ANALISIS EFEKTIVITAS PARTISIPASI MASYARAKAT
PADA PEMBANGUNAN SARANA AIR MINUM
PROGRAM PAMSIMAS DI KABUPATEN PASAMAN BARAT
ARTIKEL
Oleh:
AFRIZAL
NPM : 0810018312008
EFFECTIVENESS ANALYSIS OF PARTICIPATION IN INFRASTRUCTURE DEVELOPMENT IN DRINKING WATER PROGRAM PAMSIMAS GUNUNG TULEH
AND TALAMAU SUBDISTRICT DISTRICT PASAMAN BARAT by :
Afrizal¹, Alizar Hasan², Wardi²
¹ Program Magister Teknik Sipil Studies, Graduate University of Bung Hatta ² Magister Teknik Sipil Program, Graduate School of the University of Bung Hatta
E - mail :
E - mail :afrizalzaky24@gmail.com
Pamsimas program allow the society to manage all activities independently and activelly involved in every stage of activities ranging from socialization, planning, execution, control, conservation and development activities. the perpormance of the program depends on the participation of society program implementation mechanism and the facilitation of the process of implementing a participatory approach.This study examines the effektiveness community participation in the construction of the facilities constructed by non-governmental organizations. Therefore, a research on the assess ment of the effectiveness of community participation in the construction of drinking water facilities in the District Program Pamsimas Gunung Tuleh and Talamau Pasaman Barat Is necessary.This study adopted qualitative methods. The qualitative research is conducted in specific environment that exist in real life (naturally) with the purpose of investigating and understanding the phenomenon: what happened, why it happened and how it happened (Finlay 2006). The Data are written in a descriptive report. Data obtained from this study in the form of words and images.The participation at the Communites are measured through their financial contributions, in the form of mutual aid personnel and work together in gathering local materials.Based the out came of this studi, it can be concluded that community participation in the construction of drinking water facilities in the District Program Pamsimas Gunung Tuleh and Talamau is considenably effective. Keywords : Effectiveness, community participation, Pamsimas Program.
A. Pendahuluan
Dalam rangka meningkatkan derajat kesehatan,
produktifitas dan kualitas hidup masyarakat
miskin merupakan sesuatu yang harus
diprioritaskan oleh Pemerintah. Salah satu
permasalahan yang dihadapi adalah tingginya
angka diare yakni 5 kejadian per desa (Laporan
IMAS Fasilitator Tahun 2011), yang disebabkan
oleh rendahnya akses terhadap penggunaan
sarana air bersih. Salah satu upaya yang
dilakukan pemerintah untuk meminimalkan
jumlah penderita penyakit diare dan penyakit lain
yang disebabkan atau ditularkan melalui air dan
lingkungan yang tidak sehat, adalah dilakukan
suatu usaha yang dikenal dengan Program
PAMSIMAS (Penyediaan Air Minum dan
Sanitasi Berbasis Masyarakat). Program ini
merupakan program pemberdayaan masyarakat
yang kegiatannya meliputi antara lain
pembangunan sarana air bersih, sanitasi yang
baik di masyarakat maupun di lingkungan
Melalui Program Penyediaan Air Minum dan
Sanitasi berbasis Masyarakat (Pamsimas),
pemerintah berupaya untuk : (i) meningkatkan
jumlah masyarakat berpenghasilan rendah di
pedesaan dan peri-urban yang mendapatkan akses
aman air minum dan sanitasi yang layak, (ii)
mengurangi jumlah penduduk terserang penyakit
diare dan penyakit lainnya yang ditularkan
melalui air dan lingkungan, (iii) meningkatkan
kemampuan sumber daya manusia pemerintah
daerah dan masyarakat dalam pelaksanaan
maupun penanganan pasca proyek (Pedoman
Pamsimas Tahun 2012). Sehingga dapat
mendukung pencapaian target MDGs bidang air
minum, dan penyehatan lingkungan (AMPL).
Tidak sedikit partisipasi yang diberikan oleh
masyarakat mulai dari proses sosialisasi,
perencanaan, dan pembangunan sarana air bersih,
masyarakat rela mengorbankan waktu bahkan
uang utnuk mendapatkan bantuan Program
Pamsimas. ”Partisipasi bagi warga masyarakat
merupakan proses keterlibatan warga masyarakat
dalam pembuatan keputusan bersama mengenai
penggunaan sumber daya publik dan pemecahan
masalah publik untuk pembangunan daerahnya”
(Syamsul Hadi Thubany, dkk : 2004). Sebagai
bentukvoice, akses dan kontrol rakyat, partisipasi merupakan prasyarat mutlak untuk mewujudkan
program pembangunan. Tanpa partisipasi
masyarakat, mustahil suatu pembangunan itu
benar-benar sesuai dengan kebutuhan serta
diorientasikan untuk meningkatkan derajat hidup
rakyat banyak. Berdasarkan targetMillennium Development Goals (MDGs) Tahun 2000, Indonesia menghadapi dua tantangan. Pertama,
Indonesia dihadapkan pada tantangan untuk
meningkatkan hingga 67% proporsi penduduk
yang memiliki akses terhadap sumber air minum
yang aman. Kedua, Indonesia dihadapkan pada
tantangan untuk meningkatkan hingga 69,3%
proporsi penduduk yang memiliki akses terhadap
fasilitas sanitasi dasar. Sumber air terlindungi
serta air perpipaan, sementara fasilitas sanitasi
dasar terdiri dari jamban dengan tangki septik
yang memadai.
