IM, atas kritik dan saran untuk perbaikan karya ini;

4. Bapak Drs. Hermintoyo, M.Pd. selaku Dosen Wali, terimakasih telah

memberi bimbingan dan bantuan dalam penulisan skripsi ini;

5. Ibu Jazriyah dan bapak Rochan orang tua yang tidak berhenti memberikan

dukungan doa dan materi;

6. Bapak Margono selaku mandor hutan, Tirtonadi dan Imam Nur Huda

selaku pengurus sekretariatan Paguyuban Lembaga Masyarakat Desa

(7)

vii

8. Seluruh teman-teman Mantiqoh Undip, khususnya teman-teman Rumah

Binaan Darut Taghir dan Ar-Roya.

9. Teman-teman 7 Dwarft yang telah menemani dalam proses penelitian

bersama penulis;

10.Semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan skripsi ini yang

tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.

Kritik dan saran selalu penulis nantikan untuk perbaikan karya pada

generasi berikutnya. Semoga skripsi ini bisa bermanfaat bagi penulis, praktisi dan

pemerhati perpustakaan khususnya dan bagi pembaca.

Semarang, 06 September 2013

(8)

viii

Skripsi ini berjudul “Kebutuhan Informasi Masyarakat Desa Hutan Kabupaten Pekalongan.” Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui informasi yang dibutuhkan masyarakat Desa Hutan Kabupaten Pekalongan dari segi subyek, sumber, jenis, bentuk, kegunaan, tujuan dan manfaat penggunaan informasi serta hal-hal yang melatarbelakangi maupun mempengaruhi kebutuhan informasi.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah kualitatif berjenis deskriptif studi kasus. Adapun informan dalam penelitian ini merupakan masyarakat petani hutan yang tergabung dalam Lembaga Masyarakat Desa Hutan (LMDH). Informan ditentukan secara acak menggunakan teknik purposive sampling. Teknik pengumpulan data menggunakan observasi, wawancara dan dokumentasi. Sedangkan analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis data kualitatif menurut Bogdan & Biklen.

Penelitian ini menghasilkan temuan bahwa keinginan untuk meningkatkan kesejahteraan dan kualitas Sumber Daya Manusia mendorong masyarakat Desa Hutan Kabupaten Pekalongan membutuhkan informasi yang terbagi dalam tiga hal. Pertama, tentang peningkatan kesejahteraan ekonomi, seperti lowongan pekerjaan, usaha, perkembangan harga komoditas hutan, program pemberdayaan masyarakat, budidaya dibidang pertanian, peternakan dan kehutanan. Kedua,

informasi yang berkaitan dengan permasalahan pekerjaan maupun kehidupan sehari hari, seperti: keselamatan kerja, kebijakan dan pengelolaan sumber air bersih. Ketiga, informasi yang terkait minat masyarakat, seperti: kesehatan, tanaman obat, olah raga dan agama (Islam). Informasi tersebut lebih dubutuhkan dalam bentuk tercetak maupun pemberitahuan langsung (sosialisasi), sebab jenis informasi lisan mendominasi kebutuhan masyarakat.

(9)

ix

HALAMAN JUDUL ... i

PERNYATAAN ... ii

MOTTO DAN PERSEMBAHAN ... iii

HALAMAN PERSETUJUAN ... iv

HALAMAN PENGESAHAN ... v

PRAKATA ... vi

ABSTRAK ... viii

DAFTAR ISI ... ix

DAFTAR LAMPIRAN ... xii

BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Rumusan dan Batasan Masalah ... 5

1.3 Tujuan ... 6

1.4 Manfaat Penelitian ... 6

1.5 Tempat dan Waktu Penelitian ... 7

1.6 Kerangka Pikir ... 8

1.7 Batasan Istilah ... 9

BAB II. TINJAUAN LITERATUR 2.1. Informasi ... 11

2.1.1 Bentuk Informasi ... 12

2.1.2 Jenis-Jenis Informasi ... 13

2.2. Kebutuhan Informasi ... 15

2.3. Masyarakat Desa Hutan ... 19

(10)

x

3.2.1 Informan ... 28

3.3. Tempat dan Waktu Penelitian ... 29

3.4. Jenis dan Sumber Data ... 29

3.5. Pengumpulan Data ... 30

3.6. Variabel dan Indikator Penelitian ... 32

3.7. Pengolahan dan Analisis Data... 32

3.7.1 Analisis Data ... 33

BAB IV. GAMBARAN UMUM MASYARAKAT DESA HUTAN KABUPATEN PEKALONGAN 4.1. Pengelolaan Hutan untuk Kesejahteraan Masyarakat ... 35

4.2. Upaya Pemberdayaan Masyarakat Desa Hutan ... 37

4.3. Lembaga Masyarakat Desa Hutan (LMDH) Kabupaten Pekalongan ... 39

4.4. Paguyuban Lembaga Masyarakat Desa Hutan Kabupaten Pekalongan... 40

4.4.1 Visi Misi Paguyuban LMDH KPH Pekalongan Timur ... 40

4.4.2 Tujuan Paguyuban LMDH KPH Pekalongan Timur ... 41

4.4.3 Pengurus Paguyuban LMDH KPH Pekalongan Timur ... 42

4.4.5 Kegiatan Paguyuban LMDH KPH Pekalongan Timur ... 43

BAB V. ANALISIS HASIL PENELITIAN 5.1. Latar Belakang Kebutuhan Informasi ... 44

5.2. Subyek Informasi ... 48

5.3 Sumber Informasi ... 51

5.4 Jenis Informasi ... 53

5.5 Bentuk Informasi ... 56

5.6 Kegunaan Informasi ... 58

5.7 Manfaat Penggunaan Informasi ... 60

(11)

xi BAB VI. PENUTUP

6.1 Simpulan ... 71

6.2 Saran ... 73

DAFTAR PUSTAKA ... 75

DAFTAR TABEL

Tabel 4.1 Tabel Pengurus Paguyuban LMDH KPH Pekalongan Timur ... 42

Tabel 5.1 Daftar Tingkat pendidikan Informan ... 65

DAFTAR GAMBAR

(12)

xii

LAMPIRAN 1 Kisi-Kisi Wawancara ... 78

LAMPIRAN 2 Daftar Informan ... 79

LAMPIRAN 3 Reduksi Data Hasil Wawancara ... 80

LAMPIRAN 4 Dokumentasi Kegiatan dan Kondisi Lingkungan Masyarakat Desa Hutan Kabupaten Pekalongan ... 90

LAMPIRAN 5 Data Persebaran LMDH Kabupaten Pekalongan ... 92

LAMPIRAN 6 Matriks Bimbingan dan Konsultasi Penulisan Skripsi ... 94

(13)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1.

Latar Belakang

Menurut Suebu (dalam Mustofa, 2011:2), hutan mempunyai peranan

penting dan strategis sebagai aset dan modal suatu bangsa. Ia memaparkan

hal tersebut terutama dalam 3 aspek yakni: ekonomi, sosial kemasyarakatan

dan lingkungan. Dalam aspek sosial kemasyarakatan, hutan merupakan

sumber penghidupan yang telah membentuk tradisi dan budaya. Sementara

dari aspek lingkungan, hutan mempunyai fungsi hidrologis (pengatur tata air),

penahan erosi dan berfungsi sebagai paru-paru dunia serta sebagai habitat

keanekaragaman hayati. Akan tetapi keberadaan hutan Indonesia justru tidak

mampu dikelola secara maksimal.

Kekayaan sumber daya hutan yang dimiliki Indonesia ternyata tidak

mampu memberikan kesejahteraan masyarakat yang tinggal di sekitarnya.

Alfitri (2006:30) menyebutkan bahwa Indonesia merupakan salah satu

Negara yang memiliki hutan tropis terbesar di dunia setelah Brazil. Akan

tetapi Wollenberg (2004:2) dalam majalah Governance Brief memberitakan

bahwa masyarakat yang tinggal di hutan merupakan kelompok termiskin

terbesar di Indonesia. Menurut Brown dalam Wollenberg (2004:2), sekitar

48,8 juta penduduk tinggal pada lahan hutan Negara dan 10,2 juta diantaranya

terkategori miskin.

(14)

Lokasi masyarakat di pedesaan yang jauh dari perkotaan dengan

keterbatasan fasilitas transportasi, teknologi dan sarana komunikasi semakin

memperparah kondisi masyarakat Desa Hutan. Hal ini seperti yang

disampaikan Zulaifah (2006:14) dalam tesisnya:

“kehidupan masyarakat sekitar hutan justru termarginalisasi di tengah melimpahnya sumberdaya hasil hutan. Banyaknya tindak perusakan hutan seperti penyerobotan lahan hutan, kebakaran hutan, dan illegal logging merupakan suatu indikasi bahwa sebenarnya banyak pihak (diluar masyarakat desa sekitar hutan) yang ingin mengambil manfaat dari keberadaan hutan (Zulaifah, 2006:14).

