BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Di awali era 90-an saat itu muncul bank syariah muamalat. Kemudian
belakangan era tahun 2000-an tiba-tiba menjadi tren, semua bank konvensional
juga membuka bank syariah. Secara umum perbankan adalah lembaga yang
melaksanakan tiga fungsi utama, yaitu penghimpun dana, penyedia dana, dan
memberikan jasa bagi kelancaran lalu lintas dan peredaran uang.1 bank sendiri
adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk
simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan atau
bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak.2
Perbankan syariah sebagai lembaga dengan aransemen profit and loss
sharing dimana dalam semua aktivitasnya harus mentaati hukum syariah, maka
penerapan good corporate governance di lembaga perbankan syariah menjadi
sebuah keniscayaan yang tak terbantahkan. Bahkan bank-bank syariah harus
tampil sebagai pionir terdepan dalam mengimplementasikan good corporate
governance tersebut.3 di samping itu, implementasi good corporate governance
pada lembaga perbankan khususnya perbankan syariah menjadi sebuah keharusan
karena aset fisik dari bank adalah nasabahnya, sehingga bank harus menjaga
kepercayaan nasabahnya bahwa dana yang tersimpan akan dikelola dengan baik
dan aman.
1 Karim Adiwarman, Bank Islam: Analisis Fiqih dan Keuangan (Jakarata : PT Raja Grafindo Persada, 2004), 18.
2 UU RI NO.21 Tahun 2008 Tentang Perbankan Syariah Bab 1 Pasal 1.
Menurut (PBI NO. 11/ 33 /PBI/2009) tentang pelaksanaan good corporate
governance bagi bank umum syariah dan unit usaha syariah. Good corporate
governance, yang selanjutnya disebut GCG, adalah suatu tata kelola bank yang
menerapkan prinsip-prinsip keterbukaan (transparency), akuntabilitas
(accountability), pertanggungjawaban (responsibility), profesional (professional),
dan kewajaran (fairness). Good corporate governance (GCG) pertama kali
dikenalkan di indonesia oleh IMF (International Monetary Funds) dalam rangka
pemulihan ekonomi pasca krisis.4 Krisis yang melanda Asia timur pada waktu itu
juga berdampak besar pada indonesia, salah satu penyebabnya adalah tidak
adanya good corporate governance di dalam pengelolaan perusahaan, dalam
kajian yang dilakukan oleh Booz-Allen & Hamilton pada tahun 1998, index good
corporate governance indonesia adalah yang paling rendah, dibandingkan dengan
negara lain di kawasan tersebut. Kajian tersebut didukung oleh penelitian yang
dilakukan oleh Mc Kinsey tahun 1999 yang meneliti tentang praktek good
corporate governance (GCG) pada perusahaan-perusahaan di Indonesia.5
Penerapan good corporate governance (GCG) di Indonesia diawali saat
terbentuknya Komite Nasional bagi Pengelolaan Perusahaan yang Baik (KNPPB)
pada tanggal 19 agustus 1999 yang dibentuk sesuai SK Menko Ekuin Nomor
Kep-10/M.EKUIN/08/1999. Komite tersebut bertugas merumuskan kebijakan nasional
mengenai pengelolaan perusahaan yang baik bagi dunia usaha di Indonesia. Pada
tanggal 20 November 2000 KNPPB mengeluarkan pedoman GCG setelah
melakukan lokakarya yang melibatkan masyarakat luas.6 Dalam praktik lembaga
4 Muh. Arief Effendi, The Power of Good Corporate Governance, Teori dan Implementasi
(Jakarta : Salemba Empat, 2009), 7.
keuangan prinsip good corporate governance sudah dikenal di dunia perbankan.7
Hal ini dapat terlihat dalam pedoman good corporate governance perbankan
indonesia yang dikeluarkan oleh komite nasional kebijakan corporate governance
pada Januari 2004, Surat Edaran Bank Indonesia perihal pelaksanaan good
corporate governance bagi Bank Umum No. 9/12/DPNP tanggal 30 Mei 20078
yang menetapkan Peraturan Bank Indonesia Nomor 8/4/PBI/2006 tanggal 30
Januari 2006 tentang pelaksanaan good corporate governance bagi Bank Umum
dan Peraturan Bank Indonesia Nomor 8/14/PBI/2006 tanggal 5 Oktober 2006
tentang Perubahan atas Peraturan Bank Indonesia Nomor 8/4/PBI/2006 tentang
pelaksanaan good corporate governance bagi Bank Umum, serta Peraturan Bank
Indonesia Nomor 11/33/PBI/2009 Tanggal 29 Januari 2009 tentang pelaksanaan
good corporate governance bagi bank umum syariah dan unit usaha syariah yang
kemudian diatur dalam Surat Edaran Nomor 12/13/Dpbs tanggal 30 April 2010
perihal pelaksanaan GCG pada Bank Umum Syariah dan Unit Usaha Syariah .9
Oleh karena itu sejak diberlakukanya surat edaran perihal penerapan good
corporate governance (GCG) bank wajib menyampaikan laporan self assesment
atas penerapan gcg kepada bank indonesia setiap 3 bulan setelah berakhirnya
tahun penilaian (akhir maret). Penilaian faktor laporan pelaksanaan GCG
meliputi: pelaksanaan tugas dan tanggung jawab Dewan Komisaris, Direksi,
Dewan Pengawas Syariah, melaporkan kelengkapan dan pelaksanaan tugas
Komite, pelaksanaan prinsip syariah dalam kegiatan penghimpunan dana dan
7 Abdul Ghafur Anshori, Penerapan Prinsip Syariah Dalam Lembaga Keuangan Lembaga Pembiayaan dan Perusahaan Pembiayaan (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2008), 209.
8Surat Edaran Bank Indonesia perihal pelaksanaan good corporate governance bagi Bank Umum Database on-line. Available from Otoritas Jasa Keuangan, Item, 1533 Accessed
http://www.ojk.go.id/dl.php?i= 1533 22 March 2014.
penyaluran dana serta pelayanan jasa, penanganan benturan kepentingan,
penerapan fungsi kepatuhan Bank, fungsi audit intern dan audit ekstern,
melaporkan batas maksimum penyaluran dana dan transparansi atas kondisi
keuangan dan non keuangan, pelaksanaan GCG dan pelaporan internal.
Kinerja suatu bank sangat erat hubungannya dengan peran dan fungsi
manajemen dari bank tersebut. Keberhasilan suatu bank untuk dapat
menghasilkan suatu keuntungan merupakan suatu prestasi yang dilakukan oleh
pihak manajemen dalam mengelola banknya secara baik dan benar.10 Dengan
demikian maju atau sehat tidaknya kegiatan operasional suatu bank sangat
tergantung dengan kemampuan dari manajemen tersebut mengelola banknya
masing-masing.
