• Tidak ada hasil yang ditemukan

LAPORAN WORKSHOP METODE GEOLISTRIK RESIS

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "LAPORAN WORKSHOP METODE GEOLISTRIK RESIS"

Copied!
41
0
0

Teks penuh

(1)

LAPORAN WORKSHOP METODE GEOLISTRIK

RESISTIVITAS

Identifikasi Zona Propek Mineral Logam Menggunakan Metode

Geolistrik Pada Desa Srimulyo, Kecamatan Dampit, Kabupaten

Malang, Jawa Timur.

Asisten : Yoel Marthen

Oleh :

Argya Hastubrata Basundara (125090707111020)

LABORATORIUM GEOFISIKA JURUSAN FISIKA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS BRAWIJAYA

(2)

P a g e 2 | 41 KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan

rahmat dan karunia-Nya sehingga laporan praktikum workshop geofisika dengan

judul “Identifikasi Zona Propek Mineral Logam Menggunakan Metode Geolistrik

Pada Desa Srimulyo, Kecamatan Dampit, Kabupaten Malang, Jawa Timur.” ini dapat diselesaikan dengan tepat waktu. Pembuatan laporan ini merupakan bagian

dari mata kuliah workshop geofisika yang merupakan salah satu mata kuliah

wajib di Program Studi Geofisika Jurusan Fisika Fakultas Matematika dan Ilmu

Pengetahuan Alam Universitas Brawijaya. Penulisan laporan ini diharapkan dapat

memberikan manfaat bagi praktikan dan pembaca dalam memberikan wawasan

dan ilmu pengetahuan, khususnya berkaitan dengan aplikasi metode geofisika.

Penulisan laporan ini tidak terlepas dari bimbingan, dan arahan beberapa

pihak. Oleh karena itu penulis ingin berterima kasih kepada;

1 Bapak Sunaryo selaku dosen pengampu mata kuliah Workshop Geofisika

kelas A Program Studi Geofisika Jurusan Fisika Fakultas Matematika dan

Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Brawijaya.

2 Cinantya Nirmala Dewi, Yoel Marthen, Tupa Chandra N., Rendi Pradila

Hapsari, Mohammad Ali S., dan M. Tajul Arifin selaku asisten Praktikum

Workshop Geofisika Program Studi Geofisika Universitas Jurusan Fisika

Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Brawijaya.

3 Rekan rekan Geofisika 2012 serta Geofisika Pascasarjana Universitas

Brawijaya.

4 Semua pihak luar maupun dalam yang membantu baik secara langsung

maupun tidak langsung demi terwujudnya laporan ini.

Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dan

ketidaksempurnaan dalam penulisan laporan workshop geofisika ini. Oleh karena

itu penulis berharap kritik dan saran yang bersifat membangun dari para pembaca

demi perbaikan penulisan laporan selanjutnya.

(3)

P a g e 3 | 41

BAB II TUNJAUAN PUSTAKA ... 7

2.1 Geologi Regional ... 7

2.2 Metode GPR ... 10

BAB III METODOLOGI ... 16

3.1 Tempat dan Tanggal Pelaksanaan ... 16

3.2 Alat dan Bahan ... 16

3.3 Langkah Penelitian ... 17

3.3.1 Akuisisi ... 18

3.3.2 Pengolahan Data ... 21

3.3.3 Interpretasi ... 22

BAB IV ANALISA PEMBAHASAN ... 23

(4)

P a g e 4 | 41

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Peta Fisiografi Jawa Timur ... 9

Gambar 2.2 Silinder Konduktor ... 11

Gambar 2.3 Equipotensial dan garis arus dari dua titik sumber dipermukaan ... 13

Gambar 2.4 Konfigurasi Schlumberger ... 16

Gambar 3.1 Diagram Alir Umum Akuisisi Metode Geolistrik ... 18

Gambar 3.2 Desain Survey Seluruh Metode ... 18

Gambar 3.3 Diagram Alir Akuisisi ... 19

Gambar 3.4 Desain Suvei Metode Resistivitas Konfigurasi Dipole –dipole dengan panjang lintasan 65 meter. ... 20

Gambar 3.5 Desain Suvei Metode Resistivitas Konfigurasi Dipole –dipole dengan panjang lintasan 65 meter ... 20

Gambar 3.6 Desain Suvei Metode Resistivitas Konfigurasi Schlumberger dengan panjang lintasan 100 meter ... 21

Gambar 3.7 Desain Suvei Metode Resistivitas Konfigurasi Schlumberger dengan panjang lintasan 100 meter ... 21

Gambar 3.8 Diagram Alir Pengolahan Data ... 22

Gambar 3.9 Diagram Alir Interpretasi ... 23

Gambar 4.1 Hasil Penampang Bawah Permukaan Metode Geolistrik Konfigurasi Dipole – Dipole menggunakan Software RES2DINV Hari 1 ... 24