Dengan demikian perlu ada perhatian dalam upaya peningkatan kesadaran,

pengetahuan dan kualitas kehidupan masyarakat ‘Desa Hutan’. Terlebih

menurut Mustofa (2011) selama ini isu kerusakan hutan sering dikaitkan

dengan sejumlah penduduk sekitar hutan yang mengalami kesulitan ekonomi,

sehingga mereka melakukan penebangan hutan secara liar.

Perhatian pemerintah terhadap kondisi masyarakat ‘Desa Hutan’ di

Indonesia dituangkan dalam Peraturan Menteri No. P.49/Menhut-II/2008

tentang Hutan Desa. Kebijakan ini dilakukan dalam rangka melibatkan

masyarakat di sekitar hutan untuk berpartisipasi mewujudkan pengelolaan

hutan yang adil dan lestari sekaligus meningkatkan taraf hidup dan

kesejahteraan mereka. Sepulau Jawa kebijakan tersebut dilaksanakan melalui

Pengelolaan Hutan Bersama Masyarakat (PHBM). Melalui keputusan nomor

136/kpts/Dir/2001, Perum Perhutani berupaya mengubah pengelolaan sumber

daya hutan dari sentralistik menjadi kolaboratif terutama dengan masyarakat

(15)

dijadikan sebagai dasar SK Gubernur Jawa Tengah No. 24 Tahun 2001

tentang Pengelolaan Hutan Bersama Masyarakat (PHBM).

Peranan aktif masyarakat dalam memelihara kelestarian hutan menjadi

hal yang sangat penting dalam konservasi hutan (Alfitri dalam Mustofa,

2011:7). Dengan demikian, agar hutan tetap terjaga dibentuklah Lembaga

Masyarakat Desa Hutan (LMDH). Menurut Mustofa (2011:9) LMDH

merupakan organisasi yang bersifat independen dan berperan penting sebagai

penghubung antara pihak Perhutani dan masyarakat desa serta menjadi solusi

dari penjarahan hutan. LMDH juga mempunyai peranan strategis dalam

memberikan pemahaman bagi masyarakat tentang hutan dan kelangsungan

masyarakat di sekitarnya. Lembaga yang beranggotakan masyarakat setempat

ini menjadi alternatif bagi mereka untuk berpartisipasi dalam pengamanan

dan penyelamatan hutan, sekaligus untuk meningkatkan kesadaran,

pengetahuan, serta kesejahteraan mereka.

Sebagai upaya peningkatan kualitas kehidupan masyarakat hutan, seluruh

LMDH di Kabupaten Pekalongan yang termasuk dalam Kesatuan

Pemangkuan Hutan (KPH) Pekalongan Timur mendirikan paguyuban LMDH

yang menaungi seluruh LMDH di KPH Pekalongan Timur. Berbagai

pelatihan dan kegiatan pembelajaran pendidikan non formal diselenggarakan

oleh Paguyuban LMDH kepada masyarakat Desa hutan melalui divisi Pusat

Pendidikan dan Pemberdayaan Masyarakat Desa Hutan (P3MDH). Berbagai

Taman Baca Masyarakat juga dirintis sebagai sarana pemenuhan kebutuhan

(16)

Hal tersebut menunjukan pentingnya keberadaan dan ketersediaan informasi

dalam kehidupan masyarakat ‘Desa Hutan’. Hal ini diperkuat oleh pendapat

Leach (1999:71) bahwa informasi diakui sebagai sebuah faktor penting dalam

proses perkembangan.

Masyarakat yang ingin mempertahankan dan mengembangkan

kelangsungan hidupnya, sadar maupun tidak mereka selalu membutuhkan

informasi. Informasi ini dapat digunakan untuk menyelesaikan segala

permasalahan hidup mereka. Seperti yang diutarakan Baruchson-Arbib

(2006:83) bahwa ”People need accessible information in order to solve

problem in their everyday lives”. Hal ini juga ditegaskan oleh Yusup

(2010:79) yang menyatakan tidak ada seorang pun yang tidak membutuhkan

informasi, apapun jenis pekerjaannya.

Kebutuhan masyarakat akan informasi tidak terbatas dalam kehidupan

pribadi masyarakat sebagai individu, tetapi juga masyarakat sebagai bagian

dari kelompok atau komunitas. Mazie dan Ghelfi (dalam Leach,1999:71)

berpendapat bahwa “informasi dapat dilihat sebagai sebuah sumber kritis bagi

seseorang maupun komunitas baik di wilayah pedesaan maupun perkotan”.

Dengan demikian dapat diketahui bahwa informasi dibutuhkan dalam setiap

lini kehidupan. Bahkan Leach (1999:71) menegaskan ketiadaan ketersediaan

informasi meskipun dalam konteks pedesaan tetap menjadi sebuah

permasalahan.

Masyarakat Desa Hutan sebagai bagian dari “rural contexts” atau bagian

(17)

terutama yang terkait dengan permasalahan hidup mereka. Apalagi, proses

pembinaan menuju peningkatan kualitas hidup yang sedang dirintis

masyarakat berpengaruh pada peningkatan kebutuhan informasi mereka.

Bahkan kebutuhan tersebut harus terpenuhi secara maksimal. Selain itu,

Yusup (2010:80) menegaskan bahwa informasi menjadi bahan atau bahkan

komoditas yang sangat unggul dalam pola kehidupan manusia, terutama di

zaman sekarang yang peradabannya semakin kompleks.

Agar pemenuhan kebutuhan informasi ini tepat sasaran, diperlukan kajian

terhadap kebutuhan informasi masyarakat Desa Hutan. Oleh karena itu,

peneliti merasa perlu melakukan penelitian untuk mengkaji kebutuhan

informasi masyarakat Desa Hutan khususnya di Kabupaten Pekalongan.

1.2.

Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang permasalahan, maka dapat dirumuskan bahwa

yang menjadi masalah dalam penelitian ini adalah informasi apa saja yang

dibutuhkan masyarakat Desa Hutan.

1.2.1. Batasan Masalah

Masyarakat Desa Hutan terdiri dari beragam elemen. Mulai dari

anak-anak hingga orang dewasa dengan berbagai latar belakang pekerjaan. Untuk

memfokuskan penelitian ini, maka masyarakat yang akan dikaji kebutuhan

informasinya yaitu mereka yang menjadi anggota LMDH atau lebih dikenal

dengan anggota penyadap dan petani hutan. Hal ini dianggap lebih utama

(18)

juga dianggap mengetahui permasalahan yang terjadi di lingkungannya dan

berpartisipasi dalam mawujudkan kehidupan masyarakat hutan menjadi lebih

baik.

1.3.

Tujuan Penelitian

Sesuai dengan permasalahan, maka tujuan penelitian ini adalah untuk

mengetahui dan memahami kebutuhan informasi masyarakat Desa Hutan di

kabupaten Pekalongan, sehingga diketahui informasi yang dibutuhkan

masyarakat dari aspek subyek, sumber, jenis, bentuk, dan kegunaan, tujuan

dan manfaat penggunaan informasi. Selain itu, juga dapat diketahui hal-hal

yang melatarbelakangi munculnya kebutuhan tersebut serta faktor yang

mempengaruhi kebutuhan informasi masyarakat Desa Hutan.

1.4.

Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini secara umum dapat dimanfaatkan sebagai salah satu

rujukan untuk melakukan pengkajian terhadap pemakai potensial (Potencial

User) maupun pemakai aktual (actual User) serta untuk mengetahui

informasi yang dibutuhkan masyarakat Desa Hutan. Secara khusus manfaat

penelitian dapat dijabarkan sebagai berikut:

1.4.1.Bagi Peneliti

1. Dapat mengetahui bagaimana cara melakukan kajian terhadap

pemakai serta penyelesaian persoalan yang dihadapi di tempat

(19)

2. Hasil penelitian dapat digunakan peneliti untuk memahami

informasi yang dibutuhkan masyarakat Desa Hutan di kabupaten

Pekalongan.

1.4.2.Bagi Perpustakaan

1. Sebagai Penyedia jasa Informasi, perpustakaan dapat berpartisipasi

dalam mendukung program pemerintah dengan menyediakan

informasi yang dibutuhkan dan tepat bagi masyarakat Desa Hutan,

melalui perpustakaan keliling maupun penyediaan koleksi di taman

baca masyarakat.

2. Dapat melakukan tugasnya dalam meningkatkan minat baca

masyarakat dan mewujudkan “Life Long Learning” dalam

masyarakat secara merata.

1.4.3 Bagi Masyarakat Desa Hutan

1. Hasil penelitian dapat menjadi rujukan bagi pemerintah melalui

perpustakaan untuk memenuhi kebutuhan informasi masyarakat.

2. Ketersediaan informasi yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat

dapat memudahkan aktivitas masyarakat dalam mencapai tujuan.

1.5

Tempat Dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di wilayah hutan kabupaten Pekalongan Jawa

(20)

difokuskan pada daerah di sekitar Sekretariat P3MDH Paninggaran sebagai

bagian (divisi) bidang pendidikan dan pengembangan masyarakat dari LMDH

kabupaten Pekalongan. Kegiatan penelitian dilakukan selama 41 hari sejak 3

Juli 2013 hingga 13 Agustus 2013.