Sudah Rp. 12,750,144,565 (dua belas milyar
tujuh ratus lima puluh juta seratus empat puluh
ribu lima ratus enam lima rupiah) dana yang
sudah terserap dalam pelaksanan pembangunan
sarana air minum dan sanitasi hanya dapat
dimanfaatkan oleh masyarakat dengan 8.706 jiwa
(Laporan Fasilitator Keberlanjutan Kabupaten
Pasaman Barat Bulan Desember 2012). Empat
Isu Pembangunan Air Minum dan Sanitasi di
Indonesia tertuang dalam tujuan dan Sasaran
Program, dari Tujuan Pembangunan Millenium
(Millennium Development Goals). Salah satu
Efektifitas dan Kesinambungan Jangka
Panjang Pembangunan Sarana dan Prasarana
Air Minum Berbasis Masyarakat”.
Menurut penelitian sebuah lembaga yang
bernama MDGs (Millenium Development Goals)
Asia Pasifik, Bahwa untuk sektor sanitasi di
Indonesia cakupan akses nasionalnya, rata-rata
memang telah mencapai 80%, dan itu artinya
telah melampaui target dari MDGs yang hanya
74%. Namun, hal itu baru sebatas kuantitas.
Bukan kualitas. Dengan bukti di atas yang
menunjukkan bahwa banyaknya bayi yang
meninggal akibat diare, hal itu telah cukup
membuktikan bahwa secara kualitas, sanitasi di
Indonesia masih sangat-sangat buruk. Sedangkan
bila ditinjau dari kuantitas dan kualitas, data
terbaru yang dilansir MDGs, baru 51,02%
keluarga di Indonesia yang memiliki akses
sanitasi yang memadai. Targetnya, pada tahun
2015 akses sanitasi dapat naik hingga di angka
60% hingga 70% sumber artikel (hidro water solution). Di akses tgg 20 Maret 2013.
Masalah air bersih dan sanitasi tampaknya
merupakan masalah klasik yang tak kunjung usai
diberantas di Indonesia. Pada tahun 2011 ini, dari
sekitar dua ratus jutaan penduduk Indonesia, baru
20% saja yang memiliki akses terhadap air
bersih. Itu pun kebanyakan di daerah perkotaaan.
Sedangkan sisanya, atau sekitar 80% rakyat
Indonesia masih mengkonsumsi air yang tak
layak untuk kesehatan. Hal itu dibuktikan melalui
hasil penelitian dari (Jim Woodcock), seorang
konsultan masalah air dan sanitasi dari bank
dunia, yang hasilnya adalah 100.000 bayi di
Indonesia tewas setiap tahunnya yang disebabkan
oleh diare, penyakit yang paling mematikan
nomor dua setelah infeksi saluran pernapasan
akut. Penyebab utamanya, jelas buruknya akses
terhadap air bersih serta sanitasi sumber artikel (hidro water solution)
Program pembangunan seperti ini kemudian
sering disebut dengan pembangunan yang
top-down (diturunkan dari atas ke bawah). Meskipun
program pembangunan didasarkan pada proses
penjajakan kebutuhan masyarakat, namun hanya
didasarkan pada suatu survey atau penelitian
akademis yang tidak melibatkan masyarakat
secara penuh dan berarti. ”Hal ini masih
ditambah dengan ketidakmampuan masyarakat
untuk bersuara menyatakan pendapatnya yang
mengakibatkan rendahnya kesempatan
masyarakat untuk berpartisipasi secara baik
dalam kehidupan sosial maupun politik”
(Mukherjee, 2002:2)
Partisipasi masyarakat merupakan indikator
pembangunan. Hal ini menunjukkan partisipasi
masyarakat dan pembangunan berencana
merupakan dua terminologi yang tidak dapat
dipisahkan. Pendapat atau teori tersebut secara
rasional dapat diterima, karena secara ideal
tujuan pembangunan adalah untuk meningkatkan
kesejahteraan masyarakat, oleh karena itu
sangatlah pantas masyarakat terlibat didalamnya.
(Korten dalam Supriatna, 2000:65) mengatakan
bahwa “pembangunan yang berorientasi pada
pembangunan manusia, dalam pelaksanaannya
sangat mensyaratkan keterlibatan langsung pada
masyarakat penerima program pembangunan
(partisipasi pembangunan). Karena hanya dengan
partisipasi masyarakat penerima program, maka
hasil pembangunan ini akan sesuai dengan
aspirasi dan kebutuhan masyarakat itu sendiri.
