TUGAS TEKNIK RADIOGRAFI III
TEKNIK LOPOGRAFI
Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Teknik Radiografi III
Dosen Pengampu : Sri Mulyati, S.Si., MT
Disusun oleh :
1. SAFIRA HUTAMI 6. DISKA PUTRI
2. NUR KHOTIMAH 7. GENA ASTIKA
3. RIS DIANA K 8. HAM ANOUW
4. HASNA RAHMANIA 9. SUBANDI
5. DIAJENG UMI H 10. HIZKIA PRATAMA
PROGAM STUDI DIPLOMA IV TEKNIK RADIOLOGI JURUSAN TEKNIK RADIODIAGNOSTIK DAN RADIOTERAPI
Kata Pengantar
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Panyayang, dengan ini kami panjatkan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah Teknik Radiografi 3 tentang "Teknik Lopografi".
Adapun makalah Teknik Radiografi 3 tentang "Teknik Lopografi" ini telah kami usahakan semaksimal mungkin dan tentunya dengan bantuan dari banyak pihak, sehingga dapat memperlancar proses pembuatan makalah ini. Oleh sebab itu, kami juga ingin menyampaikan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah membantu kami dalam pembuatan makalah Teknik Radiografi 3 tentang "Teknik Lopografi".
Akhirnya penyusun mengharapkan semoga dari makalah Teknik Radiografi 3 tentang "Teknik Lopografi" ini dapat diambil manfaatnya sehingga dapat memberikan inpirasi terhadap pembaca. Selain itu, kritik dan saran dari Anda kami tunggu untuk perbaikan makalah ini nantinya.
Semarang, Oktober 2017
Daftar Isi
BAB III PROFIL KASUS DAN PEMBAHSAN
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Radiologi merupakan salah satu ilmu dari bidang kedokteran, yang mempelajari teknik dari pengambilan gambar foto rontgen dengan menggunakan sinar-x, pelayanan radiologi di rumah sakit sangat dibutuhkan sekali untuk menegakkan diagnosa sebagai penunjang pelayanan medis.
Perkembangan pemanfaatan sinar X dalam bidang radiodiagnostik pun menjadi makin berkembang seiring dengan ditemukannya bahan kontras. Bahan Kontras merupakan senyawa-senyawa yang digunakan untuk meningkatkan visualisasi (visibility) struktur-struktur internal pada sebuah pencitraan diagnostic medik.
Bahan kontras dipakai pada pencitraan dengan sinar-X untuk meningkatkan daya attenuasi sinar-X. Atau dengan kata lain pemanfaatan bahan kontras ini dipakai untuk lebih meningkatkan radiolucent maupun radioopaque suatu gambaran organ. Bahan kontras ditemukan pertama kali pada tahun 1896 dan dipakai untuk pemeriksaan traktus digestivus.
B. Rumusan Masalah
Berikut adalah rumusan-rumusan masalah yang akan dibahas dalam laporan kasus ini:
1. Bagaimana Anatomi Fisiologi organ percernaan khususnya pada kolon?
2. Bagaimana Teknik Pemeriksaan Lopografi Dengan Kasus Atresia Ani?
C. Tujuan Penulisan Makalah
Tujuan penulisan laporan kasus ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk Mengetahui Anatomi Fisiologi Kolon.
2. Untuk Mengetahui Teknik Pemeriksaan Lopografi Dengan Kasus Atresia Ani.
3. Mahasiswa Dapat Menentukan Faktor Eksposi Yang Akan Digunakan Untuk Pemeriksaan.
4. Mahasiswa Dapat Mengetahui Alat-Alat Yang Dibutuhkan Dalam Melakukan Pemeriksaan.
1. Menambah Pengalaman dan Pengetahuan Penulis dalam Melakukan Pemeriksaan Lopografi.
2. Sebagai Bahan Informasi dan Referensi bagi Mahasiswa Khususnya Mahasiswa Jurusan Teknik Radiodiagnostik dan Radioterapi Politeknik Kesehatan Kementerian Kesehatan Semarang.
3. Memberikan Informasi dan Gambaran Yang Jelas Tentang Pemeriksaan Lopografi.
E. Sistematika Penulisan
Untuk mempermudah pembaca untuk memahami isi laporan kasus ini, penulis menyajikan sistematika penulisan dengan rincia sebagai berikut:
BAB I Pendahuluan
Bab ini terdiri atas latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penulisan, metode pengumpulan data , manfaat penulisan dan sistematika penulisan.
BAB II Pembahasan
Bab ini menjelaska tentang anatomi, indikasi, kontra indikasi dan prosedur pemeriksaan radiologi yang dijadikan sebagai dasar teori dalam penulisan laporan ini.
BAB III Profil Kasus Dan Pembahasan
Bab ini berisi tentang profil kasus pasien yang mengalami atresia ani, prosedur pemeriksaan, hasil pembacaan radiograf serta pembahasannya.