1.6 Kerangka Pikir

Kerangka pemikiran dalam penelitian ini dapat digambarkan dalam

diagram berikut:

GAP/ Kesenjangan

Kebutuhan informasi

Gambar 1. Alur Kerangka Pikir

Terjadinya suatu kebutuhan menurut Yusup (2010: 83) jika terdapat

kesenjangan antara harapan dan kenyataan, antara kondisi seharusnya dengan

(21)

menentu yang timbul akibat terjadinya kesenjangan (gap) dalam diri manusia

antara pengetahuan yang dimiliki dengan pengetahuan yang dibutuhkannya

(Belkin dalam Suwanto, 1997:19). Kebutuhan ini dapat dipengaruhi oleh

beberapa faktor, Lin dan Garvey (dalam Laloo, 2002: 14) menemukan bahwa

faktor paling penting yang mempengaruhi kebutuhan informasi adalah jenis

pekerjaan seseorang, sedangkan faktor lain yang mempengaruhi kebutuhan

informasi termasuk faktor sosial, politik, ekonomi dan kebijakan. Sedangkan

Belkin (dalam Suwanto, 1997:19) menganggap bahwa kebutuhan informasi

dapat dipengaruhi oleh bermacam-macam sebab, antara lain: latar belakang

sosial budaya, pendidikan dan tujuan dalam diri manusia tersebut, serta

lingkungan sosialnya.

1.7 Batasan Istilah

Fokus peneliti dalam pembahasan masalah dibatasi hanya pada kajian

kebutuhan informasi pada masyarakat Desa Hutan di kabupaten Pekalongan.

Desa Hutan yang dimaksud dalam penelitian ini adalah desa yang berada di

bawah pembinaan P3MDH kabupaten Pekalongan yang berpusat di

kecamatan Kajen dan Paninggaran.

Masyarakat yang dikaji dalam penelitian ini hanya dibatasi pada

penduduk desa dibawah pembinaan LMDH di kabupaten Pekalongan yang

menjadi bagian dari wilayah peta pangkuan hutan Pekalongan Timur.

Kebutuhan informasi yang dikaji dalam penelitian ini adalah informasi

(22)

berinteraksi terhadap lingkungannya, seperti: subyek, sumber, jenis, bentuk,

(23)

BAB II

TINJAUAN LITERATUR

2.1

. Informasi

“Informasi memegang peranan yang semakin besar dalam perkembangan

ilmu pengetahuan (dalam arti luas)” (Sulistyo-Basuki, 2004:398). Dalam hal

ini, informasi berbeda dengan pengetahuan, seperti yang disampaikan

Machlup (dalam Case, 2002: 61) yang menitikberatkan bahwa informasi

diperoleh karena diberitahu, sedangkan pengetahuan dapat diperoleh melalui

berpikir. Sedangkan menurut Yusup (2010:5) bahwa informasi ini lahir

karena adanya suatu peristiwa atau kejadian, apapun jenis kejadiannya. Jika

kejadian yang dilihat atau diamati seseorang, kemudian orang tersebut

memberitahu baik secara lisan maupun tertulis kepada orang lain, maka apa

yang disampaikan itu disebut informasi.

Informasi merupakan komoditi internasional, sehingga penggunaan

informasi, ilmu pengetahuan dan teknologi merupakan masalah yang menjadi

perhatian dan keprihatinan kegiatan nasional dan internasional

(Sulistyo-Basuki, 1992:224). Bahkan Yusup (2010:80) menambahkan semakin

kompleks peradaban zaman, informasi menjadi bahan komoditas yang sangat

unggul dalam pola kehidupan manusia, tanpa informasi manusia tidak dapat

berperan banyak dengan lingkungannya. Hal ini ditegaskan Mehombu (dalam

Leach, 1999: 71) bahwa informasi kini telah diterima sebagai faktor penting

dalam pengembangan beberapa masyarakat secara terus-menerus. Sebab,

(24)

informasi dapat menurunkan ketidakpastian dan meningkatkan kesadaran

akan kemungkinan tindakan untuk memecahkan permasalahan. Selain itu,

Sulistiyo-Basuki dalam bukunya “Pengantar Dokumentasi” (2004:393) juga

menjelaskan pentingnya penggunaan informasi meliputi semua aspek, yakni

semua bahasan tentang dokumen primer, dokumen skunder dan tersier, teknik

temu balik informasi serta media dan fasilitas yang digunakan untuk

mencapai tujuan bersama penggunaan informasi seefisien mungkin, tercakup

di dalamnya. Tidak hanya itu saja, Durrance dan Pettigrew (dalam

Bruchson-Arbib, 2006: 83) memberikan fungsi lain terhadap informasi yang dapat

membantu mengatasi permasalahan dari aktivitas dan fasilitas partisipasi

masyarakat dalam kehidupan sehari-hari dengan memberikan informasi

tersebut kepada masyarakat dan organisasi secara bersamaan.

Banyak penulis telah mencoba untuk membuat sebuah definisi umum dari

informasi. Wulandari (2007:15) dalam ‘Materi Pokok Dasar-dasar Informasi’

mendefinisikan Informasi sebagai sekumpulan hasil olahan data yang telah

dibentuk ke dalam format tertentu yang bermanfaat dan mempunyai nilai

untuk digunakan dalam pembuatan keputusan bagi pengguna atau

pemakainya. Dari pengertian tersebut, dapat disimpulkan terdapat beragam

bentuk informasi.

2.1.1 Bentuk Informasi

Informasi yang dijadikan rujukan para pemakai dapat diketegorikan

(25)

berjudul ‘Sumber Informasi Referensi’ mengatakan beberapa bentuk sumber

referensi yakni bentuk tercetak (buku, majalah, Koran, ensiklopedia dan

lain-lain), bentuk micro, format elektronik (seperti CD-ROM), dan dokumen yang

dapat diakses melalui internet. Sehingga dalam penelitian ini juga akan dikaji

kebutuhan informasi masyarakat Desa Hutan dari segi bentuk informasinya.

Sehingga dapat diketahui informasi dalam bentuk apa saja yang dibutuhkan

masyarakat.

Pentingnya suatu informasi bagi sebagian orang, memunculkan beberapa

alasan yang mendorong mereka untuk merekam infromasi. Sehingga dari hal

ini kita mengenal beragam jenis Informasi.

2.1.2 Jenis-Jenis Informasi

Yusup (2010:5) mengelompokkan informasi menjadi dua jenis:

1. Informasi Lisan

Informasi ini jumlahnya banyak dan sulit diukur dan dibuktikan

sehingga pusat informasi seperti perpustakaan tidak mengolah

informasi jenis ini.

2. Informasi Terekam

Informasi terekam dibedakan antara yang ilmiah dan tidak ilmiah.

Informasi tidak ilmiah adalah informasi yang biasa dan tersedia dimanapun. Akan tetapi informasi jenis ini dapat berubah menjadi luar

biasa apabila berhubungan dengan peristiwa besar atau sejarah,

(26)

ilmiah merupakan informasi terekam yang dirancang secara khusus atau bisa dimanfaatkan untuk kepentingan ilmiah.

Selanjutnya Yusup (2010: 8) membagi informasi menjadi:

1.) Informasi primer: informasi yang dikeluarkan pertama kali dari

sumbernya secara lengkap dan asli.

2.) Informasi Sekunder : informasi yang bertujuan untuk membuka

informasi primer.

3.) Informasi Tersier : keterangan atau tulisan dari sumber tertentu

yang dapat digunakan untuk mengetahui atau menelusuri

sumber-sumber informasi sekunder.

Selain itu, Wulandari (2007: 64) menegaskan makin berkembangnya

suatu organisasi berarti semakin banyak organisasi tersebut memerlukan

informasi. Hal ini sesuai dengan pendapat Yusup (2010:11) bahwa fungsi

informasi dapat berkembang sesuai dengan bidang garapan yang disentuhnya.

Selain itu Yusup (2010:11) juga menjelaskan fungsi utama informasi yaitu

sebagai data dan fakta yang sanggup membuktikan adanya suatu kebenaran,

sebagai penjelas hal-hal yang sebelumnya masih meragukan, sebagai prediksi

untuk peristiwa-peristiwa yang mungkin akan terjadi di masa yang akan

datang.

Dengan kata lain, seseorang membutuhkan informasi untuk

menyelesaikan permasalahan kehidupannya setiap hari. Penyebaran informasi

ini akan berlangsung efektif ketika informasi yang tersedia sesuai dengan

(27)

the needs and aspirations of citizens, decision-makers and life long learners

is a long standing goal of the information professions”(William,2008:63).

Berdasarkan beberapa hal tersebut, dapat disimpulkan bahwa informasi

merupakan segala hal yang merepresentasikan setiap kegiatan manusia,

terekam dan disebarluaskan untuk memudahkan dalam kehidupan sehari-hari.

