• Tidak ada hasil yang ditemukan

Artikel kerharmonisan rumah tangga dan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Artikel kerharmonisan rumah tangga dan"

Copied!
5
0
0

Teks penuh

(1)

Bagaimana Menjaga Keharmonisan Rumah Tangga Anda?

Keharmonisan adalah suasana yang selalu didambakan setiap pasangan suami-istri. Hubungan yang harmonis akan membuat pasangan mampu menghadapi apapun situasi yang terjadi. Kemesraan yang sudah terjalin pun akan selalu terjaga dan tetap hangat. Rumah tangga juga akan terhindar dari cekcok dan konflik. Lalu, bagaimanakah cara menciptakan keharmonisan bersama suami? Simak beberapa langkah berikut:

Saling mengingatkan

Interaksi dengan orang lain, juga dengan suami, tidak menutup kemungkinan terjadinya salah paham atau perasaan tidak mengenakkan lainnya. Mungkin, Anda melakukan kesalahan yang mengganggu hubungan Anda berdua. Bisa pula sebaliknya, suami yang melukai hati dan pikiran Anda. Yang perlu diingat adalah jangan gampang tersulut emosi. Untuk mengatasinya, Anda dan suami hanya butuh saling mengingatkan dan memberi masukan yang baik.

Tidak mungkin suami akan tersinggung ketika Anda memberi saran yang bermanfaat, asal Anda tahu caranya! Saling mengingatkan juga akan menjaga diri Anda berdua untuk tidak mengulangi kesalahan yang sama dan tidak perlu.

Apalagi jika Anda saling mengingatkan dalam nada-nada canda dan dengan tutur kata yang ringan, enak didengar. Tidak perlu dengan muka serius. Tuturkan dengan bahasa yang ringan dan efektif, niscaya akan lebih mengena di hati suami.

Panggil istrimu dengan nama yang ia sukai.

Sebagaimana Rasulullah Saw. memanggil Aisyah r.a. dengan sebutan Humaira (si Merah Delima). Maka, bertanyalah kepada istrimu mengenai nama yang ia sukai. Istri pun harus melakukan hal yang sama yaitu memanggil suami dengan sebutan yang disukainya.

Saling memberikan pujian.

Pada dasarnya, manusia itu senang dipuji dan ini termasuk kebutuhan (tabiat). Hendaknya suami sering memuji istri, demikian pula sebaliknya. Memuji pasangan dapat dilakukan dihadapan orangtuanya, anak-anaknya atau kerabatnya dengan menyebutkan kebaikan-kebaikan yang dimilikinya.

Bersikap qana’ah.

Diantara tanda keharmonisan cinta pasangan suami istri adalah sikap merasa puas dengan yang ada (qana’ah) atau merasa puas dengan prasarana hidup yang tersedia. Masih berkelanjutannya sikap manja, kebiasaan hidup serba ada, boros, dan berfoya-foya pada masa kecil atau remaja termasuk salah satu faktor yang memicu pertikaian pasangan suami istri. Sikap demikian berlawanan dengan kedewasaan yang menuntut pandangan realistis tentang kehidupan. Hal-hal picisan dan glamour yang digembar-gemborkan media sejatinya tidak akan menciptakan kebahagiaan.

Kebahagiaan sejati hanya akan memancar dari hati dan jiwa terdalam, bukan bertolak dari aspek-aspek materi yang justru memicu kesenjangan dan konflik.

Sekali-kali ajak istri jalan-jalan, piknik, atau rekreasi.

Tentu saja, bepergian yang dimaksud adalah mengunjungi tempat-tempat yang dihalalkan. Setiap bulannya, jadwalkan waktu pergi berdua (kencan) dengan istri agar ia tidak sumpek terus menerus berada di rumah.

Senantiasa bersikap terus-terang, jujur, dan sportif.

