• Tidak ada hasil yang ditemukan

Konsep Ekuitas sebuah pilihan dalam

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Konsep Ekuitas sebuah pilihan dalam "

Copied!
24
0
0

Teks penuh

(1)

MATERI 13 Konsep Ekuitas

Ditulis pada Desember 27, 2013 oleh ikhwamuji

MATERI 13

Konsep Ekuitas

1. Definisi Ekuitas

Menurut Ikatan Akuntan Indonesia ( IAI ) atau PSAK (2002) pasal 49, ekuitas adalah hak residual atas aktiva perusahaan setelah dikurangi semua kewajiban. Berbagai sumber yang lain mendefinisi ekuitas yang tidak berbeda denagn definisi menurut IAI. Ekuitas didefinisikan sebagai hak residual untuk menunjukkan bahwa ekuitas bukan kewajiban. Ini berarti ekuitas bukan pengorbanan sumber ekonomik masa datang. Karena didefinisi atas dasar asset dan kewajiban, nilai ekuitas juga bergantung pada bagaimana asset dan kewajiban diukur.

2. Komponen Ekuitas

Komponen ekuitas terdiri dari :

a. Modal setoran (contributed capital),

terdiri dari modal yuridiksi (legal capital) yang dihitung berdasar nilai pari (par value) menunjukkan aktiva netto yang tidak dapat distribusikan. Kelebihan nilai diatas nilai nominal diakui sebagai agio saham (additional paid in capital)

b. Laba Ditahan (retained earnings)

terdiri dari laporan laba rugi, penyesuaian periode sebelumnya, dan deviden

c. Penyesuaian modal belum terealisasi (unrealized capital adjustment).

3. Tujuan Penyajian Ekuitas

(2)

perseroan terhadap para pemegang saham dan pihak lainnya juga merupakan tujuan penyajian ekuitas pemegang saham ini.

4. Teori Ekuitas

Teori ekuitas adalah teori yang menjelaskan sudut pandang yang digunakan dalam akuntansi berkaitan dengan penyusunan dan penyajian laporan keuangan. Teori ini membahas pihak yang dianggap paling dominan dan menjadi sudut pandang dalam pelaporan keuangan. Pemakaian sudut pandang yang berbeda dapat menghasilkan format pelaporan yang berbeda pula.

a. Teori Propietary

Pada awalnya teori ini muncul sebagai perwujudan dari sistem pembukuan berpasangan. Teori ini memusatkan perhatiannya kepada pemilik. Persamaan akuntansi yang digunakan adalah : Aktiva-hutang = modal. Teori proprietary sangat cocok diterapkan untuk organisasi perusahaan

perseorangan dan firma oleh karena dalam bentuk organisasi ini ada hubungan personal antara manajemen dengan pemilik.

b. Teori Entitas (Kesatuan Usaha)

Teori entitas muncul untuk mengatasi kelemahan yang melekat pada teori proprietary. Terdapat pemisahaan antara kepentingan pribadi pemilik dengan kepentingan perusahaan. Dengan demikian, transaksi / kejadian yang dicatat dan dipertanggungjawabkan adalah transaksi yang melibatkan perusahaan. Perusahaan dianggap bertindak atas nama dan kepentingannya sendiri terpisah dari pemilik. Persamaan akuntansinya : Aktiva = Hutang + Modal atau Aktiva = Modal (Hutang + Modal Pemilik)

Teori entitas cocok diterapkan untuk organisasi yang berbentuk perseroan terbatas, tetapi juga relevan untuk perusahaan lain yang memiliki eksistensi yang terpisah dari individu pemilik.

Ada dua versi teori entittas, yaitu:

ü Versi Tradisional Menurut pandangan tradisional, perusahaan beroperasi untuk pemegang ekuitas yaitu pihak yang memberi dana bagi perusahaan. Dengan demikian, perusahaan harus melaporkan status investasi dan konsekuensi investasi yang dilakukan pemilik. Melihat pemegang ekuitas sebagai partner dalam kegiatan usaha yand dijalankan.

ü Versi Baru Pandangan ini menyatakan bahwa perusahaan beroperasi atas namanya sendiri dan berkepentingan terhadap kelangsungan hidupnya sendiri. Melihat pemegang ekuitas sebagai pihak di luar perusahaan.

(3)

Menyatakan bahwa ekuitas residual merupakan salah satu jenis ekuitas dalam kerangka teori entitas. Pemegang saham memiliki ekuitas di perusahaan seperti pemegang ekuitas lainnya, tetapi pemegang saham tidak dianggap sebagai pemilik. Jadi teori ekuitas residual merupakan pandangan antara teori proprietary dan teori entitas. Dalam pandangan ini persamaan akuntansinya menjadi : Aktiva – Ekuitas khusus = Ekuitas Residual

Tujuan pendekatan teori ekuitas residual adalah memberikan informasi yang lebih baik kepada pemegang saham biasa dalam rangka pengambilan keputusan investasi.

d. Teori Enterprise

Teori enterprise suatu perusahaan merupakan konsep yang lebih luas dibandingkan teori entitas, tetapi kurang terdefinisikan dengan baik dalam skope maupun aplikasinya. Dalam teori ini, perusahaan dipandang sebagai unit ekonomi terpisah yang dioperasikan dalam rangka memberikan manfaat bagi pemegang saham, sedangkan dalam teori entreprise, perusahaan dipandang sebagai lembaga sosial yang dioperasikan dalam rangka memberikan manfaat bagi banyak pihak yang berkepentingan. Konsep ini cocok diterapkan skala besar dan modern dan memiliki kewajiban untuk

mempertimbangkan pengaruh dari tindakannya kepada beberapa kelompok dan masyarakat secara keseluruhan. Konsep income yang paling relevan dengan teori enterprise adalah laporan keuangan nilai tambah yaitu laporan keuangan yang menunjukkan kontribusi pihak-pihak yang berkepentingan terhadap perusahaan didalam menghasilkan nilai tambah perusahaan.

e. Teori Dana

Teori dana mengabaikan asumsi hubungan personal dalam teori proprietary dan asumsi personifikasi perusahaan sebagai unit ekonomi legal secara artifisal dalam teori entitas. Teori dana berdasarkan pada persamaan akuntansi sebagai berikut : Aktiva = Restriksi Aktiva

Konsep teori dana banyak digunakan di sektor pemerintahan dan lembaga nir-laba. Di dalam

pemerintahan dana yang umumnya digunakan meliputi dana umum , dana pendapatan khusus, dana proyek, dan dana pelunasan hutang jangka panjang.

TUGAS TEORI AKUNTANSI

tugas resume ini benar atau tidak ya????

(4)

DEFINISI DAN KARAKTERISTIK

Ekuitas timbul pada dasarnya bukan kewajiban, tetapi merupakan klaim sisa (residual claim) terhadap aktiva. Oleh karena itu, konsep ekuitas tidak dapat

didefinisikan tersendiri, terpisah dari aktiva dan hutang. Ikatan Akuntansi

Indonesia (IAI) mandefinisi ekuitas adalah hak residual atas aktiva perusahaan setelah dikurangi semua kewajiban. FASB Statement of Financial Accounting ConceptNo.6mendefinisikan ekuitas sebagai “hak sisa terhadap suatu entitas setelah dikurangi hutang”.

Dari definisi tersebut dapat dikatakan bahwa dua karakteristik ekuitas adalah sebagai berikut:

 Ekuitas sama dengan aktiva neto, yaitu selisih antara aktiva perusahaan dengan

hutang perusahaan.

 Ekuitas dapat bertambah atau berkurang karena kenaikan atau penurunan aktiva

neto baik yang berasal dari sumber bukan pemilik (pendapatan dan biaya) maupun investasi oleh pemilik atau distribusi kepada pemilik.