Gambar 4.2 Hasil Penampang Bawah Permukaan Metode Geolistrik Konfigurasi Schlumberger menggunakan Software IP2WIN Hari 1 ... 24

Gambar 4.3 Hasil Penampang Bawah Permukaan Metode Geolistrik Konfigurasi Dipole – Dipole menggunakan Software RES2DINV Hari 2 ... 25

Gambar 4.4 Hasil Penampang Bawah Permukaan Metode Geolistrik Konfigurasi Schlumberger menggunakan Software IP2WIN Hari 2 ... 25

Gambar 4.5 Hasil Penampang Bawah Permukaan Metode Geolistrik Konfigurasi Dipole – Dipole menggunakan Software RES2DINV Hari 3 ... 26

Gambar 4.6 Hasil Penampang Bawah Permukaan Metode Geolistrik Konfigurasi Schlumberger menggunakan Software IP2WIN Hari 3 ... 26

Gambar 4.7 Hasil Penampang Bawah Permukaan Metode Geolistrik Konfigurasi Dipole – Dipole menggunakan Software RES2DINV Hari 4 ... 27

(5)

P a g e 5 | 41 Gambar 4.9 Hasil Penampang Bawah Permukaan Metode Geolistrik Konfigurasi

Dipole – Dipole menggunakan Software RES2DINV Hari 5 ... 28

Gambar 4.10 Hasil Penampang Bawah Permukaan Metode Geolistrik Konfigurasi Schlumberger menggunakan Software IP2WIN Hari 5 ... 28

Gambar 4.11 Hasil Interpretasi Metode Geolistrik Konfigurasi Schlumberger menggunakan Software Progress3 Hari 1 ... 29

Gambar 4.12 Hasil Interpretasi Metode Geolistrik Konfigurasi Schlumberger menggunakan Software Progress3 Hari 2 ... 30

Gambar 4.13 Hasil Interpretasi Metode Geolistrik Konfigurasi Schlumberger menggunakan Software Progress3 Hari 3 ... 31

Gambar 4.14 Hasil Interpretasi Metode Geolistrik Konfigurasi Schlumberger menggunakan Software Progress3 Hari 4 ... 32

Gambar 4.15 Hasil Interpretasi Metode Geolistrik Konfigurasi Schlumberger menggunakan Software Progress3 Hari 5 ... 33

Gambar 4.16 Hasil Interpretasi Litologi Hari 1 ... 34

Gambar 4.17 Hasil Interpretasi Litologi Hari 2 ... 35

Gambar 4.18 Hasil Interpretasi Litologi Hari 3 ... 36

Gambar 4.19 Hasil Interpretasi Litologi Hari 4 ... 37

(6)

P a g e 6 | 41 BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Geofisika adalah ilmu kombinasi yang mempelajari tentang bumi dengan

menggunakan parameter-parameter fisika. Dalam hal ini yang menjadi target

adalah bumi bawah permukaan. Metode-metode yang digunakan diantaranya

adalah metode seismik, metode magnetik, metode self potential, dan metode

GPR, metode geolistrik, dan metode magneto telluric.

Metode Geolistrik merupakan salah satu metode geofisika dengan

menggunakan sifat konduktivitas untuk mendeteksi objek yang terkubur di

dalam tanah dan mengevaluasi kedalaman objek tersebut.

Wilayah Malang bagian selatan diindikasikan merupakan zona prospek

mineral logam, sehingga mendorong untuk dilakukannya akuisisi data metode

GPR. Dengan akuisisi data metode ini dapat diketahui lapisan bawah

permukaannya.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, rumusan masalah yang dapat diambil antara lain:

1. Bagaimanakah konsep metode Geolistrik ?

2. Bagaimanakah proses akuisisi, pengolahan data, dan interpretasi dari metode Geolistrik?

3. Bagaimanakah hasil penggambaran dari metode Geolistrik setelah diaplikasikan pada daerah penelitian?

1.3 Batasan Masalah

Batasan masalah dari kegiatan Workshop Geofisika ini adalah:

(7)

P a g e 7 | 41 1.4 Tujuan

Adapun tujuan dari praktikum Workshop Geofisika dengan metode Geolistrik ini antara lain adalah;

1. Dapat memahami konsep dasar dari metode Geolistrik

2. Dapat memahami proses akuisisi, pengolahan data, dan interpretasi dari metode Geolistrik

3. Dapat menjelaskan hasil penggambaran dari metode geofisika Geolistrik setelah diaplikasikan pada daerah penelitian.

1.5 Manfaat

Hasil praktikum ini diharapkan dapat bermanfaat bagi instansi terkait,

mahasiswa, dan masyarakat umum sebagai tambahan informasi atau

pengetahuan, diantaranya:

1. Dapat mengetahui proses pengambilan serta pengolahan data metode

Geolistrik.