Dengan adanya kesesuaian ini maka hasil
pembangunan akan memberikan manfaat yang
optimalbagi pemenuhan kebutuhan masyarakat”.
Pendekatan pemberdayaan masyarakat dalam
pembangunan sebagai suatu pendekatan
pembangunan alternatif, fokusnya tidak hanya
pada keterlibatan pihak penerima dalam proses
pembangunan tetapi juga memampukan
masyarakat untuk mengawasinya guna
melindungi kehidupan mereka. Demikian pula
dengan pemberdayaan masyarakat yang
diterapkan dalam pengelolaan Program
Pamsimas. Maka melalui penelitian dan
penyusunan laporan dalam bentuk tesis terhadap
hal tersebut, penulis membuat judul penelitian ini
:“Analisis Efektivitas Partisipasi Masyarakat
pada Pembangunan Sarana Air Minum
Program Pamsimas di Kecamatan Talamau
dan Kecamatan Gunung Tuleh Kabupaten
Pasaman Barat”.
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut di atas dapat dirumuskan permasalahannya sebagai berikut : Adanya pendekatan pemberdayaan masyarakat dalam pelaksanaan program pembangunan Sarana Air Minum pada Program Pamsimas di Kecamatan Talamau dan Kecamatan Gunung Tuleh Kabupaten Pasaman Barat yang menempatkan masyarakat sebagai pelaku utama pembangunan sesuai dengan Juklak dan Juknis dari Program Pamsimas.
Kecamatan Talamau dan Kecamatan Gunung Tuleh Kabupaten Pasaman Barat.
C. Pertanyaan Penelitian
Dari perumusan masalah di atas maka yang menjadi pertanyaan penelitian (Research Question)nya adalah :
1. Apakah Partisipasi Masyarakat pada Pembangunan Sarana Air Minum Program Pamsimas di Kecamatan Talamau dan Kecamatan Gunung Tuleh Kabupaten Pasaman Barat berjalan Efektive ?
D. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji Efektivitas Partisipasi Masyarakat pada Pembangunan Sarana Air Minum Program Pamsimas di Kecamatan Talamau dan Kecamatan Gunung Tuleh Kabupaten Pasaman Barat.
E.
Tinjauan Pustaka
1. Pengertian Effektifitas
Efektivitas dapat diartikan sangat beragam terkait dengan bidang keahlian dan tergantung pada konteks apa efektivitas tersebut digunakan. Menurut Drucker (1978) efektivitas adalah suatu
tingkatan yang sesuai antara keluaran secara empiris dalam suatu sistem dengan keluaran yang diharapkan. Efektivitas berkaitan erat dengan suatu kegiatan untuk bekerja dengan benar demi tercapainya hasil yang lebih baik sesuai dengan tujuan semula. Sementara itu efektivitas dapat diartikan sebagai pencapaian sasaran dari upaya bersama, dimana derajat pencapaian menunjukkan derajat efektivitas (Gybson 1997).
Efektivitas dapat digunakan sebagai suatu alat evaluasi efektif atau tidaknya suatu tindakan (Wahyuningsih D 2005) yang dapat dilihat dari :
a. Kemampuan memecahkan
masalah, keefektifan tindakan dapat diukur dari kemampuannya dalam memecahkan persoalan dan hal ini dapat dilihat dari berbagai permasalahan yang dihadapi sebelum dan sesudah tindakan tersebut dilaksanakan dan seberapa besar kemampuan dalam mengatasi persoalan.
yang dapat dilihat secara nyata.
Kriteria efektivitas kebijakan merupakan suatu fungsi yang tidak hanya ditentukan oleh implementasi kebijakan tersebut secara efisien tetapi juga ditentukan oleh kemampuan koordinasi kebijakan, hal tersebut untuk meminimalkan efek samping akibat keterkaitan antar ukuran-ukuran kebijakan yang berbeda-beda ( Wahyuningsih D 2005).
2. Bentuk– Bentuk Partisipasi Masyarakat
Menurut Keith Davis dalam Sastropoetro (1988), bentuk-bentuk partisipasi meliputi :
1. Konsultasi, biasanya dalam bentuk jasa;
2. Sumbangan spontan berupa uang dan barang;
3. Mendirikan proyek yang sifatnya berdikari dan donornya berasal dari pihak ketiga;
4. Mendirikan proyek yang sifatnya berdikari dan dibiayai seluruhnya oleh masyarakat;
5. Sumbangan dalam bentuk kerja;
6. Aksi massa;
3.Faktor– Faktor Yang Mempengaruhi Partisipasi masyarakat
Menurut Slamet (1994), faktor-faktor internal yang mempengaruhi partisipasi masyarakat adalah jenis kelamin, usia, tingkat pendidikan, tingkat pendapatan dan mata pencaharian. Faktor internal berasal dari individu itu sendiri. Secara teoritis, tingkah laku individu berhubungan erat atau ditentukan oleh:
1. Jenis Kelamin.
Partisipasi yang diberikan oleh seorang pria dan wanita dalam pembangunan adalah berbeda. Hal ini disebabkan oleh adanya sistem pelapisan sosial yang terbentuk dalam masyarakat, yang membedakan kedudukan dan derajat ini, akan menimbulkan perbedaan- perbedaan hak dan kewajiban anatar pria dan wanita. Dengan demikian maka kecenderungannya, kelompok pria akan lebih banyak berpartisipasi.