Berikut ini tabel yang menggambarkan perkembangan rasio keuangan bank
syariah sebelum penerapan good corporate governance (GCG) yang sesuai
dengan (Peraturan Bank Indonesia Nomor 11/33/PBI/2009), dari tahun 2007
sampai dengan tahun 2009 :
Tabel No. 1. Rasio Keuangan
Rasio Keuangan Bank Umum Syariah dan Unit Usaha Syariah
Rasio 2007 2008 2009
1 CAR 1) 10.67% 12.81% 10.77%
2 ROA 2.07% 1.42% 1.48%
3 ROE 1) 40.38% 38.79% 26.09%
4 FDR 99.76% 103.65% 89.70%
1) Hanya data Bank Umum Syariah Sumber : Bank Indonesia
Perkembangan rasio keuangan dari tahun ke tahun menunjukkan bagaimana
kinerja/prestasi perusahaan yang dihitung dari laporan keuangan secara
keseluruhan sesuai ketentuan yang berlaku sebagai bahan evaluasi kebijakan
manajemen. Kinerja keuangan adalah gambaran tentang setiap hasil ekonomi
yang mampu diraih oleh perusahaan perbankan pada saat periode tertentu
melalui aktivitas-aktivitas perusahaan untuk menghasilkan keuntungan secara
efesien dan efektif, yang dapat diukur perkembangannya dengan mengadakan
analisis terhadap terhadap data-data keuangan yang tercermin dalam laporan
keuangan. Kinerja perusahaan dapat diukur dari laporan keuangan yang
dikeluarkan secara periodik.11
Laporan keuangan adalah laporan yang menunjukkan kondisi keuangan
perusahaan pada saat ini atau dalam suatu periode tertentu.12 Alat yang biasa
digunakan untuk mengetahui kinerja tersebut adalah dengan menggunakan
analisis rasio, analisis yang digunakan yaitu rasio likuiditas, solvabilitas,
rentabilitas, dan operasi/efisiensi usaha. Analisis rasio ini merupakan teknik
analisis untuk mengetahui hubungan antara pos-pos tertentu dalam neraca maupun
laporan rugi laba bank secara individual maupun secara bersama-sama13. Aspek
likuiditas yang dipakai dalam rasio perbankan dapat diketahui dengan menghitung
quick ratio, banking ratio, dan loan to asset ratio (LAR). Rasio keuangan untuk
mengukur solvabilitas bank dapat diketahui dengan menghitung capital adequacy
ratio (CAR), primary ratio, dan capital ratio.14
11 Sutrisno, Manajemn Keuangan Teori Konsep dan Aplikasi (Yogyakarta : Ekosiana, 2009), 212.
Melalui laporan tersebutlah stakeholders dapat mengetahui kondisi suatu
perusahaan dalam periode tertentu dan dengan demikian pengukuran kinerja
keuangan dari laporan keuangan dapat digunakan sebagai alat ukur pertumbuhan
kekayaan pemegang saham.
Titik masalah pada penelitian ini adalah sampai sejauh mana pengaruh
implementasi good corporate governance (GCG) menjadi jaminan terhadap
baiknya kinerja keuangan perbankan dilihat dari laporan keuangan bank yang
merupakan bagian dari kinerja bank dengan menggunakan analisis rasio
keuangan.
Berdasarkan pemaparan di atas, maka penulis tertarik untuk menganalisis
kinerja keuangan bank syariah yang dituangkan dalam bentuk skripsi dengan
judul “ANALISIS PERBANDINGAN KINERJA KEUANGAN BANK
SYARIAH SEBELUM DAN SESUDAH PENERAPAN GOOD CORPORATE GOVERNANCE (GCG) DILIHAT DARI RASIO LIKUIDITAS DAN SOLVABILITAS ”.
B. Perumusan Masalah
1. Identifikasi Masalah 1) Wilayah Penelitian
Penelitian ini masuk dalam wilayah kajian akuntansi manajemen,
khususnya mengenai Akuntansi Lembaga Keuangan Syariah.
2) Pendekatan Penelitian
Pada penelitian ini menggunakan pendekatan empirik dengan
melakukan studi dari data masing-masing bank yang didapatkan
3) Jenis Masalah
Jenis masalah dalam penelitian ini adalah adakah perbedaan kinerja
keuangan perbankan syariah sebelum dan sesudah penerapan Good
Corporate Governance yang sesuai dengan (Peraturan Bank Indonesia
Nomor 11/33/PBI/2009)dilihat dari Rasio Likuiditas dan Solvabilitas.
2. Batasan Masalah
Untuk memfokuskan masalah penelitian, perlu dibatasi dalam
penelitian ini untuk menghindari kesalahpahaman dan luasnya masalah
yang akan dibahas, maka penulis akan membatasi masalah pemilihan Bank
syariah dalam penelitian ini adalah Bank Muamalat Indonesia (BMI),
Bank Syariah Mandiri (BSM), dan Bank Syariah Mega Indonesia (BSMI).
Data yang digunakan untuk mengukur kinerja bank adalah laporan
tahunan bank (neraca dan laporan rugi-laba) periode 2007-2012. Data dari
masing-masing bank didapatkan melalui publikasi di internet sebelum dan
sesudah penerapan Good Corporate Governance yang sesuai dengan
(Peraturan Bank Indonesia Nomor 11/33/PBI/2009) dilihat dari Rasio
Likuiditas dan Solvabilitas.
3. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang masalah tersebut, maka yang
menjadi permasalahan dalam penelitian ini adalah :
1) Apakah terdapat perbedaan kinerja keuangan Bank Syariah sebelum dan sesudah penerapan Good Corporate Governance dilihat dari
2) Apakah terdapat perbedaan kinerja keuangan Bank Syariah sebelum dan sesudah penerapan Good Corporate Governance dilihat dari Rasio
Solvabilitas yang dihitung dengan CAR?
C. Tujuan Penelitian dan Kegunaan Penelitian 1. Tujuan Penelitian
Tujuan yang hendak dicapai dalam kegiatan penelitian ini antara lain :
1) Untuk mengetahui perbedaan kinerja keuangan Bank Syariah sebelum
dan sesudah penerapan Good Corporate Governance dilihat dari Rasio
likuiditas yang dihitung dengan FDR.
2) Untuk mengetahui perbedaan kinerja keuangan Bank Syariah sebelum
dan sesudah penerapan Good Corporate Governance dilihat dari Rasio
Solvabilitas yang dihitung dengan CAR.
2. Kegunaan Penelitian 1) Bagi Penulis
Dengan melakukan penelitian ini penulis memperoleh pengalaman dan
ilmu pengetahuan baru mengenai perbankan syariah.
2) Bagi Dunia Perbankan
Untuk memberikan masukan yang berguna agar lebih meningkatkan
kinerja bank dengan mengembangkan industri perbankan Indonesia.