Perbedaan antara ekuitas pemegang saham dan hutang adalah:

1. Besarnya hak prioritas yang dimiliki oleh para pemegang ekuitas lainnya,

2. Tingkat kepastian dalam penetapan jumlah yang diterima oleh para pemegang

ekuitas, dan

3. Tanggal jatuh tempo pembayaran hak-hak final.

A. Teori Ekuitas

Teori Ekuitas adakah teori yang menjelaskan sudut pandang yang digunakan dalam akuntansi berkaitan dengan penyusunan dan penyajian laporan keuangan. Dengan kata lain, penyusunan dan penyajian laporan keuangan sangat tergantung pada sudut pandang yang digunakan yaitu siapa yang dianggap paling berkepentingan terhadap laporan keuangan.

1. Teori Pemilikan (ProprietaryTheory)

Pada awalnya teori ini muncul sebagai perwujudan dari sistem pembukuan berpasangan. Teori ini memusatkan perhatiannya kepada pemilik. Persamaan akuntansi yang digunakan:

ƩAktiva – ƩLiabilitas = Modal

(5)

Selama berjalannya usaha maka nilai perusahaan sama dengan investasi awal ditambah akumulasi laba bersih setelah dikurangi prive untuk pemilik. Jadi teori

proprietari menganut wealth concept.

Teori Proprietary sangat cocok diterapkan untuk organisasi perusahaan perseorangan dan firma oleh karena dalam bentuk organisasi ini ada hubungan personal antara manajemen perusahaan denga pemilik perusahaan. Hal ini

disebabkan net income ditambahkan setiap periode ke rekening modal pemilik

walaupun perhitngan laba bersih tidak mengukur kenaikan bersih kekayaan (wealth).

Teori propoprietary tidak dapat langsung digunakan untuk bentuk perusahaan peseroan terbatas seperti halnya untuk perusahaan perseorangan dan firma. Konsep laba komprehensif yang diadopsi oleh FASB juga menggunakan dasar teori proprietary yaitu memasukkan semua item yang mempengaruhi pemilik selama periode itu kecuali pengambilan deviden dan transaksi modal.

Makna Laba (income)

Berdasarkan sudut pemilik, pendapatan diartikan kenaikan modal pemilik, sementara biaya diartikan sebagai penurunan modal pemilik. Dengan demikian laba merupakan kenaikan kekayaan/kemakmuran pemilik selama satu periode yang menjadi hak bagi pemilik. Pemakaian teori proprietary dalam akuntansi memberikan implikasi sebagai berikut :

Semua kejadian/transaksi yang mempengaruhi perubahan

kekayaan/kemakmuran pemiliki dalam satu periode harus dimasukkan sebagai penentu laba

Perusahaan merupakan alat bagi pemilik untuk mencapai tujuannya bukan

sebagai entitas yang berdiri sendiri terpisah dari pemilik

Dividen merupakan distribusi laba bagi pemilik

Bungan pinjaman dan pajak penghasilan dianggap sebagai biaya

Gaji yang dibayarkan pada pemilik sebagai karyawan tidak dapat diperlakukan

sebagai biaya karena pemilik dianggap sama dengan perusahaan.

2. Teori Entitas (Entity Theory)

(6)

Dengan demikian, transaksi/kejadian yang dicatat dan dipertanggung jawabkan adalah transaksi yang melibatkan perusahaan. Perusahaan dianggap bertindak atas nama kepentingannya sendiri terpisah dari pemilik. Teori entitas didasarkan atas persamaan akuntansi:

ƩAktiva = ƩHutang + ƩModal

Elemen yang ada pada sisi kanan persamaan sering disebut hutang, tetapi sesungguhnya adalah ekuitas dengan hak yang berbeda didalam persamaan. Perbedaan utama antara hutang dan ekuitas pemilik adalah hak kreditur dapat dinilai secara independen dari penilaian yang lain jika perusahaan dalam

keadaan solvent.

Sedangkan hak pemegang saham/pemilik diukur dari penilaian aktiva yang diinvestasikan kembali. Jadi, hutang adalah kewajiban khusus perusahaan, dan aktiva menunjukkan hak perusahaan menerima barang barang dan jasa khusus atau manfaat lainnya.

Penilaian aktiva harus mencerminkan pengukuran manfaat yang diterima oleh perusahaan. Laba bersih suatu perusahaan umumnya diekspresikan dalam bentuk perubahan bersih modal pemilik, tidak termasuk perubahan yang berasal dari deklarasi dividen dan transaksi modal.

Hal ini tidak sama dengan teori proprietary yang mengatakan bahwa laba bersih adalah laba bagi pemegang saham. Laba bersih dalam konsep entitas menggambarkan sisa perubahan posisi ekuitas setelah dikurangi semua klaim, termasuk bunga hutang jangka panjang dan pajak penghasilan.

Perbedaan antara teori proprietary dan teori entitas menimbulkan perbedaan dalam melakukan penilaian aktiva. Dengan teori proprietary, aktiva harus dinilai

dengan nilai sekarang (current value) oleh karena ekuitas pemilik dianggap sebagai

kekayaan bersih. Sedangkan dengan teori entitas, perusahaan tidak berhubungan dengan nilai sekarang oleh karena penekanannya adalah akuntabilitas cost kepada pemilik atau pemegang saham lainnya. Dengan demikian dasar pengukuran yang

relevan adalah historical cost.

Dua Versi Teori Entitas

Versi Tradisional

Menurut pandangan tradisional, perusahaan beroperasi untuk pemegang ekuitas (Equility holders), yaitu pihak yang memberi dana bagi perusahaan. Dengan investasi yang dilakukan pemilik.

Versi Baru

(7)

hubungan baik pemegang ekuitas dalam kaitannya dengan kebutuhan dana yang diperlukan dimasa mendatang.

Meskipun kedua pandangan di atas memusatkan perhatiannya pada kesehatan usaha (entitas yang independen) namun pandangan tradisional melihat pemegang

ekuitas sebagai partner (associate) dalam kegiatan usaha yang dijalankan. Sedang

pandangan versi baru, melihat pemegang saham ekuitas sebagai pihak diluar perusahaan. Pemilik dan kreditor merupakan pemegang ekuitas yang memberi dana, maka perusahaan akuntansinya adalah:

Aktiva = Ekuitas

Ekuitas menunjukkan hak/klaim pemegang ekuitas terhadap aktiva suatu unit suatu usaha. Atas dasar teori entitas, neraca yang disajikan mengandung makna sebagai berikut :

Aktiva perusahaan menyajikan informasi langsung mengenai nilai unit usaha.

Ekuitas menunjukkan laporan tidak langsung terhadap jumlah nilai yang sama.

Aktiva adalah milik perusahaan

Hutang merupakan kewajiban perusahaan bukan kewajiban pemilik

Aktiva non moneter lebih relevan bila diukur dengan cost histories karena nilai

total aktiva sama dengan jumlah pasivanya.

Makna Laba

Dalam pendekatannya ekuitas ini, laporan rugi laba lebih relevan dibandingkan neraca. Alasannya :

1. Pemegang ekuitas lebih tertarik pada laba yang merupakan hasil dari investasi

mereka

2. Perusahaan didirikan dengan maksud mencari laba

3. Laba merupakan perubahan dalam aktiva bersih perusahaan

4. Pendapatan adalah aliran masuk aktiva karena transaksi yang dilakukan

perusahaan

5. Biaya adalah cost aktiva/jasa yang digunakan perusahaan dalam rangka

menghasilkan pendapatan.

Tekanan teori ini adalah pada aktiva karena aktiva dipandang lebih riil daripada ekuitas.

(8)

Menurut pandangan tradisional, laba dicatat dan ditampung dalam laba ditahan. Pandangan versi baru melihat bahwa laba ditahan merupakan ekuitas perusahaan/investasi milik sendiri.

Pandangan Tradisional

1. Bunga pinjaman adalah distribusi laba ditahan atas pemakaian pinjaman modal

bukan biaya bagi kreditor

2. Deviden merupakan distribusi laba ditahan bagi pemilik saham. Jadi bunga

pinjaman kedudukannya sama dengan deviden

3. Pajak penghasilan merupakan distribusi laba ditahan

Pandangan Versi Baru

Kreditor dan pemegang saham dianggap sebagai pihak luar. Bunga pinjaman, deviden dan pajak penghasilan dianggap sebagai biaya perusahaan karena menurunkan jumlah ekuitas unit usaha tersebut.