2. Usia.
sehingga akan memunculkan golongan tua dan golongan muda, yang berbeda-beda dalam hal-hal tertentu, misalnya menyalurkan pendapat dan mengambil keputusan. Usia berpengaruh pada keaktifan seseorang untuk berpartisipasi (Slamet 1994). Dalam hal ini golongan tua yang dianggap lebih berpengalaman atau senior, akan lebih banyak memberikan pendapat dalam hal menetapkan keputusan.
3. Tingkat Pendidikan.
Demikian pula halnya dengan tingkat pengetahuan. Salah satu karakteristik partisipan dalam pembangunan partisipatif adalah tingkat pengetahuan masyarakat tentang usaha-usaha partisipasi yang diberikan masyarakat dalam pembangunan. Salah satu faktor yang mempengaruhi tingkat pengetahuan adalah tingkat pendidikan. Semakin tinggi latar belakang pendidikannya, tentunya mempunyai pengetahuan yang luas tentang pembangunan dan bentuk serta tata cara partisipasi yang dapat diberikan. Faktor pendidikan dianggap penting karena
dengan pendidikan yang diperoleh seseorang lebih mudah berkomunikasi dengan orang luar dan cepat tanggap terhadap inovasi.
4. Tingkat Penghasilan.
Tingkat penghasilan juga mempengaruhi partisipasi masyarakat. Penduduk yang lebih kaya kebanyakan membayar pengeluaran tunai dan jarang melakukan kerja fisik sendiri. Sementara penduduk yang berpenghasilan pas-pasan akan cenderung berpartisipasi dalam hal tenaga. Besarnya tingkat penghasilan akan memberi peluang lebih besar bagi masyarakat untuk berpartisipasi. Tingkat penghasilan ini mempengaruhi kemampuan finansial masyarakat untuk berinvestasi. Masyarakat hanya akan bersedia untuk mengerahkan semua kemampuannya apabila hasil yang dicapai akan sesuai dengan keinginan dan prioritas kebutuhan mereka (Panudju 1999).
5. Mata Pencaharian.
dapat dikatakan bahwa mata pencaharian dapat mempengaruhi partisipasi masyarakat dalam pembangunan. Hal ini disebabkan pekerjaan akan berpengaruh terhadap waktu luang seseorang untuk terlibat alam pembangunan, misalnya dalam hal menghadiri pertemuan, kerja bakti dan sebagainya.
Yang menjadi tolak ukur efektifitas partisipasi masyarakat pada pembangunan sarana air minum Program Pamsimas di Kecamatan Talamau dan Kecamatan Gunung Tuleh adalah besarnya prosentase partisipasi masyarakat dalam pelaksanaan kegiatan Program Pamsimas (dengan menggunakan indikator delapan bentuk partisipasi masyarakat yang dikemukakan oleh C. Ericson dalam Slamet (1993) dan dalam penelitian ini dikelompokkan dalam tiga variable utama, yaitu : Tahap Perencanaan, Tahap Pelaksanaan dan Tahap Pengawasan dan dihubungkan dengan hasil analisis besarnya prosentase jawaban responden yang menyatakan adanya partisipasi masyarakat tersebut.
Adapun kriterianya sebagai berikut:
1) Cukup efektif, jika hubungannya dengan partisipasi masyarakat dalam pelaksanaan
kegiatan Program Pamsimas sama atau lebih dari 50 %.
2) Kurang efektif, jika hubungannya dengan partisipasi masyarakat dalam pelaksanaan kegiatan Program Pamsimas kurang dari 50 %.
4. Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan Metode Kualitatif, dimana penelitian kualitatif adalah penelitian yang dilakukan dalam setting tertentu yang ada dalam kehidupan riil (alamiah) dengan tujuan menginvestigasi dan memahami fenomena : apa yang terjadi, mengapa terjadi, dan bagaimana terjadinya, Finlay (2006). Data ditulis secara deskriptif sehingga terbentuk laporan. Data yang diperoleh dari penelitian ini berupa kata-kata, gambar dan bukan angka-angka. Selanjutnya dilakukan literatur review. Kegiatan ini berkaitan dengan telaah atas teori yang dapat digunakan untuk menjelaskan fenomena yang didapat dalam penelitian (Chariri 2009).