Ini merupakan kunci kebahagiaan kehidupan rumah tangga yang tidak mungkin nihil dari kesalahpahaman. Jika Anda melakukan kesalahan, maka yang harus dilakukan adalah bergegas meminta maaf, berani mengakuinya, dan berjanji tidak akan mengulanginya lagi di kemudian hari. Sikap tersebut sama sekali tidak berarti menistakan status dan harga diri Anda. Hal itu justru mendorong pihak lain untuk menghormati, mempercayai, dan memaafkan Anda.

Jangan melihat ke belakang.

(2)

bermula dari pertanyaan sepele tersebut. Jika rasa penyesalan berlarut, tidak tertutup kemungkinan ketidakharmonisan berujung pada perceraian. Karena itu, hadapilah kenyataan yang saat ini kita hadapi. Jangan lari dari masalah dengan melongok ke belakang atau (na’udzubillah) membayangkan sosok lain di luar pasangan kita. Hal ini akan membuka pintu setan sehingga ia akan dengan mudah meracuni.

Tumbuhkan impian

Impian membuat Anda memiliki harapan. Bila Anda memiliki harapan, Anda pun mempunyai gairah untuk mewujudkannya. Hidup pun menjadi bersemangat. Jadi, usahakan untuk selalu mewarnai setiap hari dengan rencana-rencana matang untuk menggapai impian-impian Anda. Tentu saja, tak cuma Anda yang harus menghidupkan suasana seperti ini.

Suami pun harus sama-sama berupaya. Tumbuhkan impian-impian yang realistis bersama suami, sehingga Anda berdua termotivasi untuk terus berusaha. Dengan saling berbagi cerita dan impian, hari-hari Anda akan terasa lebih menantang dan hubungan dengan suami pun akan lebih harmonis. Anda tidak akan pernah habis-habisnya bercerita tentang usaha-usaha dalam mewujudkan impian-impian tadi.

Jangan selalu curiga

Kecurigaan tidak akan pernah berbuah manis. Bayangkan jika pikiran Anda atau pasangan hanya dipenuhi oleh upaya untuk selalu mencari sisi-sisi negatif masing-masing. Bagaimana mungkin keharmonisan tercipta bila Anda berdua membiarkan kecurigaan itu tumbuh subur. Lebih baik, tumbuhkan sikap saling percaya agar hubungan berjalan dengan baik. Dengan demikian, Anda berdua akan mampu menciptakan suasana yang harmonis.

Suami adalah partner

Anda dan suami harus sama-sama sadar bahwa pasangan bukanlah bawahan. Pasangan adalah pribadi yang unik dan memiliki banyak potensi untuk berkembang. Oleh karena itu, perlakukan dia sejajar dengan Anda. Dia juga seperti Anda, ingin dihargai! Hindari ungkapan-ungkapan yang tidak perlu dan tidak enak didengar. Ciptakan suasana yang nyaman yang memungkinkan ide-ide segar muncul. Dengan ide-ide-ide-ide ini, Anda berdua akan selalu memiliki cara-cara baru dan lebih ampuh dalam memelihara hubungan.

(3)

Kiat-kiat Menjaga Keharmonisan Rumah Tangga

Written by Tim Sarkub| 19/09/2013 |3

Siapa yang tak ingin memiliki kisah rumah tangga seromantis Rasulullah SAW dan Siti Khodijah? Pasti, yang akan menjawab pertanyaan itu adalah saya sendiri..

Imam Ghozaly telah merumuskan beberapa kiat menjaga keharmonisan Rumah Tangga yang bisa menjadi pedoman pasangan yang akan menikah, baru menikah, dan pengantin lama.

Resep dari Al-Ghazali

Di dalam kitab Al-Ihya Ulumuddin, Imam Ghazali Beliau berkata, “Bahwa jika pasangan suami istri melakukan sejumlah perkara ini niscaya akan langgeng rumah tangganya, harmonis serta bahagia, baik di dunia maupun di akhirat.”