BAB IV Penutup
Pada bab ini, dikemukakan kesimpulan dari bab-bab sebelumnya sertasaran dari penulis.
DAFTAR PUSTAKA
Pengertian
Tujuan
Anatomi
Indikasi pemeriksaan
Alat- alat yang digunakan
Persiapan pasien
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian
Pemeriksaan radiografi pada colon yang dilakukan post colostomy yang menggunakan folley cateter, dan dimasukkan melalui lubang anus buatan yang tidak mengeluarkan feces.Colostomy adalah tindakan bedah pembuatan saluran dari colon ke dinding abdomen sebagai pengganti fungsi anus.
2.2 Tujuan
Untuk mengevaluasi pembuatan saluran buatan antara colon dengan dinding abdomen tersebut.
2.3 Anatomi dan Fisiologi
2.3.1 Anatomi Colon
Usus besar terdiri dari caecum, usus tebal (colon), dan poros usus (rectum). Caecum adalah kantung kecil, di ujungnya terdapat umbai kecil yang menggantung sepanjang
± 90 mm, dan disebut usus buntu (appendix). Usus buntu tidak jelas fungsinya pada tubuh
manusia
.
Usus besar terdiri dari tiga bagian: menaik (Ascending colon), melintang (Transvers colon), dan menurun (Descending colon).
2.3.2 Fungsi Colon
Fungsi utama usus besar adalah untuk mengabsorbsi air kembali dan untuk mengeluarkan mukus yang berfungsi untuk melumasi dan membantu mengeluarkan feses. Perjalanan melalui usus besar sangat lambat, kadang-kadang memakan waktu 24 jam. Feses berhenti di usus besar menurun dan poros usus (rectum), dan secara periodik dikeluarkan dari tubuh melalui anus. Di anus terdapat dua cincin sphincter yang menjaganya agar tetap tertutup.
1. menyimpan dan eliminasi sisa makanan
2. menjaga keseimbangan cairan dan elektrolitdengan cara menyerap air
2.4 Indikasi Pemeriksaan
Pemeriksaan Loopografi di RSCM kasus yang saya ambil yaitu :
Nama : An. xxx
Tidak dilakukan persiapan secara khusus, pasien hanya diminta puasa 4 jam sebelum dilakukan pemeriksaan, hal ini dikarenakan anus buatan yang berada pada dinding abdomen sehingga feces mudah dikeluarkan.
2.7 Teknik Pemeriksaan
1. Foto pendahuluan :
Sebelum dilakukan pemeriksaan Loopografi dilakukan foto pendahuluan terlebih dahulu untuk melihat persiapan pasien.biasa yang digunakan adalah foto abdomen AP.
Pasien recumbent, kedua lengan disamping tubuh, MSP//garis tengah kaset.
FFD 100 cm
CR : Vertikal tegak lurus
CP : pada MSP setinggi L 3 atau kira-kira setinggi SIAS.
o Kedua dinding lateral abdomen tidak terpotong.
o Bagian atas mencakup kedua ginjal.
o Bagian bawah tepi atas symphisis pubis.
o Tampak musculus psoas, contour ginjal.
o Tampak marker R/L dan identitas pasien.
2. Pemasukan bahan kontras dengan menggunakan kateter yang dimasukkan melalui anus buatan yang tidak mengeluarkan feces.
3. Dengan dikontrol fluoroscopy suntikan bahan kontras
4. Dibuat foto-foto spot atau foto besar dengan posisi yang sesuai, biasanya AP dan Lateral.
Proyeksi AP
Pasien recumbent, kedua lengan disamping tubuh, MSP//garis tengah kaset.
FFD 100 cm
CR : Vertikal tegak lurus
CP : pada MSP setinggi L 3 atau kira-kira setinggi SIAS.
Kriteria Gambar :
1. Tampak bahan kontras mengisi colon desendens dan sigmoid pada posisi AP. 2. Tampak post colostomy pada sisi kiri pasien.
3. Tampak anal dample. Proyeksi Lateral
Pasien diposisikan lateral recumbent.
Kedua lutut difleksikan untuk keseimbangan.
Kedua lengan dilipat ke atas dan tangan disatukan serta diletakkan dibawah kepala.
Kaset dipasang memanjang dan diberi marker R/L.
CR : Vertikal tegak lurus.
CP : 2,5 cm ke anterior dari MCL setinggi CV Lumbalis III
Eksposi pada saat pasien tahan nafas setelah ekspirasi penuh
Kriteria Gambar :
1. Tampak bahan kontras mengisi colon desendens dan sigmoid pada posisi lateral. 2. Tampak anal dample.
PROFIL KASUS DAN PEMBAHASAN
Definisi atresia ani
kelainan tidak adanya lubang pelepasan pada daerah
dubur(anus) yang sifatnya bawaan atau muncul kemudian.