F. Metode Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Talamau dan Kecamatan Gunung Tuleh Kabupaten Pasaman Barat yang merupakan salah satu dari 11 kecamatan di Kabupaten Pasaman Barat Propinsi Sumatera Barat yang mendapatkan Program Pamsimas. Penelitian ini dilaksanakan pada lokasi Program Pamsimas Tahun. 2011 di Kecamatan Talamau dan Kecamatan Gunung Tuleh, yaitu ;
• TA. 2011 ; Nagari Talu Jorong
Patamuan Sungai Janiah
• TA 2011: Nagari Robi Jonggor
Jorong Kampuang Pinang Siligawan
Ada beberapa alasan peneliti dalam memilih lokasi penelitian ini diantaranya ; pertama, Nagari Talu Jorong Patamuan Sungai Janiah dan Nagari Robi Jonggor Jorong Kampuang Pinang Siligawan dianggap yang terbaik pelaksanaan program Pamsimas di tingkat Kabupaten dibandingkan nagari-nagari lain yang melaksanakan Program Pamsimas. Kedua, peneliti sudah cukup dikenal baik oleh masyarakat maupun tokoh dan perangkat kelembagaan yang ada ditengah masyarakat sehingga sangat membantu proses pengumpulan
data penelitian.
2. Teknik Pengumpulan Data
Riset lapangan dan analisis data merupakan proses yang tidak dapat dipisahkan dalam penelitian kualitatif. Artinya, analisis data dilakukan bersamaan dengan pengumpulan data. Dalam penelitian kualitatif kualitas riset sangat tergantung pada kualitas dan kelengkapan data yang dihasilkan. Pertanyaan yang selalu diperhatikan dalam pengumpulan data adalah apa, mengapa dan bagaimana.
Analisa data dilakukan bersamaan dengan pengumpulan data. Penelitian bertumpu pada triangulation data yang dihasilkan dari tiga metode (Chariri 2009) :
a. Wawancara (Interview)
dan ekspresi pihak yang diwawancarai dan dapat melakukan klarifikasi atas hal-hal yang tidak diketahui.
Data yang diperoleh dari wawancara umumnya berbentuk pernyataan yang menggambarkan pengalaman, pengetahuan, opini dan perasaan pribadi.
- Wawancara Berstruktur (Schedule Standardised Interview), yaitu wawancara dengan mengajukan beberapa pertanyaan secara sistematis dan telah disusun sebelumnya.
- Wawancara Tidak Berstruktur (Non Schedule Standardised Interview), adalah wawancara dengan mengajukan beberapa pertanyaan secara lebih luas dan leluasa tanpa terikat oleh susunan pertanyaan. Pertanyaan muncul secara spontan sesuai perkembangan situasi dan kondisi ketika wawancara. Dengan teknik ini diharapkan terjadi komunikasi yang fleksibel serta terbuka, sehingga informasi yang didapat lebih banyak dan luas.
b. Observasi Partisipatif (Participant
Observation)
Observasi partisipatif dilakukan dengan cara mengamati secara langsung perilaku individu dan interaksi mereka dalam latar penelitian. Oleh karena itu peneliti harus terlibat langsung dalam proses sehari-hari subjek yang dipelajari. Dengan cara ini peneliti dapat memperoleh data khusus di luar struktur dan prosedur formal program.
c. Telaah Catatan Program (Organitation
Record)
Arsip dan catatan program merupakan bukti unik dalam study kasus, yang tidak ditemui dalam wawancara dan observasi. Sumber ini merupakan sumber data yang dapat digunakan untuk mendukung data dari observasi dan wawancara. Selain itu telaah terhadap catatan program dapat memberikan data tentang konteks historis setting program yang diteliti. Sumber datanya dapat berupa buku petunjuk teknis program, foto dokumentasi, dokumen laporan-laporan, catatan administrasi dan keuangan, surat menyurat dan dokumen lain yang relevan.
Kecamatan Talamau dan Kecamatan Gunung Tuleh Kabupaten Pasaman Barat, peneliti bertumpu pada triangulation data yang dihasilkan dari tiga metode : wawancara (interview), observasi partisipatif (participative observation), dan telaah catatan program (organizational document record). Sehingga data-data primer yang diperoleh dalam penelitian kualitatif ini akan berbentuk kata-kata, kutipan-kutipan wawancara, sedangkan data sekunder berupa foto-foto dan dokumen-dokumen yang dikutip dari catatan program.
G. Teknik Analisis Data
Ketika data mulai terkumpul dari hasil wawancara, observasi dan telaah catatan, analisis data harus segera dilakukan untuk menentukan pengumpulan data berikutnya (Chariri 2009). Dengan demikian proses analisis ini menggunakan model linier atau analisis mengalir (flow model analysis). Pada saat wawancara peneliti sudah melakukan analisis terhadap jawaban yang diwawancarai. Setelah dianalisis belum terasa memuaskan, maka peneliti akan melanjutkan pertanyaan lagi sampai tahap tertentu sampai diperoleh data yang kredibel. Analisis data kualitatif terdiri dari tiga alur
kegiatan yang terjadi secara bersamaan yaitu ; reduksi data, klasifikasi dan penyajian data dan
penarikan kesimpulan dideskripsikan untuk dapat menjawab permasalahan penelitian.