Adapun perkara-perkara itu adalah sebagai berikut:

1. Hendaknya pasangan suami-istri tersebut sebelum menikah mempelajari ilmu agama yang berhubungan dengan nikah, sehingga hak masing-masing dapat terlaksana, karena bagaimana ia dapat mengetahui hak masing-masing jika tanpa dasar ilmu agama. Dengan mengetahui ilmu agama, insya Allah keluarga akan terjaga dari api neraka. Oleh karenanya, Allah SWT berfirman:

“Jagalah diri kalian dan juga keluarga kalian dari neraka.” (QS At-Tahrim: 6).

Rasulullah SAW bersabda:

“Mencari ilmu itu wajib atas setiap orang muslim.” (HR Muslim).

2. Hendaknya seorang suami sabar menghadapi perlakuan maupun akhlaq istri yang tidak baik, karena bagaimanapun akal seorang wanita tidak sama dengan akal pria, sebagaimana sabda Nabi SAW:

“Aku tidak melihat seorang yang kurang akal dan agamanya yang menguasai akal laki-laki lebih dari perempuan.” (HR Al-Bukhari).

Allah SWT dan Rasul-Nya mewanti-wantikan hal itu, sebagaimana dalam firman Allah SWT:

“Dan gaulilah para istri itu dengan baik.” (QS An Nisaa’: 19).

Rasulullah juga bersabda:

“Awaslah kalian dari perbuatan yang tidak baik kepada istri-istri kalian, karena mereka bagaikan tawanan di tangan kali an, kalian telah mengambil mereka dengan amanat Allah dan menjadi halal bagi kalian kemaluannya dengan kalimat Allah.” (HR An-Nasa’i).

(4)

3. Hendaknya seorang suami berusaha sebisa mungkin untuk bersifat romantis kepada istrinya dengan mencandainya dan bermain dengannya sebagaimana hal itu dilakukan Rasulullah kepada istri-istri beliau, sehingga diriwayatkan bahwa Rasulullah bercanda dengan istri-istrinya dan Rasulullah berusaha mengikuti kemauan mereka dan bersenda gurau dengan mereka, sebagaimana di-riwayatkan bahwa Rasulullah SAW pernah berlomba dalam mengendarai kuda, maka Rasulullah SAW memenangkan perlombaan itu tapi dalam kesempatan lain Rasulullah SAW kalah (mengalah) dari Sayyidatuna Aisyah RA. Maka Rasulullah SAW berkata kepadanya, “Itu adalah pembalasan dari kekalahan kamu yang lalu,” demikianlah salah satu gambaran saat Rasulullah SAW ber-senda gurau dengan istrinya, Sayyidatuna Aisyah RA.

“Bahwasanya Rasulullah SAW adalah sosok manusia yang paling romantis dengan istrinya.” (H.R. Ath-Thabarani).

Berkata Sayyidina Umar bin Al-Khaththab RA, “Hendaknya bagi orang yang berakal menjadi seperti anak-anak terhadap istri-istrinya.”

Jelas sudah, bersenda gurau ataupun berhubungan baik dengan istri adalah sunnah, dengan catatan tidak sampai melewati batas, misalnya apa pun yang diingini istrinya diikuti padahal itu karena keinginan hawa nafsunya, sehingga suami tersebut tidak ada wibawa di depan istri dan tidak bisa melarang kemunkaran yang dilakukan sang istri.

Berkata Sayyidina Umar bin Al-Khaththab RA, “Bertolak belakanglah kalian dengan apa yang diingini oleh wanita, karena di situlah ada keberkahan.”

Berkata Imam Hasan Al-Basri, “Demi Allah, tidak ada seorang suami pun mengikuti istrinya dalam setiap apa pun yang diinginkannya kecuali Allah akan memasukkannya ke dalam neraka karenanya.”

Kesimpulannya, seorang suami dalam keluarga harus menjadi pemimpin yang disegani karena wibawanya sekaligus dicintai karena mengerti kemauan keluarga, baik ketika bersenda gurau maupun ketika dalam keadaan serius.

4. Hendaknya seorang suami tidak terlalu mencemburui istrinya sampai kelewat batas.

Sifat cemburu yang ada pada seorang suami memang merupakan sifat yang baik, sebagaimana sabda Rasulullah SAW:

”Sesungguhnya aku adalah seorang pencemburu dan tidak ada seorang pun yang tidak cemburu pada istrinya kecuali dia adalah pria yang terbalik hatinya.” (HR Abu Umar).