2. Dapat memberikan gambaran terkait bawah permukaan bumi hasil dari

(8)

P a g e 8 | 41 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Geologi Regional

2.1.1 Geologi Regional Jawa Timur

Wilayah penelitian dari praktikum Workshop Geofisika (Metode

Geolistrik Resistivitas) berada di Kecamatan Dampit, Malang Selatan,

Provinsi Jawa Timur. Berdasarkan fisiografi dan kondisi geologinya, menurut

Van Bemmelen (1949) provinsi Jawa Timur dibagi atas 4 bagian (gambar),

yaitu :

1. Zona Pegunungan Selatan Jawa (Souththern Mountains):

Batuan pembentukannya terdiri atas siliklastik, volkaniklastik,

volkanik, dan batuan karbonat.

2. Zona Gunung Api Kuarter (Quatenary Volcanoes) : Merupakan

pegunungan aktif.

3. Zona Kendeng (Kendeng Zone): Batuan pembentuknya terdiri

atas sekuen dari volkanogenik dan sedimen pelagic.

4. Zona Rembang (Rembang Zone): Batuan pembentuknya terdiri

atas endapan laut dangkal, sedimen klastik, dan batuan

karbonat. Pada zona ini juga terdapat patahan yang dinamakan

(9)

P a g e 9 | 41

Gambar 2.1. Peta Fisiografi Jawa Timur (Bemmelen, 1949).

Tatanan tektonik Pulau Jawa dapat dijelaskan dengan sistem active

margin, dimana pembagian dari selatan ke utara merupakan zona subduksi

dan akresi selatan Jawa, busur magmatic Jawa, serta belakang busur di

Jawa Utara. System active margin mengklasifikasikan cekungan Jawa

Timur sebagai cekungan belakang busur. Pola struktur yang dominan di

Pulau Jawa menurut Pulunggono dan Martodjojo (1994) adalah pola

Meratus berarah timurlaut – baratdaya yang terbentuk pada 80 sampai 53

juta tahun yang lalu (Kapur Akhir – Eosen Awal). Pola Jawa umumnya

diwakili oleh sesar yang beranjak naik ke utara atau timurlaut.

2.1.2 Geologi Regional Malang Selatan

Geologi Malang Selatan termasuk dalam old andesit formation

(perbukitan selatan jawa). Batuan pembentuknya terdiri dari endapan

gunung api tua yang telah mati. Endapan gunung api purba ini memanjang

dari jawa barat hingga jawa timur. Hasil endapan ini biasanya

mengandung potensi logam yang besar antara lain: emas, perak, besi, dan

lain - lain.

Stratigrafi Malang Selatan terdiri atas :

Batuan Sedimen

Formasi Nampol (Tmn) terdiri dari batupasir tuffaan,

batulempung, napal pasiran, batupasir gampingan, dan batulempung

(10)

P a g e 10 | 41

formasi Mandalika. Beberapa daerah Formasi Nampol menjemari dengan

bagian bawah dari Formasi Wonosari.

Formasi Wonosari (Tmwl) terdiri dari batugamping, napal

pasiran, dan sisipan batulempung kebiruan. Batugamping terdiri dari

batugamping terumbu, batugamping kristalin, dan batugamping pasiran.

Batuan Gunungapi

Formasi Mandalika (Tomm) terdiri dari lava andesit, basal,

trakit, dasit, dan breksi andesit. Lava andesit terdiri dari andesit piroksen,

andesit hornblenda. Lava Basal umumnya terdiri dari basal piroksen.

Anggota Tufff Formasi Mandalika (Tomt) terdiri dari tuff andesit, tuff

riolit, tuff dasit, dan breksi tuff yang berbatuapung. Umumnya tufff

memperlihatkan struktur perlapisan yang baik. Anggota tufff ini

menjemari dengan Formasi Mandalika dan berumur oligosen – miosen.

Formasi Wuni (Tmw) terdiri dari breksi dan lava bersusunan

andesit – basal , breksi tuff, breksi lahar dan tufff pasiran. Breksi

berkomponen andesit dan basal, mengandung kepingan – kepingan

kalsedon. Lava andesit – basal terdiri dari andesit piroksen sampai basal

berwarna abu – abu kehitaman pejal dan porfiri. Satuan ini menindih

secara takselaras dengan batuan berumur oligosen akhir – awal Miosen

tengah dan menjemari dengan Formasi Nampol.

