• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Busur Api Terhadap Kekuatan Dielektrik Gas SF6

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Pengaruh Busur Api Terhadap Kekuatan Dielektrik Gas SF6"

Copied!
58
0
0

Teks penuh

(1)
(2)

Bahan isolasi gas yang sering digunakan adalah gas SF6. Sifat –sifat dari gas SF6

ini tidak berwarna, tidak beracun, tidak berbau. Salah satu pemanfaatan dari gas SF6 ini

sebagai bahan isolasi adalah pada pemutus tenaga (circuit breaker). Jika pemutus tenaga

SF6 membuka, maka pada sela kontaknya akan terjadi busur api. Busur api akan

menaikkan temperatur gas SF6 sehingga ada dugaan gas SF6 mengalami perubahan

struktur kimia, sehingga sifat listriknya berubah. Tugas akhir ini akan meneliti pengaruh

(3)

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala berkat

dan rahmat yang telah diberikan/Nya kepada penulis, sehingga penulis dapat

menyelesaikan Tugas Akhir yang berjudul “Pengaruh Busur Api Terhadap Kekuatan

Dielektrik Gas SF6”. Penulisan Tugas Akhir ini merupakan salah satu persyaratan untuk

menyelesaikan studi dan memperoleh gelar Sarjana Teknik di Departemen Teknik

Elektro, Fakultas Teknik, Universitas Sumatera Utara.

Tugas Akhir ini penulis persembahkan untuk kedua orang tua yang telah

membesarkan penulis dengan kasih sayang yang tak ternilai harganya, yaitu Wong Poh

Seng dan Lauw Tjai Tjin, kedua kakak penulis Ailie dan Rita di Jakarta, dan abang

penulis Ayong di Lombok atas seluruh perhatian dan dukungannya hingga penulis dapat

menyelesaikan Tugas Akhir ini dengan baik.

Selama masa kuliah sampai masa penyelesaian Tugas Akhir ini, penulis mendapat

dukungan, bimbingan, dan bantuan dari berbagai pihak. Untuk itu, dengan setulus hati

penulis hendak menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar/besarnya kepada:

1. Bapak Ir. Bonggas L. Tobing selaku Dosen Pembimbing Tugas Akhir yang telah

banyak meluangkan waktu dan pikirannya untuk memberikan bantuan, bimbingan,

dan pengarahan kepada penulis selama penyusunan Tugas Akhir ini. Terima kasih

(4)

2. Bapak Ir. Surya Tarmizi Kasim, MSi selaku Ketua Departemen Teknik Elektro FT

USU dan Bapak Rahman Fauzi, ST.,MT., selaku Sekretaris Departemen Teknik

Elektro FT USU.

3. Bapak Ir. Pernantin Tarigan, MSc selaku Dosen Wali penulis.

4. Bapak Ir. Syahrawardi selaku Kepala Laboratorium Teknik Tegangan Tinggi.

5. Seluruh staf pengajar dan administrasi Departemen Teknik Elektro, Fakultas Teknik

Universitas Sumatera Utara.

6. Bapak Khaldun M. Badra di PT INALUM yang telah banyak membantu penulis

dalam pengambilan sampel gas SF6.

7. Angelina Ong yang telah memberikan semangat, dorongan dan ide/ide kepada

penulis.

8. Seluruh asisten Laboratorium Teknik Tegangan Tinggi : Akim, Setia, Moko, Eykel,

dan khususnya Wilvian dan Monda yang telah membantu penulis dalam

pengambilan data.

9. Teman/teman stambuk 2007: Denny, Yuyanyo, Yudy, Cimet, Syuibai, Wendy,

Bento, Aan, Ramcheys, Binsar, Selvi, Andrew, Janes, Jon, Kaban, Kukuh, Leo,

Mariocoy, Ahmad seru, Rocky, Ramli, Reza, dan teman/teman 2007 lain yang tidak

dapat penulis sebutkan satu per satu. Jasa/jasa kalian tidak akan dilupakan.

10. Kepada abang/abang senior dan adik/adik junior: Ko Herman, Ko Joni, ko Frendy,

Ko Angga, Bang Jaitun, Bang Albert, Bang Folda, Budiman, Thomas, Bang Okta,

(5)

abang/kakak senior serta adik/adik junior yang tidak dapat penulis sebutkan satu per

satu. Yang telah memberi motivasi kepada penulis.

11. Semua orang yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu, penulis ucapkan terima

kasih banyak.

Penulis menyadari bahwa Tugas Akhir ini tidak luput dari kesalahan/kesalahan,

baik dari segi tata bahasa maupun dari segi ilmiah. Untuk itu, penulis akan menerima

dengan terbuka, segala saran dan kritik yang ditujukan untuk memperbaiki Tugas Akhir

ini. Akhir kata, semoga Tugas Akhir ini bermanfaat bagi penulis dan pembaca.

Medan, Juni 2011

Penulis,

(6)

!"#$...i

#!# %&'#&!#"...ii

#(!#" )...v

#(!#" #* #"...vii

#(!#" # %+...ix

I.1 Latar Belakang...1

I.2 Tujuan dan Manfaat Penulisan...1

I.3 Batasan Masalah...2

I.4 Metode Penulisan...2

I.5 Sistematika Penulisan...3

II.1 Definisi Busur Api Listrik...5

II.2 Faktor/Faktor Yang Mempengaruhi Terjadinya Busur Api Listrik...8

II.3 Proses Terjadinya Busur Api Pada Pemutus Tenaga Gas SF6...14

(7)

III.1 Sifat Umum Gas SF6...20

III.2 Bentuk Molekul Gas SF6...25

III.3 Proses Tangkapan Elektron Bebas Pada Gas SF6...26

III.4 Pengaruh Panas Terhadap Kekuatan Dielektrik Gas SF6...29

IV.1 Umum...32

IV.2 Prosedur Eksperimen...38

IV.3 Hasil Percobaan...39

IV.4 Analisis Data...39

V.1 kesimpulan...44

V.2 Saran...44

(8)