3. Teori Ekuitas Residual (Residual Equity Theory)

Seseorang teoritisi akuntansi William Patton (1962) menyatakan bahwa ekuitas

residual merupakan salah satu jenis ekuitas dalam kerangka teori entitas. Dalam pandangan teori entitas, pemegang saham memiliki ekuitas di perusahaan seperti pemegang saham ekuitas lainnya, tetapi pemegang saham tidak dianggap sebagai pemilik. Patton menekankan pada hubungan khusus residual equity holder.

Perubahan dalam penilaian aktiva, perubahan dalam laba bersih dan laba ditahan dan perubahan didalam hak pemegang ekuitas lainnya semua tercermin didalam residual equity pemegang saham biasa.

Jadi teori ekuitas residual merupakan pandangan antara teori proprietary dan teori entitas. Dalam pandangan ini persamaan akuntansinya menjadi:

Aktiva – Ekuitas Khusus = Ekuitas Residual

Ekuitas khusus meliputi klaim kreditu dan ekuitas pemegang saham preferen. Namun demikian pada kasus diaman kerugian begitu besar sehingga perusahaan tersebut bangkrut, ekuitas pemegan saham biasan dapat hilang dan pemegang saham preferen atau pemegang obligasi menjadi pemegang ekuitas residual.

(9)

investasi. Karena biasanya pemegang saham umumnya dianggap memiliki ekuitas residual didalam laba perusahaan dan didalam aktiva bersih pada saat likuidasi.

Oleh karena laporan keuangan umumnya disusun tidak dalam rangka likuidasi, maka informasi yang disajikan dalam kaitannya dengan ekuitas residual harus berguna untuk memprediksi dividen masa datang bagi pemegang saham biasa.

Laporan laba rugi dan laporan laba ditahan harus menunjukkan laba yang tersedia bagi pemegang ekuitas residual setelah semua kewajiban dipenuhi, termasuk deviden kepada pemegang saham preferen.

4. Teori Badan Usaha (Enterprise Theory)

Teori enterprise dalam hal ini menyatakan bahwa perusahaan dipandang sebagai lembaga sosial yang dioperasikan dalam rangka memberikan manfaat bagi banyak pihak yang berkepentingan (dalam arti luas meliputi pemegang saham, kreditor, pegawai, konsumen, pemerintah dan masyarakat secara umum), jadi saham dalam arti luas teori enterprise dapat dipandang sebagai teori akuntansi sosial.

Konsep ini tepat diterapkan pada perusahaan dalam skala besar dan modern, karena ditinjau dari sisi akuntansi berarti tanggung jawab pelaporan keuangan selain disampaikan kepada para pemegang saham/kreditor juga kepada kelompok atau masyarakat secara keseluruhan.

5. Teori Dana (Fund Theory)

Teori ini menyatakan bahwa unit aktivitas ekonomi merupakan dasar akuntansi, unit aktivitas operasi ini disebut dana yang meliputi sekelompok aktiva dan kewajiban dan restriksi atau batasan – batasan yang menggambarkan fungsi atau aktivitas ekonomi. Persamaan akuntansi dapat dinyatakan sebagai berikut :

Aktiva = Restriksi Aktiva

Aktiva menggambarkan jasa prospektif kepada dana atau unit koperasi, hutang merupakan restriksi aktiva umum atau khusus dari dana, modal yang diinvestasikan menceriminkan restriksi legal atau financial untuk menggambarkan aktiva.

Konsep ini banyak diterapkan pada sektor pemerintahan dan lembaga nirlaba.

Dalam pemerintahan dana yang umumnya digunakan meliputi dana umum (general

fund), dana pendapatan khusus (spesial revenue fund), dana proyek (capital project

fund), dana pelunasan hutang jangka panjang (debt service fund). Setiap dana ini

(10)

KLASIFIKASI EKUITAS PEMEGANG SAHAM

Dari segi riwayat terjadinya dan sumbernya, ekuitas pemegang saham diklasifikasi atas dasar dua komponen penting yaitu modal setoran dan laba ditahan. Modal setoran dipecah menjadi modal saham sebagai modal yuiridis dan modal setoran tambahan dan komponen lain yang merefleksi transaksi pemilik.

Ekuitas Pemegang Saham dan Komponennya

Modal Setoran

1. Modal Yuridis

2. Modal Setoran Lain

Modal Bentukan atau Laba Ditahan

 Laba atau rugi (dari statement laba rugi)

 Dividen

 Rekapitalisasi

 Defisit

 Koreksi

 Perubahan akuntansi

Keterangan :

 Tujuan Penyajian Ekuitas

Pengungkapan informasi ekuitas pemegang saham akan sangat dipengaruhi oleh tujuan penyajian informasi tersebut kepada pemakai statement keuangan. Pada umumnya, tujuan pelaporan informasi ekuitas pemegang saham adalah menyediakan informasi kepada yang berkepentingan tentang efesiensi dan kepengurusan manajemen. Untuk memenuhi tujuan tersebut, informasi yang harus disampaikan tentang ekuitas pemegang saham tersebut minimal adalah:

1. Sumber-sumber modal yang dipasok kepada perusahaan.

2. Pembatasan hukum pada distribusi modal yang diinvestasikan kepada pemegang

saham.

3. Pembatasan hukum, kontraktual, manajerial dan keuangan pada distribusi duvuden

pada calon dan pemegang saham sekarang.

4. Prioritas beberapa golongan pemegang saham atau pemegang ekuitas lainnya.

(11)

Laba ditahan pada dasarnya terbentuk dari akumulasi laba yang dipindahkan dari akun ikhtisar laba rugi. Begitu saldo laba ditutup ke laba ditahan, sebenarnya saldo laba tersebut telah lebur menjadi elemen modal pemegang saham yang sah. Dengan demikian untuk mengukur seluiruh hak pemegang saham atas asset, laba ditahan harus digabungkan dengan modal setoran.

Pembedaan antara dua bagian elemen ekuitas pemegang sangat penting, Dari segi administrasi keuangan, laba ditahan merupakan indicator daya melaba sehingga laba ditahan harus selalu dipisahkan dengan modal setoran meskipun jumlahnya akhirnya ditotal untuk membentuk ekuitas pemegang saham. Pembedaan ini juga sangat penting secara yuridis karena modal setoran merupakan dana dasar yang harus tetap dipertahankan untuk menunjukkan perlindungan bagi pihak lain. Dana ini hanya dapat ditarik kembali dalam likuidasi atau dalam keadaan luar biasa lainnya.Sementara itu, laba ditahan adalah jumlah rupiah yang secara yuridis dapat digunakan untuk pembagian dividen.

 Modal Yuridis

Modal yuridis timbul karena ketentuan hukum yang mengharuskan bahwa harus ada sejumlah rupiah yang harus dipertahankan dalam rangka perlindungan rehadap pihak lain. Bentuk ketentuan hukum ini adalahbahwa saham harus mempunyai nilai nominal atau nilai minimum yang dinyatakan untuk menunjukkan hak yuridis. Modal yuridis merupakan jumlah rupiah “minimal” yang harus disetor oleh investor sehingga membentuk modal yuridis.

 Modal Setoran Lain

Transfer dari modal setoran ke laba ditahan tanpa alasan yang kuat adalah penyimpangan dari penalaran yang valid. Ini berarti bahwa modal tidak dapat digunakan sebagao sumber laba ditahan. Demikian juga, tidak sebagianpun dari jumlah rupiah laba ditahan dapat dimasukkan sebagai modal setoran kecuali jumlah rupiah tersebut telah diubah menjadi modal dengan proses kapitalisasi yuridis atau telah berubah karena transaksi modal yang dibahas dibawah ini.