Patologi
Menurut Berton.
Atresia ani dibagi berdasarkan tinggi rendahnya kelainan:
1.
atresia ani letak tinggi: bagian distal rectum berakhir di
atas musculus levator ani(>1,5 cm dengan kulit luar)
2.
Atresia ani letak rendah: distal rectum melewati musculus
Menurut Stephen
Atresia ani dibagi berdasarkan garis pubococcygeal.
1.
Atresia letak tinggi: bagian distal rectum terletak di atas
garis pubococygeal
2.
Atresia ani letak rendah: bila bagian distal rectum terletak
Menurut Ladd dan gross
4 type atresia ani:
1.
Stenosis ani: anus dan rectum ada tetapi menyempit
2. Imperforatus anus dengan anus berupa membran
3.
Imperforatus anus dengan kantong rectum berakhir agak
tinggi dari kulit peritoneum
4.
Atresia rectum, rectum berakhir buntu dan terpisah dari
PROSEDUR PEMERIKSAAN
PERSIAPAN PASIEN
Tidak ada persiapan khusus yang harus dilakukan tetapi untuk
mendapatkan gambaran yang baik maka sebelum dilakukan
pemeriksaan bayi diletakkan dengan posisi kepala berada di
bawah dan kaki berada di atas selama ± 5 menit dengan tetap
menjaga kenyamanan pasien.
TUJUAN PERSIAPAN
Agar udara dalam kolon dapat mencapai rectum.
Bagian distal anal dipasang marker sehingga pada foto, daerah
antara marker dengan bayangan udara yang tertinggi dapat
diukur.
Proyeksi pemeriksaan sebagai berikut:
Proyeksi Wangesteen Rice
Posisi AP
untuk melihat ada tidaknya atresia ani dan untuk melihat
beratnya distensi atau peregangan usus.
Posisi pasien :
Posisi obyek: obyek diatur sehingga daerah abdomen bagian
distal masuk dalam film. Pada daerah anus dipasang marker.
CR: horisontal tegak lurus kaset
CP: pertengahan garis yang menghubungkan kedua trokhanter
mayor
FFD: 100 cm
Eksposi dilakukan saat pasien tidak bergerak.
Posisi lateral
Tujuan untuk melihat ketinggian atresia ani.
PP: Posisi inverse tapi satu sisi tubuh berada di depan standar
kaset. Kedua paha ditekuk semaksimal mungkin ke arah perut
agar bayangan udara pada radiograf tidak tertutup oleh
gambaran paha. MSP sejajar film.
PO: obyek diatur sedemikian sehingga daerah abdomen bagian
distal masuk dalam film. Pada daerah anus dipasang marker.
CR: horisontal tegak lurus kaset
CP: pada trokanter mayor
Eksposi : saat pasien tidak bergerak
Proyeksi lateral prone cross table
Merupakan alternatis pemeriksaan invertogram untuk
memperlihatkan bayangan udara di dalam colon mencapai batas
maksimal tinggi/naik di daerah rectum bagian distal.
PP: Pasien diposisikan prone
PO: kedua paha ditekuk (hip flexi) angkat punggung bayi
sehingga letak pelvis lebih tinggi dari kepala/wajah. Kaset pada
salah satu sisi lateral dengan trokhanter mayor pada pertengahan
kaset.
CP: pada trokhanter mayor menuju pertengahan kaset.
CR: horisontal tegak lurus film/kaset
FFD: 90 cm
Keuntungan proyeksi prone cross table
Posisi lebih mudah
Waktu memposisikan lebih singkat
Pasien lebih tenang dan nyaman
Udara pada rectum tampak naik dan lebih tinggi sehingga posisi
BAB IV
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Pemeriksaan radiografi pada colon yang dilakukan post colostomy yang menggunakan folley cateter, dan dimasukkan melalui lubang anus buatan yang tidak mengeluarkan feces.Colostomy adalah tindakan bedah pembuatan saluran dari colon ke dinding abdomen sebagai pengganti fungsi anus.
Untuk pemeriksaan lopografi ini tidak diperlukan persiapan khusus seperti pemeriksaan colon in loop yang mengharuskan pasiennya harus puasa 1 hari sebelum pemeriksaan dimulai. Hal ini dikarenakan loopografi hanya digunakan untuk mengevaluasi saluran cerna post colostomy. Untuk pasien lopografi hanya diperlukan puasa 4 jam sebelum pemeriksaan.
Dibuat foto-foto spot atau foto besar dengan posisi yang sesuai, biasanya AP dan Lateral. Posisi ini dipakai untuk memperlihatkan saluran post colostomi dari sisi depan dan sisi samping.
3.2 Saran
DAFTAR REFERENSI
•
https://
www.slideshare.net/nonazesifa/tekn
ik-radiografi-3-pemeriksaan-lopografi
•