3) Bagi Akademis
Dapat digunakan sebagai bahan informasi atau dapat dipakai sebagai
data sekunder dan sebagai bahan sumbangan pemikiran tentang peran
dan fungsi manajemen keuangan, khususnya dalam salah satu fungsi
D. Penelitian Terdahulu
Beberapa studi yang berhubungan dengan penelitian good corporate
governance, kinerja keuangan perbankan maupun lembaga keuangan lain dengan
menggunakan indikator analis rasio keuangan antara lain :
1. Meita Puspitasari tahun 2012, melakukan penelitian dengan menganalisis
kinerja keuangan dan efisiensi Intermediasi bank umum konvensional dan bank
umum syariah tahun 2006-2011. Kriteria yang digunakan dalam penelitian itu
adalah Capital Adequacy Ratio (CAR), Loan to Deposit Ratio (LDR) dan
Financing to Deposit Ratio (FDR), Non Performing Loan (NPL) dan Non
Performing Financing (NPF), Return on Asset (ROA), dan rasio Biaya
Operasional terhadap Pendapatan Operasional (BOPO). Selain menggunakan
rasio keuangan, pengukuran efisiensi perbankan dilakukan dengan metode
statistik non parametrik yaitu Data Envelopment Analysis (DEA). Hasil dari
penelitian tersebut menunjukkan bahwa rasio CAR BUS dan BUK berada di
atas ketentuan Bank Indonesia (8%) artinya BUK dan BUS berada pada posisi
yang baik dalam memenuhi kecukupan modal.15
2. Rahma Ukhti tahun 2011 meneliti tentang perbandingan kinerja antara bank
syariah dan bank konvensional dengan menggunakan rasio camels (studi
empiris pada perusahaan perbankan yang terdaftar di bank indonesia). Dengan
secara keseluruhan perbankan syariah memiliki kinerja (CAR, NPL, ROA,
ROE, BOPO, LDR, dan PDN) lebih baik dibanding dengan perbankan
konvensional.16
15 Meita Puspitasari, Analisis Kinerja Keuangan dan Efisiensi Intermediasi Bank Umum Konvensional Dan Bank Umum Syariah. 13 february 2014. Database on-line. Available from IPB Scientific Repository, Item 60759. http://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/60759. Accessed 21 March 2014.
3. Jemmima vinisea tahun 2011 meneliti bagaimana perbandingan antara kinerja
keuangan sebelum dan sesudah penerapan gcg pada perusahaan perbankan
yang go public. Pengukuran kinerja keuangan dilakukan dengan salah satu
rasio keuangan, rasio kecukupan modal. Penelitian ini memfokuskan pada
perusahaan perbankan yang listing di bursa efek indonesia selama periode
2001-2006. Metode yang digunakan adalah metode purposive random
sampling dan mendapatkan 10 perusahaan perbankan sesuai dengan kriteria
selama periode tiga tahun sebelum dan tiga tahun sesudah penerapan good
corporate governance. Penelitian ini menggunakan metode analisis statistik uji
normalitas kolmogorov-smirnov dan uji hipotesis dua sample berpasangan.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan kinerja keuangan
yang signifikan sebelum dan sesudah penerapan good corporate governance di
perusahaan perbankan yang telah go public.17
4. Aditya Mahendradata 2012 melakukan penelitian implementasi good
corporate governance dalam meningkat kinerja perusahaan, studi kasus pada
PT. Asuransi Jiwasraya (persero) cabang Bojonegoro, menggunakan
pendekatan profitabilitas ROA. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa
good corporate governance yang diukur dengan ROA tidak pengaruh yang
signifikan terhadap kinerja perusahaan.18
17 Jemmima Vinisea, Perbandingan Kinerja Keuangan Sebelum dan Sesudah Penerapan Good Corporate Governance di Perusahaan Perbankan yang Telah Go Public. 26 juli 2013. Database on-line. Available from USU Institutional Repository, Item 26406. http://repository.usu.ac.id /handle/123456789/26406. Accessed 22 March 2014.
5. Rizqa Zharqiah pada tahun 2012 juga melakukan penelitian Pengaruh Kinerja
Perusahaan Terhadap good corporate governance Studi Pada Pt.Bank Mandiri
(Persero), Tbk, kinerja perusahaan diukur dengan rasio Return On Assets
(ROA), Return On Equity (ROE), Net Profit Margin (NPM), dan Tobin’s Q.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa masing-masing variabel ROA, ROE,
NPM dan Tobins’Q berpengaruh positif dan signifikan terhadap GCG.19 Tabel 2 rasio CAR BUS dan BUK berada di atas ketentuan Bank Indonesia (8%) artinya BUK dan BUS berada pada posisi yang baik dalam memenuhi kecukupan modal.
Secara keseluruhan perbankan syariah memiliki kinerja (CAR,
Menyimpulkan bahwa Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan kinerja keuangan yang signifikan sebelum dan sesudah penerapan Good Corporate Governance di perusahaan perbankan yang telah go public.
4. Aditya berpengaruh signifikan dengan tahun sebelumnya.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa masing-masing variabel ROA, ROE, NPM dan Tobins’Q berpengaruh positif dan signifikan terhadap GCG.
E. Kerangka Pemikiran
Dengan adanya Peraturan Perbankan Indonesia (PBI) tersebut diharapkan
perbankan syariah menunjukkan tanggung jawabnya kepada publik terkait dengan
kegiatan operasional bank syariah yang diharapkan mematuhi ketentuan syariah.
Penerapan good corporate governance diharapkan dapat meningkatkan kinerja
keuangan, mengurangi risiko akibat tindakan pengelolaan yang cenderung
menguntungkan sendiri. Menurut Achmad Daniri bahwa esensi dari GCG ini
secara ekonomis akan menjaga kelangsungan usaha, baik profitabilitasnya
maupun pertumbuhannya.20
Laporan keuangan pada dasarnya adalah hasil akhir proses akuntansi yang
meliputi dua laporan utama yakni neraca, dan laporan rugi-laba yang
memperlihatkan informasi keuangan suatu perusahaan kepada pihak yang
berkepentingan sebagai bahan pertimbangan dalam mengambil keputusan.21
20 Cahyani, Nuswandari, Pengaruh Corporate Governance Perception Index Terhadap Kinerja Perusahaan Pada Perusahaan Yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia, Jurnal Bisnis dan Ekonomi (JBE), Vol. 2:16. September 2009, Database on-line. Available from Stikubank
University Journal, Item 316.
http://www.unisbank.ac.id/ojs/index.php/fe3/article/download/316/20. Accessed 10 September 2014.
Dalam penelitian ini penulis menggunakan rasio keuangan untuk mengukur
kinerja keuangan bank syariah sebelum dan sesudah penerapan good corporate
governance yang sesuai dengan (Peraturan Bank Indonesia Nomor
11/33/PBI/2009). Kerangka Pemikiran penelitian ini dimulai dari rasio likuiditas
dihitung dengan (FDR), dan rasio solvabilitas dihitung dengan (CAR).
Rasio dalam arti standar laporan keuangan adalah angka yang menunjukkan
hubungan antara satu unsur dengan unsur lainnya dalam laporan keuangan.22
Rasio likuiditas merupakan rasio untuk mengukur kemampuan bank dalam
memenuhi kewajiban jangka pendeknya pada saat ditagih.23 Dengan kata lain
dapat membayar kembali pencairan dana deposannya pada saat ditagih serta dapat
mencukupi permintaan kredit yang telah diajukan. Semakin besar rasio ini maka
semakin likuid kondisi keuangan bank. Untuk mengukur kondisi rasio likuiditas
bank syariah, penulis menggunakan rumus Financing to Deposit Ratio (FDR).
Maksud dari rumus ini yaitu untuk mengetahui jumlah pembiayaan yang
diberikan dibandingkan dengan jumlah dana pihak ketiga yang berhasil dihimpun
oleh bank. Semakin tinggi tingkat rasio, menunjukkan semakin rendahnya tingkat
likuiditas bank.