Perubahan modal setoran

1. Pemesanan saham

2. Obligasi terkonversi atau berhak-tukar.

3. Saham istimewa terkonversi atau berhak-tukar,

4. Dividen saham.

5. Hak beli saham.

6. Opsi saham.

7. Waran.

(12)

 Perubahan Laba Ditahan

Terdapat beberapa hal lain yang dapat menyebabkan laba ditahan dalam satu periode berubah selain karena transaksi modal tetapi karena transaksi khusus yaitu :

Penyesuaian periode-lalu.

Koreksi kesalahan dalam laporan keuangan sebelumnya.

Pengaruh perubahan akuntansi.

Kuasi-reorganisasi.

Kuasi-organisasi merupkan prosedur akuntansi yang mengatur perusahaan untuk merestrukturisasi ekuitasnya dengan menghilangkan defisit dan menilai kembali seluruh asset dan kewajibannya tanpa melalui reorganisasi secara hukum.

 Penyajian Modal Pemegang Saham

Urutan penyajian kewajiban dan modal pemegang saham dalam neraca sebenarnya menggambarkan urutan perlindungan dalam kondisi perusahaan yang mengalami defisit dan dalm kondisi perusahaan dilikuidasi. Dalam terjadi defisit, urutan penyajian menggambarkan:

Urutan penyerapan rugi.

Urutan menerima distribusi asset.

Ditinjau dari segi ini, urutan perlindungan dapat dikemukakan sbagai berikut:

 Karyawan dan pemerintah.

 Kreditor berjaminan.

 Kreditor takberjaminan.

 Pemegang saham prioritas.

 Pemegang saham biasa.

 Perincian Laba Ditahan

Bila komponen-komponen tertentu yang berasal dari transaksi operasi dilaporkan langsung ke laba ditahan, laba ditahan dapat disajikan dan dirinci atas dasar :

(13)

Perincian atas dasar tujuan penggunaan.

 Laba Komprehensif

Masalah teoritis dalam hal ini adalah pos-pos mana saja yang disajikan melalui statement laba rugi dan pos-pos mana saja yang dilaporkan melalui statement laba ditahan. Dalam hal ini, ada 2 pendekatan yang dapat dianut yaitu:

Laba kinerja sekarang.

Laba semua-termasuk.

Laporan Nilai Tambah (value added) Sebagai Pelengkap Laporan Keuangan

Laporan nilai tambah menunjukkan pendapatan suatu perusahaan sebagai suatu kesatuan usaha dan bagaimana nilai tambah ini didistribusikan kepada kelompok–kelompok yang menyumbangkan terciptanya nilai tambah tersebut. Laporan nilai tambah memandang bahwa kegiatan suatu perusahaan tidak lain adalah usaha kolektif dari beberapa kelompok orang, yaitu pemegang saham, kreditur, pegawai perusahaan dan pemerintahan.

A. Konsep Nilai Tambah

Konsep nilai tambah secara umum dapat didefinisikan sebagai perbedaan antara penghasilan kotor yang diterima oleh suatu perusahaan dari hasil penjualan produk dan jasa dengan jumlah uang yang dibayarkan untuk membeli bahan baku dan jasa lain yang disediakan oleh pemasok dari luar perusahaan. Atau dapat disimpulkan bahwa nilai tambah pada dasarnya adalah hasil penjualan dikurangi dengan biaya bahan baku dan jasa pihak luar yang digunakan dalam rangka menciptakan penghasilan tersebut. Lebih lanjut dapat dijelaskan bahwa sebagaian dari hasil penjualan dipakai untuk membayar bahan baku dan jasa yang dibeli dari masyarakat diluar perusahaan. Sisanya adalah kekayaan atau nilai tambah perusahaan yang diciptakan oleh para pegawai yang ada dalam perusahaan yang bekerja dengan sejumlah modal yang berasal dari pemegang saham, kreditur dan pemakai fasilitas umum yang disediakan oleh pemerintah.

B. Metode penentuan Nilai Tambah Ekuitas

Terdapat dua metoda dalam menghitung besarnya nilai tambah, antara lain :

 Metode Substraktif : Yaitu dengan menghitung besarnya nilai penjualan kotor

(14)

terdiri dari bahan baku atau jasa yang dibeli dari luar perusahaan yang dipakai untuk menghasilkan penjualan tersebut.

 Metode Aditif : Di mana nilai tambah perusahaan dihitung dari laporan laba operasi,

atau dengan cara menjumlahkan semua input produksi yang berasal dari modal dan tenaga kerja dalam menghasilkan penjualan.

C. Penyusunan Laporan Nilai Tambah

Laporan nilai tambah disusun berdasarkan konsep-konsep dalam penyusunan

laba-rugi operasi yaitu konsep akrual dan prinsip pembandingan (matching

principles). Dalam Metode aditif, laporan keuangan nilai tambah dapat disusun dengan hanya mengubah laporan rugi-laba. Besarnya laba ditahan dapat dihitung dengan cara mengurangkan berbagai macam beban, pajak, dividen dari hasil penjualan. Secara Matematis dapat dituliskan sebagai berikut :

Rumus dasar : LD = HP – BI – Dep – BG – I – Div – T

LD : Laba ditahan

HP : Hasil Penjualan

BI : Total Beban Input bahan baku dan jasa lain

BG : Beban gaji dan Upah pegawai

Dep : Beban Depresiasi

I : Beban Bunga

Div : Dividen yang dibayar

T : Pajak Penghasilan

Dikembangkan menjadi :

Untuk menghitung Nilai Tambah Bersih :

HP – BI – Dep = BG + I + Div + T + LD

Untuk menghitung Nilai Tambah Kotor :

HP – BI = BG + I + Div + T + LD + Dep

Perbedaan antara nilai tambah bersih dengan nilai tambah kotor :

 Nilai tambah tidak lain adalah kekayaan yang diciptakan oleh perusahaan dan

(15)

 Sesuai dengan konsep konsistensi dan matching antara penghasilan dan beban,

maka beban depresiasi harus diperlakukan pula seperti halnya beban input bahan baku yaitu pengurang hasil penjualan.

 Nilai tambah bersih menghilangkan adanya perhitungah ganda, sedangkan nilai

tambah kotor akan menghasilkan perhitungan ganda, karena tidak dikurangkannya beban depresiasi dari hasil penjualan.

 Ide suatu perusahaan merupakan suatu hasil kerja kolektif beberapa kelompok

orang sesuai dengan konsep nilai tambah bersih.

D. Manfaat Laporan Nilai Tambah

Pengungkapan

Laporan nilai tambah merupakan usaha untuk memberikan informasi yang lengkap dan relevan tentang kegiatan perusahaan dengan memasukkan informasi beberapa kelompok orang yang berkepentingan terhadap perusahaan seperti pemilik, kreditur, pegawai dan pemerintah.

Sederhana dan Fleksibel

Laporan nilai tambah disusun hanya dengan memodifikasi laporan laba-rugi. Laporan nilai tambah memiliki fleksibilitas dalam penyusunannya karena dapat disusun atas dasar biaya historis.

Hubungan Industrial

Laporan nilai tambah dimaksudkan dapat mencerminkan adanya “team spirit” di dalam organisasi perusahaan.

Laporan Nilai tambah memiliki beberapa kelebihan dibandingkan dengan laporan laba-rugi:

 Laporan nilai tambah menggambarkan pernana pegawai di dalam perusahaan oleh

karena dipandang sebagai pihak yang ikut menyumbangkan terciptanya kekayaan perusahaan

 Dengan pemberian insentif kepada para pegawai atas dasar besarnya sumbangan

mereka terhadap nilai tambah perusahaan, maka dengan sendirinya akan menaikkan motivasi pegawai didalam proses penciptaan kekayaan perusahaan

 Laporan nilai tambah dapat dipakai sebagai referensi guna penyelesaian

kasus-kasus perburuhan.

(16)

Laporan nilai tambah berperan dalam memperbaiki kegiatan analisa ekonomi, karena konsep nilai tambah konsistem dengan analisa input – output yang sering dipakai para ekonom untuk menghitung pendapatan nasional.