Endapan Gunungapi Buring (Qpvb) terdiri dari lava basal dan

tuff pasiran. Lava berwarna abu – abu kehitaman berstruktur kasatmata

hingga tak kasat mata. Tuff pasiran berwarna putih coklat kelabu dan

keruh, komponen felspar, kaca, batuapung, mineral hitam dan pecahan

batuan berbutir pasir – lapili. Endapan Tuff Gunungapi terdiri dari tuff

kasar berbatuapung. Tuff berwarna coklat muda, kemerahan, butir kasar

(lapili) hingga halus. Van Bemmelen (1937 dalam Suyanto, 1992)

menyatakan bahwa endapan gunungapi ini dihasilkan oleh kelompok

gunungapi Kuarter Muda diantaranya G. Tengger, G. Jembangan, G.

Semeru, G. Butak dan G. Buring. Endapan Tuff ini disetarakan dengan

(11)

P a g e 11 | 41 2.2 Metode Geolistrik

Pada bagian batuan, atom-atom terikat secara ionik atau kovalen. Karena adanya

ikatan ini maka batuan mempunyai sifat menghantarkan arus listrik. Aliran arus

listrik di dalam batuan/mineral dapat digolongkan menjadi 3 macam yaitu:

a. Konduksi elektronik

Konduksi ini terjadi jika batuan atau mineral mempunyai banyak elektron

bebas sehingga arus listrik di alirkan dalam batuan atau mineral oleh

elektron-elektron bebas tersebut. Aliran listrik ini juga di pengaruhi oleh sifat atau

karakteristik masing-masing batuan yang di lewatinya. Salah satu sifat atau

karakteristik batuan tersebut adalah resistivitas (tahanan jenis) yang

menunjukkan kemampuan bahan tersebut untuk menghantarkan arus listrik.

Semakin besar nilai resistivitas suatu bahan maka semakin sulit bahan tersebut

menghantarkan arus listrik, begitu pula sebaliknya. Resistivitas memiliki

pengertian yang berbeda dengan resistansi (hambatan), dimana resistansi tidak

hanya bergantung pada bahan tetapi juga bergantung pada faktor geometri atau

bentuk bahan tersebut, sedangkan resistivitas tidak bergantung pada faktor

geometri. Jika di tinjau suatu silinder dengan panjang L, luas penampang A,

dan resistansi R (gambar 2.1), maka dapat di rumuskan:

� = (2.1)

Gambar 2.2 Silinder Konduktor

Di mana secara fisis rumus tersebut dapat di artikan jika panjang silinder

konduktor (L) dinaikkan, maka resistansi akan meningkat, dan apabila

diameter silinder konduktor diturunkan yang berarti luas penampang (A)

berkurang maka resistansi juga meningkat. Di mana ρ adalah resistivitas (tahanan jenis) dalam Ωm. Sedangkan menurut hukum Ohm, resistivitas R

(12)

P a g e 12 | 41

� = � (2.2)

Sehingga didapatkan nilai resistivitas (ρ)

= � (2.3)

namun kebanyakan orang lebih sering menggunakan sifat konduktivitas (σ) batuan yang merupakan kebalikan dari resistivitas (ρ) dengan satuan mhos/m.

� =

Sebagian besar batuan merupakan konduktor yang buruk dan memiliki

resistivitas yang sangat tinggi. Namun pada kenyataannya batuan biasanya

bersifat porus dan memiliki pori-pori yang terisi oleh fluida, terutama air.

Akibatnya batuan-batuan tersebut menjadi konduktor elektrolitik, di mana

konduksi arus listrik dibawa oleh ion-ion elektrolitik dalam air. Konduktivitas

dan resistivitas batuan porus bergantung pada volume dan susunan

pori-porinya. Konduktivitas akan semakin besar jika kandungan air dalam batuan

bertambah banyak, dan sebaliknya resistivitas akan semakin besar jika

kandungan air dalam batuan berkurang. Menurut rumus Archie:

� = ��− �− � (2.5)

di mana adalah resistivitas batuan, φ adalah porositas, s adalah fraksi

pori-pori yang berisi air, dan adalah resistivitas air. Sedangkan a, m, dan n

adalah konstanta. m disebut juga faktor sementasi. Untuk nilai n yang sama,

schlumberger menyarankan n = 2 (Wuryantoro, 2007).

c. Konduksi dielektrik

Konduksi ini terjadi pada batuan yang bersifat dielektrik, artinya batuan

tersebut mempunyai elektron bebas sedikit bahkan tidak ada sama sekali.