Rasio solvabilitas adalah rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan
bank dalam mencari sumber dana untuk membiayai kegiatannya. Bisa juga
dikatakan rasio ini merupakan alat ukur untuk melihat kekayaan bank dan untuk
melihat efisiensi bagi pihak manajemen bank tersebut.24 Untuk mengukur kondisi
rasio solvabilitas bank syariah, penulis menggunakan rumus Capital Adequacy
Ratio (CAR). Maksud dari rumus ini yaitu untuk mengukur kemampuan
permodalan yang ada di suatu bank untuk menutup kemungkinan kerugian di
dalam perkreditan dan perdagangan surat-surat berharga.
Berdasarkan latar belakang masalah dan penjelasan kerangka pemikiran
diatas maka digambarkan skema sebagai berikut :
Kinerja Keuangan Bank
Syariah
Laporan Keuangan Bank
Syariah
Sebelum penerapan GCG
& Sesudah penerapan GCG Rasio Likuiditas
F. Sistematika Penulisan
Untuk memperoleh gambaran yang utuh mengenai penulisan skripsi ini,
maka dalam penulisannya akan dibagi menjadi lima bab, dengan rincian sebagai
berikut:
BAB I pada bab ini memuat latar belakang masalah, identifikasi masalah,
pembatasan masalah, perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian,
penelitian terdahulu, kerangka pemikiran, dan sistematika penulisan.
BAB II pada bab ini akan diuraikan mengenai tinjauan teori dan konsep
terkait penulisan yang disajikan dalam penelitian ini.
BAB III pada bab ini menguraikan ruang lingkup penelitian, pemilihan
sampel, metode pengumpulan data, metode analisis, dan operasional variabel
penelitian.
BAB IV tentang hasil penelitian bab ini berisi mengenai analisis data serta
pembahasan mengenai permasalahan dalam penelitian skripsi ini.
BAB V penutup merupakan bab terakhir dari skripsi ini. Pada bab ini akan
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Bank Syariah
1. Pengertian Bank Syariah
Bank berasal dari kata banque (bahasa perancis) dari banco (Bahasa
Italia), yang berarti peti atau lemari atau bangku yang fungsinya sebagai
tempat menyimpan benda-benda berharga, seperti peti emas, peti berlian, peti
uang dan sebagainya.25 Dalam pasal 1 Undang-Undang No.10 tahun 1998
menyatakan bahwa “Bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari
masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat
dalam bentuk kredit atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan
taraf hidup rakyat banyak”.26 Sedangkan pengertian bank menurut Al Qur’an
yaitu sesuatu yang memiliki unsur-unsur seperti struktur, manajemen, fungsi,
hak dan kewajiban seperti zakat, shodaqoh, ghanimah (rampasan perang),
jual-beli, utang dagang, harta yang dimana mempunyai fungsi yang
dilaksanakan oleh peran tertentu dalam kegiatan ekonomi.27
Pengertian bank syariah sendiri Menurut UU No 21 Tahun 2008
tentang perbankan syariah, bank syariah adalah bank yang menjalankan
kegiatan usahanya berdasarkan prinsip-prinsip syariah dan menurut jenisnya
terdiri dari bank umum syariah, unit usaha syariah, dan bank pembiayaan
syariah.28
25 Heri Sudarsono, Bank Dan Lembaga Keuangan Syariah (Yogyakarta: Ekonisia, 2008), 27
26 Undang-Undang RI No. 10 Tahun 1998 Tentang Perubahan UU No. 7 Tahun 1992 Tentang Perbankan.
27 M. Sholahuddin, Lembaga Ekonomi dan Keuangan Lain (Surakarta: Muhammadiyah University Press, 2006), 13.
Ismail berpendapat bank syariah, adalah bank yang beroperasi dengan
tidak mengandalkan pada bunga yang tata cara beroperasinya mengacu kepada
ketentuan-ketentuan al-qur’an dan al-hadits.29 Sedangkan menurut muhammad
bank syariah adalah bank yang aktivitasnya meninggalkan masalah riba30
Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa bank syariah adalah
lembaga keuangan yang beroperasi dengan tidak mengandalkan pada bunga,
yang usaha pokok pengoperasiannya sesuai dengan prinsip syariah.
2. Landasan Hukum Bank Syariah
Adapun dalil dalam Al Qur’an yang melandasi berdirinya bank Syariah
atas larangan riba dalam berbagai bentuk transaksi tidak diturunkan sekaligus,
melainkan dalam empat tahap31, yaitu:
Tahap pertama, menolak anggapan bahwa pinjaman riba yang pada
ahirnya seolah-olah menolong mereka yang memerlukan sebagai suatu
ẓ
perbuatan mendekati atau taqarrub kepada Allah SWT.
Artinya:“Dan sesuatu Riba (tambahan) yang kamu berikan agar Dia bertambah pada harta manusia, Maka Riba itu tidak menambah pada sisi Allah. dan apa yang kamu berikan berupa zakat yang kamu maksudkan untuk mencapai keridhaan Allah, Maka (yang berbuat demikian) itulah orang-orang yang melipat gandakan (pahalanya).” ( Q.S. Ar Rum : 39)
29 Ismail, Perbankan Syariah (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2011), 32.
Tahap kedua, riba digambarkan sebagai sesuatu yang buruk. Allah SWT Dihalalkan bagi mereka, dan karena mereka banyak menghalangi (manusia) dari jalan Allah, dan disebabkan mereka memakan riba, Padahal Sesungguhnya mereka telah dilarang daripadanya, dan karena mereka memakan harta benda orang dengan jalan yang batil. Kami telah menyediakan untuk orangorang yang kafir di antara mereka itu siksa yang pedih.” (Q.S. An Nisa’ : 160-161)
Tahap ketiga, riba diharamkan dengan dikaitkan kepada suatu tambahan
yang berlipat ganda. Para ahli tafsir berpendapat, bahwa pengambilan bunga
dengan tingkat yang cukup tinggi merupakan fenomena yang banyak
dipraktekkan pada masa tersebut.33 Allah berfirman:
Artinya:“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu memakan Riba dengan berlipat ganda dan bertakwalah kamu kepada Allah supaya kamu mendapat keberuntungan.” ( Q.S. Ali Imron : 130).
Tahap akhir, Allah SWT dengan jelas dan tegas mengharamkan apapun
jenis tambahan yang diambil dari pinjaman. Ini adalah ayat terakhir yang
diturunkan menyangkut riba.34
Artinya:“Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan tinggalkan sisa Riba (yang belum dipungut) jika kamu orangorang yang beriman. Maka jika kamu tidak mengerjakan (meninggalkan sisa riba), Maka ketahuilah, bahwa Allah dan Rasul-Nya akan memerangimu. dan jika kamu bertaubat (dari pengambilan riba), Maka bagimu pokok hartamu; kamu tidak Menganiaya dan tidak (pula) dianiaya.” ( Q.S Al Baqarah : 278-279).