Sehingga, informasi menjadi suatu bagian terpenting dan tidak terlepas dalam

aktivitas masyarakat.

2.2

. Kebutuhan Informasi

Kebutuhan informasi terjadi karena keadaan tidak menentu yang timbul

akibat terjadinya kesenjangan (gap) dalam diri manusia antara pengetahuan

yang dimiliki dengan yang dibutuhkannya. Pemakai akan mencari informasi

untuk memenuhi kebutuhannya tersebut (Belkin dalam Suwanto, 1997:19).

Sedangkan menurut Yusup (2010:83) kebutuhan terjadi karena kesenjangan

antara harapan dan kenyataan, antara yang seharusnya dengan kondisi nyata

sekarang dan dari adanya informasi yang datang menerpa orang yang

bersangkutan. Selain itu Krech, Crutchfiled, dan Ballachey (dalam Yusup,

2010:82) berpendapat bahwa timbulnya kebutuhan seseorang tetap

dipengaruhi oleh kondisi fisiologis, situasi dan kognisinya. Sementara itu

Laloo (2002:15) menyatakan “Ketika kebutuhan dirasakan untuk hal apa saja,

seringkali orang mengambil tindakan untuk memenuhi kebutuhannya,”

(28)

Sulistyo-Basuki (2004: 393) mendefinisikan kebutuhan informasi sebagai

informasi yang diinginkan seseorang untuk pekerjaan, penelitian, kepuasan

rohaniah, pendidikan dan lain-lain. Jika, kebutuhan ini tidak terpenuhi, dapat

menghambat aktivitas seseorang. Karena menurut Wilson (dalam kartika,

2012:17) kebutuhan informasi bukan hanya kebutuhan fundamental seperti

kebutuhan transportasi atau kebutuhan pangan, tetapi lebih dari kebutuhan

kedua yang lebih penting dimana muncul kebutuhan utama. Dengan demikian

perlu melakukan tindakan pemenuhan kebutuhan informasi ini.

Tylor (dalam Pendit, 2008) berpendapat bahwa kebutuhan informasi

merupakan sesuatu yang rumit sebab gabungan dari karakteristik personal dan

psikologis yang sulit diungkapkan. Kebutuhan ini seringkali samar-samar dan

dapat tersembunyi dibawah alam sadar. Tylor (dalam Pendit, 2008)

selanjutnya menjelaskan sebelum sebuah kebutuhan terwujud secara pasti,

ada tingkatan yang dilalui oleh pemikiran manusia, antara lain:

1. Visceral need, yaitu tingkatan ketika kebutuhan informasi belum

sungguh-sungguh dikenali sebagai kebutuhan, sebab belum dapat dikaitkan dengan

pengalaman seseorang dalam hidupnya.

2. Concious need, yaitu ketika seseorang mulai mereka-reka apa yang

sesungguhnya mereka butuhkan.

3. Formalized need, yaitu ketika seseorang mulai secara lebih jelas dan

terpadu dapat mengenali kebutuhan informasinya, dan mungkin disaat

(29)

4. Compromised need, ketika seseorang mengubah-ubah rumusan

kebutuhannya karena mengantisipasi, atau bereaksi terhadap kondisi

tertentu.

Yusup (2010:82) mengemukakan kebutuhan seseorang khususnya yang

dihadapkan dengan berbagai media penampung informasi (sumber-sumber

informasi) seperti yang di usulkan oleh Katz, Gurevitch, dan Hass sebagai

berikut:

1. Kebutuhan kognitif. Kebutuhan ini berkaitan erat dengan kebutuhan untuk

memperkuat atau menambah informasi, pengetahuan, dan pemahaman

seseorang akan lingkungannya.

2. Kebutuhan afektif. Kebutuhan ini dikaitkan dengan penguatan estetis, hal

yang dapat menyenangkan, dan pengalaman-pengalaman emosional.

3. Kebutuhan integrasi personal. Ini sering dikaitkan dengan penguatan

kredibilitas, kepercayaan, stabilitas, dan status individu.

4. Kebutuhan integrasi sosial. Kebutuhan ini dikaitkan dengan penguatan

hubungan dengan keluarga, teman, dan orang lain di dunia.

5. Kebutuhan berkhayal. Ini dikaitkan dengan kebutuhan-kebutuhan untuk

melarikan diri, melepaskan ketegangan, dan hasrat untuk mencari hiburan

atau pengalihan.

Kebutuhan informasi sangat tergantung pada kondisi dan situasi yang

dialami seseorang. Sehingga untuk meneliti kebutuhan informasi, saracevic

(dalam pendit, 2008) menyarankan untuk memperhatikan beberapa faktor.

(30)

dihadapi, rencana seseorang dalam penggunaan informasi, kondisi

pengetahuan seseorang yang relevan dengan kebutuhannya, dan dugaan

seseorang tentang ketersediaan informasi yang dibutuhkan.

Tague (dalam Laloo, 2002:14) membagi kebutuhan informasi seseorang

dalam beberapa tipe. Tipe tersebut antara lain:

1. Social or pragmatic the following information needs- required for

coping day-to-day life.

2. Recreation information needs

3. Professional information needs

4. Educational Information needs

Selain kategori tersebut dapat di kategorikan pada tipe :

success needs -for employment opportunities, self improvement

Specialised Information needs- for the physically handicapped, emotionally

disturbed, geographically isolated, etc.

Laloo dalam bukunya “Information Needs, Information Seeking behavior

and Users” membagi warganegara ke dalam kelompok berdasarkan macam

aktivitasnya antara lain:

1. Profesionals. Yang termasuk dalam kelompok ini adalah mereka

yang menjalani pelatihan dalam periode waktu tertentu pada sebuah

bidang khusus.

2. Semi-professionals. Kelompok ini termasuk seseorang yang

(31)

dapat bekerja pada beberapa jenis pekerjaan professional tapi tanpa

pengetahuan, kemampuan dan keputusan.

3. Non-professionals. Setiap orang yang tidak terkategori kedalam

kelompok professionals dan semi-professionals

Kebutuhan informasi merupakan bagian dari konsep sentral perilaku

informasi (Information Behavior) selain pencarian (seeking) dan penggunaan

(Using) informasi. Seiring perkembangan waktu, kebutuhan khalayak dunia

tidak lagi sekedar fakta yang akurat dan aktual, melainkan pula penyajian

yang cepat lebih dari itu, mereka menginginkan pula ragam informasi dari

seluruh penjuru pada waktu yang bersamaan Ibnu (dalam Murniatmo:1997).

2.3

. Masyarakat Desa Hutan

Informasi menurut Dervin (dalam Suwanto,1997:19) dapat digunakan

untuk beragam keperluan, beberapa diantaranya adalah keperluan untuk

mendapatkan skill (kemampuan atau ketrampilan) dan agar mulai dapat

belajar serta membuat situasi lebih baik. Upaya menjadikan kondisi

Masyarakat Pedesaan terpencil menjadi lebih baik dilakukan beragam

program peningkatan kualitas hidup mereka, termasuk masyarakat Desa

Hutan di Indonesia. Beberapa program tersebut biasanya dilakukan melalui

proses pelatihan maupun pemberdayaan yang dilaksanakan lembaga

pemerintah dan non-pemerintah yang melibatkan proses transfer informasi

didalamnya. Hal itu dilakukan karena kondisi masyarakat Desa Hutan secara

(32)

Masyarakat Desa Hutan merupakan masyarakat yang mendiami wilayah

yang berada di sekitar atau di dalam hutan dan mata pencaharian atau

pekerjaan masyarakatnya tergantung pada interaksi terhadap hutan

(Awang,2008:15). Istilah ‘Desa Hutan’ ini mulai dikenal sejak dicetuskannya

program pengelolaan hutan bersama masyarakat oleh Perum Perhutani sejak

2001. Program ini diadakan sebagai program pengentasan kemiskinan

sekaligus penyelenggaraan perubahan kebijakan FAO sejak tahun 1978 di

Jakarta, dengan tema hutan untuk kesejahteraan masyarakat.

Program pengentasan kemiskinan dan kesejahteraan masyarakat tersebut

sangat diperlukan. Hal ini disebabkan masyarakat yang tinggal di hutan di

Indonesia merupakan salah satu kelompok miskin terbesar di Indonesia,

bahkan masyarakat yang tinggal di hutan cenderung miskin secara menahun

(Wollenberg, 2004:2). Padahal sumber daya yang diperoleh dari kawasan

hutan Indonesia sangat berlimpah. Mulai dari hasil panen pulp sebagai bahan

baku pembuatan kertas, potensi volume kayu dan rotan dalam jumlah banyak

dan potensi sumberdaya lainnya seperti bahan pertambangan, seharusnya

mampu memberikan kesejahteraan bagi masyarakat sekitar hutan. Tetapi,

faktanya kehidupan masyarakat disekitar hutan justru semakin termarginalkan

(Zulaifah,2006:14).