Gambar 2.1 Medan Listrik di Antara Dua Elektroda...5

Gambar 2.2 Busur Api di Antara Dua Elektroda...7

Gambar 2.3 Garis/Garis Medan Listrik di Antara Kedua Elektroda...10

Gambar 2.4 Garis/Garis Gaya Listrik Pada Muatan Positif dan Negatif...10

Gambar 2.5 Garis/Garis Gaya Listrik Di antara Muatan Positif dan Negatif...11

Gambar 2.6 Garis/Garis Gaya Listrik di Antara Dua Muatan Positif...11

Gambar 2.7 Pemutus Tenaga SF6 Bertekanan Tunggal...15

Gambar 2.8 Proses Terjadi Dan Pemadaman Busur Api Pada Pemutus Tenaga SF6 Tekanan Tunggal...16

Gambar 2.9 Busur Api Di Antara Kedua Kontak Pemutus Tenaga...18

Gambar 3.1 Perbandingan Nilai Tegangan Tembus Antara Gas SF6 Dan Udara...21

Gambar 3.2 Hubungan Tekanan dan Tegangan Tembus Dari Gas SF6...22

Gambar 3.3 Bentuk Molekul Gas SF6...26

Gambar 3.4 Medan Listrik Yang Timbul Di Antara Dua Elektroda...27

(9)

Gambar 4.1 Tabung Sampel Gas SF6...32

Gambar 4.2 Trafo Uji...33

Gambar 4.3 Voltmeter AC………...34

Gambar 4.4 Tahanan Peredam...35

Gambar 4.5 Elektroda Bola/Bola...36

Gambar 4.6 Wadah Pengukuran Tegangan Tembus Sampel Gas SF6...37

Gambar 4.7 Rangkaian Percobaan...37

(10)

Bahan isolasi gas yang sering digunakan adalah gas SF6. Sifat –sifat dari gas SF6

ini tidak berwarna, tidak beracun, tidak berbau. Salah satu pemanfaatan dari gas SF6 ini

sebagai bahan isolasi adalah pada pemutus tenaga (circuit breaker). Jika pemutus tenaga

SF6 membuka, maka pada sela kontaknya akan terjadi busur api. Busur api akan

menaikkan temperatur gas SF6 sehingga ada dugaan gas SF6 mengalami perubahan

struktur kimia, sehingga sifat listriknya berubah. Tugas akhir ini akan meneliti pengaruh

(11)

, #!#" %+#$#&'

Dewasa ini, semakin banyak gardu induk yang menggunakan pemutus tenaga

berisolasi gas SF6 (sulphur hexafluorida). Gas SF6 memiliki berat molekul 146 dan

tersusun atas 22% berat belerang dan 78% berat fluor. Molekul SF6 terbentuk

sedemikian rupa sehingga atom belerang berada pada pusat oktahedron yang beraturan

dengan masing/masing sebuah atom fluor pada setiap ujung oktahedron.

Keuntungan isolasi gas SF6 adalah tidak berwarna, tidak berbau, tidak beracun, dan

tidak mudah terbakar pada temperatur 150° C. Gas SF6 mempunyai sifat tidak merusak

metal, plastik dan bermacam/macam bahan yang umumnya digunakan dalam pemutus

tenaga. Jika media isolasi pemutus tenaga adalah gas SF6, maka perlu diteliti apakah

terjadi penurunan kekuatan dielektrik dari gas SF6 setelah terjadi busur api pada sela

kontaknya.

, -.-#& /#& #&(##! %&-+) #&

Tujuan penelitian ini adalah untuk menyelidiki pengaruh busur api yang terjadi

pada gas SF6 terhadap kekuatan dielektriknya. Sehingga dapat diketahui apakah

(12)

Adapun manfaat yang dapat diperoleh dari penelitian ini adalah untuk memberikan

informasi kepada pemakai pemutus tenaga gas SF6 mengenai jadwal pergantian gas SF6

menurut jumlah operasi pembukaan pemutus tenaga.

, #!# #& # #+#0

Adapun batasan masalah dalam Tugas Akhir ini adalah sebagai berikut :

1. Tekanan dari gas SF6 dapat dibuat bervariasi sesuai kebutuhan. Tetapi pada

penelitian ini tekanan gas SF6 dibatasi hanya 4,9 bar, yaitu tekanan yang umum

dipakai pada pemutus tenaga gas.

2. Dilihat dari jenisnya, gas SF6 dibagi menjadi gas SF6 murni, gas SF6 komersil, dan

gas SF6 tercemar. Yang akan diteliti adalah gas SF6 komersil.

3. Elektroda yang dipakai untuk pembangkitan busur api dapat berupa elektroda bola/

bola, elektroda jarum/jarum, elektroda bola/jarum, elektroda bola/piring, elektroda

jarum/piring. Dalam penelitian ini yang dipakai hanyalah elektroda bola/bola.

, %!1/% %&-+) #&

Langkah/langkah yang dilakukan dalam penulisan Tugas Akhir ini adalah :

(13)

Banyaknya sampel gas SF6 dalam penelitian ini adalah 5 sampel. Sampel pertama

dimasukkan terlebih dahulu ke dalam wadah pengukuran, setelah selesai dilakukan

penelitian pada sampel pertama, barulah dimasukkan sampel kedua dan seterusnya

sampai sampel kelima.

2. Dalam wadah dipasang elektroda bola/bola standar. Setelah sampel gas SF6

dimasukkan ke dalam wadah pengukuran, tekanan gas SF6 diatur hingga mencapai

4,9 bar.

3. Elektroda bola/bola dihubungkan ke trafo uji. Busur api pada setiap sampel

dibangkitkan dengan membuat elektroda bola/bola tembus listrik. Lama terjadinya

busur api diatur dengan timer yang mengatur waktu pemutus hubungan trafo uji

dengan sumber. Peristiwa terjadinya tembus listrik tadi dimanfaatkan sebagai

pengukuran tegangan tembus dari gas SF6 pada kondisi sebelum terjadi busur api.

4. Dengan demikian akan diperoleh data dan dibuat dalam tabel.

,2 ) !%*#!)$# %&-+) #&

Tugas Akhir ini disusun berdasarkan sistematika pembahasan sebagai berikut :

BAB I PENDAHULUAN

Bagian ini berisikan latar belakang, tujuan dan manfaat penulisan,

(14)

BAB II BUSUR API LISTRIK

Bagian ini memberikan penjelasan singkat mengenai pengertian busur api

listrik, bagaimana busur api listrik itu terjadi, faktor/faktor apa sajakah

yang mempengaruhi terjadinya busur api listrik, proses terjadinya busur

api pada pemutus tenaga gas SF6. Selain itu, juga dijelaskan energi panas

yang disebabkan oleh busur api listrik.