A. Kinerja Keuangan
1. pengertian Kinerja Keuangan
Menurut jumingan kinerja keuangan adalah gambaran kondisi
keuangan perusahaan pada suatu periode tertentu baik menyangkut aspek
penghimpunan dana maupun penyaluran dana, yang biasanya diukur dengan
indikator kecukupan modal, likuiditas, dan profitabilitas.35Sedangkan
menurut sutrisno kinerja keuangan perusahaan merupakan prestasi yang
dicapai perusahaan dalam suatu periode tertentu yang mencerminkan tingkat
kesehatan perusahaan tersebut.36
34 Ibid, 50.
35 Jumingan, Analisis Laporan Keuangan (Jakarta : PT Bumi Aksara, 2006), 239.
Berdasarkan uraian di atas, peneliti memberikan sebuah kesimpulan
bahwa Kinerja keuangan adalah Keadaan yang menunjukan hasil atau
pencapaian kondisi keuangan suatu perusahaan dengan kata lain berhasil
atau tidaknya suatu perusahaan dalam mencapai tujuanya.
2. Tujuan Penilaian Kinerja Keuangan
Menrut kasmir kinerja bank dapat dinilai dengan pendekatan analisa
rasio keuangan. Analisa rasio merupakan suatu tehnik yang digunakan untuk
menilai sifat-sifat kegiatan operasi bank dengan cara mengembangkan
ukuran-ukuran kinerja bank. Selain itu analisa rasio keuangan dapat
memberikan petunjuk dan informasi keuangan mengenai keadaan
perusahaan. Untuk mengevaluasi kinerja bank dengan menggunakan analisa
rasio haruslah dilakukan perbandingan dengan rasio-rasio keuangan bank
dalam kelompok yang sama.37
Munawir menyatakan bahwa tujuan dari pengukuran kinerja keuangan
perusahaan pada dasarnya ada empat38 yaitu :
a Mengetahui tingkat likuiditas perusahaan untuk mengetahui tingkat
kemampuan suatu perusahaan dalam memenuhi kewajiban keuangan
yang harus segera diselesaikan pada saat ditagih.
b Mengetahui tingkat solvabilitas perusahaan yang menunjukkan
kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban keuangannya baik
kewajiban jangka pendek maupun jangka panjang apabila perusahaan
tersebut dilikuidasi.
37 Kasmir, Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya, Edisi Keenam (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2002), 46.
c Mengetahui tingkat rentabilitas atau profitabilitas yang dapat menujukkan
kemampuan perusahaan menghasilkan laba selama periode tertentu yang
dihubungkan dengan tingkat aset maunpun investasinya.
d Mengetahui tingkat stabilitas perusahaan dengan mempertimbangkan
kemampuan perusahaan untuk membayar hutang-hutangnya serta
membayar beban bunga tepat pada waktunya.
Berdasarkan penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa penilaian
kinerja keuangan perusahaan berguna dalam mengevaluasi
perubahan-perubahan atas sumber daya yang ada sehingga manajer perusahaan dapat
mengambil keputusan yang sesuai dengan keadaan yang terjadi.
B. Laporan Keuangan
Laporan keuangan merupakan gambaran kondisi keuangan yang dicapai oleh
suatu perusahaan pada waktu tertentu. Untuk mengetahui kondisi keuangan suatu
perusahaan dan hasil-hasil yang telah dicapai oleh perusahaan, maka diperlukan
adanya laporan keuangan perusahaan.
Menurut Munawir Laporan keuangan pada dasarnya adalah hasil dari proses
akuntansi yang dapat digunakan sebagai alat untuk berkomunikasi antara data
keuangan atau aktifitas suatu perusahaan dengan pihak-pihak yang
berkepentingan dengan data atau aktifitas perusahaan tersebut.39
Jadi dapat disimpulkan bahwa laporan keuangan intinya mencakup informasi
mengenai posisi keuangan, kinerja, dan perubahan posisi keuangan perusahaan,
dimasa lampau dan saat ini, juga dapat dijadikan dasar oleh perusahaan dalam
penetapan kebijakan dimasa yang akan datang.
C. Good Corporate Governance
1. Pengertian Good Corporate Governance
Menurut Moh. Wahyudin Zarkasyi corporate governance adalah
"suatu sistem, proses, dan seperangkat peraturan yang mengatur hubungan
antara berbagai pihak yang berkepentingan (stakeholder).40 The Indonesian
Institute for Corporate Governance (IICG) mendefinisikan, Good
Corporate Governance dapat didefinisikan sebagai struktur, sistem dan
proses yang digunakan oleh organ-organ perusahaan sebagai upaya untuk
memberikan nilai tambah perusahaan secara berkesinambungan dalam
jangka panjang.41 Sedangkan menurut (PBI NO. 11/ 33 /PBI/2009) tentang
pelaksanaan good corporate governance bagi bank umum syariah dan unit
usaha syariah. Good corporate governance, yang selanjutnya disebut GCG,
adalah suatu tata kelola bank yang menerapkan prinsip-prinsip keterbukaan
(transparency), akuntabilitas (accountability), pertanggungjawaban
(responsibility), profesional (professional), dan kewajaran (fairness)
Dari beberapa pengertian yang telah dipaparkan dapat ditarik
kesimpulan bahwa good corporate governance adalah sebuah sistem dan
peraturan yang digunakan untuk mengatur dan menetapkan hubungan antara
berbagai pihak yang berkepentingan dalam perusahaan.
2. Prinsip-prinsip Good Corporate Governance
Dalam pedoman good corporate governance perbankan Indonesia
yang dikeluarkan oleh KNKCG Terdapat 5 prinsip dalam pelaksanaan good
corporate governance, yaitu:
1. Keterbukaan (transparency)42
40 Moh. Wahyudin Zarkasyi, Good Corporate Governance Pada Badan Usaha Manufaktur, Perbankan, dan Jasa Keuangan Lainnya, (Bandung: Alfabeta, 2008), 7.
41 http://www.iicg.org
Bank harus mengungkapkan informasi secara tepat waktu, memadai,
jelas, akurat, dan dapat diperbandingkan serta mudah diakses oleh
stakeholder sesuai dengan haknya.
Informasi yang harus diungkapkan meliputi tapi tidak terbatas pada
hal-hal yang bertalian dengan visi, misi, sasaran usaha, dan strategi
perusahaan, kondisi keuangan, susunan dan kompensasi pengurus,
pemegang saham pengendali, cross shareholding, pejabat eksekutif,
pengelola resiko (risk management), sistem pengawasan dan
pengendalian internal, status kepatuhan, sistem dan pelaksanaan good
corporate governance, serta kejadian penting yang dapat mempengaruhi
bank.
Prinsip keterbukaan yang dianut oleh bank tidak mengurangi kewajiban
untuk memenuhi ketentuan rahasia bank sesuai dengan peraturan
perundang-undangan yang berlaku, rahasia jabatan dan hak-hak pribadi.
Kebijakan bank harus tertulis dan dikomunikasikan kepada pihak yang
berkepentingan (stakeholder) dan yang berhak memperolah informasi
tentang kebijakan tersebut.
2. Akuntabilitas (accountability)
Bank harus menetapkan tanggung jawab yang jelas dari masing-masing
organ organisasi yang selaras dengan visi, misi, sasaran usaha, dan
strategi perusahaan.
Bank harus meyakini bahwa semua organ organisasi bank mempunyai
kompetensi sesuai dengan tanggung jawabnya dan memahami perannya
dalam pelaksanaan good corporate governance.