Analisis Komparasi

Laporan nilai tambah memberikan tambahan kriteria yang dapat dipakai sebagai dasar untuk menilai dan membandingkan prestasi suatu perusahaan lain. Disamping itu nilai tambah pula dipakai sebagai alat untuk mengukur besar dan pentingnya suatu perusahaan.

E. Kelemahan Laporan Nilai Tambah

Bagi para pemakai yang tidak memahami konsep laporan keuangan., laporan nilai tambah dapat membingungkan mereka sebab besarnya nilai tambah suatu perusahaan. Dengan menyajikan laporan nilai tambah suatu perusahaan. Dengan menyajikan laporan nilai tambah ada kecenderungan bahwa manajemen akan selalu memaksimumkan besarnya nilai tambah yang pada gilirannya akan menyesatkan dalam pengambilan keputusan.

Diposkan oleh PuCi di 16.11

Label: EKUITAS, Tugas TEORI AKUNTANSI

BAB I PENDAHULUAN

Ekuitas merupakan bagian hak pemilik dalam perusahaan yaitu selisih antara aktiva dan kewajiban yang ada, dan dengan demikian tidak merupakan ukuran nilai jual perusahaan tersebut. Ekuitas sebagai bagian hak pemilik dalam perusahaan harus dilaporkan sedemikian rupa sehingga memberikan informasi mengenai sumbernya secara jelas dan disajikan sesuai dengan peraturan perundangan dan akta pendirian yang berlaku.

Untuk perusahaan perseorangan, ekuitas sering disebut modal, untuk organisasi nonprofit ekuitas disebut dengan aset bersih (net assets) untuk menghindari kesan adanya pemilikan.

Karena kensep kesatuan usaha yang memisahkan antara manajemen dan pemilikan, informasi tentang akuitas pemegang saham menjadi sangat penting karena hal tersebut menunjukan hubungan antara perusahaan (perseroan) dengan pemegang saham. dari sudut pemegang saham, ekuitas pemegang saham merupakan hak atas kekayaan atau nilai yang tertanam dalam perseroan. Kalau dipandang dari sudut kesatuan usaha, ekuitas pemegang saham merupakan "utang" perseroan kepada para pemegang saham. Oleh karena itu, ekuitas pemegang saham dapat juga dipandang sebagai gambaran hubungan yuridis antara perseroan dan pemegang saham. Dengan kedudukannya yang demikian persoalannya adalah bagaimana melaporkan atau menyajikan informasi elemen ini agar hubungan dan tanggung jawab yuridis dapat dipertahankan.

(17)

manajemen. Tujuan yang lain adalah menyediakan informasi tentang riwayat serta prospek investasi pemilik dan pemegang ekuitas lainnya, serta merupakan tanggung jawab yuridis pemilik. Untuk memenuhi tujuan tersebut, informasi yang harus disampaikan berkaitan tentang ekuitas pemegang saham tersebut minimal adalah sumber ekuitas, pembatasan pembagian dividen dan likuidasi, batas perlindungan dan urutan penyerapan rugi.

BAB II PEMBAHASAN

1. Pengertian Ekuitas

PSAK No. 21 (Ikatan Akuntan Indonesia, 2002) menyatakan bahwa ekuitas sebagai bagian hak pemilik dalam perusahaan harus dilaporkan sedemikian rupa sehingga memberikan informasi mengenai sumbernya secara jelas dan disajikan sesuai dengan peraturan perundangan dan akta pendirian yang berlaku.

Akuntansi untuk ekuitas dibedakan menjadi dua yaitu akuntansi untuk ekuitas badan usaha bukan PT dan Akuntansi ekuitas untuk badan usaha berbentuk PT. Akuntansi untuk ekuitas badan usaha bukan PT harus dilaporkan sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku untuk badan usaha tersebut dan standar akuntansi keuangan yang berlaku khusus untuk industri yang bersangkutan, misalnya koperasi.

Akuntansi ekuitas untuk badan usaha berbentuk PT meliputi modal saham yang meliputi saham preferen, saham biasa, dan akuntambahan modal disetor. Pos modal lainnya seperti modal yang berasal dari sumbangan dapat disajikan sebagai bagian dari tambahan modal disetor. Akun tambahan modal disetor terdiri dari berbagai macam unsur penambahan modal, seprti; agio saham, tambahan modal dari perolehan kembali saham dengan harga yang lebih rendah dari pada jumlah yang diterima pada saat pengeluaran, tambahan modal dari penjualan saham yang diperoleh kembali dengan harga di atas jumlah yang dibayarkan pada saat perolehaannya, tambahan modal dari perbedaan kurs modal disetor dan lain sebagainya. Akuntambahan modal disetor tidak boleh didebit atau dikredit dengan pos laba/rugi usaha maupun laba/rugi luar biasa.

1. Akuntansi Ekuitas Untuk Badan Usaha Bukan PT

Akuntansi untuk ekuitas badan usaha bukan PT harus dilaporkan sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku untuk badan usaha tersebut dan standar akuntansi keuangan yang berlaku khusus untuk industri yang bersangkutan, misalnya koperasi.

Ekuitas perusahaan perseorangan adalah kepemilikan usaha pemilik yang pada umumnya disajikan dalam satu jumlah tertentu, dimana tidak diperlukan penyajian subklasifikasi ekuitas karena pemilik tidak membatasi mengenai berapa banyak yang harus diinvestasikan atau ditarik dari bisnis. Dalam hal likuidasi atau insolvensi, kreditor dapat mengambil aktiva pribadi si pemilik, dan laba yang timbul dihitung secara berkala dan ditambahkan pada akun modal pada setiap akhir periode. Transaksi modal (penarikan dan investasi tambahan) dicatat langsung dalam akun modal, dan semua perubahan diikhtisarkan dalam laporan perusahaan yang terpisah.

2. Akuntansi Ekuitas Untuk Badan Usaha Berbentuk PT

Modal saham berbentuk PT meliputi saham preferen, saham biasa dan akun tambahan modal disetor. Pos modal lainnya seperti modal yang berasal dari sumbangan dapat disajikan sebagai bagian dari tambahan modal disetor.

(18)

manajemen. Tujuan yang lain adalah menyediakan informasi tentang riwayat serta prospek investasi pemilik dan pemegang ekuitas lainnya, serta merupakan tanggung jawab yuridis pemilik. Untuk memenuhi tujuan tersebut, informasi yang harus disampaikan berkaitan tentang ekuitas pemegang saham tersebut minimal adalah sumber ekuitas, pembatasan pembagian dividen dan likuidasi, batas perlindungan dan urutan penyerapan rugi.

2.1 Perbedaan Modal Setoran dan Laba Ditahan

Ditinjau dari sumbernya, ada beberapa komponen yang membentuk ekuitas pemegang saham yaitu: laba ditahan pada dasarnya adalah terbentuk dari akumulasi laba yang dipindahkan dari akun ikhtisar laba-rugi. Begitu saldo laba ditutup ke laba ditahan, sebenarnya saldo laba tersebut telah lebur menjadi elemen modal pemegang saham yang sah. Seperti juga modal setoran, laba ditahan menunjukan sejumlah hak atas seluruh jumlah rupiah aset bukan hak atas jenis aset tertentu. Dengan demikian untuk mengukur seluruh hak pemegang saham atas aset, laba ditahan harus digabungkan dengan modal setoran.

Perbedaan antara dua bagian elemen ekuitas pemegang sangat penting. Dari segi administrasi keuangan, laba ditahan merupakan indikator daya melaba sehingga laba ditahan harus selalu dipisahkan dengan modal setoran meskipun jumlah akhirnya ditotal untuk membentuk ekuitas pemegang saham. Pembedaan ini juga penting secara yuridis karena modal setoran merupakan dana besar yang harus tetap dipertahankan untuk menunjukan perlindungan bagi pihak lain. Dana ini hanya dapat ditarik kembali dalam likuidasi rupiah yang secara yuridis dapat digunakan untuk pembagian dividen.