Akan tetapi harus dicatat bahwa cemburu boleh dilakukan atau bahkan merupakan sifat yang baik jika pada tempatnya. Misalnya dia keluar rumah tanpa seizin suaminya atau berbicara dengan laki-laki ajnabi (bukan mahram) dan lain-lain.

Adapun jika tanpa sebab sebelumnya, itu merupakan cemburu buta dan sifat yang tidak baik, karena berdasarkan prasangka tidak baik, dan itu dilarang oleh agama kita, sebagaimana sabda Nabi SAW:

”Sesungguhnya di antara sifat cemburu, ada yang dibenci oleh Allah, yaitu cemburu pada istri tanpa alasan atau hanya karena prasangka tidak baik.” (HR Abu Dawud).

Imam Ali KW berkata, “Janganlah kamu suka mencemburui istrimu tanpa sebab, karena hal itu akan menyebabkan istrimu dituduh yang bukan-bukan dan engkau penyebabnya.”

5. Hendaknya seorang suami dalam memberi nafkah mengambil jalan tengah, yaitu tidak terlalu kikir atau terlalu boros, karena keduanya dilarang oleh agama. Sebagaimana firman Allah SWT:

”Makan dan minumlah kalian akan tetapi jangan sampai boros.” – QS Al-A’raf: 31.

6. Hendaknya seorang istri mampu mempunyai sifat qana’ah (menerima apa adanya) terhadap pemberian sang suami, dan tidak meminta sesuatu yang di luar kemampuan suami, karena hal itu akan menyebabkan suaminya berbuat yang tidak diinginkan. Hendaknya mencontoh wanita-wanita shalihah dahulu, sebagaimana diriwayatkan, jika suami mereka akan keluar mencari rizqi, istri shalihah tersebut berkata kepada suaminya, “Wahai suamiku, carilah rizqi yang halal, karena aku tahan dengan lapar dan sengsara tapi tidak tahan terhadap siksa api neraka.”

(5)

”Tidak boleh bagi seorang istri bersedekah dari harta suami kecuali dengan seizinnya, kecuali seperti ruthab (kurma muda), yang ditakutkan rusak jika tidak dimakan. Dan jika bersedekah dengan kerelaan suami, dia juga dapat pahalanya; dan jika tanpa seizin-nya, pahala sedekahnya untuk sang suami dan dia berdosa karenanya.” (HR Abu Dawud dan Al-Baihaqi).

8. Hendaknya seorang istri selalu tinggal dalam rumah suaminya dan tidak keluar darinya kecuali dengan izin dari suami, dan jika diberi izin oleh suaminya hendaknya dia keluar rumah dengan pakaian muslimah, menghindari keramaian, berusaha menyamarkan dirinya, terutama kepada teman-teman suaminya, dan yang demikian itu hendaknya dilakukan istri supaya tidak terjadi fitnah yang akan mengganggu hubungan dengan suaminya.

9. Hendaknya seorang istri tidak banyak mengobrol dengan tetangganya kecuali untuk hal yang perlu saja, karena biasanya jika berkumpul antara tetangga kalau tidak ngerumpi ya membicarakan kekurangan atau kelebihan suami, sehingga membuat yang mendengar marah, iri, dengki, dan lain-lain, yang pada akhirnya menjengkelkan suaminya dan membuat retak hubungan keduanya.

10. Hendaknya seorang istri lebih mengutamakan kemauan suaminya daripada kemauannya atau keluarganya.

11. Hendaknya seorang istri selalu tampil cantik mempesona di depan suaminya, siap kapan pun jika sewaktu-waktu diajak berhubungan intim oleh sang suami.

12. Hendaknya seorang istri bersabar dalam mendidik anak-anaknya dan tidak gampang mengumpat mereka jika melanggar perintahnya, karena umpatan seorang ibu dapat menjadi kenyataan.