Bank harus memastikan terdapatnya check and balance system dalam
Bank harus memiliki ukuran kinerja dari semua jajaran bank berdasarkan
ukuran-ukuran yang disepakati konsisten dengan nilai perusahaan,
sasaran usaha, dan strategi bank serta memilikinreward and punishment
system.
3. Tanggung Jawab (responsibility)
Untuk menjaga usahanya, bank harus berprinsip pada prinsip
kehati-hatian (prudential banking practices) dan menjamin dilaksanakannya
ketentuan yang berlaku.
Bank harus bertindak sebagai good corporate citizen (perusahaan yang
baik) termasuk peduli terhadap lingkungan dan melaksanakan tanggung
jawab sosial.
4. Independensi (independency)
Bank harus menghindari terjadinya dominasi yang tidak wajar oleh
stakeholder manapun dan tidak terpengaruh oleh kepentingan sepihak
serta bebas dari benturan kepentingan.
Bank dalam mengambil keputusan harus obyektif dan bebas dari segala
tekanan dari pihak manapun.
5. Kewajaran (fairness)
Bank harus senantiasa memperhatikan kepentingan seluruh stakeholder
berdasarkan azas kesetaraan dan kewajaran.
Bank harus memberikan kesempatan kepada seluruh stakeholder untuk
memberikan masukan dan menyampaikan pendapat bagi kepentingan
bank serta mempunyai akses terhadap informasi sesuai dengan prinsip
keterbukaan.
1. Pengertian Rasio keuangan
Rasio keuangan adalah hasil perhitungan antara dua macam data
keuangan bank, yang digunakan untuk menjelaskan hubungan antara kedua
data keuangan tersebut yang pada umumnya dinyatakan secara numerik,
baik dalam presentase atau kali. Hasil perhitungan rasio ini dapat digunakan
untuk mengukur kinerja keuangan bank pada periode tertentu, dan dapat
dijadikan tolak ukur untuk menilai tingkat kesehatan bank selama periode
keuangan tersebut.43 2. Rasio likuiditas
Rasio likuiditas adalah rasio untuk mengukur kemampuan bank dalam
memenuhi kewajiban jangka pendeknya pada saat ditagih. Dengan kata lain
dapat membayar kembali pencairan dana deposannya pada saat ditagih serta
dapat mencukupi permintaan kredit yang telah diajukan. Semakin besar
rasio ini semakin likuid.44
Rasio likuiditas bertujuan untuk mengetahui kemampuan perusahaan
dalam membayar kewajiban lancarnya. Dalam penelitian ini rasio likuiditas
yang digunakan adalah Financing to deposit ratio (FDR). Financing to
Deposit Ratio (FDR) adalah rasio antara seluruh jumlah pembiayaan yang
diberikan bank dengan dana yang diterima oleh bank atau total dana pihak
ketiga (DPK). Rasio ini digunakan untuk mengetahui kemampuan bank
dalam membayar kembali kewajiban kepada para nasabah yang telah
menanamkan dananya dengan kredit-kredit yang telah diberikan kepada
43 Slamet Riyadi, Banking Assets and Liability Management ( Jakarta: LPFEUI, 2006), 155
para debiturnya. Semakin tinggi rasionya semakin tinggi tingkat
likuiditasnya.
Standar Bank Indonesia untuk rasio ini berdasarkan Surat Edaran
Bank Indonesia Nomor: 9/24/DPbS Tahun 2007 adalah 80%-100%. Rasio ini
dapat dirumuskan sebagai berikut:
3. Rasio Solvabilitas
Pengertian rasio Solvabilitas adalah rasio atau perbandingan
digunakan untuk mengukur kemampuan bank mencari sumber dana untuk
membiayai kegiatannya. Bisa juga dikatakan rasio ini merupakan alat ukur
untuk melihat kekayaan bank dan untuk melihat efisiensi bagi pihak
manajemen bank tersebut.45 Untuk mengukur kondisi rasio solvabilitas bank
syariah, penulis menggunakan rumus Capital Adequacy Ratio (CAR).
Maksud dari rumus ini yaitu untuk mengukur kemampuan permodalan yang
ada di suatu bank untuk menutup kemungkinan kerugian di dalam
perkreditan dan perdagangan surat-surat berharga.
Standar Bank Indonesia untuk rasio ini berdasarkan Surat Edaran
Bank Indonesia Nomor: 9/24/DPbS Tahun 2007 adalah 8%. Rasio ini dapat
dirumuskan sebagai berikut:
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
Penerapan metode komparatif adalah melakukan analisis untuk mencari dan
menemukan persamaan-persamaan dan perbedaan-perbedaan fenomena.46 Dalam
penulisan karya tulis ilmiah ini, penulis menggunakan penelitian yang bersifat
komparatif (perbandingan) yaitu bersifat menguraikan sifat-sifat dan keadaan
sebenarnya dari dua atau lebih objek penelitian, yang kemudian dibandingkan
guna mencari perbedaan antara kedua atau lebih objek yang diteliti .
B. Populasi dan Sampel Penelitian
Populasi dalam penelitian ini adalah bank syariah yang terdaftar di Bank
Indonesia dan telah mempublikasikan laporan keuangannya dimulai dari tahun
2007-2012.
Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah bank yang memiliki aset
yang cukup besar yang ada di Indonesia yaitu PT. Bank Muamalat Indonesia. Tbk.
C. Pengumpulan Data
Tahap ini dilakukan dengan cara mengumpulkan data-data sekunder berupa
Laporan Keuangan Tahunan Publikasi Bank selama periode 2007-2012. Data yang
diperoleh melalui website dari bank yang bersangkutan dan website Bank
Indonesia. Jenis laporan yang digunakan antara lain Neraca Keuangan, Laporan
Laba-Rugi, dan Ikhtisar Keuangan.
D. Jenis Data
Data yang digunakan pada penelitian ini adalah data sekunder laporan
keuangan perusahaan perbankan dan diperoleh dari berbagai literatur seperti buku,
jurnal, internet, dan lain-lain yang berhubungan dengan aspek penelitian. Bank
Syariah dalam penelitian ini diwakili oleh Bank Muamalat Indonesia. Dalam
penelitian ini analisis kinerja hanya dibatasi pada aspek kuantitatif yaitu pada
rasio keuangannya saja.
Data sekunder ini diperoleh dalam bentuk dokumentasi laporan keuangan
yang rutin diterbitkan oleh Bank Indonesia pada situs www.bi.go.id , situs resmi
bank-bank terkait dan berbagai literatur seperti buku, jurnal, internet, dan lain-lain
yang berhubungan dengan aspek penelitian.