Unsur penambah modal disetor PT terdiri atas : - agio saham

- tambahan modal dari perolehan kembali saham dengan harga yang lebih rendah daripada jumlah yang diterima pada saat pengeluaran

Modal yuridis timbul karena ketentuan hukum yang mengharuskan bahwa harus ada sejumlah rupiah yang harus dipertahankan dalam rangka perlindungan terhadap pihak lain.Bentuk ketentuan hukum ini adalah bahwa saham harus empunyai nilai nominal atau nilai minimun yang dinyatakan untuk menunjukan hak yuridis. Modal yuridis adalah jumlah rupiah "minimal" yang harus disetor oleh investor sehingga membentuk modal yuridis.

Tujuan penyajian modal yuridi ini adalah untuk memberi informasi kepada para pemegang ekuitas lainnya tentang batas perlindungan investasinya. Akuntansi menganggap pengungkapan modal yuridis tersebut tidak penting karena akuntansi lebih menekankan pada jumlah rupiah yang benar-benar disetor oleh pemegang saham sebagai jumlah rupiah kontrak antara perseroan dengan pemegang saham.

2.2.2. Besarnya Modal Yuridis

(19)

Modal saham ini juga merupakan batastanggung jawab pemegang saham dan batas kerugian pribadi yang harus ditanggung pemegang saham. artinya, dalam hal terjadi likuidasi pemegang saham tidak dapat menuntun pembagian kekayaan atas dasar modal yang disetor (kecuali adanya sisa untuk itu). Sebaliknya, dalam hal hasil penjualan aset dalam likuidasi tidak dapat menutup seluruh hutang perseroan, pemegang saham tidak dapat diminta untuk menutup utang lebih dari modal saham atau modal yang telah disetor kecuali pemegang saham sebagai direksi.

2.3. Modal Setoran Lain

Nominal saham sering dianggap bukan merupakan harga efektip saham sehingga secara akuntansi penentuan nilai nominal saham sebenarnya tidak bermakna ekonomik. Dalam hal tertentu, nilai nominal saham lebih merupakan alat untuk pemerataan distribusi pemilikan daripada untuk menunjukan nilai salaham itu sendiri. Karena tidak bermakna ekonomik, saham dapat diterbitkan tanpa nilai nominal. Ada dua alasan penerbitan saham tanpa nilai nominal yaitu:

1. Pasal 42 undang-undang no 1 tahun 1995 menetapkan bahwa saham tanpa nilai nominal tidak dapat diterbitkan. Ketentuan ini sebenarnya dimaksudkan untuk menentukan modal yuridis. Nilai niminal merupakan jumlah rupiah minimal yang harus disetor investor sehingga membentuk modal yuridis. Jika modal saham terjual dengan harga diatas nominal, dapatkah selisihnya diperlakukan sebagai laba ditahan karen modal yuridis telah terpenuhi?

2. Dalam hal ini, Patton danLittleton (1970) menegaskan bahwa perseroan merupakan kesatun usaha maupun kesatuan hukum. Sifat ganda ini menjadikan akuntasni mempunyai fungsi ganda pula yaitu menyajikan data ekonomik sekaligus mencerminkan aspek yuridis yang sebenarnya. Fungsi ganda ini menimbulkan masalah pelaporan ekuitas pemegang saham karena konsep kesatuan usaha dan konsep hukum sangat berbeda. Dari segi hukum ada tendesi untuk memandang ekuitas pemegang saham sebagai jumlah rupiah tertentu yang menjadi batas penarikan kembali dana yang ditanamkan oleh pemegang saham tanpa memperhatikan setoran yang sesungguhnya. Dari segi akuntansi, yang menganut substansi dari pada bentuk, memandang ekuitas pemegang saham adalah seluruh jumlah yang secara ekonomik tertanam diperusahaan termasuk laba ditahan.

2.4. Perubahan Modal Setoran

Tujuan utama perekayasaan akuntansi modal setoran ini adalah untuk membedakan secara tegas antara perubahan akibat transaksi operasi dan perubahan akibat transaksi modal. Dalam hal kenaikan modal setoran, pembedaan ini bermanfaat untuk mencegah memperlakukan kenaikan akibat transaksi modal sebagai laba sehingga timbul kesan adanya jumlah yang trsedia untuk pembagian dividen. Berbagai sumber yang dapat mengubah modal setoran dengan

(20)

perusahaan didirikan atau melakukan penawaran publik perdana, perusahaan telah menetapkan apa yang disebut modal dasar. Dengan autorisasi tersebut perusahaan akan mencetak sertifikat saham. Bila saham telah terjual dan pembeli telah membayar penuh kesepakatannya, sertifikat saham akan diserahkan kepada pembeli. Berdasar konsep kesatuan usaha, jumlah rupiah yang diterima perusahaan akan menimbulkan atau diimbangi dengan modal setoran.

Pada umumnya investor yang berminat membeli saham perusahaan harus memesan terlebih dahulu saham yang dibeli dengan harga yang sesuai. Yang menjadi masalah adalah apakah jumlah rupiah saham pesanan tersebut telah dapat diakui sebagai modal setoran?

Jumlah rupiah saham pesanan dapat diakui sebagai modal setoran hanya apabila memenuhi dua syarat, yaitu tidak dapat dibatalkan, dan pelunasan tidak terlalu lama.

2.4.2 Obligasi terkonversi atau berhak tukar

Dalam hal tertentu perusahaan menerbitkan obligasi dengan kharakteristik dapat ditukarkan dengan saham biasa. Kalau hak tukar dari obligasi tersebut digunakan oleh pemegang obligasi akan timbul perubahan status kewajiban menjadi modal storan. Masalah teoritisnya adalah pada saat hak diambil, berapakah jumlah rupiah yang diakui sebagai modal setoran sehingga modal saham dan kelebihan diatas modal saham (kalau ada) dapat ditentukan? Untuk mengatasi masalah tersebut terdapat beberapa alternatif yang dapat digunakan sebagai basis kapitalisasi, yaitu nilai bawaan obligasi, harga pasar obligasi, dan harga pasar saham.

2.4.3 Saham prioritas terkonversi

Saham prioritas atau saham istimewa menjadi saham biasa atas kehendak pemegang saham. Masalah yang ada sama dengan masalah yang muncul pada obligasi terkonversi, yaitu Pada saat hak diambil, berapakah jumlah rupiah yang diakui sebagai modal setoran? Dalam mengatasi permasalahan tersebut terdapat dua alternatif yang dapat digunakan, yaitu Pendekatan satu-transaksi, dan pendekatan dua-transaksi.

2.4.4 Deviden Saham

Dividen saham adalah distribusi dividen dalam bentuk saham yang sejenis dengan saham yang mula-mula diterbitkan. Permasalahan yang muncul akibat pembagian deviden saham adalah bila dikapitalisasi, berapakah jumlah rupiah yang dikapitalisasi menjadi modal setoran? Untuk mengatasinya, alternatif penyelesaian yang digunakan terdiri atas dasar nilai nominal, dan atas dasar nilai pasar saham.

Bila distribusi dividen saham tidak disertai dengan kapitalisasi laba ditahan, dividen saham akan menyerupai pemecahan saham. Pemecahan saham adalah penurunan nominal (atau nilai nyata) persaham dengan cara menukar tiap satu saham yang beredar dengan dua atau lebih saham baru yang nilai nominal per sahamnya merupakan pecahan dari nilai nominal saham semula. Bila perusahaan mendistribusi dividen saham 20% tanpa disertai kapitalisasi, perusahaan sebenarnya telah menurunkan nilai nominal per saham menjadi 100/120 dari nilai nominal semula.

