• Tidak ada hasil yang ditemukan

Chapter II Analisis Budaya Organisasi Pada Kinerja Pegawai Di Samsat Medan Utara

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Chapter II Analisis Budaya Organisasi Pada Kinerja Pegawai Di Samsat Medan Utara"

Copied!
17
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

KERANGKA TEORI

2.1 Budaya Organisasi

2.1.1 Definisi Budaya Organisasi

Dalam kehidupan masyarakat sehari-hari tidak terlepas dari ikatan budaya

yang diciptakan.. Ikatan budaya tercipta oleh masyarakat yang bersangkutan,

baik dalam keluarga, organisasi, bisnis maupun bangsa. Budaya membedakan

masyarakat satu dengan yang lain dalam cara berinteraksi dan bertindak

menyelesaikan suatu pekerjaan. Budaya mengikat anggota kelompok

masyarakat menjadi satu kesatuan pandangan yang menciptakan keseragaman

berperilaku atau bertindak. Seiring berjalannya waktu, budaya pasti terbentuk

dalam organisasi dan dapat pula dirasakan manfaatnya dalam memberi

kontribusi bagi efektivitas organisasi secara keseluruhan. Budaya organisasi

dapat mempengaruhi cara orang dalam berperilaku dan harus menjadi patokan

dalam setiap program pengembangan organisasi dan kebijakan yang diambil.

Budaya organisasi berkaitan erat dengan pemberdayaan pegawai disuatu

perusahaan. Semakin kuat budaya organisasi, semakin besar dorongan para

karyawan untuk maju bersama dengan perusahaan. Pengenalan, penciptaan,

dan pengembangan budaya organisasi dalam suatu perusahaan mutlak

diperlukan dalam rangka membangun perusahaan yang efektif dan efisien

sesuai dengan misi dan visi yang hendak dicapai. (pabundu tika, 2006)

Budaya organisasi dapat digunakan untuk meningkatkan keefektifan

(2)

organisasi, apa yang mereka perbuat dengan informasi dan bagaimana mereke

berperilaku serta budaya juga mempengaruhi isi keunggulan bersaing organisasi.

Menurut Robbins (2001:523-524) budaya organisasi sebagai suatu sistem

makna bersama yang dianut oleh anggota-anggota yang membedakan organisasi

itu dari organisasi-organisasi lain dan Schein juga menegaskan bahwa budaya

adalah pola asumsi dasar dimana kelompok mempelajarinya untuk memecahkan

masalah adaptasi eksternal dan integrasi internal yang telah berhasil dengan baik

sehingga dianggap sah untuk diajarkan kepada para anggota baru sebagai cara

yang tepat untuk berpikir, melihat, merasakan dan memecahkan suatu masalah.

Organisasi merupakan wadah bagi sekumpulan manusia yang mempunyai

tujuan yang sama. Untuk menjaga kebaikan, kekondusifan serta kenyamanan

saat berinteraksi secara formal maupun informal apabila orang-orang tersebut

saling menghargai satu sama lain, bersifat baik serta menjalankan

aturan-atauran dan nilai-nilai yang sama di organisasi tersebut. Norma-norma dan

nilai-nilai itu lah budaya organisasi sehingga tujuan organisasi tersebut bisa

berjalan dengan lancar.

Pengertian budaya telah banyak didefinisikan oleh para ahli budaya.

Kroeber dan Kluckhohn pada tahun 1952 menemukan 164 definisi budaya.

Berikut ini beberapa pengertian budaya dari beberapa ahli yang dikutip dari

buku Pabundu Tika. (2006:2)

1. Talizuduhu Ndaraha dalam bukunya bukunya Budaya Organisasi

mengemukakan definisi budaya menurut Edward Burnett dan Vijay

(3)

a. Edward Burnett

Budaya mempunyai pengertian teknografis yang luas

meliputi ilmu pengetahuan, keyakinan, seni, moral, hukum,

adat istiadat, dan berbagai kemampuan dan kebiasaan lainnya

yang didapat sebagai anggota masyarakat.

b. Vijay Sathe

Budaya adalah seperangkat asumsi penting yang dimiliki

bersama anggota masyarakat.

2. Robert G. Owens dalam bukunya Organizational Behaviour in

Education mengemukakan definisi budaya menurut Terrence Deal and Allan Kennedy sebagai berikut.

Budaya adalah suatu sistem pembagian nilai dan kepercayaan yang

berinteraksi dengan orang dalam suatu organisasi, struktur

organisasi, dan sistem kontrol yang menghasilkan norma perilaku.