E. Definisi Operasional Variabel
Variabel-variabel yang digunakan yaitu rasio keuangan yang meliputi :
Financing To Deposit Ratio (FDR) (mewakili rasio likuiditas), yaitu rasio
yang digunakan untuk mengukur tingkat likuiditas bank yang menunjukkan
kemampuan bank untuk memenuhi permintaan kredit dengan menggunakan total
asset yang dimiliki bank. Semakin tinggi tingkat rasio ini, tingkat likuiditasnya
semakin kecil karena jumlah asset yang diperlukan untuk membiayai kreditnya
menjadi semakin besar, Standar Bank Indonesia untuk rasio ini berdasarkan Surat
Edaran Bank Indonesia Nomor: 9/24/DPbS Tahun 2007 adalah 80%-100%. Rasio
ini dapat dirumuskan sebagai berikut:
Capital Adequacy Ratio (CAR) (mewakili rasio rasio solvabilitas),
merupakan rasio keuangan yang membandingkan antara jumlah modal bank
dengan sejumlah aktiva yang dimiliki. Capital Adequacy Ratio (CAR) merupakan
permodalan yang ada di suatu bank untuk menutup kemungkinan kerugian di
dalam perkreditan dan perdagangan surat-surat berharga, Standar Bank Indonesia
untuk rasio ini berdasarkan Surat Edaran Bank Indonesia Nomor: 9/24/DPbS
Tahun 2007 adalah 8%. Rasio ini dapat dirumuskan sebagai berikut:
F. Metode Analisis Data
Dalam penelitian ini metode analisis data yang penulis gunakan adalah
metode diskriptif kuantitatif. Yaitu digambarkan dengan data-data atau kalimat
dan disusun berdasarkan urutan pembahasan yang telah direncanakan. Selanjutnya
penulis melakukan analisa berdasarkan rumusan data teori dalam usaha
memahami penyataan yang ada untuk menarik kesimpulan.47
Penelitian ini merupakan penelitian perbandingan dari data dua populasi
yaitu bank syairah sebelum dan sesudah penerapan Good Corporate Governance,
maka dari itu pengolahan data dalam penelitian ini dilakukan dengan
menggunakan rasio keuangan yang meliputi :
Financing to Deposit Ratio (FDR) (mewakili rasio likuiditas), yaitu rasio
yang digunakan untuk mengukur tingkat likuiditas bank yang menunjukkan
kemampuan bank untuk memenuhi permintaan kredit dengan menggunakan total
asset yang dimiliki bank. Semakin tinggi tingkat rasio ini, tingkat likuiditasnya
semakin kecil karena jumlah asset yang diperlukan untuk membiayai kreditnya
menjadi semakin besar, dan Capital Adequacy Ratio (CAR) (mewakili rasio rasio
47 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Komunikasi Suatu Pendekatan Praktek
solvabilitas), merupakan rasio keuangan yang membandingkan antara jumlah
modal bank dengan sejumlah aktiva yang dimiliki. Capital Adequacy Ratio (CAR)
merupakan salah satu rasio perbankan yang digunakan untuk mengukur
kemampuan permodalan yang ada di suatu bank untuk menutup kemungkinan
kerugian di dalam perkreditan dan perdagangan surat-surat berharga.
BAB IV
GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN DAN PEMBAHASAN
1. Gambaran Umum PT. Bank Muamalat Indonesia a. Profil Bank Muamalat Indonesia
PT Bank Muamalat Indonesia Tbk48 didirikan pada 24 Rabius Tsani 1412
H atau 1 Nopember 1991, diprakarsai oleh Majelis Ulama Indonesia (MUI)
dan Pemerintah Indonesia, dan memulai kegiatan operasinya pada 27
Syawwal 1412 H atau 1 Mei 1992. Dengan dukungan nyata dari eksponen
Ikatan Cendekiawan Muslim se-Indonesia (ICMI) dan beberapa pengusaha
Muslim, pendirian Bank Muamalat juga menerima dukungan masyarakat,
terbukti dari komitmen pembelian saham Perseroan senilai Rp 84 miliar pada
saat penandatanganan akta pendirian Perseroan. Selanjutnya, pada acara
silaturahmi peringatan pendirian tersebut di Istana Bogor, diperoleh tambahan
komitmen dari masyarakat Jawa Barat yang turut menanam modal senilai Rp
106 miliar. Pada tanggal 27 Oktober 1994, hanya dua tahun setelah didirikan,
Bank Muamalat berhasil menyandang predikat sebagai Bank Devisa.
Pengakuan ini semakin memperkokoh posisi Perseroan sebagai bank syariah
pertama dan terkemuka di Indonesia dengan beragam jasa maupun produk
yang terus dikembangkan. Pada akhir tahun 90an, Indonesia dilanda krisis
moneter yang memporakporandakan sebagian besar perekonomian Asia
Tenggara. Sektor perbankan nasional tergulung oleh kredit macet di segmen
korporasi. Bank Muamalat pun terimbas dampak krisis. Di tahun 1998, rasio
pembiayaan macet (NPF) mencapai lebih dari 60%. Perseroan mencatat rugi
sebesar Rp 105 miliar. Ekuitas mencapai titik terendah, yaitu Rp 39,3 miliar,
kurang dari sepertiga modal setor awal.
Dalam uaya memperkuat permodalannya, Bank Muamalat mencari
pemodal yang potensial, dan ditanggapi secara positif oleh Islamic
Development Bank (IDB) yang berkedudukan di Jeddah, Arab Saudi. Pada
RUPS tanggal 21 Juni 1999 IDB secara resmi menjadi salah satu pemegang
saham Bank Muamalat. Oleh karenanya, kurun waktu antara tahun 1999 dan
2002 merupakan masa-masa yang penuh tantangan sekaligus keberhasilan
bagi Bank Muamalat. Dalam kurun waktu tersebut, Bank Muamalat berhasil
membalikkan kondisi dari rugi menjadi laba berkat upaya dan dedikasi setiap
Kru Muamalat, ditunjang oleh kepemimpinan yang kuat, strategi
pengembangan usaha yang tepat, serta ketaatan terhadap pelaksanaan
perbankan syariah secara murni.
Melalui masa-masa sulit ini, Bank Muamalat berhasil bangkit dari
keterpurukan. Diawali dari pengangkatan kepengurusan baru dimana seluruh
anggota Direksi diangkat dari dalam tubuh Muamalat, Bank Muamalat
kemudian menggelar rencana kerja lima tahun dengan penekanan pada (i)
tidak mengandalkan setoran modal tambahan dari para pemegang saham, (ii)
tidak melakukan PHK satu pun terhadap sumber daya insani yang ada, dan
dalam hal pemangkasan biaya, tidak memotong hak Kru Muamalat
sedikitpun, (iii) pemulihan kepercayaan dan rasa percaya diri Kru Muamalat
menjadi prioritas utama di tahun pertama kepengurusan Direksi baru, (iv)
peletakan landasan usaha baru dengan menegakkan disiplin kerja Muamalat
menjadi agenda utama di tahun kedua, dan (v) pembangunan tonggaktonggak
usaha dengan menciptakan serta menumbuhkan peluang usaha menjadi
membawa Bank kita, dengan rahmat Allah Rabbul Izzati, ke era pertumbuhan
baru memasuki tahun 2004 dan seterusnya.
Saat ini Bank Mumalat memberikan layanan bagi lebih dari 2,5 juta
nasabah melalui 275 gerai yang tersebar di 33 provinsi di Indonesia. Jaringan
BMI didukung pula oleh aliansi melalui lebih dari 4000 Kantor Pos
Online/SOPP di seluruh Indonesia, 32.000 ATM, serta 95.000 merchant debet.
