• Tidak ada hasil yang ditemukan

Privilese dan Marjinalitas Persoalan dal

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Privilese dan Marjinalitas Persoalan dal"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

PRIVILESE DAN

MARJINALITAS

:

Persoalan Dalam Penguasaan Sumber

Daya Alam Serta Konteks Kebijakannya

Grahat Nagara

, Fakultas Ilmu Administrasi Universitas

Indonesia / Yayasan Auriga

(2)

Potret umum (kutukan) sumber

daya alam Indonesia

Reklamasi yang berujung pada

komersialisasi pesisir

, di 19 kawasan

pesisir, 14 ribu nelayan yang meliputi 18 ribu

nelayan terusir (Kiara).

Pencurian ikan terjadi secara masif

.

(3)

Terjadi di semua jenis dan sektor

sumber daya alam

71% wilayah Kota Samarinda untuk tambang

batubara

Ruang yang berisi prasyarat kehidupan warga yakni air, lahan dan pangan warga semakin sempit, di samarinda saja ada 63 IUP yang mengkapling 50.742,76 hektar atau 71 % dari luas kota (Johansyah, Jatam Kaltim).

Ratusan lubang bekas tambang

(4)

Tata pemerintahan berubah, persoalan

masih terjadi? Apa yang sebenarnya terjadi?

Semuanya berubah

sejak masa orde baru, namun

tidak ada yang

berubah

!

(5)

Setidaknya ada 4 (empat) genre yang sering disebut

menjadi pokok persoalan pengelolaan sumber daya

alam

Masyarakat sebagai manusia entitas

hedonistik dan inferioritas warga

negara dunia ketiga.

Homo homini lupus.

Feudalisme, post-kolonialisme.

Ketidaksesuaian teori-teori

administrasi dan pengelolaan

sumber daya alam serta bagaimana

negara harus menguasainya.

Negara integralistik, birokrasi

Weberian.

Conservationism

versus

developmentalism

, komodifikasi

SDA (

timber primacy

, dll).

“Kalau kami memiliki uang

bermilyar-milyar untuk membayar sanksi, untuk

apa kami cari makan ke hutan?” –

(6)

Lemahnya pemerintah sebagai institusi

sosial untuk melaksanakan fungsinya.

Pemerintah memiliki punya segala

alat, tetapi tidak mampu menjadi

solusi. Kapasitas, konflik kepentingan,

dan formalistik.

Persoalan lintas sektoral dan rumit.

Persoalan kebijakan yang salah kaprah.

Tidak sesuai dengan kondisi dan

kebutuhan masyarakat.

Privatisasi ruang publik, dan campur

tangan urusan privat.

Distribusi pembangunan yang tidak

merata.

Sumatera Jawa Bali Nusa Tenggara Kalimantan Sulawesi Maluku Papua 0

Klaim kawasan hutan Perambahan kawasan hutan Masyarakat dengan perusahaan Antar pemegang izin Pemerintah dengan pemerintah Perusahaan dengan pemerintah

(7)

Salah satu yang tidak

berubah adalah

ketimpangan

43 ribu orang terkaya di Indonesia (1%),

menguasai 25% dari GDP (Winters,

2011).

25 taipan kuasai 31% sawit dengan luas

5 juta hektar lahan di Indonesia (TuK

Indonesia, 2015).

128 juta hektar kawasan hutan yang

tumpang tindih dengan 33 ribu desa,

dibebankan kepada konsesi

pengusahaan hutan skala besar seluas

45 juta hektar – hutan menjadi ruang

konflik (KLHK, 2014).

(8)

Proses penguasaan dan pengelolaan SDA

yang membangun

marjinalitas

dan

privilese!

Konsesi untuk mengakses

SDA

Produksi dan pengolahan

Mendapatkan porsi

terbesar dari rente

ekonomi terbesar.

Penguasaan struktur

ekonomi dan politik

(hukum) (

too big to

fail

).

Konsentrasi kekayaan

melalui subsidi.

Marjinalitas

Menanggung

eksternalitas.

Alienasi dari sumber

daya yang menjadi

ruang hidup.

Terbatasnya akses

terhadap

legal

security

atas tenurial

dan sumber daya

alam.

Eksternalitas tidak masuk biaya

eksploitasi

Moral hazzard, pasar yang tidak sehat,

konsentrasi kekayaan

Pemutusan akses terhadap sumber daya alam yang

bersifat publik (alienasi, overkriminalisasi,

dll)

(9)

Siapa yang mendapat

privilese

dan

siapa yang menjadi

marjinal

?

Perikanan. Pengesahan rencana tata ruang

wilayah/zona perikanan tidak terbuka kepada publik.

Kehutanan. Perencanaan hutan dilakukan tanpa

melibatkan masyarakat (PP 44/2004).

Perikanan. Alokasi ruang untuk reklamasi

menghalangi hak masyarakat untuk mengakses pesisir.

Kehutanan. Akses hanya untuk kebutuhan subsisten dan di luar hutan lindung (UU 18/2013). Alokasi wilayah kelola rakyat harus

berdasarkan mekanisme perhutanan sosial, tanpa pengakuan hak atas tanah.