BAB III GAS SF6

Bagian ini memberikan penjelasan singkat mengenai sifat/sifat umum

dari gas SF6, bentuk molekul dari gas SF6, proses penangkapan elektron

bebas yang terdapat di dalam gas SF6, dan pengaruh panas yang

ditimbulkan busur api listrik terhadap kekuatan dielektrik dari gas SF6.

BAB IV PENGARUH BUSUR API TERHADAP KEKUATAN DIELEKTRIK

GAS SF6

Bagian ini berisikan alat/alat yang digunakan dalam melakukan

percobaan, rangkaian percobaan, prosedur percobaan, hasil pengukuran,

dan analisa data.

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

Bagian ini berisikan beberapa kesimpulan dan saran dari penulisan Tugas

(15)

, %()&) ) - -" 3) ) !")$

Bahan isolasi atau dielekrik adalah suatu bahan yang memiliki daya hantar arus

yang sangat kecil atau hampir tidak ada. Bila bahan isolasi tersebut berubah sifat

menjadi konduktif atau dengan kata lain, bahan isolasi tersebut bisa menghantarkan arus

listrik, maka bahan isolasi tersebut sudah tembus listrik (breakdown). Proses berubahnya

sifat isolator menjadi konduktif akan dijelaskan di bawah ini.

Pada Gambar 2.1, ditunjukkan dua elektroda sejajar yang dipisahkan dengan bahan

dielektrik, dimisalkan udara. Apabila elektroda dihubungkan ke sumber, maka akan

timbul medan listrik di antara kedua elektroda tersebut. Kuat medan listrik pada setiap

titik di antara kedua elektroda adalah sama.

s

(16)

Hubungan antara tegangan (V), kuat medan listrik (E) dan jarak kedua elektroda

(s) adalah:

2.1

Pada udara terdapat banyak atom/atom netral. Atom/atom netral tersebut memiliki

jumlah elektron dan proton yang sama. Elektron pada atom netral terikat dengan inti

atom netral, sehingga elektron tersebut tidak terlepas dari lintasannya. Medan listrik

yang timbul akan memberi gaya kepada elektron/elektron supaya terlepas dari ikatannya

dan menjadi elektron bebas. Dengan kata lain, medan listrik merupakan suatu beban

yang menekan dielektrik agar berubah sifat dari isolator menjadi konduktor. Setiap

dielektrik mempunyai batas kekuatan untuk memikul terpaan medan listrik.

Jika terpaan medan listrik yang dipikulnya lebih besar dari batas kekuatannya dan

terpaan berlangsung cukup lama, maka dielektrik akan menghantarkan arus listrik atau

dielektrik tersebut gagal melaksanakan fungsinya sebagai isolator. Dalam hal ini,

dielektrik disebut telah rusak atau tembus listrik (breakdown). Kekuatan dielektrik

adalah kuat medan listrik tertinggi yang dapat dipikul oleh suatu dielektrik tanpa

menyebabkan dielektrik tersebut tembus listrik (breakdown).

Setelah bahan dielektrik tersebut terjadi tembus listrik dan sumber tegangan tidak

(17)

kejadian tembus listrik tersebut akan berlanjut menjadi busur api. Jadi busur api akan

terjadi setelah ada kejadian tembus listrik yang mendahuluinya, dengan syarat :

1. Terpaan medan listrik harus lebih besar dari besar atau sama dengan kekuatan

dielektrik bahan isolasi tersebut.

2. Lama terpaan harus berlangsung lebih lama.

Jadi secara singkat, busur api dapat diartikan sebagai proses perpindahan muatan yang

terjadi di antara kedua elektroda dan yang melalui bahan dielektrik, dimana bahan

dielektrik tersebut telah berubah sifat dari isolasi menjadi konduktor.

Gambar di bawah menunjukkan busur api yang terjadi di antara dua elektroda.

Gambar 2.2. Busur Api di Antara Dua Elektroda

, #$!1"4 #$!1" #&' %*3%&'#"-0) %".#/)&5# - -" 3) ) !")$

Busur api yang terjadi tidaklah terlepas dari beberapa faktor yang

(18)

1. Beda Potensial.

2. Jarak Antar Kedua Elektroda.

3. Bentuk Permukaan Elektroda.

4. Pengaruh Benda Lain Di Antara Kedua Elektroda.

Berikut akan dijelaskan secara singkat masing/masing pengaruh busur api di atas.

, %/# 1!%& )#+

Pada awal telah dijelaskan apabila di antara kedua elektroda sejajar diberikan

sumber tegangan, maka akan timbul medan listrik di antara kedua elektroda sejajar

tersebut yang besarnya sama dengan persamaan 2.1. Medan listrik yang terjadi di antara

kedua elektroda akan menerpa bahan isolasi yang juga berada di antara kedua elektroda.

Dimana medan listrik tersebut berbanding lurus dengan tegangan, dan berbanding

terbalik dengan jarak antara kedua elektroda. Semakin besar tegangan yang diberikan di

antara kedua elektroda, maka semakin besar pula medan listrik yang timbul. Apabila

kuat medan listrik yang menerpa bahan isolasi melebihi kekuatan dielektrinya, maka

bahan isolasi tersebut akan tembus listrik yang berlanjut menjadi busur api.

, #"#$ &!#" %/-# +%$!"1/#

Seperti pada persamaan 2.1, semakin dekat jarak antara kedua elektroda, maka

(19)

yang menerpa bahan isolasi lebih besar dari kekuatan dielektrik bahan isolasi tersebut,

maka bahan isolasi akan tembus listrik yang berlanjut menjadi busur api.

, %&!-$ %"*-$##& +%$!"1/#

Bentuk permukaan dari elektroda akan mempengaruhi terjadinya busur api.

Berikut akan dijelaskan secara singkat pengaruh dari bentuk permukaan elektroda

tersebut.