3. Edgar H. Schein mendefinisikan budaya dalam bukunya

Organizational Culture and Leadership sebagai berikut:

Budaya adalah suatu pola asumsi dasar yang diciptakan, ditemukan

atau dikembangkan oleh kelompok tertentu sebagai pembelajaran

untuk mengatasi masalah adaptasi eksternal dan integrasi internal

yang resmi dan terlaksana dengan baik dan oleh karena itu diajarkan/

diwariskan kepada anggota-anggota baru sebagai cara yang tepat

memahami, memikirkan dan merasakan terkait dengan

(4)

2.1.2 Unsur-unsur Budaya Organisasi

Dari definisi yang dikemukakan oleh para tokoh budaya organisasi

terkandung unsur-unsur dalam budaya organisasi sebagai berikut :

1. Asumsi dasar

Dalam budaya organisasi terdapat asumsi dasar yang dapat berfungsi

sebagai pedoman bagi anggota maupun kelompok dalam organisasi untuk

berperilaku.

2. Keyakinan yang dianut

Dalam budaya organisasi terdapat keyakinan yang dianut dan

dilaksanakan oleh para anggota organisasi. Keyakinan ini mengandung

nilai-nilai yang dapat berbentuk slogan atau moto, asumsi dasar, tujuan

umum organisasi/ perusahaan, filosofi usaha, atau prinsip-prinsip

menjelaskan usaha.

3. Pemimpin atau kelompok pencipta dan pengembangan budaya

organisasi. Budaya organisasi perlu diciptakan dan dikembangkan oleh

pemimpin organisasi/ perusahaan atau kelompok tertentu dalam

organisasi atau perusahaan tersebut.

4. Pedoman mengatasi masalah

Dalam organisasi/ perusahaan, terdapat dua masalah pokok yang sering

muncul, yakni masalah adaptasi eksternal dan masalah integrasi internal.

Kedua masalah tersebut dapat diatasi dengan asumsi dasar dan keyakinan

yang dianut bersama anggota organisasi.

(5)

Dalam budaya organisasi perlu berbagi nilai terhadap apa yang paling

diinginkan atau apa yang lebih baik atau berharga bagi seseorang.

6. Pewarisan (learning process)

Asumsi dasar dan keyakinan yang dianut oleh anggota organisasi perlu

diwariskan kepada anggota-anggota baru dalam organisasi sebagai

pedoman untuk bertindak dan berperilaku dalam organisasi.

7. Penyesuaian (adaptasi)

Perlu penyesuaian anggota kelompok terhadap peraturan atau norma

yang berlaku dalam kelompok tersebut, serta adaptasi organisasi

terhadap perubahan lingkungan.

2.1.3 Proses Pembentukan Budaya Organisasi

Secara teoretis proses bagaimana suatu budaya organisasi terbentuk,

telah dijelaskan oleh Schein dalam bukunya Organizational Culture and t

Leadership. Menurut beliau terbentuknya suatu budaya organisasi dapat dianalisis dari tiga teori sebagai berikut:

1. Teori Sociodynamic

Teori ini menitikberatkan pengamatan secara detail mengenai

kelompok pelatihan, kelompok terapi, dan kelompok kerja yang

mempunyai proses interpersonal dan emosional guna membantu

jelaskan apa yang dimaksud dengan share terhadap pandangan yang

sama dari suatu masalah dan mengembangkan share tersebut.

(6)

Teori ini menekankan hubungan antara pemimpin dengan kelompok

dan efek personalitas dan gaya kepemimpinan terhadap formasi

kelompok yang sangat relevan dengan pengertian bagaimana budaya

terbentuk. Untuk itu Schein membagi dua hal, yaitu tugas dan gaya

kepemimpinan dalam kelompok.

a. Tugas kepemimpinan dan kelompok

Tugas ini menekankan perbedaan antara fungsi kepemimpinan yang

berorientasi kepada tugas eksternal dan fungsi yang berorientasi

kepada kelompok internal. Fungsi kepemimpinan meliputi fungsi

dan tugas pemrakarsa, pemberian informasi, pemberian opini,

menyimpulkan, dan uji konsensus, sedangkan fungsi kelompok

menyangkut bantuan (supporting), harmonisasi, standar uji dan

penempatan, dan penjagaan gawang.

b. Gaya kepemimpinan dan kelompok

Asumsi bahwa pemimpin atau pendiri suatu kelompok merupakan

hubungan otoritas yang terbentuk dalam kelompok dan keadaan

dimana pemimpin dan anggotanya berinteraksi pada level

emosional yang akan menentukan baik stadium evolusioner

kelompok maupun gaya budaya nya.