Zulaifah (2006: 14-15) dalam tesisnya juga mengungkapkan bahwa

pertumbuhan penduduk yang semakin tinggi di daerah pedesaan

menyebabkan berbagai dampak negatif, antara lain lahan pertanian yang

(33)

tersedianya lapangan pekerjaan lain yang layak bagi angkatan kerja penduduk

pedesaan, serta makin sulitnya untuk memperoleh pemenuhan kebutuhan

pokok seperti sandang, pangan dan perumahan.

Mundurnya kondisi masyarakat yang tinggal di sekitar kawasan hutan

mendorong Pemerintah melalui Kementrian Kehutanan untuk mengeluarkan

Peraturan Menteri No. P.49/Menhut-II/2008 tentang Hutan Desa. Kebijakan

ini dilakukan dalam rangka melibatkan masyarakat di sekitar hutan untuk

mewujudkan pengelolaan hutan yang adil dan lestari sekaligus meningkatkan

taraf hidup dan kesejahteraan mereka. Salah satu kegiatan untuk mencapai

tujuan kebijakan tersebut adalah dengan pemberian pembinaan pada

masyarakat di sekitar hutan. Saat ini pembinaan mulai dilaksanakan di

beberapa wilayah hutan Indonesia khususnya di pulau Jawa, termasuk

pembinaan pada masyarakat Desa Hutan Peta Pangkuan Hutan Pekalongan

Timur yang dilakukan oleh LMDH setempat maupun dari Dinas terkait.

Wilayah Kabupaten Pekalongan Selatan masih banyak masyarakat yang

belum terlayani pendidikannya dengan baik, dari sejumlah + 21.846 jiwa

yang merupakan penduduk dari 10 Desa, 2 kecamatan: kajen dan

paninggaran. Dari usia paud 2.176 anak belum terlayani + 1.500 anak, usia

SMP 1.156 anak belum terlayani + 250 anak, usia SMU 1.192 anak belum

terlayani + 400 anak (paguyubanlmdh.blogspot.com). Sementara kesempatan

untuk mengakses pendidikan formal sudah tidak mampu lagi dinikmati.

Kesempatan lain yang masih memungkinkan untuk diraih adalah apabila di

(34)

Non Formal (Paguyuban LMDH, 2011). Oleh karena itu, LMDH Kabupaten

Pekalongan mengadakan P3MDH atau dengan istilah lain Agroforestry

Learning Center untuk membina dan memberdayakan masyarakatnya.

2.4

. Penelitian Sebelumnya

Kajian terhadap kebutuhan informasi pengguna telah banyak dilakukan.

Akan tetapi sedikit sekali yang meneliti tentang kebutuhan informasi

masyarakat pedesaan dengan lingkungan khusus.

Penelitian sebelumnya yang menjadi acuan penelitian ini antara lain

sebagai berikut:

2.4.1 Penelitian yang dilakukan Yusop, dkk (2012) tentang kebutuhan informasi masyarakat pedesaan di Malaysia.

Penelitian ini mengkaji tentang kebutuhan informasi pada

masyarakat pedesaan di Malaysia. Dalam jurnal penelitian tersebut

dipaparkan bahwa kebutuhan informasi masyarakat pedesaan dapat

diklasifikasikan menjadi dua kategori yakni: dalam hubungan

dengan kegiatan ekonomi dan dalam hubungan dengan kehidupan

sehari-hari. Serta ditemukan kebutuhan informasi yang paling

umum diperlukan masyarakat pedesaan Malaysia yang terbagi

dalam empat sektor (mereka yang bekerja pada sektor kelapa sawit,

padi, karet dan perikanan) antara lain: IT, Bisnis, Pendidikan,

Peluang Karir. Sedangkan yang paling dibutuhkan adalah

(35)

2.4.2 Penelitian yang dilakukan Suwanto (1997), Studi tentang kebutuhan dan perilaku pencarian informasi dosen Fakultas

Kedokteran UNDIP dan UNISSULA Semarang.

Penelitian ini bertujuan menganalisis kebutuhan dan pencarian

informasi dosen fakultas kedokteran kedua universitas tersebut

serta hubungannya dengan latar belakang pendidikan dan tujuan

penggunaan informasinya. Dari penelitian ini diperoleh hasil

bahwa terdapat perbedaan yang signifikan dalam hal kebutuhan

jenis informasi ditinjau dari segi latar belakang pendidikan dosen.

Sedangakan dalam media informasi, sumber informasi dan strategi

pencarian serta cara perolehan informasi tidak terdapat perbedaan.

2.4.3 Penelitian yang dilakukan Kartika (2012) tentang kebutuhan dan perilaku pencarian informasi para peneliti di Mahkamah Konstitusi

Republik Indonesia (MKRI).

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kebutuhan dan

perilaku pencarian informasi yang dilakukan oleh peneliti di MKRI

serta mengetahui kendala yang dihadapi peneliti dalam melakukan

pencarian informasi untuk memenuhi kebutuhan informasi.

Hasilnya, kebutuhan informasi peneliti dilakukan dalam membantu

hakim konstitusi membuat kajian, telaah maupun resume terhadap

(36)

beragam dengan tema dan subyek yang hampir sama tetapi mereka

mendapatkan pengetahuan yang berbeda-beda. Perilaku pencarian

informasi yang dilakukan oleh peneliti sebagian besar

menggunakan sumber informasi yang ada di MKRI, sedangkan

kendala yang dihadapi sebagian besar disebabkan oleh banyaknya

perkara yang ada di MKRI dan ketersediaan koleksi di

perpustakaan yang masih kurang mendukung peneliti dalam

membuat kajian terhadap perkara.

2.4.4 Penelitian yang dilakukan Tugirin (2012) berjudul ‘Kebutuhan dan Pencarian Informasi oleh Mahasiswa yang Menjadi Anggota

Perpustakaan Fakultas Ilmu Budaya Undip’.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kebutuhan dan

pencarian informasi oleh mahasiswa di Perpustakaan Fakultas Ilmu

Budaya Universitas Diponegoro Semarang. Dari penelitian ini

diketahui bahwa kebutuhan informasi dapat diamati melalui tujuan

dan pencarian informasi oleh mahasiswa. Penelitian tersebut juga

memaparkan bahwa tujuan mahasiswa untuk membuat atau

menyelesaikan tugas akhir dan untuk menyelesaikan tugas yang

diberikan dosen. Kebutuhan informasi tersebut sesuai dengan

permasalahan yang sedang dihadapi mahasiswa.

Beberapa kajian kebutuhan informasi tersebut lebih banyak difokuskan

(37)

sebagai sumber informasi. Meskipun kajian terhadap kebutuhan informasi

masyarakat pedesaan pernah dilakukan, penelitian tersebut belum secara

spesifik membahas kebutuhan informasi masyarakat desa yang tinggal

diwilayah khusus dan hanya kebutuhan informasi secara umum yang dikaji.

Oleh karena itu, perbedaan penelitian ini dengan kajian yang pernah

dilakukan adalah penelitian ini lebih ditujukan kepada masyarakat desa yang

menempati wilayah khusus yaitu disekitar hutan dengan akses terhadap

sumber informasi sangat terbatas. Penelitian ini juga mengkaji kebutuhan

informasi dari segi bentuk, sumber, jenis yang dibutuhkan masyarakat untuk

(38)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1.

Desain Penelitian

“Desain penelitian atau rancangan penelitian adalah strategi untuk

memperoleh data yang dipergunakan untuk menguji hipotesa”

(Sandjaja,2006:105). Desain ini dapat digunakan untuk menentukan

pengaturan latar belakang penelitian agar diperoleh data yang dibutuhkan.

Penulis dalam penelitian ini menggunakan desain penelitian kualitatif berjenis

deskriptif dengan bentuk studi kasus. Menurut Sulistyo Basuki (2006:78)

penelitian kualitatif merupakan penelitian yang bertujuan memperoleh

gambaran seutuhnya mengenai suatu hal menurut pandangan manusia yang

diteliti, sehingga berkaitan dengan persepsi, ide, pendapat atau kepercayaan,

yang tidak dapat diukur dengan angka. Sedangkan Moleong (2010:6)

menegaskan bahwa penelitian kualitatif bermaksud untuk memahami

fenomena tentang apa yang dialami oleh subyek penelitian. Sedangkan

Sulistyo-Basuki (2006:111) berpendapat “penelitian jenis ini berkaitan dengan

pengumpulan data tentang pengulangan atau kejadian peristiwa atau masalah

dalam berbagai situasi lingkungan”.