Tetapi karena adanya pengaruh medan listrik dari luar, maka elektron-elektron

dalam atom batuan dipaksa berpindah dan berkumpul terpisah dengan intinya

sehingga terjadi polarisasi. Peristiwa ini sangat bergantung pada konstanta

(13)

P a g e 13 | 41

2.2Sifat Listrik dalam Bumi

Menurut Sharma (1997), tahanan dengan luas penampang A, panjang l dan

hambatan r, memberikan parameter baru yakni tahanan jenis (resistivitas)

=

(2.6)

Pendekatan paling sederhana dalam pembahasan gejala kelistrikan di dalam bumi adalah dengan menganggap bumi sebagai medium homogen isotropis. Dengan perlakuan tersebut kemudian medan listrik dari titik sumber di dalam bumi dianggap memiliki simetri bola. Harga resistivitas listrik suatu formasi dibawah permukan dapat ditentukan menurut persamaan 2.6

= � ∆� (2.7)

dengan k merupakan faktor geometri yang bergantung dari konfigurasi elektroda

yang digunakan (Telford, dkk., 1998).

Menurut Ngadimin (2001), untuk pengukuran beda potensial antara titik M dan N dari sumber arus listrik A dan B dipermukaan, maka:

� = 2 { − − − }− (2.8)

Bila dibuat penampang melalui sumber A dan B, maka terlihat pola distribusi bidang equipotensial gambar 2.2 berikut.

Gambar 2.3 Equipotensial dan garis arus dari dua titik sumber dipermukaan

2.3Resistivitas Batuan

(14)

P a g e 14 | 41

menghantarkan arus listrik sehingga harga tahanan jenis akan kecil (Wuryantoro, 2007).

Kisaran nilai resistivitas beberapa jenis batuan dan material dapat dilihat seperti yang ditunjukkan pada tabel 2.1 dan tabel 2.2.

Tabel 2. 1 Nilai resistivitas batuan (Verhoef, 1994)

Jenis Batuan Resistivitas (m)

Gambut dan Lempung 8 – 50

Tabel 2. 2 Kisaran nilai resistivitas material bawah permukaan (Telford, 1982)

Material Resistivitas (m)

(15)

P a g e 15 | 41

Kerikil (Gravel) 100– 600

2.4 Metode Resistivitas

Metode tahanan jenis (resistivitas) adalah salah satu dari kelompok metode

geofisika yaitu metode geolistrik yang digunakan untuk mempelajari keadaan

bawah permukaan dengan cara mempelajari sifat aliran listrik di dalam batuan di

bawah permukaan bumi berdasarkan perbedaan resistivitas batuan. Prinsip kerja

dari metode resistivitas adalah mengalirkan arus listrik ke dalam bumi melalui dua

elektroda arus, kemudian beda potensialnya diukur melalui dua elektroda

potensial, sehingga nilai resistivitasnya dapat dihitung. Resistivitas (tahanan jenis)

merupakan suatu besaran yang menunjukkan tingkat hambatan terhadap arus

listrik dari suatu bahan (Andriyani, dkk, 2010).

Pada metode geolistrik tahanan jenis, jika sebuah rangkaian terdiri dari

sumber arus yang terhubung seri dengan sebuah tahanan, maka arus yang

mengalir akan terhambat oleh keberadaan tahanan tersebut. Pada ujung-ujung

tahanan dapat diukur beda potensialnya. Beda potensial besarnya dirumuskan:

� = �� (1)

dengan v = beda potensial terukur (V), i = arus yang dilewatkan (A) dan r =

hambatan (Ω) (Tipler, 1996).

Menurut Waluyo (2009), berdasarkan pada tujuan penyelidikan, metode

geolistrik tahanan jenis dapat dibagi menjadi dua kelompok besar yaitu:

a. Metode Tahanan Jenis Mapping

Metode tahanan jenis mapping merupakan metode tahanan jenis yang

bertujuan untuk mempelajari variasi resistivitas bawah permukaan secara

lateral.

b. Metode Tahanan Jenis Sounding

Metode tahanan jenis sounding bertujuan untuk mempelajari variasi

(16)

P a g e 16 | 41

Metode geolistrik lebih efektif jika digunakan untuk eksplorasi yang

sifatnya dangkal, jarang memberkan informasi lapisan kedalaman lebih dari 1000

atau 1500 kaki. Oleh karena itu metode ini jarang digunakan untuk eksplorasi

minyak tetapi lebih banyak digunakan dalam bidang geologi teknik seperti

penentuan kedalaman batuan dasar, pencarian reservoir air, juga digunakan dalam

eksplorasi panas bumi (geothermal). Keunggulan secara umum adalah harga

peralatan relatif murah, biaya survei relatif murah, waktu yang dibutuuhkan relatif

sangat cepat, bisa mencapai 4 titik pengukuran atau lebih per hari, beban

pekerjaan, peralatan yang kecil dan ringan sehingga mudah untuk mobilisasi,

kebutuhan personal sekitar 5 orang, terutama untuk konfigurasi Schlumberger

serta analisis data secara global bisa langsung diprediksi saat di lapangan (Broto

dan Afifah, 2008).