BMI saat ini juga merupakan satu-satunya bank syariah yang telah membuka
cabang luar negeri, yaitu di Kuala Lumpur, Malaysia. Untuk meningkatkan
aksesibilitas nasabah di Malaysia, kerjasama dijalankan dengan jaringan
Malaysia Electronic Payment System (MEPS) sehingga layanan BMI dapat
diakses di lebih dari 2000 ATM di Malaysia.
Sebagai Bank Pertama Murni Syariah, bank muamalat berkomitmen untuk
menghadirkan layanan perbankan yang tidak hanya comply terhadap syariah,
namun juga kompetitif dan aksesibel bagi masyarakat hingga pelosok
nusantara. Komitmen tersebut diapresiasi oleh pemerintah, media massa,
lembaga nasional dan internasional serta masyarakat luas melalui lebih dari
70 award bergengsi yang diterima oleh BMI dalam 5 tahun Terakhir.
Penghargaan yang diterima antara lain sebagai Best Islamic Bank in
Indonesia 2009 oleh Islamic Finance News (Kuala Lumpur), sebagai Best
Islamic Financial Institution in Indonesia 2009 oleh Global Finance (New
York) serta sebagai The Best Islamic Finance House in Indonesia 2009 oleh
b. Visi, Misi dan Jajaran Manajemen Bank Muamalat Indonesia
VISI
Menjadi bank syariah utama di Indonesia, dominan di pasar spiritual,
dikagumi di pasar rasional.
MISI
Menjadi ROLE MODEL Lembaga Keuangan Syariah dunia dengan
penekanan pada semangat kewirausahaan, keunggulan manajemen dan
orientasi investasi yang inovatif untuk memaksimumkan nilai bagi
Sturuktur Organisasi Bank Muamalat Indonesia
Sturuktur Organisasi BMI
Deskripsi atas data yang dianalisis perlu disampaikan untuk memberikan
gambaran tentang data penelitian, Variabel yang digunakan adalah rasio CAR dan
FDR. Analisis deskripsi dilakukan berdasarkan kriteria yang telah ditentukan,
maka pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini PT. Bank
Muamalat Indonesia. Tbk untuk kemudian dibandingkan.
Nama Bank Syariah yang menjadi Sampel Penelitian
No .
Nama Bank Syariah
1. PT. Bank Muamalat Indonesia. Tbk
Pada bab ini akan diuraikan hasil penelitian yang merupakan pengamatan
terhadap obyek penelitian, yaitu tiga bank syariah dari tahun 2007- 2012. Untuk
menjawab tujuan penelitian tersebut dilakukan analisis rasio keuangan pada PT.
Bank Muamalat Indonesia. Tbk, yaitu analisis perbandingan kinerja Keuangan
bank sebelum dan sesudah penerapam GCG .
1) Analisis Rasio Keuangan PT. Bank Muamalat Indonesia. Tbk
Hasil rasio keuangan untuk Bank Muamalat Indonesia dapat ditampilkan
pada tabel berikut:
a. Rasio Likuiditas
Analisis Rasio Likuiditas bertujuan untuk untuk mengukur
kemampuan bank dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya yang di
ukur melalui FDR. Berikut ini adalah hasil analisis Financing Deposit Ratio
pada Bank Muamalat Indonesia tahun 2007 -2009.
Tahun
2008 10.517.861 10.073.961 95.93
2009 11.428.012 13.316.901 85.81
Tahun
Sumber : Laporan Keuangan Bank Muamalat Indonesia
FDR Bank Muamalat Indonesia per 31 Desember 2007 sebesar
90,70%, tahun 2008 sebesar 95,93, % dan tahun 2009 sebesar 85,81%. Hal ini
menunjukkan dari tahun 2007 hingga 2009 rasio FDR Bank Muamalat
Indonesia mengalami fluktuasi. Standar terbaik FDR menurut Bank Indonesia
adalah 85%-110%. Rasio Likuiditas terhadap FDR sudah sangat ideal karena
bank ini sudah memenuhi ketentuan yang telah ditetapkan BI. Sehingga bank
ini sudah mampu melunasi kewajiban jangka pendeknya.
Setelah melakukan perhitungan nilai rasio FDR, maka selanjutnya
adalah melakukan melakukan Pertumbuhan rasio Likuiditas (FDR) pada Bank
Muamalat Indonesia tahun 2007-2009.
Pertumbuhan rasio FDR Bank Muamalat Indonesia Periode 2007-2012 (Sebelum dan sesudah penerapan GCG)
Hasil pertumbuhan rasio Likuiditas Terhadap FDR menunjukkan
bahwa rasio- rasio tersebut mengalami pertumbuhan negatif dan positif.
Pertumbuhan negatif pada rasio FDR bank kurang mampu mempertahankan
kinerja keuangannya.Pertumbuhan positif terhadap Rasio FDR berarti Bank
sudah mampu mempertahankan kinerja keuangannya.
b. Rasio Solvabilitas / Permodalan
Rasio Permodalan diukur dengan membandingkan antara rasio Modal
terhadap aktiva tertimbang menurut Risiko (ATMR), sehingga CAR Bank
Muamalat Indonesia selama tahun 2007 – 2009 adalah sebagai berikut:
Perhitungan Capital Asset Ratio (CAR) Bank Muamalat Indonesia (dalam Jutaan Rupiah)
Sumber : Laporan Keuangan Bank Muamalat Indonesia
CAR Bank Muamalat Indonesia per 31 Desember 2007 sebesar 9,81%
tahun 2008 sebesar 9,23% tahun 2009 sebesar 9,50%. Hal ini menunjukkan
dari tahun 2007 hingga 2009 rasio CAR Bank Muamalat Indonesia. tiap tahun
mengalami fluktuasi. Meskipun rasio ini mengalami fluktuasi setiap tahunnya
CAR dikatakan rendah apabila kurang dari nilai CAR yang ditentukan oleh
Bank Indonesia yakni sebesar 8 %.
Setelah melakukan perhitungan nilai rasio CAR, maka selanjutnya
adalah melakukan melakukan Pertumbuhan rasio Permodalan Capital
Adequecy Ratio (CAR) pada Bank Muamalat Indonesia tahun 2007-2009.
Pertumbuhan rasio CAR Bank Muamalat Indonesia Periode 2007-2012
Tahun Sebelum
GCG
Pertumbuhan Rasio CAR
Tahun Sesudah
GCG
Pertumbuhan Rasio CAR
2007 --- 2010
2008 -5.91 2011
2009 2.93 2013
Sumber: Data Sekunder
Hasil pertumbuhan rasio Permodalan Terhadap CAR menunjukkan
bahwa rasio- rasio tersebut mengalami pertumbuhan negatif dari tahun 2007
dan 2008 ini menunjukkan adanya penurunan nilai pada masing rasio
tersebut. Pertumbuhan negatif pada rasio tersebut mencerminkan bahwa
kinerja keuangan bank Muamalat Indonesia kurang baik. Dan pada tahun
2009 mengalami pertumbuhan Positif berarti pada tahun 2009 bank ini
mampu meningkatkan kinerja keuangannya. Meskipun mengalami
pertumbuhan negatif dan positif Pertumbuhan nilai rasio CAR pada bank ini