Penulis memilih jenis penelitian deskriptif studi kasus karena kegiatan ini

bertujuan hanya untuk memahami secara mendalam dan menggambarkan

kondisi kebutuhan informasi di Desa Hutan kabupaten Pekalongan yang

bersifat khusus. Seperti yang dijelaskan Sulistyo-Basuki (2006: 113) bahwa

(39)

studi kasus merupakan kajian mendalam tentang peristiwa, lingkungan, dan

situasi tertentu yang memungkinkan mengungkapkan atau memahami suatu

hal. Selain itu, studi kasus dapat dilakukan terhadap fenomena yang berjulat

dari perorangan, kelompok, dan situasi obyek material serta menghasilkan

penelitian yang bersifat khusus. Perlunya kebutuhan informasi masyarakat

tersebut untuk dikaji karena adanya pembinaan untuk pengelolaan hutan

secara optimal sebagai pemicu meningkatnya kebutuhan informasi

masyarakat. Selain itu, perlu adanya sumber informasi yang tepat untuk

mencapai tujuan kebijakan Pemerintah tentang Hutan Desa.

3.2.

Obyek Dan Subyek Penelitian

Obyek dalam penelitian ini adalah kebutuhan informasi sedangkan

subyek penelitian adalah masyarakat Desa Hutan di kabupaten Pekalongan.

Masyarakat Desa Hutan yang menjadi subyek penelitian ini terbagi

dalam 127 desa yang terdapat di sekitar Peta Pangkuan Hutan Pekalongan

Timur yang meliputi: sedikit daerah kabupaten Batang dan Pemalang dan

seluruh daerah hutan di kabupaten Pekalongan. Khusus masyarakat Desa

Hutan yang berada di wilayah kabupaten Pekalongan berjumlah 61 desa.

Beberapa desa tersebut tersebar dalam 12 Kecamatan, meliputi: kecamatan

Kesesi, Kajen, Lebakbarang, Paninggaran, Karanganyar, Petungkriyono,

(40)

3.2.1

. Informan

Jenis penelitian kualitatif tidak menggunakan populasi dan sampel, tetapi

menggunakan istilah informan untuk memberikan informasi secara akurat

mengenai hal yang diteliti. Penelitian ini menggunakan informan sebagai

sumber penggalian data. Informan dipilih berdasarkan teknik purposive

sampling. Teknik ini memungkinkan peneliti menentukan informan

berdasarkan kriteria yang ditentukan oleh peneliti sesuai tujuan yang ingin

dicapai dalam penelitian. Kriteria tersebut seperti: paham dan menguasai

topik yang diteliti, mudah untuk ditemui, memiliki akses yang besar untuk

mengetahui kondisi lingkungannya, komunikatif, tidak mempunyai tujuan

atau kepentingan tertentu dalam penelitian sehingga dapat diperoleh

informasi yang obyektif serta bersedia memberikan informasi. Ketentuan

tersebut dapat memudahkan penulis dalam melakukan penelitian sehingga

tujuan penelitian dapat terpenuhi. Sedangkan jumlah informan dalam

penelitian kualitatif tidak ditentukan secara spesifik, data dari informan

dianggap cukup jika telah mampu menjawab tujuan penelitian.

Dalam penelitian ini, penulis memutuskan informan yang tepat untuk

memperoleh data tentang kebutuhan informasi yaitu dengan mendapatkan

data langsung dari warga yang menjadi anggota LMDH di kabupaten

Pekalongan sehingga data kebutuhan informasi masyarakat tidak bersiat

obyektif dan personal, tetapi mampu mewakili kebutuhan masyarakat Desa

Hutan. Pemilihan informan ini juga mempertimbangkan rekomendasi dari

(41)

Pekalongan Timur serta melibatkan ketua LMDH yang dianggap mengetahui

kondisi masing-masing wilayahnya.

3.3.

Tempat Dan Waktu Penelitian

Fokus terhadap masalah yang dikaji harus dilakukan peneliti untuk

menjamin keakuratan hasil penelitian. Sehingga untuk fokus terhadap kajian,

peneliti melakukan penelitian kepada masyarakat yang menjadi anggota

LMDH di wilayah kabupaten Pekalongan yang termasuk bagian wilayah peta

pangkuan Hutan Pekalongan Timur. Observasi dilakukan untuk memperoleh

gambaran langsung kondisi masyarakat Desa Hutan dengan beragam aktivitas

dan program yang dilaksanakan. Agar data yang diperoleh dan analisis dapat

dilakukan secara maksimal, penelitian akan dilakukan selama lebih dari satu

bulan sejak 3 Juli hingga 13 Agustus 2013.

3.4.

Jenis Dan Sumber Data

Data dalam penelitian ini dapat diperoleh dengan beragam jenis dan

sumber yang dapat dijabarkan sebagai berikut:

3.4.1. Jenis Data

Penelitian ini menggunakan jenis data kualitatif. Jenis data kualitatif jika data tidak dalam bentuk numerik tetapi lebih dapat berupa kata-kata,

teks, foto, video, rekaman suara dan sebagainya. Data Kualitatif dapat

diperoleh melalui berbagai macam teknik pengumpulan data. Misalnya,

(42)

dituangkan dalam catatan lapangan (tanskrip). Sedangkan data berbentuk

gambar dapat diperoleh melalui pemotretan atau rekaman video.

3.4.2. Sumber Data

Sumber yang biasa digunakan dibagi menjadi dua, sumber primer dan

sumber skunder.

3.4.2.1. Sumber Data Primer

Sumber primer informasi adalah sumber yang merupakan bagian

dari atau langsung berhubungan dengan dengan peristiwa/kejadian

yang dikaji. Sumber data ini dapat diperoleh dari informan melalui

observasi dan wawancara mendalam.

3.4.2.2. Sumber Data Sekunder

Sumber skunder informasi pada umumnya bukti yang berada satu

langkah atau lebih dari peristiwa yang sesungguhnya. Dengan kata

lain, data yang diperoleh dalam bentuk dokumen-dokumen yang telah

ada yang dapat mendukung data primer. Misalnya: buku, ensiklopedi

dan dokumen lain yang dapat menunjang penelitian.

3.5.

Pengumpulan Data

Data di lapangan dapat diperoleh dengan beberbagai teknik atau metode,

antara lain:

3.5.1 Observasi

Peneliti dalam penlitian ini menggunakan jenis observasi tak

(43)

Pada jenis ini peneliti mempersiapkan pencatatannya secermat mungkin menyangkut perilaku yang akan berlangsung tanpa mempradesain kategori khusus dari perilaku atau membatasi observasi hanya pada jenis perilaku. (Sulistyo,2006: 150).

Sedangkan dari segi penempatan posisi peneliti, peneitian ini

menggunakan observasi partisipan terbuka. Sulistyo-basuki (2006: 151)

menjelaskan bahwa observasi partisipan terbuka berarti subyek yang

diteliti mengetahui bahwa mereka sedang diamat-amati. Metode ini

dipilih karena melibatkan peneliti kedalam situasi yang dilakukan

subyek penelitian atau dengan kata lain peneliti hadir di tengah-tengah

subyek penelitian yang sedang diamati.

3.5.2 Dokumetasi

Metode ini digunakan untuk memperoleh data yang tercatat atau

terkam dalam kegiatan masyarakat Desa Hutan yang

terdokumentasikan. Peneliti menelusuri berbagai macam dokumen

antara lain buku, majalah, notulen rapat, peraturan-peraturan dan

sumber informasi lain.

3.5.3 Wawancara

“Wawancara adalah suatu tanya jawab secara tatap muka yang

dilakukan oleh pewawancara dengan orang yang diwawancarai untuk

memperoleh informasi yang diberikan” (Sandjaja,2006: 145). Dalam

penelitian ini penulis menggunakan wawancara mendalam tak

terstruktur untuk memperoleh data yang dibutuhkan. Wawancara tak

(44)

menggunakan pedoman. Sedangkan mendalam (Depth Interview) sering

digunakan untuk menggali semua atribut responden atau informan

sedalam mungkin. Selain dilakukan dengan tatap muka, wawancara

dapat dilakukan berkali-kali sehingga peneliti dapat memperoleh

informasi yang dibutuhkan.

3.6

. Variabel Dan Indikator Penelitian

Variabel penelitian pada dasarnya adalah sesuatu yang berbentuk apa

saja yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari, sehingga diperoleh

informasi tentang hal tersebut kemudian ditarik kesimpulannya

(Sugiyono,2009:38). Variable dalam penelitian ini adalah kebutuhan

informasi.

Variabel tersebut kemudian dibagi kedalam beberapa indikator.

Indikator kebutuhan informasi terdiri dari: jenis, bentuk, subyek, tujuan,

manfaat informasi. Sedangkan hal-hal yang dapat mempengaruhi kebutuhan

informasi juga menjadi indikator dalam penelitian ini, seperti: lingkungan

dan latar belakang pendidikan masyarakat.

3.7

. Pengolahan Dan Analisis Data

Pengolahan data dilakukan setelah peneliti menyelesaikan seluruh

rangkaian kegiatan penelitian dari observasi hingga pengumpulan data

(Aedi, 2010:2). Menurut Suyanto dan Sutinah (dalam Sasmita, 2012: 41)

(45)

mengklasifikasi atau mengkategorikan data berdasarkan beberapa tema

sesuai fokus penelitiannya. Moleong (2010: 147) memaparkan peneliti

kualitatif mengenal adanya analisis data di lapangan walaupun analisis data

secara intensif barulah dilakukan sesudah ia kembali ke rumah. Sehingga

pengolahan data dalam penelitian kualitatif dilakukan setelah penelitian

selesai dilaksanakan baik dilapangan maupun tidak dan dilakukan sebelum

analisis data dilakukan. Pengolahan data ini diperlukan untuk editing,

seperti: mengkoreksi atau melakukan pengecekan yang dapat dilakukan

ditempat, memberikan tanda atau kode untuk kategori yang sama sebelum

dianalisis dan dikelompokkan dengan cara yang teliti dan teratur.