3. Teori Pembelajaran

Teori ini memberikan bagaimana kelompok mempelajari kognitif,

perasaan dan penilaian.

Secara struktural, ada dua tipe pembelajaran yaitu:

(7)

b. Situasi menghindari kegelisahan

Proses pembelajaran dimaksudkan untuk pewarisan budaya organisasi

kepada anggota baru dan organisasi.

2.1.4 Jenis-Jenis Budaya Organisasi

Jenis-jenis budaya organisasi dapat ditentukan berdasarkan proses

informasi dan tujuannya.

1. Berdasarkan proses informasi

Robert E. Quinn dan Michael R. McGrath (dalam buku Arie Indra

Chandra) membagi budaya organisasi berdasarkan proses informasi

sebagai berikut.

a. Budaya rasional

Dalam budaya ini, proses informasi individual (klarifikasi sasaran

pertimbangan logika, perangkat pengarahan) diasumsikan sebagai

sarana bagi tujuan kinerja yang ditunjukkan (efisiensi, produktivitas,

dan keuntungan atau dampak).

b. Budaya ideologis

Dalam budaya ini, pemrosesan informasi intuitif (Dari pengetahuan

yang dalam, pendapat dan inovasi) diasumsikan sebagai sarana bagi

tujuan revitalisasi (dukungasn dari luar, perolehan sumber daya dan

pertumbuhan).

(8)

Dalam budaya ini, pemrosesan informasi kolektif (diskusi, partisipasi

dan konsensus) diasumsikan menjadi sarana bagi tujuan kohesi (iklim,

moral, dan kerja sama kelompok).

d. Budaya hierarkis

Dalam budaya hierarkis, pemrosesan informasi formal (dokumentasi,

komputasi dan evaluasi) diasumsikan sebagai sarana bagi tujuan

kesinambungan (stabilitas, kontrol dan koordinasi).

Tabel 2.1

Sistem Transaksi atau Aturan Pengelolaan Empat Jenis Budaya

Organisasi menurut Quin dan Grath

(9)

Pendapatan

Sumber: Arie Indra Chandra : Budaya Organisasi dan Kepuasan Kerja (Studi Kasus Krakatau Steel Cilegon).

2. Berdasarkan tujuannya

Talizuduhu Ndaraha membagi budaya organisasi berdasarkan tujuannya,

yaitu :

a. Budaya organisasi perusahaan

b. Budaya organisasi publik

c. Budaya organisasi sosial

2.1.5 Karakteristik Budaya Organisasi

Stephen P. Robbins di dalam buku pabundu tika (2005:10) menyatakan

ada 10 karakteristik yang apabila dicampur dan dicocokkan akan menjadi

budaya organisasi.

Kesepuluh karakteristik budaya organisasi tersebut sebagai berikut:

1. Inisiatif Individual adalah tingkat tanggung jawab, kebebasan atau

indepedensi yang dipunyai setiap individu dalam mengemukakan

pendapat.

2. Toleransi terhadap tindakan beresiko, dalam budaya organisasi perlu

ditekankan, sejauh mana para pegawai dianjurkan untuk bertindak

(10)

3. Pengarahan merupakan sejauh mana suatu organisasi dapat menciptakan

dengan jelas sasaran dan harapan yang diinginkan.

4. Integrasi dimaksudkan sejauh mana suatu organisasi dapat mendorong

unit-unit organisasi untuk bekerja dengan cara yang terkoordinasi.

5. Dukungan manajemen dimaksudkan sejauh mana para manajer dapat

memberikan komunikasi atau arahan, bantuan serta dukungan yang jelas

terhadap bawahan.

6. Alat kontrol yang dapat dipakai adalah peraturan-peraturan atau

norma-norma yang berlaku dalam suatu organisasi.

7. Identitas dimaksudkan sejauh mana para pegawai suatu organisasi dapat

mengidentifikasikan dirinya sebagai satu kesatuan dalam perusahaan dan

bukan sebagai kelompok kerja tertentu.

8. Sistem imbalan dimaksudkan sejauh mana alokasi imbalan didasarkan

atas prestasi kerja pegawai, bukan sebaliknya didasarkan atas

senioritas,sikap pilih kasih, dll.

9. Toleransi terhadap konflik yaitu sejauh mana para pegawai didorong

untuk mengemukakan konflik dan kritik secara terbuka.