H. Hasil Penelitian
Tingkat kehadiran masyarakat dalam musyawarah Pamsimas cukup banyak. Zulfahri selaku masyarakat Jorong Kampung Pinang Siligawan Nagari Robi Jonggor mengatakan (wawancara tanggal 08 Juli 2014) :
“...Dalam melakukan Setiap kali musyawarah dalam perencanaan Pamsimas, masyarakat cukup berpartisipatif dengan dibuktikan tingkat kehadirannya rata-rata diatas 65% orang yang hadir…”
Sedangkan yang di katakan oleh M. Zein selaku Koordinator LKM Jorong Kampung Pinang Siligawan Nagari Robi Jonggor (Wawancara tanggal 08 Juli 2014) :
“…Di Jorong Robi Jonggor Nagari Kampung Pinang Siligawan setiap kali musyawarah kalau masyarakatnya diinformasikan atau diundang selalu ramai yang hadir. Apalagi musyawarah tentang air bersih, masyarakat yang hadir rata-rata diatas 65% orang. …”
permasalahan air bersih yang ada di jorong mereka, M. Zein selaku Koordinator LKM Jorong Robi Jonggor Nagari Kampung Pinang Siligawan (Wawancara tanggal 08 Juli 2014) :
“...Masyarakat yang hadir dalam musyawarah cukup aktif ditambah lagi fasilitatornya Cukup Antusias dalam melakukan musyawarah sehingga membuat peta sosial jorong masyarakat beramai-ramai membuat dan menunjukan mana yang rumah miskin, mana yang rumah kaya…”
“…Di dalam peta sosial jorong yang dibuat masyarakat tersebut, juga ditunjukkan di mana-mana sumber air yang ada di jorong tersebut…”
Hal demikian juga di katakan oleh Zulhelmi selaku Koordinator Kepala Jorong Partamuan Sungai Janiah Nagari Talu (Wawancara tanggal 08 Juli 2014) :
“…Di Jorong Patamuan Sungai Janiah Nagari Talu setiap kali musyawarah kalau masyarakatnya diinformasikan atau diundang selalu ramai yang hadir. Apalagi musyawarah tentang air bersih, masyarakat yang hadir rata-rata diatas 80% orang.…”
Dalam setiap kali musyarawah, masyarakat cukup berpartisipasi dalam memecahkan permasalahan air bersih yang ada di jorong mereka, Zulhelmi selaku Kepala Jorong Partamuan Sungai Janiah Nagari Talu (Wawancara tanggal 08 Juli 2014) :
“...Masyarakat yang hadir dalam musyawarah cukup aktif ditambah lagi fasilitatornya Cukup Antusias dalam melakukan musyawarah sehingga membuat peta sosial jorong masyarakat beramai-ramai membuat dan menunjukan mana yang rumah miskin, mana yang rumah kaya…”
“…Di dalam peta sosial jorong yang dibuat masyarakat tersebut, juga ditunjukkan di mana-mana sumber air yang ada di jorong tersebut…”
Partisipasi masyarakat dalam bentuk tenaga
Bentuk partisipasi dan kerjasama yang ada pada kehidupan masyarakat di kecamatan Batipuh dapat dicerminkan dari kegiatan gotong royong. Gotong royong memang tidak periodik dilaksanakan, melainkan diadakan apabila diperlukan sewaktu-waktu misalnya dalam menyambut dan mempersiapkan suatu acara atau keperluan Nagari atau Jorong. Jika ada permasalahan yang terjadi dan mempengaruhi seluruh nagari, misalnya terjadi kerusakan akibat bencana alam seperti saluran irigasi runtuh, jembatan rusak, atau balai adat nagari yang perlu diperbaiki, musyawarah dan gotong royong memperbaiki sarana umum tersebut akan menjadi alternative jalan penyelesaian yang dipilih masyarakat.