13. Hendaknya seorang istri tidak congkak terhadap suaminya, baik dengan kecantikan maupun hartanya.

Jadilah seperti Sayyidatuna Khadijah RA, istri tercinta Rasulullah SAW, yang pada mulanya adalah seorang wanita yang kaya, kemudian, setelah Rasulullah SAW diangkat menjadi seorang nabi, beliau berikan semua hartanya demi kepentingan dakwah sang suami. Begitulah, beliau utamakan suaminya dengan hartanya.

Begitu pula, jangan merasa congkak dengan kecantikannya, contohlah wanita yang diceritakan Imam Asma’i RA. Ia pernah masuk suatu desa, di sana ia bertemu pasangan suami-istri yang istrinya sangat cantik dan suaminya sangat buruk rupa, maka sekali waktu Imam Asma’i berkata kepada perempuan tersebut, “Kenapa kamu mau menikah dengannya padahal engkau adalah wanita yang cantik?”

Wanita itu menjawab, “Diamlah, wahai Fulan, ketahuilah bahwa engkau telah berbuat tidak baik dengan perkataanmu karena mungkin saja suamiku orang yang taat kepada Tuhannya, maka Allah menjadikanku sebagai balasannya, dan aku termasuk orang yang tidak baik terhadap Tuhanku, maka Allah menjadikan suamiku sebagai balasannya, lalu akankah aku tidak rela dengan kehendak Allah?”

Maka berkata Imam Asma’i, “Jawabannya telah membuatku tertegun dan merasa berdosa.”

14. Hendaknya seorang istri melayani suaminya dengan semampunya, apakah itu pekerjaan rumah maupun pekerjaan lainnya yang diperintahkannya, asalkan tidak mengandung kemaksiatan, sebagaimana diriwayatkan Sayyidatuna Asma’ binti Abu Bakar Ash-Shiddiq RA, istri sahabat Zubair bin Awwam, yang berkata, “Aku dinikahi sahabat Zubair dalam keadaan tidak punya apa-apa, baik itu tanah, harta, maupun budak, selain kuda dan unta perangnya, maka aku yang mengurus kuda dan unta tersebut, aku yang memeras susunya, menyiapkan makan dan minum binatang tersebut, walaupun hal itu aku lakukan dengan susah payah”.

Begitulah istri-istri yang shalihah melayani suami mereka, yang pada gilirannya nyatalah dalam kehidupan mereka, rumah tangga yang harmonis dan bahagia serta anak-anak yang shalih dan shalihah.

Itulah sekelumit kiat-kiat mendapatkan dan menjaga keharmonisan rumah tangga, semoga kita bisa melaksanakan kiat-kiat tersebut. Amin ya rabbal ’alamin.

Referensi

Dokumen terkait

Karena semakin tinggi titik bakar dari suatu bahan bakar maka berarti bahan bakar tersebut memiliki kemampuan yang baik untuk menguapkan air dengan waktu

kondisi perpustakaan yang relatif kecil sehingga banyak mahasiswa yang menganggap tidak kenyamanan itulah yang menyebabkan minat membaca di perpustakaan

[r]

dibahagikan kepada beberapa modul. Modul - modul ini akan dibangunkan secara berasingan dan ia tidak terfalu bergantung antara satu sama lain. M ela lu i kaedah ini ,

The customer behavior of public services is a consequence of the expected perception of the level of satisfaction, as indicated by the Community Satisfaction

Pengangkutan ternak adalah kegiatan mengangkut atau memindahkan ternak dari suatu tempat ke tempat lain dengan bantuan sarana alat angkut. Kegiatan mengangkut atau

 Menentukan ide pokok dari wacana tulis Tugas individu Tugas kelompok Test tulis Membaca dalam hati Memilih dan menja- wab 1.. Bacalah dengan benar teks

UU Pencegahan dan Penanganan Krisis Sistem Keuangan (PPKSK) Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK)  OJK  BI  Kemenkeu  LPS Bank Sistemik  Ketentuan