10.Pola komunikasi yaitu sejauh mana komunikasi dibatasi oleh hierarki

kewenangan yang formal.

2.1.6 Fungsi Budaya Organisasi

Ada beberapa pendapat mengenai fungsi budaya organisasi, yaitu

sebagai berikut:

1. Stephen P. Robbins dalam bukunya Organizational Behaviour

(11)

a. Berperan menetapkan batasan

b. Mengantarkan suatu perasaan identitas bagi anggota organisasi.

c. Mempermudah timbulnya komitmen yang lebih luas daripada

kepentingan individual seseorang.

d. Meningkatkan stabilitas sistem sosial karena merupakan perekat

sosial yang membantu mempersatukan organisasi.

e. Sebagai mekanisme kontrol dan menjadi rasional yang memandu

dan membentuk sikap serta perilaku para pegawai.

2. Robert Kreitner dan Angelo Kinicki dalam bukunya organizational

behaviour membagi empat fungsi budaya organisasi, yaitu a. Memberikan identitas organisasi kepada pegawainya

b. Memudahkan komitmen kolektif

c. Mempromosikan stabilitas sistem sosial

d. Membentuk perilaku dengan membantu manajer merasakan

(12)

2.2 Kinerja Pegawai 2.2.1 Definisi Kinerja

Kinerja organisasi merupakan tingkatan prestasi yang dapat dicapai dan

mencerminkan keberhasilan manajer/pengusaha. Kinerja merupakan hasil

yang dicapai dari perilaku anggota organisasi (Gibson).

Pengertian kinerja telah dirumuskan oleh beberapa ahli manajemen

antara lain sebagai berikut.

1. Stoner, 1978 dalam bukunya Management mengemukakan bahwa kinerja

adalah fungsi dari motivasi, kecakapan, dan persepsi peranan.

2. Bernardin dan Russel 1993 (dalam bukunya Achmad S. Ruby)

mendefinisikan kinerja sebagai pencatatan hasil-hasil yang diperoleh dari

fungsi-sfungsi pekerjaan atau kegiatan tertentu selama kurun waktu

tertentu.

3. Handoko dalam bukunya manajemen personalia dan sumber daya

mendefinisikan kinerja sebagai proses di mana organisasi mengevaluasi

atau menilai prestasi kerja karyawan.

4. Prawiro Suntoro, 1999 (dalam buku Merry Dandian Panji)

mengemukakan bahwa kinerja adalah hasil kerja yang dapat dicapai

seseorang atau sekelompok orang dalam suatu organisasi dalam rangka

mencapai tujuan organisasi dalam periode waktu tertentu.

2.2.2 Unsur-Unsur Kinerja

Diketahui bahwa unsur-unsur yang terdapat dalam kinerja terdiri dari :

(13)

2. Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap prestasi pegawai seperti:

motivasi,kecakapan, persepsi peranan dan sebagainya.

3. Pencapaian tujuan organisasi

4. Periode waktu tertentu

2.2.3 Dimensi Kinerja

Dimensi kinerja menurut Gomes (1995) memperluaskan dimensi prestasi

kerja karyawan yang berdasarkan:

1. Quantity of work; jumlah kerja yang dilakuukan dalam suatu periode waktu yang ditentukan.

2.Quality of work; kualitas kerja berdasarkan syarat-syarat kesesuaian dan

kesiapannya.

3.Job knowledge; luasnya pengetahuan mengenai pekerjaan dan ketrampilannya.

4.Creativeness; Keaslian gagasan-gagasan yang dimunculkan dan

tindakan-tindakan untuk menyelesaikan persoalan-persoalan yang timbul.

5. Cooperation; kesetiaan untuk bekerjasama dengan orang lain.

6.Dependability; kesadaran dan kepercayaan dalam hal kehadiran dan

penyelesaian kerja.

7.Initiative; semangat untuk melaksanakan tugas-tugas baru dan dalam

memperbesar tanggungjawabnya

(14)

2.2.4 Faktor-Faktor Yang Berpengaruh Pada Kinerja

Menurut Gibson ada 3 faktor yang berpengaruh terhadapa kinerja :

1. Faktor individu : kemampuan, ketrampilan, latar belakang keluarga,

pengalaman kerja, tingkat sosial dan demografi seseorang.

2. Faktor psikologis : persepsi, peran, sikap, kepribadian, motivasi dan

kepuasan kerja

3. Faktor organisasi : struktur organisasi, desain pekerjaan, kepemimpinan,

sistem.