2.5 Konfigurasi Schlumberger

Konfigurasi Schlumberger merupakan salah satu metode tata letak elektroda arus dan potensial yang sering dipergunakan di lapangan. Metode ini diperlihatkan pada gambar 2.

Gambar 2.4 Konfigurasi Schlumberger

(17)

P a g e 17 | 41 BAB III

METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat Pelaksanaan

Waktu pengambilan data dilakukan selama 1 minggu, yaitu dimulai pada tanggal 9 – 14 November 2015. Lokasi penelitian berada di Desa Srimulyo dan Desa Sukodono, Kecamatan Dampit, Kabupaten Malang. Sementara itu untuk tahap pengolahan data dan interpretasi dilakukan pada tanggal 16 November – 28 Desember 2015.

3.2 Alat dan Bahan

Pada praktikum kali ini peralatan yang digunakan dalam melakukan akuisisi metode GPR adalah sebagai berikut;

1. Resistiviyimeter OYO Mc-Ohm el

2. Dua pasang elektroda

11.Perangkat lunak Microsoft Excel

12.Perangkat lunak IPI2win

13.Perangkat lunak Progress3

(18)

P a g e 18 | 41 3.3 Langkah Penelitian

Gambar 3.1 Diagram Alir Umum Akuisisi Metode Geolistrik (Dokumentasi Pribadi, 2015)

(19)

P a g e 19 | 41 3.4 Akusisi

Gambar 3.3 Diagram Alir Akuisisi Studi literatur

Orientasi Lapangan

Desain survey

Akuisisi data Melakukan Perangkaian Alat

Running Resistivity OYO

Mc-Ohm el

(20)

P a g e 20 | 41

Konfigurasi Dipole – dipole

Gambar 3.4 Desain Suvei Metode Resistivitas Konfigurasi Dipole –dipole dengan panjang lintasan 65 meter (Dokumentasi pribadi, 2015).

(21)

P a g e 21 | 41

Konfigurasi Schlumberger

Gambar 3.6 Desain Suvei Metode Resistivitas Konfigurasi Schlumberger dengan panjang lintasan 100 meter (Dokumentasi pribadi, 2015).

(22)

P a g e 22 | 41 3.5 Pengolahan Data

Gambar 3.8 Diagram Alir Pengolahan Data Data Lapangan

Pengolahan Data Konfigurasi Dipole-Dipole Dengan Menggunakan

software Res2DINV

Pengolahan Data Konfigurasi Schlumberger Dengan Menggunakan

(23)

P a g e 23 | 41 3.6 Interpretasi

Gambar 3.9 Diagram Alir Interpretasi Identifikasi Nilai Resistivitas

Identifikasi Sebaran Nilai Resistivitas

(24)

P a g e 24 | 41 BAB IV

ANALISIS DAN PEMBAHASAN 4.1 Pembahasan

Gambar 4.1 Hasil Penampang Bawah Permukaan Metode Geolistrik Konfigurasi Dipole – Dipole menggunakan Software RES2DINV Hari 1

(25)

P a g e 25 | 41

Gambar 4.3 Hasil Penampang Bawah Permukaan Metode Geolistrik Konfigurasi Dipole – Dipole menggunakan Software RES2DINV Hari 2

(26)

P a g e 26 | 41

Gambar 4.5 Hasil Penampang Bawah Permukaan Metode Geolistrik Konfigurasi Dipole – Dipole menggunakan Software RES2DINV Hari 3

(27)

P a g e 27 | 41

Gambar 4.7 Hasil Penampang Bawah Permukaan Metode Geolistrik Konfigurasi Dipole – Dipole menggunakan Software RES2DINV Hari 4

(28)

P a g e 28 | 41

Gambar 4.9 Hasil Penampang Bawah Permukaan Metode Geolistrik Konfigurasi Dipole – Dipole menggunakan Software RES2DINV Hari 5

(29)

P a g e 29 | 41

(30)

P a g e 30 | 41

(31)

P a g e 31 | 41

(32)

P a g e 32 | 41

(33)

P a g e 33 | 41

(34)

P a g e 34 | 41

Pada visualisasi yang telah dihasilkan dapat dilihat bahwa pada konfigurasi dipole-dipole didapatkan 3 visualisasi yaitu;

1. Data resistivitas nyata pada lapangan 2. Nilai resistivitas semu

3. Gabungan antara relativitas nyata dan relativitas semu

Selanjutnya pada konfigurasi Schlumberger kita melakukan interpretasi kurva dengan membuat pemodelan awal berupa line berwarna biru. Setiap sudut yang kita buat, merupakan representative dari lapisan yang ada.