Apabila di antara dua buah elektroda sejajar diberikan sumber tegangan, maka

akan timbul medan listrik di antara kedua elektroda sejajar tersebut. Garis/garis yang

menghubungkan kedua elektroda disebut garis/garis medan listrik. Garis/garis medan

listrik tersebut sering juga disebut sebagai garis/garis gaya listrik.

Gambar 2.3 berikut ini menunjukkan garis/garis medan listrik yang timbul di

antara dua elektroda plat sejajar yang dihubungkan ke sumber tegangan.

(20)

Muatan positif akan menunjukkan garis/garis gaya listrik yang mengarah keluar

dari muatan, sedangkan pada muatan negatif garis/garis gaya listrik akan mengarah ke

dalam muatan, seperti yang ditunjukkan Gambar 2.4.

+

/

(a) (b)

Gambar 2.4. Garis/Garis Gaya Listrik Pada Muatan Positif dan Negatif

Apabila muatan positif dan muatan negatif berada pada jarak tertentu, maka garis/

garis gaya listrik di antara kedua muatan tersebut seperti pada Gambar 2.5.

(21)

Apabila kedua muatan yang berdekatan adalah muatan yang sejenis, dimisalkan

muatan positif, maka garis/garis gaya listriknya seperti Gambar 2.6.

Gambar 2.6. Garis/Garis Gaya Listrik di Antara Dua Muatan Positif

Dimana jumlah garis/garis medan listrik yang menembus tegak lurus suatu bidang

didefinisikan sebagai fluks listrik dan disimbolkan dengan Φ. Persamaan untuk fluks

listrik tersebut adalah :

2.2

Keterangan :

Φ = Fluks Listrik

E = Kuat Medan Listrik

A = Luas permukaan Elektroda

Dasar dari konsep fluks listrik inilah Gauss menemukan hukumnya. Dimana

(22)

Jumlah garis garis medan listrik (fluks listrik) yang menembus suatu permukaan

tertutup sama dengan jumlah muatan listrik yang dilingkupi oleh permukaan tertutup itu

dibagi dengan permitivitas udara (ε0)

Sehingga persamaan untuk hukum Gauss tersebut adalah :

2.3

Dari Persamaan 2.2 dan 2.3 akan kita dapatkan persamaan yang baru yaitu :

2.4

Sedangkan persamaan rapat muatan listrik per satuan luas adalah :

2.5

Sehingga apabila Persamaan 2.4 dan Persamaan 2.5 disubstitusikan, akan didapat

persamaan sebagai berikut :

(23)

Dari Persamaan 2.5 dapat dilihat bahwa, apabila luas permukaan elektroda

semakin besar, maka rapat muatan listrik akan semakin kecil yang artinya rapat muatan

tersebut tidaklah terlalu rapat. Tetapi untuk luas permukaan yang runcing atau luas

permukaan yang kecil, maka rapat muatannya akan semakin besar yang artinya rapat

muatan tersebut akan semakin rapat. Sehingga dari Persamaan 2.6 dapat kita lihat,

apabila rapat muatan semakin rapat, maka medan listrik yang timbul akan semakin besar

pula, dan sebaliknya.

Oleh karena itu, untuk elektroda/elektroda yang permukaannya runcing ataupun

yang mempunyai luas permukaan yang lebih kecil, akan memiliki peluang yang lebih

besar untuk menimbulkan busur api.

, %&'#"-0 %&/# #)& ) &!#"# %/-# +%$!"1/#

Apabila di antara dua elektroda plat sejajar diberikan sumber tegangan, maka

dielektrik yang berada di antara kedua elektroda plat akan diterpa medan listrik. Jika

dimisalkan dielektrik tersebut adalah udara, maka bisa saja di antara kedua elektroda plat

tersebut terdapat suatu benda yang bersifat konduktif. Dengan demikian, antara

elektroda plat dan benda lain tersebut akan timbul medan listrik. Kuat medan listrik yang

timbul antara elektroda plat dengan benda lain tersebut relatif besar karena jarak antara

elektroda plat dengan benda lain relatif dekat, sehingga kejadian tembus listrik bisa

(24)

api yang terjadi antara elektroda plat dengan benda lain tersebut akan mempengaruhi

daerah yang belum terjadi busur api, sehingga lama kelamaan di antara kedua elektroda

plat akan terjadi busur api.

, "1 % %".#/)&5# - -" 3) #/# %*-!- %&#'# #

Pada penggunaan pertama kali, pemutus tenaga gas SF6 yang dipakai mempunyai

tekanan ganda, namun pada tahun 1965 pemutus tenaga gas SF6 bertekanan ganda ini

sudah tidak dipakai dan diganti dengan pemutus tenaga gas SF6 bertekanan tunggal.

Pada Gambar 2.7 ditunjukkan pemutus tenaga gas SF6 bertekanan tunggal.

(25)

Pada Gambar 2.8 akan ditunjukkan proses pemadaman busur api pada pemutus

tenaga gas SF6 tipe tekanan tunggal.

(a) (b)

(c) (d)

Gambar 2.8. Proses Terjadi Dan Pemadaman Busur Api Pada Pemutus Tenaga SF6

(26)

Keterangan :

Pada keadaan normal, kontak/kontak dalam keadaan terhubung, seperti

ditunjukkan pada Gambar 2.8.a. Gambar 2.8.b menunjukkan kontak/kontak pemutus

tenaga tersebut mulai terpisah, dan pada saat sudah terpisah, akan terjadi busur api di

antara kontak tetap dan kontak bergerak, seperti yang ditunjukkan pada Gambar 2.8.c.

Pada saat itu juga, gas SF6 yang berada di dalam pemutus tenaga tersebut akan di tiup ke

atas melalui penjepit kontak/kontak. Maka busur api yang terjadi akan terdorong ke atas

dan kesamping, seperti yang ditunjukkan pada Gambar 2.8.d. Sehingga busur api akan

padam.