Partisipasi masyarakat dalam bentuk tenaga gotong royong sejak dahulunya sudah membudaya di Kecamatan Talamau Nagari Talu, menurut Aljufri, SS. Selaku Wali Nagari Talu mengatakan (wawancara tanggal 09 Juli 2014) :
“…Kalau untuk bergotong royong di Jorong Partamuan Sungai Janiah tersebut saya yakin sekali, sebab dari jorong-jorong yang ada di Nagari ini, Jorong Partamuan Sungai Janiah perlu diacungkan jempol…”
“…Saya sendiri sebagai Wali Nagari Talu, sering sekali bergotong royong bersama dengan
masyarakat Jorong Partamuan Sungai Janiah…”
Hal yang sama juga dikatakan oleh Pennisri, SE, selaku Sekretris Wali Nagari Rabi Jonggor mengatakan (wawancara tanggal 08 Juli 2014) :
“...Pelaksanaan Pamsimas di mulai di akhir bulan Agustus 2011. LKM mengundang masyarakat untuk bergotong royong setiap harinya. Dalam satu minggu ada satu hari yang gotong royong bersama untuk merintis jalur pipa yang akan dilalui dan goro mengumpulkan batu atau pasir yang akan digunakan untuk pembangunan. Konsumsi untuk gotong royong harian dibawa dari rumah masing-masing yang bergotong royong. Ibu-ibu dilibatkan dalam bergotong royong dengan cara mengangkut pasir atau batu yang dibutuhkan dari sungai ke lokasi pembangunan. Pekerjaan yang membutuhkan keahlian Tukang tetap dibayarkan tetapi dibayar separohnya karena didalamnya Tukang dituntut berswadaya juga…”
Dalam pelaksanaan Program Pamsimas di Nagari Robi Jonggor, LKM punya kiat tersendiri. Hal itu dikatakan oleh Zulfahri selaku tokoh masyarakat Jorong Kampung Pinang Siligawan Nagari Robi Jonggor (wawancara tanggal 08 Juli 2014) :
500.000,-dimana satu hari goro dinilai sebesar Rp. 50.000,- ( wajib 10x gotong royong/ KK )…”
I. Pembahasan atau Pengolahan Data
Dari hasil Analisis Data dan Hasil Wawancara, Efektivitas Partisipasi Masyarakat pada pembangunan sarana air minum Program
Pamsimas di Kecamatan Talamau dan Kecamatan Gunung Tuleh dapat dipengaruhi oleh beberapa Faktor diantaranya :
1. Tingkat Usia
Perbedaan Usia juga mempengaruhi tingkat partisipasi mayarakat, berdasarkan hasil Penelitian diatas pada tabel 4.6 dapat kita lihat bahwa tingkat kehadiran masyarakat dalam setiap melakukan musyarawah hanya 65% dari jumlah penduduk. Sedangkan sisanya (35%) lagi tidak mengikuti musyawarah, ini sebabkan oleh :
1. Adanya perbedaan kedudukan dan derajat atas dasar senioritas
2. Dalam hal ini golongan tua yang dianggap lebih berpengalaman atau senior, akan lebih banyak memberikan pendapat dalam hal menetapkan keputusan.
2. Tingkat Pendidikan
Salah satu faktor yang mempengaruhi tingkat pengetahuan adalah tingkat pendidikan. Dari hasil penelitian dan wawancara langsung kelapangan tingkat pendidikan di jorong tersebut sudah cukup memadai, terutama pada golongan muda pendidikannya Sekolah Menengah Tingkat Atas (SMA) sudah mencapai 60%. Sedangkan sisanya tamatan Sekolah Dasar dan Sekolah Tingkat Pertama.
3. Tingkat Ekonomi
mempengaruhi kemampuan finansial masyarakat untuk berinvestasi.
J. Kesimpulan
Berdasarkan penelitian dapat disimpulkan bahwa tingkat persentase kehadiran partisipasi masyarakat pada pembangunan sarana air munum Program Pamsimas di Kecamatan Talamau dan Kecamatan Gunung Tuleh adalah berkisar antara 65% - 85%.
2. Dari hasil Uji Reliabilitasi dapat disimpulkan bahwa jawaban yang diberikan oleh responden adalah konsisten dengan jawaban sebelumnya. Sehingga dapat disimpulkan bahwa tingkat penelitian ini adalah valid.
3. Partisipasi masyarakat pada pembangunan sarana air munum Program Pamsimas cukup efektif kalau ditinjau dari segi waktu, biaya dan mutu.
4. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa partisipasi masyarakat pada pembangunan sarana air munum Program Pamsimas di Kecamatan Talamau dan Kecamatan Gunung Tuleh sudah cukup efektive.
5. Ternyata ada pengaruh positif dan negative dari keberadaan Fasilitator Masyarakat
terhadap partisipasi masyarakat. Dampak positif dapat diuraikan antara lain :
Masyarakat lebih termotivasi hadir dalam acara yang dihadiri oleh fasilitator atau ikut serta ketika fasilitator turun kelapangan. Mempererat solidaritas dan kerjasama masyarakat, kelompok kerja termotivasi meningkatkan kualitas pekerjaan dan kekompakan antara anggota kelompok.
Sementara dampak negative dari keberadaan fasilitator antara lain : menurunkan kemandirian dan kepercayaan diri masyarakat. Sikap yang terbuka dan siap membantu kapan saja diperlukan malah menciptakan ketergantungan mereka terhadap fasilitator. Pendampingan dan tuntunan secara terus menerus menyebabkan masyarakat kurang percaya diri untuk bekerja tanpa pendampingan.
1. Pada saat kegiatan sosialisasi di masyarakat, perlu adanya kejelasan dan ketegasan mengenai tahapan kegiatan Pamsimas.