3.7.1Analisis Data

Analisis data kualitatif menurut Bogdan & Biklen dalam Moleong

(2010:248) yaitu:

Upaya yang dilakukan dengan jalan bekerja dengan data, mengorganisasikan data, memilah-milahnya menjadi satuan yang dapat dikelola, mensintesiskannya, mencari dan menemukan pola, menemukan apa yang penting dan apa yang dipelajari, dan memutuskan apa yang dapat diceritakan kepada orang lain. Moleong (2010:248)

Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan metode

analisis data kualitatif yang telah dirumuskan Moleong (2010:288). Metode

(46)

a. Reduksi data

I. Identifikasi satuan (unit). Pada mulanya diidentifikasikan adanya

satuan yaitu bagian terkecil yang ditemukan dalam data yang memiliki

makna bila dikaitkan dengan fokus dan masalah penelitian.

II. Membuat koding. Membuat koding berarti memberikan kode pada

setiap ‘satuan’, agar tetap dapat ditelusuri data/satuannya, sumber

asalnya.

b. Kategorisasi

I. Menyusun kategori. Kategorisasi adalah upaya memilah-milah setiap

satuan ke dalam bagian-bagian yang memiliki kesamaan.

II. Setiap kategori diberi nama yang disebut ‘label’.

c. Sintesisasi

I. Mensistesis berarti mencari kaitan antara satu kategori dengan

kategori lainnya

II. Kaitan satu kategori dengan kategori lainnya diberi nama/ label lagi.

Analisis data dilakukan dengan cara deskriptif, membandingkan hasil

wawancara dengan tinjauan dan hasil verifikasi dari pihak pengurus P3MDH

yang menjadi secretariat LMDH KPH Pekalongan Timur dan dari pihak

(47)

BAB IV

GAMBARAN UMUM DESA HUTAN KABUPATEN

PEKALONGAN

4.1. Pengelolaan Hutan untuk Kesejahteraan Masyarakat

Kondisi masyarakat desa semakin terpuruk terutama masyarakat desa

yang tinggal di sekitar hutan Indonesia. Hal ini dialami sejak krisis moneter

yang terjadi sejak pertengahan tahun 1997 dan masih berkepanjangan hingga

saat ini (www.dephut.go.id). Rata-rata pertumbuhan ekonomi yang semakin

menurun, dan laju inflasi yang melonjak mencapai 39,63% pada juli 1998.

Sehingga yang muncul bukan hanya dampak ekonomi, namun juga dampak

kerawanan sosial, penurunan kesehatan dan endemi penyakit, pencemaran

lingkungan, kejahatan dan sebagainya. Bahkan penjarahan yang terjadi tidak

hanya dipertokoan tetapi juga telah terjadi penjarahan hasil hutan maupun

perkebunan di beberapa daerah.

Masyarakat pedesaan yang tinggal di sekitar hutan sering disebut

dengan istilah Desa Hutan. Hal ini seperti yang didefinisikan Awang

(2008:15) bahwa masyarakat Desa Hutan merupakan masyarakat yang

mendiami wilayah yang berada di sekitar atau di dalam hutan dan mata

pencahariaan/ pekerjaannya tergantung pada interaksi terhadap hutan.

Tidak meratanya pembangunan infrastruktur masyarakat Desa Hutan

dan kurangnya perhatian dari pemerintah semakin memperburuk

kesejahteraan mereka. Minimnya sarana transportasi, komunikasi dan sarana

(48)

pendidikan menjadikan masyarakat yang tinggal di kawasan Desa Hutan

semakin terpinggirkan. Terlebih lagi banyak pihak diluar masyarakat sekitar

hutan yang menginginkan kekayaan hasil hutan. Menyikapi keadaan yang ada

saat ini, pihak kehutanan Jawa Tengah berpegang kepada konsep visi

pembangunan kehutanan dan perkebunan, yakni: pengelolaan sumber daya

kehutanan dan perkebunan untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat,

berdasarkan ekosistem dan keanekaragamannya, yang menjamin

berkembangnya kapasitas keberdayaan masyarakat, terselenggaranya

distribusi manfaat hutan dan kebun yang berkeadilan, efisiensi dan

berkelanjutan serta tahan terhadap akibat perubahan eksternal melalui

mekanisme pengelolaan yang partisipatif, terpadu, transparan dan dapat

dipertanggungjawabkan.

Pelaksanakan visi tersebut diperlukan landasan pembangunan yang

bersifat fundamental yaitu pendekatan konsep hutan dan kebun untuk

kesejahteraan rakyat (forest and estate crops for people). Konsep ini

diarahkan pada optimalisasi fungsi kawasan hutan dan kebun baik dalam

konteks ekonomi, sosial dan budaya serta pengintegrasiannya dalam aspek

fungsi ekologi, khususnya fungsi lindung dan konservasi keanekaragaman

hayati dan ekosistemnya.

Beberapa upaya lain yang telah dilaksanakan dalam rangka peningkatan

pendapatan dan kesejahteraan masyarakat Desa hutan dan sekitar hutan adalah

kegiatan Pembinaan Masyarakat Desa Hutan (PMDH), oleh Perum Perhutani

(49)

pembinaan Usaha Kecil, dan Koperasi (PUKK), serta Kredit Usaha Tani,

Konservasi Daerah Aliran Sungai (KUK-DAS) dan Kredit Usaha Hutan

Rakyat (KUHR), di beberapa Kabupaten yang dilaksanakan oleh Unit

Pelaksana Teknis Kanwil Dephutbun Provinsi Jawa Tengah (BRLKT V).

Kegiatan tersebut telah banyak memberikan manfaat bagi masyarakat desa

sekitar hutan dalam meningkatkan taraf hidup dan kesejahteraan.

4.2.

Upaya-upaya Pemberdayaan Masyarakat Desa Hutan

Upaya ini dilakukan oleh perum perhutani Unit 1 Jawa Tengah sejak

1972. Beberapa kegiatan terbagi dalam beberapa periode, antara lain;

4.2.1. Masa Paradigma Lama (1972-2000)

Kegiatan dalam waktu ini terbagi menjadi:

1. Kerjasama Mantri Lurah (Prosperity Approach)

Dilaksanakan sejak 1972 sampai dengan 1981, bertujuan untuk

meningkatkan taraf hidup rakyat desa dan memantapkan kualitas

lingkungan hidup.

2. Pembinaan Masyarakat Desa Hutan (PMDH)

Dilaksanakan mulai 1982 sampai dengan 2000, sebagai

penyempurnaan program Prosperity Approach, secara garis besar

(50)

4.2.2. Paradigma Baru (2001- Sekarang)

Pengelolaan Hutan Bersama Masyarakat (PHBM) dilakukan

dalam periode ini. PHBM merupakan suatu sistem pengelolaan

Sumber Daya Hutan (SDH) yang dilakukan bersama oleh Perhutani

dan Masyarakat Desa Hutan atau Perhutani dan Masyarakat Desa

Hutan dengan pihak yang berkepentingan (stakeholder) dengan jiwa

berbagi, sehingga kepentingan bersama untuk mencapai keberlanjutan

fungsi dan manfaat SDH dapat diwujudkan secara optimal dan

professional sesuai Keputusan Dewan Pengawas Perhutani Nomor

136/KPTS/Dir/2001.

Secara garis besar, kegiatan PHBM terbagi menjadi kegiatan

dalam dan luar kawasan hutan. Kegiatan dalam kawasan hutan

meliputi: kegiatan pengusahaan hutan, usaha produktif berbasis lahan,

usaha produktif berbasis bukan lahan (seperti: pemanfaatan sumber

air, wisata alam dan sebagainya). Sedangkan kegiatan diluar kawasan

hutan meliputi: Pengembangan hutan rakyat (berbasis lahan) dengan

sharing atau bagi hasil dan kegiatan berbasis bukan lahan, misalnya:

aneka usaha kehutanan, industri pengolahan hasil hutan dan lain-lain.

Sebagai penghubung antara pihak Perhutani dengan masyarakat

Desa Hutan dalam kegiatan PHBM, maka dibantu oleh Lembaga

Swadaya Masyarakat dibentuklah lembaga independen yang

(51)

atas penjarahan hutan yang sering disebut sebagai Lembaga

Masyarakat Desa Hutan (LMDH).

4.3.