, #&# #&' )!)* -+$#& - -" 3) ) !")$

(27)

kontak bergerak dalam keadaan tertutup. Pada saat pemutus tenaga bekerja, arus listrik

yang disalurkan dari pusat pembangkit ke beban akan mengalir melalui kontak/kontak

pemutus tenaga tersebut. Arus listrik ini disebut arus sistem. Pada keadaan tidak normal

atau saat terjadi gangguan pada sistem, pemutus tenaga akan membuka kontak/

kontaknya untuk membuka rangkaian sistem. Pada saat kontak/kontak pemutus tenaga

ini membuka, akan terjadi busur api di antara kontak/kontaknya.

Gambar 2.9 berikut menunjukkan busur api yang terjadi di antara kontak/kontak

pemutus tenaga pada saat kontak terbuka.

Gambar 2.9. Busur Api Di Antara Kedua Kontak Pemutus Tenaga

Busur api yang terjadi mempunyai nilai tahanan atau resistansi. Besarnya nilai

tahanan dari busur api tersebut adalah :

(28)

Dalam hal ini :

panas di antara sela kedua kontak pemutus tenaga.

Energi Panas yang ditimbulkan oleh busur api adalah :

! " # # $ 2.8

Dalam hal ini :

H = Energi Panas Busur Api (Joule)

I = Arus Sistem (Ampere)

R = Tahanan Busur Api (L)

t = Lama Busur Api Terjadi (Detik)

Busur api yang terjadi akan menimbulkan panas di antara sela kedua kontak/

kontak pemutus tenaga, memanaskan isolasi yang berada di antara sela kontak/kontak

(29)

, )(#! *-* #

Ada berbagai macam gas sintetis dari senyawa halogen. Salah satu jenis gas

sintetis tersebut adalah gas SF6. Untuk saat ini, gas SF6 merupakan gas sintetis dari

senyawa halogen yang perannya hampir tidak tergantikan sebagai bahan isolasi di dalam

dunia teknik tenaga listrik.Salah satu contoh penggunaan gas SF6 sebagai bahan isolasi

di dalam dunia teknik tenaga listrik adalah pada pemutus tenaga atau circuit breaker.

Senyawa gas SF6 diperoleh dari pencampuran atau direaksikan dari belerang cair

dan gas fluorida pada temperatur 300°C. Kemudian didapat senyawa gas SF6 sampai

kemurnian 99,9%.

Gas SF6 secara kimia merupakan senyawa gas yang tidak aktif, sangat stabil, tidak

mudah terbakar, tidak berkarat, tidak beracun, tidak berwarna, dan tidak berbau. Selain

sifat/sifat tersebut, gas SF6 juga memiliki beberapa keuntungan, yaitu tidak merusak

metal, plastik dan bermacam/macam material yang dipergunakan di dalam pemutus

tenaga.

Sebagai media isolasi, gas SF6 mempunyai kekuatan dielektrik yang baik, yaitu

(30)

tekanan 3 atm keadaaan absolut, kekuatan dielektrik dari gas SF6 hampir sama dengan

kekuatan dielektrik minyak.

Pada gambar di bawah ini, ditunjukkan grafik perbandingan nilai tegangan tembus

antara gas SF6 dan udara.

Gambar 3.1. Perbandingan Nilai Tegangan Tembus Antara Gas SF6 Dan Udara

Kekuatan dielektrik dari gas SF6 akan menjadi semakin tinggi jika dicampur

dengan udara ataupun gas nitrogen, bahkan untuk volume udara atau gas nitrogen yang

lebih banyak di dalam campuran tersebut.

Jika tekanan dari gas SF6 semakin tinggi, maka kekuatan dielektriknya juga akan

(31)

Gambar di bawah ini menunjukkan hubungan antara tegangan tembus gas SF6

terhadap tekanannya untuk berbagai jarak sela pada elektroda bola/bola.

Gambar 3.2. Hubungan Tekanan dan Tegangan Tembus Dari Gas SF6

Untuk mendapatkan nilai kekuatan dielektrik gas SF6 dari nilai tegangan

tembusnya, maka dipergunakan persamaan berikut :

E

max

=

% # &

3.1

Dalam hal ini :

(32)

Vt = Tegangan Tembus Media Isolasi Di Antara Elektroda Bola/Bola

d = Jarak Sela Elektroda Bola/Bola

η = Faktor Efisiensi

Faktor efisiensi merupakan fungsi dari karakteristik/karakteristik geometri

elektroda bola/bola. Karakteristik/karakteristik geometri elektroda bola/bola tersebut

adalah :

'

%()) 3.2

*

+)

3.3

Untuk elektroda bola/bola yang identik, maka nilai q sama dengan satu.

Sehingga faktor efisiensi adalah :

η = f(p,q) 3.4

Gas SF6 tepat akan tembus listrik pada saat kuat medan listrik maksimum yang

menerpanya sama dengan kekuatan dielektriknya. Sehingga dapat dinyatakan dalam

persamaan :

(33)

Dalam hal ini :

KD = Kekuatan Dielektrik

Berikut ini disajikan tabel nilai faktor efisiensi η untuk berbagai nilai karakteristik

geometri elektroda bola/bola yang identik.

Tabel 3.1. Tabel Nilai Faktor Efisiensi η

(34)

50 0,1574

Gas SF6 memiliki berat molekul sebesar 146 dan tersusun atas 22% berat belerang

dan 78% berat fluor. Gas SF6 mempunyai rapat gas sebesar 6,139 gram/liter pada suhu

20°C, dan merupakan gas terberat, yaitu lima kali lebih berat dari udara.

Bentuk molekul dari gas SF6 adalah bentuk oktahedron. Pengertian dari bentuk

oktahedron adalah suatu bentuk molekul yang terbentuk dari dua buah limas segi empat,

dengan bidang alas dari masing/masing limas segi empat tersebut saling berhimpit,

sehingga membentuk delapan bidang segitiga.

Molekul oktahedron ini terdiri dari satu atom pusat dan enam atom yang

mengelilingi atom pusatnya. Untuk gas SF6, atom pusatnya adalah atom sulfur dan enam

(35)

Gambar 3.3 berikut menunjukkan bentuk molekul dari gas SF6.

empat yang saling berhimpit, sedangkan enam atom lainnya terletak pada sudut/sudut

limas tersebut.

, "1 % #&'$#3#& +%$!"1& % # #/# #

Gas SF6 memiliki energi elektronegativitas yang tinggi. Elektronegativitas adalah

suatu sifat kimia dari sebuah atom atau molekul untuk menarik atau menyerap elektron

bebas yang berada di sekitarnya.