2.3 Penelitian Terdahulu

Tabel 2.2

No Nama Judul Penelitan Hasil Penelitian

1 Soedjono Pengaruh budaya organisasi

terhadap kinerja organisasi

dan kepuasan kerja

karyawan pada terminal

penumpang umum di

surabaya

Budaya organisasi

berpengaruh signifikan

dan positif terhadap

kinerja organisasi.

Budaya organisasi yang

dibentuk oleh nilai-nilai

ivonasi, perhatian tiap

detil-tim-hasil-individu-agresivitas dan

stabilitas, dapat

menimbulkan kepuasan

kerja karyawan di

kantor dan ke tempat

UPTD terminal

penumpang umum di

(15)

2 Fisia Wirda Pengaruh budaya

organisasi terhadap

kinerja karyawan

politeknik negeri Padang

Hasil penelitian ini

mendukung teori

Robbins yang

menyatakan bahwa

Budaya Organisasi

akan mampu

meningkatkan kinerja

karyawan, terutama jika

ketujuh faktor yang

membentuk budaya

organisasi diterima

sebagai nilai-nilai yang

harus dianut, diyakini

dan dilaksanakan

dengan sepenuh hati,

sehingga akan

melahirkan budaya

organisasi yang akan

berdampak pada

peningkatan kinerja

karyawan.

3 M. Hanif Al Rizal

Pengaruh budaya organisasi dan

kepuasan kerja terhadap kinerja

karyawan

(Studi pada Rumah Sakit Panti

Wilasa

“Citarum” Kota Semarang)

Hasil analisis

menunjukkan bahwa

budaya organisasi

berpengaruh positif

terhadap kinerja

karyawan yang

(16)

hitung sebesar 2,759

dengan nilai koefisien

0,241, kepuasan kerja

berpengaruh positif

terhadap kinerja

karyawan yang

ditunjukkan dengan nilai

probabilitas 0,000 dan t

hitung sebesar 5,262

dengan nilai koefisien

0,460. Hasil tersebut

mengindikasikan bahwa

untuk meningkatkan

kinerja karyawan

manajemen Rumah Sakit

Panti Wilasa “Citarum”

perlu memperhatikan

faktor-faktor budaya

organisasi dan kepuasan

kerja, karena

faktor-faktor tersebut terbukti

mempengaruhi

(17)

2.4 Sistematika Penulisan

BAB I PENDAHULUAN

Bab ini terdiri dari latar belakang, batasan

masalah, perumusan masalah, tujuan

penelitian, dan manfaat penelitian.

BAB II KERANGKA TEORI

Bab ini berisi tentang kajian teori-teori

yang digunakan dalam penelitian

BAB III METODE PENELITIAN

Bab ini terdiri dari bentuk penelitian, lokasi

penelitian, informan penelitian, definisi

konsep, tekhnik pengumpulan data, tekhnik

analisis data, dan sistematika penulisan

BAB IV DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN

Bab ini berisi tentang gambaran umum

lokasi penelitian, struktur organisasi,

penyajian data dan analisis data.

BAB V PENUTUP

Bab ini berisi tentang rumusan kesimpulan

Gambar

Tabel 2.1

Referensi

Dokumen terkait

Dengan ini kami sampaikan bahwa Direktorat Pendidikan Tinggi Islam Direktorat Jenderal Pendidikan Islam Departemen Agama RI bermaksud menyelelenggarakan

[r]

c. Mewujudkan PKL yang memahami dan melaksanakan peraturan yang berlaku. Mewujudkan perubahan perilaku PKL yang paham dan peduli lingkungannya. Bagaimana usaha PKL

Jika kita sudah mengetahui bahwa kita memiliki kekayaan alam yang berlimpah, kini sudah saatnya kita bangun dan memajukan bangsa Indonesia dengan... tidak

Pementasan tidak hanya di Taman Budaya Surakarta melainkan di beberapa tempat dan selalu sukses.Sikap mandiri yang terdapat dalam tari Bedhaya Bengawan dapat

Dan yang paling membuat bakso ini berbeda ialah, tidak adanya pilihan mi atau bihun, sangat berbeda dengan warung baso kebanyakan.. stand up: pak tolong bisa di ungkapkan

Berdasarkan latar belakang tersebut di atas dapat dirumuskan permasalahannya sebagai berikut : Adanya pendekatan pemberdayaan masyarakat dalam pelaksanaan program pembangunan

Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai upaya meningkatkan kualitas pengajaran sekaligus hasil dan motivasi belajar peserta didik pada mata pelajaran matematika,