Lembaga Maysarakat Desa Hutan (LMDH) Kabupaten

Pekalongan

Sistem PHBM yang dicangankan oleh Perum Perhutani sejak 2001,

membuka kesempatan bagi masyarakat Desa Hutan untuk terlibat aktif

dalam pengelolaan hutan. Keterlibatan aktif ini dimulai dari terjalinnya

kerjasama pengelolaan hutan antara Perhutani dengan LMDH. LMDH

merupakan lembaga lokal yang berdiri atas prakarsa warga yang difasilitasi

oleh desa setempat. Lembaga ini dibentuk sebagai penghubung antara

masyarakat Desa Hutan dengan pihak Perhutani maupun pihak lain yang

berkepentingan dalam program pemberdayaan dan pengelolaan sumberdaya

hutan.

Kabupaten pekalongan memiliki 61 LMDH yang tersebar dalam wilayah

hutan seluas 28.501,24 Ha. Wilayah ini meliputi 12 kecamatan, antara lain:

Kecamatan Paninggaran, Kesesi, Kajen, Lebakbarang, Petungkriyono,

Karanganyar, Talun, Kandangserang, Doro, Kajen, Bojong dan

Karangdadap. Sedangkan tabel perserbaran LMDH Kabupaten Pekalongan

(52)

4.4.

Paguyuban Lembaga Masyarakat Desa Hutan Kabupaten

Pekalongan

Dalam upaya mewadahi kelembagaan antar LMDH, bersama komponen

lain seperti Lembaga Swadaya Masyarakat, Dinas Kehutanan dan Perum

Perhutani KPH Pekalongan Timur pada tahun 2006 membentuk Paguyuban

LMDH yang diberi nama Paguyuban LMDH ”Unggul Lestari” KPH

Pekalongan Timur.

Menyadari keberadaannya sebagai organisasi yang menaungi seluruh

LMDH di KPH Pekalongan Timur, Paguyuban LMDH melakukan

upaya-upaya advokasi dan fasilitasi terhadap hak-hak masyarakat Desa Hutan.

Upaya-upaya tersebut diwujudkan dalam beberapa kegiatan praktis dibidang

pendidikan dan pemberdayaan masyarakat.

Paguyuban LMDH KPH Pekalongan Timur mempunyai luas hutan

pangkuan 26.000 Ha, yang tersebar di 3 wilayah kabupaten; Pekalongan,

Batang dan Pemalang. Mempunyai jumlah anggota sebanyak 116 LMDH,

terbagi dalam 7 BKPH antara lain : BKPH Bawang, BKPH Bandar, BKPH

Doro, BKPH Karanganyar, BKPH Paninggaran, BKPH Kesesi, BKPH

Randudongkal.

4.4.1 Visi dan Misi Paguyuban LMDH KPH Pekalongan Timur

Agar tetap berjalan pada tujuan yang telah direncanakan lembaga,

maka Paguyuban LMDH “Unggul Lestari” KPH Pekalongan Timur

(53)

Visi dari Paguyuban ini adalahMenjadi Paguyuban Lembaga Masyarakat Desa Hutan yang mengakar dan mandiri, mampu

menggugah dan berperan nyata dalam pemberdayaan masyarakat,

pembangunan desa dan pelestarian Sumber Daya Hutan dalam

semagat kebersamaan.”

Sedangkan Misi dari paguyuban LMDH “Unggul Lestari” yaitu

“Mendorong gerakan pemberdayaan masyarakat Desa Hutan secara

terpadu dan mendukung proses-proses penguatan dan pengembangan

kelembagaan LMDH melalui pembelajaran bersama, pengelolaan

hutan lestari, pengelolaan data dan informasi, penguatan kapasitas,

pengembangan usaha, dan jejaring kemitraan.”

4.4.2 Tujuan Paguyuban LMDH KPH Pekalongan Timur

Paguyuban LMDH “Unggul Lestari” KPH Pekalongan Timur telah

merumuskan arahan yang jelas dalam setiap kegiatan

keorganisasiannya. Hal itu tampak jelas dari tujuan paguyuban yang

dirumuskan sebagai berikut:

1. meningkatkan kualitas sumberdaya masyarakat Desa hutan;

2. Mempelopori pengembangan pengelolaan sumberdaya hutan

bersama masyarakat;

3. Membangun dan memperkuat pangkalan data yang mampu

(54)

4. Memfasilitasi arus pertukaran energi (pengetahuan, pengalaman,

ketrampilan, dan lain-lain) antar LMDH dan antara LMDH dengan

Stakeholders lain;

5. Mengembangkan usaha kecil dan membangun jejaring usaha antar

LMDH dan antara LMDH dengan dunia usaha;

6. Mendorong upaya penguatan LMDH;

7. Mengkampanyekan pembangunan Desa Hutan.

4.4.3 Pengurus Paguyuban LMDH KPH Pekalongan Timur

Pengurus Paguyuban LMDH “Unggul Lestari” KPH Pekalongan

Timur dapat dijabarkan sebagai berikut:

Tabel 4.1 Daftar Pengurus Paguyuban LMDH KPH Pekalongan Timur

Nama Jabatan Organisasi

1. Masyhudi Sa'an, S.Ag Ketua LMDH Amongwono

2. Kasturi Wakil Ketua LMDH Wono Aji

3. Murtadho, S.Ag Sekretaris I LMDH Rowo Mas

4. Imam Nur Huda Sekretaris II TPM KPH Pekalongan Timur

5. Tirtonadi Bendahara LMDH Wono Asri

15. Dul Ajiz, A.Md Sie Organisasi PPL Bakorluh Dishut

16. Hadi Purnomo, S.Hut Sie Organisasi TPM Timur Pekalongan Timur

17. Tri Agustriani Sie Organisasi KPH Pekalongan Timur

18. Agus Susilo Sie Organisasi LMDH Wono Mulia

19. Casliyah Sie PPDH LMDH Rimbamulya

20. Teguh Iman Santosa Sie PPDH LMDH Sidomakmur

(55)

4.4.5 Kegiatan Pagyuban LMDH KPH Pekalongan Timur

Kegiatan Paguyuban LMDH sudah melakukan kegiatan praktis di

bidang pemberdayaan masyarakat dan bidang pendidikan, antara lain;

Gerakan Pemberantasan Buta Aksara (GERAK MESRA) Pada tahap

pemberantasan ini, sekitar 1260 masyarakat Desa hutan telah

dinyatakan melek aksara dengan memperoleh surat keterangan melek

aksara (SUKMA I).

Selain itu kegiatan yang dilakukan langsung oleh LMDH juga

memberikan kontribusi pembelajaran pengetahuan dan pengalaman

bagi LMDH lain.

Beberapa kegiatan yang pernah diselenggarakan Paguyuban

LMDH “Unggul Lestari” KPH Pekalongan Timur, antara lain:

1. Sistem Pengguliran Sapi dan Pengelolaan Wisata Outbond

LMDH Wono Asri.

2. Praktek Pembuatan Jamu & Tanaman Obat LMDH Among

Wono.

3. Pendidikan Paket B LMDH Wana Mulya.

4. Pengelolaan Wisata Masyarakat LMDH Argo Tirto.

Gambar

Gambar 1. Alur Kerangka Pikir
Tabel 4.1 Daftar Pengurus Paguyuban LMDH KPH Pekalongan Timur
Tabel.5.10.1 Tingkat pendidikan informan
Gambar 1 Penyetoran Getah Pohon Pinus      Gambar 2.Menimbang Getah Hasil
+2

Referensi

Dokumen terkait

Model Sirkuler di atas, jika dihubungkan dengan penelitian yang penulis teliti yaitu Customer Service Representative di Plasa Telkom Sudirman Pekanbaru pada waktu

Siswa menghitung benda milik sendiri di sekolah yang banyaknya 1 sampai dengan 10 lalu menuliskan nama dan lambang bilangannya.. Siswa membentuk kelompok lalu saling

Sedangkan menurut Zulma, G.W.M (2020), tarif pajak tidak berpengaruh terhadap tingkat kepatuhan pajak karena dalam masa pandemi covid-19, mengungkapkan bahwa pemerintah cukup

Memang tepat kiranya jika fenomena ini kita sebut dengan istilah ‘lokalisasi agama’, karena lokalisasi memang identik dengan pelacuran, dan tawar-menawar dengan ‘aqidah

JDPEXW GL 5DZD 3HQLQJ VDQJDW WLQJJL PHQFDSDL VDPSDL .JP DWDX VDPSDLWRQ+D6LWWDGHZL 3HQJJXQDDQ JDPEXW XQWXN PHGLD DWDX SXSXN SDGD SHPELELWDQ WDQDPDQ ELDVDQ\D GLODNXNDQ GHQJDQ

Berdasarkan gambar satelit cuaca pada tanggal 6 Juni 2015 hingga 7 Juni 2015 yang diambil mulai jam 01.00 sampai 12.00 UTC (08.00-07.00 WIB) memperlihatkan awan-awan konvektif

iskurus tentang kesetaraan laki-laki dan perempuan di kalangan umat Islam di Indonesia telah memasuki dasawarsa keempat, namun hasil sosialisasi yang dilakukan oleh berbagai pihak