Jika di antara dua elektroda sejajar yang dipisahkan oleh bahan isolasi gas SF6

diberi sumber tegangan, maka akan timbul medan listrik di antara elektroda sejajar yang

(36)

tentunya elektron bebas. Elektron bebas yang terdapat di dalam gas SF6 tersebut akan

dikenai medan listrik, sehingga elektron bebas akan mengalami gaya dan menuju ke

terminal positif.

Gambar di bawah menunjukkan medan listrik yang timbul di antara dua buah

elektroda plat sejajar yang dipisahkan oleh bahan isolasi gas SF6.

Gambar 3.4. Medan Listrik Yang Timbul Di Antara Dua Elektroda

Dalam perjalanannya, elektron bebas akan mendekati molekul netral gas SF6.

Setelah elektron bebas sangat dekat dengan molekul netral gas SF6 atau hampir

membentur molekul netral gas SF6, maka molekul netral gas SF6 akan menarik atau

(37)

Gambar di bawah menunjukkan molekul netral gas SF6 yang menyerap elektron

bebas.

Gambar 3.5. Penyerapan Elektron Bebas Pada Molekul Netral

Ion negatif yang terbentuk memiliki massa yang relatif besar jika dibandingkan

dengan elektron bebas. Sehingga ion negatif ini tidak mampu untuk menimbulkan

ionisasi benturan. Semakin kecil peluang terjadinya ionisasi benturan, maka elektron

bebas yang terbentuk akan semakin sedikit juga. Maka media isolasi, dalam hal ini

adalah gas SF6, semakin sulit untuk terjadi tembus listrik. Oleh karena gas SF6

mempunyai energi elektronegativitas yang tinggi, maka gas SF6 memiliki kekuatan

dielektrik yang baik.

Meskipun gas SF6 memiliki kekuatan dielektrik yang baik dan beberapa

keunggulan, perlu diperhatikan bahwa gas SF6 juga mempunyai beberapa kekurangan,

(38)

akan dipakai melebihi 13,8 bar, maka gas SF6 harus dipanaskan terlebih dahulu. Fungsi

dari pemanasan ini adalah untuk mencegah perubahan wujud gas SF6 dari wujud gas

menjadi cair.

, %&'#"-0 #&# %"0#/#3 %$-#!#& )%+%$!")$ #

Ketika kontak/kontak pemutus tenaga membuka atau menutup, maka di antara sela

kontak tersebut akan terjadi busur api. Busur api yang terjadi akan menimbulkan panas

yang sangat tinggi, sehingga media isolasi di antara sela kontak/kontak juga akan

dikenai panas yang tinggi tersebut. Panas yang diakibatkan oleh busur api dapat

mencapai 9700°C.

Pada saat suhu panas berkisar antara 500°C, gas SF6 mulai terurai dan pada suhu

panas mencapai 2000°C, gas SF6 ini terurai secara sempurna. Proses penguraian dari gas

SF6 ini akan menghasilkan sulfur dan ion fluorin. Ketika busur api yang terjadi telah

padam, maka suhu panas akan turun. Penurunan suhu yang terjadi di dalam pemutus

tenaga akan menyebabkan timbulnya embun kelembaban. Pada saat suhu panas berkisar

antara 1000°C, maka gas SF6 yang terurai akan mulai menyatu kembali. Proses ini

disebut proses rekombinasi.

Hampir semua zat yang terurai dari gas SF6 dapat menyatu kembali, dan hanya

(39)

akan bereaksi dengan substansi lainnya yang terdapat di dalam tangki pemutus tenaga,

seperti udara, embun kelembaban yang timbul di dalam pemutus tenaga, elektroda metal

dan beberapa material padat yang terdapat di dalam pemutus tenaga.

Hasil reaksi dari zat yang tidak ikut rekombinasi dengan substansi lainnya dapat

berupa gas ataupun zat padat. Tetapi baik hasil reaksinya berupa gas maupun zat padat,

biasanya terdiri dari sulfur fluorida yang kadarnya sangat kecil dan metal fluorida,

seperti CuF2, AlF3, WF6, dan CF4.

Sulfur fluorida yang kadarnya sangat kecil adalah S2F2 dan SF4. Sulfur fluorida ini

dengan cepat bereaksi dengan embun kelembaban dan menghasilkan gas hidrogen

fluorida (HF), sulfur dioksida (SO2), dan zat oksifluorida yang lebih stabil seperti thionil

fluorida (SOF2).

Metal fluorida yang terbentuk biasanya berbentuk bubuk/bubuk berwarna abu/abu

yang menyerupai debu. Metal fluorida ini biasanya terdapat pada bagian bawah di dalam

tangki pemutus tenaga dan ada juga yang menempel pada dinding/dinding di dalam

tangki pemutus tenaga. Jika kontak/kontak pemutus tenaga yang menggunakan bahan

dari tembaga, maka metal fluorida yang terbentuk akan berbentuk bubuk/bubuk yang

berwarna putih. Apabila bubuk/bubuk putih ini dibuang ke udara luar, maka bubuk/

bubuk putih ini akan bereaksi dengan udara luar dan berubah menjadi warna biru, serta

menghasilkan garam kering. Metal fluorida yang terbentuk tersebut, baik yang berwarna

(40)

Oleh karena ada zat yang tidak ikut rekombinasi, maka massa dan volume dari gas

SF6 ini akan mengalami penurunan. Penurunan massa dan volume yang terjadi pada gas

SF6 tentunya akan mengurangi sifat listrik dari gas SF6 dan khususnya nilai kekuatan

dielektrik gas SF6. Oleh karena itu, tugas akhir ini akan meneliti berapa besar pengaruh

(41)

, *-*

Busur api yang terjadi di dalam pemutus tenaga akan mengenai media isolasi yang

terdapat di dalamnya. Dalam kasus ini, media isolasi yang dimaksud adalah gas SF6.

Busur api yang mengenai gas SF6 akan menyebabkan perubahan sifat listrik pada gas

SF6 ini terutama kekuatan dielektriknya, sehingga perlu diteliti berapa besar penurunan

kekuatan dielektrik dari gas SF6 setelah dikenai busur api.