Bagi pemegang saham, dividen saham bukan merupakan pendapatan atau laba. Berbagai teori atau argumen diajukan untuk menjelaskan mengapa dividen saham bukan merupakan laba bagi penerimanya. Dari sudut pandang kesatuan usaha, dividen saham bukan merupakan pembagian laba karena tidak ada penurunan aset perusahaan atau kenaikan utang perusahaan. Hal ini berbeda dengan dividen kas jelas merupakan pendapatan bagi penerima karena ada transfer kemakmuran ke pemegang saham.

(21)

naik karena dividen saham dapat di jual atau kalau tidak dijual penerima berhak menerima dividen tunai dimana yang akan datang atas saham tersebut.

Dari sudut pandang kesatuan pemilik, dividen saham bukan merupakan laba bagi penerimanya. Alasannya adalah bahwa laba perseroan juga merupakan laba [pemilik. oleh karena itu dividen kas dianggap sebagai pengambilan atau prive oleh pemilik dari sesuatu yang memang sudah menjadi haknya sehingga tidak ada tambahan kemakmuran. Dividen saham juga bukan merupakan laba tetapi sekedar teklasifikasi ekuitas. karena sudut pandang akuntansi adalah kesatuan usaha, apakan dividen saham pendapatan bagi pemegang saham sebenarnya bukan masalah yang relevan. Yang relevan bagi perusahaan adalah apakah dividen saham dipansang sebagai reklasifikasi ekuitas dan bila demikin bagaimana kapitalisasi diukur. Kapitalisasi dapat didasarkan atas:

Kalau tujuan penyajian informasi modal pemegang saham adalah untuk menunjukan modal yuridis (legal capital), kapitalisasi dividen saham harus hanya sebesar nilai nominal atau nyataannya: jumlah ini sebesarnya merupakan jumlah minimal yang harus dikapitalisasi untuk memenuhi ketentuan yuridis. Alasan pendukung kapitalisasi hanya sebesar nilai yuridis adalah bahwa divisen saham bukan merupakan pendapatan dan mengkapitalisasi sebesar harga pasar memberi kesan bahwa dividen tersebut merupaka pendapatan yang direinvestasi kedalam perusaahn. Alasan lain yang dianggap cukup kuat adalah bahwa harga pasar menggambarkan harga seluruh ekuitas pemegang saham (modal setoran dan laba ditahan). Jadi sangat tridak logis mentransfer jumlah yang merefleksi elemen modal setoran dan laba ditaha ke modal setoran itu sendir.

Walaupun dividen saham berbeda dengan dividen kas, sebagai divide keduanya dianggap sebagai distribusi ke pemilik. Oleh karena itu, dividen saham dapat di pandang sebagai pengganti dividen kas karena dividen daham mempunyai nilai. Paling tidak, pemegang saham dapat menjual saham tersebut kalau dividen kas yang diharapkan dan investasi semula tidak berubah. Nilai tersebut diukur atas dasar harga saham. dengan demikian harga pasar merupakan dasar yang tepat untuk menentukan kapitalisasi berbagai dasar pikiran mendukung hal ini.

2.4.5 Hak beli saham, opsi, dan warna

Hak beli saham adalah hak yang diberikan bagi pemegang saham lama untuk membeli sejumlah saham (proposional dengan pemilikan). Hak ini biasanya dimaksudkan untuk mempertahankan pemilikan pemegang saham lama. Pada umumnya, hak beli saham umurnya tidak lama dan beli harga saham dengan hak beli tersebut biasanya lebih rendah dari harga pasar saham bersangkutan. Oleh karena itu, hak beli saham sering dianggap mempunyai harga pasar sehingga timbul pendapat bahwa hak beli saham tersebut dikapitalisasi. Harga pasar hak beli saham ini adalah sebesar selisih harga pasar saham sengan harga yang harus dibayar pemegang saham yang mempunyai hak beli saham. Perlukah jumlah rupiah selisih ini dikapitalisasi?

Bila dividen saham dapat dikapitalisasi maka hak beli saham juga dapat dikapitalisasi karena hak beli saham dapat dianggap sebagai dividen saham dengan nilai sebesar harga pasar hak beli saham. jumlah ini dikapitalisasi ke modal setoran lain. Argumen dibantah dengan alasan bahwa kapitalisasi hak belisaham menjadi modal setoran adalah tidak logis karena tidak ada sumber ekonomi yang disetorkan oleh pemegang saham dan tidak ada saham baru yang diterbitkan. Lain halnya dengan kupon beli saham atau waran yang di bahas sesudah opsi saham berikut.

(22)

manager atau pemimpin) untuk membeli saham perusahaan dalam jangka waktu tertentu dengan harga yang tertentu pula. pada umumnya harga pengambilan dibawah harga pasar saham yang bersangkutan atau harga yang ditawarkan kepada pihak lain. Kebijakan semacam ini sering disebut dengan program opsi saham karyawan. Opsi saham ini biasanya digunakan sebagai sarana untuk meningkatkan loyalitas dan motivasi karyawan dengan menjadikan mereka pemilik perusahaan dan utnuk menambah penghasilan karyawan (sebagai konvensasi tambahan). Banyaknya saham yang dapat dibeli dan harga opsi dapat ditentukan pasa saat hak opsi diberikan atau bergantung pada beberapa kejadian dimasa mendatang seperti pertumbuhan perusahaan dan perubahan harga saham.

Dalam hal opsi saham karyawan, ada kalanya harga pengambilan begitu rendah di banding harga pasar sehingga selisihnya dapat dipandang sebagai kompensasi atau imbalan jasa karyawan. Ada kalanya program opsi saham diluncurkan bukan untuk tujuan meningkatkan kompensasi karyawan tetapi untuk meningkatkan status karyawan sebagai pemilik perusahaan dan untuk membantu perusahaan menambah dana. APB Opinion No.25 pasal 7 menentukan bahwa opsi saham dapat dikategorikan sebagai nonimbalan. Jika program opsi saham tidak memenuhi kriteria sebagai opsi saham nonimbalan, tentunya opsi saham tersebut merupakan opsi saham imbalan. Terdapat dua macam opsi yaitu call dan put. Opsi call adalah opsi yang memberi hak kepada pemegang opsi untuk membeli saham dengan harga tertentu selama perioda tertentu. Orang membeli bila mengharapkan harga saham menaik. Sedangkan opsi put adalah opsi yang memberi hak kepada pemegang opsi untuk menjual saham dengan harga tertentu selama perioda tertentu. Orang membeli opsi bila mengharapkan harga saham menurun.

Perusahaan dapat juga menjual hak beli saham kepada nonpemegang saham dengan cara menjual kupon pembelian saham atau waran. Dalam PSAK No. 41, IAI mendefinisikan waran sebagai berikut:

Waran adalah efek yang diterbitkan oleh suatu perusahaan yang memberi hak kepada pemegangnya untuk memesan saham dari perusahaan tersebut pada harga dan jangka waktu tertentu (pasal 30). Terdapat beberapa karakteristik dari warran, yaitu (1) berbeda dengan hak beli saham atau opsi, (2) terdapat beberapa jenis: lepas, lekat, dan bebas, (3) perlakuan akuntansi berbeda untuk tiap jenis. Perbedaan waran dengan hak beli saham dan opsi saham dalam beberapa aspek, yaitu:

- Jumlah rupiah hasil penerbitan sekuritas (utang atau ekuitas yang disertai waran lepas dialokasi ke sekuritas dan waran atas dasar nilai wajar masing-masing komponen pada saat penerbitannya. jumlah rupiah yang melekat pada sekuritas dilaporkan sebagai kewajiban atau ekuitas sesuai dengan karakteristiknya (pasal 15).

- Apabila waran diambil, jumlah rupiah yang melekat pada waran dikapitalisasi ke modal saham dan agio saham (bila ada) apa bila waran tidak diambil sampai masa opsi berakhir, jumlah rupiah tecatat waran tetap diperlakukan sebagai modal setoran lain (pasal 16).

- Seluruh jumlah rupiah hasil penerbitan sekuritas (utang/ekuitas) yang disertai waran lekat diakui seluruhnya sebagai kewajiban atau ekuitas sesuai dengan karakteristiknya (pasal 17).