2. Pengelola perlu memperhatikan ketersediaan sumber air, kualitas air (fisik, kimia, biologi) dan kuantitas (liter/keluarga) yang disalurkan ke masyarakat penerima manfaat.
3. Pengelola perlu melakukan penghitungan nilai-manfaat, yang hasilnya disosialisasikan ke masyarakat penerima manfaat, setelah mereka mengimplementasikan program Pamsimas. Sehingga secara bersama mereka berusaha menjaga keberlanjutan penyediaan air minum mereka secara mandiri, melalui pemeliharaan sarana-prasarana pengelolaan kelembagaan, ketertiban iuran, dan peningkatan kapasitas dan kapabilitas dalam pengelolaan air minum. Terutama karena nilai keuntungan yang besar, menyebabkan pay back periode dapat sangat cepat dicapai.
DAFTAR PUSTAKA
Abbott, John. 1996. Sharing the City : Community Participation in Urba Management. London : Earthscan Publications Limited.
Bartle, Phill, 2002. Participatory Method of
Measuring Empowerment. Modul Pelatihan Pemberdayaan.
Bungin Burhan, ed. 2003. Analisa Data Penelitian Kualitatif. Jakarta: Raja Grafindo Perkasa.
Chariri, A., 2009. Landasan Filsafat dan Metode Penelitian Kualitatif. Paper disajikan pada Workshop Metodologi Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif. Laboratorium Pengembangan Akuntansi (LPA), Semarang ; Fakultas Ekonomi Universitas Diponegoro.
Drucker, peter, F.1978. Manajemen: Tugas dan Tanggung jawab Praktek. Jakarta: Penerbit Gramedia.
Dwiyanto, Djoko. 2006. Metode Kualitatif dan Penerapannya dalam Penelitian.
Download dari :
www.inparametric.com
Dahl, Robert ,1983. Democracy and Its Critics. New Haven Conn: Yale University Press.
Gulo, W. 2002. Metodologi Penelitian. Jakarta: Grasindo.
Karl, M, 1995. Women and Empowerment: Participation and Decision Making.
Kartasasmita, Ginandjar. 1997.Administrasi Pembangunan. Jakarta: LP3ES.
Mikkelsen, Britha. 2003. Metode Penelitian Partisipatoris dan Upaya-Upaya Pemberdayaan Sebuah Buku Pegangan bagi Para Praktisi Lapangan. (Terjemahan : Matheos Nalle). Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.
Miles, Matthew B. dan a. mishael Huberman. 1992. Analisa Data Kualitatif (terjemahan) Jakarta: Universitas Indonesia.
Moleong, Lexy J., 2006, Metode Penelitian Kualitatif. Bandung : PT. Remaja Rosda Karya.
Nazir, Moh. 1999. Metode Penelitian. Jakarta: Ghalia Indonesia
Siregar Syofian, 2012. Statistika deskriptif untuk Penelitian. Jakarta: Rajawali Pers.
Panudju, Bambang. 1999. Pengadaan Perumahan Kota dengan Peran serta Masyarakat Berpenghasilan Rendah. Bandung: Penerbit Alumni.
Paul, Samuel, 1987. Community Participation in Development Projects-The World Bank Experience. Washington DC: The World Bank.
Purba, Jonny (ed).2005. Pengelolaan Lingkungan Sosial. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia
Prijono, Onny S. dan Pranarka A.M.W. (ed.). 1996. Pemberdayaan: Konsep, Kebijakan dan Implementasi. Jakarta: Centre for Strategic and International Studies (CSIS).
Slamet, Y. 1994. Pembangunan Masyarakat Berwawasan Partisipasi. Surakarta: Sebelas Maret University Press.
Soekartawi. 1990. Prinsip Dasar Perencanaan Pembangunan. Jakarta: Rajawali.
Soetrisno, Loekman, 1995. Menuju Masyarakat Partisipatif. Yogyakarta: Penerbit Kanisius.
Suharto, Edi. 1997. Pembangunan, Kebijakan Sosial dan Pekerjaan Sosial: Spektrum Pemikiran. Bandung : Lembaga Studi Pembangunan STKS (LSP- STKS).
Sulistiyani, Ambar Teguh, 2004. Kemitraan dan Modul-modul Pemberdayaan. Yogyakarta: Gava Media.
dan Kota, Fakultas Teknik Universitas Diponegoro, Semarang.
Situs Web Pemda Kabupaten Pasaman Barat Error! Hyperlink reference not valid.
Situs Web Departemen Pekerjaan Umum http://www.ciptakarya.pu.go.id
Situs Web Pamsimas http://www.pamsimas.org
Widodo, Erna dan Mukhtar. 2000. Konstruksi ke Arah Penelitian Deskriptif. Yogyakarta: Avyrous.
Wahyuningsih, D, 2005. Efektivitas Pemberdayaan Masyarakat dalam
Pembangunan Sarana dan
Prasarana Lingkungan di
Kelurahan Salaman Mloyo