Untuk meneliti pengaruh busur api terhadap kekuatan dielektrik gas SF6, maka

perlu dilakukan percobaan. Adapun alat/alat yang dipergunakan dalam percobaan ini

adalah :

1. Tabung gas SF6 (1 set).

Tabung gas SF6 ini memiliki diameter 22 cm dan tinggi 150 cm. Gambar 4.1

(42)

Gambar 4.1. Tabung Berisi Sampel Gas SF6

2. Trafo uji 220 V/100 kV, 5 KVA, 50 Hz (1 set).

Gambar di bawah menunjukkan trafo uji yang digunakan.

(43)

3. Voltmeter AC (1 set).

Gambar di bawah menunjukkan voltmeter yang digunakan.

Gambar 4.3. Voltmeter AC

4. Tahanan peredam (1 set).

Tahanan peredam yang digunakan sebesar 43 kL. Gambar di bawah menunjukkan

tahanan peredam yang digunakan.

(44)

5. Elektroda bola/bola (1 set).

Elektroda bola/bola yang digunakan sebanyak 2 buah dan masing/masing

berdiameter 5 cm. Gambar di bawah menunjukkan 1 set elektroda bola/bola yang

digunakan.

Gambar 4.5. Elektroda Bola/Bola

6. Wadah pengukuran gas SF6 (1 set).

Wadah pengukuran gas SF6 yang digunakan memiliki diameter 15 cm dan tinggi

80 cm. Wadah pengukuran ini juga sudah dipasang barometer yang bisa mengukur

tekanan gas sampai 5 bar. Gambar 4.6 menunjukkan wadah pengukuran yang

(45)

Gambar 4.6. Wadah Pengukuran Tegangan Tembus Sampel Gas SF6

Gambar di bawah menunjukkan rangkaian percobaannya.

(46)

, "1 %/-" %&'-.)#&

Prosedur yang dilakukan pada percobaan ini adalah :

1. Elektroda bola/bola (1 set) dimasukkan ke dalam wadah pengukuran gas SF6 dan

diatur jarak sela di antara elektroda sebesar 0,2 cm.

2. Dimasukkan sampel pertama gas SF6 dari tabung ke dalam wadah pengukuran dan

diatur tekanan gas SF6 sampai 4,9 bar.

3. Wadah pengukuran dihubungkan ke trafo uji.

4. Dinaikkan tegangan dari trafo uji sampai gas SF6 yang terdapat pada sela elektroda

bola/bola tembus listrik sampai terjadi busur api. Lama terjadinya busur api diatur

dengan timer yang mengatur waktu pemutus hubungan trafo uji dengan sumber.

Kemudian dicatat nilai tegangan tembusnya.

5. Kemudian dilakukan hal yang sama sampai gas SF6 terjadi busur api sampai 9 kali.

Setelah itu, gas SF6 yang sudah selesai diteliti, dibuang dan diisi dengan sampel kedua

gas SF6. Lakukan hal yang sama sampai sampel kelima gas SF6.

, # )+ %"61 ##&

Tabel 4.1 berikut menunjukkan hasil pengukuran tegangan tembus untuk lima

(47)
(48)

, &#+) # #!#

Setelah itu, dihitung nilai kuat medan listrik maksimum yang timbul di antara

elektroda bola/bola dengan menggunakan Persamaan 3.1. Kemudian didapat nilai

kekuatan dielektrik gas SF6 dengan menggunakan Persamaan 3.5.

Sebelum menghitung kuat medan listrik di antara elektroda bola/bola, maka

terlebih dahulu dihitung nilai faktor effiensi dari elektroda bola/bola.

(49)

/-01 2 /

/-3 2 / 0-561 2 /4 2 /

0-01

0-3 20-0784 2 /

x = 0,99392

Maka nilai faktor effisiensi untuk jarak sela bola/bola 0,2 cm adalah 0,99392

, ,# #*3%+ %"!#*#

1. Untuk nilai tegangan tembus dari gas SF6 yang masih belum terjadi busur api.

Vt = 24,6 kV

Emax = % & - -;;<; 9-: /6=-73 (> )

KD gas SF6 = Emax = /6=-73 (> )

2. Untuk nilai tegangan tembus dari gas SF6 yang sudah terjadi 1 kali busur api.

Vt = 24,2 kV

Emax = % & - -;;<; 9- /6/-71 (> )

KD gas SF6 = Emax = /6/-71 (> )

(50)

Vt = 24 kV

Emax = % & - -;;<; 9 /60-7= (> )

KD gas SF6 = Emax = /60-7= (> )

4. Untuk nilai tegangan tembus dari gas SF6 yang sudah terjadi 3 kali busur api.

Vt = 24 kV

Emax = % & - -;;<; 9 /60-7= (> )

KD gas SF6 = Emax = /60-7= (> )

5. Untuk nilai tegangan tembus dari gas SF6 yang sudah terjadi 4 kali busur api.

Vt = 23,6 kV

Emax = % & - -;;<; <-: //?-76 (> )

KD gas SF6 = Emax = //?-76 (> )

6. Untuk nilai tegangan tembus dari gas SF6 yang sudah terjadi 5 kali busur api.

Vt = 23,3 kV

(51)

KD gas SF6 = Emax = //7-6/ (> )

7. Untuk nilai tegangan tembus dari gas SF6 yang sudah terjadi 6 kali busur api.

Vt = 23 kV

Emax = % & - -;;<; < //3-70 (> )

KD gas SF6 = Emax = //3-70 (> )

8. Untuk nilai tegangan tembus dari gas SF6 yang sudah terjadi 7 kali busur api.

Vt = 22,7 kV

Emax = % & - -;;<; -@ //1-60 (> )

KD gas SF6 = Emax = //1-60 (> )

9. Untuk nilai tegangan tembus dari gas SF6 yang sudah terjadi 8 kali busur api.

Vt = 22,3 kV

Emax = % & - -;;<; -< //6-60 (> )

KD gas SF6 = Emax = //6-60 (> )

10. Untuk nilai tegangan tembus dari gas SF6 yang sudah terjadi 9 kali busur api.

Vt = 21,9 kV

(52)

KD gas SF6 = Emax = //0-/7(> )

Dengan cara yang sama, dihitung nilai kekuatan dielektrik dari sampel kedua

sampai sampel kelima gas SF6.