Interpretasi lebih lanjut dilakukan dengan melakukan korelasi nilai resistivitas dengan table resistivitas, dan kemudian mengasumsikan jenis litologinya, untuk lebih jelasnya dapat dilihat seperti gambar dibawah ini;

Gambar 4.16 Hasil Interpretasi Litologi Hari 1 Hasil interpretasi pada hari pertama

secara keseluruhan menghasilkan litologi

batuan sebagai berikut ini.

Lapisan pertama memiliki ketebalan

4 meter dengan resistivitas 294.24 –

8048.35 m batu pasir. Kemudian lapisan

kedua memiliki ketebalan 5 meter dengan

resistivitas 24.04 – 46.45 m batu

lempung. Kemudian lapisan ketiga

memiliki ketebalan 8 meter dengan

resistivitas 177.06 – 140.64 m merupakan

kerikil. Kemudian lapisan keempat

memiliki ketebalan 21 meter dengan

(35)

P a g e 35 | 41

Gambar 4.17 Hasil Interpretasi Litologi Hari 2 Hasil interpretasi pada hari pertama

secara keseluruhan menghasilkan litologi

batuan sebagai berikut ini.

Lapisan pertama memiliki ketebalan

17 meter dengan resistivitas 276.34 –

7668.63 m batu pasir. Kemudian lapisan

kedua memiliki ketebalan 45 meter dengan

resistivitas 3.30 – 15.59 m batu lempung.

Kemudian lapisan ketiga memiliki

ketebalan 50 meter dengan resistivitas

95.03 – 116.98 m merupakan lempung

(36)

P a g e 36 | 41

Gambar 4.18 Hasil Interpretasi Litologi Hari 3 Hasil interpretasi pada hari pertama

secara keseluruhan menghasilkan litologi

batuan sebagai berikut ini.

Lapisan pertama memiliki ketebalan

25 meter dengan resistivitas 60.64 –

3146.16 m batu pasir dan kerikil kering.

Kemudian lapisan kedua memiliki

ketebalan 35 meter dengan resistivitas

(37)

P a g e 37 | 41

Gambar 34.19 Hasil Interpretasi Litologi Hari 4 Hasil interpretasi pada hari pertama

secara keseluruhan menghasilkan litologi

batuan sebagai berikut ini.

Lapisan pertama memiliki ketebalan

7 meter dengan resistivitas 0.03 – 116.53

m batu pasiran dengan sisipan pirit. Kemudian lapisan kedua memiliki

ketebalan 36 meter dengan resistivitas 0.07

– 29.78 m pirit. Kemudian lapisan ketiga memiliki ketebalan 31 meter dengan

resistivitas 2.13 – 3.01 m merupakan

(38)

P a g e 38 | 41

Gambar 4.20 Hasil Interpretasi Litologi Hari 5

Berdasarkan hasil interpertasi litologi diatas, dapat diketahui adanya zona prospek pirit pada lokasi di hari ke 4. Dimana kita ketahui bahwa pirit merupakan cikal bakal mineral emas. Berdasarkan hasil dari interpretasi ini, maka dinyatakan tujuan dari praktikum sesuai dengan hasil yang didapatkan.

Hasil interpretasi pada hari pertama

secara keseluruhan menghasilkan litologi

batuan sebagai berikut ini.

Lapisan pertama memiliki ketebalan

16 meter dengan resistivitas 7.34 – 612.07

m aluvium. Kemudian lapisan kedua memiliki ketebalan 49 meter dengan

resistivitas 3777.52 – 8329.52 m batu

(39)

P a g e 39 | 41 BAB V

PENUTUP 5.1 Kesimpulan

Kesimpulan yang dapat diambil dari workshop geofisika dengan metode

Geolistrik adalah metode geofisika dengan menggunakan sifat konduktivitas

untuk mendeteksi objek yang terkubur di dalam tanah dan mengevaluasi

kedalaman objek tersebut. Dari hasil yang didapatkan, ditemukan zona

prospek yaitu pada lokasi hari ke 4.

5.2 Saran

Saran dalam pelaksanaan workshop geofisika selanjutnya adalah pada

penggunaan alat yang disinyalir masih belum sempurna. Kemudian untuk data

dan hasil, diharapkan dapat dituliskan secara lengkap dan memiliki format

(40)

P a g e 40 | 41 DAFTAR PUSTAKA

Andriyani, Satuti, Ari Handono Ramelan dan Sutarno. 2010. Metode Geolistrik Imaging

Konfigurasi Dipole-Dipole untuk Penelusuran Sistem Sungai Bawah Tanah pada

Kawasan Karst di Pacitan Jawa Timur. Jurnal Ekosains 2, 1.