- Penerbitan waran bebas diperlakukan sebagai modal setoran lain sebesar jumlah rupiah hasil penerbitan tersebut. bila waran bebas diterbitkan secara cuma-cuma, tidak diperlukan penaksiran nilai waran untuk diakui sebagai modal setoran lain (pasal 18-19).

2.4.6 Saham treasuri

(23)

saham tersebut akan digunakan untuk membeli perusahaan lain dalam transaski penggabungan usaha.

Masalah teoritis yang melekat pada transaksi saham treasuri adalah (1) penentuan jumlah rupiah yang harus dianggap sebagai pengurangan modal setoran dan laba ditahan, (2) pengungkapan pengaruhnya terhadap modal yuridis bila saham treasuri dijual kembali. Mengenai hal tersebut, terdapat dua pendekatan atau konsep yang dapat diterapkan yaitu konsep satu-transaksi dan konsep dua-transaksi.

2.5 Penebusan/Penarikan Kembali Modal Saham PT

2.5.1 Perolehan Kembali Saham Beredar dengan Cost Method

Jika perusahaan memperoleh kembali saham yang telah dikeluarkan, selisih antara jumlah yang dibayarkan pada saat perolehan kembali dengan jumlah yang diterima pada saat pengeluaran saham tidak diakui sebagai laba atau rugi perusahaan. Perolehan kembali saham yang telah dikeluarkan dapat dicatat dengan menggunakan cost atau par value method. Dengan cost method, saham yang diperoleh kembali dicatat sebesar harga perolehan kembali dan disajikan sebagai pengurang atas jumlah modal.

Saham yang dibeli kembali dicatat sesuai harga perolehan kembali, disajikan sebagai pengurang akun modal saham, untuk saham sejenis, disajikan dalam jumlah lembar dan nilai nominal. Kemudian, selisih harga perolehan kembali dengan nilai nominal disajikan sebagai pengurang atau penambah akun agio saham, disajikan per jenis saham dan rupiah, dengan judul tambahan (pengurang) agio modal dari perolehan kembali saham. Apabila agio saham menjadi defisit (disagio) karena transaksi perolehan kembali, defisit tersebut dibebankan pada saldo laba.

2.5.2 Perolehan Kembali Saham Beredar dengan Par Value Method

Metode nilai nominal atau par value method lazimnya digunakan dalam hal saham yang diperoleh kembali tersebut akan dikeluarkan lagi dikemudian hari. Dengan metode nilai nominal (par value method), saham yang diperoleh kembali dicatat sebesar nilai nominal saham yang bersangkutan dan disajikan sebagai pengurang akun modal saham. Apabila saham yang diperoleh kembali tersebut semula dikeluarkan dengan harga di atas pari, akun agio saham akan didebit dengan agio saham yang bersangkutan.

Dalam hal jumlah yang dibayarkan lebih besar dari pada jumlah yang diterima pada saat pengeluarannya, selisih tersebut dibukukan dengan mendebet akun saldo laba. Sebaliknya bila jumlah yang dibayarkan lebih kecil, selisihnya dianggap sebagai unsur penambah modal dan dibukukan dengan mengkredit akun tambahan modal dari perolehan kembali saham. Metode ini lazimnya digunakan bila perolehan kembali dilakukan dalam rangka penarikan saham.

2.5.3 Perolehan Kembali Saham Sumbangan

Saham yang diperoleh kembali dari sumbangan lazimnya dicatat sebesar jumlah yang diterima pada saat pengeluarannya dengan mendebet akun modal saham yang diperoleh kembali dan mengkredit akun modal yang berasal dari sumbangan. Pada saat saham tersebut dijual kembali, selisih antara jumlah yang tercatat dengan harga jualnya ditambahkan pada akun modal yang berasal dari sumbangan.

(24)

Konsep kesatuan usaha memisahkan secara fisik dan konseptual antara manajemen dan pemilik. Ekuitas pemegang saham menggambarkan hubungan yuridis antara perseroan dengan para pemegang saham. Ekuitas pemegang saham terdiri atas dua komponen yaitu modal setoran dan laba ditahan. Modal setoran dipecahkan menjadi modal yuridis dan modal setoran lain.

Ekuitas didefinisikan secara sintatik sebagai hak residual atas aset perusahaan setelah dikurangi semua kewajiban. Ekuitas terpaksa didefinisi secara sintatik bukan semantik karena keperluan untuk memprtahankan artikulasi statemen keuangan. Ekuitas mengandung makna pemilikan. Oleh karena itu, untuk organisasi nonbisnis ekuitas sering disebut sebagai aset bersih.

Ekuitas berbeda dengan kewajiban dalam tiga hal, yaitu hak atas penyelesaian klaim, hak penggunaan aset, dan substansi perjanjian (yuridis). Walaupun demikian, atas dasar konsep kesatuan usaha kreditor dan investor dipandang sebagai pihak luar perusahaan yang terpisah dari manajemen.

Modal setoran perlu dibedakan dengan laba ditahan karena modal setoran merupakan suatu bentuk kontrak yuridis yang harus dipertahankan keutuhannya sedangkan laba ditahan merupakan modal yang tercipta atau terhimpun karena pemanfaatan aset. Modal setoran merupakan perubahaan aset dalam rangka pendanaan (transaksi modal) sedangkan laba ditahan merupakan perubahan aset dalam rangka produksi (transaksi operasi).

Kontrak yang sesungguhnya antara pemegang saham dan perseroan ditunjukan oleh keseluruhan dana yang disetor (modal setoran) tanpa memperhatikan adanya modal yuridis atau modal saham yang sering dianggap sebagai batas perlindungan bagi pihak lain. Pemisahan dan pelaporan modal yuridis tidak menjadi masalah secara teknis. Akan tetapi, secara konseptual modal yuridis dan modal setoran lain harus ditotal untuk menunjukan modal setoran yang harus dibedakan dengan laba ditahan. Dari segi akuntansi, yang mendasarkan diri pada konsep dasar substansi di atas bentuk, ekuitas pemegang saham adalah seluruh jumlah yang secara ekonomik tertanam dalam perseroan termasuk laba ditahan.

Modal setoran dapat bertambah karena pemesanan saham, konversi status obligasi, konveersi status saham istimewa, dividen saham, dan hak beli saham. Trnsaksi yang menyangkut hal-hal tersebut merupakan transaksi modal sehingga tidak melibatkan sama sekali laba atau rugi meskipun dalam beberapa kasus dapat melibatkan laba ditahan. Modal setoran dapat berkurang karena saham treasuri. Masalah yang berkaitan dengan saham treasuri adalah:

Dua konsep dapat diterapkan yaitu konsep satu transaksi dan konsep dua transaksi. Beberapa pos yang mempunyai potensi untuk mempengaruhi laba ditahan dan dilaporkan sebagai penyesuai laba ditahan adalah penyesuaian perioda-lalu, koreksi kesalahan, pengaruh perubahan akuntansi, dan kuasi reorganisasi. Secara umum, perubahan akibat ketiga komponen pertama diperlakukan sebagai transaksi operasi sehingga dilaporkan dalam statemen laba-rugi. Kuasi reorganisasi akan mempengaruhi laba ditahan secara langsung.

Referensi

Dokumen terkait

Ekuitas yang merupakan second opinion bagi perusahaan dan lebih menguntungkan bagi investor dalam negeri juga harus dikendalikan agar investasi, saving dan konsumsi dalam negeri

Paparan di atas menunjukkan ketegasan mazhab Syafi‛i dalam menentukan hal pembahagian keuntungan atau kerugian mestilah sesuai dengan jumlah modal yang dimasukkan oleh

Demikian pula keuntungan dan kerugian modal juga tidak dimasukkan puia dalam perhitungan GNP, karena dianggap bukan merupakan bagian dari produksi sekarang, Hal yang sama juga

Konsep konvensional menerapkan prinsip laba universal, mencakup laba dagang, modal pokok, transaksi, dan juga uang dari sumber yang haram, sedangkan dalam konsep