Sehingga nilai kekuatan dielektrik yang telah dihitung dapat dibuat dalam tabel

berikut ini.

Tabel 4.3 Nilai Kekuatan Dielektrik Gas SF6 Untuk Berbagai N Kali Busur Api

N kali

Selanjutnya dari Tabel 4.3 di atas, dihitung nilai kekuatan dielektrik rata/rata untuk

(53)

Tabel 4.4. Kekuatan Dielektrik Rata/Rata Untuk Berbagai N Kali Busur Api

N Kali Busur Api Kekuatan Dielektrik Gas SF

6 Rata/Rata (> )

Jika pemutus tenaga gas SF6 digunakan di dalam sistem yang bertegangan 150 kV,

dan apabila kontak/kontak pemutus tenaga membuka sampai 1 cm, maka batas kekuatan

dielektrik terendah yang diijinkan adalah 87 kV/cm.

Maka dari Tabel 4.4 di atas, dapat dibuat grafik untuk nilai rata/rata dari kekuatan

dielektrik gas SF6 dan grafik batas kekuatan dielektrik terendah yang diijinkan, seperti

(54)

Gambar 4.8 Grafik Nilai Kekuatan Dielektrik Rata/Rata Gas SF6 Setelah Terjadi N

Kali Busur Api.

Sehingga titik perpotongan antara grafik penurunan kekuatan dielektrik gas SF6

dengan grafik batas kekuatan dielektrik terendah gas SF6 yang diijinkan dapat dicari

dengan menggunakan persamaan sebagai berikut :

87 = /0,06x2 – 0,349x + 126,6 4.1 Disederhanakan menjadi :

0,06x2 + 0,349x – 39,6 = 0 4.2 Dengan menggunakan rumus abc, maka harga x dapat dicari.

X1,2 ABCD B B A9 E F 4.3

(55)

Dalam hal ini :

a = 0,06 ; b = 0,349 ; c = /39,6

Sehingga,

X1,2 ABCD B B A9 E F = A -<9;CD -<9; -<9; A9 - : A<;-: - : = A -<9;CG;-: .H - :

X1,2 = /2,90833 ± 25,85456

Maka, X1 = 22,94623 dan X2 = /28,76289 (tidak termasuk)

Dari nilai X yang telah didapat, apabila proses pembukaan pemutus tenaga telah

mencapai 22 kali, disarankan agar gas SF6 yang berada di dalam pemutus tenaga diganti

(56)

, % )*3-+#&

1. Busur api mempengaruhi nilai kekuatan dielektrik gas SF6, yaitu dari 126,466

kV/cm menjadi 116,81 kV/cm, untuk kejadian busur api sebanyak 9 kali.

2. Nilai kekuatan dielektrik gas SF6 lebih besar 4 kali dari nilai kekuatan dielektrik

udara (±30 kV/cm).

3. Nilai kekuatan dielektrik gas SF6 juga lebih besar dari nilai kekuatan dielektrik

minyak (±100 kV/cm).

4. Jika proses pembukaan kontak/kontak pada pemutus tenaga sudah mencapai 22

kali, maka gas SF6 yang berada di dalam pemutus tenaga tersebut sudah harus

diganti dengan gas SF6 yang baru.

5. Kecepatan putaran pada autotrafo sangat mempengaruhi nilai tegangan tembus gas

SF6.

, #"#&

(57)

2. Membuat sebuah wadah gas yang dapat menahan tekanan gas SF6 sampai 6 bar.

Agar bisa mengetahui jumlah proses pembukaan kontak/kontak pemutus tenaga

terhadap jadwal pergantian gas SF6, pada sistem yang bertegangan lebih tinggi dari

150 kV.

3. Sebaiknya pengaruh korona pada elektroda bola/bola yang dipakai, diteliti juga

pengaruhnya terhadap nilai kekuatan dielektrik gas SF6.

4. Pada penelitian yang akan datang, penulis mengharapkan ada pihak yang tertarik

untuk meneliti nilai kekuatan dielektrik dari pencampuran gas SF6 dengan gas

(58)

Gambar

Gambar 2.1. Medan Listrik di Antara Dua Elektroda
Gambar di bawah menunjukkan busur api yang terjadi di antara dua elektroda.
Gambar 2.3. Garis/Garis Medan Listrik di Antara Kedua Elektroda
Gambar 2.4. Garis/Garis Gaya Listrik Pada Muatan Positif dan Negatif
+7

Referensi

Dokumen terkait

Pengaruh heat input pada pengelasan las busur rendam atau submerged arc welding (SAW) terhadap struktutr mikro dan kekerasan sambungan las luar pipa baja API 5L-X52

PENGUJIAN KEKUATAN DIELEKTRIK (TEGANGAN TEMBUS) MINYAK ISOLASI TRANSFORMATOR MEREK GULF, SHELL DIALA B, NYNAS, DAN TOTAL SEBAGAI FUNGSI DARI KENAIKAN SUHU IV..

Untuk satu jenis variasi diameter elektroda tungsten digunakan untuk mengelas 3 material spesimen uji sehingga jumlah spesimen dengan variasi diameter tungsten tersebut adalah

Dari percobaan yang telah dilakukan yaitu dengan menyimulasikan busur api listrik dengan media saluran yang digunakan adalah kabel dan media hubung singkat yang

Laporan ini disusun untuk memenuhi syarat menyelesaikan pendidikan Diploma III pada Jurusan Teknik Elektro PrograGm Studi Teknik Listrik Politeknik

jumlah pelepasan ion nikel pada kawat Aus- tralia dan NiTi, menunjukan bahwa proses korosi terjadi lebih cepat, sehingga penurunan sifat fisik kedua kawat busur ortodontik

faktor frekuensi kereta api yang melintas dan asupan energi terhadap konsentrasi belajar adalah penelitian dilakukan selama 1 jam, dimana selama waktu tersebut peneliti

Dalam menganalisa hubungan antara kekuatan dielektrik minyak isolasi Gulf, Nynas, Shell Diala B dan Total dengan lama suhu bertahan dilakukan dengan cara menghitung nilai rata –