Lahan budidaya. Perubahan tata ruang lebih banyak berdasarkan masukan untuk usaha skala besar, bukan didasarkan kebutuhan riil masyarakat.

Kehutanan. Administrasi perencanaan hutan dianggap dilakukan hanya untuk hutan negara, sehingga hasilnnya

hanya untuk dimanfaatkan pemegang konsesi (Put. MK 35/2012).

Perikanan. Kegiatan reklamasi tidak hanya untuk perbaikan daerah pesisir tetapi juga peralihan kuasa atas ruang-ruang pesisir.

Kehutanan. Akses untuk pemegang izin tanpa ada batasan luas dengan waktu hingga 100 tahun, di dalam seluruh kawasan hutan - dianggap hutan negara (PP 44/2004, PP 6/2007 jo. PP 3/2008).

Perencanaan

dan

penguasaan

(10)

Kehutanan. Tidak ada kompensasi kepada masyarakat atas lahan, sumber penghidupan, maupun potensi bencana yang terjadi (Psl. 68 (4) hanya menyebutkan ketika hilangnya akses).

Kehutanan. Pasar domestik lebih banyak terkonsolidasi untuk pulp. Kayu mahal dijual untuk dijadikan pulp

dengan harga yang rendah.

Kehutanan. Penggantian atas ekonomi hutan yang hilang hanya terhadap nilai intrinsik kayu (UU 41/1999).

Perikanan. Pengaturan formulasi PNBP perikanan rentan untuk diakali dengan memanipulasi data

sebenarnya tentang produktivitas kapal (PP 19/2006).

Kehutanan. Vertikal integrasi dari hulu sampai ke hilir tanpa

pembatasan.

Infrastruktur. Rencana pembangunan infrastruktur

didasarkan pada alat-alat produksi usaha skala besar (mis. MP3EI).

Produksi dan

beban

sosial-lingkungannya

(11)

Perikanan. Pembatasan tata cara penangkapan, tidak dikelola untuk

diarahkan pada kapal skala besar terlebih dahulu.

Kehutanan. Kriminalisasi terhadap masyarakat yang hidup di dalam hutan

kenyataannya tidak memperhatikan

pengecualian subsisten (Psl. 4 UU 18/2013).

Perikanan. 1) Insentif untuk

membiarkan manipulasi data hasil tangkapan ikan, karena pemerintah hanya menilai PNBP berdasarkan perkiraan pra penangkapan. 2) Masuk ke dalam sektor yang dapat dimintakan keringanan pajak (tax allowance).

Kehutanan. Manipulasi data produksi kayu, pemerintah tidak memiliki satu pun data pembanding yang kredibel untuk memverifikasi data produksi yang dihasilkan

pemegang konsesi (PP 6/2007 jo. PP 3/2008 dan PP 10/2010 jo. PP

60/2012).

Kehutanan. Meskipun pasalnya tersedia, pelanggaran pasal

perusakan hutan oleh pemegang konsesi jarang diberlakukan (Psl. 50 ayat (2) UU 41/1999).

Pembagian

hasil dengan

(12)

Bagaimana menjembatani

(level the playing field)

yang marjinal dengan

yang mendapat privilese?

Bagaimana mendorong akses publik yang

lebih luas dan adil terhadap penguasaan

sumber daya alam (??)

Bagaimana mendorong akuntabilitas dan

partisipasi publik yang lebih efektif (??)

Bagaimana kebijakan nasional menyediakan

safeguard

bagi masyarakat akibat dari

dorongan marjinalisasi oleh struktur ekonomi

lintas nasional (??)

Posisi pembenahan kebijakan inisiatif

(13)

Referensi

Dokumen terkait

URUS SETIA KURSUS Puan Rohana binti Ngah 019-988 2452

9 Pengurus kopma memiliki tanggung jawab yang tinggi terlihat dari pengelolaan dana yang baik dan selalu memperhatikan prinsip kehati hatian. 10 Pengurus kopma memiliki

Usulan pengabdian masyarakat hibah kompetisi sebanyak 3 (tiga) eksemplar (hardcopy) dan 1 softcopy format Pdf dalam bentuk CD, dikirim ke LP3M STIKES 'Aisyiyah Yogyakarta

Menimbang, bahwa posita gugatan Pembanding dengan dihubungkan petitum gugatan Pembanding, Majelis Hakim Tingkat Banding berpendapat bahwa gugatan Pembanding secara

Penelitian hukum normatif terhadap konsep yang berhubungan dengan keadilan dalam perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup menurut Undang-Undang Nomor 32 tahun

Analisis klasifikasi pada data kredit Koperasi X telah berhasil dilakukan dengan tahapan penyiapkan data, pengumpulan data, preprocessing yang terdiri dari data

Pasal 17.. 4) Menciptakan keamanan dan estetika (kebersihan dan kerapihan) tempat dan lingkungan hunian. 5) Apabila meninggalkan tempat, listrik sebaiknya

Sample yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari 3 kelompok ukuran tubuh, pada kisaran panjang baku tubuh 10, 15, dan 20 cm.. Analisis morfometri (Tabel 4.1) menunjukkan bahwa