Broto, S., R. S. Afifah. 2008. Pengolahan Data dengan Metode Schlumberger. Jurnal

Teknik. Vol 29 No. 2

Darman. 2012. Penerapan Metode Geolistrik Untuk Identifikasi Pola Penyebaran Zona

Asin Di Bledug Kuwu, Grobogan, Jawa Tengah Indonesian Journal of Applied

Physics 2, 73.

Hendrajaya, Lilik dan Arif Idham. 1990. Geolistrik Tahanan Jenis, Monografi: Metoda

Eksplorasi. Bandung. Laboratorium Fisika Bumi ITB.

Lita, Fristy. 2012. Identifikasi Anomali Magnetik di Daerah Prospek Panasbumi

Arjuna-Welirang. Skripsi Program Studi Geofisika Universitas Indonesia. Jakarta.

Ngadimin. 2011. Aplikasi Metode Geolistrik Untuk Alat Monitoring Rembesan Limbah.

JMS 6, 43 – 53.

Sharma, P.V. 1997. Environmental and Engineering Geophysics. Cambridge University

Press, United Kingdom

Telford, W.M., L.P. Geldart, , R.E. Sheriff, dan D.A. Keys. 1982. Applied Geophysic.

London. Cambridge University Press.

Telford, W.M., L.P. Geldart and R.E. Sheriff. 1998. Applied Geophysics. 2nd Edition. New

York. Cambridge University Press.

Tipler, Paul A. 1996. Fisika untuk Sains dan Teknik. Jilid 2. Edisi Ketiga. Jakarta. Erlangga.

Tim Survey Terpadu Geologi dan Geokimia PSDG. 2010. Laporan Akhir Survey Geologi

dan Geokimia Daerah Panasbumi Arjuno-Welirang Kabupaten Mojokerto dan

Malang Provinsi Jawa Timur. Laporan Akhir Pusat Sumber Daya Geologi.

Bandung

Verhoef. 1989.Geologi Untuk Teknik Sipil. Erlangga. Jakarta.

VSI. 2014. Gunung Arjuno-Welirang. Retrieved from VSI ESDM Web Site:

http://www.vsi.esdm.go.id/index.php/gunungapi/data-dasar-gunungapi/544-g-arjuno-welirang?start=2

Waluyo, Galih Panggah. 2009. Deteksi Pola Patahan di Desa Renokenongo Porong

Sidoarjo dengan Metode Geolistrik Konfigurasi Wenner. ITS-Undergraduate 3,

(41)

P a g e 41 | 41 Wuryantoro. 2007. Aplikasi Metode Geolistrik Tahanan Jenis untik Menentukan Letak

dan Kedalaman Aquifer Air Tanah (Studi Kasus di Desa Temperak Sarang

Kabupaten Rembang Jawa Tengah. Skripsi Jurusan Fisika Universitas Negeri

Gambar

Gambar 2.1. Peta Fisiografi Jawa Timur (Bemmelen, 1949).
Gambar 2.2 Silinder Konduktor
Gambar  2.3 Equipotensial dan garis arus dari dua titik sumber dipermukaan
Tabel 2. 2 Kisaran nilai resistivitas material bawah permukaan (Telford, 1982)
+7

Referensi

Dokumen terkait

b) Destilasi dapat diartikan sebagai suatu metode operasi yang digunakan pada proses pemisahan suatu komponen dari campurannya berdasarkan titik didih

kerja adalah segala sesuatu yang berada di lingkungan yang dapat mempengaruhi baik.. secara langsung maupun tidak langsung seseorang atau sekelompok orang di

Bagaimana pengaruh bauran pemasaran jasa (produk, biaya pendidikan, tempat, proses, orang, bukti fisik) dan kualitas pelayanan (bukti langsung, kehandalan, ketanggapan,

Dengan memperhatikan kriteria-kriteria ideal diatas, mahasiswa alumni/mahasiswa praktikan diharapkan mampu memiliki semua kriteria yang diharapkan oleh para pengguna ( user ).

Dalam penelitian ini, metode dalam pembelajaran kooperatif yang digunakan adalah metode pembelajaran The Power Of Two yang diharapkan dapat memperbaiki sistem pembelajaran di

Hal ini dibuktikan dengan pandangan Amerika Serikat megenai diplomasi publik yang orientasinya adalah kontrol total terhadap informasi sebagai kebijakan

Kesimpulan penelitian ini adalah (1) Gambaran penggunaan media video pembelajaran matematika berlangsung secara efektif, (2) Gambaran minat belajar setelah

Penelitian ini betujuan untuk mengetahui mutu fisik telur ayam ras yang dijual oleh pedagang telur pada Pasar Simpang Baru Kota Pekanbaru ditinjau dari SNI